FUNGSI BATU MEGALITIK SEBAGAI SIMBOL UPACARA
OWASA SI’ULU PADA MASYARAKAT LAHUSA IDANO TAE
(NIAS SELATAN)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: DEKATI ZEGA NIM. 3102121002
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Dekati Zega, Nim.3102121002, “Fungsi Batu Megalitik Sebagai Simbol Upacara Owasa Si’ulu Pada Masyarakat Lahusa Idano Tae (Nias Selatan) ”, Jurusan pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.
Judul skripsi ini adalah Fungsi Batu Megalitik Sebagai Simbol Upacara Owasa Si’ulu Pada Masyarakat Lahusa Idano Tae (Nias Selatan) dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang kebudayaan Megalitik dalam masyarakat Lahusa Idano Tae dalam melaksanakan upacara Owasa Siulu.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini digunakan metode penelitian lapangan (Field Research) dan penelitian kepustakaan (Library Research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana data diperoleh dari lapangan dan penelitian kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian dan menganalisa data secara sistematis dan objektif berdasarkan bukti-bukti yang ada, baik melalui sumber-sumber lain dari buku, dokumen, perpustakaan dan literatur lain yang mendukung. Data juga diperoleh dari hasil wawancara dengan Si’ulu (Balugu) yang pernah melakukan Owasa Siulu dan penatua-penatua adat serta budayawan/sejarahwan yang telah melakukan penelitian di Nias.
Dari hasil penelitian, peneliti dapat mengetahui latar belakang masuknya kebudayaan Megalitik di Pulau Nias,fungsi batu megalitik, tata cara pelaksanaan upacara dalam melaksanakan Owasa Siulu, bentuk-bentuk batu megalitik yang digunakan dalam Owasa Siulu dan upaya pemerintah dalam melestarikan kebudayaan megalitik dalam masyarakat Lahusa Idano Tae serta perbedaan fungsi kebudayaan megalitik pada masa dulu dan masa sekarang.
KATA PENGANTAR
Puji & Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala berkat dan
anugerahNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Fungsi Batu Megalitik Sebagai Simbol Kekuasaan Dalam Upacara Owasa Siulu Pada Masyarakat Lahusa Idano Tae (Nias Selatan)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program
Pendidikan Sejarah-Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik saran, kritik, dorongan dengan maksud untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka dalam
kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Bapak Prof.Dr. Ibnu Hajar,M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan
Bapak Drs. H. Restu,M.S, Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta stafnya.
Ibu Dra. Lukitaningsih,M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan waktu untuk mengarahkan, membimbing dan membantu peneliti sehingga penulisan skripsi ini bisa diselesaikan.
Ibu Dra. Hafnita S.D Lubis,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah yang telah banyak membantu peneliti dalam studi.
Bapak Dr. Phill Ichwan Azhari, M.S selaku Dosen pembimbing Akademik (PA)
Bapak Drs. Yushar Tanjung selaku Dosen penguji
Bapak Drs. Ponirin Tanjung selaku Dosen Penguji
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Unimed yang selama ini telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
Bapak Pastor Yohannes, I. Woarota Tel, Foarota Tel dan Bapak Arozanolo Gulo selaku Narasumber yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
Orangtuaku tercinta Mama Anila Telaumbanua yang telah mengajarkan dan menerapkan makna kehidupan dan arti penting kekeluargaan kepada peneliti serta telah berusaha memberikan bantuan baik berupa moril maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.
Abang Jaya Zega dan Kak Tety Zega yang selalu mendukung dan memotivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi dengan baik.
Buat Adek Tersayang Citra A. Laoli, S.Pd yang selalu sabar menemani dan telah banyak membantu peneliti. Terimakasih untuk semua motivasi dan dukungan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
Kepada Om A.Tian Tel, Om A.Egy Tel dan Om A.Citra Tel serta Bapak Talu Juang Hulu yang selalu memberikan dukungan baik berupa moril dan materil kepada peneliti.
Bapak Pdt. A.Merfan Hulu S.Pd yang telah membantu peneliti menyediakan tempat tinggal selama melakukan penelitian di Lahusa Idano Tae.
