• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DANA BOPTN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DANA BOPTN 2015"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN AKHIR

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

DANA BOPTN 2015

BUSINESS PLAN DAN VALUE PROPOSITON DESIGN

UNTUK PEMBENTUKAN

HERBAL TOURISM VILLAGE SURABAYA

Tim Pengabdi:

Ketua : Berto Mulia Wibawa, S.Pi, M.M (Jurusan Manajamen Bisnis FTI ITS) Anggota 1 : Imam Baihaqi, S.T, M.Sc, Ph.D (Jurusan Manajemen Bisnis FTI ITS) Anggota 2 : Dr. Ir. Bustanul Arifin Noer, M.Sc (Jurusan Manajemen Bisnis FTI ITS) Anggota 3 : Nugroho Priyo Negoro, S.T, S.E, M.T (Jurusan Manajemen Bisnis FTI ITS) Anggota 4 : M. Saiful Hakim, S.E., M.M (Jurusan Manajemen Bisnis FTI ITS)

Anggota 5 : Aang Kunaifi, S.Ak, M.Ak (Jurusan Manajemen Bisnis FTI ITS) Anggota 6 : Dr. Maria Anityasari, S.T, M.E (Jurusan Teknik Industri FTI ITS) Anggota 7 : Diesta Iva Maftuh, S.T, M.T (Jurusan Teknik Industri FTI ITS)

Anggota 8 : Dyah Santhi Dewi, S.T, M.Eng.Sc, Ph.D (Jurusan Teknik Industri FTI ITS) Anggota 9 : Dewanti Anggrahini, S.T, M.T (Jurusan Teknik Industri FTI ITS)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DANA BOPTN 2015

1. Judul Pengabdian : Business Plan dan Value Proposition Design untuk Pembentukan Herbal Tourism Village Surabaya

2. Ketua Tim

a. Nama : Berto Mulia Wibawa, S.Pi, M.M

b. NIP : 198802252014041001

c. Pangkat / Golongan : Penata Muda Tingkat I/III B d. Jabatan Fungsional : -

e. Jurusan : Manajemen Bisnis

f. Fakultas : Teknologi Industri

g. Alamat Kantor : Gd. Teknik Industri, Kampus ITS, Jl. Raya ITS Keputih Sukolilo, Surabaya

h. Telp / HP / Fax : 031-5939361 / 081 330 316 326 / 031 5939362

3. Jumlah anggota : 9 orang 4. Jumlah mahasiswa yang terlibat : 4 orang 5. Mitra penelitian (jika ada)

a. Nama instansi mitra : Kampung Herbal Gencar Mandiri b. Contact person : Elly Witartiningsih

c. Jabatan : Ketua

d. Alamat : Jl. Genteng Candirejo 32, Surabaya e. Telp / HP / Fax : 081332429992

Menyetujui Surabaya, 10 November 2015

Ketua Jurusan Manajemen Bisnis Ketua Tim Pengabdi

Imam Baihaqi, S.T, M.Sc, Ph.D Berto Mulia Wibawa, S.Pi, M.M NIP. 197007211997021001 NIP 198802252014041001

Mengetahui, Ketua LPPM ITS

Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT NIP 196404051990021001

(3)
(4)

iv

RINGKASAN

Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” merupakan salah satu sentra industri binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperdagin) Kota Surabaya. Produk yang dijual meliputi minuman dan makanan ringan yang terbuat dari berbagai tanaman herbal. Disperdagin Kota Surabaya berinisiatif mentransformasikan kampung/sentra binaan menjadi objek/tujuan wisata. Tujuan dari pengabdian ini adalah membantu membentuk Herbal Tourism Village, menyusun Business Plan untuk ekspansi bisnis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan usaha dan masyarakat sekitar, mengembangkan produk herbal yang telah ada, dan menyusun Business Model

Canvas dan Value Proposition Design Canvas untuk membantu memahami dan

memenuhi kebutuhan pelanggan produk yang dihasilkan.

Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah penyusunan Business

Plan yang dilengkapi oleh alat analisis Business Model Canvas (BMC) dan Value Proposition Design (VPD). Business Plan yang dibuat dapat dijadikan dokumen untuk

mendapatkan akses permodalan dalam rangka ekspansi bisnis, baik dari investor maupun perbankan. Analisis industri, gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, analisis pemasaran, analisis risiko, rencana aksi, proyeksi keuangan, desain layout pengembangan dalam format 2D dan 3D, dan branding dari Herbal Tourism Village juga telah dibuat.

Analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan menjelaskan bahwa proyek pengembangan Herbal Tourism Village memiliki nilai IRR sebesar 27%, yang berarti diatas nilai standar dengan asumsi standar rate of return sebesar 12%. Nilai Net Present

Value (NPV) diperoleh sebesar Rp 235.737.196,-, angka ini bernilai positif lebih dari 0,

yang berarti secara finansial proyek ini berpotensi menghasilkan keuntungan. Nilai

Payback Period diperoleh sebesar 4,134 atau selama 4 tahun 2 bulan. Nilai ini lebih

singkat daripada standar nilai Payback Period untuk bisnis serupa yaitu selama 5-6 tahun. Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha yang dilakukan, maka disimpulkan bahwa proyek ini layak untuk dijalankan.

Rencana transformasi Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” menjadi Herbal Tourism Village diprediksi dapat memberikan banyak manfaat di masa depan, baik bagi warga sekitar Genteng Candirejo maupun Kota Surabaya. Herbal Tourism Village bagi usaha kelompok memiliki peran meningkatkan daya saing kampung, meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, dan menumbuhkan usaha-usaha sekunder lain sebagai multiplier effect dari pembangunan Herbal Tourism Village. Sedangkan bagi Kota Surabaya, Herbal Tourism Village memiliki peran meningkatkan pariwisata dan menambah ikon unik wisata kampung di tengah kota, yang tidak dimiliki oleh kota lain.

(5)

v

SUMMARY

Group Business of Processed Herbs “Gencar Mandiri” is one of the industrial centers supervised by Department of Industry and Trade (Disperdagin) in Surabaya City. Products sold include drinks and snacks made from various herbs such as ginger, kencur, sinom, and wuluh starfruit. Disperdagin has an initiative to transform the current center into a tourist attraction/destination. The purpose of this community service was to develop Herbal Tourism Village, compose Business Plan for business expansion in order to improve the welfare of the business and local communities, developing existing herbal products, and compose Business Model Canvas and Value Proposition Design Canvas to understand and meet customer needs of the current product.

The methods used in this community service is a Business Plan, which is equipped by Business Model Canvas (BMC) and Value Proposition Design (VPD). This Business Plan can be used as a document to get capital access in order to expand the business, both from investors and banks. Industry analysis, company description, organizational structure, marketing analysis, risk analysis, action plan, financial projection, layout design development in 2D and 3D format, and branding for Herbal Toursim Village also has been created.

Business feasibility analysis has been done to describe that the development project of Herbal Tourism Village has an IRR of 27%, which means above the standard value assuming a standard rate of return of 12%. Net Present Value (NPV) obtained Rp 235 737 196, -, the rate is a positive value and greater than 0, which means that financially this project potentially to generate profits. Payback Period values obtained at 4.134 or 4 years 2 months.This value is lower than the standard value payback period for a similar business, which is for 5-6 years. Based on feasibility analysis calculation, it is concluded that this project is feasible.

Transformation plan from Group Business of Processed Herbs “Gencar Mandiri” to Herbal Tourism Village could be predicted provide many benefits in the future, both for local communities and Surabaya City. Herbal Tourism Village for the business group has a role in enhancing the competitiveness of the village, improve the welfare of local communities, and growing other secondary businesses. As a multiplier effect on the development of herbal Tourism Village. While for the Surabaya City, Herbal Tourism Village has a role to boost tourism and add unique icon tourism village in the city center, which is no other cities has it.

(6)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan akhir ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam pengabdian ini adalah Business Plan dan Value Proposition Design untuk Pembentukan Herbal Tourism Village Surabaya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Darminto, MSc selaku Ketua LPPM ITS periode 2011-2015, Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT selaku Ketua LPPM ITS 2015-sekarang, Imam Baihaqi, S.T, M.Sc, Ph.D selaku Ketua Jurusan Manajemen Bisnis ITS, Nugroho Priyo Negoro, S.T, S.E, MT selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Bisnis ITS, Elly Witartiningsih selaku Ketua Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” atas kerjasamanya dalam melancarkan kegiatan pengabdian ini, seluruh Dosen ITS yang terlibat dalam pengabdian ini atas kerjasama dan kerja keras yang telah dilakukan, mahasiswa Manajemen Bisnis ITS dan Teknik Industri ITS yang terlibat dalam pengabdian ini, dan seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga laporan akhir pengabdian masyarakat ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, terutama bagi pihak Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” selaku mitra dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan.

