commit to user
i
KAJIAN POPULASI TANAMAN DAN PENGGUNAAN
PUPUK KANDANG PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL GANYONG
(Canna edulis Ker.)
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Agronomi
Oleh :
MELINDA ROSA PUSPITASARI
H 0106017
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KAJIAN POPULASI TANAMAN DAN PENGGUNAAN
PUPUK KANDANG PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL GANYONG
(Canna edulis Ker.)
yang dipersiapkan dan disusun oleh Melinda Rosa Puspitasari
H 0106017
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal :
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Prof. Dr. Ir. MTh. Sri Budiastuti. MP. NIP. 19591205 198503 2 001
Anggota I
Ir. Sri Nyoto, MS. NIP. 19570803 198503 1 001
Anggota II
Dr. Ir. Endang Yuniastuti, MSi. NIP. 19700609 199402 2 001
Surakarta, Juli 2011 Mengetahui
Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian
Dekan
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan YME atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan rangkaian penelitian dan
penulisan skripsi dengan judul Kajian Populasi Tanaman dan Penggunaan Pupuk
Kandang pada Pertumbuhan dan Hasil Ganyong (Canna edulis Ker.) ini dengan
baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan
skripsi ini dapat berjalan baik dan lancar karena adanya pengarahan, bimbingan,
dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pudjiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Ir. Pardono, MS selaku Ketua Jurusan Agronomi.
3. Dr. Samanhudi, SP, MSi selaku Sekretaris Jurusan sekaligus Ketua Komisi
Sarjana Agronomi
4. Prof. Dr. Ir. MTh. Sri Budiastuti, MP selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah memberikan arahan, bimbingan serta masukan kepada penulis baik
selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
5. Ir. Sri Nyoto, MS selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama pelaksanaan
penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
6. Dr. Ir. Endang Yuniastuti, MSi selaku Dosen Pembahas yang telah
memberikan evaluasi, masukan serta saran dalam skripsi ini.
7. Ir. Amalia Tetrani Sakya, MS, MPhil selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan nasihat, bimbingan dan motivasi yang tinggi baik saat
kuliah hingga penulisan skripsi ini.
8. Seluruh staf dosen dan karyawan Jurusan Agronomi dan Fakultas Pertanian
commit to user
iv
9. Keluarga yang tersayang : bapak, ibu, kakak yang selalu mendukung dan
mendoakan penulis hingga dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
10.Orang yang tersayang mas Leo yang selalu memberi perhatian, dukungan, dan
selalu memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
11.Keluarga Mbah Mul yang telah banyak membantu penulis selama pelaksanaan
penelitian di lahan.
12.Teman-teman penulis: Desi, Bayu, Fandi, Nasrudin, yang telah banyak
membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terima Kasih
teman.
13.Teman-teman Hellowen yang telah memberikan dukungan dan motivasi
dalam penyusunan skripsi ini.
14.Teman-teman seperjuangan Agronomi angkatan 2006 fakultas pertanian.
Terima kasih untuk semuanya.
15.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Maka dari itu, kritik dan saran dari pembaca selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2011
commit to user
III. METODE PENELITIAN... 10
A. Waktu dan Tempat Penelitian... 10
B. Bahan dan Alat Penelitian... 10
C. Cara Kerja Penelitian ... 10
1. Rancangan Penelitian... 10
2. Pelaksanaan Penelitian... 11
3. Variabel Pengamatan ... 14
4. Analisis Data ... 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
commit to user
vi
B. Pembahasan ... 18
1. Tinggi Tanaman ... 19
2. Jumlah Daun ... 21
3. Jumlah Anakan... 22
4. Jumlah Daun Anakan ... 24
5. Saat Muncul Bunga ... 25
6. Berat Kering Brangkasan ... 26
7. Berat Segar Umbi... 28
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 30
A. Kesimpulan ... 30
B. Saran... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31
commit to user
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Histogram Tinggi Tanaman Ganyong... 19
2. Histogram Jumlah Daun Tanaman Ganyong... 21
3. Histogram Jumlah Anakan Tanaman Ganyong... 23
4. Histogram Jumlah Daun Anakan Tanaman Ganyong... 24
5. Histogram Saat Muncul Bunga Tanaman Ganyong... 25
6. Histogram Berat Kering Brangkasan Tanaman Ganyong... 26
commit to user
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Analisis Tinggi Tanaman ... 34
2. Analisis Jumlah Daun per Rumpun ... 35
3. Analisis Jumlah Daun Anakan... 36
4. Analisis Jumlah Anakan per Rumpun... 37
5. Analisis Saat Muncul Bunga (HST)... 38
6. Analisis Berat Kering Brangkasan per Rumpun Sampel ... 39
7. Analisis Berat Segar Umbi per Rumpun Sampel... 40
8. Denah Penelitian ... 41
9. Dokumentasi Penelitian ... 42
commit to user
ix
KAJIAN POPULASI TANAMAN DAN PENGGUNAAN
PUPUK KANDANG PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL GANYONG
(Canna edulis Ker.)
Melinda Rosa Puspitasari H0106017
RINGKASAN
Ganyong merupakan salah satu bahan pangan bukan beras yang bergizi cukup tinggi, terutama karena kandungan karbohidrat. Dalam kadar karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sebesar 32-35 % umbi ganyong merupakan sumber tepung pati, dengan kadar pati sebesar 83, 8% sehingga dapat berfungsi sebagai bahan baku etanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi tanaman yang paling efektif dalam meningkatkan hasil ganyong, mengetahui macam pupuk kandang yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil ganyong, serta mengetahui respon tanaman ganyong terhadap kombinasi populasi tanaman dan penggunaan pupuk kandang.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011 yang bertempat di Desa Papahan, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar dengan ketinggian 140 meter di atas permukaan laut, curah hujan 2500 mm/th,
suhu 270C, dan kelembaban udara 75 %. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Kelompok Lengkap (RAKL), yang disusun secara faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah populasi tanaman, yang terdiri dari 3 taraf : jarak tanam 60 x 60 cm, 75 x 75 cm, dan 90 x 90 cm, masing-masing petak
luasnya 16 m2. Faktor kedua adalah jenis pupuk kandang, yang terdiri dari 3 taraf
: pupuk kandang ayam, kambing, dan sapi. Dosis masing-masing pupuk kandang yang diberikan sebesar 25 ton/ha setara dengan 40 kg/petak. Sehingga dari rancangan tersebut diperoleh 9 kombinasi perlakuan yang masing-masing kombinasi diulang sebanyak 3 kali. Variabel penelitian meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah daun anakan, jumlah anakan per rumpun, saat muncul bunga, berat brangkasan kering, dan berat rimpang. Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji keragaman (Uji F) dengan taraf 5%. Jika perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata terhadap variabel yang diukur maka analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah populasi 36 tanaman/petak memberikan hasil yang tinggi terhadap beberapa variabel yang diamati bila dibandingkan dengan jumlah populasi yang lain, meliputi tinggi tanaman (74,41 cm); jumlah daun (7,93); jumlah anakan (1,89); jumlah daun anakan (5,78); dan berat segar umbi (160,10 g). Penggunaan pupuk kandang ayam memberikan hasil yang baik terhadap beberapa variabel yang diamati, meliputi jumlah anakan (1,89); jumlah daun anakan (6,37); berat kering brangkasan (44,88); dan berat segar umbi (170,00). Tidak terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam dan macam pupuk kandang terhadap semua variabel penelitian.
commit to user
x
STUDY OF PLANT POPULATIONS AND USE OF DUNG ON GROWTH AND RESULTS OF GANYONG
(Canna edulis Ker.)
