• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah antariksa merupakan salah satu masalah lingkungan yang kurang dipahami oleh masyarakat luas. Memang banyak topik yang membicarakan tentang sampah antariksa, tetapi masih banyak masyarakat awam yang menganggap sampah antariksa sebagai hal yang dianggap remeh. Padahal dampak sampah antariksa bagi bumi dan wahana antariksa sangat berpengaruh sekali untuk sekarang dan masa yang akan datang. Pengetahuan masyarakat awam ini yang menjadi sumber kekurangan informasi tentang sampah antariksa yang sebenarnya memiliki dampak yang cukup besar terhadap kehidupan di bumi. Selain itu pengaruh sampah antariksa ini perlu diketahui oleh vendor-vendor penyedia satelit, karena salah satu ancaman terbesar satelit adalah terjadinya kecelakaan atau tabrakan antara satelit dengan sampah antariksa yang berupa serpihan satelit atau benda antariksa buatan manusia yang telah mati (tidak aktif).

Penelitian yang dilakukan oleh beberapa lembaga penelitian menunjukan besarnya peningkatan sampah antariksa di sekitar daerah orbit bumi, sehingga menjadi kemungkinan adanya tabrakan terhadap satelit bahkan adanya benda jatuh ke permukaan bumi. Selain itu penelitian juga menyebutkan bahwa adanya kemungkinan sampah antariksa yang jatuh ke permukaan bumi semakin meningkat, sehingga pengaruh terhadap kehidupan di bumi menjadi cukup besar. Hal ini yang menjadikan topik utama untuk dijadikan penelitian tentang dampak dan solusi untuk sampah antariksa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah yang kami angkat ialah :

(2)

1. Definisi Space Debris secara umum dan secara Astronomi.

2. Apa yang menyebabkan terjadinya Sampah antariksa menurut sejarah. 3. Dampak yang diakibatkan oleh sampah antariksa.

4. Solusi apa yang diberikan untuk menanggulangi sampah antariksa.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang hendak kami capai dalam penulisan laporan ini ialah mengetahui secara umum sampah antariksa dan memberikan penjelasan secara lebih meluas tentang Sampah Antariksa untuk masyarakat luas. Dan manfaatnya dapat dijadikan sebagai referensi oleh masyarakat tentang sampah antariksa dan dikalangan akademisi.

1.4 Lingkup Kajian

Untuk mejawab rumusan masalah yang elah kami angkat, aspek yang akan kami kaji dalam penulisan karya ilmiah ini antara lain :

1. Definisi Sampah Antariksa

2. Macam-Macam Sampah Antariksa

3. Data-Data yang terkait dengan Sampah Antariksa 4. Solusi untuk menanggulangi Sampah Antariksa

1.5 Sumber Data

Pada penelitian kali ini kami menggunakan beberapa sumber data, diantaranya : 1. Studi literatur

(3)

1.6 Sistematika Pembahasan

Penulisan laporan penelitian ini terbagi membahas tentang Sampah Antariksa. Kami dalam hal penulisan kerangka membagi menjadi enam bab pokok.

Pada bab satu akan dibahas mengenai latar belakang pengangkatan aspek penelitian ini, penentuan rumusan masalah yang kami angkat yang menjadi bahasan penelitian ini, tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan, lingkup kajian penelitian, sumber data dalam mencari informasi terkait dan sistematika pembahasan laporan ini sendiri.

Pada bab kedua, kami membahas topik sampah antariksa secara detail meliputi definisi sampah antariksa menurut bahasa dan menurut penjelasan secara ilmiah, sejarah sampah antariksa yang berawal dari kegiatan manusia untuk mengeksplorasi lingkungan antariksa, dan macam-macam sampah antariksa yang kami bagi menjadi sampah antariksa secara alami maupun buatan.

Pada bab ketiga, dibahas tentang data-data yang terkait dengan sampah antariksa dengan data yang telah dikelompokan sesuai dengan letak dari orbit bumi. Kami membaginya menjadi tiga sub-topik yang terdiri dari data jumlah secara umum, data di LEO, dan data di GEO.

Pada bab keempat, dibahas tentang pengaruh sampah antariksa yang terkait dengan bumi yakni pengaruh terhadap lingkungan bumi dan kehidupan di bumi serta pengaruh terhadap pengoperasian satelit di sekitar sampah antariksa.