Surabaya, November 2015

(7)

vii

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... iv

SUMMARY ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan, Manfaat, dan Dampak Pengabdian yang Diharapkan ... 4

1.4. Target Luaran ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Business Plan ... 6

2.1.1. Manfaat Business Plan ... 7

2.1.2. Cara Menulis Business Plan ... 8

2.1.3. Struktur Business Plan ... 10

BAB III STRATEGI DAN PERENCANAAN KEGIATAN ... 22

3.1 Lokasi dan Waktu Pengabdian ... 22

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 22

3.3 Pengolahan dan Analisis Data ... 22

3.4 Rencana Kegiatan Pengabdian ... 23

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN KEBERLANJUTANNYA ... 24

4.1. Penyusunan Business Plan ... 24

4.1.1. Industry Analysis ... 24

4.1.1.1. Skala Bisnis ... 24

4.1.1.2. Pertumbuhan Bisnis ... 24

4.1.1.3. Struktur Industri ... 25

4.2. Company Description ... 30

4.3. Management Team and Company Structure ... 31

4.5 Business Model ... 32

(8)

viii

4.5.2. Analisis VPD Existing ... 35

4.5.3. Implementasi Model Bisnis Herbal Tourism Village ... 37

4.6. Analisis SWOT (Strength dan Weakness) ... 41

4.7. Analisis Pemasaran ... 42

4.7.1. Analisis Segmentation, Targeting, and Positioning (STP) ... 42

4.7.2. Analisis Bauran Pemasaran 4P ... 43

4.7.3. Proses atau Siklus Penjualan ... 44

4.7.4 Taktik Penjualan ... 44

4.8 Design and Development Plan ... 45

4.8.1 Visi, Misi, dan Value Herbal Tourism Village ... 45

4.8.2. Strategic Objective Metric ... 46

4.8.3. Jenis Produk dan Jasa yang Ditawarkan ... 47

4.8.4. Rencana Pengembangan Status Usaha ... 48

4.8.5 Tantangan dan Risiko ... 48

4.9 Rencana Aksi ... 52

4.10. Financial Projection ... 56

4.11. Analisis Capaian Luaran Terhadap Target Luaran ... 57

4.12. Luaran yang Telah Diperoleh ... 61

4.13. Timeline Jadwal Pengabdian... 62

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1. Simpulan ... 63

5.2. Saran ... 64

BAB VI RENCANA SELANJUTNYA ... 65

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rekap Penjualan dan Pertumbuhan Bisnis ... 25

Tabel 4.2 Analisis Five Forces Porter ... 25

Tabel 4.3 Analisis Internal Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” ... 41

Tabel 4.4 Analisis Eksternal Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” ... 42

Tabel 4.5 Strategic Objective Kampung Wisata Herbal ... 46

Tabel 4.6. Probabilitas dan Dampak Risiko Herbal Toursim Village ... 49

Tabel 4.7 Penanganan Risiko Proses Bisnis Herbal Tourism Village ... 51

Tabel 4.8 Rencana Aksi………... 52

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Five Forces Porter's Analysis... 27

Gambar 4.2. BMC Existing Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” ... 35

Gambar 4.3. VPD Existing Usaha Kelompok Olahan Herbal Gencar Mandiri ... 37

Gambar 4.4. Rancangan Implementasi BMC Pembentukan Herbal Village ... 40

Gambar 4.5. Peta Risiko Herbal Tourism Village ... 50

Gambar 4.6. Branding dan Merchandise Herbal Tourism Village ... 57

Gambar 4.7. Sketsa 2D Suasana Herbal Village (1) ... 58

Gambar 4.8. Sketsa 2D Suasana Herbal Village (2) ... 59

Gambar 4.9. Sketsa 2D Suasana Herbal Village dari Perspektif Gerbang Masuk ... 59

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Produk herbal merupakan produk dengan bahan dasar alami tanpa ada pencampuran unsur kimiawi di dalamnya. Produk herbal bisa terbagi menjadi berbagi spesifikasi produk, seperti produk kecantikan, makanan dan minuman, serta obat-obatan. Tentunya produk-produk herbal ini memiliki nilai jual yang cukup baik apabila diolah dengan kreativitas dan inovasi-inovasi baru, mengingat gaya hidup masyarakat masa kini yang cenderung lebih peduli dengan gaya hidup sehat. Semakin banyaknya masyarakat yang sadar mengenai gaya hidup sehat membuat semakin banyak pula individu maupun kelompok yang mencoba masuk dalam perindustrian produk herbal ini.

Setiap daerah berlomba-lomba dalam penciptaan dan branding kampung herbal masing-masing daerahnya, tidak terkecuali Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” yang berlokasi di Desa Genteng Candirejo Surabaya. Beberapa warga tergabung dalam usaha kelompok yang memproduksi aneka olahan produk herbal seperti minuman herbal siap minum (sinom, beras kencur, kunyit putih, kunyit asam, rosella, ekstrak kulit manggis, wedang pletok,sari kedelai, kacang hijau, dan temulawak), sirup herbal (sirup belimbing wuluh, sirup rosela, jahe secang), manisan, selai dan susu telur madu dan jahe (STMJ) instan. Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” diketuai oleh Elly Witartiningsih, dengan anggotanya yang berjumlah sepuluh orang yaitu Sunarti, Wiwik Sri H, Harini, Nur Cholifah, Elly Nurlela,Umi Salamah, Dewi Aisyah, Elly Sulistiowati, Elis, dan Hosniyah. Produk usaha kelompok ini diberi nama “Gencar” yang merupakan singkatan dari Genteng Candirejo. Sentra olahan ini mulai berproduksi sekitar tahun 2008 di mulai dari kegiatan pengolahan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) oleh para ibu-ibu PKK (Kelompok Tani). Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” pernah memperoleh Juara III dalam lomba pengolahan TOGA tingkat Propinsi Jawa Timur tahun 2008. Kawasan Genteng Candirejo saat ini juga terkenal sebagai Kampung Eco Tourism. Warga yang tinggal bergotong-royong menanami lingkungannya dengan beragam tanaman hias. Kampung lawas dengan rumah-rumah bergaya arsitektur kolonial itu pun menghadirkan nuansa klasik dan eksotis.

(12)

2

Seiring berjalannya waktu, produk herbal yang dihasilkan oleh usaha kelompok tersebut saat ini cenderung hanya itu-itu saja, minim inovasi, dan meningkatnya persaingan antar pelaku bisnis di bidang makanan dan minuman herbal. Hal ini membuat produk yang dihasilkan sulit bersaing dengan produk-produk herbal lainnya, terlebih produk keluaran pabrik besar. Selain itu dalam perjalanan bisnisnya, Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” masih menghadapi berbagai kesulitan, terutama untuk ekspansi bisnis dan pasar. Usaha kelompok ini sudah beroperasi selama hampir 7 tahun, tetapi saat ini belum memiliki suatu Business Plan dan metode menciptakan Business Model Canvas dan Value Proposition Design untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang sebenarnya. Bisnis yang dijalankan saat ini berjalan seadanya, tanpa suntikan modal yang memadai untuk ekspansi bisnis kedepannya. Suntikan modal sulit didapatkan karena tidak adanya suatu Business Plan yang dapat meyakinkan investor atau penyandang dana bahwa bisnis yang sedang dijalankan memang layak dan prospektif di masa depan. Tidak adanya suatu Business Plan juga dapat menyebabkan minimnya kepercayaan keberhasilan Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” di masa depan, sehingga investor manapun akan ragu jika suatu saat hendak melakukan kerjasama.

Pada tahun 2015, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Surabaya memiliki rencana untuk membentuk Kampung Wisata dan Sentra Industri Kota Surabaya. Tahap persiapan pembentukan sudah dilaksanakan pada tahun 2014 yang lalu, dimana ITS melalui program Sociopreneur Camp membantu Disperdagin dalam menyusun timeline pembentukan Kampung Wisata dan Sentra Industri Kota Surabaya. Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” menjadi salah satu usaha andalan Pemerintah Kota Surabaya, yang rencananya akan bertransformasi menjadi Kampung Wisata Herbal. Usaha kelompok ini sudah berpengalaman menerima wisatawan baik domestik maupun internasional untuk melihat proses pembuatan produk sekaligus belanja produk olahan herbal yang dihasilkan. Produk yang unik serta kondisi kampung yang menarik untuk dikunjungi menjadi andalan dalam setiap kegiatan promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya.

Permasalahan muncul ketika keinginan untuk membentuk, mengembangkan, dan merealisasikan program tersebut, terhambat oleh ketidakmampuan SDM internal di setiap kampung untuk membuat perencanaan bisnis dan peningkatan kualitas kampung secara detail dan matang. Peningkatan kualitas yang dimaksud adalah peningkatan kualitas infrastruktur kampung maupun produk/jasa yang ditawarkan. Kebanyakan

(13)

3

kampung dan sentra industri yang dibina secara langsung oleh Disperdagin hanya menunggu instruksi dan bantuan langsung dari Dinas saja, sementara kemampuan Disperdagin sendiri terbatas.

Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan bantuan oleh ITS berupa bantuan penyusunan Business Plan, yang diharapkan dapat membantu kemudahan akses modal yang dibutuhkan. Terlebih ITS melalui mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis baru-baru ini memiliki presetasi juara 1 dan 2 pada Business Plan Competition Entrepreneur Creative Challenge (EURECA) 2015, yang diadakan di Prasetiya Mulya Business School. Hal ini menunjukkan bahwa ITS memiliki kompetensi yang tinggi dan sangat baik dalam hal menyusun sebuah Business Plan. Business Plan yang dibuat termasuk juga kegiatan memfasilitasi pengembangan produk IKM. Dengan modal tersebut, pengabdi yakin bahwa akan dihasilkan output berupa Business Plan berkualitas tinggi dan aplikatif yang kedepannya bisa digunakan oleh IKM untuk akses permodalan baik ke investor dan perbankan. Selain keperluan modal, Business Plan juga dapat mengurai kebutuhan bisnis secara keseluruhan mulai dari jumlah modal, jumlah karyawan, pemasok, biaya operasional, model bisnis, analisis risiko, dan segala aspek lain yang berhubungan dengan entitas bisnis. Semuanya ditulis dengan lengkap, sehingga dapat diketahui segala yang diperlukan untuk membangun suatu bisnis, dan menentukan strategi bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut. Sebagai tambahan, pengabdi juga akan membantu IKM dalam membuat Value Proposition Design Canvas, yang berfungsi sebagai alat bantu bagi IKM dalam memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggannya secara baik.

Pengabdi dalam penyusunan Business Plan yang dilengkapi dengan Business

Model Canvas dan Value Proposition Design Canvas tidak hanya membantu dalam

penulisan saja, tetapi juga melakukan pembinaan terhadap IKM dalam mendesain, mengembangkan, dan meluncurkan sebuah produk herbal yang berdaya saing di pasar dalam dan luar negeri melalui pembentukan kampung wisata herbal, yang nantinya akan menggunakan branding “Herbal Tourism Village”. Selain itu juga dalam kegiatan pengabdian ini, pengabdi sekaligus memfasilitasi peningkatan kemampuan sentra. Akan dilakukan penguatan melalui pengembangan kemampuan SDM, pengembangan teknologi, perluasan informasi, dan pengembangan pasar sentra. Setelah dilakukan studi pendahuluan pada akhir tahun 2014, Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” sebenarnya memiliki potensi untuk bisa dikembangkan lebih lanjut dan kualitas yang dimiliki tidak kalah dengan produk pesaing. Masalah utama yang dihadapi adalah

(14)

4

minimnya modal untuk pengembangan wisata kampung dan tidak adanya inovasi pada produk yang dijual, baik diferensiasi produk, kemasan, branding, dan rencana aksi pengembangan bisnis di masa depan.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan diselesaikan pada pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penyusunan Business Plan untuk ekspansi bisnis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan IKM Kampung Herbal Gencar Mandiri dan mengembangkan produk herbal yang telah ada?

2. Bagaimana Business Model Canvas dan Value Proposition Design Canvas untuk membantu IKM Kampung Herbal Gencar Mandiri memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan produk yang dihasilkan?

1.3. Tujuan, Manfaat, dan Dampak Pengabdian yang Diharapkan Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut:

1. Membantu Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” dalam rangka pengembangan Herbal Tourism Village

2. Menyusun Business Plan untuk ekspansi bisnis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri”.

3. Menyusun Business Model Canvas dan Value Proposition Design Canvas untuk

membantu Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan produk yang dihasilkan.

Manfaat dari pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri”, sebagai dokumen pendukung untuk ekspansi bisnis, agar meraih pendapatan yang lebih tinggi dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

2. Bagi investor/lembaga penyalur dana/pemerintah, sebagai informasi mengenai potensi dan prospek bisnis olahan herbal sebagai acuan untuk keputusan berinvestasi.

(15)

5

3. Bagi akademisi, dapat memanfaatkan hasil pengabdian ini sebagai salah satu alat bantu dalam menyusun rencana bisnis untuk industri olahan herbal terutama skala kecil dan mikro

4. Bagi mahasiswa, sebagai kesempatan dalam mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan di bidang entrepreneurship, sekaligus sebagai sarana berlatih dalam membuat Business Plan, Business Model Canvas, dan Value

Proposition Design terhadap suatu bisnis rill yang telah berjalan.

Dampak dari pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut:

1. Tersusunnya dokumen pedoman pengembangan Herbal Tourism Village yang berdaya saing tinggi dan dapat memberikan kesan positif terhadap setiap wisatawan yang datang.

2. Business Plan yang dibuat dapat dijadikan dokumen bagi Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” untuk mendapatkan akses permodalan dalam rangka ekspansi bisnis, baik dari investor maupun perbankan.

3. Business Plan yang dibuat dapat membantu pengembangan bisnis secara terstruktur, dengan adanya rencana aksi bisnis yang dibuat.

4. Meningkatkan produktivitas Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri”, terutama dalam menghasilkan produk olahan herbal baru yang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk diperkenalkan kepada masyarakat.

5. Meningkatkan perhatian terutama dari kalangan investor dan akademisi terhadap Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” yang memiliki potensi bisnis yang tinggi dan prospek untuk dikembangkan lebih lanjut.

6. Meningkatkan kegiatan pengembangan ilmu, terutama bagi mahasiswa dalam rangka kegiatan belajar berinteraksi dan berkomunikasi dengan pelaku usaha secara langsung.

1.4. Target Luaran

Target luaran yang diharapkan dari pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut:

1. Satu (1) artikel yang dipublikasikan dalam Seminar Nasional. 2. Satu (1) proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). 3. Satu (1) skripsi mahasiswa S1.

(16)

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Business Plan

Bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya. Keuntungan merupakan tujuan utama dalam dunia bisnis, terutama bagi pemilik bisnis. Bentuk keuntungan yang diharapkan lebih banyak dalam bentuk finansial (Kasmir dan Jakfar, 2007). Brown dan Pertrello (1976) mendefinisikan bisnis sebagai suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan masyarakat meningkat maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Satu tahap penting dalam pendirian setiap bisnis baru adalah penyusunan sebuah rencana bisnis. Menurut Rangkuti (2005), perencanaan bisnis merupakan alat yang sangat penting bagi pengusaha maupun pengambil keputusan kebijakan perusahaan. Tujuan perencanaan bisnis adalah agar kegiatan bisnis yang akan dilaksanakan maupun sedang berjalan tetap berada di jalur yang benar sesuai dengan yang direncanakan. Perencanaan bisnis juga digunakan sebagai pedoman untuk mempertajam rencana-rencana yang diharapkan, karena di dalam perencana-rencanaan bisnis, posisi perusahaan, arah tujuan perusahaan dan cara mencapai sasaran yang ingin dicapai dapat diketahui.

Business plan adalah sebuah dokumen tertulis yang menjelaskan rencana

perusahaan atau pengusaha untuk memanfaatkan peluang-peluang usaha (business

opportunities), keunggulan bersaing (competitive adventage) suatu usaha, serta

menjelaskan berbagai langkah yang akan dilakukan (pemasaran, permodalan, operasional, dan pengorganisasian sumber daya manusia) untuk menjadikan peluang usaha tersebut menjadi suatu bentuk usaha yang nyata. Menurut Barringer & Ireland (2010), terdapat tiga tipe business plan yaitu:

1. Summary Business Plan

Business plan ini terdiri dari 10-15 halaman dan sangat berguna untuk menuliskan

suatu ide baru dan mengetahui apakah investor tertarik dengan ide tersebut ataukah tidak.

(17)

7

Business plan ini terdiri dari 25-35 halaman. Business plan ini sangat berguna untuk

suatu usaha baru yang sudah berjalan dan butuh tambahan modal. Dokumen ini digunakan sebagai “blueprint” untuk menjalankan perusahaan.

3. Operational Business Plan

Business plan ini terdiri dari 40-100 halaman dan utamanya digunakan untuk bagian

internal perusahaan. Dokumen ini sangat berguna sebagai alat yang digunakan untuk membuat “blueprint” terhadap usaha baru dan menyediakan petunjuk kepada manajer operasional.

2.1.1. Manfaat Business Plan

Bussiness plan merupakan sebuah dokumen yang mempunyai manfaat ganda

(dwi fungsi), yaitu manfaat di dalam maupun di luar perusahaan. Manfaat bisnis plan tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 0.1 Manfaat Business Plan

Di dalam perusahaan

Enterpreneur (pengusaha)

Business plan dapat membantu seorang enterpreneur untuk:

1. Memutuskan apakah bisnis yang direncanakan dapat dimulai atau tidak. Dengan adanya business plan berarti seorang enterpreneur sudah memvisualisasikan rancangan bisnisnya. Dengan demikian akan mudah bagi seorang enterpreneur untuk memutuskan apakah rencana bisnisnya layak untuk dimulai ataukah tidak.

