EFEKTIVITAS MODEL ROLE PLAYING TERHADAP
KEMAMPUAN BERMONOLOG DALAM DRAMA
OLEH SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 POLLUNG
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
TETTI ELISA LUMBANRAJA
NIM 2103111072
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
i
ABSTRAK
Tetti Elisa Lumbanraja, NIM 2103111072, Efektivitas Model Role Playing Terhadap Kemampuan Bermonolog dalam Drama oleh Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun Pembelajaran 2013/2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektivitasan penerapan model role playing terhadap kemampuan bermonolog dalam drama. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun Pembelajaran 2013/2014 yang berjumlah 225 orang siswa. Sampel diambil secara acak kelas yaitu kelas XI IPA 2 dan XI IPA 4 yang masing-masing kelas berjumlah 30 orang.
Dari pengolahan data diperoleh hasil di kelas kontrol dengan rata-rata = 63,50, standard deviasi = 6,85. Hasil di kelas eksperimen dengan rata-rata = 75,17 standard deviasi = 8,31. Dari uji data hasil kelas kontrol dan kelas eksperimen didapat kedua hasil berdistribusi normal. Dari uji homogenitas di dapat bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang homogen. Setelah uji normalitas dan homogenitas, di dapatlah to sebesar 5,85. Selanjutnya to diketahui, kemudian dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf signifikasi 5% dengan df=N-1=30-1=29 dari df =30 diperoleh taraf signifikasi 5%=2,04, karena to yang diperoleh lebih besar dari tabel yaitu 5,85 > 2,04, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran role playing
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan bermonolog dalam drama siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun Pembelajaran 2013/2014.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Populasi Siswa ... 30
Tabel 3.2 Desain Eksperimen ... 33
Tabel 3.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 34
Tabel 3.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Kelas Kontrol ... 35
Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Tes Kemampuan Bermonolog ... 37
Tabel 3.6 Kategori Penilaian ... 38
Tabel 4.1 Data Siswa Kelas Kontrol ... 46
Tabel 4.2 Data Siswa Kelas Eksperimen ... 47
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Kelas Kontrol ... 48
Tabel 4.4 Identifikasi Kecenderungan Hasil Kelas Kontrol ... 50
Tabel 4.5 Uji Normalitas Hasil Kelas Kontrol ... 50
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Kelas Eksperimen ... 53
Tabel 4.7 Identifikasi Kecenderungan Hasil Kelas Eksperimen ... 54
Tabel 4.8 Uji Normalitas Hasil Kelas Eksperimen ... 55
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus ... 67
Lampiran 2 RPP Kelas Eksperimen ... 69
Lampiran 3 RPP Kelas Kontrol ... 75
Lampiran 4 Naskah Monolog ... 80
Lampiran 5 Tabel Nilai-Nilai Distribusi t ... 82
Lampiran 6 Tabel of r Produck Moment ... 83
Lampiran 7 Tabel Kurva Normal 0 ke z ... 84
Lampiran 8 Tabel Nilai Kritis Liliefors ... 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan hasil cipta yang mengungkapkan pribadi manusia
berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu
gambaran konkret yang mampu membangkitkan gairah yang dapat tersalurkan
dengan alat bahasa. Dengan melihat dan mendengarkan karya sastra yang indah,
maka keindahan tersebut dapat menggetarkan sukma, dapat menimbulkan
keharuan, kemesraan, kebencian, atau pandangan hati, gemas, dan dendam bagi
penikmatnya.