Melinda Rosa Puspitasari H0106017
SUMMARY
Ganyong is one of the nutritious non-rice meals, mainly due to carbohydrate content. Containing high carbohydrate level that is equal to 32-35%, ganyong tuber are a source of starch flour. The starch content is about 83.8 %,
thus ganyongcan serve as feedstock for ethanol. This study aims to determine the
most effective plant population in ways of improving ganyong outcomes, to know the best kind of dung for the growth and yield of ganyong, and to know the response of the plants to a combination of plant populations and the use of manure.
The research had been conducted since October 2010 to February 2011 in the Papahan Village, Tasikmadu District, Karanganyar Regency, which has 140
meters above sea level of height, 2500 mm / yr of rainfall, 270 C temperature, and
75% of humidity. This study use Randomized Completely Block Design (RAKL), arranged in factorial which consist of two factors. The first factor is the population of plants, consisting of three standards: spacing of 60 x 60 cm, 75 x 75 cm and 90
x 90 cm, each plot size 16 m2. The second factor is the type of dung, which
consists of three standards: chicken, goat, and cattle dung. Each dose of used dung is 25 ton/ha equivalent to 40 kg/ plot. So it obtains nine treatment combinations, and each combination was be repeated 3 times. Research variables include plant height, leaves number, number of leaf tillers, number of tillers per hill, time of
flower appearing, weight of dried plants, and weight of rhizomes. Observation
data were analyzed with variousity test which level is 5% F test. If the treatment influence significantly to the measured variables, the analysis will be followed by
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) at level of 5%.
Results showed that the population of 36 plants/ plot give better yields on several observed variables than other population, including plant height (74.41), leaf number (7.93), number of tillers (1.89), leaf number of tillers (5.78), and weight of fresh tuber(160.10 g). Meanwhile, the use of chicken dung give good results against some of the observed variables, including number of tillers (1.89), leaf number of tillers (6.37), weight of dried plants (44.88), and weight of fresh gingers (170.00). There is no interaction between plant spacing and range of manure on all variables of the study.
commit to user
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia ada banyak jenis tanaman umbi-umbian. Beberapa
diantaranya telah dibudidayakan dengan baik, seperti singkong dan ubi jalar.
Meskipun demikian, masih banyak spesies yang belum dibudidayakan secara
intensif, seperti ganyong (Canna edulis Ker.). Ganyong merupakan salah satu
bahan pangan bukan beras yang bergizi cukup tinggi, terutama karena
kandungan karbohidrat yaitu sebesar 32-35 %. Dengan kadar karbohidrat
yang cukup tinggi tersebut, umbi ganyong mempunyai kadar pati sebesar
83,8%. Hal ini menjadikan ganyong sebagai sumber tepung pati yang cukup
tinggi, sehingga selain sebagai salah satu bahan pangan, ganyong juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol.
Bioetanol adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat dengan menggunakan bantuan mikroorganisme dan
dilanjutkan dengan proses distilasi. Oleh karena itu, upaya meningkatkan
produksi ganyong dilakukan sebagai usaha untuk menambah sumber
karbohidrat sebagai bahan baku bioetanol selain jarak pagar, singkong, ubi
jalar, sorgum dll. Sehingga, perhatian terhadap teknik budidaya ganyong yang
baik, dilakukan sebagai usaha peningkatan bahan baku bioetanol.
Beberapa aspek budidaya ganyong yang harus diperhatikan adalah
tempat tumbuh (suhu, kelambaban, curah hujan, dan tanah), pemilihan bibit,
pengolahan tanah, jarak tanam dan pemeliharaan (penyiangan,
pembumbunan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit) dan yang
terakhir adalah pemanenan. Umur panen yang tepat adalah pada umur 6-8
bulan setelah tanam. Pengaturan jarak tanam dilakukan untuk mengatasi
persaingan antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara, air,
cahaya matahari maupun ruang tumbuh. Pengaturan jarak tanaman biasanya
tergantung pada daya tumbuh benih, kesuburan tanah, musim dan varietas
yang ditanam.
commit to user
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aspek populasi tanaman yang
berkaitan dengan seberapa jauh kemampuan tanaman ganyong dalam
mengendalikan kompetisi perebutan hara, air, dan cahaya. Selain itu,
penggunaan pupuk organik seperti pupuk kandang juga turut menentukan
keberhasilan pertumbuhan tanaman ini, karena pupuk kandang merupakan
bahan pembenah tanah yang paling baik. Kandungan unsur makro pada
pupuk kandang sangat bervariasi, misalnya unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan
kalium (K). Namun pupuk kandang juga mengandung unsur mikro esensial
lainnya. Oleh karena itu, pupuk kandang berfungsi untuk memperbaiki tekstur
tanah, meningkatkan pH tanah, dan menambah unsur hara makro dan mikro.
Berdasar uraian tersebut, pengaturan jarak tanam dan penggunaan
pupuk kandang merupakan suatu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam
usaha meningkatkan hasil umbi ganyong, sehingga perlu diketahui secara
pasti peranan masing-masing faktor dalam mempengaruhi pertumbuhan. Dari
penelitian ini diharapkan dapat diketahui macam pupuk kandang dan jarak
tanam yang tepat yang pada akhirnya akan diperoleh hasil rimpang ganyong
yang lebih maksimal.
B. Perumusan Masalah
1. Belum diketahui tingkat populasi tanaman yang memberikan hasil terbaik
pada pertumbuhan dan hasil ganyong.
2. Belum diketahui macam pupuk kandang yang dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil ganyong.
3. Belum diketahui ada atau tidak interaksi antara kombinasi perlakuan
tingkat populasi dan macam pupuk kandang pada pertumbuhan dan hasil
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah :
1. Mengetahui populasi tanaman yang paling efektif dalam meningkatkan
hasil ganyong.
2. Mengetahui macam pupuk kandang yang terbaik untuk pertumbuhan dan
hasil ganyong.
3. Mengetahui respon tanaman ganyong terhadap kombinasi populasi
commit to user
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Ganyong (Canna edulis Ker.)
- Taksonomi
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman
ganyong yang banyak tumbuh di daerah tropis ini dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Divisi : Magnoliophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingeberales
Famili : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna edulis Ker.
- Nama Daerah
C. edulis umum dikenal dengan nama ganyong. Selain disebut ganyong, tanaman ini memiliki beberapa nama daerah yaitu ubi pikul (Sumatra Utara),
ganyong (Sunda), senitra (Jawa), banyur (Madura) (Balai Kliring
Keanekaragaman Hayati, 2009).
- Habitat Ganyong
Ganyong dapat tumbuh baik di berbagai iklim, dengan penyebaran
curah hujan tahunan 1000-1200 mm. Namun ganyong cenderung tumbuh
pada daerah yang kering, tetapi bertoleransi pada tempat-tempat basah (bukan
tempat yang tergenang air), juga sangat bertoleransi terhadap naungan.
