• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINGKAIAN BERITA RENCANA KONSER LADY GAGA DI JAKARTA (Analisis Framing Pemberitaan Rencana Konser Lady Gaga di Jakarta pada Harian Jawa Pos dan Harian Surya Edisi 22 Mei – 28 Mei 2012).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINGKAIAN BERITA RENCANA KONSER LADY GAGA DI JAKARTA (Analisis Framing Pemberitaan Rencana Konser Lady Gaga di Jakarta pada Harian Jawa Pos dan Harian Surya Edisi 22 Mei – 28 Mei 2012)."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syar atan Dalam Memper oleh Gelar Sar jana pada FISIP UPN “Veter an “ J a wa Timur

Oleh :

PANJ I AMANATULLAH NPM. 0843010008

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

ii

Harian J awa Pos dan Harian Sur ya Edisi 22 Mei – 28 Mei 2012)

Oleh :

PANJ I AMANATULLAH NPM. 0843010008

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” J awa Timur pada tanggal 13 Desember 2012

PEMBIMBING UTAMA

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dra. Hj. Supar wati, M.Si NIP. 19550718 198302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(3)

ii

Disusun Oleh :

PANJ I AMANATULLAH NPM : 0843010008

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

Dr s. Kusnarto, M.Si NIP. 19580801 198402 1001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dra. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 19550718 1 98302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(4)

Segala puji syukur ke kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan karena dengan limpahan rahmat, karunia serta anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pembingkaian Berita Rencana Konser Lady Gaga Di Jakarta

( Analisis Framing Pemberitaan Rencana Konser Lady Gaga di Jakarta Pada Harian Jawa Pos dan Harian Surya Edisi 22 Mei – 28 Mei 2012 )” dapat terselesaikan

dengan baik.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, diantaranya :

1. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

3. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP

UPN “Veteran” Jatim.

4. Drs. Kusnarto, M.Si Selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan

bimbingan dan dorongan semangat demi terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

5. Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si Selaku Dosen Wali Penulis.

(5)

langkah dan memotivasi penulis dalam segala hal “Because of you…I’m not

alone.”

9. Teman- teman kuliah mas Andi, Yudha, Yovie, Dedi, Irfan, Adit, Ria duma, Angel, Lisa, Arum, dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan

satu-persatu, terima kasih atas dukungannya.

10. Seluruh teman – teman UPN Televisi yang telah menjadi inspirasi serta motivasi besar bagi penulis dalam menempuh strata pendidikan di UPN

“Veteran” Jawa Timur.

11. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini,

untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari

kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik dari skripsi ini. Besar harapan penulis,

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak, khususnya teman-teman di jurusan Ilmu Komunikasi.

(6)

HALAMAN J UDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... .... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL... ... IX DAFTAR LAMPIRAN... X ABSTRAKSI... X1 BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 13

2.1 Landasan Teori……….. 13

2.1.1 Media Massa dan Konstruksi Realitas ... 13

2.1.2 Ideologi Media Secara Umum... 1 4 2.1.3 Ideologi Jawa Pos dan Harian Surya... 16

(7)

2.2 Kerangka Berpikir... . 35

BAB III METODE PENELITIAN... ... 37

3.1 Definisi Operasioal... 37

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian... 38

3.3 Unit Analisis... 38

3.4 Populasi dan Korpus... . 39

3.5 Teknik Pengumpulan Data... 42

3.6 Teks Analisis Data... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian... 46

4.1.1 Gambaran Umum Surat Kabar Harian Jawa Pos... 46

4.1.2 Gambaran Umum Surat Kabar Harian Surya... 49

4.1.2.1 Sejarah Perkembangan Surat Kabar Harian Surya... 49

4.1.2.2 Lokasi Perusahaan... 55

4.1.2.3 Struktur Organisasi Perusahaan... 56

4.1.2.4 Bagan Struktur Organisasi PT.Antar Surya Jaya... 57

4.1.2.5 Tugas dan Tanggung Jawab... 59

(8)

4.2.1 Frame Jawa Pos... 69

4.2.1.1 Berita Jawa Pos Tanggal 28 Mei 2012... 70

4.2.1.2 Main Frame Jawa Pos... 73

4.2.2 Frame Harian Surya... 76

4.2.2.1 Berita Harian Surya Tanggal 28 Mei 2012... 76

4.2.2.2 Main Frame Harian Surya... 79

4.2.3 Perbandingan Frame Jawa Pos dan Harian Surya... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 85

5.2 Saran... 87

DAFTAR PUSTAKA

(9)
(10)

Tabel 1.1 Skema Framing Robet N. Entman... 33

Tabel Struktur / Bagan PT. Antar Surya Jaya (Harian Surya)... 58

Tabel 4.1 Deskripsi Ringkas Berita ”Konser Gaga Akhirnya Gagal... 70

Tabel 4.2 Frame Berita ”Konser Gaga Akhirnya Gagal... 72

Tabel 4.3 Frame Jawa Pos... 75

Tabel 4.4 Deskripsi Ringkas Berita ”Little Monster Bertangisan”... 76

Tabel 4.5 Frame Berita ”Little Monster Bertangisan”... 78

Tabel 4.6 Frame Harian Surya... 81

(11)

Lampiran 2 Berita Jawa Pos, Rabu 23 Mei 2012 “Menag Menolak Kapolri Ragu” Lampiran 3 Berita Jawa Pos, Senin 28 Mei 2012 “Konser Gaga Akhirnya Gagal”

Lampiran 4 Berita Harian Surya, Selasa 22 Mei 2012 “Pro dan Kontra”

(12)

J AKARTA

(Fr a ming Analysis Plan Cover age Lady Gaga concer t in J akar ta J awa Pos Daily Edition and the Daily Sun 22 May to 28 May 2012)

This r esear ch backgr ound by the news a bout the plans of Lady Gaga concer t in J akar ta , is reaping the pr os a nd cons in society and mass organizations. Lady Gaga assessed often displays actions er otic stage. Lady Gaga is consider ed an icon of por nogra phy a nd cultur a l liber a lism.

In this study, I will descr ibe how the news media in fr aming the plan of Lady Gaga concer t in J a kar ta thr ough the pr otr usion and suppr ession issue. News wr iting covers how to r epor ter s in establishing the facts, tell the facts, wr ite and give empha sis to the fact. The author will a nalyze the news about Lady Gaga concer t pla ns in J aka r ta on J ava Daily Post and Daily Sun, using fr aming analysis of Robert N Entman.

The method used is the a nalysis of fr aming, which is to deter mine the attitudes and per spectives of a tr end in the way the media message. In the model of Rober t N Entman use in a nalyzing fr aming four ways, namely: Define Problems, Diagnoses causes, Make Moral the standpoint of FPI gr ateful concer t cancellation. J a wa Pos Da ily news r aised about the pr os and cons fr om people who r efuse enfor cement of the concer t. Daily news about Sur ya lift Lady Gaga' s management decided to ca ncel the concer t. J awa Pos Daily descr ibes the Religious Affa ir s Ministr y objected if the concer t go ahead. Daily Sun explained the Minister of Religious Affair s welcomed the ma nagement' s decision to cancel the Lady Gaga concer t. J awa Pos Da ily str essed the settlement, the management of Lady Gaga apologized to fans for canceling a concer t a nd the Daily Sun will emphasize completion of the pr omoter s r efund tickets pur chased the a udience 100%

(13)

Har ian J awa Pos dan Har ian Sur ya Edisi 22 Mei – 28 Mei 2012)

Penelitian ini dilatar belaka ngi oleh pember itaan tentang r encana konser Lady Gaga di J akar ta , yang menuai pr o dan kontr a di lapisan masyar aka t dan penonjola n maupun penekanan issue. Penulisa n ber ita meliputi bagaima na ca ra war tawan dalam menyusun fakta , mencer itaka n fakta, menulis dan member i penekanan pada fa kta . Penulis akan menganalisis ber ita tentang r encana konser Lady Gaga di J akar ta di Har ian J awa Pos dan Ha r ian Sur ya, dengan mengguna kan analisis fr a ming dar i Rober t N Entman.