Drama sering dibicarakan oleh khalayak dengan adanya pementasan,
masyarakat lebih senang dengan adegan atau lakon dibandingkan dengan
membaca cerpen atau sekedar mendengarkan cerita. Dibeberapa kota ada yang
dinamakan taman budaya yang dimanfaatkan sebagai tempat pementasan ataupun
penampilan kreasi masyarakat umum yang dipertontonkan kepada masyarakat.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa pelajaran sastra,
khususnya pelajaran drama di sekolah belum mengalami perkembangan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi penghambat, salah satunya adalah
faktor metode pengajaran yang hendak digunakan. Adapun penelitian yang saya
maksudkan ialah penelitian yang dilakukan oleh Happi Luluina dengan judul
penelitian “Implementasi pembelajaran berkarakter melalui model bermain peran
terhadap apresiasi naskah drama siswa SMP kelas VIII di YPK. Don Bosco
2
Indonesia kurang memahami tentang model pembelajaran yang tepat untuk
digunakan dalam proses belajar mengajar serta minat dan keinginan siswa rendah
terhadap pelajaran sastra.
Drama cenderung dengan adanya percakapan atau dialog tetapi perlu
diketahui bahwa dalam drama percakapan bukan hanya dialog saja, tetapi ada
yang disebut dengan monolog. Monolog juga merupakan sebuah percakapan
hanya saja percakapan ini bukanlah percakapan antara dua pelaku atau lebih
namun percakapan tunggal atau biasa disebut percakapan pelaku dengan dirinya
sendiri. Monolog berarti bercakap-cakap dengan dirinya sendiri, kurang adanya
interaksi dengan orang lain dan lebih mengekspresikan diri untuk menunjukkan
drama yang sedang dibawakan, sehingga penonton lebih mudah mengerti.
Drama monolog sudah sejak lama dikenal sekitar tahun 60-an pada saat itu
pertelevisian tidak mengenal dubbling/pengisian suara oleh karena itu monolog
banyak dipraktekkan untuk membuat film-film komedi/horror. Salah satu
pengagas monolog yang terkenal adalah Charlie Chaplin. Monolog diperkenalkan
pertama kali di hollywood sekitar tahun 1964 lalu berkembang menjadi sarana
seni dan sudah menjadi salah satu teori / pembelajaran dari karya seni teater.
Di Indonesia monolog dapat dikatakan langka khususnya di sumatera,
seperti diungkapkan oleh komunitas teater riau dalam blogspotnya
melayuonline.com/ind/news/read/1366/komunitas-teater-riau-selenggarakan-festival-teater-monolog. Genre monolog masih langka di riau dan bahkan dapat
diyakini juga langka di sumatera. Salah satu penyebabnya, karena jenis teater ini
3
penonton. Untuk menghadirkan sebuah pertunjukan teater yang besar terutama
dalam konteks wacana teater kolektif yang melibatkan banyak pekerjanya.
Drama sebagai salah satu bentuk karya sastra bersifat imajinatif. Drama
merupakan gambaran kehidupan yang dipentaskan diatas panggung yang
menyajikan permasalahan-permasalahan yang terjadi dan mungkin akan terjadi
meskipun hanya bersifat imajinatif. Drama merupakan salah satu bentuk dari
sastra dan terintegrasi di salah satu kompetensi yang harus dicapai siswa dalam
bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia pada siswa kelas XI SMA yaitu mampu
memerankan drama dengan memperhatikan penggunaan lafal, intonasi,
nada/tekanan yang tepat sesuai dengan watak tokoh dalam pementasan drama.
Hal itu terdapat dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) dengan
standard kompetensi :Mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasan
drama, kompetensi dasar :Menggunakan gerak-gerik, mimik, dan intonasi sesuai
dengan watak tokoh dalam pementasan drama. Oleh karena itu, drama merupakan
salah satu karya sastra yang mampu mengekspresikan perasaan serta jiwa
seseorang dengan memerankan tokoh yang ada dalam drama monolog yang
diperankannya.
Pengajaran drama di sekolah banyak yang perlu dikaji dalam
pembahasannya, untuk itu peneliti lebih menspesifikkan dalam hal bermonolog.