Pertumbuhan normal terjadi pada suhu di atas 10°C, tetapi juga dapat hidup
pada suhu tinggi (30-32°C) dan bertoleransi pada kondisi sedikit beku.
Ganyong tumbuh mulai dari pantai sampai pada ketinggian 1000-2900 m dpl,
dan tumbuh dengan subur pada banyak tipe tanah, termasuk daerah-daerah
marginal (misal tanah latosol asam); tetapi lebih menyukai tanah liat berpasir
commit to user
dalam, kaya akan humus serta bertoleransi pada kisaran pH 4.5-8.0 (Flach dan
Rumawas, 1996). Imai dkk., (1993) menambahkan ganyong merupakan
tanaman yang efisien dalam penggunaan medium fotosintesis dan toleran
terhadap penaungan.
- Daerah Asal dan Persebaran
Ganyong merupakan tanaman asli yang berasal dari Amerika tropis,
tepatnya berasal dari Amerika Selatan. Pada perkembangannya, tanaman ini
telah dibudidayakan tidak hanya di Amerika, tetapi juga di beberapa daerah
tropis termasuk Asia Tenggara (Flach dan Rumawas, 1996). Di Indonesia,
ganyong dibudidayakan di berbagai daerah yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur,
D.I. Yogyakarta, Jambi, Lampung dan Jawa Barat. Sedangkan di Sumatera
Barat, Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah dan Maluku, tanaman ini belum dibudidayakan dan masih
merupakan tumbuhan liar di pekarangan dan di pinggir-pinggir hutan
(Nuryadin, 2008).
- Morfologi dan Ekologi
1. Umbi Ganyong
Umbi bercabang horizontal, panjang dapat mencapai 60 cm, dengan
buku-buku yang berdaging menyerupai umbi, tertutup dengan sisik daun,
dan serabut akar yang tebal (Flach dan Rumawas, 1996).
2. Daun
Tanaman ganyong berdaun lebar dengan bentuk elips memanjang
dan bagian pangkal dan ujung runcing. Panjang daun 40 - 70 cm,
sedangkan lebar 20 - 40 cm. Warna daun beragam dari hijau muda
sampai hijau tua. Kadang-kadang bergaris ungu atau secara keseluruhan
berwarna ungu. Demikian juga dengan pelepahnya ada yang berwarna
ungu dan hijau (Flach dan Rumawas, 1996).
3. Bunga
Perbungaan di ujung ranting, tandan, biasanya sederhana tetapi
commit to user
teratur, bunga biseksual. Kelopak bulat telur, mahkota berbentuk pita,
berwarna merah pucat sampai kuning, bibir bunga lonjong - bulat telur
sempit, berbintik kuning dengan merah (Flach dan Rumawas, 1996).
4. Buah dan Biji
Buah kotak kerapkali tidak tumbuh sempurna, bulat memanjang
lebar, panjang kurang lebih 3 cm, tertutup papila. Biji 5 atau kurang per
ruang (Steenis, 2008).
Morfologi ganyong tampak pada gambar di bawah ini.
(b) (c)
(a)
(a) habitus; (b) buah; (c) umbi ganyong (Gepts, 2010; Gonzales, 2007; Amstrong, 2000)
- Jenis (Spesies) Ganyong
Di alam terdapat dua jenis (spesies) ganyong yaitu Ganyong Putih
dan ganyong Merah. Perbedaan yang dapat diamati secara visual adalah
sebagai berikut :
1. Ganyong Putih
Tumbuhan ganyong putih mempunyai ciri-ciri batang dan daun
bewarna hijau, serta kulit rimpang bewarna keputih-putihan.
2. Ganyong Merah
Tumbuhan ganyong merah mempunyai ciri-ciri daun berwarna hijau
kemerah-merahan, urat-urat daun merah keungu-unguan, batang
berwarna merah gelap dan kulit rimpang putih kemerah-merahan.
commit to user
B. Pupuk
Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik
yang didegradasikan secara organik. Sumber bahan baku organik ini dapat
diperoleh dari bermacam-macam sumber, seperti : kotoran ternak, sampah
rumah tangga non sintetis, limbah-limbah makanan/minuman, dan lain-lain.
Biasanya untuk membuat pupuk organik ini, ditambahkan larutan
mikroorganisme yang membantu mempercepat proses pendegradasian
(Prihandarini, 2004). Pupuk organik bersifat pemisah dengan kandungan hara
makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam jumlah banyak.
Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia,
fisik dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman.
Di dalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme menjadi
humus atau bahan organik tanah. Bahan organik berfungsi sebagai “pengikat”
butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat
yang mantap. Keadaan ini berpengaruh besar pada porositas, penyimpanan
dan penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah. Bahan organik dengan
C/N tinggi seperti jerami dan sekam memberikan pengaruh yang lebih besar
pada perubahan sifat-sifat fisik tanah dibanding bahan organik yang telah
terdekomposisi seperti kompos (Ariyanto, 2007).
Keunggulan pupuk organik dibandingkan dengan pupuk buatan
(anorganik) adalah diantaranya: memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan
pH tanah, menambah unsur hara makro maupun mikro, meningkatkan
keberadaan jasad-jasad renik dalam tanah, dan tidak menimbulkan polusi
lingkungan. Sedangkan kelemahannya adalah : jumlah pupuk yang diberikan
lebih banyak dari pada pupuk anorganik, serta direspon lambat oleh tanaman.
Salah satu jenis pupuk organik yang biasa digunakan adalah pupuk
kandang yang menggunakan sumber bahan organik dari kotoran ternak
seperti sapi, kambing, dan ayam. Pupuk kandang sapi merupakan bahan
organik yang secara spesifik berperan meningkatkan ketersedian fosfor dan
commit to user
menyediakan karbondioksida pada kanopi tanaman, terutama pada tanaman
dengan kanopi lebat dimana sirkulasi udara terbatas. Kotoran sapi banyak
mengandung hara yang dibutuhkan tanaman seperti Nitrogen, Fosfor,
Kalium, Kalsium, Magnesium, Belerang dan Boron (Sudarkoco, 1992).
Pupuk kandang ayam broiler mempunyai kadar hara P yang relatif lebih
tinggi dari pupuk kandang lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi oleh
jenis konsetrat yang diberikan. Selain itu pula dalam kotoran ayam tersebut
tercampur sisa-sisa makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang yang
dapat menyumbangkan tambahan hara ke dalam pupuk kandang terhadap
sayuran. Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang ayam selalu
memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini
terjadi karena pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta
mempunyai kadar hara yang cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah
unit yang sama dengan pupuk kandang lainnya (Widowati et al., 2005).
Sedangkan menurut Sustika (2005), kadar hara pupuk kandang kambing
mengandung kalium yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya.
Sementara kadar hara N dan P hampir sama dengan pupuk kandang lainnya.
Namun kondisi ini dapat tercapai apabila pupuk kandang kambing
dikomposkan terlebih dahulu. Hal ini disebabkan nilai rasio C/N pupuk
kandang kambing umumnya masih di atas 30 sementara pupuk kandang yang
baik harus mempunyai rasio C/N < 20.