Metode yang diguna kan adalah analisis fr a ming, ya itu untuk mengetahui kecender ungan sikap dan per spektif suatu media dalam cara pember itaa nnya. Pada model Rober t N Entman menggunakan empat ca ra dalam mengana lisis fr a ming, yaitu : Define Problems, Diagnoses causes, Make Moral judgement, dan

Treatment Recommendation. Kor pus dalam penelitian ini adalah ber ita-ber ita

tenta ng r encana konser Lady Gaga di J akar ta pada sur at ka bar Har ia n J awa Pos da n Har ian Sur ya edisi 22 Mei – 28 Mei 2012.

(14)

PENDAHULUAN

1.1Lata r Belakang Masalah

Perkembangan media massa saat ini mengalami perkembangan yang pesat, seiring dengan kebutuhan manusia akan informasi. Penyebaran informasi yang penting bagi kesejahteraan masyarakat tidak lepas dari perhatian media massa karena media massa sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang syarat dengan kepentingan, konflik dan fakta yang kompleks serta beragam.

Media menyajikan peristiwa-peristiwa dari berbagai belahan dunia kepada belahan dunia lainnya. Pandangan dunia adalah bingkai (framing) yang dibuat untuk gambaran tentang kejadian - kejadian yang terjadi di dunia dan diberi makna dalam bingkai tersebut. Tanpa bingkai, kejadian - kejadian akan tampak kacau balau dan membingungkan. Bingkai adalah “skenario” yang ditulis wartawan untuk meletakan setiap peristiwa dalam alur cerita yang runtut dan kronologis. Namun skenario yang dibuat oleh wartawan pun syarat dengan kepentingan pribadi, dan kepentingan – kepentingan tersebut mempengaruhi bagaimana mereka memandang dunia. (Sobur, 2006 : vi)

(15)

untuk mengetahui kebenaran. Meskipun sikap independen dan obyektif dijadikan patokan setiap jurnalis, namun pada kenyataannya masih sering dijumpai suguhan berita yang berbeda atas suatu peristiwa. Ada media yang menonjolkan aspek tertentu, di lain pihak ada media yang memelintir atau menutupi aspek tertentu. Hal tersebut menunjukan bahwa dibalik jubah kebesaran independensi dan obyektifitas, seorang jurnalis menyimpan paradoks, tragedi bahkan ironi, (Eriyanto, 2004:v). Hal ini berarti di satu sisi media dapat menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun di sisi lain, media juga dapat menjadi alat ukur untuk membangun kultur dan ideologi tandingan.

Berita yang dibangun berdasarkan realitas, tidak langsung ditampilkan apa adanya, melainkan sebuah rekonstruksi fakta sosial. Konstruksi sebuah realitas berisi kesepakatan pemahaman, komunikatif intersubjektif, andil sejumlah pihak, serta pengalaman bersama terhadap makna, norma, pesan, dan aturan. (Siahaan, 2001:74)

(16)

Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksi realitas. Isi media adalah hasil dari para pekerja media mengkonstruksi berbagai realitas yang dipilihnya. Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Media dalam hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan kemampuannya sebagai sarana legitimasi. (Sobur. 2001:30)

Ketika kebebasan pers marak belakangan ini sejak era reformasi, banyak media cetak lebih mengutamakan berita yang cenderung berbau sensasional. Masalah obyektifitas pemberitaan pun menjadi perdebatan klasik dalam studi media. Salah satu perdebatan yang mewakili dua pandangan pro dan kontra obyektif adalah John C. Merril dan Everette E. Denis (Siahaan, 2001:60-61).

Masing – masing institusi media tentunya memiliki ideologi serta visi dan misi tersendiri. Ideologi tersebut akan mempengaruhi kebijakan redaksional media. Seorang wartawan yang bekerja di suatu media dengan kebijakan redaksional tertentu, tentunya akan mencari, meliput, menulis dan melaporkan peristiwa atau realitas berdasarkan kebijakan redaksional media. Kebijakan tersebut akan membatasi kebebasan wartawan dalam memahami dan mempersepsikan sebuah realitas. Intinya, bahwa seorang wartawan bagaimana cara dia menuliskan sebuah berita, akan mencerminkan ideologi institusi media dimana dia bernaung.

(17)

mengkonstruksi sedemikian rupa terhadap realitas yang ada. Hal ini terkait dengan bagaimana cara pandang media untuk membingkai atau mengkonstruksi suatu realitas tertentu.

Berita yang dibaca dan dilihat di media bukanlah cerminan dari peristiwa atau realitas itu sendiri, melainkan sebuah hasil rekonstruksi dari realitas. Wartawan adalah agen konstruksi suatu berita, dengan kata lain berita atau informasi yang kita konsumsi adalah hasil rekonstruksi atas peristiwa menurut perspektif wartawan.

Untuk membuat informasi menjadi lebih bermakna biasanya sebuah media cetak melakukan penonjolan – penonjolan terhadap suatu berita. Dalam pengambilan keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita (Sobur, 2001:163)

(18)

Lady Gaga mengecam keras aksi artis tersebut dengan membentangkan spanduk “STOP Lady Gaga The mother monster” karena menampilkan aksi porno atau cabul.

(19)

Namun Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto meminta Polri mengkaji perizinan konser itu dengan jernih. Konser bisa diizinkan jika sesuai dengan adat dan budaya Indonesia. Di istana, Kapolri Jendral Timur Pradopo menunjukan keragu–raguan untuk memberikan izin. Kapolri membantah anggapan bahwa pihaknya mempersulit perizinan promotor Lady Gaga. Standarnya masih sama seperti lainnya” katanya”. Persyaratan standar itu adalah izin dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Hukum dan HAM, saat ini masih dikaji oleh tim, tunggu saja tuturnya.

Menurut pengamatan peneliti, pemberitaan mengenai konser lady Gaga di Jakarta yang kontroversial, menarik untuk dikaji karena menimbulkan pro dan kontra di lapisan masyarakat luas. Menjadi topik pembicaraan yang hangat di ruang publik, yang menyita pemikiran dan adu argumentasi dari ormas-ormas dan pemerintah yang terkesan ragu-ragu dalam memutuskan izin boleh tidaknya konser digelar. Di sisi lain para penggemar Lady Gaga yang terlanjur membeli tiket berharap konser yang bertajuk Born This Way Ball tersebut tetap di gelar pada 3 Juni 2012.

(20)

dijabarkan menjadi kebijakan editorial sekaligus menjadi kerangka acuan surat kabar yang bersangkutan. (Oetama,2004:145)

Perspektif media juga menentukan fakta yang dipilih dan ditonjolkan. Penonjolan merupakan proses membuat informasi menjadi lebih bermakna. Realitas yang disajikan secara menonjol memiliki potensial untuk dipertahankan dalam mempengaruhi pembaca dalam memahami realitas.

Berita tentang pro dan kontra rencana konser Lady Gaga dibingkai secara berbeda pada surat kabar harian Jawa Pos dan harian Surya. Harian Jawa Pos memilih seleksi isu yang dimunculkan yaitu fans Lady Gaga kecewa dengan pembatalan konser. Berita yang dimunculkan pada edisi 28 Mei 2012 dengan judul “Konser Gaga Akhirnya Gagal”, dengan sub judul Merasa Terancam, Minta Maaf pada Fans. Pernyataan Lady Gaga melalui akun twitternya @ladygaga, sang diva menyatakan betapa kecewa batal konser di Indonesia. Saya sangat, sangat menyesal. Untuk para penggemar, saya juga sama hancurnya dengan kalian. Kalian adalah segalanya bagi saya,” tulisnya. Padahal konser di Jakarta merupakan salah satu konser terbesarnya. Konser tersebut akan ditonton 50 ribu orang.

(21)

FPI Jakarta, Habib Salim Alatas meminta para anggotanya untuk bersyukur. “Kami mengucapkan terima kasih pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa,” kata Habib Salim.

Dalam pemberitaan tentang Pro dan Kontra Konser Lady Gaga di Jakarta, Harian Jawa Pos maupun Harian Surya menganggap berita ini memiliki nilai berita (News Value) yang tinggi. Hal ini bisa dilihat dari tingginya frekuensi dimuatnya berita mengenai Pro dan Kontra Konser Lady Gaga pada kedua harian tersebut. Besarnya porsi pemberitaan ditunjukan dengan menjadikan berita Pro dan Kontra Konser Lady Gaga sebagai headline (berita utama) lengkap dengan penulisan judul memakai huruf tebal. Tidak hanya itu, untuk membuat berita lebih menarik, harian Jawa Pos dan Harian Surya juga mendukungnya dengan membuat grafik atau gambar, kronologis peristiwa dan artikel tambahan pada edisi awal.