2. Mengelola ide bisnis sehingga dapat memulai menjalankan suatu ide bisnis dengan jalan yang tepat.

3. Menjelaskan ide bisnis kepada lembaga keuangan seperti bank agar mendapatkan pinjaman bagi bisnis yang akan dijalankan. Hal ini sangat diperlukan jika bisnis yang akan dijalankan membutuhkan modal yang besar.

Pegawai Perusahaan

Business plan dapat membantu pegawai suatu perusahaan dalam sinkronisasi

operasional dan bergerak memajukan perusahaan secara konsisten dan terarah.

Di luar perusahaan

Investor Bagi investor, sebuah business plan bermanfaat untuk menentukan apakah suatu usaha layak untuk mendapatkan investasi atau tidak.

Stakeholder dari luar

Stakeholder dari luar adalah individu atau organisasi dari luar yang terkena dampak dari bisnis tersebut, misalnya: pemerentah daerah, kepala desa, dan lain-lain. Bagi stakeholder dari luar, sebuah business plan bermanfaat untuk menentukan apakah suatu bisnis layak untuk diijinkan atau tidak.

(18)

8 2.1.2. Cara Menulis Business Plan

Sebelum menulis business plan, seorang pengusaha hari menyadari bahwa elemen rencana bisnis mungkin berubah. Berikut ini hal-hal yang menyebabkan elemen rencana bisnis berubah:

1. Suatu rencana biasanya akan berubah ketika ditulis.

2. Pandangan baru selalu muncul ketika penulisan rencana bisnis berlangsung, serta ketika penulis mendapatkan feedback dari orang lain.

3. Suatu business plan harus diperiksa berkali-kali sampai yakin bahwa business plan tersebut sesuai. Dalam hal ini biasanya setiap kali pemeriksaan ada bagian yang diperbaiki.

Agar perubahan-perubahan yang dilakukan tidak banyak, seorang pengusaha seharusnya tidak tergesa-gesa dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Sebaiknya seorang pengusaha memeriksa ide bisnisnya secara rinci. Sesuai dengan penjelasan pada sub bab sebelumnya bahwa salah satu tujuan dibuatnya dokumen

Business plan adalah untuk mendapatkan investasi dari investor. Biasanya investor

adalah orang yang sibuk. Mereka menginginkan sebuah business plan yang praktis dan informatif (informasi yang penting dapat diperoleh dengan mudah dan cepat). Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membuat sebuah informasi yang jelas dan ringkas.

1. Gunakan kalimat yang sederhana

Semakin panjang dan komplek suatu kalimat umumnya semakin sulit dipahami. Sehingga kalimat tersebut tidak informatif. Kalimat yang informatif biasanya adalah kalimat yang sederhana yaitu kalimat yang jelas subjek, predikat dan objek atau keterangan dari kalimat tersebut. Walaupun sederhana, minimal kalimat tersebut terdiri dari subjek dan predikat.

2. Ide-ide yang ditampilkan jelas dan saling berhubungan

Suatu paragraf minimal terdiri dari dua buah kalimat. Agar ide-ide yang disampaikan di dalam suatu paragraf bisa diterima oleh pembaca, pastikan bahwa susunan kalimat-kalimat tersebut mempunyai hubungan yang logis.

3. Hindari penggunaan bahasa atau istilah yang sulit dimengerti

Pembaca dari suatu dokumen business plan bersifat umum dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Dalam pembuatan business plan, hindari

(19)

9

penggunaan istilah yang sulit dimengerti. Kalaupun terpaksa harus menggunakan istilah asing, berikan penjelasan dari istilah tersebut dalam bentuk catatan kaki atau di dalam tanda kurung. Begitu juga dengan penggunaan singkatan. Jika ada singkatan yang tidak umum, berikan penjelasan terhadap singkatan tersebut. 4. Tulislah business plan anda dengan ejaan yang benar

Business plan adalah termasuk ke dalam dokumen resmi. Penulisan business plan

juga harus menggunakan ejaan yang benar. Kalau business plan dibuat dalam bahasa indonesia maka standar yang digunakan adalah standar EYD (Ejaan yang Disempurnakan) .

Selain informatif, unsur menarik dan eksklusif di dalam business plan juga harus ditonjolkan. Bagaimanapun juga ketika orang memilih suatu dokumen biasanya mereka akan memilih dari segi tampilannya terlebih dahulu. Bayangkan jika seorang investor harus menyeleksi sepuluh dari seratus buah dokumen business plan, dokumen yang dipilih duluan pasti dokumen yang menarik dan eksklusif baru kemudian dilihat kontennya. Terdapat beberapa cara untuk membuat business plan menarik yaitu:

1. Kertasnya berkualitas

Kualitas kertas yang digunakan untuk mencetak dokumen business plan akan mempengaruhi kesan eksklusif dari suatu dokumen business plan. Business plan yang dicetak dengan kertas buram 60 gram akan berbeda kesannya dengan dokumen business plan yang dicetak dengan kertas putih 80 gram. Untuk itu pastikan bahwa kertas yang digunakan untuk mencetak dokumen business plan adalah kertas yang berkualitas.

2. Desain sampul dan halaman menarik

Desain sampul akan mempengaruhi kesan pertama ketika seseorang melihat suatu dokumen business plan. Dari sampul, seseorang bisa memperkirakan konten topik yang diusulkan dari suatu business plan. Agar menarik, buatlah desain sampul yang menarik pada dokumen business plan anda.

3. Tulisannya rapi

Tulisan yang rapi pada dokumen business plan akan memberi kesan bahwa pembuat business plan selalu mengerjakan pekerjaan dengan rapi. Untuk membuat tulisan suatu business plan dengan rapi, anda bisa menggunakan menu styles pada microsoft word. Misal: nama bab mempunyai style “Heading 1”, sub bab mempunyai style “Heading 2”, dan paragraf mempunyai style “normal”. Dengan demikian tampilan setiap sub bab di dalam dokumen tersebut akan seragam.

(20)

10

4. Terdapat gambar-gambar tertentu yang memperjelas isi dari business plan

Gambar, grafik, atau tabel bisa ditambahkan di dalam dokumen business plan. Selain berfungsi untuk menambahkan pemahaman pembaca, ketiga objek tersebut akan membuat suatu dokumen menjadi lebih menarik. Di sini anda tidak boleh menampilkan sembarang gambar agar menarik, pastikan bahwa objek yang ditampilkan adalah sesuai dengan konten yang anda sampaikan.

2.1.3. Struktur Business Plan

Struktur Business Plan dalam pengabdian ini dibuat berdasarkan kombinasi

business plan (Barringer & Ireland, 2010) yang dilengkapi oleh Business Model Canvas

(Osterwalder & Pigneur, 2010) dan Value Proposition Design (Osterwalder et al, 2014). Dengan struktur yang telah dimodifikasi ini, diyakini dapat tersusun sebuah Business

Plan yang lebih lengkap dan menarik ketika dipresentasikan kepada pihak investor.

Struktur Business Plan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 0.2 Struktur Business Plan

1. Halaman Judul

2. Executive Summary (Ringkasan Eksekutif) 3. Industry Analysis (Analisis Industri)

3.1 Skala Bisnis 3.2 Pertumbuhan Bisnis

3.3 Struktur Industri (Five Forces Porter) 3.4 Key Success Factors (KSF)

3.5 Budaya Pesaing 3.6 Tren Industri

4. Company Description (Gambaran Perusahaan) 4.1 Deskripsi Perusahaan

4.2 Sejarah Perusahaan

4.3 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan 4.4 Jenis Produk dan Jasa yang Ditawarkan 4.5 Status Saat Ini

5. Management Team and Company Structure (Tim Manajemen dan Struktur Perusahaan) 6. Business Model (Model Bisnis)

6.1 Business Model Canvas 6.2 Value Proposition Design

7. Analisis Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat (SWOT) 8. Marketing Analysis (Analisis Pemasaran)

8.1 Analisis Segmentation, Targeting, and Positioning (STP) 8.2 Analisis Bauran Pemasaran (4P)

8.3 Proses atau Siklus Penjualan 8.4 Taktik Penjualan

9. Design and Development Plan (Rencana Desain dan Pengembangan) 9.1 Pengembangan Visi, Misi, dan Nilai

9.2 Strategic Objective Metric 9.3 Rencana Pengembangan Produk 9.4 Rencana Pengembangan Status Usaha 9.5 Tantangan dan Risiko

10. Rencana Aksi

(21)

11

Berikut adalah keterangan mengenai outline dari business plan di atas: 1. Halaman Judul

Bagian ini berisi nama dan alamat perusahaan, nama dan alamat pemilik, nama dan alamat penanggung jawab yang bisa dihubungi sewaktu-waktu, dan topik bisnis. Dalam membuat halaman ini, pastikan bahwa nomor telepon dan alamat yang ditulis adalah benar dan tidak salah ketik. Tujuannya adalah agar pembaca business plan bisa menghubungi anda dengan mudah.