C. Jarak Tanam
Jarak tanam yang digunakan untuk bertanam ganyong sangat tergantung
pada jenis dan keadaan tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian. Jenis
tanah sangat mempengaruhi kesuburan pertumbuhan tanaman dan umbi. Pada
tanah liat dianjurkan menggunakan jarak tanam 90 x 90 cm, dengan jarak
barisan 90 cm begitu juga jarak antara barisannya. Jika yang tersedia adalah
lahan yang masih banyak ditumbuhi oleh rerumputan atau alang-alang, maka
sebaiknya digunakan jarak tanam yang lebih lebar lagi yaitu 135 cm x 180
commit to user
Di tanah-tanah pegunungan yang biasanya tanah miring dan sudah dikerjakan
menjadi teras-teras, ini sangat menguntungkan, karena selain hasil lahan akan
bertambah juga dapat memperkuat teras-teras tersebut. Jarak tanam yang
digunakan dalam hal ini adalah 50 cm urut sepanjang tepi teras. Lain lagi
halnya di Peru, di daerah ini jarak tanam yang digunakan adalah 60 – 100 cm
antara tanaman dan 100 - 150 cm antara barisan. (Nuryadin,2008)
Selain itu, menurut Sarief (1989) penentuan jarak tanam juga tergantung
pada daya tumbuh benih, kesuburan tanah, musim dan varietas yang ditanam.
Benih yang daya tumbuhnya agak rendah perlu ditanam dengan jarak tanam
yang lebih rapat. Pada tanah yang subur, jarak tanam yang agak renggang
lebih menguntungkan. Pada tanah yang tandus atau varietas yang batangnya
tidak bercabang, lebih sesuai digunakan dengan jarak tanam yang agak rapat.
Pertanaman pada musim kemarau yang diperkirakan akan kekurangan air,
perlu ditanam pada jarak tanam yang lebih rapat.
D. Hipotesis
1. Penggunaan jarak tanam 75 x 75 cm diduga memberikan hasil terbaik
terhadap pertumbuhan dan hasil ganyong.
2. Penggunaan pupuk kandang sapi diduga memberikan pengaruh terbaik
terhadap pertumbuhan dan hasil ganyong.
3. Kombinasi perlakuan antara jarak tanam 75 x 75 cm dan penggunaan
pupuk kandang sapi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
commit to user
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2010 sampai selesai
yang bertempat di Desa Papahan, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten
Karanganyar dengan ketinggian 140 m diatas permukaan laut, curah hujan
rata-rata yaitu 2500 mm/th, suhu 270C, dan kelembaban udara 75 %.
B. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi umbi ganyong
(Canna edulis Ker) serta macam pupuk kandang (ayam, kambing dan
sapi).
2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkul, patok
sampel, tali rafia, meteran, alat tulis, timbangan analitik, oven dan
lain-lain.
C. Cara Kerja Penelitian
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap
(RAKL), yang disusun secara faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor
pertama adalah populasi tanaman, yang terdiri dari 3 taraf : jarak tanam 60
x 60 cm, jarak tanam 75 x 75 cm, dan jarak tanam 90 x 90 cm,
masing-masing petak luasnya 16 m2. Faktor kedua adalah jenis pupuk kandang,
yang terdiri dari 3 taraf : pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing,
dan pupuk kandang sapi. Dosis masing-masing pupuk kandang yang
diberikan sebesar 25 ton/ha setara dengan 40 kg/petak. Sehingga dari
rancangan tersebut diperoleh 9 kombinasi perlakuan yang masing-masing
kombinasi diulang sebanyak 3 kali.
commit to user
a. Faktor pertama adalah populasi tanaman, yang terdiri dari 3 taraf :
- J1 = Jarak tanam 60 x 60 cm (36 tanaman/petak)
- J2 = Jarak tanam 75 x 75 cm (25 tanaman/petak)
- J3 = Jarak tanam 90 x 90 cm (16 tanaman/petak)
b. Faktor kedua adalah jenis pupuk kandang, yang terdiri dari 3 taraf :
- P1 = Pupuk kandang ayam (25 ton/ha)
- P2 = Pupuk kandang kambing (25 ton/ha)
- P3 = Pupuk kandang sapi (25 ton/ha)
Adapun 9 kombinasi perlakuan tersebut adalah :
1) J1 P1 = Jarak tanam 60 x 60 cm + Pupuk kandang ayam
2) J1 P2 = Jarak tanam 60 x 60 cm + Pupuk kandang kambing
3) J1 P3 = Jarak tanam 60 x 60 cm + Pupuk kandang sapi
4) J2 P1 = Jarak tanam 75 x 75 cm + Pupuk kandang ayam
5) J2 P2 = Jarak tanam 75 x 75 cm + Pupuk kandang kambing
6) J2 P3 = Jarak tanam 75 x 75 cm + Pupuk kandang sapi
7) J3 P1 = Jarak tanam 90 x 90 cm + Pupuk kandang ayam
8) J3 P2 = Jarak tanam 90 x 90 cm + Pupuk kandang kambing
9) J3 P3 = Jarak tanam 90 x 90 cm + Pupuk kandang sapi
Pelaksanaan Penelitian
Penyiapan Bahan Tanaman (Bibit)
Tanaman ganyong dapat di perbanyak secara generatif dan
vegetatif. Secara generatif yaitu dengan menggunakan bijinya, namun
sangat jarang dilakukan petani kecuali oleh peneliti, dimana jumlah
biji relatif sedikit dan umur lebih lama. Perbanyakan yang dilakukan
oleh petani adalah dengan cara vegetatif dengan rimpang dan anakan.
Untuk mencegah kerusakan bibit akibat penyakit busuk rimpang,
sebelum ditanam dapat dilakukan pencelupan bibit pada larutan CuSO4
10 %. Kebutuhan bibit per petak tergantung pada jarak tanam. Cara
commit to user
1. Bibit berasal dari rimpang
- Tanaman atau rumpun induk berumur cukup tua ± 10 – 15
bulan.
- Tumbuh sehat, subur, dan normal.
- Telah membentuk akar tongkat (bonggol) dan tunas rimpang.
2. Bibit berasal dari anakan
- Berumur cukup tua ± 10 – 15 bulan.
- Beranak cukup banyak.
- Pertumbuhan tanaman sehat dan normal.
Persiapan Lahan
Lahan untuk kebun ganyong sebaiknya terlebih dahulu diolah
dengan baik agar pertumbuhan tanaman dan produksi rimpang
optimal. Mula-mula tanah dicangkul sedalam 30 cm, agar tanah
terbalik sehingga dapat menciptakan kondisi tanah yang memiliki
aerase dan draenase yang baik. Selanjutnya tanah dicangkul lagi
kemudian dibuat guludan-guludan atau bedengan untuk penanaman
ganyong. Setelah itu dilakukan pemupukan dengan menggunakan
pupuk kandang sapi, kambing dan ayam sesuai dengan kombinasi
perlaakuan. Cara pemupukan adalah dengan menaburkan pupuk yang
akan ditanami tanaman ganyong, kemudian dicampur dengan tanah
dengan menggunakan cangkul. Setelah itu, lahan disirami dan
didiamkan agar pupuk kandang bisa tercampur baik dengan tanah.
Penanaman
Setelah lahan siap, dibuat lubang tanam pada
bedengan yang tersedia dengan cangkul sedalam 12,5
– 15 cm dibuat secara lajur atau berbaris, sedangkan
jarak tanam yang digunakan disesuaikan dengan jarak
tanam pada kombinasi perlakuan. Bibit yang ditanam
secara langsung pada lahan berupa rimpang ganyong.