Harian Jawa Pos dipilih karena selalu memberitakan secara rutin tentang pemberitaan konser Lady Gaga di Jakarta di bagian halaman depan (headline), disertai sub judul dan rangkaian - rangkaian peristiwa yang mempertegas berita utama.

Seperti halnya Harian Jawa Pos, Harian Surya dipilih karena menampilkan berita – berita di halaman depan (headline) dengan kronologi – kronologi pemberitaan yang disertai gambar, foto dan grafik yang menarik khalayak pembaca.

(22)

sebagai metode penelitian. Alasannya adalah analisis framing merupakan metode analisis isi media yang tergolong baru. (Sobur,2002:161). Analisis isi mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bemakna dan menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai dengan perspektifnya.

Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang dgunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang itu pada akhirnya yang menentukan fakta apa yang diambil, bagaimana yang ditonjolkan atau dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut. (Nugroho, Eriyanto, dalam Sobur, 2002:162)

Sebagai satu bentuk analisis teks media, prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses seleksi isu dan fakta tidak ditampilkan apa adanya, namun diberi bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi makna yang spesifik. Dalam hal ini biasanya media menyeleksi sumber berita, memanipulasi pernyataan dan mengedepankan perspektif tertentu sehingga suatu interpretasi menjadi lebih menyolok (noticeable) daripada interpretasi yang lain. (Sobur, 2002 :165). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis framing untuk melihat bagaimana berita tentang isu pro dan kontra konser Lady Gaga. Analisis framing dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sebuah realitas dikonstruksi oleh media (Eriyanto. 2002:3)

(23)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model Robert N Entman, karena konsep Entman sering dipraktikan dalam studi kasus pemberitaan media. Salah satunya agar membuat informasi menjadi lebih penting dan menonjol dalam suatu pemberitaan.

Konsep framing oleh Entman, memberi tekanan lebih pada dan bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan / dianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan agar membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah diingat oleh khalayak. Adapun obyek dalam penelitian ini adalah berita – berita pada surat kabar Harian Jawa Pos dan Harian Surya periode 22 – 28 Mei 2012. Peneliti tidak mengambil surat kabar yang lain seperti harian kompas, karena media tersebut tidak rutin memberitakan dan tidak menampilkan berita tentang konser Lady Gaga di berita utama (headline), Didasari oleh hal – hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik meneliti hal tersebut dengan analisis framing.

1.2 Per umusa n Ma salah

(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembingkaian berita rencana konser Lady Gaga di Jakarta dalam surat kabar Harian Jawa Pos dan surat kabar Harian Surya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian Ilmu Komunikasi tentang pembingkaian berita dengan mengaplikasikan teori – teori, khususnya teori komunikasi tentang pemahaman pesan yang dikemas oleh media melalui analisis framing, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan pemikiran untuk penelitian berikutnya.

2. Kegunaan Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dua pihak :

1. Pengelolaan surat kabar Harian Jawa Pos dan Surat Kabar Harian Surya a. Pengelolaan dalam melakukan introspeksi mengenai kebijakan seleksi

isu dan penekanan aspek – aspek realitas.

(25)

diterima khalayak misalnya : berita, pemakaian ruang (space), pemakaian grafik, pemakaian tabel ketika menggambarkan orang / peristiwa yang dibicarakan.

2. Khalayak Konsumen Media

(26)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 La ndasan Teor i

2.1.1 Media Massa da n Konstr uksi Rea litas

Media massa wajib menyampaikan informasi yang jujur dan benar sesuai fakta kepada masyarakat. Sesuai fungsinya media massa harus bisa mencerahkan pikiran pembaca dengan mengungkap fakta, menulis berita, menyunting, serta menyiarkan berita kepada khalayak pembaca. Melalui media wartawan bisa menggambarkan suatu peristiwa berdasarkan realita dan fakta yang ada.

Media adalah saluran untuk menggambarkan realitas, media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya. Berita yang kita baca bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya menunjukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai instrument yang dimilikinya, media agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak. (Eriyanto, 2002:23)

(27)

sehingga bagi masyarakat berfungsi untuk memperoleh gambaran realitas sekaligus penilaian normatif terhadap realitas tersebut. Proses konstruksi realitas oleh media pada prinsipnya merupakan upaya konseptualisasi sebuah peristiwa, maka seluruh isi media merupakan realitas yang telah mengalami proses konstruksi kembali. Pembuatan berita media massa pada dasarnya adalah penyusunan atau proses konstruksi kumpulan realitas-realitas sehingga menimbulkan acara yang bermakna. (Syahputra, 2006:73).

2.1.2 Ideologi Media Secar a Umum

Konsep Ideologi dalam sebuah institusi media massa ikut berpengaruh dalam menentukan arah pemberitaan yang akan disampaikan kepada khalayak. Hal ini disebabkan karena teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari paktek ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu (Eriyanto; 2004:13).

(28)

nilai yang ada dalam komunitasnya. (Eriyanto; 2005:99). Nilai – nilai yang dianut media sebagai ideologi yang menjadi dasar dalam setiap pemberitaan yang disampaikan kepada khalayak.

Pada kenyataannya berita di media massa tidak netral dan obektif. Jika kita lihat bahasa jurnalistik yang digunakan media pun selalu dapat ditemukan adanya pemilihan fakta tertentu dan membuat aspek fakta yang lain yang mencerminkan pemihakan media pada salah satu kelompok atau ideologi tertentu. Bahasa ternyata tidak pernah lepas dari subyektifitas sang wartawan dalam mengkonstruksi realitas dengan mengetahui bahasa yang digunakan dalam berita, pada saat itu juga kita bisa menemukan ideologi yang dianut oleh wartawan dan media yang bersangkutan.

(29)

2.1.3 Ideologi Media J awa Pos dan Ha r ian Sur ya

Harian Surya dan Jawa Pos kedua media massa ini memiliki visi, misi dan tujuan yang berbeda, Sehingga dalam hal pengemasan dan penyajian beritapun berbeda. Kepentingan-kepentingan lain dari kedua surat kabar tersebut yang menjadi latar belakang, bagaimana teks berita itu diproduksi dan disajikan kepada khalayak.

Apa yang disajikan media pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang beragam. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Rese, seperti dikutip oleh Agus Sudibyo dalam bukunya “ Politik Media dan Pertarungan Wacana”(2001:710), mengidentifikasi ada 5 faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi: pertama, faktor individual. Kedua, level rutinitas media. Ketiga, level organisasi. Keempat, level ekstramedia. Kelima, level ideologi. Dengan kata lain, jika media massa kehilangan hak independennya, maka informasi disajikan tidak obyektif.

Penelitian ini berjudul “Pembingkaian Berita Rencana Konser Lady Gaga di Jakarta” merupakan studi analisis framing yang menggunakan model Robert N Entman yang memberi tekanan lebih pada dan bagaimana teks komunikasi ditampilkan, bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks. Agar membuat informasi lebih jelas dan terlihat lebih bermakna, dan mudah diingat oleh khalayak.

(30)

yang berada dalam media. Sedangkan Jawa Pos yang juga merupakan surat kabar nasional senantiasa menggunakan head line maupun judul berita yang bombastis dan berbau sensasionalitas, lahirnya teks semacam ini dipengaruhi oleh faktor ekstramedia dan faktor organisasi media. Dengan demikian bisa di simpulkan bahwa perbedaan ideologi kedua media di pengaruhi oleh berbagai faktor yang berada dibalik media itu sendiri. Atas hasil tersebut, bisa di rekomendasikan bahwa media maupun jurnalisnya harus lebih mengutamakan profesionalisme dalam mengemas suatu informasi, dan jangan mengkonstruksi suatu isu berdasarkan apa yang digemari oleh khalayak. Media juga hendaknya tidak melibatkan ideologinya dalam pengemasan suatu informasi agar berita yang dihasilkan lebih objektif. Sebab jika hal ini dibiarkan terus-menerus maka bangsa ini tidak akan bangkit dari apa yang disebut kebodohan dan kemiskinan.