Pada bab kelima, dibahas tentang solusi penanggulangan masalah sampah antariksa untuk bumi dan satelit secara ilmiah dan secara pandangan oleh penulis maupun pandangan masyarakat awam.

Pada bab keenam, merupakan akhir dari serangkaian bab yang telah kami rancang, dalam bab ini terdapat subbab simpulan dan saran. Pada bab ini merupakan hasil pemikiran secara subjektif oleh penulis dan hasil wawancara dengan masyarakat.

(4)

BAB II

SAMPAH ANTARIKSA

2.1 Definisi dan Karakteristik Sampah Antariksa

Menurut bahasa sampah antariksa dibagi menjadi dua kata yakni “Sampah” dan “Antariksa”. Sampah adalah benda yang sudah diambil daya gunanya sehingga sudah bernilai rendah atau bahkan tidak bernilai lagi. Sedangkan Definisi Antariksa adalah angkasa luar atau dalam bahasa Inggrisnya Outer space yang merupakan ruangan jauh dari bumi (di luar lapisan atmosfer bumi) bebas dari pengaruh gravitasi. Bagian dari alam semesta yang digambarkan sebagai ruang hampa udara. 1

Apa sebenarnya sampah antariksa itu? Para ilmuwan mendefinisikan sampah antariksa sebagai benda buatan manusia yang mengitari bumi selain satelit yang berfungsi. Menurut Inter-Agency Space Debris Coordination Committee (IADC):

“Space debris are all man made objects including fragments and elements thereof, in Earth orbit or reentering the atmosphere, that are nonfunctional”.2

.

Dari populasi benda antariksa buatan yang dapat dibuat katalognya, sampah antariksa kini mencapai 93% dari total populasi yakni sekitar 12 ribu buah. Perlu diingat bahwa benda antariksa yang dapat dibuat katalognya hanya yang berukuran minimal 10 cm. Jika ditinjau juga benda antariksa di luar katalog maka jumlah sampah antariksa saat ini telah mencapai jutaan. Sampah ini bisa berupa badan roket (rocket body) dan satelit yang tidak lagi berfungsi (termasuk serpihan-serpihannya jika badan roket dan satelit ini pecah), cat yang mengelupas, debu, ampas bijih dari motor roket, arloji, bahkan sikat gigi milik astronot yang terlepas.

Parameter penting pada sampah antariksa adalah ukuran dan kecepatannya. Ukurannya sangat bervariasi mulai dari di bawah 1 mm (berat sekitar 1 mg) hingga di atas 10 cm (berat sekitar 1 kg). Seluruh sampah ini bergerak dengan kecepatan

1

http://id.shvoong.com/exact-sciences/astronomy/2105113-pengertian-antariksa/#ixzz2BtfxPeOy 2 (IADC Space Debris Mitigation Guidelines. Issue 1,rev.1.,2002)

(5)

sangat tinggi. Semakin rendah ketinggiannya semakin cepat sampah ini bergerak. Sampah antariksa di orbit tinggi (geosynchronous orbit, GEO) yakni di ketinggian sekitar 35 ribu km mencapai laju sekitar 3 km/dtk (10.800 km/jam) sedang di orbit rendah (low earth orbit, LEO) misalnya di ketinggian 800 km lajunya mencapai 7 km/dtk (25.200 km/jam). Kebanyakan sampah ini berada di orbit rendah yakni di bawah ketinggian 2000 km. Semakin kecil ukurannya, semakin banyak jumlahnya.3

.

2.2 Sejarah Sampah Antariksa

Sejarah sampah antariksa artifisial dimulai ketika aktivitas manusia mulai merambah antariksa. Beberapa hal dan kejadian penting terkait dengan sampah antariksa adalah sebagai berikut:

 Eksplorasi ruang angkasa dimulai 4 Oktober 1957 dengan peluncuran satelit Sputnik 1 oleh Rusia. Sejak itu manusia mencapai tahap demi tahap eksplorasi, aplikasi dan pengembangan sains dan teknologi antariksa.

1961: Kejadian break-up di orbit yang pertama adalah ledakan

upper-stagedari roket Thor-Ablestar yang digunakan untuk meletakkan satelit US

Transit-4A di orbit.

o Ledakan itu mendistribusikan massa 625 kg.

o Setidaknya ada 298 fragmen yang bisa ditelusur gerak orbitnya. o Hampir 200 fragmen masih berada di orbit sampai 40 tahun setelah

kejadian.