Dalam kajian ini peneliti mengangkat suatu karya yang sudah pernah di tampilkan
oleh tokoh Putu Wijaya. Karyanya yang berjudul “Merdeka” merupakan karya
yang menggugah dan menyimpan banyak makna di dalamnya. Karya ini juga
4
dan di Bandung pada tahun 2010 dan di bantu oleh Teater Mandiri yang didirikan
oleh Putu Wijaya. Untuk itulah penulis tertarik dengan naskah tersebut, karena
kemerdekaan itu bukan hanya bebas namun memiliki tanggungjawab yang lebih
besar lagi di luar sana. Gambaran seekor burung yang hendak dimerdekakan
namun menolaknya karena merasa bahwa ketika ia mendapatkan kemerdekaan
tersebut ia akan berusaha sendiri dan menjaga diri dari serangan-serangan luar
yang mungkin akan membunuhnya. Merdeka dalam monolog yang dibawakan
oleh Putu Wijaya sebenarnya kerap hadir dalam hidup kita sehari-hari, kita sering
merasa ingin memiliki kemerdekaan itu namun tidak mengerti untuk apa
kemerdekaan yang kita miliki.
Banyak metode yang dapat digunakan dalam konteks bermonolog dalam
drama, namun Seorang guru harus mengetahui metode yang tepat yang dapat
digunakan untuk pengajarannya meskipun media dan sarana untuk pengajaran
merupakan ujung tombak dari keberhasilan suatu pembelajaran yang dipegang
penuh oleh tenaga pengajar (guru). Dalam pemilihan media belajar, guru memiliki
otoritas untuk memilih dan menggunakannya. Kriteria baik buruknya suatu media
tidak tergantung pada kemewahan peralatan yang dipakai melainkan sejauh mana
media itu dapat menyalurkan informasi sehingga informasi tersebut dapat diserap
semaksimal mungkin oleh sipenerima informasi. Model role playing mampu
meningkatkan bermonolog siswa dengan adanya permainan yang membawa
mereka lebih santai dan bebas, hal ini senada dengan pendapat Dani (2013)
5
untuk digunakan dalam rangka meningkatkan kemampuan bahasa dan sastra
Indonesia bagi peserta didik.”
Model Role Playing merupakan salah satu bentuk pembelajaran, di mana
peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Bermain pada
anak merupakan salah satu sarana untuk belajar. Proses bermain peran ini dapat
memberikan contoh kehidupan perilaku kehidupan manusia yang berguna sebagai
sarana bagi siswa untuk : (1) menggali perasaannya, (2) memperoleh inspirasi dan
pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya, (3)
mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, dan (4)
mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Hal ini akan bermanfaat
bagi siswa pada saat terjun ke masyarakat kelak karena ia akan mendapatkan diri
dalam suatu situasi dimana begitu banyak peran terjadi, seperti dalam lingkungan
keluarga, bertetangga, lingkungan kerja, dan lain-lain (Hamzah dalam Istarani,
2011: 71).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Model Role Playing terhadap Kemampuan Bermonolog dalam Drama oleh Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun Pembelajaran 2013/2014.”
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
6
2. Pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat
3. Peranan model role playing terhadap pembentukan karakter siswa
C.Batasan Masalah
Penulis membatasi penelitian ini pada aspek kemampuan bermonolog
dalam drama melalui terapan model role playing pada naskah drama yang akan
dipentaskan oleh siswa.
D.Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kemampuan bermonolog dalam drama oleh siswa kelas
XI SMA Negeri 1 Pollung secara konvensional?
2. Bagaimanakah kemampuan bermonolog dalam drama oleh siswa
dengan menggunakan model role playing?
3. Adakah pengaruh bermonolog dalam drama oleh siswa setelah
penerapan model role playing?
E.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
penelitian ini ialah sebagai berikut.
1. untuk mengetahui bagaimana kemampuan bermonolog dalam drama siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Pollung
2. untuk mendeskripsikan data mengenai keefektivitasan kemampuan
bermonolog dalam drama dengan menggunakan model role playing pada
7
3. untuk mengetahui pengaruh bermonolog dalam drama setelah penerapan
model role playing pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pollung.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik
secara teoretis maupun praktis, serta memberikan perkembangan terhadap
kemampuan bermonolog dalam drama.