Rimpang ganyong yang digunakan adalah berupa
rimpang yang sudah terlihat mata tunasnya.
commit to user
rimpang yang sudah tumbuh tunas diletakkan dibagian
atas permukaan tanah. Cara menanam bibit ganyong
yang baik meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
1. Pilih bibit yang baik, yaitu bibit asal rimpang atau anakan.
2. Tanam bibit satu persatu ke dalam lubang tanam dengan letak
tunas menghadap ke atas.
3. Tutup (timbun) bibit dengan tanah setebal 12,5 cm – 15 cm sambil
merapikan guludan.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman ganyong meliputi beberapa kegiatan
pokok, diantaranya adalah :
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari pada awal
penanaman, karena pada saat awal penanaman tanaman
membutuhkan cakupan air untuk pertumbuhan. Setelah tanaman
berumur sekitar 4 bulan, penyiraman atau pemberian air dilakukan
seperlunya, karena jika jumlah air terlalu banyak rimpang akan
menjadi busuk.
2. Penyiangan
Kebersihan bedengan atau areal tanaman dari gangguan
gulma perlu sekali diperhatikan, terutama pada masa awal
pertumbuhannya. Karena pada masa ini bibit yang mulai bertunas
banyak memerlukan air, udara dan unsur-unsur hara serta sinar
matahari yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya terutama
untuk memperbanyak akar. Apabila banyak gulma yang tumbuh,
tentu saja sejumlah unsur-unsur hara tersebut digunakan oleh
gulma, sehingga pertumbuhan ganyong yang masih muda akan
terhambat.
Cara penyiangan adalah dengan membersihkan rumput liar.
Alat bantu menyiang dapat berupa cangkul. Bersama-sama
commit to user
3. Penggemburan tanah dan Pembumbunan
Penggemburan dan pembumbunan tanah bertujuan untuk
memudahkan pembentukan tunas-tunas baru dan rimpang secara
produktif, sehingga hasil panen maksimum. Tanah di sekeliling
rumpun ganyong di gemburkan dengan cangkul, kemudian
ditimbunkan pada bidang pangkal batang tanaman ganyong,
sehingga membentuk guludan.
Panen
Tanaman dipanen pada saat biji telah mencapai masak fisiologis,
yaitu ditandai dengan hilangnya cairan dan berganti tepung saat biji
dihancurkan dengan jari. Selain itu, tanaman ganyong yang siap di
panen ditandai dengan mengeringnya batang dan daun-daun tanaman.
Cara pemanenan bisa dilakukan dengan cara pencabutan apabila
batang tanaman ganyong belum rapuh, bila telah rapuh dapat dengan
cara mencongkelnya dengan tongkat besi, kayu atau sejenisnya.
Variabel Pengamatan
a. Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada interval 1 minggu
sekali pada tanaman sampel, dimulai dari saat tanaman barumur 1
bulan setelah tanam sampai akhir pertumbuhan fase vegetatif. Tinggi
tanaman diukur mulai dari leher akar sampai dengan bagian tertinggi
tanaman, dengan cara menguncupkan daun.
b. Jumlah Daun per Rumpun
Pengamatan jumlah daun dilakukan setelah tanaman berumur 1
bulan dan selanjutnya dilakukan pengamatan setiap interval 1 minggu
sekali. Pengamatan dilakukan dengan menghitung daun yang sudah
membuka penuh dari setiap tanaman sampel.
commit to user
Pengamatan jumlah anakan per rumpun dilakukan setelah
tanaman berumur 1 bulan dan selanjutnya dilakukan pengamatan
setiap interval 1 minggu sekali. Pengamatan dilakukan dengan cara
menghitung banyaknya jumlah anakan yang muncul pada setiap
tanaman sampel.
d. Jumlah Daun Anakan
Pengamatan jumlah daun anakan dilakukan setelah tanaman
ganyong berumur 1 bulan dan selanjutnya dilakukan pengamatan
setiap interval 1 minggu sekali. Pengamatan dilakukan dengan cara
menghitung banyaknya daun yang tumbuh pada setiap anakan tanaman
sampel.
e. Saat Muncul Bunga (HST)
Pengamatan saat muncul bunga dilakukan dengan mencatat umur
tanaman pada saat memunculkan bunga pertama sejak dari awal
tanam.
f. Beran Kering Brangkasan per Rumpun Sampel (g)
Berat kering brangkasan diukur setelah panen dengan
menimbang tajuk dan batang tanaman, setelah tanaman dikeringkan
dengan cara menjemur atau dioven pada suhu 80oC. pengukuran berat
brangkasan kering diukur setelah berat brangkasan mencapai keadaan
konstan.
g. Berat Segar Umbi per Rumpun (g)
Berat umbi di lakukan pada saat setelah panen dengan
menimbang berat semua rimpang.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan atau penelitian ini
dianalisis dengan uji keragaman (Uji F) dengan taraf 5%. Jika perlakuan
yang diberikan berpengaruh nyata terhadap variabel yang diukur maka
analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada
commit to user
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Ganyong adalah tanaman yang cukup potensial sebagai sumber
karbohidrat, maka sudah sepatutnya untuk dikembangkan. Pada budidaya
ganyong yang harus diperhatikan adalah tempat tumbuh (suhu, kelembaban,
curah hujan, dan tanah), penyiapan bahan tanaman (bibit), persiapan lahan,
penanaman, pemeliharaan tanaman (penyiraman, penyiangan, penggemburan
tanah dan pembumbunan), dan panen. Penelitian ini menggunakan perlakuan
jarak tanam (60x60 cm, 75x75 cm, 90x90 cm) dan macam pupuk kandang
(ayam, kambing, sapi). Adapun pengamatan yang di lakukan pada penelitian
meliputi variabel tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah daun
anakan, jumlah anakan per rumpun, saat muncul bunga, berat kering
brangkasan, dan berat segar umbi.
Pertumbuhan tanaman merupakan proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran menjadi semakin besar serta
menentukan hasil tanaman. Tinggi tanaman merupakan salah satu indikator
pertumbuhan yang mudah diamati (Sitompul dan Guritno, 1995), dan
pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Pertambahan ukuran (volume) dan
sel pada batang yang merupakan hasil perbesaran ke satu arah yaitu ke arah
memanjangnya, sehingga tanaman bertambah tinggi dan besar (Salisbury dan
Ross, 1995).
Begitu juga pada pertumbuhan daun, salah satu organ tumbuhan yang
tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai
penangkap energi dari cahaya matahari untuk fotosintesis. Gardner (1991)
menambahkan, organ tanaman yang utama dan yang menyerap radiasi
matahari ialah daun. Untuk memperoleh laju pertumbuhan tanaman budidaya
yang maksimum harus terdapat cukup banyak daun dalam tajuk untuk
menyerap sebagian besar radiasi matahari yang jatuh ke atas tajuk tanaman.
Sehingga semakin banyak jumlah tangkai daun maka jumlah daun yang
commit to user
melakukan proses fotosintesis akan semakin bertambah untuk mendukung
pertumbuhan tanaman. Daun dianggap sebagai organ fotosintat utama,
sehingga pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai indikator
pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).