 Agustus 1964: satelit geostasioner pertama diletakkan di orbit, Syncom-3.  Juni 1978: 14 tahun setelah Syncom-3, kejadian pertama ledakan wahana

antariksa di GEO (Geostationary Earth Orbit).

Lubos Perek (1979) mempresentasikan makalah berjudul “Outer Space

Activities versus Outer Space“, yang pertama kali merekomendasikan

(6)

penanggulangan mitigasi sampah antariksa, termasuk mengubah orbit wahana GEO ke orbit pembuangan diakhir masa operasionalnya.

John Gabbard mengungkap bahwa ledakan dari sembilan second stage dari roket Delta antara Mei 1975 – Januari 1981 adalah kontributor utama populasi sampah antariksa saat itu, sekitar 27% dari katalog LEO (Low Earth

Orbit) tahun 1981.

o Semenjak diketahui sebagai kontributor utama sampah antariksa,

break-up dari second stage roket Delta tidak dilakukan lagi.

o Ini bisa dianggap sebagai implementasi penanggulangan sampah antariksa yang efektif yang pertama kali.

 Juli 1996: kecelakaan tubrukan dua objek katalog pertama kali tercatat. Satelit Cerise rusak karena ditabrak pecahan orbital stage roket Ariane yang meledak pada November 1986.

 Sebagian besar kejadian fragmentasi yang bersifat historis terjadi pada orbit hampir-lingkaran, dan sekitar 80% dari keseluruhan kejadian yang diketahui, terjadi di LEO.

 Sekarang lebih dari 5000 peluncuran wahana antariksa. Sampai tahun 2010, terdapat 2000 satelit berada di orbit bumi.

Saat ini, angkasa Bumi semakin dipenuhi oleh sampah-sampah antariksa artifisial. Selama aktivitas angkasa luar terus berlangsung dan kita belum memiliki prosedur yang

workable, benar-benar efektif dan ekonomis, jumlah sampah ini akan terus meningkat. Ini

membuat peluncuran misi antariksa semakin ke depan semakin besar tantangannya.4

2.3 Macam-macam Sampah Antariksa

Sampah antariksa memiliki klasifikasi menurut darimana ia berasal. Dalam hal ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu sampah antariksa alami dan sampah antariksa buatan.

(7)

2.3.1 Asteroid

Asteroid merupakan benda kecil dalam tatasurya (Bongkahan batuan atau logam, ataupun campuran keduanaya) yang tidak memiliki atau berpotensi memiliki ekor seperti komet. Asteroid berada di tata surya kita, terutama berada diantara orbit mars dan Jupiter. Asteroid berukuran rata-rata 500 meter tetapi belum ada yang mencapai 1000 km. Asteroid terbesar yang pernah ditemukan adalah ceres dengan ukuran 975 km. ceres merupakan asteroid pertama yang ditemukan oleh para ilmuan pada tahun 1801.

image of ceres (Cropped from original) from Hubble Space Telescope.(Gambar 1)

2.3.2 Meteoroid

Meteoroid adalah Sebuah benda padat yang berada/bergerak dalam ruang antarplanet, dengan ukuran lebih kecil daripada asteroid dan lebih besar daripada sebuah atom atau molekul.5 Ketika memasuki atmosfer sebuah planet, meteoroid akan terpanaskan dan akan menguap sebagian atau seluruhnya. Gas-gas di sepanjang lintasannya akan terionisasi dan bercahaya. Jejak dari gas bercahaya ini yang disebut sebagai meteor. Jika sebagian meteoroid ini mencapai tanah, maka akan disebut sebagai meteorit.

