commit to user
i
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DITINJAU DARI LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS
PADA KUD DI KABUPATEN SUKOHARJO
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh : Yeni Kartika
H0307092
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DITINJAU DARI LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS
PADA KUD DI KABUPATEN SUKOHARJO
Yeni Kartika H0307092
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 20 Juni 2011
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Surakarta, Juli 2011 Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. NIP. 19560225 198601 1 001
Anggota I
Mei Tri Sundari, SP. M.Si. NIP. 19780503 200501 2 002
Anggota II
Prof. Dr. Ir. Darsono. M.Si. NIP. 19660611 199103 1 002 Ketua
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menberikan
berkat, kasih, dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan dapat mempersembahkannya kepada orangtua serta orang-orang
yang Penulis kasihi.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial
Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H. MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan Program
Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Ir. Rhina Uchyani F. MS selaku Dosen Pembimbing Utama yang
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat berharga dalam
penulisan skripsi ini.
5. Ibu Mei Tri Sundari SP. M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
selalu sabar dalam memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang
berharga dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Darsono. M.Si selaku Dosen Penguji yang memberikan
saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Bapak Ir. Heru Irianto, MM. selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing penulis selama kuliah di Fakultas Pertanian UNS.
8. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukoharjo beserta Staf.
9. Kepala Kantor BAPPEDA Kabupaten Sukoharjo beserta Staf.
10. Kepala Kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Sukoharjo beserta
commit to user
iv
11. Kepala seluruh KUD di Kabupaten Sukoharjo beserta Staf.
12. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah menyisihkan waktunya untuk berbagi ilmu dan pengetahuan yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
13. Bapak Mandimin, Bapak Syamsuri, dan Mbak Ira yang dengan sabar
membantu menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan studi
dan skripsi penulis.
14. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah membantu.
15. Orang tuaku, yang telah berkorban materiil maupun spirituil selama penulis
menempuh pendidikan. Doa, dukungan, motivasi dan kepercayaan selalu
memberikan keyakinan pada penulis.
16. Kedua Saudaraku dan seluruh keluarga terima kasih atas dukungan dan
doanya.
17. Teman-teman seperjuangan Agrobisnis 2007, terima kasih atas bantuannya
selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini serta kebersamaan yang selalu
akan jadi kenangan.
18. Kakak tingkat yang telah memberikan masukan-masukan dalam penulisan
skripsi ini.
19. Seluruh teman-teman Fakultas Pertanian, terimakasih atas kerjasamanya.
20. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas
semua bantuannya.
Segala kebenaran datangnya hanya dari Tuhan Yang Maha Esa dan segala
ketidaksempurnaan adalah milik manusia. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang mendukung dari semua pihak untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta,
commit to user
v DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
RINGKASAN ... x
SUMMARY ... xi
I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 7
II. LANDASAN TEORI... 8
A. Penelitian Terdahulu ... 8
B. Tinjauan Pustaka ... 9
1. Koperasi ... 9
2. Manajemen Koperasi ... 10
3. Koperasi Unit Desa (KUD) ... 12
4. Laporan Keuangan ... 14
5. Analisis Laporan Keuangan ... 19
6. Kinerja Keuangan ... 25
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 26
D. Hipotesis... 28
E. Pembatasan Masalah ... 28
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 29
III. METODE PENELITIAN ... 32
A. Metode Dasar Penelitian ... 32
B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian ... 32
C. Jenis dan Sumber Data ... 34
D. Teknik Pengumpulan Data... ... 34
E. Metode Analisis Data ... 35
1. Rasio Likuiditas ... 35
2. Rasio Solvabilitas ... 36
commit to user
vi
Halaman
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 39
A. Keadaan Alam ... 39
1. Lokasi Daerah Penelitian ... 39
2. Topografi Daerah ... 39
3. Keadaan Iklim ... 40
B. Kondisi Kependudukan ... 40
1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 40
2. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan ... 42
3. Keadaaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 43
C. Keadaan Koperasi ... 44
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Analisis Hasil Penelitian ... 51
1. Rasio Likuiditas ... 51
2. Rasio Solvabilitas ... 55
3. Rasio Rentabilitas ... 62
B. Pembahasan ... 65
1. Rasio Likuiditas ... 65
2. Rasio Solvabilitas ... 67
3. Rasio Rentabilitas ... 70
4. Pembahasan Komparatif Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, dan Rasio Rentabilitas ... 71
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75 DAFTAR PUSTAKA
commit to user
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Jumlah Koperasi dan Anggotanya Menurut Jenis Koperasi di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ... 3
2. Nama KUD di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ... 33
3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Sex Rasio Per Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ... 41
4. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut Pendidikan yang Terakhir di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ... 42
5. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ... 43
6. Jumlah Anggota, Pengurus, Karyawan, dan Badan Pengawas Koperasi di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010. ... 44
7. Jumlah Asset, Volume Usaha dan SHU Koperasi di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 (Rp.000). ... 46
8. Jumlah Koperasi Unit Desa (KUD), Besar Modal dan Anggota di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1998-2009... 47
9. Nilai Rasio Lancar Masing-masing KUD di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009. ... 51
10. Nilai Rasio Cepat Masing-masing KUD di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009. ... 53
11. Nilai Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva Masing-masing KUD di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009. ... 55
12. Nilai Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap Masing-masing KUD di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 ... 57
13. Nilai Rasio Total Utang dengan Total Aktiva Masing-masing KUD di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 ... 59
14. Nilai Rasio Total Utang dengan Modal Sendiri Masing-masing KUD di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 ... 61
15. Nilai ROI (Return On Investment) Masing-masing KUD di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009... 63
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Bagan Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah ... 28
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Rasio Likuiditas KUD di Kabupaten Sukoharjo ... 80
2. Rasio Solvabilitas KUD di Kabupaten Sukoharjo ... 83
3. Rasio Rentabilitas KUD di Kabupaten Sukoharjo ... 89
4. Necara Komparatif KUD Bhakti per 31 Desember Tahun 2005-2009... 92
5. Necara Komparatif KUD Bhineka Karya per 31 Desember Tahun 2005-2009... 93
6. Necara Komparatif KUD Dhewi Sri per 31 Desember Tahun 2005-2009... 94
7. Necara Komparatif KUD Sapta Usaha Mulya per 31 Desember Tahun 2005-2009 ... 95
8. Necara Komparatif KUD Sari Tani per 31 Desember Tahun 2005-2009... 96
9. Necara Komparatif KUD Sukodono per 31 Desember Tahun 2005-2009... 97
10. Necara Komparatif KUD Karya Bhakti per 31 Desember Tahun 2005-2009... 98
commit to user
x
RINGKASAN
Yeni Kartika. H0307092. Analisis Kinerja Keuangan Ditinjau dari Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas pada KUD di Kabupaten Sukoharjo. Di bawah bimbingan Ir. Rhina Uchyani F. MS. dan Mei Tri Sundari SP, M.Si. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.
Penelitian bertujuan untuk mengkaji kinerja keuangan KUD di Kabupaten Sukoharjo ditinjau dari likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas pada KUD di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif dan teknik pelaksanaannya adalah secara sengaja di tujuh KUD yang masih aktif dan memiliki usaha di sektor pertanian yang terdiri dari penjualan saprodi, RMU, penjualan produk pertanian dan kredit di sektor pertanian yaitu KUD Bhakti, KUD Bhineka Karya, KUD Dhewi Sri, KUD Karya Bhakti, KUD Sapta Usaha Mulya, KUD Sari Tani, dan KUD Sukodono. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan keuangan KUD yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba dari tahun 2005-2009. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis rasio yang terdiri dari rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas untuk mengetahui kemampuan KUD dalam memenuhi kewajibannya baik jangka pendek dan jangka panjang serta kemampuan untuk memperoleh hasil usaha dari kegiatannya.
commit to user
xi
SUMMARY
Yeni Kartika. H0207092. Financial Performance Analysis Based on Liquidity, Solvency, and Remunative at KUD in Sukoharjo Regency. Under tuition Ir. Rhina Uchyani F. MS and Mei Tri Sundari SP, MSi. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. 2011.