Keluarga besarku, I.Samo Tel, I.Yakin Zega, I. Damai Zega, I.waris Gea dan Bg A.Vivin Zega yang selalu memberikan motivasi kepada peneliti.
Bapak Ar. Zai, Sonta Tel, S.E dan bg Felix Ziliwu S.Pd yang telah meluangkan waktu untuk membantu peneliti.
Sahabat-sahabatku : Mukrizal Lubis, Ramces, Rasyid, Ikhsan, Yusfa Shanty, Reni Lajira, Rahmi, Risa, Ika Safitri, Mona, Ayu, serta semua teman- teman kelas B Reguler 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini.
Kepada Dullas, Boyma, Yuni, Bg Pandry, Bg Iwan, Ningsih, setia, desry, santina, neny regar serta teman-teman dan adek-adek kos Gedung Putih
Sahabatku Yabes Gea, Dony Tel, Sehati Zai dan Fao Gea dan semua alumni SMA Negeri 1 Tuhemberua.
Terimakasih atas bantuannya, Semoga Tuhan memberkati Saudara/I semuanya, Amin.
Medan, Juli 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Kajian Pustaka ... 8
E. Tekhnik Analisis Data ... 25
BAB IV : PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Pulau Nias ... 26
B. Sejarah Dan Fungsi Budaya Megalitik di Lahusa Idano Tae ... 27
C. Jenis-Jenis Batu Megalitik Yang Terdapat di Desa Lahusa Idano Tae 45 D. Fungsi Batu Megalitik Dalam Upacara Owasa Si’ulu di Lahusa Idano Tae (Nias Selatan) ... 47
E.Tata Cara Pelaksanaan Owasa Si’ulu Dalam Masyarakat Lahusa Idano Tae ... 50
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
PEDOMAN WAWANCARA ... 64
DAFTAR RESPONDEN ... 65
PETA LOKASI PENELITIAN ... 66
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Banda Aceh Wilayah Kerja Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara.2008. Arabesk. Banda Aceh
Dhavamony MariaSusai, 1995. Fenomologi Agama. Yogyakarta:Penerbit Kanisius
Fakultas Ilmu Sosial, 2007. Buku Pedoman Penulisan Skripsi Dan Proposal Penelitian
Koestoro, Partanda Lucas. 2007. Tradisi Megalitik di Pulau Nias. Medan:Balai Arkeologi Medan
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya
Mendrofa, Welther Sokhiaro.1998. Fondrako Ono Niha. Jakarta Raya:Inkultra Fondation Inc
Pals, L Daniel.2011. Seven Theories Of Religion. Yogyakarta:IRCiSoD
Skripsi Pendidikan Sejarah, UNIMED.Ndruru, Yulius.2006. Fungsi Budaya Megalitik di Orahili Gomo Kabupaten Nias Selatan Sekitar 1000-1500
M. Medan:Unimed
Sonjaya, A. Jajang.2008. Melacak Batu Menguak Mitos. Yogyakarta: Kanisius Soekanto, Soerjono.1990. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Baru Keempat.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Thomsen, TH. M.G.1976. Famareso Ngawalo Huku Fona Awo Gowe Nifasindro (Megalithikur) Ba Dano Nias. Yayasan Pusaka Nias
Wiradnyana, Ketut.2010. Legitimasi Kekuasaan Pada Budaya Nias. Jakarta: Yayasan Pusaka Obor Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik dan peninggalan yang dimaksud masih tetap berdiri tegar diperkampungan-perkampungan tradisional hingga kini. Hampir seluruh aspek kebudayaan Nias yang kita lihat sekarang ini terasa unsur budaya megalitiknya. Di Nias Selatan, beberapa upacara yang berkaitan dengan pendirian bangunan megalitik (Upacara Owasa/Faulu), dan masih dilaksanakan hingga kini, hanya saja dengan berbagai
penyesuaian.