Tanaman ganyong memiliki bunga yang hampir mirip dengan tanaman
ganyong hias yang sering disebut dengan bunga kana. Bunga ganyong tumbuh
dari ujung batang, tersusun dalam tangkai yang panjang, dan berbentuk seperti
terompet. Rukmana (2004) menyatakan bunga ganyong termasuk bunga
sempurna (hermaphrodite), tetapi kadang-kadang benang sari tidak
mempunyai kepala sari (anthera), sehingga benang sari mandul, dan bila
terjadi penyerbukan bunga akan dihasilkan buah. Penelitian ini juga
mengamati saat muncul bunga pada tanaman ganyong, yang pada dasarnya
muncul bunga merupakan saat dimulainya fase generatif pada suatu tanaman.
Variabel pengamatan yang lain pada penelitian yaitu berat kering
brangkasan dan berat segar rimpang. Pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh
pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik, sehingga variabel
berat kering tanaman merupakan indikator pertumbuhan yang paling
representatif dibandingkan yang lain. Sitompul dan Guritno (1995)
menyebutkan bahwa untuk menghilangkan semua kandungan air bahan,
pengeringan dilakukan pada suhu yang relatif tinggi dan dalam jangka waktu
tertentu sampai berat kering konstan. Sedangkan rimpang merupakan batang
beserta daunya yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh
mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah
dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru, atau rimpang juga dapat diartikan
sebagai alat perkembangbiakan dan merupakan tempat penimbunan zat-zat
makanan cadangan.
Berdasarkan analisis ragam yang telah dilakukan (Lampiran 1.c, 2.c, 3.c,
4.c, 5.c, 6.c, 7.c), perlakuan jarak tanam dan macam pupuk kandang tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua variabel pengamatan pada
commit to user
anakan, jumlah daun anakan per rumpun, saat muncul bunga, berat kering
brangkasan, dan berat segar umbi. Hasil analisa juga menunjukkan bahwa
tidak ada interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan perlakuan macam
pupuk kandang. Hal ini berarti perlakuan jarak tanam dengan menggunakan
jarak tanam berapapun dan penggunaan macam pupuk kandang apapun, tidak
memberikan pengaruh. Baik pada lahan yang diberi pupuk kandang ayam,
kambing, maupun sapi, serta ditanam dengan jarak tanam 60 x 60 cm, 75 x 75
cm, maupun 90 x 90 cm, tidak terdapat pengaruh yang nyata terhadap semua
variabel pengamatan pada tanaman ganyong. Diduga ini terjadi karena pupuk
kandang yang diberikan belum dapat terserap sepenuhnya oleh tanaman
ganyong karena pupuk kandang sebagai salah satu jenis pupuk organik,
mempunyai kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan
dalam jumlah banyak.
Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah pemberian dosis pupuk
kandang yang masih kurang sehingga ketersediaan unsur N, P dan K masih
kurang untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen yang terdapat pada pupuk
diubah dalam bentuk protein, persenyawaan amonium dan amoniak, sebagian
lagi langsung tersedia untuk diserap oleh tanaman dan sisanya tersedia secara
berangsur-angsur sebagai akibat proses penguraian mikrobiologis dari protein
(Rinsema, 1983). Salah satu unsur mikro yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman adalah natrium (Na). Faktor lain yang mempengaruhi adalah tingkat
curah hujan yang tinggi sehingga kandungan unsur hara yang ada dalam tanah
akan mudah larut oleh air. Hal ini menyebabkan kandungan unsur hara yang
diserap oleh tanaman relatif rendah sehingga pertumbuhan tanaman ganyong
tidak dapat optimal. Selain itu, pupuk kandang juga mempunyai kelemahan
lebih lambat direspon oleh tanaman dibanding pupuk anorganik.
B. Pembahasan
Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya, kombinasi perlakuan
yang diberikan pada obyek penelitian, dalam hal ini tanaman ganyong, tidak
commit to user
telah dikumpulkan dapat diketahui kecenderungan-kecenderungan
penggunaan pupuk kandang tertentu, serta penggunaan jarak tanam tertentu,
yang memberi paling bagus terhadap masing-masing variabel pengamatan,
meskipun hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.
Dengan tidak memperhatikan kombinasi perlakuan, jarak tanam dan
macam pupuk kandang, dan menganggap data tersebut bisa mewakili
masing-masing perlakuan, akan diperoleh data pengamatan untuk masing-masing-masing-masing
perlakuan yang meliputi setiap jarak tanam serta setiap macam pupuk kandang
yang digunakan. Dari data tersebut dapat dihitung nilai rerata untuk
masing-masing perlakuan pada setiap variabel pengamatan, sehingga akan diketahui
bahwa macam pupuk kandang tertentu dan jarak tanam tertentu mempunyai
kecenderungan pengaruh terbaik terhadap setiap variabel pengamatan,
meskipun pengaruhnya tidak nyata sebagaimana yang nampak dalam hasil
analisis ragam.
1. Tinggi Tanaman
Di bawah ini adalah histogram tinggi tanaman yang menunjukkan nilai
rerata tinggi tanaman ganyong hasil pengamatan untuk setiap jarak tanam
dan macam pupuk kandang yang dipergunakan.
Gambar 1. Histogram Tinggi Tanaman Ganyong
Keterangan :
commit to user
Gambar 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi terdapat pada
tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dengan nilai rerata
tinggi tanaman hasil pengamatan sebesar 74,41 cm (Lampiran 1b).
Kecenderungan ini terjadi diduga karena jarak tanam yang rapat akan
memperkecil jumlah cahaya yang dapat mengenai tubuh tanaman, sehingga
aktifitas auksin meningkat dan terjadilah pemanjangan sel-sel (Taiz dan
Zieger, 1991). Hal ini juga dapat disebabkan karena makin rapat jarak
tanam makin banyak daun-daun saling menaungi. Kasperbauer (1971)
mengatakan bahwa daun yang ternaungi oleh daun yang lain menerima
radiasi merah jauh lebih banyak, sehingga tanaman merespon dengan
memperpanjang batang. Selain itu, waktu penelitian yang dilakukan pada
musim kemarau juga memungkinkan unsur nitrogen (N) akan lebih mudah
menguap. Seperti yang diketahui bahwa unsur N bersifat folatil atau mudah
menguap. Sehingga pada tanaman ganyong yang ditanam dengan jarak
tanam 60 x 60 cm, akan semakin banyak lahan yang tertutupi, unsur N yang
menguap pun akan semakin sedikit, yang berarti semakin banyak pula yang
tertinggal dan berpengaruh terhadap pembentukan atau pertumbuhan
bagian vegetatif tanaman.