The purposes of research is to analyze the financial performance of KUD in Sukoharjo Regency in terms of liquidity, solvency, and remunative. The basic method used of research is descriptive method and its implementation is deliberately in seven KUD which still active in the agricultural sector which consists of agricultural production facilities, RMU, sales and credits of agricultural products in the agricultural sectors,which is KUD Bhakti, KUD Bhineka Karya, KUD Dhewi Sri, KUD Karya Bhakti, KUD Sapta Usaha Mulya, KUD Sari Tani, and KUD Sukodono. The types of data used in research is secondary data which obtained from financial statements KUD which consist of balance sheet and income statement of the years 2005-2009. Analytical methods used are ratio analysis, consist of liquidity ratios, solvency, and remunative, to determine ability of KUD to meet its obligations in short and long term as well as the ability to obtain results of their activities.
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur
berlandaskan pancasila dan UUD 1945 (Sitio dan Halamoan, 2001: 19).
Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian menjelaskan bahwa usaha koperasi terutama diarahkan pada
bidang usaha yang terkait langsung dengan kepentingan anggota baik untuk
menunjang usaha maupun kesejahteraannya. Maka pengelolaan usaha
koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif, dan efisien dalam arti
koperasi harus mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha yang
dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang sebesar-besarnya pada
anggota dengan tetap mempertimbangkan untuk memperoleh sisa hasil usaha.
Menurut Anoraga (1995: 131), keberhasilan koperasi dalam mencapai
tujuannya tergantung dari aktivitas para anggotanya, apakah mereka mampu
melaksanakan kerja sama, memiliki kemauan untuk bekerja dan mentaati
segala ketentuan serta kebijakan yang telah ditetapkan dalam rapat anggota.
Koperasi harus berupaya untuk memberikan jasa agar produk yang dihasilkan
oleh anggotanya dapat dipasarkan secara terpadu dan koperasi dapat
memberikan balas jasa sesuai dengan kontribusi yang diberikan oleh para
anggota.
Sebagian besar anggota koperasi tidak mau berperan aktif dalam usaha
yang dilakukan koperasi. Hal ini menyebabkan koperasi tidak dapat
mengembangkan usahanya dan meningkatkan kesejahteraan anggota.
Munculnya pesaing-pesaing sektor swasta yang memiliki kemampuan
manajemen dan permodalan lebih baik semakin memperburuk posisi koperasi
di masyarakat. Banyak koperasi yang dibentuk oleh pemerintah kemudian
tidak dapat melanjutkan usahanya karena kurangnya sumber daya manusia
commit to user
anggota koperasi diperlukan pada saat ini agar gerakan ekonomi rakyat yang
sehat dan kuat dapat tercapai. Oleh karena itu, setiap koperasi harus berusaha
dengan kemampuannya masing-masing untuk tetap aktif melakukan usahanya
di sektor ekonomi.
Koperasi yang sangat dominan dan tersebar luas di Indonesia adalah
KUD (Koperasi Unit Desa). KUD telah berkembang selama beberapa dekade
untuk mendampingi pembangunan pertanian selama orde baru di Indonesia.
Berakhirnya pemerintahan orde baru, kebijakan pemerintah terhadap koperasi
mulai berubah. Pemerintahan orde reformasi membuat KUD bukanlah
satu-satunya koperasi di pedesaan, karena itu pemerintah melakukan liberalisasi
koperasi dengan memberikan kemudahan mendirikan koperasi dan pinjaman
lunak yang sangat mudah. Akhirnya KUD yang semula dirancang untuk
menjadi satu-satunya koperasi di pedesaan tidak berkembang. Demikian juga
koperasi yang lain yang ada tidak terarah sehingga di pedesaan tidak ada lagi
koperasi yang kuat (Masyuri, 2010: 119-120).
Adanya koperasi di Kabupaten Sukoharjo seharusnya dapat membantu
meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakatnya. Namun dalam
perkembangannya koperasi di Kabupaten Sukoharjo banyak yang tidak dapat
melanjutkan usahanya lagi. Sebanyak 141 dari total 590 koperasi di
Kabupaten Sukoharjo dinyatakan tidak aktif dalam usahanya. Tidak aktifnya
ratusan koperasi di Kabupaten Sukoharjo tersebut salah satunya disebabkan
kebijakan yang bersifat top-down yang membuat koperasi tidak mampu
bertahan lama karena tidak adanya kesadaran sejak awal dari anggota
koperasi. Jumlah anggota koperasi di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada
commit to user
Tabel 1. Jumlah Koperasi dan Anggotanya Menurut Jenis Koperasi di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
No Jenis Koperasi Jumlah Aktif Anggota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 KUD
Koperasi Pondok Pesantren Kopinkra
Koperasi Pertanian Primkoppas
K P R I Kopkar
Koperasi Angkatan Darat Koperasi Serba Usaha Koperasi Wanita Koperasi Pepabri Koperasi Mahasiswa Koperasi Simpan Pinjam Koperasi Lainnya Koperasi Sekunder 13 8 3 114 5 89 49 2 147 6 1 2 106 41 4 12 5 3 25 2 84 43 2 132 6 1 2 95 33 5 48.190 1.013 229 22.778 2.936 11.801 16.718 1.910 18.435 2.256 46 120 12.344 31.429 502
Total 590 449 157.701
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Tahun 2010.
Pada tahun 2010, koperasi yang memiliki anggota terbanyak adalah
KUD dengan jumlah anggota 48.190 orang dimana anggota laki-laki
sejumlah 41.784 orang dan anggota perempuan sejumlah 6.406 orang. Setiap
KUD memiliki buku daftar anggotanya, namun karena jumlah anggota
masing-masing KUD yang cukup banyak sehingga belum dapat dibedakan
secara tepat jumlah anggota yang aktif dalam KUD dan jumlah anggota yang
pasif. Jumlah anggota KUD pada tahun 2010 tidak mengalami perubahan
baik penambahan maupun pengurangan dibanding tahun 2009. Kondisi ini
disebabkan kurang berminatnya masyarakat untuk menjadi anggota KUD
karena menganggap usaha dan kegiatan yang dilakukan KUD tidak
memberikan manfaat kepada masyarakat secara langsung.
Semua KUD yang berada di Kabupaten Sukoharjo adalah hasil dari
kebijakan pemerintah yang didasarkan pada UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang
menjelaskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan dan koperasi adalah salah satu usaha yang
commit to user
melanjutkan program yang kurang berhasil ditangani langsung oleh
pemerintah, seperti penyaluran kredit bimbingan masyarakat menjadi kredit
usaha tani, pola pengadaan pajak pemerintah dan lain-lain sampai pada
pengembangan usaha baru. Namun, banyak KUD tidak mampu untuk
membantu pengembangan pembangunan yang berbasis pedesaan. Hal ini
karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya KUD.
Pembentukan KUD awalnya dimaksudkan untuk memperlancar
kegiatan pertanian, namun karena adanya perubahan sistem ekonomi
mendorong KUD untuk membuka usaha di sektor lain misalnya jasa simpan
pinjam untuk mempertahankan badan usahanya. Perlu adanya evaluasi bagi
KUD untuk mengetahui perkembangan usaha yang dilakukan. Evaluasi yang
dimaksud adalah bentuk dari evaluasi kinerja KUD khususnya pada kinerja
keuangannya untuk mengetahui perkembangan KUD.
