BAB 2
DESKRIPSI PROYEK 2.1 Tinjauan Judul Proyek
Pengertian Sanggar Seni Lukis Medan adalah: a. Pengertian Sanggar
? Salah satu pengertian ‘sanggar’ di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tempat untuk kegiatan seni. Dengan kata lain, istilah sanggar juga dapat diartikan sebagai sebuah tempat untuk berkesenian, baik untuk seni lukis, seni tari, seni musik, maupun seni pertunjukkan. Di dalam sanggar individu-individu melakukan interaksi secara berkesinambungan mulai dari hanya sekadar berwacana, beradu argumen, sampai pada implementasi sintesis yang telah disepakati.1
? Sanggar juga dapat diartikan sebagai suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan.2
b. Pengertian Seni
? seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud cinta).3
? Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”.4
? menurut kajian ilimu di eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan.
c. Pengertian Lukis
Lukis artinya membuat gambar (terutama yang indah-indah).5
d. Pengertian Medan
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia http://kbbi.web.id/ diakses pada tanggal 8 Januari 2011 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Sanggar" diakses pada tanggal 8 Januari 2011
3 http://id.wikipedia.org/wiki/Seni" 4
http://id.pengertian-seni.html diakses pada tanggal 8 Januari 2011 5 Kamus Besar Bahasa Indonesia diakses pada tanggal 8 Januari 2011
Medan ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera.6
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Sanggar Seni Lukis Medan adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan seni lukis serta tempat menuangkan ide,inspirasi dan menyalurkan bakat untuk menghasilkan karya seni lukis yang mempunyai nilai keindahan bagi diri sendiri maupun bagi orang lain yang berupa lukisan.
2.2 Tinjauan Umum
Tinjauan umum membahas tentang kesenian secara keseluruhan dan secara umum.
2.2..1 Tinjauan terhadap Seni
Kesenian adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang yang diungkapkan secara sadar dan diwujudkan dalam bentuk nada, kata dan warna medium (media/alat) sehingga dapat menggugah rasa seseorang untuk melihat ataupun mendengar.7
Kesenian adalah segala sesuatu mengenai seni yang merupakan ekspresi hasrat manusia akan rasa keindahan dan dilahirkan melalui perantara alat-alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pengelihatan atau dilahirkan melalui perantara gerak.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu.
Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia. Karya seni merupakan suatu wujud ekspresi yang
6
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan" diakses pada tanggal 8 Januari 2011 7 http://id. Geogle. Kesenian.html diakses pada tanggal 8 Januari 2011
bernilai dan dapat dirasakan secara visual maupun audio. Seni terdiri dari musik, tari, rupa, dan drama/sastra.
2.2.2 Jenis-Jenis Seni
Terdapat beberapa jenis seni, antara lain sebagai berikut : ? Seni rupa
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. 8
Perkembangan keilmuan seni rupa dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami perluasan ke arah wahana besar yang kita kenal sebagai budaya rupa (visual culture). Lingkup sesungguhnya tidak hanya cabang-cabang seni rupa yang kita kenal saja, seperti lukis, patung, keramik, grafis dan kriya, tapi juga meliputi kegiatan luas dunia desain dan kriya (kerajinan), multimedia, fotografi.
Seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.
Bidang seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitik beratkan fungsi dan kemudahan produksi.
Bidang seni rupa,yaitu: 1. Seni rupa murni
? Seni lukis ? Seni grafis ? Seni patung ? Seni instalasi ? Seni keramik ? Seni koreografi ? Seni fotografi
2. Desain ? Arsitektur ? Desain grafis ? Desain interior ? Desain busana ? Desain produk 3. Kriya ? Kriya tekstil ? Kriya kayu ? Kriya keramik ? Kriya rotan ? Seni pertunjukan
Seni pertunjukan (Bahasa Inggris: performance art) adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Seni pertunjukan terdiri dari, yaitu : ? Seni musik
? Seni tari ? Seni teater ? Seni sastra
Merupakan bentuk pengungkapan melalui puisi atau prosa yang dapat dibacakan di pentas aaupun ditampilkan dalam bentuk kumpulan karya tulis.
2.2.3 Sifat-Sifat Dasar Seni
Seni memiliki sifat-sifat dasar yaitu, antara lain :
1. Sifat kreatif adalah kemampuan seseorang untuk mengubah sesuatu yang ada menjadi baru dan orisinil. Contoh: Batu yang diubah menjadi patung, tanah liat dapat menjadi keramik, suara diubah menjadi musik, gerakan menjadi sebuah tarian, dll.
2. Sifat individual adalah bahwa suatu karya seni memiliki ciri perseorangan dari penciptanya.
3. sifat perasaan, pengertiannya dalam membuat karya seni selalu melibatkan emosi dan jiwa. Oleh sebab itu, untuk dapat menikmati sebuah karya harus menggunakan kepekaan perasaan yang paling dalam.
4. sifat abadi atau keabadian. Sesungguhnya semua pembuatan manusia memiliki sifat demikian, yaitu perbuatan baik atau tercela yang sudah dilakukan tidak dapat dibatalkan. Seseorang yang telah berjasa kepada kita, sosoknya akan selalu melekat sampai akhir hayat, walau pun mungkin bendanya sudah hilang ditelan masa. Jika membuat karya seni memiliki tujuan estetik atau keindahan, hendaknya orang yang menikmatinya turut berlatih juga untuk berbuat sesuatu yang indah dan terpuji.
5. Sifat universal, artinya seni tidak mengenal batasan waktu, bangsa, bahasa, dll.
2.3 Seni Lukis
2.3.1 Perkembangan seni lukis
Seni lukis adalah salah satu induk dari seni rupa.9 Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari drawing. Periodisasi seni lukis dibagi dalam :
1. Seni Lukis Zaman Prasejarah
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka.
Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan karena lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini
disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar). Seiring dengan perkembangan peradaban, nenek moyang manusia semakin mahir membuat bentuk dan menyusunnya dalam gambar, maka secara otomatis karya-karya mereka mulai membentuk semacam komposisi rupa dan narasi (kisah/cerita) dalam karya-karyanya.
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan obyek-obyek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari obyek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap obyeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam obyek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya. Pencitraan ini menjadi sangat penting karena juga dipengaruhi oleh imajinasi. Dalam perkembangan seni lukis, imajinasi memegang peranan penting hingga kini.
Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait dengan perkembangan peradaban manusia. Sistem bahasa, cara bertahan hidup (memulung, berburu dan memasang perangkap, bercocok-tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal bakal agama) adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan seni lukis. Pengaruh ini terlihat dalam jenis obyek, pencitraan dan narasi di dalamnya. Pada masa-masa ini, seni lukis memiliki kegunaan khusus, misalnya sebagai media pencatat (dalam bentuk rupa) untuk diulangkisahkan. Saat-saat senggang pada masa prasejarah salah satunya diisi dengan menggambar dan melukis. Cara komunikasi dengan menggunakan gambar pada akhirnya merangsang pembentukan sistem tulisan karena huruf sebenarnya berasal dari simbol-simbol gambar yang kemudian disederhanakan dan dibakukan.
2. Seni Lukis zaman Klasik
Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal. Selain itu, kemampuan manusia untuk menetap secara sempurna telah memberikan kesadaran pentingnya keindahan di dalam perkembangan peradaban.
3. Seni Lukis Zaman Pertengahan
Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas.
Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan "bagus". Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari benda).
Namun sebagai akibat pemisahan ilmu pengetahuan dari kebudayaan manusia, perkembangan seni pada masa ini mengalami perlambatan hingga dimulainya masa renaissance.
4. Seni Lukis Zaman Renaissance
Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ahli sains dan kebudayaan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung Italia sekarang.
Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa.
Seni Rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki.Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur.
2.3.2 Sejarah Perkembangan Seni Lukis di Indonesia
Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Awalnya pelukis
Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan kesenian merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi. Selain karena harga alat lukis modern yang sulit dicapai penduduk biasa.
Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa.
Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama.
Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Para pelukis kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah.
Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.
Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya. Keyakinan tersebut masih dipegang hingga saat ini. Perjalanan seni lukis kita sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.
Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif, dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar
1993-1996.10 Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.
2.3.3 Aliran Seni lukis
Berbagai aliran dalam seni lukis berkembang terus dari zaman ke zaman, antara lain :
1. Naturalisme
Yaitu suatu bentuk karya seni lukis (seni rupa) dimana seniman berusaha melukiskan segala sesuatu sesuai dengan nature atau alam nyata, artinya disesuaikan dengan tangkapan mata kita.11 Supaya lukisan yang dibuat benar – benar mirip atau persis dengan nyata, maka susunan, perbandingan, perspektif, tekstur, pewarnaan serta elap terang dikerjakan seteliti mungkin, setepat –setepatnya. di dalam seni rupa adalah usaha menampilkan objek realistis dengan penekanan seting alam. Hal ini merupakan pendalaman lebih lanjut dari gerakan realisme pada abad 19 sebagai reaksi atas kemapanan romantisme.
Tokoh-tokoh Naturalisme : Rembrant, Williamn Hogart dan Frans. Hall di Indonesia yang menganut corak ini : Raden Saleh, Abdullah Sudrio Subroto, Basuki Abdullah, Gambir Anom dan Trubus.
2. Realisme
Realisme adalah suatu corak seni yang menggambarkan kenyataan atau bisa dikatakan benar-benar ada dan yang digambarkan bukan objek melainkan suasana dari kejadian tersebut. 12
Beberapa tokoh terkenal yang beraliran realism adalah: Karl Briullov, Ford Madox Brown, Jean Baptiste Siméon Chardin, Camille Corot, Gustave Courbet.
10 http://geogle.artikel, sejarah kesenian.html diakses pada tanggal 4 Februari 2011 11 http://astaqauliyah.com/filsafat-naturalisme/ diakses pada tanggal 4 Februari 2011 12 Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas diakses 4 Februari 2011
3. Ekspresionisme
Ekspresionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. Ekspresionisme bisa ditemukan di dalam karya lukisan, sastra, film, arsitektur, dan musik. Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia.
4. Kubisme
(Aliran Seni Lukis Kubisme dan Tokoh Seni Lukis Kubisme) – Kubisme adalah sebuah gerakan modern seni rupa pada awal abad ke-20 yang dipelopori oleh Picasso dan Braque. Prinsip dasar yang umum pada kubisme yaitu menggambarkan bentuk objek dengan cara memotong, distorsi, overlap, penyederhanaan, transparansi, deformasi, menyusun dan aneka tampak. Gerakan ini dimulai pada media lukisan dan patung melalui pendekatannya masing-masing Bentuk karyanya menggunakan bentuk geometri (segitiga, segiempat, kerucut, kubus, lingkaran). Seniman kubisme sering menggunakan teknik kolase, misalnya menempelkan potongan kertas surat kabar, gambar poster. Kubisme sebagai pencetus gaya nonimitative muncul setelah Picasso dan Braque menggali sekaligus terpengaruh bentuk kesenian primitif, seperti patung suku bangsa Liberia, ukiran timbul (basrelief) bangsa Mesir, dan topeng-topeng suku Afrika. Juga pengaruh lukisan Paul Cezanne, terutama karya still life dan pemandangan, yang mengenalkan bentuk geometri baru dengan mematahkan perspektif zaman Renaisans. Ini membekas pada keduanya sehingga meneteskan aliran baru.