(8)

http://ecoswitch.com/blog/environmental-news/we-are-the-meteor-how-climate-change-economics-ought-to-be-understood/

(Gambar 2)

2.3.3 Komet

Komet adalah benda langit yang mengelilingi matahari dengan garis edar

berbentuk lonjong atau parabolis atau hiperbolis. Komet menghasilkan ekor sehingga mudah dilihat, komet juga memiliki kecepatan mencapai 72 km/s dengan densitas komet mencapai 1.000 kg/m3

(9)

Komet kohoutek (Gambar 3)

2.3.4 Satelit Buatan

Satelit buatan adalah benda buatan manusia yang mengorbit bumi dengan

periode revolusi dan rotasi tertentu. Satelit buatan sangat membantu aktivitas manusia dalam berbagai bidang. Satelit terbagi atas 6 kelompok besar, yaitu:

1. Satelit untuk riset ilmiah/penelitian. 2. Satelit cuaca

3. Satelit komunikasi 4. Satelit Navigasi

5. Satelit Pengamat Bumi / Observasi Bumi 6. Satelit Keperluan militer

Masih banyak jenis satelit yang lainnya tentu dengan fungsi yang berbeda dari ketiga jenis satelit di atas.6

(10)

International Space Station (Gambar 5)

(11)

BAB III

DATA TERKAIT SAMPAH ANTARIKSA

3.1 Data Jumlah Sampah Antariksa

Berdasarkan penelitian, komposisi sampah antariksa adalah sebagai berikut : - 17% berupa bagian badan roket

- 19% sampah berhubungan dengan aktivitas misi di antariksa. - 22% berupa pesawat antariksa atau satelit yang tidak berfungsi.

- 42% berupa pecahan atau sisa komponen (baterai, cat yang mengelupas, dll)

Sampah antariksa berjumlah 11.000 objek berukuran lebih dari 10cm, dan 100.000 objek berukuran antara 1-10cm. letak sampah antariksa yang paling banyak, terdapat pada kawasan orbit rendah ( 2.000 km di atas permukaan bumi ).

Menurut badan antariksa Eropa, ESA dalam situs esa multimedia.esa.int menyatakan bahwa, sejak diluncurkannya satelit buatan pertama Sputnik ( 4 Oktober 1957 hingga 1 Januari 2008 ). Secara total, sudah ada 6.000 satelit yang beredar di orbit bumi. Namun, hanya sekitar 800 satelit saja yang masih aktif, dan sekitar 5.200 satelit lainnya, turut menjadi sampah antariksa dan tinggal bersama serpihan-serpihan sisa ledakan pesawat antaiksa dan benda langit lainnya.

(12)

Perkiraan jumlah sampah antariksa di masa depan untuk orbit rendah.

(13)

3.1 Low Earth Object

LEO (Low Earth Orbit) merupakan salah satu kategori orbit di sekitar bumi yang ketinggiannya berada pada 500 – 2000 km. Di LEO inilah merupakan tempat orbit terbanyak yang terdapat sampah antariksa di dalam orbit tersebut. Satelit-satelit yang berada di orbit ini memiliki kecepatan yang sangat cepat karena dalam ketinggian LEO ini jika kecepatan satelit tersebut rendah, menyebabkan satelit tersebut akan terlempar atau keluar dari lintasan orbit. Satelit pada orbit ini dapat menyeselaikan satu putaran mengeliling bumi antara 30 menit hingga 1 jam. Satelit pada low orbit hanya dapat terlihat oleh station bumi sekitar 10 menit.7

Sampah Antariksa pada ketinggian LEO

3.2 Geostationary Earth Orbit

Geostationary Satellite Orbit (GEO), merupakan salah satu orbit di sekitar bumi yang memiliki ketinggian sekitar 35.000 km ke atas, di orbit GEO ini, kecepatan satelit hampir menyamai kecepatan rotasi bumi, sehingga satelit di GEO membutuhkan waktu yang sama yakni 24 jam untuk mengitari satu putaran penuh orbit di GEO, oleh karena bumi pun bergerak, jadi seolah-oleh satelit tersebut tetap berada di tempatnya. Di orbit GEO inilah merupakan tempat terbanyak kedua setelah

(14)

LEO yang sampah antariksanya kebanyakan berukuran 0,1-1 meter. Beberapa satelit mengitari bumi dengan menggunakan orbit elips, kecepatannya akan bertambah bila berada di orbit rendah, dan berkurang bila berada di orbit tinggi, beberapa satelit digunakan untuk operator radio amatir, dimana menggunakan antena yang selalu di sesuaikan dengan kedudukan satelit di angkasa.8

Sampah antariksa di orbit GEO (earthobservatory.nasa.gov)

(15)

BAB IV

PENGARUH SAMPAH ANTARIKSA

4.1 Benda disekitar Sampah Antariksa

Sampai akhir abad ke 20, benda antariksa buatan manusia, dari ketinggian kurang dari 2.000 km mencapai sekitar 2.000 ton. Dari jumlah itu, 95% digolongkan menjadi sampah antariksa, dengan jumlah satelit aktif sekitar 5%.