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoretis dalam
mengkaji metode-metode pengajaran sastra, khususnya bermonolog dalam
drama.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan
pemahaman atau wawasan tentang metode pengajaran drama khususnya
dalam bermonolog, dan memberikan sumbangan pikiran terhadap tenaga
63
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.SimpulanBerdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian, tentang
Efektivitas Model Role Playing Terhadap Kemampuan Bermonolog Dalam
Drama Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun Pembelajaran 2013/2014, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Kemampuan bermonolog siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pollung
Kabupaten Humbang Hasundutan tahun pembelajaran 2013/2014 dengan
metode pembelajaran konvensional berada pada kategori cukup. Hal ini
terlihat pada nilai rata-rata 63,50.
2. Kemampuan bermonolog siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pollung
Kabupaten Humbang Hasundutan tahun pembelajaran 2013/2014 dengan
model pembelajaran Role Playing berada pada kategori baik. Hal ini
terlihat pada nilai rata-rata 75,17.
3. Kemampuan bermonolog siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pollung dengan
menerapkan model pembelajaran Role Playing memiliki pengaruh dan
ternyata efektif digunakan. Ini terbukti dari pengujian hipotesis, yaitu
thitung > ttabel (5,85 > 2,04) telah membuktikan bahwa hipotesis alternatif
(Ha) diterima.
B.Saran
1. Kemampuan siswa dalam bermonolog perlu ditingkatkan lagi. Hal tersebut
64
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satu model yang dapat
dijadikan alternatif adalah model pembelajaran Role Playing.
2. Selain menggunakan model pembelajaran, guru hendaknya menggunakan sumber-sumber belajar yang bervariasi dan menarik perhatian siswa.
3. Disarankan agar peneliti selanjutnya tetap memperhatikan perkembangan model-model pembelajaran yang digunakan di sekolah khususnya dalam
65
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Baroro, Kiromim. 2011. Upaya meningkatkan nilai-nilai karakter peserta didik melalui penerapan metode role playing. Jurnal ekonomi&pendidikan , (online)
Departemen Pendidikan Nasional.2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri., & Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Djuhari, Otong Setiawan dan Suherli. 2005. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung :Yrama Widya
Endraswara, Suwardi. 2011. Metode Pembelajaran Drama. Yogyakarta : CAPS
Hazin.1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya: Bumi Aksara
Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada
Kartini, Tien. 2007. Penggunaan metode role playing untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran pengetahuan sosial di kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Jurnal pendidikan dasar, (online)
Kosasih, E. 2009. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesustraan. Bandung : Yrama Widya
Nasution, S & M. Thomas. 2010. Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi, Makalah. Jakarta : Bumi Aksara
Rosdiana. 2002. “Kajian Tindak Tutur Teks Percakapan Drama Sumur Tanpa Dasar.”Skripsi. Makassar: FBS UNM.
66
Santoso, Ras Budi Eko. 2011. Model Pembelajaran Role Playing, (Online), http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/mondel-pembelajaran-role-playing.html
Sufiani. 2004. “Problematika Pengajaran Drama di SLTP Negeri 3 Bantimurung Kabupaten Maros”. Skripsi. Makassar: FBS UNM.
Sukasworo, Ign. 2005. Bahasa Indonesia; Mutiara gramatika Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Piranti Darmaka lokatama
Wijaya, Windy. 2013. Pengaruh Penggunaan Media Audiovisual terhadap Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Dipanegara Tebing Tinggi Tahun Pembelajaran 2012/2013. Skripsi. Medan : FBS Unimed
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia
http://buyungchem.wordpress.com/about/efektivitas-pengajaran-drama-dengan-meng-gunakan-metode-bermain-peran-pada-siswa-kelas-xi-smu-negeri-07-maka ssar/
http://nhyna-rosyadina.blogspot.com/2013/03/apa-itu-monolog.html