Istilah “Kubis” itu sendiri, tercetus berkat pengamatan beberapa kritikus. Louis Vauxelles (kritikus Prancis) setelah melihat sebuah karya Braque di Salon des Independants, berkomenmtar bahwa karya Braque sebagai reduces everything to little cubes (menempatkan segala sesuatunya pada bentuk kubus-kubus kecil. Gil Blas menyebutkan lukisan Braque sebagai bizzarries cubiques (kubus ajaib). Sementara itu, Henri Matisse menyebutnya sebagai susunan petits cubes (kubus kecil). Maka untuk selanjutnya dipakai istilah Kubisme untuk memberi ciri dari aliran seperti karya-karya tersebut.
Perkembangan awal Seni Lukis Kubisme Dalam tahap perkembangan awal, Kubisme mengalami fase Analitis yang dilanjutkan pada fase Sintetis. Pada 1908-1909
Kubisme segera mengarah lebih kompleks dalam corak yang kemudian lebih sistematis berkisar antara tahun 1910-1912. Fase awal ini sering diberi istilah Kubisme Analitis karena objek lukisan harus dianalisis. Semua elemen lukisan harus dipecah-pecah terdiri atas faset-fasetnya atau dalam bentuk kubus. Objek lukisan kadang-kadang setengah tampak digambar dari depan persis, sedangkan setengahnya lagi dilihat dari belakang atau samping. Wajah manusia atau kepala binatang yang diekspos sedemikian rupa, sepintas terlihat dari samping dengan mata yang seharusnya tampak dari depan.
Pada fase Kubisme Analitis ini, para perupa sebenarnya telah membuat pernyataan dimensi keempat dalam lukisan, yaitu ruang dan waktu karena pola perspektif lama telah ditinggalkan. Bila pada pereiode analitis Braque maupun Picasso masih terbelenggu dalam kreativitas yang terbatas, berbeda pada fase Kubisme Sintetis. Kaum Kubis tidak lagi terpaku pada tiga warna pokok dalam goresan-goresannya. Tema karya-karya mereka pun lebih variatif. Dengan keberanian meninggalkan sudut pandang yang menjadi ciri khasnya untuk beranjak ke tingkat inovatif berikutnya.
Perkembangan karya kaum Kubis selanjutnya adalah dengan perhatian mereka terhadap realitas. Dengan memasukkan guntingan-guntingan kata atau kalimat yang diambil dari suratpaper colle. kabar kemudian direkatkan pada kanvas sehingga membentuk satu komposisi geometris. Eksperimen tempelan seperti ini lazim disebut teknik kolase atau paper colle. Mengamati perkembangan dunia seni lukis sekarang ini yang bisa dibilang begitu revolusioner, paling tidak Kubisme telah memberi andil dalam kelahiran aliran-aliran baru. Hal ini sekaligus meratakan jalan bagi pengekspresian kreativitas yang tiada batas.
Tokoh Seni Lukis Kubisme: Paul Cezane, Pablo Picasso. George Braque, Metzinger, Albert Glazez, But Mochtar, Moctar Apin, Fajar Sidik, Andre Derain.
Aliran kubisme di Indonesia diperkenalkan oleh Ries Mulder di ITB Bandung selaku dosen instruktur senior di perguruan itu, sedangkan Ries Mulder berguru dari Jack Louis Villon kelompok kubisme di Paris.
5. Fauvisme
Fauvisme adalah suatu aliran dalam seni lukis yang berumur cukup pendek menjelang dimulainya era seni rupa modern.
Tokoh-tokoh yang beraliran fauvism adalah Henri Matissem, André Derainm Georges Braquem , Albert Marquet, Henri Manguin, Charles Camoin, Henri Evenepoel, Jean Puy, Maurice de Vlaminck, Raoul Dufy, Othon Friesz, Georges Roua.
6. Romantisme
Aliran ini umumnya ditandai oleh tema-tema yang fantastis, penuh khayal, atau petualangan para pahlawan purba. Juga banyak menampilkan berbagai perilaku dan karakter manusia yang dilebih-lebihkan.
Aliran Romantisme merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.
Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh.
7. Impresionisme
Impresionisme adalah suatu gerakan seni dari abad 19 yang dimulai dari Paris pada tahun 1860an. Nama ini awalnya dikutip dari lukisan Claude Monet, “Impression, Sunrise” (“Impression, soleil levant”). Kritikus Louis Leroy menggunakan kata ini sebagai sindiran dalam artikelnya di Le Charivari.
Karakteristik utama lukisan impresionisme adalah kuatnya goresan kuas, warna-warna cerah (bahkan banyak sekali pelukis impresionis yang mengharamkan warna-warna hitam karena dianggap bukan bagian dari cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas pencahayaan, subjek-subjek lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut pandang yang tidak biasa.
Pengaruh impresionisme dalam seni rupa juga merambah ke bidang musik dan sastra.
8. Konstruksifisme
Aliran seni ini awalnya berkembang di Rusia penggagasnya antara lain Vladimir Tattin, Antoine Pevsner, dan Naum Gabo. Gaya ini mengetengahkan berbagai karya seni berbentuk tiga dimensional namun wujudnya abstrak. Bahan-bahan yang dipergunakan adalah bahan modern seperti besi beton, kawat, bahkan plastik.
9. Abstrakisme
Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Abstraksi berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya.
Seni ini menampilkan unsur-unsur seni rupa yang disusun tidak terbatas pada bentuk-bentuk yang ada di alam. Garis, bentuk, dan warna ditampilkan tanpa mengindahkan bentuk asli di alam. Kadinsky dan Piet Mondrian marupakan sebagian perupa beraliran abstrak ini. Seni Abstrak ini pada dasarnya berusaha memurnikan karya seni, tanpa terikat dengan wujud di alam.