2. Executive Summary (Ringkasan Eksekutif)

Ringkasan eksekutif merupakan bagian paling penting dari sebuah business plan. Ringkasan ini merupakan gambaran singkat dari keseluruhan business plan. Tujuannya agar seseorang dapat mengetahui segala sesuatu tentang usaha baru secara singkat dan jelas. Ringkasan eksekutif ini biasanya ditulis tidak lebih dari dua halaman dan satu spasi, disertai dengan kata kunci maksimum 5 kata. Umumnya seorang investor akan membaca ringkasan eksekutif terlebih dahulu. Jika ringkasan tersebut cukup meyakinkan, baru investor akan meminta copy dari seluruh isi

business plan.

3. Industry Analysis (Analisis Industri)

Bagian ini menggambarkan bagaimana suatu bisnis akan masuk ke sebuah industri dengan mempertimbangkan skala bisnis, tingkat pertumbuhan, dan proyeksi penjualan. Analisis industri pada suatu Business Plan dapat menggunakan 5 Forces Porter (Porter, 1985). Bagian yang harus ada:

3.1 Daya Tawar Supplier

Pada bagian ini dijelaskan mengenai daya tawar supplier yang menjelaskan bagaimana kuatnya posisi penjual. Apakah ada banyak supplier atau hanya beberapa supplier saja, bisa jadi penyuplai bersifat monopoli, oligopoli, atau persaingan sempurna.

3.2 Daya Tawar Pembeli

Pada bagian ini dijelaskan mengenai daya tawar pembeli, bagaimana kuatnya posisi pembeli. Pembeli mempunyai kekuatan untuk menentukan kemana ia akan melakukan transaksi.

3.3 Tingkat Persaingan

Bagian ini menjelaskan tentang tingkat persaingan, bagaimana kuatnya persaingan diantara pemain yang sudah ada. Apakah ada pemain yang sangat

(22)

12

dominan atau semuanya sama. Pesaing adalah pihak yang menghasilkan produk atau jasa yang sama atau mirip.

3.4 Ancaman Pendatang Baru

Pada bagian ini dijelaskan tentang bagaimana cara kompetitor baru untuk mulai bersaing industri yang sudah ada.

3.5 Ancaman Produk Subtitusi

Pada bagian ini dijelaskan tentang cara mudah masuknya produk atau jasa yang dapat menjadi alternatif dari produk atau jasa yang sudah ada, khususnya yang dibuat dengan biaya lebih murah.

3.6 Budaya Pesaing

Mendeskripsikan mengenai ukuran, pertumbuhan dan profitabilitas pesaing; organisasi dan budaya perusahaan pesaing; strategi pesaing masa lalu dan sekarang; tujuan, sasaran dan asumsi-asumsi masa depan pesaing; serta kapabilitas pesaing.

3.7 Key Success Factors (KSF)

KSF adalah faktor-faktor kunci yang bisa membuat bisnis semakin sukses. KSF ini bisa didapatkan dari hasil analisa budaya pesaing. Misalnya: anda memiliki bisnis kuliner bakso. Pesaing-pesaing anda umumnya menggunakan penyedap rasa yang banyak agar baksonya enak. Padahal penyedap rasa tersebut tidak baik untuk kesehatan bahkan bisa menyebabkan kanker. Kemudian anda berhasil menemukan resep bakso yang tidak menggunakan penyedap dan menyehatkan dengan harga yang sama dengan pesaing-pesaing anda. Maka salah satu dari KSF bisnis anda adalah produk yang anda tawarkan lebih menyehatkan. 4. Company Description (Deskripsi Perusahaan)

Bagian ini menjelaskan deskripsi perusahaan secara detil. Informasi-informasi yang dituliskan antara lain:

4.1 Deskripsi Perusahaan

Bagian ini berisi nama perusahaan beserta artinya (jika ada) dan lokasi perusahaan.

4.2 Sejarah Perusahaan

Bagian ini menjelaskan mengenai sejarah berdirinya perusahaan jika perusahaan sudah ada.

(23)

13

Bagian ini berisi visi, misi, dan tujuan perusahaan. Adapun produk atau jasa yang dihasilkan, strategi pemasaran, dan organisasi perusahaan seharusnya mempunyai keterkaitan dengan visi, misi, dan tujuan perusahaan. Contoh: sebuah perusahaan A mempunyai visi menjadi perusahaan penghasil pakan ternak bertaraf internasional, namun strategi pemasarannya adalah “door to door”. Dari contoh tersebut, strategi pemasaran “door to door” sangat tidak sesuai dengan visi perusahaan untuk go international. Agar sesuai dengan visi perusahaan, salah satu strategi pemasaran yang mungkin adalah dengan mengikuti pameran internasional, melakukan kerjasama dengan organisasi lain di luar negri, dan lain-lain.

4.4 Jenis Produk dan Jasa yang Ditawarkan

Bagian ini menjelaskan jenis produk dan jasa yang ditawarkan secara rinci. Jika satu produk terdiri dari beberapa ukuran maka jelaskan masing-masing.

4.5 Status Saat Ini

Bagian ini menjelaskan status dari perusahaan. Status ini bisa berupa status hukum atau kepemilikan perusahaan misalnya Perseroan Terbatas (PT), Unit Dagang (UD), Persero dan lain-lain. Status ini juga bisa berupa status kemajuan perusahaan misalnya perusahaan bertaraf nasional dengan luas jangkauan pemasaran adalah meliputi seluruh wilayah Indonesia.

5. Management Team and Company Structure (Tim Manajemen dan Struktur Perusahaan)

Ariyoto (1990) menyatakan bahwa manajemen merupakan cara mencapai tujuan dari sumber-sumber yang ada. Sumber-sumber ini adalah uang (modal), mesin dan peralatan, personil (tenaga kerja), dan material, dimana manajemen personil merupakan faktor terpenting dalam kelangsungan bisnis. Penelitian aspek manajemen dan organisasi mencakup dua hal, yaitu struktur organisasi dan manajemen tenaga kerja yang mencakup kebutuhan tenaga kerja, kualifikasi tenaga kerja, dan pembagian tugas kerja (Behrens dan Hawranek, 1991). Tim manajemen terdiri atas pendiri dan manajemen kunci dalam suatu perusahaan. Beberapa pertanyaan yang bisa membantu untuk mengisi bagian ini antara lain:

1. Terdiri dari siapa saja tim manajemen anda? a. Apa kualifikasi mereka?

(24)

14

2. Bagaimanakah rencana struktur organisasi anda? (Tunjukkan dengan

organizational chart) Adapun contoh sederhana dari organizational chart

ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Contoh Organizational Chart

6. Business Model (Model Bisnis)

Model bisnis merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis bagaimana cara perusahaan mengidentifikasi proses bisnisnya untuk menghasilkan uang. Model bisnis ini sangat diperlukan untuk mengidentifikasi proses suatu bisnis. Tidak adanya model bisnis menunjukkan lemahnya perencanaan. Hal ini berarti bisnis yang akan dijalankan tidak jelas. Model bisnis yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini adalah Business Model Canvas yang pertama kali diperkenalkan oleh Osterwalder dan Pigneur (2010). Model bisnis dijadikan sebagai landasan struktural bagi perusahaan untuk beninteraksi dengan pelanggan, mitra, dan vendor (Zott dan Amit, 2007). Konsep model bisnis dapat dikembangkan berdasarkan kegiatan harian operasional bisnis untuk selanjutnya dijadikan landasan untuk mendesain strategi jangka panjang (Magretta, 2002; Seddon et al., 2004). Pada akhirnya model bisnis yang inovatif bertujuan membantu perusahaan menghasilkan uang, sejalan dengan tujuan utama mayoritas perusahaan dalam melakukan bisnis (Afuah, 2004).

Value Proposition adalah bagian dari sebuah produk atau jasa yang bermanfaat

untuk spesifik kelompok pelanggan tertentu (customer segments). Value

Proposition adalah alasan mengapa sekelompok pelanggan memilih suatu nilai

manfaat tertentu yang ditawarkan bila dibandingkan dengan nilai manfaat yang ditawarkan perusahaan lain. Value Proposition yang ditawarkan bisa sama dengan yang lain namun beda atribut dan fitur atau bisa juga sebuah penawaran yang baru yang lebih inovatif dan atau disruptive (Osterwalder & Pigneur, 2010). Value

Dirut [nama] Manajer Penjualan [nama] Manajer Produksi [nama] Manajer Pemasaran [nama]

(25)

15

Proposition harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Nilai tambah

apa yang bisa kita tawarkan ke pelanggan? Permasalahan pelanggan mana yang ingin diselesaikan? Kebutuhan pelanggan apa yang hendak dipenuhi? Kompilasi produk atau jasa apa yang ditawarkan untuk masing-masing kelompok pelanggan? VPD canvas merupakan alat untuk membantu suatu organisasi/perusahaan dalam menciptakan value untuk customer. VPD merupakan pendalaman dari Business

Model Canvas (BMC) yang dibahas dalam Business Plan. Dalam BMC terdapat 9 building blocks yaitu customer segments, customer relationship, channels, value proposition, key activities, key partnership, cost structure, dan revenue streams.