Dari Gambar 1 juga terlihat bahwa tinggi tanaman tertinggi terdapat
pada tanaman yang ditanam pada lahan yang diolah dengan menggunakan
pupuk kandang kambing, dengan nilai rerata tinggi tanaman hasil
pengamatan sebesar 74,93 cm (Lampiran 1b). Kecenderungan tanaman
ganyong tumbuh baik pada lahan yang diolah menggunakan pupuk
kandang kambing diduga terjadi karena pupuk kandang kambing
mengandung lebih banyak unsur kalium (K) dibanding yang terkandung
dalam pupuk kandang sapi dan ayam. Unsur kalium pada suatu tanaman
bermanfaat membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat
tubuh tanaman, dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan
commit to user
2. Jumlah Daun per Rumpun
Hasil yang sedikit berbeda nampak dalam variabel jumlah daun per
rumpun. Pada variabel ini, tanaman ganyong cenderung tumbuh baik pada
lahan yang diolah dengan pupuk kandang sapi, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Histogram Jumlah Daun per Rumpun Ganyong
Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa rerata jumlah daun
terbanyak terdapat pada tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 60 x 60
cm, yaitu sebanyak 7,93 per rumpun (Lampiran 2b). Kecenderungan ini
terjadi diduga karena jarak tanam yang rapat akan menekan pertumbuhan
gulma, sehingga akan menekan kompetisi antara tanaman ganyong dengan
gulma. Pada umumnya semakin tinggi tingkat kerapatan jarak tanam maka
individu tanaman makin bersaing untuk memperebutkan cahaya, sehingga
individu tanaman makin memperlihatkan gejala etiolasi, dan tanaman
ganyong dapat beradaptasi terhadap kepadatan populasi yang tinggi,
sehingga pertumbuhan individu tanaman tidak tertekan pada kerapatan
jarak tanam, dan ini justru akan merangsang tanaman ganyong untuk
Keterangan :
commit to user
memunculkan daun baru untuk memenangkan kompetisi mendapatkan
cahaya.
Sementara itu, pupuk kandang sapi cenderung mempunyai pengaruh
lebih baik pada pertumbuhan daun. Dari Gambar 2 terlihat bahwa jumlah
daun terbanyak terdapat pada tanaman yang ditanam pada lahan yang
diolah dengan menggunakan pupuk kandang sapi, dengan nilai rerata
jumlah daun tanaman hasil pengamatan sebesar 7,85 daun per rumpun
(Lampiran 2b). Kecenderungan tanaman ganyong tumbuh baik pada lahan
yang diolah menggunakan pupuk kandang sapi diduga terjadi karena pupuk
kandang sapi banyak mengandung hara yang dibutuhkan tanaman seperti
Nitrogen, Fosfor, Kalium, Kalsium, Magnesium, Belerang dan Boron
(Sudarkoco, 1992). Unsur N berpengaruh besar dalam menaikkan potensi
pembentukan daun-daun dan ranting. Jika suatu tanaman kekurangan unsur
hara N maka tanaman tersebut akan tumbuh kurus kerempeng, daun tua
berwarna hijau muda, lalu berubah menjadi kekuning-kuningan, jaringan
tanaman mengering dan mati, buah kerdil, kecil dan cepat masak lalu
rontok. Hal ini juga dijelaskan oleh Dwidjoseputro (1986) yang
menyatakan bahwa unsur hara yang tersedia selama pertumbuhan tanaman
akan berperan dalam pembentukan daun. Sementara itu, Suryanto (1999)
menambahkan bahwa unsur nitrogen yang diserap tanaman dalam jumlah
yang cukup akan memacu jaringan meristematik pada titik tumbuh batang
makin aktif, hal ini mengakibatkan ruas batang makin banyak terbentuk dan
makin banyak pula jumlah daun yang dihasilkan.
3. Jumlah Anakan per Rumpun
Untuk variabel jumlah anakan, pengaruh terbaik juga cenderung terjadi
pada tanaman yang ditanam pada jarak tanam 60 x 60 cm. Sementara untuk
penggunaan pupuk kandang, pupuk kandang ayam memberi hasil yang
commit to user
Gambar 3. Histogram Jumlah Anakan Ganyong
Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah anakan tertinggi terdapat pada
tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dengan rerata
jumlah anakan hasil sebanyak 1,89 per rumpun (Lampiran 3b).
Pertumbuhan anakan dalam rumpun tanaman ganyong juga sangat
dipengaruhi unsur hara yang terkandung di dalam tanah. Seperti pada
variabel tinggi tanaman, pada jarak tanam 60 x 60 cm menyebabkan
semakin luas lahan yang ternaungi, sehingga unsur hara dapat
termanfaatkan optimal karena penguapan kecil.
Pada penggunaan pupuk kandang, nilai rerata tertinggi untuk jumlah
anakan per rumpun terdapat pada tanaman yang ditanam pada lahan yang
diolah dengan menggunakan pupuk kandang ayam dan kambing, dengan
nilai rerata yang sama yaitu sebesar 1,89 anakan per rumpun
(Lampiran 3b). Hal ini diperkirakan terjadi karena kadar hara pupuk
kandang ayam dan kambing mengandung nitrogen dan kalium yang relatif
tinggi. Dalam pertumbuhan tanaman, unsur nitrogen dan kalium sangat
diperlukan untuk memacu pertumbuhan tanaman secara umum, terutama
Keterangan :
commit to user
pada fase vegetatif, dan membantu pembentukan protein, karbohidrat dan
meningkatkan daya tahan terhadap penyakit (Komarudin, 2008).
4. Jumlah Daun Anakan
Di bawah ini adalah histogram jumlah daun anakan yang menunjukkan
nilai rerata jumlah daun anakan ganyong hasil pengamatan untuk setiap
jarak tanam dan macam pupuk kandang yang dipergunakan.
Gambar 3. Histogram Jumlah Daun Anakan per Rumpun Ganyong
Pada variabel jumlah daun anakan, kecenderungan hasil terbaik juga
terjadi pada jarak tanam 60 x 60 cm, seperti halnya pada variabel jumlah
anakan per rumpun, karena jumlah daun anakan pada dasarnya tergantung
pada jumlah anakan per rumpun. Dari histogram di atas terlihat jelas bahwa
nilai rerata jumlah daun anakan per rumpun pada jarak tanam 60 x 60 cm,
yaitu sebesar 5,78 (Lampiran 4b), adalah yang terbesar dibanding jarak
tanam yang lain. Faktor penguapan yang berkaitan dengan ketersediaan
unsur hara pun diperkirakan menjadi penyebab kondisi ini.
Demikian halnya pada penggunaan pupuk kandang. Seperti pada
variabel jumlah anakan per rumpun, penggunaan pupuk kandang ayam
cenderung memberi pengaruh terbaik pada jumlah daun anakan per
rumpun, dengan nilai rerata hasil pengamatan sebesar 6,37 (Lampiran 4b).
Keterangan :
commit to user
Yang berbeda adalah bahwa pada variabel ini, penggunaan pupuk kandang
kambing tidak memberi pengaruh yang sama baik seperti pada variabel
jumlah anakan per rumpun. Hal ini diduga karena pada pertumbuhan daun,
unsur nitrogen lebih berpengaruh dibanding unsur kalium yang terkandung
banyak dalam pupuk kandang kambing.
5. Saat Muncul Bunga (HST)
Dari histogram saat muncul bunga di bawah ini, akan terlihat bahwa
penggunaan pupuk kandang sapi cenderung memberi pengaruh yang lebih
baik dibanding dengan penggunaan pupuk kandang kambing dan ayam.