Seperti bentuk badan usaha lain, KUD juga membuat laporan keuangan
yang merupakan hasil dari kegiatan akuntansi yang memberikan informasi
penting dalam mengambil keputusan. Laporan keuangan juga digunakan
untuk berkomunikasi antara pengurus dengan pihak anggota dan pihak
ekstern seperti bank, pemerintah, dan badan usaha lainnya. Laporan keuangan
biasanya terdiri dari laporan perubahan modal, neraca, laporan laba-rugi,
laporan laba yang ditahan, dan berbagai jenis laporan lainnya.
Neraca menggambarkan kondisi keuangan dari suatu perusahaan pada
tanggal tertentu, umumnya pada akhir tahun saat penutupan buku. Laporan
laba-rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan barang atau
jasa dan ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut
(Jumingan, 2006: 4). Analisis laporan keuangan diperlukan untuk mengetahui
kondisi keuangan KUD. Analisis rasio adalah salah satu teknik analisis
laporan keuangan. Menurut Munawir (1999: 64) analisis rasio
menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah yang lain yang akan menjelaskan keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut
commit to user
standar. Analisis rasio dalam analisis laporan keuangan diantaranya adalah
analisis likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas, ketiga analisis rasio tersebut
menunjukkan kemampuan KUD untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya
dan memperoleh keuntungan.
B. Perumusan Masalah
KUD sebagai badan usaha perekonomian pedesaan dan sebagai pusat
pelayanan ekonomi pedesaan berperan penting dalam usaha peningkatan
potensi ekonomi desa dan diharapkan mampu meningkatkan potensi ekonomi
masyarakat. Peranan ini diwujudkan dalam berbagai usaha dan pelayanan
untuk memenuhi kebutuhan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Pencapaian tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya
harus didukung oleh manajemen yang baik. Manajemen terdiri dari rapat
anggota, pengurus dan pengawas. Hubungan timbal balik antara ketiga unsur
tersebut secara efektif merupakan salah satu faktor internal yang sangat
mendukung keberhasilan dalam mencapai tujuannya.
KUD di Kabupaten Sukoharjo telah memiliki ketiga unsur manajemen
koperasi yaitu rapat anggota, pengurus dan pengawas. Pengurus menunjuk
manajer dan karyawan untuk melakukan kegiatan usahanya sehari-hari.
Kondisi ini menunjukkan KUD di Kabupaten Sukoharjo telah melaksanakan
sistem manajemen seperti perusahaan swasta dan BUMN yang
mengkombinasikan sumber daya manusia, informasi, dan lainnya untuk
mencapai tujuan tertentu. Bedanya adalah pada KUD di Kabupaten Sukoharjo,
anggota merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa KUD dan tujuan yang
harus dicapai yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat.
KUD melakukan berbagai jenis usaha yang diharapkan mampu untuk
mencapai tujuannya. Berdasarkan sumber modal usahanya, jenis usaha
tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu usaha yang merupakan program
pemerintah dan usaha yang modalnya dari KUD sendiri. Jenis usaha KUD
diantara adalah RMU (Rice Mill Unit), unit layanan listrik, unit simpan
pinjam, unit saprodi, unit usaha sapi perah dan lainnya. Sejak tahun 1978,
commit to user
disebabkan karena adanya program bantuan dari pemerintah. Namun mulai
tahun 2000, perkembangan KUD semakin berkurang karena terjadi
pengunggakan yang cukup besar pada pendapatan KUD dari usaha kredit
terhadap petani dan masyarakat yang merupakan program pemerintah. Hal ini
menyebabkan modal yang dimiliki KUD menurun sedangkan utang karena
program tersebut merupakan tanggungan KUD yang harus segera dibayar.
Perubahan modal yang terjadi pada KUD menyebabkan KUD kekurangan
modal untuk mengembangkan usahanya dan membayar utangnya. Walau
dalam kondisi tersebut, KUD tetap berupaya untuk mempertahankan usaha
yang telah dilakukannya dan hal ini terjadi sampai sekarang. Perlu dilakukan
analisis mengenai kondisi KUD untuk mengetahui perkembangan usaha KUD
dan menentukan kebijakan pengembangannya.
Analisis tersebut dapat dilakukan melalui laporan keuangan KUD karena
laporan keuangan tersebut berisi mengenai modal, utang, serta kekayaan KUD
setiap periode pembukuannya yang pada umumnya adalah 1 tahun. Laporan
keuangan KUD paling tidak terdiri dari neraca dan laporan laba rugi pada
tahun yang bersangkutan serta penjelasan dari laporan tersebut, ini sesuai
dengan UU Nomor 25 Tahun 1992 pasal 35. Laporan keuangan juga
merupakan pertanggungjawaban pengurus terhadap anggota KUD. Pengurus
dapat menggunakan analisis tersebut untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan usahanya serta sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
rencana kerja tahun berikutnya. Berdasarkan uraian tersebut permasalahan
yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan
kinerja keuangan KUD di Kabupaten Sukoharjo ditinjau dari rasio likuiditas,
rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas?
C. Tujuan
Penelitian analisis keuangan yang dilakukan pada KUD di Kabupaten
Sukoharjo mempunyai tujuan untuk mengkaji perkembangan kinerja keuangan
KUD di Kabupaten Sukoharjo ditinjau dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
commit to user
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam hal
pertimbangan pembuatan kebijakan dan pemberian fasilitas yang nantinya
akan berpengaruh dengan kondisi perekonomian khususnya pada
perkembangan KUD di Kabupaten Sukoharjo.
2. Bagi pihak manajemen KUD, penelitian ini diharapkan sebagai sumbang
saran untuk memastikan tingkat keberhasilan usaha dan dasar perencanaan
strategi operasional di tahun yang akan datang.
3. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan terkait
dengan bahan yang dikaji serta merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian
commit to user
8
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kinerja koperasi telah dilakukan sebelumnya oleh
Sari (2005), dengan judul “Analisis Keuangan KUD Susu di Kabupaten
Boyolali”. Penelitian ini menggunakan analisis rasio yang terdiri dari rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, rasio aktivitas, analisis trend.
Penelitian ini menunjukkan bahwa KUD Susu di Kabupaten Boyolali
memiliki tingkat likuiditas yang kurang, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
rasio cepat KUD sebesar 1,352 dan rata-rata rasio lancar sebesar 1,310 dimana
kedua rasio tersebut berada dibawah standar yang digunakan yaitu 1,5. KUD
Susu di Boyolali kurang solvabel dilihat dari tingkat rasio solvabilitas yang
masih dibawah standar. Rentabilitas KUD juga masih kurang ditandai dengan
tingkat ROI dan ROE yang masih dibawah standar, sedangkan dilihat dari
rasio aktivitas KUD Susu di Kabupaten Boyolali masih belum efisien dalam
mengelola sumber daya yang dimiliki ditandai dengan tingkat perputaran
persediaan serta perputaran piutang yang menurun.