2.1.4 Model Hier ar chy of Influence

(31)

Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese membuat model “Hierarchy of Influence” yang menjelaskan hal tersebut :

2

Ga mbar 1. “Hier archy of Influence” Shoemaker dan Reese

1. Pengar uh individu – individu peker ja media. Dia nta ranya a dalah kara kter istik peker ja komunikasi, latar belaka ng per sonal dan pr ofesional.

2. Pengar uh r utinita s media . Apa yang dihasilkan oleh media masa dipengar uhi oleh kegia tan seleksi –seleksi yang dila kukan oleh komunika tor , ter masuk tenggat waktu (dea dline) dan r intangan waktu yang lain, keter batasan tempat (space), str uktur pir amida ter balik dala m penulisa n ber ita dan kepercayaa n r epor ter pada sumber – sumber resmi dalam ber ita yang dihasilkan.

Tingkat Individual

Tingkat Rut init as M edia

Tingkat Organisasi

Tingkat Ekst ramedia

(32)

3. Pengar uh organisasi. Salah satu tujuan yang penting dar i media a dalah menca r i keuntunga n mater iil. Tujua n – tujuan dar i media a kan ber pengar uh pada isi yang dihasilkan.

4. Pengar uh dar i luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dar i kelompok kepentinga n ter hada p isi media , pseudoevent da r i pr aktisi public r elations da n pemer inta h yang membuat per atur a n –per atur a n di bidang pers.

5. Pengar uh Ideologi. Ideologi mer upaka n sebuah pengar uh yang pa ling menyelur uh dar i semua pengar uh. Ideologi di sini diar tikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuata n kohesif yang memper sa tukan di da lam masya rakat. (Shoemaker , Reese, da la m Sobur 2002 : 138 - 139)

(33)

2.1.5 Produksi Ber ita

Berita merupakan rekonstruksi dari sebuah fakta sosial yang diceritakan sebagai wacana fakta media. Berita juga merupakan isi dari surat kabar yang pada dasarnya dibentuk melalui proses aktif dari seorang pembuat berita, yang mana memiliki klarifikasi berdasarkan muatannya. Menurut Eriyanto berita adalah hasil akhir dari proses kompleks yang meyortir (memilah - milah) dan menentukan peristiwa dan cara – cara tertentu dalam satu kategori tertentu (Eriyanto, 2005 : 102).

Kategori tersebut dapat dicatat bahwa kata – kata seperti fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini, dan sejumlah pembaca merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian. Dengan demikian disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta, ide, atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap pentimg bagi sejumlah besar pembaca, pendengar, penonton. (Muda, 2003:22)

(34)

dianggap sebagai peristiwa. Oleh karena itu , berita melalui proses produksi berikut ini merupakan peristiwa yang telah ditentukan sebagai berita, bukan peristiwa.

Rutinita s Or ganisasi. Ada banyak faktor mengapa peristiwa tertentu di beritakan sementara yang lainnya tidak. Lebih banyak semua proses seleksi dansortir itu terjadi dalam suatu rutinitas kerja redaksional, suatu bentuk rutinitas organisasi. Setiap hari institusi media secara teratur memproduksi berita, dan proses seleksi itu adalah bagian dari ritme keteraturan kerja yang dijalankan setiap harinya sebagai bagian untuk mengefektifkan organisasi media dalam bidang tertentu. Wartawan dibagi dalam beberapa departemen, dari ekonomi sampai olahraga supaya mereka menghasilkan laporan yang berhubungan dengan bidangnya tersebut. Wartawan diklarifikasikan sebagai koresponden daerah dan nasional, dan seterusnya. Praktek organisasi semacam ini semula dimaksudkan sebagai pembagian kerja, efektivitas dan pelimpahan wewenang, yang akhirnya berubah menjadi bentuk seleksi tersendiri.

(35)

Sebuah peristiwa yang mempunyai unsur nilai berita paling banyak dan paling tinggi lebih memungkinkan untuk ditempatkan di headline, sedangkan berita yang tidak memiliki unsur nilai berita atau nilai beritanya tidak tinggi akan dibuang. Jadi nilai berita itu bukan hanya menjadi ukuran dan standart kerja, melainkan juga telah menjadi ideologi dari kerja wartawan.

Berhubungan dengan orientasi media dengan khalayak , Soemaker dan Reese mengungkapkan bahwa nilai berita adalah elemen yang ditujukan kepada halayak (Eriyanto, 2006:105). Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar atau ditonton jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada pertimbangan seperti berikut : (Muda, 2003:29-39).

a. Timeliness, berarti waktu yang tepat. Artinya memilih berita yang akan disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pembaca.

b. Proximity, artinya kedekatan. Kedekatan disini maknanya sangat bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian, ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan, maupun kegiatan terkait yang lainnya.

(36)

d. Consequence, artinya konsekuensi atau akibat. Segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundang-undangan dan lain-lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan berita yang menarik.

e. Conflik (konflik) memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena konflik adalah bagian dalam kehidupan. Disisi lain berita adalah sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan.

f. Development (Pembangunan), merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik.

g. Weather (cuaca), Di Indonesia atau di Negara-negara yang berada di sepanjang garis khatulistiwa memang tidak banyak terganggu.

h. Sport. Berita Olahraga sudah lama menjadi daya tarik.

i. Human Interest. Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih, romantis, dramatis, aneh dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest.

Nilai berita tersebut merupakan produk dari konstruksi sosial. Ia menentukan apa yang layak dan apa yang tidak layak disebut berita. Nilai berita membatasi peristiwa mana yang layak disebut berita dan mana yang tidak.

(37)

memiliki lima kategori berita : Hard news, soft news, spot news, developing news, continuing news (Eriyanto, 2002:109).

1. Har d News : Kategori ini merupakan berita mengenai peristiwa yang terjadi saat itu sehingga sangat dibatasi oleh waktu dan aktualisasi. Ukuran keberhasilannya adalah seberapa cepat berita ini di sampaikan. Peristiwa yang masuk dalam kategori ini bisa peristiwa yang direncanakan (Sidang paripurna, penyelidikan oleh KPK), bisa juga peristiwa yang tidak direncanakan (Bencana alam, kerusuhan).

2. Soft News (Featur e) : Kategori ini berhubugan dengan kisah manusiawi (human interest). Soft news tidak dibatasi waktu dan aktualitas. Ia bisa diberitakan kapan saja, karena ukurannya bukan kecepatan penyampaian berita melainkan apakan informasi yang disajikan menyentuh emosi khalayak. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang menarik, seperti harimau langka yang melahirkan atau orang cacat tuna wicara yang dapat menyelesaikan studi strata tiga.

3. Spot News : spot news merupakan bagian dari hard news. Dalam spot news peristiwa yang akan diliput tidak bisa direncanakan, misalnya bencana alam dan tindak criminal.

(38)

23 penumpang di Tuban, kemudian dilanjutkan oleh berita selanjutnya yang mencantumkan daftar nama – nama korban, dan seterusnya.

5. Continuing News : Continuing News juga bagian dari Hard News. Ia memberitakan peristiwa mana yang direncanakan. Satu peristiwa bisa terjadi kompleks dan tidak terduga tapi mengarah pada satu tema tertentu. Misalnya peristiwa Sidang Istimewa.

Kategori berita tersebut diatas dipakai untuk membedakan jenis isi berita dan subyek peristiwa yang menjadi berita. Wartawan memakai kategori berita untuk menggambarkan peristiwa yang akan digunakan sebagai berita. Berdasarkan kategori tersebut, wartawan kemudian menentukan apa yang harus dilakukan, persiapan yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan menangkap peristiwa tersebut. Setiap kategori tersebut menentukan kontrol kerja.

(39)

dengan kata-kata, seperti langsung dari lapangan. Sedangkan wawancara dengan sumber berita diberi tanda kutip untuk menekankan bahwa apa saja yang tersaji adalah yang tergambar di lapangan, bukan rekaan dari wartawan. Kedua, pendapat antara satu sumber dikontraskan dengan sumber lain. Ini seringkali dikatakan sebagai liputan dua sisi (cover both sides). Wartawan mewancarai sumber yang saling berseberangan untuk menekankan bahwa berita ini tidak memiliki satu sisi.