VPD lebih fokus dalam menyoroti 2 komponen paling penting dalam BMC, yaitu

customer segments dan value proposition. Tujuan dari VPD adalah agar suatu

organisasi atau perusahaan dapat mendesain value proposition yang cocok dengan kebutuhan pelanggan dan membantu menyelesaikan permasalahan mereka (achieving fit) (Osterwalder et al, 2014). VPD canvas terdiri dari 2 sisi, yaitu

customer profile dan value map (Gambar 2.3).

Gambar 2.3. VPD Canvas (Osterwalder et al, 2014)

Customer profile pada VPD Canvas terdiri dari 3 elemen yaitu customer jobs, customer pains, dan customer gains. Customer job mendeskripsikan apa yang

dikerjakan oleh target customer ketika akan meraih value propostion pada suatu produk atau jasa. Customer job dideskripsikan sebagai tugas yang sedang mereka kerjakan, masalah yang sedang mereka pecahkan, atau kebutuhan yang sedang berusaha dicapai oleh mereka. Contohnya: 1) functional job: tugas spesifik, menyelesaikan masalah spesifik….. 2) social job: berusaha terlihat keren, status,

(26)

16

mendapai kekuasaan….. 3) emotional jobs: estetika/keindahan, rasa aman,….. 4) kebutuhan dasar: komunikasi, sosialisasi……

Customer pain mendeskripsikan emosi negatif yang dirasakan oleh konsumen,

meliputi hal-hal yang tidak diinginkan, situasi yang tidak diinginkan dan risiko yang pernah dialami oleh customer sebelumnya, sebelum, ketika dan setelah mengerjakan sesuatu dalam kaitannya dengan meraih suatu value proposition dari suatu produk atau jasa. Contohnya: 1) Apa yang membuat pelanggan anda mengeluh terhadap biaya? waktu lama, mahal…… 2) Apa yang membuat pelanggan anda merasa buruk? frustrasi, menjengkelkan, mengganggu, memusingkan….. 3) Bagaimana solusi yang ditawarkan untuk mengatasi kelemahan produk/jasa yang ditawarkan? fitur yang kurang, performa, tidak berfungsi……. 4) Apa kesulitan utama dan tantangan yang dihadapi pelanggan? memahami bagaimana benda bekerja, hal yang sulit dilakukan, resisten…… 5) Apa konsekuensi negatif yang akan dirasakan atau ditakuti oleh pelanggan? kehilangan muka, kekuasaan, kepercayaan, status…… 6) Apa risiko yang dihadapi pelanggan? keuangan, sosial…..

Customer gains mendeskripsikan keuntungan yang diharapkan oleh customer.

Termasuk keuntungan secara fungsional, emosional, emosi positif, dan hemat biaya. Contohnya: 1) apa yang membuat pekerjaan customer menjadi lebih mudah? service lebih, harga murah….. 2) apa yang dicari pelanggan? desain yang bagus, garansi….. 3) apa konsekuensi positif yang diinginkan pelanggan? terlihat keren, menaikkan gengsi, status….. 4) apa yang diimpikan pelanggan? pencapaian….. 4) harapan/ekspektasi customer: kualitas, lebih dari….

Dalam value map pada VPD Canvas, terdapat 3 elemen yaitu pain relievers, gain

creators dan products & services. Pain relievers pada sisi value map berhubungan

erat dengan pain di customer value. Pain reliever menghapus dan mengurangi ketidaknyamanan (pain) atau hal-hal negatif yang dialami oleh customer. Gain

creators juga berhubungan erat dengan gain customer profile. Gain creator

meningkatkan gain yang sudah didapatkan oleh customer. Product & services merupakan gabungan dari pain reliever dan gain creator. Itulah sebenarnya value

proposition yang akan ditawarkan pada customer. Produk atau jasa yang dapat

membantu customer secara fungsional, emosional, sosial atau membantu memenuhi kebutuhan dasar.

(27)

17

Pembuatan VPD Canvas akan banyak membantu suatu organisasi atau perusahaan memahami setiap proses dalam penyampaian value proposition dari suatu produk/jasa kepada pelanggan, terutama dari segi kualitas dan inovasi. Melalui VPD Canvas, suatu organisasi atau perusahaan dapat menciptakan suatu model bisnis yang berbasis kepuasan dan keinginan pelanggan. Pengembangan suatu produk baru juga dapat dilakukan dengan mengacu kepada keinginan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh pelanggan. Selain itu produk baru yang akan diluncurkan juga dapat meminimalisir ketidaknyamanan (pain) yang akan dirasakan oleh pelanggan ketika membeli produk tersebut, dengan melihat sisi customer gain dan customer

pain pada VPD Canvas.

7. Analisis Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat (SWOT)

Analisis SWOT adalah analisis mengenai kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threats). Analisis ini perlu dilakukan untuk mengetahui kekurangan dalam elemen bisnis yang ada sehingga perbaikan atau perubahan kedepannya dapat dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan elemen pengembangan bisnis yang diperlukan untuk diadakan perubahan. 8. Marketing Analysis (Analisis Pemasaran)

Analisis pemasaran adalah proses untuk membagi industri menjadi beberapa segmen atau satu segmen spesifik yang akan dimasuki oleh perusahaan. Sutojo (2000) menyebutkan bahwa dalam mengkaji aspek pasar dan pemasaran, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana produk tersebut dalam pasar dewasa ini, berapa permintaan produk dulu dan sekarang, bagaimana komposisi permintaan tiap segmen pasar serta bagaimana kecenderungan perkembangan permintaan, bagaimana proyeksi permintaan produk pada masa mendatang serta berapa persen dari permintaan dapat diambil, serta bagaimana kemungkinan adanya persaingan. Analisis ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran tentang potensi pasar bagi produk yang tersedia untuk masa yang akan datang, dan menentukan jenis strategi pemasaran yang digunakan guna mencapai pangsa pasar yang telah ditetapkan (Husnan dan Suwarsono, 2000). Edris (1993) menyebutkan bahwa kegunaan dari analisis pasar adalah menentukan besar, sifat, dan pertumbuhan permintaan total akan produk yang bersangkutan. Bagian yang harus ada antara lain:

8.1 Analisis Segmentation, Targeting, and Positioning (STP)

Terdapat tiga elemen dalam strategi pemasaran yaitu segmentation, targeting dan positioning (STP). Segmentation adalah strategi untuk memahami struktur

(28)

18

pasar. Targeting adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi dan menjangkau pasar. Positioning adalah sebuah tindakan dalam mendesain penawaran perusahaan dan image sehingga menciptakan tempat dan nilai tersendiri dalam pikiran konsumen. Positioning biasanya tidak menjadi masalah dan tidak dianggap penting selama barang-barang yang tersedia dan persaingan dengan kompetitior tidak begitu banyak. Positioning menjadi penting bilamana persaingan sudah sangat sengit.

8.2 Analisis Bauran Pemasaran (4P)

El-Ansary (2006), mendefinisikan strategi pemasaran dalam dua tingkat. Tingkat pertama dari strategi pemasaran merupakan proses formulasi strategi pemasaran (STP), sedangkan tingkat kedua merupakan proses implementasi strategi pemasaran yang biasa dikenal sebagai manajemen pemasaran dalam menerapkan bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari produk (product), harga (price), saluran distribusi (place/channel), dan promosi (promotion); untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyampaikan suatu penawaran yang memiliki nilai untuk target konsumen. Proses menciptakan berhubungan produk dan harga, mengkomunikasikan dengan promosi, dan menyampaikan dengan saluran distribusi.

8.3 Proses atau Siklus Penjualan

Setelah merumuskan STP dan 4P, selanjutnya adalah menentukan proses dan siklus penjualan. Siklus penjualan adalah urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembelian, pengiriman barang, pembuatan penagihan, dan pencatatan penjualan. Prosedur penjualan melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan dengan tujuan agar sistem penjualannya dapat diawasi dengan baik. Bagian ini menjelaskan proses dan siklus penjualan yang digunakan. Jika anda menggunakan penjualan secara langsung maka deskripsikan bagaimana cara anda mengelolanya dan mengontrolnya. Hal ini termasuk jumlah lokasi penjualan, jumlah karyawan yang dibutuhkan, serta efisiensinya.