Penelitian yang dilakukan Khoirotunnisak (2008) tentang Analisis Kinerja
Keuangan KUD Banyumanik di Kota Semarang, penelitian ini menggunakan
analisis rasio yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio
rentabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan KUD
dilihat dari rasio likuiditasnya yaitu current ratio, quick ratio, dan cash ratio
menunjukkan posisi yang baik karena berada di atas standar yang digunakan,
ini berarti KUD mampu membayar utang lancarnya dengan menggunakan
aktiva lancar yang dimiliki. Dilihat dari rasio solvabilitas yaitu total debt to
equity ratio dan total debt to capital ratio menunjukkan posisi yang buruk
karena KUD tidak mampu membayar utang dengan modal sendiri tetapi
mampu membayar utang dengan total kekayaan yang dimiliki. Kemampuan
koperasi menghasilkan laba dilihat dari ROI dan ROE masih rendah karena
commit to user
B. Tinjauan Pustaka 1. Koperasi
Menurut Moh. Hatta koperasi adalah usaha bersama untuk
memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong.
Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi
jasa kepada kawan berdasarkan “seseorang buat semua dan semua buat
seorang”. Sedangkan menurut UU no 25 Tahun 1992, koperasi adalah
badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan (Sitio dan Halamoan, 2001: 17-19).
Asas dan sendi dasar koperasi yang mengungkapkan bahwa
koperasi berfungsi sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi
kesejahteraan rakyat adalah asas kekeluargaan dan gotong royong. Ini
tidak berarti koperasi meninggalkan sifat dan syarat efisiensi ekonomi.
Setiap anggota koperasi secara sukarela berdasarkan kesadaran dan
keyakinan untuk secara aktif turut dalam koperasi untuk memperbaiki
kehidupannya dan masyarakat sekitarnya. Dalam sendi dasar koperasi
diatur bahwa koperasi bukan hanya perkumpulan modal saja tetapi juga
perkumpulan orang atau badan hukum sehingga watak koperasi bersifat
non kapitalistis. Oleh karena itu, pembagian sisa hasil usaha (SHU) harus
didasarkan atas pertimbangan jasa dan kegiatannya dalam koperasi
(Edilius dan Sudarsono, 1996: 81).
Koperasi memiliki watak sosial. Hal ini berarti dasar koperasi adalah
kerja sama. Di dalam koperasi, anggota perkumpulan bekerja sama
berdasarkan kesukarelaan, persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban. Sesuai dengan asas demokrasi, berarti koperasi adalah milik
anggota sendiri dengan demikian sebenarnya koperasi diatur, diurus dan
diselenggarakan sesuai dengan keinginan para anggota perkumpulan.
Dengan kata lain, kekuasaan tertinggi dipegang oleh semua anggota yaitu
commit to user
Banyak kekuatan koperasi diantaranya koperasi merupakan badan
usaha yang memiliki karakter unik. Pada dasarnya potensi kelembagaan
dan gerakan koperasi mampu menyatukan bisnis komunitas ke jaringan
regional sampai nasional. Sebenarnya masih besar harapan ekonomi yang
ditumpukan pada koperasi. Memasuki tahun 2008 jumlah koperasi di
Indonesia adalah 134.963 dengan total anggota 27,3 juta. Adapun aset
yang dimiliki koperasi mencapai Rp 33 trilyun dengan volume usaha
Rp 40,8 trilyun (Sumiyanto, 2008: 19).
Kebijakan pemerintah dalam pengembangan koperasi bila dilihat
nampak kurang mengajak lembaga-lembaga pengembangan swadaya
masyarakat. Padahal mereka ini mempunyai pengalaman dan
sumber-sumber manusiawi yang dapat membantu. Jika tetap mengharapkan
koperasi sebagai kekuatan utama dalam perekonomian Indonesia,
seharusnya kebijakan jangka panjang diarahkan kepada pemantapan
peranan ini, dalam artian penciptaan iklim yang kondusif bagi
pertumbuhan kemandirian (Anoraga dan Ninik, 1998: 136).
2. Manajemen Koperasi
Menurut Soeharsono dalam Anoraga dan Ninik (1995: 115), Sebagai
lembaga ekonomi yang berwatak sosial. Maka jelas bahwa sistem
manajemen di lembaga koperasi harus mengarah pada manajemen
partisipatif yang berarti adanya kebersamaan dan keterbukaan. Sehingga
setiap anggota koperasi memiliki rasa tanggung jawab bersama dalam
organisasi koperasi.
Pola umum manajemen koperasi yang partisipatif tersebut
menggambarkan adanya interaksi antar unsur manajemen koperasi.
Terdapat pembagian tugas pada masing-masing unsur. Demikian pula
setiap unsur manajemen mempunyai lingkup keputusan yang berbeda-beda
commit to user
Adapun lingkup keputusan masing-masing unsur manajemen koperasi
adalah:
a. Rapat anggota merupakan pemegang kuasa tertinggi menetapkan
kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen, dan usaha
koperasi. Kebijakan yang bersifat sangat strategis dirumuskan dan
ditetapkan pada rapat anggota. Umumnya rapat anggota koperasi
diselenggarakan sekali setahun (Sitio dan Halamoan, 2001: 40).
b. Pengurus adalah anggota yang dikuasakan oleh anggota untuk
menggunakan kekayaan anggota yang telah dikumpulkan untuk
menjalankan usaha bersama (Anoraga dan Ninik, 1998: 108).
c. Pengawas mewakili anggota untuk melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijakan yang dilakukan pengurus. Pengawas dipilih dan
diberhentikan oleh rapat anggota (Sitio dan Halamoan, 2001: 40).
d. Pengelola adalah tim yang diangkat dan diberhentikan oleh pengurus
untuk melaksanakan teknik operasional di bidang usaha. Hubungan
pengelola usaha dengan pengurus koperasi adalah hubungan kerja atas
dasar perikatan dalam perjanjian (Sitio dan Halamoan, 2001: 40).
Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 mengacu pada
persiapan lembaga koperasi untuk menjadi semakin profesional dari segi
pengolahan bisnis dan mandiri di sektor pengorganisasian. Dengan
Undang-Undang ini, pemerintah menginginkan adanya pembaharuan
dengan pengurangan perannya dalam lembaga koperasi sehingga koperasi
akan lebih otonom, independen, mandiri dan profesional sebagai lembaga
usaha. Di satu sisi pemerintah mengarahkan koperasi agar menangani
sektor yang dipercayakan kepadanya. Misalnya KUD yang ditugasi untuk
ikut melaksanakan pemungutan iuran, penyaluran saprodi, pengadaan
pangan dan mata rantai tata niaga cengkeh, jeruk, dan sebagainya.
Koperasi dapat menolak jika dari segi manajerial semua itu tidak
menguntungkan (Anoraga, 1995: 152).
Tingkat profesionalitas manajerial akan meningkat sejalan dengan
commit to user
banyak biaya bagi anggota untuk berpartisipasi, membutuhkan lebih
banyak waktu untuk bisa memperoleh informasi, lebih membutuhkan
tingkat kemampuan yang tinggi. Partisipasi akan berkurang sejalan dengan
meningkatnya ukuran keanggotaan koperasi. Semakin besar koperasi maka
manajer akan semakin berkuasa dan berpengaruh (Ropke, 2000: 53).
3. Koperasi Unit Desa (KUD)
KUD merupakan koperasi serba usaha yang usahanya meliputi
semua bidang kegiatan ekonomi masyarakat desa. Usaha yang dilakukan
KUD meliputi kegiatan di bidang pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, kerajinan/ industri, kelistrikan di pedesaan, jasa. Selain itu,
KUD juga melaksanakan fungsi-fungsi perkreditan, pengolahan dan
pemasaran produksi lainnya yang dihasilkan industri rumah di pedesaan,
kegiatan perekonomian lainnya seperti perdagangan, angkutan dan lainnya
(Kartasapoetra et al, 1999: 13).
Meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat daerah pedesaan
merupakan tujuan pembentukan Koperasi Unit Desa (KUD) oleh
pemerintah. Anggota KUD adalah orang-orang yang bertempat tinggal
atau menjalankan usahanya di wilayah unit desa yang merupakan daerah
kerja KUD. KUD harus benar-benar mementingkan pemberian pelayanan
kepada anggota dan masyarakat dalam melaksanakan tugasnya. Kemajuan
dan perkembangan KUD sangat dipengaruhi oleh tenaga pimpinan yang
ahli dan mempunyai pengetahuan tentang ilmu ekonomi dan berwatak
terampil (Anoraga dan Ninik, 1998: 26-29).
Koperasi unit desa didahului dengan berdirinya BUUD/KUD yang
mendasarkan pada inpres No. 4 Tahun 1973. Tujuan pembentukan KUD
adalah menjamin terlaksananya produksi program peningkatan produksi
pertanian khususnya produksi pangan secara efektif dan efisien. Serta
memberikan kepastian bagi petani produsen khususnya serta masyarakat
desa pada umumnya bahwa mereka tidak hanya mempunyai tanggung
commit to user
nyata dapat memetik dan menikmati hasilnya guna meningkatkan taraf
hidup serta kesejahteraannya (Firdaus dan Agus, 2002: 69)
Pola pembangunan KUD yang bersifat top-down (dari atas)
menyebabkan kurangnya inisiatif dan peran serta dari masyarakat dalam
koperasi. Konsekuensinya, KUD cenderung merupakan lembaga yang
memberikan pelayanan yang tidak mampu mendorong sendiri
usaha-usahanya (self-propelling undertaking) dan kurang inisiatif. Peran serta
dari masyarakat merupakan indikator kuat bahwa evaluasi pembuatan
keputusan pedesaan sangat rendah. Hal ini mengurangi keefektifan
koperasi dalam memperbaiki kesejahteraan penduduk pedesaan
(Anoraga, 1995: 134).
Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan salah satu pilar
perekonomian yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian
nasional. Namun, sejak dikeluarkan Inpres No. 18 Tahun 1998, KUD tidak
lagi menjadi koperasi tunggal di tingkat kecamatan. Program-program
pemerintah untuk membangun masyarakat pedesaan, seperti distribusi
pupuk, benih, dan pengadaan gabah, yang awalnya dilakukan melalui
KUD selanjutnya diserahkan pada mekanisme pasar. Hal inilah yang
kemudian mengakibatkan lebih dari 5.400 KUD di Indonesia secara umum
mengalami penurunan kinerja dan tidak sedikit yang hanya tinggal papan
nama. Meskipun demikian, tidak sedikit pula KUD yang bertahan, bahkan
berkembang (Humas UGM, 2010).
Tidak adanya koperasi yang kuat menyebabkan kelembagaan petani
menjadi lemah. Sebenarnya KUD walaupun ada kelemahannya tetapi
mempunyai potensi yang besar. Karena itu mengembangkan kelembagaan
sosial di pedesaan adalah dengan merevitalisasi KUD. Reformasi KUD
dapat dilakukan dengan beberapa core business komoditas tertentu yang
dapat dikelola secara penuh. KUD dapat dimanfaatkan untuk membantu
usaha anggotanya dan membantu melaksanakan pembangunan seperti
pengadaan pangan dan distribusi pupuk bersubsidi atau gabungan diantara
commit to user
Langkah-langkah pengembangan KUD diatur sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan kebijakan pemerintah. Dalam satu kecamatan
hanya diijinkan ada satu KUD kecuali atas persetujuan lebih lanjut dari
menteri. Sementara mengenai luas dan lingkup usaha ditetapkan oleh
warga setempat. Seperti halnya koperasi yang lain, KUD juga memiliki
organisasi yang jelas. Dalam hal ini terdapat pengurus, badan pemeriksa,
manajer dan karyawan, serta rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi
(Anoraga dan Djoko, 2002: 26).
4. Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari
sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi
dan peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolongkan, dan diringkas
dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang dan kemudian diadakan
penafsiran untuk berbagai tujuan. Berbagai tindakan tersebut tidak lain
adalah proses akuntansi yang pada hakikatnya merupakan seni pencatatan,
penggolongan dana peringkasan transaksi dan peristiwa yang setidaknya
sebagian bersifat finansial. Laporan keuangan merupakan hasil tindakan
pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan (Jumingan, 2006: 4).
Laporan keuangan menyediakan alat utama bagi para manajer untuk
mengkomunikasikan kondisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak
luar. Informasi penting disampaikan oleh laporan keuangan mengenai
kekuatan dan kinerja perusahaan. Terdapat beberapa situasi dimana
analisis laporan keuangan akan menjadi alat yang berguna bagi
manajemen puncak. Contoh yang paling jelas ketika manajemen tengah
mempertimbangkan suatu investasi ke dalam atau memberi pinjaman
kepada perusahaan lainnya akan memberikan informasi relevan yang
sangat banyak mengenai kesehatan investasi. Manajemen puncak dapat
menggunakan analisis laporan keuangan pada laporan keuangannya sendiri
untuk melihat bagaimana para pemegang saham dan kreditur akan
commit to user
Laporan keuangan koperasi selain merupakan bagian dari sistem
pelaporan keuangan koperasi juga merupakan bagian dari laporan
pertanggungjawaban pengurus tentang tata kehidupan koperasi. Pengguna
utama dari laporan keuangan koperasi adalah para anggota koperasi,
pejabat koperasi, calon anggota koperasi, bank, kreditur, dan kantor pajak.
Tujuan dari pemakai terhadap laporan keuangan koperasi adalah menilai
pertanggungjawaban pengurus, menilai prestasi pengurus, menilai manfaat
yang diberikan koperasi terhadap anggotanya, menilai kondisi keuangan
koperasi, sebagai pertimbangan untuk memutuskan jumlah sumber daya
dan jasa yang diberikan pada koperasi (Sitio dan Halamoan, 2001: 107).
Laporan keuangan berisi beberapa hal, neraca merupakan ringkasan
aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada satu titik tertentu, biasanya
akhir tahun atau kuartal tahun. Selanjutnya laporan laba-rugi terdiri dari
penghasilan dan biaya perusahaan pada periode waktu tertentu biasanya
untuk satu tahun atau tiap tiga bulan. Jika neraca menunjukkan posisi
keuangan perusahaan pada satu titik waktu tertentu, laporan laba-rugi
menunjukkan keuntungan perusahaan sepanjang periode waktu tersebut.
Dari kedua laporan keuangan tersebut beberapa laporan turunan dapat
dihasilkan seperti laporan laba ditahan, laporan sumber dan penggunaan
dana (Van Horne dan John, 1997: 128).
a. Neraca
Neraca menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada
suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku
ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau
tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet
(Munawir, 1999: 13).
Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.
1) Aktiva lancar (current asset) adalah uang kas dan aktiva
commit to user
menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi pada periode
berikutnya, yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah:
a) Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam
pengertian kas adalah cek yang diterima dari para
langganan dan simpanan perusahaan di Bank dalam
bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank
yang dapat diambil kembali setiap saat diperlukan oleh
perusahaan.
b) Investasi jangka pendek adalah investasi yang sifatnya
sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk
memanfaatkan uang kas yang sementara belum
dibutuhkan dalam operasi. Yang termasuk dalam investasi
jangka pendek adalah deposito di bank, surat-surat
berharga yang berwujud saham, obligasi, sertifikat bank,
dan surat hipotek.
c) Piutang wesel atau tagihan perusahaan kepada pihak lain
yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang
diatur dalam undang-undang.
d) Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain sebagai
akibat adanya penjualan dagangan secara kredit.
e) Persediaan adalah semua barang-barang yang sampai
tanggal neraca masih di gudang atau belum laku dijual.