Perangkat seperti objektivitas ini adalah ideologi yang dipercaya wartawan, bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah upaya untuk mencapai kebenaran. Setelah seluruh prosedur dilakukan bisa jadi tetap tidak ada kebenaran yang pasti. Hal ini seperti kerja dokter yang telah melakukan seluruh prosedur namun tidak ada jaminan diagnose yang dokter katakan benar adanya. Tuchman menyebut prosedur ini sebagai “ritual” karena ia di rekonstruksi untuk dipercaya dan harus dilakukan oleh wartawan ketika ia menulis berita. Serangkaian prosedur harus dilakukan oleh wartawan agar apa yang ditulis dapat disebut sebagai obyektif (Eriyanto, 2002:111)

(40)

Prosedur tersebut semacam jaminan dan pertanggungjawaban kepada khalayak. Sebuah peristiwa bisa disajikan dan dibingkai dengan jalan yang berbeda oleh wartawan yang berbeda. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis framing, peneliti harus menjauh dari terminology seperti bias atau distorsi. Dengan praktek objektivitas seperti yang telah disebut sebelumnya, media hendak menyatakan bahwa peristiwa memang benar-benar terjadi.

2.1.6 Ber ita Sebagai Hasil Konstr uksi Realitas

Keberadaan media massa baik pada awal kelahirannya, masa perkembangannya, maupun sampai pada era kejayaannya sekarang ini bukan saja penting, tetapi juga sangat menentukan arah peradaban umat manusia. (Pareno, 2005:2)

Peristiwa – peristiwa yang dijadikan berita oleh media massa tentunya melalui proses penyeleksian terlebih dahulu, hanya peristiwa yang memenuhi kriteria kelayakan informasi yang akan menjadi berita. Peristiwa yang layak untuk dijadikan berita akan diangkat oleh media massa kemudian ditampilkan kepada khalayak. (Eriyanto, 2004:2006)

(41)

yang ditambah. Pandangan ini mengandaikan seolah-olah ada realitas yang benar-benar riil yang ada di luar diri wartawan. Realitas yang riil itulah yang akan diseleksi wartawan untuk kemudian dibentuk dalam sebuah berita.

Setelah proses penyeleksian tersebut, maka peristiwa itu akan dibingkai sedemikian rupa oleh wartawan. Pembingkaian berita yang dilakukan wartawan melalui proses konstruksi. Proses konstruksi atas suatu realitas ini dapat berupa penonjolan dan penekanan pada aspek tertentu, atau dapat juga berita tersebut ada bagian yang dihilangkan, luput , dan bahkan disembunyikan dalam pemberitaan. (Eriyanto, 2004:3)

2.1.7 Ana lisis Fr aming

Dalam analisis framing, yang kita lakukan pertama kali adalah melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas peristiwa dipahami bukan sesuatu yang

taken for granted, sebaliknya wartawan dan media yang secara aktif membentuk

realitas. Realitas tercipta dalam konsepsi wartawan. Berbagai fakta diabstraksikan menjadi peristiwa yang kemudian hadir di hadapan khalayak. Yang menjadi titik persoalan dari penelitian framing adalah bagaimana realitas atau peristiwa dikonstruksi oleh media, bagaimana media membangkitkan peristiwa dalam konstruksi tertentu. (Eriyanto, 2002:7).

(42)

kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan yang menyediakan kategori standar untuk mengapresiasikan realitas (Sudibyo, 1999:23-24) karena frame memungkinkan individu untuk membingkai, merasakan, mengidentifikasi dan memberi label terhadap peristiwa-peristiwa secara informasi (Siahaan dkk, 2001:76)

Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Frame terletak di dalam properti spesifikasi berita naratif yang mengarahkan perasaan dan pemikiran mengenai peristiwa-peristiwa untuk membangun pengertian khusus (Siahaan dkk, 2001:77). Proses framing dapat menghasilkan dikotomi antara kondisi obyektif realitas sosial dengan gambaran yang lahir dari proses “redefinisi kolektif” yang stimuli dan digerakkan oleh media. Framing memungkinkan media mengemas dan mengelola informasi sesuai dengan ideologi, kecenderungan atau keberpihakan politik mereka demi penyiaran yang efisien kepada khalayaknya (Siahaan, 2001:77).

(43)

Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses memilih fakta ini berdasar pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tahap perspektif. Dalam memilih fakta ini terkandung dua kemungkinan; apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (excluded). Bagian mana yang ditekankan dalam realitas, bagian mana yang diberitakan dan bagian mana yang tidak diberitakan. Penekanan aspek tertentu ini dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa terjadi berbeda antara satu media dengan media yang lain.

(44)

2.1.8 Pr oses Fr aming

(45)

2.1.9 Pera ngkat Fr aming Rober t Entma n

Analisis dalam penelitian ini menggunakan model Robert N. Entman yang mengoperasionalkan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing : define problems (definisi masalah), Diagnose causes (penjelasan sumber masalah), make moral judgement (keputusan moral), dan treatment recommendation (menekankan penyelesaian).

Frame berita timbul dalam dua level. Pertama konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita.

(46)

TABEL 1. SKEMA FRAMING ROBERT N. ENTMAN

Define Problems

(Pendefinisian Masalah)

Bagaimana suatu peristiwa atau isu dilihat? Atau sebagai masalah apa?

Diagnose Causes

(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat dan disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa aktor yang dianggap sebagai penyebab masalah?

Make moral Judgement (Membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan?

Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah / isu?

(47)

1. Define Problems (Pendefinisian masalah) adalah elemen yang merupakan master frame atau bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan ketika ada masalah atau peristiwa. Bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Karena peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda.

2. Diagnose Causes (Memperkirakan masalah atau sumber masalah) merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang diangap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini berarti apa (what), tetapi juga bisa siapa (who), bagaimana peristiwa itu dipahami, menentukan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah, karena masalah yang dipahami berbeda.

3. Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sulit didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

(48)

peristiwa itu dilihat dan siapa yang dianggap sebagai penyebab masalah.(Eriyanto, 2002:191).

2.2 Ker a ngka Ber pikir

Pembentukan realitas adalah suatu kerja media lewat seorang wartawan. Realitas bukanlah suatu yang tersedia, yang ditampilkan wartawan dalam pesan-pesannya lewat berita. Berita merupakan hasil konstruksi dari realitas sebuah proses manajemen ternyata tidak selalu menghasilkan makna yang sama seperti yang diharapkan wartawan dalam diri khalayak pembacanya. Dalam hal ini surat kabar Harian Jawa Pos dan surat kabar Harian Surya berusaha mengemas berita – berita mengenai pro dan kontra konser Lady Gaga di Jakarta, periode 22 – 28 Mei 2012.

Dalam pemberitaan mengenai konser Lady Gaga di Jakarta, hal ini tampak dalam pemberitaan yang dihadirkan oleh kedua media selama berita tersebut hangat dibicarakan di ruang publik dan menjadi headline dalam beberapa waktu terakhir. Untuk melihat perbedaan dalam mengungkapkan suatu peristiwa (realitas) yang muncul di Jawa Pos dan Harian Surya.

(49)

berita bukan merupakan langkah akhir dari penelitian yang akan dilakukan. Namun ingin diketahui sekilas, bagaimana kecenderungan atau perbedaan setiap media (Jawa Pos dan Harian Surya) dalam memproduksi berita.

Harian Jawa Pos mengarahkan pemberitaan pada sudut pandang fans Lady Gaga kecewa dengan pembatalan konser. Jawa Pos menampilkan pro dan kontra dari masyarakat dan ormas – ormas tertentu yang menolak pelaksanaan konser Lady Gaga di Jakarta karena dianggap bermuatan pornografi dan pornoaksi yang dapat merusak moral generasi muda penerus bangsa.