8.4 Taktik Penjualan

Bagian ini menjelaskan cara agar orang tertarik dan merasa butuh dengan produk atau jasa yang anda tawarkan. Jelaskan taktik-taktik penjualan yang anda pilih, misalnya: memberikan bonus, membuat grup pecinta produk, melakukan iklan secara berkala, dan lain sebagainya.

(29)

19

Pada bagian ini dijelaskan mengenai rencana desain dan pengembangan produk/jasa yang ditawarkan. Tahap ini dimulai dari pengembangan visi, misi, dan nilai perusahaan. Setelah itu dibuat Strategic Objective Metric untuk menganalisis keterkaitan antara misi, strategi, dan performance measure dari suatu bisnis. Pengembangan produk bisa dalam pengembangan jumlah, pengembangan kualitas, dan lain-lain. Sedangkan desain bisa berupa perbaikan desain produk, perbaikan bahan produk, dan lain-lain. Untuk rencana pengembangan desain lebih baik jika ditambah dengan gambar yang mendukung. Selain menjelaskan tentang pengembangan produk, bagian ini juga menjelaskan tentang tantangan dan risiko ketika produk dikembangkan, biaya pengembangan serta isu-isu tentang paten, hak cipta, lisensi dan merek (jika ada).

10. Rencana Aksi

Bagian ini membahas tentang aktivitas-aktivitas utama yang diperlukan untuk mengembangkan Kampung Wisata. Aktivitas-aktivitas tersebut kemudian dijadwalkan setiap bulannya, dilengkapi dengan stakeholder yang bertanggung jawab dan indikator keberhasilan rencana aksi. Jadwal yang dibuat harus dalam format pencapaian (milestone) yang penting bagi keberhasilan bisnis. Contoh rencana aksi dapat dilihat pada Gambar 2.4.

(30)

20 11. Financial Projection (Proyeksi Finansial)

Bagian ini merupakan bagian terakhir dari business plan. Bagian ini menyajikan proyeksi finansial dari suatu perusahaan. Dalam aspek ini juga dibahas mengenai proyeksi laba/rugi yang bertujuan untuk mengetahui posisi keuangan dari usaha yang akan dilaksanakan (Ibrahim, 2003). Sedangkan Umar (2005) juga menambahkan bahwa bisnis dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya.Evaluasi aspek finansial dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana yang diperlukan. Selain itu, juga dipelajari struktur pembiayaan serta sumber dana yang menguntungkan (Djamin, 1993). Proyeksi finansial menggunakan analisis Payback Period (PBP), Break Even

Point (BEP), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR).

1. Payback Period (PBP) dan Break Even Point (BEP)

Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup

kembali pengeluaran investasi (Initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima. PBP diperoleh melalui rumus:

PBP =

1

𝑎𝑏……….(1)

Keterangan:

1 = Jumlah modal investasi

Ab = Manfaat bersih rata-rata per tahun per periode

BEP diperoleh melalui rumus:

𝐵𝐸𝑃 =

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎−𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙………(2)

2. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara (benefit) manfaat dengan cost (biaya) pada tingkat diskonto (bunga) tertentu. NPV diperoleh melalui rumus:

𝑁𝑃𝑉 = ∑

𝐵𝑡−𝐶𝑡

(1+𝑖)𝑡

𝑛

(31)

21 Keterangan :

NPV = Nilai bersih sekarang (Rupiah) Bt = Manfaat pada tahun ke-t (Rupiah) Ct = Biaya pada tahun ke-t (Rupiah) i = Tingkat diskonto (%)

n = Umur proyek (tahun) t = Tahun

Terdapat tiga kriteria investasi dalam metode NPV, yaitu: 1. NPV > 0, secara finansial proyek menghasilkan keuntungan.

2. NPV = 0, secara finansial proyek tidak menghasilkan keuntungan ataupun kerugian. 3. NPV < 0, secara finansial proyek lebih baik tidak dijalankan karena akan

menimbulkan kerugian.

3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah nilai Discount Rate (suku bunga) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Proyek dapat dikatakan memiliki prospek yang baik apabila nilai IRR > tingkat discount rate yang ditentukan, namun jika IRR < tingkat

discount rate maka proyek tidak memiliki prospek yang baik. IRR merupakan

tingkat pengembalian yang dapat dibayar proyek atas sumber-sumber yang digunakan untuk menutupi pengeluaran investasi dan operasional selama umur proyek. IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐼𝑅𝑅 = 𝑖

1

+

𝑁𝑃𝑉

𝑁𝑃𝑉1−𝑁𝑃𝑉2

(𝑖

2

− 𝑖

1

)

……….(4)

Keterangan :

IRR = Tingkat internal hasil (%)

NPV1 = Nilai bersih sekarang bernilai positif (Rupiah) NPV2 = Nilai bersih sekarang bernilai negatif (Rupiah) i1 = Tingkat diskonto menghasilkan NPV positif (%) i2 = Tingkat diskonto menghasilkan NPV negatif (%)

Diperlukan nilai IRR yang lebih besar dari bunga bank (tingkat diskonto) apabila ingin menutupi pengeluaran investasi dan operasional selama umur proyek.

(32)

22

BAB III STRATEGI DAN PERENCANAAN KEGIATAN

3.1 Lokasi dan Waktu Pengabdian

Pengabdian dilakukan di Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” yang berlokasi di Desa Genteng Candirejo Surabaya. Waktu pengabdian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Oktober 2015.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pengabdian yaitu business plan, Business

Model Canvas, dan Value Proposition Design. Data tersebut diharapkan dapat

digunakan untuk pengambilan suatu keputusan. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak internal melalui ketua usaha kelompok tentang segala aspek yang berkaitan dengan penyusunan business plan. Wawancara juga dilakukan para pakar pada bidang

entrepreneurship yang sesuai. Adapun data sekunder diperoleh melalui data internal

Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri”, yaitu data pemasaran dan penjualan produk, data keluhan pelanggan, data produksi, dan strategi bisnis yang telah dijalankan. Data kompetitor dan industri herbal, analisis pemasaran, dan difusi inovasi produk baru pada business plan yang akan dibuat diperoleh melalui survey lapangan dan studi kepustakaan.

3.3 Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif yaitu menganalisis kelayakan usaha ditinjau dari analisis industri, deskripsi perusahaan, tim manajemen dan struktur perusahaan, model bisnis, analisis pasar, rencana pemasaran, rencana desain dan pengembangan, serta jadwal secara keseluruhan. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha berdasarkan rencana finansial yang terdiri dari beberapa kriteria investasi seperti Payback Period, Break Even Point, Net

(33)

23 3.4 Rencana Kegiatan Pengabdian

Dalam rangka mencapai tujuan pengabdian, disusun langkah-langkah pengabdian yang selengkapnya dijelaskan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Flowchart Kegiatan Pengabdian

Potensi Manfaat Produk Olahan Herbal

Potensi Ketersediaan Bahan Baku Olahan Herbal

Potensi Pasar Potensi Bahan Baku

Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” Transformasi Menjadi Herbal

Tourism Village

Business Plan

Business Model Canvas Value Proposition Design

Industry Analysis Company Description Management and Company Structure

SWOT Analysis Design and

Development Plan Marketing Analysis

Action Plan

(34)

24

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN KEBERLANJUTANNYA

4.1. Penyusunan Business Plan

Pelaksanaan pengabdian sudah mencapai 100 persen dari total rencana pengabdian yang diusulkan. Seluruh data yang diperlukan telah terkumpul, sehingga dapat disusun sebuah business plan yang utuh. Penambahan analisis Business Model

Canvas (BMC) dan Value Proposition Design (VPD) membuat dokumen menjadi

semakin lengkap dan menarik bagi investor. Business plan pembentukan Herbal Tourism Village Surabaya juga dilengkapi branding dan desain layout pengembangan kampung dalam bentuk sketsa 2D yang kemudian ditransfromasikan ke dalam format 3D.

4.1.1. Industry Analysis 4.1.1.1. Skala Bisnis

Bisnis Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri” merupakan jenis usaha yang tergolong dalam usaha mikro dengan omset pertahun sekitar Rp 70.000.000,-. Usaha kelompok ini dijalankan oleh sebanyak 10 orang. Produk herbal yang dihasilkan telah dipasarkan ke seluruh wilayah Indonesia dan sebagian kecil telah dipasarkan ke Jepang. Untuk saat ini pemasaran produk ke luar negeri masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan pada dasarnya produk yang dihasilkan belum secara resmi dapat dipasarkan di luar negeri, karena produk yang belum memenuhi standar-standar produk internasional. Adanya penjualan yang berasal dari luar negeri selama ini hanya disebabkan oleh rekomendasi dan informasi yang diberikan oleh relasi salah satu anggota usaha kelompok olahan herbal kepada kerabat yang berada di Jepang.

4.1.1.2. Pertumbuhan Bisnis

Berdasarkan data laporan keuangan internal Usaha Kelompok Olahan Herbal “Gencar Mandiri”, diketahui hasil rekap penjualan sekaligus pertumbuhan bisnis usaha yang selengkapnya dijelaskan pada Tabel 4.1.