(Munawir, 1999: 14-16)
2) Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang memiliki umur
kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai
umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis
dalam satu kali perputaran operasi perusahaan), yang termasuk
aktiva tidak lancar adalah investasi jangka panjang, aktiva
tetap, aktiva tetap tidak berwujud, beban yang ditangguhkan
commit to user
a) Investasi jangka panjang bertujuan untuk mengadakan
pengawasan terhadap kebijaksanaan atau kegiatan
perusahaan lain, untuk memperoleh pendapatan yang tetap
secara terus menerus, membentuk suatu dana untuk tujuan
tujuan tertentu, dan untuk membina hubungan baik dengan
perusahaan lain.
b) Aktiva tetap berujud merupakan aktiva yang mempunyai
umur ekonomis lama, digunakan dalam kegiatan usaha dan
tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kondisi
normal. Yang termasuk aktiva tetap berujud meliputi tanah,
bangunan, mesin pabrik, kendaraan dan peralatan kantor.
c) Aktiva tak berwujud merupakan aktiva yang secara fisik
tidak mempunyai wujud tetapi mempunyai manfaat
ekonomis bagi pemiliknya di masa yang akan datang,
meliputi patent, hak cipta, merk dagang, goodwill, waralaba
dan lain-lain.
d) Beban yang ditangguhkan menunjukkan adanya
pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka
panjang. Termasuk dalam kelompok ini antara lain biaya
pemasaran, biaya pembukaan perusahaan, biaya penelitian.
e) Aktiva lain-lain merupakan aktiva yang tidak termasuk
kategori aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva
tetap berwujud dan aktiva tak berwujud, meliputi piutang
jangka panjang, gedung dalam penyelesaian
(Munawir, 1999: 16-18).
Kewajiban pada koperasi dapat diklasifikasikan menjadi
kewajiban kepada anggota dan bukan anggota. Kewajiban yang timbul
dari transaksi dengan anggota disajikan terpisah sebagai utang kepada
anggota. Sebaliknya, kewajiban yang timbul dari transaksi dengan
bukan anggota disajikan sesuai dengan ketentuan dalam standar
commit to user
disajikan sebagai kewajiban lancar atau jangka panjang sesuai dengan
tanggal jatuh temponya. Kewajiban yang timbul karena pembagian
SHU disajikan sebagai kewajiban lancar kecuali apabila ditetapkan
dalam rapat anggota koperasi tidak dibagi baik untuk anggota
ataupun dana yang lain (Sitio dan Halamoan, 2001: 115).
Utang lancar menurut Munawir (1999: 19) meliputi:
1) Utang dagang, adalah utang yang timbul karena adanya pembelian
barang dagangan secara kredit.
2) Utang wesel, adalah utang yang disertai dengan janji tertulis untuk
melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di
masa yang akan datang.
3) Utang pajak, baik pajak untuk perusahaan maupun pajak
pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara.
4) Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah
terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.
5) Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah sebagian
(seluruh) utang jangka panjang yang sudah menjadi utang jangka
pendek karena harus segera dilakukan pembayarannya.
6) Penghasilan yang diterima dimuka adalah penerimaan uang untuk
penjualan barang/jasa yang belum direalisir.
Kewajiban dengan jatuh tempo melebihi satu tahun ditunjukkan
pada neraca sebagai kewajiban jangka panjang atau utang tidak lancar.
Kategori ini meliputi utang obligasi, wesel bayar jangka panjang,
hipotik, kewajiban atas sewa guna usaha, dan garansi jangka panjang
(Fraser dan Aileen, 2004: 93).
Modal koperasi terutama berasal dari anggota dan dapat
berbentuk simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan pokok
adalah jumlah nilai tertentu yang sama jumlahnya yang harus
disetorkan pada waktu masuk menjadi anggota. Simpanan wajib
adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota
commit to user
b. Laporan Rugi-Laba
Laporan rugi laba merupakan ikhtisar dari pendapatan (revenue)
dan beban-beban (expenses) untuk suatu periode waktu atau masa
tertentu. Dengan kata lain, laporan ini menunjukkan hasil usaha atau
kinerja perusahaan pada kurun waktu tertentu (Dunia, 2008: 14).
Bentuk laporan rugi laba yang biasa digunakan adalah sebagai
berikut:
1) Bentuk Single Step, yaitu dengan menggabungkan semua
penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu
kelompok, sehingga untuk menghitung rugi atau laba bersih hanya
memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap
total penghasilan.
2) Bentuk Multiple Step, dalam bentuk ini dilakukan pengelompokan
yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara
umum.
(Munawir, 1999: 26).
5. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan
dan kecenderungan atau tren untuk mengetahui apakah keadaan keuangan,
hasil usaha, dan kemajuan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan.
Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur
laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke
tahun untuk mengetahui arah perkembangannya. Rasio dalam analisis
laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu
unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara
unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk
matematis yang sederhana. Secara individual analisis rasio itu kecil
artinya, kecuali jika dibandingkan dengan suatu rasio standar yang layak
dijadikan dasar pembanding. Apabila tidak ada standar yang dipakai
commit to user
tidak dapat menyimpulkan apakah rasio itu menunjukkan kondisi
menguntungkan dan tidak menguntungkan (Jumingan, 2006: 118).
Analisis keuangan harus melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan
keuangan perusahaan. Alat yang biasa digunakan dalam pemeriksaan ini
adalah rasio keuangan atau indeks yang menghubungkan dua data
keuangan dengan jalan membagi satu data dengan data yang lain. Analisis
rasio keuangan dapat membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu
dan akan datang dalam perusahaan yang sama. Metode perbandingan yang
kedua melibatkan perbandingan rasio satu perusahaan dengan
perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada titik yang sama.
Perbandingan ini memberikan pandangan tentang kondisi keuangan dan
kinerja relatif perusahaan (Van Horne dan John, 1997: 133-134).
Beberapa rasio keuangan yang sering digunakan adalah:
a. Rasio Likuiditas
Menurut Van Horne dan John (1997: 135) Rasio likuiditas
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka
pendek dengan sumber jangka pendek untuk memenuhi kewajiban
tersebut. Menurut Soemarso (1999: 82), kewajiban jangka pendek
adalah kewajiban yang penyelesaiannya harus dilakukan dengan
menggunakan aktiva lancar atau pembentukan kewajiban lancar lainnya
atau kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun
mendatang. Kewajiban ini biasanya adalah wesel bayar, utang bank,
utang biaya, utang obligasi.
Menurut Riyanto (2001: 25), likuiditas adalah berhubungan
dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat
pembayaran yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat
tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang
bersangkutan. Menurut Tjiptoadinugroho (1946: 55), kewajiban
commit to user
pertanggungjawaban terhadap pemilik perusahaan, dan kewajiban
keluar yaitu pertanggungjawaban terhadap utang perusahaan
Likuiditas dihitung dengan rumus :
Rasio Lancar(Current Ratio) =
Lancar Utang
Lancar Aktiva
(Riyanto, 2001 : 25 -28).
Rasio likuiditas terdiri dari rasio lancar dan rasio cepat. Menurut
Fraser dan Aileen (2004: 233) Rasio lancar adalah ukuran yang umum
digunakan atas kemampuan jangka pendek yaitu kemampuan suatu
perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo. Kewajiban
lancar digunakan sebagai penyebut rasio karena dianggap
menggambarkan utang yang paling mendesak, harus dilunasi dalam
satu tahun. Sedangkan menurut Riyanto (2001: 333), rasio cepat
menunjukkan kemampuan untuk membayar utang yang segera harus
dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets). Van
Horne dan John (1997: 136) menjelaskan bahwa rasio cepat sama
dengan rasio lancar kecuali tidak dimasukkannya persediaan karena
persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang likuid.