(50)
(51)

3.1 Definisi Oper asional

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis framing. Deskriptif berarti data yang dikumpulkan berupa kata – kata, gambar dan bukan angka- angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan- kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Metode ini merupakan suatu metode yang memberikan gambaran suatu fenomena atau fakta tertentu secara terperinci yang akhirnya diperoleh hasil pemaknaan yang lebih jelas mengenai fenomena atau fakta yang diteliti. Sedangkan metode kualitatif digunakan karena metode ini lebih peka terhadap dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola – pola nilai yang dihadapi. (Moleong, 2002 : 5)

(52)

Pada penelitian ini akan dijelaskan bagaimana cara media dalam membingkai berita tentang konser Lady Gaga di Jakarta, melalui penonjolan maupun penekanan isu yang diangkat oleh harian Jawa Pos dan Harian Surya, yang dikonstruksikan dalam suatu proses penulisan berita. Penulisan berita meliputi bagaimana cara wartawan dalam menyusun fakta, menceritakan fakta, dan memberi penekanan pada fakta. Penulis akan menganalisis berita tentang konser Lady Gaga di Jakarta di harian Jawa Pos dan Harian Surya. Dengan menggunakan analisis framing dari Robert N. Entman, penulis akan menganalisis bagaimana isu itu ditonjolkan, dan bagaimana kasus – kasus yang ada dalam media tersebut dibongkar dan ditelaah dengan menggunakan cara – cara menurut model Robert N. Entman.

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah surat kabar Harian Jawa Pos dan Harian Surya. Sedangkan obyek penelitian ini adalah berita-berita mengenai Konser Lady Gaga di Jakarta, periode 22 sampai 28 Mei 2012.

3.3 Unit Analisis

(53)

Analisis teks media dengan melihat hubungan antara kalimat, penulisan narasumber, penulisan latar, penggunaan foto, penggunaan gaya bahasa, untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap perspektif yang digunakan oleh media cetak, yaitu surat kabar Harian Jawa Pos dan Harian Surya dalam melihat suatu peristiwa. Dalam hal ini berita mengenai Konser Lady Gaga di Jakarta.

3.4 Populasi dan Kor pus

Populasi ( banyaknya pemberitaan ) dalam penelitian ini adalah berita - berita tentang Konser Lady Gaga di Jakarta pada surat kabar Harian Jawa Pos dan Harian Surya.

Populasi ( banyaknya pemberitaan ) yang terdapat pada surat kabar Harian Jawa Pos adalah sebagai berikut :

1. Selasa, 22 Mei 2012

“Konser Gaga Jalan terus”

2. Rabu, 23 Mei 2012

“Menag Menolak, Kapolri Ragu”

3. Jum’at, 25 Mei 2012

“Izin konser Lady Gaga Makin Gelap”

(54)

“Dikepung Pendemo, Menko Polhukam cuek”

5. Senin, 28 Mei 2012

“Konser Gaga akhirnya Gagal”

Populasi yang terdapat pada surat kabar Harian Surya adalah sebagai berikut :

1. Selasa, 22 Mei 2012 “Pro dan Kontra” 2. Rabu, 23 Mei 2012

“Lady Gaga Membuka Suara” 3. Senin, 28 Mei 2012

“Little Monster Bertangisan”

(55)

Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita mengenai Konser Lady Gaga di Jakarta pada surat kabar Harian Jawa Pos dan surat kabar Harian Surya periode 22 sampai 28 Mei 2012.

Korpus yang terdapat di surat kabar Harian Jawa Pos, adalah sebagai berikut :

1. Senin, 28 Mei 2012(Headline)

“Konser Gaga Akhirnya Gagal”

Korpus yang terdapat pada surat kabar Harian Surya adalah sebagai berikut : 1. Senin, 28 Mei 2012 (Headline)

(56)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan secara langsung dengan mengidentifikasi berita-berita yang terdapat pada harian Jawa Pos dan Harian Surya periode 22 sampai 28 Mei 2012 tentang Konser Lady Gaga di Jakarta yang berpedoman pada model Robert N. Entman. Data hasil identifikasi tersebut dianalisis untuk menemukan cara pandang atau perspektif yang digunakan mengkonstruksi fakta menjadi wacana berita. Dikumpulkan dari sumber data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti kepada sumbernya tanpa perantara. Sedangkan data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri oleh peneliti. (Muchtar; 2007:86-88)

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara mendokumentasikan berita – berita mengenai pro dan kontra konser Lady Gaga di Jakarta pada surat kabar Harian Jawa Pos dan surat kabar Harian Surya periode 22 – 28 Mei 2012. Sedangkan data sekunder peneliti diperoleh dari informasi-informasi yang relevan dari buku, artikel dan internet yang digunakan untuk menambah perspektif kajian analisis peneliti.

3.6 Teknik Ana lisis Data

(57)

seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, dan lebih berarti untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai dengan perspektifnya (Sobur, 2001:162).

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah konsep dari model Robert N. Entman yang menggunakan empat cara tentang menganalisis framing, sehingga dapat diketahui bahwa bagaimana frame atau pembingkaian berita yang dilakukan oleh harian Jawa Pos dan harian Surya dalam mengangkat isu maupun membongkar kasus – kasus yang terdapat dalam pemberitaan kedua media tersebut.

Adapun empat cara yang digunakan dalam analisis framing model Robert N Entman adalah :

1. Define Problems ( Pendefinisian masalah ) adalah elemen yang merupakan

master of frame atau bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana

berita tentang pro dan kontra konser Lady Gaga di Jakarta pada harian Jawa Pos dan Harian Surya edisi 22 sampai 28 Mei 2012 dapat dipahami oleh wartawan, sebagai masalah apa? Karena peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda.

(58)

Dengan kata lain sumber masalah ini menyertakan siapa yang dianggap sebagai pelaku dan siapa yang dipandang sebagai korban.

3. Make Moral Judgement (membuat keputusan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah susah didefinisikan, penyebab masalah susah ditentukan, dibutuhkan agumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

4. Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian) dipakai untuk menilai apa yang dikendaki wartawan, jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.

(59)

Skema Fr aming Rober t N. Entman

Rizieq Shihab dengan tegas menolak konser Lady Gaga. pornografi dan Liberaslime budaya, syair lagu-lagu mendukung homoseksual, lesbian dan anti agama.

Treatment Recommendation

(Menekankan Penyelesaian)

Konser Lady Gaga akhirnya dibatalkan dari pihak manajemen Lady Gaga sendiri .

(60)
(61)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ga mbar an Umum Objek Penelitia n

4.1.1 Ga mbar an Umum Sur at Kabar Har ia n J awa Pos

Di lihat dari kelahirannya Jawa Pos termasuk salah satu surat kabar tertua di Indonesia. Kali pertama diterbitkan 1 juli 1949 dengan nama Java Post, kemudian menjadi DJawa Post, Djawa Pos, Jawa Pois kemudian Jawa Pos sampai sekarang.

(62)

kalangan pembacanya, keturunan Tionghoa. Mereka lebih suka memilih Pewarta Soerabaia yang kiblatnya masih ke arah tanah leluhur mereka. Harian Melayu – Tionghoa yang terbit di Jakarta juga berhaluan sama dengan Pewarta Soerabaia. Masalah ini tentu bukan masalah yang mudah. Karena waktu itu, masalah orang keturunan Tionghoa belum diatur oleh Undang – Undang. Masalah mereka baru diatur sekitar tahun enam puluhan.

Dalam perkembangan selanjutnya Chung Sen di sebut “ raja” surat kabar di Surabaya. Di tahun 1950-an dia memiliki tiga surat kabar sekaligus. Satu berbahasa Indonesia, satu berbahasa Tionghoa dan satu berbahasa Belanda. Surat kabar dalam bahasa Belanda kemudian diubah menjadi Indonesia Daily News yang berbahasa Inggris. Sebab ketika Bung Karno gencar-gencarnya menentang anti Belanda, hal – hal yang berbau Belanda minta diubah. Termasuk koran milik Chung Sen, Vrije Pers. Sedangkan koran yang berbahasa Tionghoa mengalami hal yang sama, bahkan tidak bisa terbit sama sekali, maka hanya tinggal Jawa Pos. Namun akhirnya Jawa Pos juga ikut meredup, karena Chung Sen semakin tua usia, dan putra – putranya tidak ada satupun yang tinggal di Indonesia.

(63)

percetakan De Vrije Pers di jalan kaliasin 52 Surabaya. Dan selanjutnya dari tahun ke tahun oplah Jawa Pos terus meningkat.

Tercatat pada tahun 1954 – 1957 dengan oplah sebesar 400 eksemplar dan mulai tahun 1958 – 1964 oplahnya mencapai 10.000 eksemplar. Karena perubahan ejaan pada tahun 1958 Java Post berganti nama menjadi Jawa Pos. Pada periode tahun 1971 – 1981 oplah tercatat pada 10.000 eksemplar, namun pada tahun 1982 terjadi penurunan oplah ke 6700 eksemplar. Dengan jumlah pendistribusian 2000 eksemplar pada kota Surabaya dan sisanya pada kota lain.