Berada jauh di bagian ujung barat laut Nusantara, menempati sebagian kecil areal luas perairan Samudera Indonesia, Pulau Nias menyimpan potensi budaya yang sungguh unik, menarik dan eksotik. Berbagai publikasi, baik dalam bentuk laporan hasil penelitian, penerbitan buku, film dokumenter dan ekspos media massa banyak memaparkan keeksotikan kehidupan masyarakat yang mendiami pulau itu. Ikon-ikon berupa Omo Hada Nias (rumah adat Nias), hombo batu (lompat batu), maena baluse (tari perang) dan lainnya kerap muncul dalam
paparan tentang pulau di samudera Indonesia ini.
misalnya untuk pertunjukkan lompat batu. Jejak budaya dalam bentuk batu-batu besar tersebut dikenal dengan istilah “megalitik”.
Peninggalan kebudayaan megalitik di Kabupaten Nias Selatan berdasarkan perjalanan sejarah, diprediksi berasal dari Zaman Batu Muda (Neolithikum) sekitar 1000-1500 M. Hal tersebut diyakini demikian karena sejalan dengan terjadinya perpindahan penduduk dari daratan Asia menuju keberbagai pelosok melalui Semenanjung Malaka, maupun melalui Asia Kecil ke Jazirah Arab kemudian menuju ke India bagian selatan dan seterusnya ke Pulau Nias.
Pada zaman dulu pendirian batu megalitik oleh masyarakat Nias dikarenakan kepercayaan mereka terhadap arwah nenek moyang yang telah meninggal masih hidup dan kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh roh nenek moyang tersebut. Keamanan kesehatan, kesuburan sangat ditentukan oleh perlakuan mereka terhadap arwah nenek moyang yang telah meninggal. Dengan perlakuan yang baik, mereka mengharapkan perlindungan sehingga selalu terhindar dari ancaman bahaya.
Namun, pada masa sekarang berbagai aspek megalitik sudah tidak dipicu lagi terutama dalam kaitannya dengan pemaknaan berbagai aspek religi yang kental. Memudarnya kepercayaan akan kekuatan gaib menunjukkan bahwa aspek-aspek religi/kekuatan gaib dimaksud sudah tidak lagi menjadi prinsip dasar dalam mendirikan suatu bangunan megalitik di Nias.
sudah tidak tampak lagi di Nias. Bentuk megalitik yang vertikal dan horizontal di Nias dikaitkan dengan tanda adanya seorang pemimpin, keluarga, bangsawan dan struktur sosial pada suatu pemukiman. Megalitik tersebut dibangun bukan untuk kepentingan roh akan tetapi ditekankan kepada aspek-aspek harkat dan martabat serta menjaga kemasyhuran bagi pendirinya.
Salah satu sarana pengesahan martabat dan kekuasaan masyarakat Nias adalah pelaksanaan Upacara Owasa Si’ulu oleh tokoh adat yang memiliki jejak keturunan pemimpin adat. Upacara ini dilakukan oleh tokoh adat dengan daya dukung kemampuan dibidang material yang besar. Dalam upcara Owasa Siulu digunakan kebudayaan megalitik sebagai simbol kekuasaan pemimpin yang mengesahkan kedudukannya sebagai Siulu.
Pada saat seorang tokoh mengesahkan kemampuannya ditengah-tengah masyarakat, maka sebagai tanda akan kekuasaannya, setiap tokoh adat yang akan menjadi Siulu berhak mendirikan sebuah menhir. Pada masa hidupnya, menhir akan berfungsi sebagai lambang akan jasa-jasanya dan pada saat dia telah meninggal dunia, maka menhir yang didirikannya akan menjadi lambang dirinya. Kenangan dan penghargaan terhadap diri dan jasanya semasa hidup beralih menjadi suatu kegiatan pemujaan terhadap dirinya oleh kaum dan masyarakatnya yang dianggap dapat memberikan perlindungan pelaksanaan kegiatan upacara-upacara tertentu seperti upacara-upacara pernikahan.
merupakan alasan untuk memilih benda oleh orang Nias untuk mengabadikan suatu peristiwa penting dalam hidup. Peristiwa istimewa tersebut adalah “owasa atau fa’u’lu” sebagai suatu pesta untuk mendeklarasikan dan meneguhkan status
sosial seseorang. Batu-batu itu telah menjadi simbol kebesaran dan tingginya status seseorang.