10. Dadaisme
Adalah gerakan seni rupa modern yang memiliki kecendrungan menihilkan hukum–hukum keindahan yang ada.Ciri utama gaya ini adalah paduan dari berbagai karya lukisan, patung atau barang tertentu dengan menambahkan unsur rupa yang tak lazim sebagai protes pada keadaan sekitarnya, seperti lukisan reproduksi lukisan “Monalisa “ karya Leonardo da Vinci tetapi diberi kumis, atau petusan laki-laki diberi dudukan dan tandatangan, kemudian dipamerkan di suatu galeri. Beberapa tokoh sebagai berikut Affandi, Agus Djaya, Basuki Abdullah dan lain-lain.
11. Surealisme
Adalah penggambaran dunia fantasi psikologis yang diekspresikan secara verbal, tertulis maupun visual. Bentuk-bentuk alam dideformasi, sehingga penuh fantasi dan di luar kewajaran.
12. Elektisisme
Yaitu gerakan seni awal abad ke- 20 yang mengkombinasikan berbagai sumbergaya yang ada di dunia menjadi wujud seni modern. Banyak yang menjadi sumber inspirasi dari gaya seni ini. Antara lain, gaya seni primitive sejumlah suku bangsa di Afrika, karya seni pra-sejarah, seni amerika Latin, gaya esetik Mesir Purba, dan Yunani Kuno. Tokoh-tokoh seni yang menerapkan gaya ini antasra lain Picasso (disamping sebagai tokoh Kubisme), Paul Gaugguin, Georges Braque, Jean Arp, Henry Moore, dan Gabo.
13. Posmodernisme
Istilah seni ini umumnya disebut seni kontemporer yaitu mengelompokan gaya-gaya seni rupa yang sezaman dengan pengamat atau yang menjadi kecenderungan popular dan dipilih oleh para seniman dalam rentang lima puluh tahun terakhir hingga sekarang. Gaya ini sering diartikan sebagai aliran yang berkembang setelah seni modern. Jika dalam seni modern lebih memusatkan kepada ekspresi pribadi dan penggalian gaya baru, dalam seni Posmodern ungkapan seni lebih ditekankan kepada semantika (makna rupa) dan semiotika (permainan tanda rupa).
2.3.4 Ada Beberapa Pendapat Tentang Seni Lukis
a. Menurut Ki Hadjar Dewantara
“seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia”.
b. Menurut Thomas Munro
“seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis manusia yang melihatnya, efek tersebut mencakup tanggapan-tanggapan yang berujud pengamatan, pengenalan dan imajinasi yang rasional maupun emosional”.
c. Menurut Akhdiat karta Mihardja
“seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realitet (kenyamanan) dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai daya yang membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si penerima”. Sedang pengertian seni lukis:
Menurut Herbert Read “Seni lukis adalah suatu pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional yang menggunakan garis dan warna”. “Seni lukis
adalah penggunaan warna tekstur, ruang dan bentuk pada suatu permukaan yang bertujuan menciptakan image-image yang merupakan pengekspresian ide-ide, emosi dan pengalaman yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mencapai harmoni”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa: Seni lukis adalah salah satu cabang dalam seni rupa yang menuangkan kreasinya kedalam bentuk dua dimensional dengan berbagai jenis dan ukuran media.
2.3.5 Jenis-jenis Pameran 1.Pameran tetap
Pameran yang menyajikan karya-karya koleksi Galeri Nasional Indonesia secara periodik yang ditata berdasarkan konsep kuratorial dan diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia. Waktu penyelenggraan pameran tetap berlangsung minimal 1 kali dalam satu tahun.
2. Pameran Temporer
Pameran Temporer/pameran tidak tetap yang menyajikan karya-karya seni rupa dalam jangka waktu tertentu yang diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia atau kerjasama dengan pihak lain. Waktu penyelenggaraan Pameran Temporer berlangsung minimal selama 10 hari, maksimal berlangsung selama 30 hari.
3. Pameran Bersama
Materi yang dipamerkan pada pameran bersama merupakan karya-karya lebih dari satu seniman. Biaya pameran ditanggung oleh seniman yang bersangkutan.Peminjaman gedung dilakukan dengan cara mengajukan permohonan disertai porposal kepada Galeri Nasional Indonesia, selanjutnya permohonan tersebut akan dipertimbangkan oleh Tim Kurator. Fasilitas pokok yang disediakan gedung pameran berupa panel, lampu, bantuan teknis tata pameran dan fasilitas keamanan. Penyelenggaraan pameran dapat dilangsungkan antara 1 minggu sampai 3 minggu. Selama satu tahun pameran yang diselenggarakan di gedung ini dapat mencapai 15 pameran.
4. Pameran Kerja Sama
Pola pameran ini dilaksanakan berdasarkan kerjasama antara Galeri Nasional Indonesia, dengan pihak lain. Pihak lain tersebut dapat merupakan lembaga/organisasi
kebudayaan/kesenian, museum, galeri, dan Pusat-Pusat Kebudayaan negara sahabat. Biaya penyelenggaraan ditanggung bersama. Pameran Kerja sama ini dapat dilaksanakan selama 10 kali dalam 1 tahun, tiap-tiap pameran dapat dilaksanakan antara 2 minggu sampai 1 bulan.
5. Pameran Khusus
Pameran khusus adalah pameran yang biaya penyelenggaraannya sepenuhnya ditanggung oleh Galeri Nasional Indonesia. Materi yang dipamerkan dapat merupakan koleksi Galeri Nasional Indonesia atau milik seniman atau kolektor lainnya. Penyelenggaraan pameran khusus mencapai 2 atau 3 kali dalam setahun.