(64)

Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar. Pada tanggal 29 Mei 1985 sesuai dengan Akta Notaris Liem Shien Hwa no. 8 pasal 4 menyatakan nama PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat MENPEN No.1/per 1/Menpen/ 84 mengenai SIUPP, khususnya pemilikan saham maka 20% dari saham harus dimiliki karyawan untuk menciptakan rasa saling memiliki.

Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan Jawa Pos tidak merubah secara essensial isi pemberitaannya yang menyajikan berita – berita umum. Berita - berita umum ini meliputi peristiwa nasional yang menyangkut peristiwa ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya, pemerintah, serta informasi dunia olahraga disamping pemberitaan peristiwa yang terjadi di daerah Jawa Timur dan Indonesia bagian Timur.

4.1.2 Ga mbar an Umum Sur at Kabar Har ia n Sur ya

4.1.2.1 Sejar ah Per kembangan Sur at Kabar Ha r ian Sur ya

(65)

melakukan penetrasi pasar dimana pada saat itu pasar surat kabar di daerah Jawa Timur sendiri telah dikuasai kurang lebih 80 % oleh dua harian besar yaitu Harian Jawa Pos dan Harian Surabaya Pos. Bermodalkan tujuan ingin ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, surat kabar yang memiliki slogan Pendamping Berpikir Kritis, dengan berani memasuki pasar dengan beberapa gebrakan-gebrakan diantaranya membeli mesin-mesin percetakan sendiri dan mendirikan perusahaan percetakan PT. Antar Surya Jaya, dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama yaitu pada tahun 1995, harian ini telah dikenal cukup luas dan berkembang sedemikian pesat menyaingi surat kabar yang telah eksis terkebih dahulu.

(66)

pengembangan dan proses produksi, rekruitmen selalu diputuskan oleh pimpinan redaksi.

Pengadaan jasa informasi dalam bentuk media cetak dalam rangka memenuhi kebutuhan akan komunikasi masyarakat bisa dikatakan hanya dapat dilakukan oleh surat kabar dan tidak hanya Harian Surya yang berdiri melainkan beberapa surat kabar lain yang telah ada berdiri. Pada hakekatnya di dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya PT. Antar Surya Jaya melaksanakan 7(tujuh) fungsi utamanya, yaitu :

a) Sebagai media penyampaian informasi secara tertulis yang memberikan informasinya secara teratur setiap harinya.

b) Sebagai media pembentuk opini masyarakat dimana surat kabar itu terbit. Dengan demikian surat kabar mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi pandangan seseorang terhadap sesuatu.

c) Sebagai media hiburan dengan menyajikan berbagai cerita hiburan dan berita yang dapat menghibur para pembacanya.

d) Sebagai media pendidikan non-formal yang menyampaikan berbagai informasi berguna bagi kecerdasan dan penambah wawasan bagi para pembacanya.

(67)

f) Sebagai fungsi sosial dan kontrol dimana hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana pembangunan atau norma-norma kehidupan masyarakat akan dibahas dalam berita-berita utama yang dapat menyebabkan pihak-pihak yang berkepentingan akan melakukan perbaikan-perbaikan.

g) Sebagai penghasil keuntungan, unit ekonomi yang harus mampu menjaga kelangsungan hidup perusahaannya sendiri dengan tidak tergantung pada pihak luar ataupun pemerintah.

Untuk dapat melaksanakan misi tersebut maka PT. Antar Surya Jaya harus dapat mengelola usaha bisnisnya dengan baik agar dapat mendapatkan keuntungan sehingga dapat melaksanakan misi idealnya sebagai media massa dengan baik. Oleh karena itu, setiap unit pada perusahaan tersebut harus dapat bekerja sama dengan mendukung produksi dan pemasaran surat kabar Surya agar sesuai dengan perkembangan dan tuntunan masyarakat yang menuntut pelayanan yang baik.

(68)

bagian dari perusahaan ini sehingga dengan memutasikan karyawan itu maka diharapkan akan diperoleh suasana baru yang dinamis.

PT. Antar Surya Jaya ini yang memproduksi harian SURYA ini memiliki karyawan sebanyak kurang lebih 332 karyawan. Serta sebagian besar karyawan dan wartawan adalah mereka-mereka yang berusia muda antara 25 – 30 tahun menduduki prosentasi 30,9 % dan usia 31 – 40 tahun menduduki prosentase 39,4 % . Rasio perkembangan jumlah agen tidak sebanding dengan meningkatnya jumlah pelanggan atau dapat dikatakan perkembangan agen atau sub agen tidak semata-mata karena surat kabar SURYA.

Perlunya pembinaan terhadap agen agar senantiasa ikut menjaga perkembangan dan peningkatan harian SURYA dengan baik dan hal itu dapat dilakukan dengan memberikan semacam pembinaan keagenan. Banyak calon pelanggan mengira bahwa untuk berlangganan harian SURYA hanya bisa dilakukan lewat jalur Hotline, sementara itu tidak banyak calon pelanggan yang tidak mengetahui bahwa didekat rumahnya ada agen harian ini sehingga seolah-olah agen hanya mendapatkan pelanggan dan jalur Hotline saja. Sering juga terjadi bahwa seorang pelanggan tidak mengetahui jika setiap harinya mereka berlangganan lewat sebuah agen apalagi mengetahui nomor telepon dan alamatnya sehingga segala macam keluhan hanya dialamatkan langsung ke perusahaan.

(69)

dipilih untuk menjadi bahan berita maupun bahan komentar selain itu juga menentukan tempelan atau susunan beritanya dan desain layoutnya.

Visi pokok harian ini adalah yang dijabarkan oleh kebijaksanaan redaksional, selain berperan sebagai acuan, juga menjadi visi serta nilai dasar yang dihayati setiap karyawan sehingga dalam pengerjaannya selalu ikut membangun, mengembangkan, serta mendewasakan infrastruktur kebudayaan demokrasi yang pada akhirnya membuat surat kabar ini menjadi menarik karena selalu melalui berbagai berita, dapat memberikan komentar secara konsisten dengan menyuarakan suara Jawa Timur dan Indonesia Timur dengan memberikan porsi yang cukup untuk pemberitaan-pemberitaan tersebut dengan lebih kritis dalam mengikuti setiap perkembangan, kontrol sosial yang baik, isi lebih jernih dan dengan inovatif dalam hal menyampaikan berita.

(70)

favorit tanpa memperdulikan pembacanya yang sebagian besar kaum muda yang amat membutuhkan informasi, misalnya lapangan pekerjaan dan pendidikan sehingga bila diperhatikan ternyata jumlah prosentase iklan rata-rata masih kurang dari 30% sehingga sungguh terbalik dengan kenyataan bahwa surat kabar ini mampu menambah jumlah oplah dari tahun ke tahun.

4.1.2.2 Lokasi Per usahaan

Sebelum suatu perusahaan melakukan operasional produksinya, terlebih dahulu pimpinan perusahaan harus menentukan lokasi atau tempat untuk mendirikan perusahaan yang sudah penuh dengan pertimbangan-pertimbangan.

Lokasi perusahaan adalah merupakan tempat dimana perusahaan akan melaksanakan aktivitasnya atau usaha sehari-hari dalam memproduksi barang atau jasa. Selain itu lokasi perusahaan juga merupakan hal yang sangat penting dan perlu untuk diperhatikan, sebab akan mempengaruhi kedudukan perusahaan didalam bersaing dengan perusahaan lain dan juga akan menentukan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan dating.

(71)

faktor yang mempengaruhi besarnya biaya produksi dan distribusi dari barang yang dihasilkan,sehingga biaya-biaya dapat ditekan serendah mungkin.