Objek-objek tersebut mengorbit bumi dan saling bertemu dengan kecepatan rata-ata 10 km/detik ( 36.000 km/jam ). Jika mereka mengalami tabrakan antara satu dengan lainnya, maka mereka akan hancur menjadi kepingan-kepingan yang lebih kecil. Pada tahun 1960, jumlah satelit yang pecah hanya 1 satelit per tahun. Tetapi, sejak tahun 1980, sudah mencapai 5 satelit yang pecah per tahun.

Diperkirakan lebih dari 40 juta potongan dari pecahan satelit atau roket sangat membahayakan satelit aktif karena tidak terdeteksi oleh jaringan radar saat ini. Sampah antariksa berukuran sangat kecil, jumlahnya semakin banyak. Padahal, sampah halus ini berdampak negatif bagi satelit aktif. Untuk sampah berukuran 0,01mm – 1cm berdampak serius, apalagi jika terkena bagian-bagian yang sensitive. Satelit mikro adalah salah satu satelit yang bertabrakan dengan sampah antariksa yang berukuran besar hingga mengalami kerusakan yang serius.

Kasus tabrakan sebuah satelit telekomunikasi milik AS dengan sebuah satelit tua Rusia yang sudah tak berfungsi lagi membuat para ilmuwan antariksa prihatin. Hal ini tentu saja menguatkan fakta bahwa benda-benda yang termasuk sampah antariksa itu sangat berbahaya.

Kasus kerusakan lainnya juga dialami oleh pesawat ulang alik Chalenger 1983. Kaca pelindung pesawat itu harus diganti karena ditemukannya serpihan cat yang menabraknya. Ukuran serpihan cat tersebut sangat kecil, hanya sekitar 0,3 mm. Tetapi, karena diperkirakan kecepatan serpihan cat itu sangat tinggi, sekitar 14.000 km/jam, maka hal ini cukup mengganggu.

(16)

Untuk kasus antenna teleskop antariksa Hubble yang mengalami kerusakan akibat tumbukan sampah antariksa juga menambah daftar panjang kasus yang disebabkan oleh sampah antariksa. Akibatnya timbul lubang berukuran 1,9 cm x 1,7 cm.9

4.2 Bumi

Sampah antariksa tidak hanya berakibat buruk bagi benda-benda langit lainnya, namun juga adanya kemungkinan sampah tersebut jatuh ke bumi. Semakin rendah posisi orbit satelit atau sampah antariksa, semakin cepat pula kemungkinan untuk jatuh ke permukaan bumi. Masa hidup satelit atau sampah antariksa bertahan pada orbitnya sangat bergantung pada hambatan atmosfer. Semakin rendah ketinggian satelit, hambatan atmosfer semakin besar karena semakin rapat.

Aktivitas matahari juga berkaitan dengan sampah antariksa. Sampah antariksa jatuh ke bumi akibat terjadinya efek pemuaian atmosfer karena peningkatan intensitas sinar ultra violet. Peningkatan aktivitas matahari juga dapat menyebabkan kerapatan atmosfer meningkat dan hambatan terhadap satelit juga meningkat. Satelit yang berada disekitar 1000 km akan mengalami perlambatan gerak akibat peningkatan kerapatan atmosfer sehingga akhirnya jatuh ke bumi. Jadi bisa disimpulkan bahwa factor yang menentukan adalah ketinggian satelit saat terjadinya pemuaian atmosfer. Ketika aktivitas matahri mulai lemah, satelit atau sampah antariksa di ketinggian 600 km, akan mampu bertahan selama puluhan tahun. Namun, jika matahari sedang aktif, satelit dan sampah antariksa tersebut hanya mampu bertahan selama 1 tahun. Saat Skylab jatuh pada tahun 1979, peningkatan aktivitas matahari yang melebihi perkiraan awal yang mempengaruhinya.

