• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PKH 0806907 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PKH 0806907 Chapter1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan seyogyanya meliputi semua aspek yang dibutuhkan peserta

didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Aspek-aspek tersebut meliputi

pendidikan akademis, jasmani, dan rohani. Pendidikan akademis atau keilmuan

berguna untuk melatih inteleginsi peserta didik sedangkan pendidikan jasmani

bertujuan untuk melatih kemampuan motorik peserta didik. Dalam hal ini,

pendidikan rohani tercakup ke dalam kedua aspek tersebut. Aspek-aspek ini saling

mendukung proses pendidikan yang lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Lutan (2001, hlm. 18) bahwa: “Program pendidikan jasmani bersifat menyeluruh,

sebab mencakup bukan aspek fisik, tetapi aspek lain yaitu intelektual, emosional,

sosial, dan moral. Selain itu dapat pula mengembangkan kepercayaan diri, sehat bugar, dan hidup lebih nyaman”.

Berdasarkan pendapat Lutan dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani

meliputi aspek-aspek penting lainnya yang bermanfaat bagi peserta didik dalam

mengembangkan potensi mereka. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah

proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan

perubahan dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.

Matveyev (dalam Lutan. 1991, hlm. 12) mengungkapkan bahwa:

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih. Melalui aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan Jasmani selain menjadi bagian integral dari proses pendidikan

(2)

dengan mata pelajaran lainnya. Karena selain dapat digunakan untuk

pengembangan aspek fisik dan psikomotor, juga ikut berperan dalam

pengembangan aspek kognitif dan afektif secara serasi dan seimbang. Pendidikan

jasmani juga menjadi salah satu sarana untuk menyalurkan minat dan bakat peserta

didik.

Saat ini program olahraga yang dicanangkan oleh pemerintah sangat

dikedepankan dengan banyak diadakannya kejuaraan dalam bidang olah raga,

disinilah pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah sangat berperan karena

menjadi titik awal bagi peserta didik untuk menyalurkan minat dan bakat dalam

bidang olahraga sehingga peserta didik dapat berprestasi dalam bidang tersebut,

begitupun bagi peserta didik tunanetra pelaksanaan pendidikan jasmani di Sekolah

Luar Biasa (SLB) dapat dijadikan titik awal mereka untuk berprestasi dalam

bidang olahraga. Hampir seluruh sekolah, baik sekolah umum maupun SLB,

mempunyai mata pelajaran pendidikan jasmani untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Pendidikan jasmani dan olah raga merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi dan sangat erat hubungannya. Seperti

yang diungkapkan oleh Kosasih (1985, hlm. 6)

Pendidikan jasmani adalah persamaan (simponi) dari pendidikan dan struktur persekutuan hidup modern yang menyebabkan pendidikan jasmani menjadi satu kebutuhan yang perlu dan harus ada, maka pendidikan jasmani patut disesuaikan benar dengan kebutuhan-kebutuhan biologis dan sosiologis anak.

Berdasarkan definisi pendidikan jasmani dan olahraga yang telah dijabarkan

sebelumnya, dapat dilihat bahwa pendidikan jasmani adalah proses pendidikan

yang memanfaatkan aktivitas fisik sedangkan olahraga adalah aktivitas fisik itu

sendiri. Seperti yang diungkapkan Foss dan Keteyian (dalam Tarigan 2009, hlm. 9) „Para ahli fisiologi sepakat bahwa olahraga sepakat bahwa olahraga yang dilakukan secara teratur. Terukur dan terprogram dengan baik akan berpengaruh

(3)

Kondisi yang terjadi di lapangan adalah semakin dewasa seorang peserta

didik maka aktivitasnya semakin berkurang. Ketika memasuki usia sekolah,

mereka lebih banyak diminta duduk tenang untuk mendengarkan penjelasan guru.

Lingkungan belajarpun semakin sempit, dibatasi oleh empat sisi dinding kelas.