6. Pameran Keliling
Pameran yang menyajikan karya-karya koleksi Galeri Nasional Indonesia maupun karya di luar koleksi Galeri Nasional Indonesia ke berbagai daerah di Indonesia dan atau di luar negeri yang diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia atau kerjasamadengan pihak lain. Waktu penyelenggaraan Pameran Keliling minimal berlangsung selama 10 hari.
2.4 Tinjauan Khusus 2.4.1 Pemilihan Lokasi
Untuk mendesain suatu bangunan dibutuhkan ketelian dalam hal perancanaan bangunan. Masalah site seharusnya mendapat perhatian yang lebih sehubungan dengan fungsi bangunan yang akan dibangun.
A. Kriteria Pemilihan Lokasi
Sanggar Seni Lukis Medan yagn merupakan gedung yang mengarah pada kegiatan sarana pendidikan dan sarana rekreatif memerlukan pemilihan lokasi yang tepat untuk mendukung fungsi bangunan tersebut. Beberapa faktor kriteria pemilihan lokasi yang tepat untuk mendukung fungsi bangunan tersebut, yaitu:
a. tinjauan terhadap Struktur Kota
penentuan lokasi harus sesuai dengan kebijakan pemerintah terhadap peruntukan lahan kota. Berdasarkan RUTRK, wilayah Komadya Daerah Tingkat II Medan ditetapkan menjadi 5 wilayah pengembangan pembangunan (WPP), yaitu:
kotamadya Medan memiliki 5 Wilayah Pengembangan dan Pembangunan: Tabel 2.1 Peruntukan lahan untuk WPP Kotamadya Medan
WP P Cakupan Kecamatan Pusat Pengembangan Sasaran Peruntukan A 1.Kecamatan Medan Belawan
2.Kecamatan Medan Marelan 3.Kecamatan Medan Labuhan
Belawan Pelabuhan, industri, permukiman, rekreasi, maritim, usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septic tank, pendidikan
B 1.Kecamatan Medan Deli Tanjung Mulia Kawasan perkantoran,
perdagangan, rekreasi indoor, permukiman, pembangunan jalan baru, jaringan air minum,
pembuangan sampah dan sarana pendidikan.
C 1.Kecamatan Medan Timur 2.Kecamatan Medan Perjuangan
3.Kecamatan Medan Tembung 4.Kecamatan Medan Area 5.Kecamatan Medan Denai 6.Kecamatan Medan Amplas
Aksara Permukiman, perdagangan,
rekreasi, pembangunan saluran air minum, septic tank, sarana pendidikan, dan kesehatan.
D 1.Kecamatan Medan Johor 2.Kecamatan Medan Baru 3.Kecamatan Medan Kota 4.Kecamatan Medan Maimoon 5.Kecamatan Medan Polonia
Inti kota Kawasan perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor, permukiman dengan program kegiatan pembangunan perumahan permanent, penanganan sampah dan sarana pendidikan.
E 1.Kecamatan Medan Barat 2.Kecamatan Medan Helvetia 3.Kecamatan Medan Petisah
Sei Sikambing Kawasan permukiman,
perdagangan, rekreasi, program kegiatan sambungan air minum,
4.Kecamatan Medan Sunggal 5.Kecamatan Medan Selayang 6.Kecamatan Medan
Tuntungan
septic tank, jalan baru, rumah permanent, sarana pendidikan dan kesehatan.
Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam RUTRK diatas , maka WPP yang tepat untuk membangun Sanggar Seni Lukis Medan yaitu pada WPP C dan WPP E yaitu unutk peruntukan wilayah Pendidikan ,rekreatif dan permukiman.
b. Berdasarkan Kriteria Pemilihan Lokasi
Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan alternative lokasi dan lokasi site terpilih, yaitu:
Tabel 2.2 Kriteria Lahan Untuk Menentukan Lokasi
No. Kriteria Lokasi
1. Tinjauan terhadap struktur kota Berada dikawasan strategis yang merupakan daerah komersil mengingat bangunan yang dirancang memiliki fungsi komersil yang berskala kota sehingga mendukung fungsi bangunan untuk komersil, pameran dan pendidikan.
2. Wilayah Pengembangan Berada di WPP yang sesuai dan merupakan termasuk dalam wilayah pengembangan kota Medan.
3. Lingkungan Berada di lingkungan yang strategis dan memiliki
fungsi eksisting yang dapat mendukung bangunan. 4. Pencapaian atau aksesibilitas Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik
angkutan umum ,pribadi mapun pribadi.
5. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi yang
dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan seperti fungsi komersial, community dan fungsi training.
6. Utilitas kota / lingkungan Dekat dengan jaringan utilitas yang memadai sebagai pendukung dalam lokasi site ( listrik, air, telefon, drainase, dll )
9. Orientasi
10. View
11. Ukuran lahan
12. Kontur tapak / topografi
B. Analisis Pemilihan Lokasi
Sanggar Seni Lukis Medan ini diharapkan mendapatkan apresiasi tentunya dari masyarakat seni pada khususnya masyarakat umum pada umumnya.
Berdasarkan kriteria diatas, maka diputuskan untuk proyek ini, yaitu :
Lokasi 1 : Jln. Perintis Kemerdekaan Lokasi 2 : Jln. Putri Hijau
Lokasi 3 : Jln. Gatot Subrot C. Alternatif lokasi
Alternatif 1
Gambar 2.1 Site Jl. Perintis Kemerdekaan Sumber : Hasil olah data primer
Sumber : Hasil olah data primer
Orientasi bangunan sebaiknya dapat mengurangi cahaya yang masuk kedalam bangunan
Adanya view yang bagus baik dari dalam site maupun dari luar site.
Harus mencukupi untuk program fungsional dan fasilits-fasilitas yang direncanakan. ( > 1 Ha )
Sebaiknya relatif datar untuk memudahkan perencanaan bangunan.