Menambahnya jumlah benda antariksa buatan manusia dan populasi antariksa, membuat potensi jatuhnya benda langit semacam sampah antariksa semakin besar. Data pantauan jaringan radar menunjukkan, bahwa setiap 2-3 hari, ada bekas satelit, atau sampah antariksa yang jatuh ke bumi. Untuk benda yang berukuran besar dan memiliki bobot beberapa puluh ton, rata-rata 2 minggu sekali, ada saja yang jatuh.

(17)

Bisa saja jika benda itu jatuh di lapangan terbuka yang tak akan menimbulkan korban jiwa. Tapi bukan tidak mungkin jika benda tersebut jatuh tepat di rumah warga. Hal ini tentu saja akan membahayakan dan merugikan bagi warga. Meskipun benda langit berpotensi kecil untuk membahayakan bumi beserta isinya, namun tak ada salahnya jika kita waspada dan tanggap menghadapinya.

Berdasarkan penelitian, kemungkinan seorang manusia terkena benda langit yang jatuh adalah 1 : 1.000.000.000.000. Sedangkan kemungkinan yang ada pada pesawat terbang untuk terkena benda langit tersebut adalah 1 : 10.000.000.

Sampai sejauh ini, memang belum ada laporan orang atau barang yang terkena benda jatuh dari antariksa. Bila terkena, tentu saja dampaknya sangat hebat. Karena benda yang jatuh dari antariksa mempunyai kecepatan sampai puluhan bahkan ratusan km/jam.

Benda langit sebesar kelapa, pernah jatuh di lahan gambut, daerah Pontianak. Peristiwa yang terjadi pada tahun 2003 di Pontianak, jatuh ke bumi dan membuat lubang mencapai kedalaman 2 meter. Menurut peneliti astronomi dan astro fisika, Thomas Jamaludin, benda langit seperti meteorit atau sampah antariksa yang jatuh ke bumi mencapai sekitar 25 ribu ton setiap tahunnya.

Sampah antariksa yang berukuran sekitar 1-10 cm, adalah sampah antariksa yang paling berbahaya. Hal ini disebabkan karena pelindung satelit hanya bisa menahan benturan benda kecil berukuran 1 cm. Sedangkan untuk benda atau sampah antariksa yang berukuran lebih besar, sekitar 10 cm, umumnya masih bisa dideteksi oleh sistem patroli antariksa, sehingga jika sampah antariksa atau benda langit tersebut mulai mengancam satelit, maka stasiun pengendali dapat segera melakukan langkah-langkah penyelamatan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti terjadinya tabrakan antara satelit dan sampah antariksa.

Sampah antariksa tidak hanya mengganggu satelit, dan mengganggu teleskop antariksa, tetapi sampah antariksa juga berpotensi mengganggu kualitas hasil pengamatan dari bumi. Pada flat foto astronomi, terdapat goresan cahaya yang

(18)

kemungkinan besar adalah ulah dari sampah antariksa. Sampai saat ini diketahui bahwa jumlah sampah antariksa yang terekam makin bertambah. Dikhawatirkan, dengan bertambahnya sampah antariksa yang ada di langit, akan mengganggu foto hasil pengamatan medan luas yang dipenuhi oleh goresan-goresan cahaya.

Gangguan akan adanya sampah antariksa juga dapat dirasakan pengamat bila pada saat pengukuran fotometrik terlintas cahaya sampah antariksa yang tepat masuk dalam medan pandang teleskop. Jika hal ini terjadi, hasil pengukuran menjadi sia-sia. Sampah antariksa berukuran sekitar 1 meter yang berada pada jarak orbit satelit geostasioner (sekitar 36.000 km) akan tampak seperti sebuah bintang sangat redup bermagnitudo 16.

Ini semua adalah suatu ancaman besar untuk kelangsungan hidup makhluk di bumi ini. Pengembangan teknologi untuk mengamati astronomi, mulai dikhawatirkan perkembangannya. Oleh karena itu, mereka kini harus bisa bersaing melawan pengembangan teknologi lainnya yang mulai mengancam secara perlahan. Jika sampah antariksa tidak dapat terkontrol lagi jumlahnya, maka kita yang hidup di bumi tidak akan mampu lagi untuk melihat dan mendengar isyarat-isyarat yang datang dari alam semesta.10

10 Ibid,

(19)

BAB V

SOLUSI PENANGGULANGAN SAMPAH ANTARIKSA

5.1 Space Weapons

Space Weapons adalah suatu benda yang di desain untuk menguji atau digunakan untuk menghancurkan benda yang tidak berfungsi (sampah antariksa) yang berada pada luar angkasa atau benda yang tepat berada di atas orbit bumi.