Setelah kegiatan belajar di sekolah berakhir, peserta didik pada umumnya dapat

bermain berbagai macam permainan yang melatih gerak tubuh dan melaksanakan

kegiatan olah raga tanpa kesulitan. Lain halnya dengan peserta didik tunanetra,

dengan keterbatasan penglihatan yang dimiliki, mereka kesulitan melakukan

permainan yang penuh gerak seperti melakukan kegiatan berlari pada trek lari

tanpa pengajaran yang sesuai terlebih dahulu. Dengan adanya kemajuan teknologi

yang semakin memudahkan peserta didik tunanetra untuk mengakses barang

elektronik seperti radio, telepon genggam, dan komputer, di lapangan terlihat

banyak peserta didik tunanetra yang menghabiskan waktunya di rumah dengan

hanya duduk berlama-lama mendengarkan musik, bermain telepon genggam, dan bermain komputer setiap harinya. “Berdasarkan kecacatan yang dimiliki anak, maka anak yang cacat tentunya memiliki gerak yang sangat terbatas” (Asniarno. 2009, hlm. 26), Hal ini sesuai dengan pernyataan Nawawi (2010, hlm. 1) “karena

mengalami hambatan dalam pengelihatan maka anak tunanetra mengalami kemiskinan dalam gerak atau mobilitas”. Berdasarkan kondisi diatas pendidikan jasmani sangatlah penting seperti yang diungkapkan oleh Mahendra (tanpa tahun,

hlm. 19) yaitu,

Pendidikan jasmani dipandang penting dalam konteks budaya modern yang sudah memandang bahwa aktivitas fisik tidak terlalu penting lagi. Anak dan remaja dewasa ini sudah terlalu menghabiskan waktu secara non-aktif, sehingga dapat memperbesar resiko terkena penyakit degenerative.

Pendidikan jasmani sangat penting untuk dipelajari oleh peserta didik

karena dapat membantu dalam perkembangan fisik, mental, emosional dan

gerakan menjadi luwes serta lentur. Hal tersebut juga berlaku bagi peserta didik

tunanetra. Gerakan mereka yang kaku dapat menjadi lebih lincah dan luwes serta

(4)

sekolah umum dan di SLB terdapat perbedaan, terutama bagi peserta didik

tunanetra karena mereka tidak dapat melihat (blind) atau tidak dapat melihat

dengan jelas bagi peserta didik tunanetra yang masih memiliki sisa pengelihatan

(Low Vision), karena proses imitasi atau meniru pada umumnya menggunakan

indera penglihatan. Bagi peserta didik awas kegiatan ini tidak sulit dipelajari,

karena mereka dapat meniru atau mencontoh gerakan-gerakan yang dicontohkan

oleh guru atau orang di sekitarnya. Sedangkan bagi peserta didik tunanetra hal ini

merupakan kegiatan yang tidak mudah dan perlu di sesuaikan, karena hambatan

penglihatan menyebabkan mereka tidak dapat melihat apa yang dilakukan atau

digerakan oleh orang lain, sehingga pada gilirannya mereka tidak bisa meniru

gerakan orang disekitarnya. Keterbatasan penglihatan tersebut berpengaruh pula

terhadap terbatasnya gerak seorang tunanetra. Hal ini menyebabkan kegiatan

pendidikan jasmani peserta didik tunanetra mengalami hambatan. Mahendra

(2009, hlm. 14) menyatakan bahwa “gerak adalah rangsangan utama bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana semakin banyak anak bergerak

maka semakin banyak hal yang mereka temui dan kualitas pertumbuhan anakpun akan menjadi lebih baik”. Sehingga bagi peserta didik tunanetra, hal ini merupakan kegiatan yang perlu disesuaikan seperti pengajaran guru yang tidak hanya