Seperti telah diketahui bahwa ternyata harian Surya ini tidak memiliki kantor satu atap yang memudahkan para direksi atau karyawan berhubugan satu dengan yang lain. Idealnya setiap perusahaan berada dalam satu atap agar memudahkan koordinasi antar bagian serta akan lebih cepat dalam mengantisipasi perusahaan eksternal yang secara cepat terjadi dalam perkembangannya. Ada semacam faktor yang merupakan keuntungan bagi PT. Antar Surya Jaya ini yaitu letak perusahaan Harian Surya di jalan Raya Margorejo Indah D-108 Surabaya, yaitu di tepi jalan raya yang banyak dilewati kendaraan umum sehingga tansportasi karyawan tidak mahal.

Dengan letak lokasi perusahaan PT. Antar Surya Jaya ini yang terletak di tepi jalan raya akan memberikan keuntungan bagi karyawan dan juga memberikan keuntungan bagi perusahaan itu sendiri, karena dengan letak perusahaan yang strategis tersebut dapat menekan biaya transportasi yang serendah mungkin dan dapat mempermudah bagi para konsumen, agen ataupun biro-biro periklanan dalam mencari lokasi perusahaan.

4.1.2.3 Str uktur Or ganisasi Per usa haan

(72)

untuk mencapai apa yang dianggap menjadi tujuan organisasi. Oleh karena itu, dengan struktur organisasi yang baik diharapkan terciptanya suatu sistem yang memungkinkan tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi pada PT. Antar Surya Jaya dapat dilihat pada gambar struktur organisasi.

4.1.2.4 Baga n Str uktur Or ganisasi PT. Antar Sur ya J aya

Pada struktur organisasi PT. Antar Surya Jaya memiliki 3 divisi, dimana tiap-tiap divisi mempunyai tugas yang berbeda-beda, antara lain : Divisi Bisnis, Divisi Penerbitan, dan Divisi Percetakan. Pada divisi bisnis mencakup bagian perusahaan yang berhubungan dengan bagian keuangan, bagian umum, bagian sirkuasi, bagian iklan, serta bagian promosi. Demikian juga halnya dengan divisi penerbitan yang di dalamnya terdapat wartawan yang tugasnya mencari berita-berita untuk dijadikan bahan penulisan, dimana jam kerja wartawan tersebut selama 24 jam. Pada divisi percetakan juga berhubungan dengan halnya percetakan surat kabar atau berhubungan dengan orang-orang yang memproduksi surat kabar tersebut.

(73)

Sumber : Intern Perusahaan

SURYA

PU / WAKIL

PERSONALIA

PEMRED / WAKIL

RED.PEL / WAKIL

PP / WAKIL

SEK RED

KEUANGAN UMUM SIRKULASI IK LAN P ROM OSI / SFC

INFO EKBIS P OLKAM

IP TEK OLAHRAGA

LN OP INI

INT IM JATIM

(74)

4.1.2.5 Tugas dan Ta nggung J a wab

Penulis akan menguraikan tugas dari masing-masing jabatan yang ada pada PT. Antar Surya Jaya yang dapat diperinci sebagai berikut :

a . PU (Pimpina n Umum)

Pimpinan umum ini mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :

1) Merencanakan aktivitas perusahaan.

2) Menentukan kebijaksanaan perusahaan.

3) Sebagai koordinator dari aktivitas yang dilakukan oleh para karyawan.

4) Bertanggung jawab dan berfungsi sebagai motivator terhadap para karyawan.

b. Per sonalia

Personalia ini mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :

1) Membantu tugas-tugas daripada Pimpinan Umum dalam Perusahaan.

2) Menyediakan serta mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan oleh Pimpinan Umum yang sehubungan dengan urusan perusahaan.

(75)

Pemimpin Perusahaan ini mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :

Menangani masalah promosi, bagian keuangan, bagian umum, bagian sirkulasi, serta bagian iklan.

Pemimpin Perusahaan ini membawahi 5 bagian penting dan utama dalam perusahaan, yakni antara lain :

1) Bagian Keuangan mengatur keuangan secara umum dalam perusahaan.

Bagian keuangan ini merupakan seksi perbankan, yang di dalamnya mencakup masalah-masalah : inkaso, administrasi keuangan secara global, kasir (dimana kasir tersebut dibagi 2 yaitu penerimaan dan pengeluaran), serta mengurusi sistem pengontrolan keuangan.

2) Bagian Umum mengatur perawatan dan perbaikan sarana kerja, termasuk bengkel dan driver, radio dan operator telepon, keamanan dan rumah tangga, serta administrasi secara umum.

(76)

mendistribusikan koran), pengendali saldo yang mengawasi saldo penjualan (erat hubungannya dengan pengendali wilayah dan expedisi), administrasi keuangan ( bagian yang mengurusi administrasi keuangan, misalnya masalah distribusi gaji karyawan, uang transportasi).

(77)

5) Bagian Promosi meliputi pengembangan bidang promosi, antara lain : menangani SFC – Surya Family Card yang dapat dipakai sebagai kartu discount atau potongan di berbagai tempat yang telah menjalin kerjasama dengan pihak Harian Surya, promosi lainnya misalnya dalam bentuk stiker Harian Surya, memo desk yang bertuliskan Harian Surya, demikian juga dengan halnya pembagian bolpoint yang bertuliskan Harian Surya. Bagian promosi ini juga menangani masalah yang berhubungan dengan event-event tertentu, misalnya dalam hal menjadi sponsor.

d. Pemred (Pemimpin Reda ksi)

Pemimpin Redaksi ini mempunyai tanggung jawab sebagai berikut : memiliki jabatan tinggi serta menjadi penanggung jawab di dalam perusahaan, maksudnya apabila ada beriya yang salah (tidak benar) ataupun panggilan dari pihak-pihak yang bersangkutan (berkaitan dengan masalah berita yang tidak benar tersebut), maka Pemimpin Redaksi ini yang mempunyai tanggung jawab untuk menghadapinya serta berkewajiban untuk meralat akan berita tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa Pemimpin Redaksi ini merupakan orang yang pertama yang harus mempertanggung jawabkan Harian Surya apabila terdapat berita yang tidak benar ataupun yang merugikan pihak lain.

(78)

Redaktur Pelaksana ini mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :

Membantu tugas-tugas Pemimpin Redaksi, maksudnya Redaktur Pelaksana ini membantu menyeleksi serta menentukan berita mana yang akan diterbitkan. Dengan kata lain yaitu apabila Pemimpin Redaksi yang mengatur kebijaksanaan, maka Redaktur Pelaksana ini yang menyeleksi.

Dalam melaksanakan aktivitasnya, Redaktur Pelaksana ini dibantu 13 redaktur dan masing-masing redaktur tersebut mempunyai tugas masing-masing sebagai berikut :

1) Redaktur Kota, dimana Redaktur Kota bertanggung jawab atas berita-berita di kota (yang terjadi selama 24 jam).

2) Redaktur Jatim, dimana Redaktur Jatim bertanggung jawab atas berita di Jawa Timur.

3) Redaktur Intim, dimana Redaktur Intim memuat serta bertanggung jawab atas berita-berita yang berhubungan dengan daerah Indonesia Timur.

Gambar

Gambar 1.  “Hierarchy of Influence” Shoemaker dan Reese
TABEL 1. SKEMA FRAMING ROBERT N. ENTMAN
Gambar 2. Kerangka Berpikir dalam penelitian ini :
Tabel 4.1
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah : i) untuk membandingkan proses pengolahan air limbah secara kimia dan fisika, ii) mengetahui kandungan parameter pencemar air limbah

terhadap gaya manajemen konflik pada perawat Rumah Sakit

Di dalam penulisan laporan akhir ini, penulis melakukan perencanaan ulang bagaimana yang baik dalam merencanakan desain geometrik, konstruksi perkerasan lentur, kelas

baik pada aspek kuantitas dan kualitasnya. Sumber daya manusia yang kuat dan berdaya saing tinggi dalam berbagai aspek akan mendukung peningkatan pembangunan di

Maka dari itu, tujuan perancangan ini adalah untuk memperkenalkan Kota Bukittinggi kepada masarakat Indonesia khususnya generasi muda yang berusia 20-35 tahun agar dapat menarik

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial jumlah dana pihak ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi pembiayaan UMKM pada Bank

Dari sini penelitian dengan judul Pernikahan Saleb Tarjhe di Madura Perspektif Teori Konstruksi sosial ini dapat disimpulkan berbeda dengan penelitian-penelitian

Pemanfaatan serat alam dari tetumbuhan tropis yang tersedianya.. cukup melimpah sebagai alternatif media penguatan pada