Potensial space weapons dibagi menjadi 3, yang pertama ialah space-to-space systems, space-to-earth systems, earth-to-space system

Projects in development by the US have names like Airborne Laser, the Active Denial System, and the Tactical High Energy Laser (THEL).

5.2 Upaya Mitigasi

Upaya pengendalian sampah antariksa mustahil dilakukan oleh segelintir negara saja. Oleh karena itu, Komite PBB tentang Penggunaan Antariksa

(20)

untuk Tujuan Damai (United Nations Committee on the Peaceful Uses of

Outer Space, UNCOPUOS) di sidangnya yang ke-50 tahun 2007 menyetujui

secara resmi 7 pedoman yang diyakini akan efektif untuk mengurangi jumlah dan dampak sampah antariksa dan mengajak semua negara anggotanya (dan organisasi-organisasi internasional keantariksaan) untuk mengimplementasikan 7 pedoman tersebut sesuai dengan mekanisme di negara bersangkutan.

Berikut ini tujuh pedoman yang dinamakan UNCOPUOS Space Debris

Mitigation Guidelines.

Guideline 1: Limit debris released during normal operations

Sistem peluncuran satelit harus dirancang untuk tidak melepaskan puing-puing selama operasi peluncuran berlangsung. Jika hal ini tidak memungkinkan, pengaruh dari setiap puing-puing di lingkungan antariksa harus diminimalkan karena puing-puing tersebut akan menjadi sampah antariksa.

Guideline 2: Minimize the potential for break-ups during operational phases

Tahap peluncuran orbital harus dirancang untuk menghindari kemungkinan kegagalan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan break-up. Dalam kasus ini, kegagalan tersebut harus dapat terdeteksi, tindakan pembuangan saat proses peluncuran harus direncanakan dan dilaksanakan untuk menghindari break-up.

(21)

Guideline 3: Limit the probability of accidental collision in orbit

Dalam misi tahap kendaraan pesawat ke ruang angkasa dan tahap peluncuran, kemungkinan tabrakan disengaja dengan benda-benda yang dikenal harus diperkirakan dan diminimalisir agar tidak terbentuk sampah antariksa akibat tabrakan tersebut. Jika memang harus terjadi tabrakan, maka penyesuaian dari waktu peluncuran atau manuver penghindaran on-orbit harus dipertimbangkan.

Guideline 4: Avoid intentional destruction and other harmful activities

Menyadari bahwa peningkatan risiko tabrakan bisa menimbulkan ancaman bagi operasi ruang angkasa, penghancuran yang disengaja dari setiap pesawat ruang angkasa on-orbit atau kegiatan berbahaya lainnya yang menghasilkan berumur panjang dan menghasilkan puing-puing harus dihindari. Ketika dilakukannya break-up dengan sengaja, harus dilakukan pada ketinggian yang cukup rendah untuk meminimalisasi sampah antariksa yang terbentuk.

Guideline 5: Minimize potential for post-mission break-ups resulting from stored energy

Dalam rangka membatasi risiko untuk pesawat ruang angkasa lain dan menghindari kecelakaan break-up, semua on-board sumber energi yang tersimpan harus habis atau dibuat aman ketika mereka tidak lagi diperlukan untuk melakukan suatu misi.

(22)

Guideline 6: Limit the long-term presence of spacecraft and launch vehicle orbital stages in the low-Earth orbit (LEO) region after the end of their mission

Tahap misi pesawat ruang angkasa dan peluncuran orbital yang telah dihentikan fase operasionalnya dalam orbit yang melewati wilayah LEO harus dihapus dari orbit secara terkendali. Jika hal ini tidak mungkin, maka harus dibuang sehingga menghindari jangka panjang terbentuknya sampah antariksa di wilayah sekitar LEO.

Guideline 7: Limit the long-term interference of spacecraft and launch vehicle orbital stages with the geosynchronous Earth orbit (GEO) region after the end of their mission

Tahap misi pesawat ruang angkasa dan peluncuran orbital yang telah dihentikan fase operasionalnya dalam orbit yang melewati wilayah GEO harus dilepas ke orbit lain sehingga menghindari gangguan jangka panjang kerja satelit yang berada di wilayah GEO.