Berdasarkan keadaan tersebut, untuk mengetahui lebih lanjut tentang peranan batu megalitik sebagai simbol kekuasaan dalam upacara Owasa Siulu yang berada di Desa Lahusa Idano Tae, maka peneliti mengulas permasalahan di atas menjadi sebuah tulisan dalam bentuk penelitian tentang “Fungsi Batu
Megalitik Sebagai Simbol Upacara Owasa Siulu Pada Masyarakat Lahusa Idano Tae Kecamatan (Nias Selatan)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat di identifikasi yaitu :
1. Lintas sejarah dan Fungsi budaya megalitik di Desa Lahusa Idano Tae (Nias Selatan).
2. Jenis-jenis upacara adat nias di Desa Lahusa Idano Tae (Nias Selatan). 3. Jenis kebudayaan megalitik di Desa Lahusa Idano Tae (Nias Selatan). 4. Fungsi dan makna peninggalan kebudayaan megalitik sebagai simbol
kekuasaan mayarakat Nias di Desa Lahusa Idano Tae (Nias Selatan) 5. Tata cara pelaksanaan Upacara Owasa Siulu di Desa Lahusa Idano Tae
6. Pelestarian peninggalan megalitik di Desa Lahusa Idano Tae (Nias Selatan)
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang ada dimana banyak sekali faktor yang berhubungan dengan masalah yang dikaji, dan terbatasnya waktu, biaya dan tenaga peneliti serta analisis yang dikuasai maka peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian ini agar lebih terarah dan terfokus.
Oleh karena itu penelitian dibatasi berdasarkan identifikasi masalah yaitu lintas sejarah dan jenis batu megalitik yang digunakan sebagai simbol kekuasaan di Desa Idanὸ Tae,Lahusa serta peranan benda megalitik dalam upacara Owasa
Siulu, tata cara pelaksanaan upacara Owasa Siulu dan upaya pelestarian
benda-benda megalitik di Desa Idanὸ Tae,Lahusa hingga saat ini.
D. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Sejarah dan fungsi Budaya Megalitik di Lahusa Idano Tae
(Nias Selatan)?
2. Apa saja jenis-jenis batu megalitik yang terdapat di Desa Lahusa Idano Tae (Nias Selatan)?
4. Bagaimana tata cara pelaksanaan upacara Owasa Si’ulu di Desa Lahusa Idano Tae (Nias Selatan)?
5. Bagaimana upaya pelestarian benda megalitik di Desa Lahusa Idano Tae (Nias Selatan)?
E. Tujuan Penelitian
Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena setiap penelitian harus memiliki tujuan tertentu. Dengan berpedoman kepada tujuannya, maka akan lebih mudah mencapai sasaran yang diharapkan. Dengan demikian yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah dan fungsi budaya megalitik di Lahusa Idano Tae (Nias Selatan)
2. Untuk mengetahui jenis-jenis benda megalitik yang terdapat di Desa Lahusa Idano Tae (Nias Selatan)
3. Untuk mengetahui fungsi dan makna simbolik dari peninggalan kebudayaan megalitik dalam upacara Owasa Siulu di Desa Lahusa Idano Tae (Nias Selatan)
4. Untuk mengetahui tata cara upacara Owasa Si’ulu di Desa Lahusa Idano Tae (Nias Selatan)
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh setelah melaksanakan penelitian ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti dan pembaca mengenai Fungsi Batu Megalitik Terhadap Upacara Owasa Siulu dalam Masyarakat Lahusa Idano Tae (Nias Selatan).
2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan penelitian dalam masalah yang sama.