Sanggar Seni Lukis Medan ini diharapkan mendapatkan apresiasi tentunya dari masyarakat seni pada khususnya masyarakat umum pada umumnya.
Berdasarkan kriteria diatas, maka diputuskan memilih 3 alternatif lokasi yang sesuai
: Jln. Perintis Kemerdekaan
: Jln. Gatot Subrot
Gambar 2.1 Site Jl. Perintis Kemerdekaan Sumber : Hasil olah data primer
Orientasi bangunan sebaiknya dapat mengurangi
g bagus baik dari dalam site maupun
Harus mencukupi untuk program fungsional dan fasilitas yang direncanakan. ( > 1 Ha )
Sebaiknya relatif datar untuk memudahkan
Sanggar Seni Lukis Medan ini diharapkan mendapatkan apresiasi tentunya dari
Lokasi : berada di Jl. Perintis Kemerdekaan Luas Lahan : ± 1,4 Ha
Kecamatan : Medan Timur
Wilayah WPP : WPP C
Pemilihan lokasi pada persimpangan Jl. Perintis Kemerdekaan karena terletak di pusat kota, yang mana pusat sasarannya yaitu memajukan seni, mudah dalam pencapaian, baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum serta pejalan kaki, berdekatan dengan Taman Budaya Sumatera Utara yang merupakan komunitas seni kota Medan, berdekatan dengan Universitas Nomensen yang berfungsi sebagai pendidikan.
Batas – batas site
Sebelah utara berbatasan dengan jalan dan komersil
Sebelah barat berbatasan dengan jalan dan komersil
Gambar 2.2 Batas
: berada di Jl. Perintis Kemerdekaan
Pemilihan lokasi pada persimpangan Jl. Perintis Kemerdekaan karena terletak di pusat kota, sasarannya yaitu memajukan seni, mudah dalam pencapaian, baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum serta pejalan kaki, berdekatan dengan Taman Budaya Sumatera Utara yang merupakan komunitas seni kota Medan, berdekatan dengan
yang berfungsi sebagai pendidikan.
Sebelah utara berbatasan dengan jalan dan komersil
Sebelah timur berbatasan dengan pemukiman
Sebelah timur berbatasan dengan jalan dan universitas nomensen
Gambar 2.2 Batas- Batas Site Alternatif 1 Sumber : Hasil olah data primer
Pemilihan lokasi pada persimpangan Jl. Perintis Kemerdekaan karena terletak di pusat kota, sasarannya yaitu memajukan seni, mudah dalam pencapaian, baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum serta pejalan kaki, berdekatan dengan Taman Budaya Sumatera Utara yang merupakan komunitas seni kota Medan, berdekatan dengan
Sebelah timur berbatasan dengan Sebelah timur berbatasan dengan jalan dan universitas nomensen
Alternatif 2
Lokasi : berada di Jl. Putri Luas Lahan : ± 1,1Ha
Kecamatan : Medan Barat
Wilayah WPP : WPP E
Pada lokasi Jl. Putri Hijau site terletak di kawasan Pusat kota, mudah dalam pencapaian, batas-batas site utara berbatasan dengan kwasan komersil, selatan berbatasan dengan poldasu, timur berbatasan dengan pemukiman sedangkan barat berbatasan dengan rumah sakit.
Gambar 2.3 Site Jl. Putri Hijau Sumber : Hasil olah data primer
: berada di Jl. Putri Hijau
Pada lokasi Jl. Putri Hijau site terletak di kawasan Pusat kota, mudah dalam pencapaian, batas site utara berbatasan dengan kwasan komersil, selatan berbatasan dengan imur berbatasan dengan pemukiman sedangkan barat berbatasan dengan rumah
Gambar 2.3 Site Jl. Putri Hijau Sumber : Hasil olah data primer
Pada lokasi Jl. Putri Hijau site terletak di kawasan Pusat kota, mudah dalam pencapaian, batas site utara berbatasan dengan kwasan komersil, selatan berbatasan dengan imur berbatasan dengan pemukiman sedangkan barat berbatasan dengan rumah
Batas –batas site
Alternatif 3
Sebelah barat berbatsan dengan rumah sakit tembakau deli
Gambar 2.4 Batas
Gambar 2.5 Site Jl. Gatot Subroto Sumber : hasil olah data primer
Sebelah utra berbatasan langsung dengan komersil
Sebelah timur berbatsan dengan jalan dan pemukiman
Sebelah selatan berbatasan dengan jalan dan perkantoran
Gambar 2.4 Batas- Batas Site Alternatif 2
Gambar 2.5 Site Jl. Gatot Subroto Sumber : hasil olah data primer
Sumber : hasil olah data primer
Sebelah utra berbatasan langsung
Sebelah timur berbatsan dengan jalan dan pemukiman
Sebelah selatan berbatasan dengan jalan dan perkantoran
Lokasi : berada di Jl. Gatot Subroto Luas Lahan : ± 3 Ha
Kecamatan : Medan Sunggal
Wilayah WPP : WPP E
Pada kawasan Jl. Gatot subroto site berada di pusat kota dengan luas ± 3 Ha dengan batas bats site, sebelah utara site berbatasan dengan kawasan komersil, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman.