(23)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Sampah antariksa sebagai benda buatan manusia yang mengitari bumi selain satelit yang berfungsi. Menurut Inter-Agency Space Debris Coordination Committee (IADC): “Space debris are all man made objects including fragments and elements

thereof, in Earth orbit or reentering the atmosphere, that are nonfunctional”.

Sampah antariksa bermacam-macam, dari yang sampah antariksa alami yakni asteroid, meteoroid, serta komet, hingga sampah antariksa buatan manusia, yakni satelit. Berdasarkan data penelitian, kita mengetahui bahwa pertumbuhan sampah antariksa cukup pesat, bahkan dari data terlihat untuk beberapa tahun kedepan pertumbuhan sampah antariksa beberbentuk kuadratik.Adapun solusi dari penanggulangan sampah antariksa secara ilmiah yakni pembuatan space weapons yang bertujuan untuk menghancurkan sampah antariksa tersebut da nadapula mitigasi sampah antariksa oleh UNCOPUOS.

6.2 Saran

Seperti yang kami simpulkan sebelumnya, kami menulis karya ilmiah ini untuk menginformasikan suatu hal yang berkaitan tentang sampah antariksa, mulai dari defines, sampai solusi penanggulangan sampah antariksa. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan, mulai dari kesalahan penulisan maupun teknis seperti data yang terkait tentang sampah antariksa. Sehingga penulis perlu membutuhkan saran dari pembaca agar penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

C. Bombardelli and J. Peláez.Ion Beam Shepherd for Contactless Space Debris

Removal . Journal of Guidance, Control, and Dynamics. Vol. 34. No. 3. May–June

2011. pp 916-920.

U.S. Congress. Office of Technology Assessment. Orbiting Debris: A Space

Environmental Problem. Background Paper. OTA-BP-ISC-7. U.S. Government

Printing Office. September 1990. p. 3.

David Wright. Debris in Brief: Space Debris from Anti-Satellite Weapons. Union of Concerned Scientists. December 2007.

M.Simatupang Ferry, “Sedikiti Tentang Sampah Antariksa”.2011. Kompasiana, “Sampah Antariksa”. 17 januari 2011

http://sasproject8.wordpress.com/ http://ecoswitch.com/blog/environmental-news/we-are-the-meteor-how-climate-change-economics-ought-to-be-understood/ http://id.shvoong.com/exact-sciences/astronomy/2105113-pengertian-antariksa/#ixzz2BtfxPeOy http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=26099 http://www.lapanrb.org/artikel/68-orbit-satelit http://hamda62.wordpress.com/2010/05/26/apa-itu-satelit-buatan/

Gambar

Gambar orbit LEO,GEO, dan GTO’s

Referensi

Dokumen terkait

Pada Ruang Baca Pascasarjan perlu dilakukan pemebersihan debu baik pada koleksi yang sering dipakai pengguna maupun

Menurut teori hukum Perdata Internasional, untuk menentukan status anak dan hubungan antara anak dan orang tua, perlu dilihat dahulu perkawinan orang tuanya sebagai

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan laju perubahan tata guna lahan yang cukup tinggi. Kondisi tersebut ditandai dengan laju deforestrasi baik disebabkan

Pada perkembangannya dibuat peraturan desa (perdes) dan memuat sanksi bagi yang tidak mentaati peraturan. Ibu-ibu yang tidak aktif di posyandu, ibu hamil yang tidak memeriksakan

value Teks default yang akan dimunculkan jika user hendak mengisi input maxlength Panjang teks maksimum yang dapat dimasukkan. emptyok Bernilai true jika user dapat tidak

Penyusunan LBP Kementerian Keuangan Tahunan Tahun Angggaran 2020 (Audited), mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan

Pendapatan masyarakat, memanfaatkan Tahura Djuanda sebagai sumber pendapatan masyarakat setempat yang bersumber dari wisatawan yang datang ke Tahura Djuanda. Pengeluaran

Kesulitan investor untuk menentukan saham yang dapat di masukkan portofolio, diversifikasi, dan estimasi return risiko dapat diatasi dengan penyusunan portofolio