mencontohkan seperti kepada peserta didik pada umumnya namun harus

menyentuhkan tangan peserta didik pada gerakan yang diajarkan, sehingga anak

mengetahui gerakan seperti apa yang harus ia lakukan melalui sentuhan tersebut

Mengingat adanya hambatan di atas, pendidikan jasmani yang diberikan

kepada peserta didik tunanetra sebaiknya disesuaikan atau dimodifikasi terlebih

dahulu. Modifikasi tersebut meliputi modifikasi alat olahraga, metode

pembelajaran, dan pendekatan. Pengajaran pendidikan jasmani bagi peserta didik

tunanetra di lapangan mengutamakan penjelasan verbal, namun bila peserta didik

tidak dapat memahami maka guru melakukan pendekatan pembelajaran dengan

cara tactual modeling, yaitu dengan sentuhan peserta didik mengikuti gerakan

(5)

guru boleh melakukan sentuhan atau stimulasi dengan memegangkan tangan

peserta didik kepada guru yang sedang mengajar. “Motivasi dimaksudkan agar

pemberian materi dengan mengutamakan pendekatan suasana bergembira (enjoy

and happy) dalam mengikuti gerak aktivitas dalam pendidikan jasmani”

(Soepartono dan Isrianto. 1998, hlm. 12). Seperti yang diungkapkan oleh Haag

(1978, hlm. 51) bahwa “Dengan rasa senang tersebut maka aktivitas gerakan tanpa

disadari akan meningkat dengan baik. Anak berkebutuhan khusus dapat tumbuh

berkembang menjadi manusia yang sehat, senang percaya diri sehat jasmani dan rohani”. Dengan adanya pendidikan jasmani yang telah dimodifikasi bagi peserta didik berkebutuhan khusus, maka kesempatan bagi mereka untuk menekuni dan

berpartisipasi dalam berbagai cabang olahraga semakin terbuka lebar.

Keterbatasan yang dimiliki peserta didik tunanetra tersebut menjadi alasan

yang menghambat kegiatan pendidikan jasmani di sekolah. Pada saat di lapangan

peneliti menemukan bahwa tidak sedikit peserta didik tunanetra yang berprestasi

dalam bidang olahraga, yang tentunya tidak lepas dari pelaksanaan pendidikan

jasmani di sekolahnya. Pendidikan Jasmani dalam hal ini prestasi olahraga di SLB

Karya Bhakti adalah program yang paling di unggulkan khususnya olahraga

atletik. Karena nomor pertandingan pada cabang olahraga atletik adalah yang

paling banyak yaitu 12 nomor, sehingga kesempatan bagi peserta didik tunanetra

lebih besar daripada olah raga cabang lainnya.

Hampir setiap tahun di SLB Karya Bhakti selalu menghasilkan peserta didik

yang berprestasi dalam bidang olahraga khususnya cabang atletik lari, prestasi

terbaru yang diraih oleh peserta didik SLB Karya Bhakti adalah juara I nomor

pertandingan lari 100m putri tunanetra, 200m putri tunanetra dan lompat jauh putri

tunanetra atas nama LN. Melihat hal tersebut ternyata tunanetra dengan hambatan

seperti yang dijelaskan sebelumnya, dapat berhasil dalam pelaksanaan pendidikan

jasmani bahkan dapat menorehkan prestasi. Oleh karena itu berdasarkan

pemaparan yang telah ditulis diatas peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana

(6)

jasmani seperti apa yang diberikan dalam membentuk atlet tunanetra di SLB Karya

Bhakti Kota Bandung sehingga dapat melahirkan atlet yang juara sampai di tingkat

nasional. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Pelaksanaan Pendidikan Jasmani

pada Cabang Olahraga Atletik Lari Bagi Peserta Didik Tunanetra di SLB Karya Bhakti Kota Bandung.”