(35)

25

Tabel 4.1 Rekap Penjualan dan Pertumbuhan Bisnis

Tahun Bulan Penjualan Pertumbuhan

2014 Nov Rp 2.818.150,- - Dec Rp 2.278.600,- (19%) 2015 Jan Rp 3.900.000,- 71% Feb Rp 3.358.000,- (13%) Mar Rp 3.500.500,- 4% Apr Rp 2.992.900,- (34%) May Rp 3.953.000,- 32% Jun Rp 4.062.500,- 3% Jul Rp 4.540.000,- 12% Aug Rp 3.434.800,- (24%) Sept Rp 3.697.500,- 8% 4.1.1.3. Struktur Industri

Analisis struktur industri menurut Porter mencakup dalam lima elemen dasar, yaitu:

Tabel 4.2 Analisis Five Forces Porter

Kekuatan yang mempengaruhi persaingan

Uraian singkat kondisi dan tren perkembangan yang mempengaruhi organisasi

Kategori R/T/S

Ancaman Pendatang Baru

Diferensiasi Produk Diferensiasi produk tinggi karena merupakan salah satu daya saing dari produk herbal satu dengan yang lainnya.

Rendah Kebutuhan Modal Modal yang dibutuhkan rendah, peralatan yang dibutuhkan

relatif sederhana dan usaha dapat dilakukan dalam skala rumah tangga.

Tinggi Alih Pemasok Keberadaan supplier bahan baku tinggi, biaya alih supplier

rendah dan supplier berasal dari petani herbal dan penjual-penjual rempah dan herbal yang mudah ditemukan.

Tinggi Saluran Distribusi Akses ke saluran distribusi rendah, dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai alat transportasi.

Tinggi Keunggulan Industri Standarisasi produk tinggi, produk yang dihasilkan harus

memiliki sertifikasi minimal nomor PIRT dari BPOM Indonesia.

Rendah Kebijakan Pemerintah Produk minuman herbal dapat dijual secara mudah di

pasaran. tidak ada regulasi khusus dari pemerintah untuk kategori produk ini.

Tinggi

Simpulan Ancaman Pendatang Baru: Tinggi Persaingan dalam Industri

Jumlah pemain dan pertumbuhan industri herbal

Jumlah usaha produk herbal di Indonesia tidak terlalu banyak, tetapi usaha ini tetap tumbuh 14% setiap tahunnya.

Sedang

Exit barriers Exit barriers bisnis ini sangat rendah, karena bisnis ini

dapat dijalankan dengan kebutuhan modal yang tidak terlalu tinggi, sehingga risiko yang dialami pemilik juga rendah.

Rendah

Simpulan Persaingan dalam Industri: Rendah Ancaman Produk Substitusi

Jumlah Produk Substitusi Banyak, terdiri dari minuman berenergi, isotonik, jus kemasan, buah kaleng, selai buah dan coklat.

(36)

26

Kekuatan yang mempengaruhi persaingan

Uraian singkat kondisi dan tren perkembangan yang mempengaruhi organisasi

Kategori R/T/S

Simpulan Ancaman Produk Substitusi: Tinggi Daya Tawar Pembeli

Konsumen produk herbal Jumlah konsumen produk herbal sangat tinggi, saat ini masyarakat sudah beralih pada gaya hidup sehat dan natural.

Rendah Pertumbuhan penduduk Pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, pada tahun

2014 adalah 1,49%.

Rendah

Switching Cost Konsumen dapat dengan bebas beralih produk satu ke produk yang lainnya. Switching produk rendah.

Tinggi

Simpulan Daya Tawar Pembeli: Rendah Daya Tawar Pemasok

Jumlah supplier yang tersedia

Jumlah supplier yang tersedia tinggi, karena supplier dapat ditemukan di pasar-pasar tradisional.

Rendah Alih supplier Untuk menentukan supplier, industri dapat dengan bebas

menentukan supplier yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan karena tidak membutuhkan kontrak perjanjian.

Rendah

Simpulan Daya Tawar Pemasok: Rendah

SIMPULAN ANALISIS INDUSTRI : INDUSTRI PRODUK HERBAL SANGAT MENARIK

Berdasarkan analisis Five Forces Porter pada Tabel 4.3, diperoleh simpulan bahwa ancaman pendatang baru tinggi, persaingan dalam industri rendah, ancaman produk substitusi tinggi, daya tawar pembeli rendah, dan daya tawar pemasok rendah. Pada industri herbal persaingan antara produsen produk herbal satu dengan yang lainnya dapat dikategorikan rendah. Hal ini mengingat masih belum banyak inovasi produk yang dikembangkan dalam mengolah olahan herbal. persaingan dapat dikatakan hanya terjadi pada industri herbal kecil saja. terdapat indutri herbal dalam skala besar namun, penggunaan bahan pengawet di dalam produk industri herbal skala besar patut dipertanyakan. Sehingga secara umum dapat dikatakan kondisi persaingan antar produsen produk herbal masih tergolong rendah. Sementara melihat kondisi pasar yang masih sangat potensial mengakibatkan industri olahan herbal memiliki tingkat ancaman pendatang baru yang tinggi.

Gaya hidup masyarakat yang semakin memperhatikan aspek kesehatan dapat membuat pola konsumtif masyarakat ke produk herbal. tidak hanya ancaman dari pendatang baru saja yang tinggi namun juga ancaman produk substitusi seperti minuman pnyegar rasa buah, minuman sari kedelai dan sari buah lainnya juga dapat menjadi ancaman yang serius bagi pelaku usaha industri herbal. Produk-produk substitusi ini umumnya unggul dalam bentuk kemasan dan pangsa pasar yang berhasil dikuasai yaitu pasar retailer modern seperti minimarket, dan supermarket yang ada di Indonesia.

(37)

27

Bahan baku produk herbal ini pada dasarnya sangat mudah ditemui di pasaran dan murah. Hal ini tentu menjadi salah satu daya tarik produsen untuk berkecimpung dalam bisnis olahan herbal ini. apalagi melihat permintaan pasar yang masih ada dan potensial. Tentu saja hal ini pula yang menjadi daya beli konsumen dan daya tawar supplier menjadi rendah. Akan tetapi, produk olahan herbal ini tetap diminati oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Hanya saja sekarang kembali pada inovasi dari produsen olahan herbal masing-masing bagaimana cara mengemas minuman dan olahan herbal ini menjadi minuman yang terpercaya khasiatnya dan kualitas terjaga serta dapat menarik minat masyarakat.

Gambar 4. 1 Five Forces Porter's Analysis

INDUSTRI PRODUK HERBAL SANGAT MENARIK Pendatang Baru Industri Herbal Ancaman Pendatang Baru Tinggi Stakeholders Anggota USAHA KELOMPOK OLAHAN HERBAL, Masyarakat, Retailer

Daya Tawar Pembeli Rendah Persaingan Jamu Borobudur, Sidomuncul, BioManggis, efota Konsumen Komunitas/Instansi, Rumah Tangga, Individu Pemasok Pasar Tradisional,

Kelompok Tani Ancaman Produk

Substitusi Tinggi Daya Tawar

Pemasok Rendah

Produk substitusi Minuman berenergi, isotonik, jus kemasan, buah kaleng, selai buah

Gambar

Tabel 0.1 Manfaat Business Plan
Tabel 0.2 Struktur Business Plan
Gambar 2.2. Contoh Organizational Chart
Gambar 2.3. VPD Canvas (Osterwalder et al, 2014)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem informasi adalah berupa suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan data transaksi harian yang mendukung operasi yang

Dari hasil uji statistik deskriptif juga menunjukkan bahwa sumber daya manusia di SKPD Kabupaten Lumajang memiiki kualitas yang sangat baik

Akan tetapi, hal tersebut sulit untuk dilaksanakan karena dana yang telah terkumpul menjadi satu di Regional Manager nantinya langsung diolah dan dibelanjakan untuk program

Adversity Quotient (AQ) menginformasikan pada individu mengenai kemampuannya dalam menghadapi keadaan sulit (adversity) dan kemampuan untuk mengatasinya, meramalkan individu yang

Kegiatan ini telah dilakukan sebanyak dua kali dalam rangka memberikan informasi mengenai kegiatan percontohan pengolahan air bersih yang akan dilakukan oleh tim dari ITS

membuat perencanaan pembelajaran (b) adanya semangat dari guru mengaji, (c) guru mengaji yang cukup mumpuni dalam bidangnya, (d) adanya sarana dan prasarana yang

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER) yang dilakukan oleh pemerintah khususnya mentrian Lingkungan Hidup

Meskipun tahapan telah dilalui, namun temuan penelitian menunjukkan bahwa Inovasi SIM perpanjangan melalui SIM BOOKING di Satlantas Polres Kudus mengalami keluasan cakupan