3. Untuk menambah khazanah ilmu sejarah dan juga sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan umumnya dan UNIMED khususnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka berikut dikemukakan beberapa kesimpulan yakni :
1. Manusia pertama yang mendiami desa Lahusa Idano Tae diperkirakan telah ada 1000-1500 M, namun bukti-bukti sejarah tertulis masih belum dijumpai akan tetapi bukti-bukti berupa peninggalan sejarah dapat kita ketahui pada arca-arca batu berupa peninggalan bekas pemukiman baik
berupa Gowe (Kara Nitaru’o), batu-batu yang disusun berupa meja atau
dolmen, kursi-kursi dari batu sebagai tempat bermusyawarah.
2. Pembuatan batu-batu megalitik ini sangat erat kaitannya pada suatu kepercayaan atas suatu kuasa tubuh manusia, mereka percaya terhadap
yang maha kuasa yang dikenal dengan nama siha’i sebagai maha pencipta
yaitu dewa tertinggi. Dengan nama lain Dewa Lowalangi sebagai penguasa tertinggi kemudian arwah leluhurnya, maka membuat patung yang disebut Adu Zatua sebagai manifestasi untuk menghormati orang tuanya atau leluhurnya.
3. Jenis-jenis batu megalitik yang ada di Lahusa Idano Tae yaitu : Batu Tegak (Behu), Batu Datar (Daro-Daro), Meja Batu (Niogadi), Batu Tegak
Empat Balok (Kara Harefa), Batu Bulat Berlumpang dua (Binu), Patung
Manusia, Osa-Osa Sitolubagi dan Osa-Osa Nioboho.
4. Kebudayaan Megalitik sangat dijunjung tinggi dan dijaga serta dipatuhi oleh masyarakat Lahusa Idano Tae. Disini tampak jelas bahwa kebudayaan megalitik sangat bernilai dan mempunyai fungsi. Fungsi yang terkandung dalam kebudayaan Megalitik ini mempunyai makna dan diyakini oleh masyarakat Lahusa Idano Tae yaitu sebagai Nilai Religi, Nilai Hukum dan Nilai Seni dan salah satunya kebudayaan megalitik ini sering digunakan
sebagai simbol upacara Owasa Si’ulu dengan mendirikan Gowe (batu
megalitik).
5. Upacara Owasa Si’ulu yang dilakukan dalam masyarakat Lahusa Idano Tae merupakan ritual terakhir setelah beberapa tahun sebelumnya telah melakukan suatu pesta atau upacara yaitu mulai dari pendirian rumah, pendirian kampung dan terakhir upacara Owasa. Si’ulu yang melakukan Owasa harus membayar terlebih dahulu Bosi (derajat) kepada
penatua-penatua adat, Si’ulu-Si’ulu yang telah melakukan Owasa, Banua
(kampung), Uwu (saudara dari istrinya dan istri bapaknya) dan masyarakat sekitar. Setelah membayar Bosi baru melakukan upcara Owasa yang ditandai dengan pendirian Gowe.
pergelaran budaya dalam bentuk lomba. Ini dilakukan agar generasi yang baru tidak lupa dan tetap melestarikan kebudayaan Nias khususnya kebudayaan megalitik
B. SARAN
1. Budaya Megalitik yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan yang terdapat di Lahusa Idano Tae saat ini berada dalam kondisi memprihatinkan dan butuh pemeliharaan yang serius disebabkan karena telah mengalami kepunahan, kerusakan akibat gempa dan perbuatan manusia.
2. Kesenian di daerah ini boleh dikatakan sudah sangat maju, terlebih-lebih di bidang seni patung dan seni pahat. Ada baiknya cabang seni ini dibina sehingga kesenian ini terus berkembang dan dapat menjadi mata pencaharian rakyat dan menambah pendapatan pemerintah setempat. 3. Dianjurkan kepada masyarakat Lahusa Idano Tae agar selalu menjaga dan
merawat situs megalitik yang sudah mulai terbengkalai dan memperkuat penjagaan supaya semua jenis batu megalitik ini tidak diperjual-belikan. 4. Diharapkan kepada pemerintah setempat agar tetap melestarikan
kebudayaan yang ada di Nias khususnya kebudayaan Megalitik (Owasa
Si’ulu) yang mulai pudar di tengah-tengah masyarakat akibat kemajuan