Gambar 5. Histogram Saat Muncul Bunga (HST) Ganyong
Dengan jelas terlihat bahwa saat muncul bunga tercepat terdapat pada
tanaman yang ditanam pada lahan yang diolah dengan menggunakan pupuk
kandang sapi, yaitu rata-rata 31,47 hari setelah tanam (HST) (Lampiran
5b). Yunus dan Triharyanto (1986) menyebutkan bahwa saat muncul bunga
berkaitan erat dengan pemenuhan unsur hara makro terutama unsur phospor
yang dibutuhkan tanaman saat memasuki fase generatif yang ditandai
dengan terbentuknya primordia bunga dan berkembang menjadi bunga dan
Keterangan :
commit to user
siap mengadakan penyerbukan. Kandungan phospor yang dibutuhkan
tanaman dalam fase generatif ini terkandung dalam pupuk kandang sapi.
Jarak tanam 75 x 75 cm menunjukkan hasil tercepat yaitu rata-rata
35,20 hari setelah tanam (HST) (Lampiran 5b). Unsur phospor yang diduga
mengambil peran dalam variabel ini tidak begitu terpengaruh oleh
penguapan, sehingga faktor kompetisi lah yang diperkirakan
mempengaruhi. Pada jarak tanam 60 x 60 cm, kompetisi untuk
mendapatkan unsur phospor terjadi antara tanaman ganyong sendiri,
sedangkan pada jarak tanam 90 x 90 cm kompetisi terjadi dengan gulma
yang mempunyai kesempatan tumbuh lebih besar pada jarak tanam yang
semakin renggang.
6. Berat Kering Brangkasan per Rumpun Sampel (gram)
Di bawah ini adalah histogram berat kering brangkasan yang
menunjukkan nilai rerata berat barangkasan kering pada pengamatan untuk
setiap jarak tanam dan macam pupuk kandang yang dipergunakan.
Gambar 6. Histogram Berat Kering Brangkasan Ganyong
Gambar 6 menunjukkan bahwa berat kering brangkasan tertinggi
terdapat pada tanaman yang ditanam pada lahan yang diolah dengan
Keterangan :
commit to user
menggunakan pupuk kandang ayam, dengan nilai rerata sebesar 44,88 gram
(Lampiran 6b). Kecenderungan tanaman ganyong tumbuh baik pada lahan
yang diolah menggunakan pupuk kandang ayam diduga terjadi karena
unsur nitrogen yang tersedia dalam pupuk kandang ayam lebih tinggi dari
pupuk kandang lain, sementara unsur nitrogen di dalam tanaman berperan
dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, terutama dalam pertumbuhan
organ-organ vegetatif seperti akar, batang, dan daun. Unsur N pada pupuk
kandang ayam juga merupakan komponen utama dalam pembentukan
klorofil sebagai aktor utama yang berperan dalam proses fotosintesis atau
metabolisme tanaman. Mathers et al., (2007) menambahkan tanaman yang
tumbuh memerlukan N untuk membentuk sel-sel baru dan proses
fotosintesis. Salah satu fungsi kandungan N pada pupuk adalah untuk
menyehatkan pertumbuhan daun sehingga daun tanaman dapat tumbuh
lebar dan dengan warna yang lebih hijau. Sedangkan unsur hara mikro yang
paling berperan dalam pembentukan zat hijau daun antara lain : magnesium
(Mg). Dibenarkan oleh Hendriyani dan Setiari (2009) bahwa faktor utama
pembentuk klorofil adalah nitrogen (N). Unsur N merupakan unsur hara
makro. Unsur ini diperlukan oleh tanaman dalam jumlah banyak. Unsur N
diperlukan oleh tanaman, salah satunya sebagai penyusun klorofil.
Tanaman yang kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala antara lain
klorosis pada daun.
Hasil metabolisme yang tinggi selain digunakan untuk pertumbuhan
tanaman, juga disimpan tanaman. Dengan kata lain fotosintat sebagai hasil
fotosintesis dapat disimpan oleh tanaman didalam jaringan dan
meningkatkan berat kering. Berat kering yang terbentuk mencerminkan
banyaknya fotosintat dari hasil fotosintesis, karena bahan kering sangat
tergantung pada laju fotosintesis (Dwijoseputro, 1986). Harjadi (1993)
menambahkan bahwa berat kering merupakan bahan organik yang terdapat
dalam bentuk biomassa dan merupakan integrasi dari hampir semua
peristiwa yang terjadi pada pertumbuhan. Biomassa merupakan cermin
commit to user
semakin tinggi berat kering brangkasan menunjukkan bahwa proses
fotosintesis berlangsung dengan baik. Dengan demikian, jika pemberian
unsur hara dapat dilakukan dengan optimal maka proses fotosintesis yang
ada dalam tanaman juga akan berlangsung dengan optimal, sehingga dapat
menghasilkan berat tanaman yang lebih tinggi.
Selain itu, gambar 6 menunjukkan bahwa nilai rerata berat brangkasan
kering hasil pengamatan tertinggi terdapat pada tanaman yang ditanam
dengan jarak tanam 90 x 90 cm, yaitu sebesar 39,80 gram (Lampiran 6b).
Kecenderungan ini diduga terjadi karena jarak tanam yang renggang
memberi kesempatan pada tanaman untuk mendapatkan unsur hara dan
sinar matahari yang diperlukan dalam proses fotosintesis yang pada
akhirnya berpengaruh besar pada biomassa dan berat brangkasan kering.
7. Berat Segar Umbi per Rumpun (gram)
Di bawah ini adalah histogram berat segar umbi yang menunjukkan
nilai rerata berat barangkasan kering pada pengamatan untuk setiap jarak
tanam dan macam pupuk kandang yang dipergunakan.
Gambar 7. Histogram Berat Segar Umbi Ganyong
Gambar 7 menunjukkan bahwa berat segar umbi tertinggi terdapat pada
tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dengan nilai rerata
Keterangan :
commit to user
berat rimpang segar sebesar 160,10 gram (Lampiran 7b). Terlihat juga
bahwa berat rimpang segar tertinggi terdapat pada tanaman yang ditanam
pada lahan yang diolah dengan menggunakan pupuk kandang ayam, dengan
nilai rerata sebesar 170,00 gram (Lampiran 7b). Kecenderungan tanaman
ganyong tumbuh baik pada lahan yang diolah menggunakan pupuk
kandang ayam dan atau pada jarak tanam 60 x 60 cm diperkirakan terkait
dengan ketersediaan unsur nitrogen yang berpengaruh pada pertumbuhan
vegetatif tanaman sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan
variabel yang lain seperti variabel jumlah anakan per rumpun dan jumlah
commit to user
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Dari jumlah populasi 36 tanaman/petak memberikan hasil yang tinggi
terhadap beberapa variabel yang diamati bila dibandingkan dengan jumlah
populasi yang lain, meliputi tinggi tanaman (74,41 cm); jumlah daun
(7,93); jumlah anakan (1,89); jumlah daun anakan (5,78); dan berat
rimpang segar (160,10 gr).
2. Penggunaan pupuk kandang ayam memberikan hasil yang baik terhadap
beberapa variabel yang diamati, meliputi jumlah anakan (1,89); jumlah
daun anakan (6,37); berat brangkasan kering (44,88); dan berat rimpang
segar (170,00).
3. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam dan macam pupuk
kandang terhadap semua variabel pengamatan.
B. Saran
1. Perlu adanya analisis pupuk kandang terlebih dahulu sebelum pupuk
kandang diterapkan dalam suatu penelitian.
2. Untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi, maka harus memperhatikan