Rasio cepat dapat dihitung dengan rumus:
Rasio cepat =
Lancar Utang
Persediaan
-Lancar Aktiva
(Fraser dan Aileen, 2004: 225).
Kriteria tingkat likuiditas koperasi menurut Peraturan Menteri
Negara Koperasi dan UKM No. 22/Per/M.KUKM/IV/2007 adalah:
175%-200%
150%-175%
125%-150%
100%-125%
<100% dan >200% =
=
=
=
=
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
Jelek
commit to user
b. Rasio Solvabilitas
Solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi
segala kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut
pada saat itu dilikuiditas. Suatu perusahaan yang sovabel berarti bahwa
perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau keyakinan yang cukup
untuk membayar semua utang-utangnya, tetapi tidak dengan sendirinya
menunjukkan perusahaan likuid. Rasio total utang dengan total aktiva
menunjukkan sejauh mana nilai dari total aktiva yang dimiliki dibiayai
oleh utang. Rasio ini merupakan perbandingan total utang terhadap total
aktiva. Perhitungan rasio menggunakan rumus dibawah ini:
Rasio Total Utang dengan Total Aktiva =
Aktiva Total
Utang Total
Sedangkan rasio total utang dengan modal sendiri menunjukkan
perbandingan antara total utang terhadap modal sendiri. Perhitungan
rasio menggunakan rumus dibawah ini :
Rasio Total Utang dengan Modal Sendiri =
Sendiri Modal
Utang Total
(Riyanto, 2001: 333).
Kondisi keuangan yang menguntungkan dalam jangka pendek
belum tentu diikuti kondisi keuangan yang menguntungkan pula dalam
jangka panjang. Dapat pula terjadi keadaan yang sebaliknya. Rasio
modal sendiri dengan total aktiva menunjukkan persentase investasi
dalam total aktiva yang telah dibelanjakan dengan dana yang berasal
dari modal sendiri.
Rasio modal sendiri dengan total aktiva =
aktiva Total
sendiri Modal
Rasio solvabilitas pada dasarnya bertujuan mengukur tingkat keamanan
bagi kreditur jangka panjang dalam hal bila utang jangka panjang
seperti utang hipotik atau utang obligasi dapat dijamin dengan aktiva
commit to user
Rasio modal sendiri dengan aktiva tetap menunjukkan sejauh
mana modal sendiri membiayai aktiva tetapnya, dinyatakan sebagai
perbandingan antara modal sendiri dengan aktiva tetap. Perhitungan
rasio menggunakan rumus dibawah ini:
Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap =
Tetap Aktiva
Sendiri Modal
(Riyanto dan Munawir, 1976: 82-85).
Kriteria tingkat solvabilitas koperasi menurut Peraturan Menteri
Negara Koperasi dan UKM No. 22/Per/M.KUKM/IV/2007 adalah:
135%-150%
120%-134%
105%-119%
90%-104%
<90% dan >150% =
=
=
=
=
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
Jelek
(Dinas Koperasi dan UMKM, 2009: 75).
c. Rasio Rentabilitas
Rentabilitas yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu, dinyatakan dalam satuan
persen (%). Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba
usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk
menghasilkan laba tersebut. Sedangkan rentabilitas modal sendiri
adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik
modal sendiri di satu pihak dengan modal sendiri yang menghasilkan
laba tersebut di lain pihak. Rentabilitas dapat dihitung dengan rumus:
RE = M
L
x 100 %
Keterangan :
RE : Rentabilitas
L : Jumlah laba usaha yang diperoleh selama periode tertentu
commit to user
Jika rentabilitas positif (menghasilkan laba) maka kinerja efisien
(Riyanto, 2001: 35).
1) Return on Invesment (ROI)
Return on Investment (ROI) dalam analisis keuangan
mempunyai arti sangat penting sebagai salah satu teknik analisis
keuangan yang bersifat menyeluruh. ROI adalah salah satu bentuk
dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan
dalam aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan. Perhitungan ROI menggunakan rumus
dibawah ini :
ROI = x100%
Aktiva Jumlah
Pajak Sebelum Bersih
Laba
(Munawir, 1999: 89).
2) Return on Equity (ROE)
Rentabilitas modal sendiri merupakan kemampuan
menghasilkan laba dari sejumlah modal sendiri yang digunakan
untuk menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas modal sendiri disebut
juga sebagai Return on Equity (ROE).
Rentabilitas Modal Sendiri = x 100%
sendiri Modal
pajak sesudah bersih
Laba
(Munawir, 1999: 105)
Kriteria tingkat rentabilitas koperasi menurut Peraturan Menteri
Negara Koperasi dan UKM No. 22/Per/M.KUKM/IV/2007 adalah:
>15%
12%-15%
8%-11%
4%-7%
<4%
=
=
=
=
=
Sangat baik
Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
Jelek
commit to user
6. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan pada
suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana
maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan kecukupan modal,
likuiditas, dan profitabilitas. Penilaian aspek profitabilitas guna
mengetahui kemampuan menciptakan profit yang sudah barang tentu
penting bagi pemilik. Dengan kinerja yang baik pada akhirnya akan
berdampak baik bagi intern maupun pihak ekstern (Jumingan, 2006: 239).
Kinerja masa lalu merupakan indikator bagus mengenai kinerja masa
yang akan datang. Oleh karena itu, seorang pemodal ataupun kreditur akan
melihat trend penjualan, biaya, laba bersih, arus kas, dan imbalan atas
investasi masa lalu tidak hanya sebagai alat untuk menilai kinerja masa
lalu manajemen namun juga sebagai suatu indikator kinerja masa yang
akan datang. Selain itu, analisis posisi sekarang akan mengungkapkan
sebagai contoh aset-aset apa saja yang dimiliki oleh perusahaan dan
kewajiban apa yang mesti dibayar. Analisis posisi sekarang juga
mengungkapkan posisi kas, seberapa besar utang perusahaan dibandingkan
dengan modalnya, dan tingkat-tingkat persediaan dan piutang dagang
(Simamora, 1999: 351).
Kelancaran aliran kas atau dana yang masuk dari luar ke dalam
perusahaan untuk membiayai investasi dan operasi perusahaan sangat
tergantung kepada kemampuan manajer keuangan dalam menjalankan
fungsi pendanaannya. Setelah dana diinvestasikan untuk membiayai
operasi perusahaan dan mampu menghasilkan keuntungan, maka
selanjutnya manajer keuangan juga akan terlibat dalam pengambilan
keputusan mengenai beberapa bagian dari keuntungan yang akan
dibayarkan kepada pemilik perusahaan (Riyanto, 2001: 11).
Perusahaan kemungkinan menggunakan informasi akuntansi saja
untuk menilai kinerja para manajernya. Kemungkinan yang lain adalah
informasi akuntansi digunakan bersama dengan informasi non akuntansi
commit to user
sebagai dasar penilaian kinerja karena informasi akuntansi mencerminkan
nilai sumber daya yang diperoleh perusahaan dari bisnisnya dan yang
dikorbankan oleh para manajer untuk menjalankan aktivitas bisnis
perusahaan (Mulyadi, 2001: 475).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
KUD di Kabupaten Sukoharjo bertujuan meningkatkan kesejahteraan
anggota khususnya dan masyarakat di lingkup wilayah kerjanya. Karena KUD
juga merupakan badan usaha yang harus tetap menjaga kesinambungan
kegiatannya, maka KUD juga diharapkan dapat meningkatkan hasil usaha
yang diperoleh. Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut
baik dengan modal sendiri maupun dengan modal asing. KUD juga digunakan
oleh pemerintah untuk menjembatani upaya peningkatan kehidupan ekonomi
masyarakat. Oleh karena itu, KUD membuka berbagai usaha yang terkait
dengan kebutuhan masyarakat. Namun, usaha yang dilakukan KUD kurang
mendapat respon positif dari anggota dan masyarakat karena KUD dianggap
kurang profesional dalam melaksanakan usahanya serta kurangnya tingkat
kesadaran anggota dan masyarakat akan peran KUD. Akibatnya KUD sulit
untuk berkembang. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah
yang terkadang kurang mendukung pertumbuhan KUD.