B. FOKUS MASALAH

Agar penelitian ini lebih fokus pada masalah yang akan di teliti, maka

penelitian ini difokuskan pada “Pelaksanaan Pendidikan Jasmani Pada Cabang

Olahraga Atletik Lari Bagi Peserta Didik Tunanetra di SLB Karya Bhakti Kota Bandung” fokus tersebut selanjutnya dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah program pendidikan jasmani cabang olahraga atletik lari bagi

peserta didik tunanetra di SLB Karya Bhakti Kota Bandung?

2. Bagaimanakah perencanaan dan pelaksanaan pendidikan jasmani cabang

olahraga atletik lari bagi peserta didik tunanetra di SLB Karya Bhakti Kota

Bandung?

3. Bagaimanakah fasilitas yang disediakan dalam menunjang pendidikan jasmani

cabang olahraga atletik lari bagi peserta didik tunanetra di SLB Karya Bhakti

Kota Bandung?

4. Hambatan apa yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan jasmani pada

cabang olahraga atletik lari bagi peserta didik tunanetra di SLB Karya Bhakti

Kota Bandung?

5. Bagaimana cara mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pendidikan jasmani

pada cabang olahraga atletik lari bagi peserta didik tunanetra?

(7)

1. Tujuan Penelitian Secara Umum

Memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pendidikan jasmani pada

cabang olahraga atletik lari bagi peserta didik tunanetra di SLB Karya Bhakti

Kota Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui program pelaksanaan pendidikan jasmani pada cabang

olahraga atletik lari bagi peserta didik tunanetra di SLB Kharya Bhakti

Kota Bandung.

b. Memperoleh gambaran pelaksanaan pendidikan jasmani pada cabang

olahraga atletik lari bagi peserta didik tunanetra di SLB Kharya Bhakti

Kota Bandung.

c. Memperoleh gambaran tentang fasilitas yang disediakan dalam menunjang

pendidikan jasmani cabang olahraga atletik lari bagi peserta didik tunanetra

di SLB Karya Bhakti Kota Bandung.

d. Memperoleh gambaran tentang hambatan yang dihadapi pada saat

pelaksanaan pendidikan jasmani pada cabang olahraga atletik lari bagi

peserta didik tunanetra di SLB Kharya Bhakti Kota Bandung.

e. Memperoleh gambaran tentang upaya apa yang dilakukan guru pendidikan

jasmani dalam mengatasi kesulitan pada saat pelaksanaan pendidikan

jasmani pada cabang olahraga atletik lari bagi peserta didik tunanetra di

SLB Kharya Bhakti Kota Bandung.

3. Kegunaan Penelitian

a. Bagi guru, sebagai gambaran pelaksanaan pendidikan jasmani pada cabang

(8)

dapat membentuk atlet berkebutuhan khusus bagi peserta didik tunanetra

yang dapat berprestasi di daerah dan nasional.

b. Bagi Sekolah, sebagai bahan evaluasi untuk mengatasi permasalahan yang

baru dalam pelaksanaan pendidikan jasmani pada cabang olahraga atletik

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menyampaikan kepada pengguna angkutan umum bahwa angkutan yang layak beroperasi dengan rute perjalanan antar provinsi yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Deskripsi dan Analisis Proses Penelitian ... Deskripsi dan Analisis Data Hasil Penelitian ... Deskripsi Data Hasil Pretest dan

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN. TAHUN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN. TAHUN

Analisa Pemilihan Moda Transportasi Untuk Perjalanan Kerja (Studi Kasus : Kelurahan Mabar, Medan Deli), Universitas Sumatera Utara. Teknik Lalu Lintas, Traffic

Ada pun beberapa penelitian yang menggunakan lagu sebagai media, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Risti Puji Yanti yang berjudul “Pembelajaran Menulis

(1) Atas dasar penetapan dari Menteri Agraria tersebut pada pasal 1 ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Daerah tingkat II yang bersangkutan, dalam desa-desa mana dan berapa

Ada kemungkinan sesuatu perusahaan modal asing yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat membuktikan bahwa kelonggaran-kelonggaran perpajakan