Akhir-akhir ini pemerintah lebih mengembangkan berbagai program
yang tidak lagi menggunakan KUD tetapi membentuk kelompok-kelompok
masyarakat penerima bantuan/ program seperti kelompok tani, gapoktan,
LKMA (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis), dan lainnya. Harapannya
dengan poktan dan gapoktan itu menjadi koperasi pertanian yang berdasarkan
bottom-up dan dekat dengan anggotanya. Namun koperasi yang diharapkan
tidak dapat berhasil. Tanpa terbentuknya koperasi, poktan dan gapoktan tidak
dapat memiliki aset tetap sehingga tidak dapat bersaing dengan perusahaan
lain. Oleh karena itu, perlu adanya penguatan lembaga di pedesaan agar
pembangunan pertanian dan pedesaan berjalan lancar. Penguatan lembaga
pedesaan dapat dilakukan dengan merevitalisasi KUD dan sekaligus
commit to user
Kinerja keuangan KUD dapat ditingkatkan dengan mempertimbangkan
kemampuan masing-masing KUD. Sebagaimana disajikan pada gambar 1 dan
diuraikan berdasarkan permasalahan penelitian, yaitu kinerja keuangan.
Analisis keuangan perlu dilakukan untuk mengetahui secara pasti mengenai
kondisi keuangan tersebut. Analisis keuangan koperasi dapat diketahui
berdasarkan keadaan laporan keuangannya yang terdiri dari neraca dan
laporan laba-rugi. Kedua laporan ini kemudian dianalisis menggunakan
analisis rasio yaitu rasio likuiditas (rasio lancar dan rasio cepat), rasio
solvabilitas (rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio modal sendiri
dengan aktiva tetap, rasio total hutang dengan total aktiva, rasio total hutang
dengan modal sendiri) dan rasio rentabilitas (Return On Investment (ROI) dan
Return On Equity (ROE)) untuk mengetahui kemampuan KUD dalam
memenuhi kewajibannya baik jangka panjang dan jangka pendek serta
memperoleh sisa hasil usaha (SHU).
Nilai rasio tersebut kemudian dibandingkan dengan rasio standar yang
digunakan dalam penelitian yaitu peraturan menteri negara koperasi dan UKM
No. 22/Per/M.KUKM/IV/2007. Rasio standar tersebut diambil dengan
pertimbangan bahwa standar yang digunakan adalah standar yang paling
sesuai dengan kondisi koperasi khususnya KUD dan merupakan standar baku
untuk sistem pemeringkatan koperasi di Indonesia, sedangkan KUD adalah
salah satu jenis koperasi tersebut. Berdasarkan analisis-analisis tersebut akan
dapat diketahui kondisi keuangan pada periode yang dianalisis dan
perkembangan keuangannya. Serta diharapkan dapat membantu pihak-pihak
yang bersangkutan dalam mengambil keputusan finansial pada tahun yang
commit to user
Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah
D. Hipotesis
Diduga KUD di Kabupaten Sukoharjo belum mampu melunasi
kewajiban jangka pendek (jelek) dan kewajiban jangka panjang (jelek), serta
belum mampu menghasilkan keuntungan (jelek).
E. Pembatasan Masalah
1. Kinerja keuangan KUD di Kabupaten Sukoharjo di pandang dari segi
analisis rasio keuangan.
2. Penelitian berdasarkan Laporan Rapat Anggota Tahunan KUD di
Kabupaten Sukoharjo.
a. Rasio Likuiditas 1. Rasio Lancar = Aktiva Lancar/Utang
Lancar 2. Rasio Cepat = (Aktiva Lancar –
Persediaan)/ Utang Lancar
Laporan Keuangan:
1. Neraca
2. Laporan Laba-Rugi
Analisa Rasio
b. Rasio Solvabilitas
1. Rasio Modal Sendiri Dengan Total Aktiva
= Modal Sendiri/ Total Aktiva 2. Rasio Modal Sendiri Dengan
Aktiva Tetap
= Modal Sendiri/Aktiva Tetap 3. Rasio Total Utang Dengan Total
Aktiva
= Total Utang/ Total Aktiva 4. Rasio Total Utang dengan
Modal Sendiri
= Total Utang/ Modal Sendiri
Analisis Keuangan KUD
Kinerja Keuangan KUD di Kabupaten Sukoharjo Baik/Jelek KUD di Kabupaten Sukoharjo
c. Rasio Rentabilitas 1. Return on Investment
= (Sisa Hasil
Usaha/Total Aktiva) x 100%
2. Return on Equity = (Sisa Hasil
Usaha/Modal Sendiri) x 100%
commit to user
3. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari
neraca dan laporan laba-rugi KUD tahun 2005-2009.
F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Keuangan koperasi unit desa adalah pengukuran prestasi dilihat dari sisi
keuangan atau finansial KUD dalam suatu periode tertentu yang diukur
dengan analisa rasio yang terdiri dari rasio rentabilitas, solvabilitas dan
likuiditas.
2. Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data
keuangan KUD untuk kepentingan manajemen dan pihak lain. Laporan
keuangan ini terdiri dari neraca dan laporan laba-rugi.
3. Neraca menggambarkan kondisi keuangan KUD pada tanggal tertentu,
umumnya pada akhir tahun saat penutupan buku, neraca memuat aktiva,
utang, dan modal sendiri.
4. Laporan laba-rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan
barang dan jasa dan ongkos-ongkos yang timbul dari proses pencapaian
hasil tersebut.
5. Likuiditas adalah kemampuan KUD untuk melunasi kewajiban finansial
jangka pendek, dinyatakan dalam persen (%), terdiri dari rasio lancar dan
rasio cepat.
6. Solvabilitas adalah kemampuan KUD membayar segala kewajiban
finansialnya baik yang jangka pendek maupun jangka panjang, dinyatakan
dalam persen (%). Terdiri dari rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio
modal sendiri dengan aktiva tetap, rasio total utang dengan total aktiva, dan
rasio total utang dengan modal sendiri.
7. Rentabilitas adalah kemampuan KUD dengan sebuah modal yang bekerja
didalamnya untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, dinyatakan
dalam persen (%). Terdiri dari Return on Invesment (ROI) dan Return on
Equity (ROE).
8. Laba usaha dalam hal ini Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah keuntungan bersih
yang diperoleh dari hasil operasi KUD selama periode waktu tertentu dan
commit to user
9. Aktiva lancar adalah sejumlah uang tunai, wesel, dan piutang dagang,
persediaan, dan lain-lain yang dapat dicairkan menjadi uang tunai biasanya
dalam waktu kurang dari setahun, dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).
10. Aktiva tetap adalah aktiva yang bersifat permanen, seperti : tanah, gedung,
bangunan, kendaraan, mesin, dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).
11. Jumlah aktiva total (total asset) adalah semua aktiva atau kekayaan yang
dimiliki KUD baik aktiva lancar, tetap, tak berwujud dan aktiva lainn