Batas-batas site
D. Penilaian Lokasi
Pada Penilaian lokasi, menggunakan system penilaian dari angk Tabel 2.3 Penilaian Lokasi
No Kriteria
Lokasi Alternatif 1
1 lokasi Persimpangan Jl. Perintis
Sebelah barat berbatsan dengan perkantoran
Gambar 2.6 Batas
Sumber : hasil olah data primer
: berada di Jl. Gatot Subroto
Pada kawasan Jl. Gatot subroto site berada di pusat kota dengan luas ± 3 Ha dengan batas utara site berbatasan dengan kawasan komersil, sedangkan sebelah selatan
Pada Penilaian lokasi, menggunakan system penilaian dari angka 1-3
Alternatif 1 Alternatif 2
Persimpangan Jl. Perintis Jl. Putri Hijau Jl. Gatot Subroto
Sebelah utara berbatsan dengan Daerah komorsil
Sebelah selatan berbatasan dengan kawasan permukiman
Sebelah timur komersil
Gambar 2.6 Batas- Batas Site Alternatif 3 Sumber : hasil olah data primer
Pada kawasan Jl. Gatot subroto site berada di pusat kota dengan luas ± 3 Ha dengan batas-utara site berbatasan dengan kawasan komersil, sedangkan sebelah selatan
Alternatif 3 Jl. Gatot Subroto
Sebelah utara berbatsan dengan
Sebelah selatan berbatasan dengan
kemerdekaan dan Jl Gaharu Kecamatan Medan Timur Kecamatan Medan Barat Kecamatan Medan Sunggal nilai 3 2 2
2 potensi Berada di dekat kampus
nomensen & Taman Budaya Medan serta Hotel Grand Angkasa
Berada di dekat samsat medan, juga rumah sakit tembakau Deli
Berada daerah komersil
nilai 3 3 2
3 aksesibilitas Berada di persimpangan jalan yang memiliki akses ke pusat kota
Berada di daerah Jl. Putri Hijau
menghubungkan jalan guru patimpus
Berada di sepanjang jalan Gatot Sobroto Yang memiliki akses ke pusat kota
nilai 3 2 2
4 Kondisi jalan Lebar jalan 13m. kondisi sangat padat karena berada di persimpangan
Lebar jalan 12 m. kondisi jalan cukup padat karena merupakan jalan satu arah
Lebar 15 m. kondisi jalan sangat padat.
nilai 3 2 3 5 Tata guna lahan Merupakan kawasan pendidikan, permukiman, dan perdangan Merupakan kawasan pendidikan, komersil, pendidikan, kesehatan Merupakan kawasan komersil,perumahan, perkantoran nilai 3 3 2
6 Tingkat hunian Hunian sedang Hunian padat Hunian sedang
nilai 2 2 2
7 View lingkungan sekitar
Dekat dengan kampus nomensen, komersil, perkantoran, hotel
Dekat dengan rumah sakit, samsat, komersil, hotel
Dekat perumahan, komersil, perkantoran
nilai 3 3 2
8 kemacetan Lancar Lancar lancar
nilai 3 3 3
9 strategis Sangat strategis Cukup strategis Sangat strategis
10 Kontur tapak Relatif datar
Nilai 3
Total nilai 29
Keterangan nilai, 3 = sangat baik, 2 = cukup baik, 1 = kurang baik
Dari penilaian diatas disimpulkan bahwa lokasi Jalan Perintis Kemerdekaan merupakan lokasi yang terbaik dari 3 alternatif lokasi yang ada.
E. Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan
Sumber : hasil olah data primer
datar Relatif datar Relatif datar
3 3
25 24
Keterangan nilai, 3 = sangat baik, 2 = cukup baik, 1 = kurang baik
Dari penilaian diatas disimpulkan bahwa lokasi Jalan Perintis Kemerdekaan merupakan lokasi yang terbaik dari 3 alternatif lokasi yang ada.
Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan
Gambar 2.7 Gambar Site Lokasi Sumber : hasil olah data primer
Relatif datar
Dari penilaian diatas disimpulkan bahwa lokasi Jalan Perintis Kemerdekaan adalah
Gambar 2.7 Gambar Site Lokasi Sumber : hasil olah data primer
F. Deskripsi Umum
? Kasus Proyek : Sanggar Seni Lukis Medan
? Status Proyek : Fiktif
? Pemilik Proyek : Swasta
? Lokasi Tapak : Jl, Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur
? Batas-batas site
Batas Utara : Jl. Perintis Kemerdekaan, Komersil Batas Selatan : Jalan, Pemukiman Sedang
Batas Timur : Jalan, Universitas Nomensen Batas Barat : Jalan, Komersil
? Luas Lahan : ± 1,4 Ha
? Kontur : Relatif Datar
? KDB : 80 %
? KLB : 2-5 lantai
? GSB
Lebar Jl. Perinis Kemerdekaan : 13 meter
Lebar Jl. Gaharu : 10 meter
Lebar Jl. Sena : 7 meter
Lebar Jl. Timor : 7 meter
? Bangunan Eksisting : lahan kosong
? Potensi Lahan :
o Terletak dipusat kota
o Berada pada kawasan pendidikan, permukiman dan komersil o Transportasi lancar dan baik
o Luas site mendukung : ± 1,4 Ha o Memiliki jalur utilitas yang baik
2.5 Tinjauan fungsi
Masyarakat medan yang saat ini diperkirakan berjumlah kurang lebih 2.121.053 jiwa (tahun 2010). Tidak kurang diantaranya adalah orang yang membutuhkan atau terlibat langsung dalam dunia seni. Karena kurangnya fasilitas merupakan salah satu factor kurangnya promosi kesenian di Medan. Di bawah ini merupakan presentase minat masyarakat terhadap kesenian di sumatera Utara khususnya kota Medan.
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Menonton dan Melakukan Pertunjukan Kesenian Selama Tiga Bulan Ter
Gambar 2.8 menampilkan partisipasi penduduk berumur 10
kesenian baik sebagai penonton maupun pelaku seni. Bila dilihat dari sisi penonton, dari keseluruhan jumlah penduduk berumur 10 tahun ke atas hanya 10,0 persen diantaranya yang menonton pertujukan kesenian. Sedikitnya minat
kesenian. Terjadi baik di daerah perkotaan dan pedesaan, namun bila dilihat proporsinya minat penduduk pedesaan (12,1 persen) relative lebih tinggi dibandingkan penduduk perkotaan (17,8 persen).
Presentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang melakukan Pertunjukan kesenian menurut kelompok umur dan jenis kesenian.
Tabel 2.4 Presentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang melakukan Pertunjukan kesenian menurut kelompok umur dan jenis kesenian.
Kelompok umur Seni tari Seni musik 10-19 36,7 55,0 20-29 40,7 55,2 30-39 40,0 51,9 40-49 40,9 53,5 50-59 40,3 55,2
Gambar 2.8 Persentase Penduduk 10 Tahun ke atas yang Menonton dan Melakukan Pertunjukan Kesenian, 2009
Sumber : BPS, statistik sosial budaya 2009
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Menonton dan Melakukan Pertunjukan Kesenian Selama Tiga Bulan Terakhir,2009
Gambar 2.8 menampilkan partisipasi penduduk berumur 10 tahun ke atas dalam pertunjukan kesenian baik sebagai penonton maupun pelaku seni. Bila dilihat dari sisi penonton, dari keseluruhan jumlah penduduk berumur 10 tahun ke atas hanya 10,0 persen diantaranya yang menonton pertujukan kesenian. Sedikitnya minat penduduk untuk menonton pertunjukan kesenian. Terjadi baik di daerah perkotaan dan pedesaan, namun bila dilihat proporsinya minat penduduk pedesaan (12,1 persen) relative lebih tinggi dibandingkan penduduk
mur 10 Tahun ke Atas yang melakukan Pertunjukan kesenian menurut kelompok umur dan jenis kesenian.
Tabel 2.4 Presentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang melakukan Pertunjukan kesenian menurut kelompok umur dan jenis kesenian.
Melakukan pertunjukan Seni drama Seni lukis Seni patung Seni kerajinan 5,0 12,4 1,2 9,8 3,5 1,8 0,6 5,5 3,5 1,8 0,7 10,0 7,9 3,0 1,7 6,8 8,6 2,1 1,4 5,0
Gambar 2.8 Persentase Penduduk 10 Tahun ke atas yang Menonton dan Melakukan Pertunjukan Kesenian, 2009
Sumber : BPS, statistik sosial budaya 2009
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Menonton dan Melakukan Pertunjukan
tahun ke atas dalam pertunjukan kesenian baik sebagai penonton maupun pelaku seni. Bila dilihat dari sisi penonton, dari keseluruhan jumlah penduduk berumur 10 tahun ke atas hanya 10,0 persen diantaranya yang penduduk untuk menonton pertunjukan kesenian. Terjadi baik di daerah perkotaan dan pedesaan, namun bila dilihat proporsinya minat penduduk pedesaan (12,1 persen) relative lebih tinggi dibandingkan penduduk
mur 10 Tahun ke Atas yang melakukan Pertunjukan kesenian
Tabel 2.4 Presentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang melakukan Pertunjukan
Seni lainnya 5,3 4,7 4,3 5,8 4,7
Presentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang menonton Pertunjukan kesenian menurut kelompok umur dan jenis kesenian.
Tabel 2.5 Presentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang melakukan Pertunjukan kesenian menurut kelompok umur dan jenis kesenian.
Jumlah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas = 1.754.774 jiwa (tahun 2010) Jumlah yang melakukan pertunjukan seni = 5,9 % x 1.754.774 jiwa
= 103.531 jiwa
Jumlah yang menonton pertunjukan seni = 0,9 % x 1.754.774 jiwa = 15.792 jiwa
Jadi, jumlah yang melakukan pertujukan seni lukis kota Medan sebanyak 103.531 sedangkan jumlah yang menonton pertunjukan seni lukis adalah 15.792 jiwa.
2.5.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan
Sanggar Seni Lukis Medan mrupakan tempat untuk menyalurkan/mengembangkan bakat dalm hal melukis. Disini juga mendapatkan pembelajaran dan pelatihan mengenai seni lukis.
60+ 42,8 48,8 10,9 2,3 1,1 4,5 7,0 total 39,2 54,1 5,3 5,9 1,1 7,9 5,1 Kelompok umur Melakukan pertunjukan Seni tari Seni musik Seni drama Seni lukis Seni patung Seni kerajinan Seni lainnya 10-19 31,6 82,6 8,1 1,4 0,4 1,9 3,2 20-29 27,0 83,3 7,9 0,8 0,4 1,6 2,7 30-39 29,5 80,3 9,7 0,7 0,3 1,7 2,7 40-49 30,5 78,1 12,7 1,0 0,6 1,8 2,6 50-59 31,6 75,4 14,2 0,8 0,4 1,4 2,1 60+ 32,6 71,0 17,8 0,6 0,3 0,7 1,4 total 29,9 80,5 10,0 0,9 0,4 1,7 2,7
Sumber : BPS, statistik sosial budaya 2009
Kelompok yang menjadi pengguna yang dimaksud adalah semua lapisan masyarakat ingin mengetahui dunia seni lukis :
a. Pengguna (sanggar)
Pengguna bangunan sanggar akan dikelompokkan menjadi 3 bagian menurut tingkat ilmu yang dimiliki :
- Kelompok dasar : kelompok peserta Sanggar Seni Lukis yang masih tahap awal, tahap pengenalan, (pemula)
- Kelompok terlatih : kelompok yang sudah mengerti tentang cara-cara melukis dan teknik-teknik dasarnya.
- Kelompok terampil : kelompok yang sudah mampu menghasilkan karya seni.
Untuk fasilitas lainnya seperti galeri, gedung serba guna, penggunanya tidak ada pengelompokan karena tergantung banyaknya pengunjung yang dating dari luar. Untuk pengguna auditorium juga tergantung siapa yang akan menggunakan sesuai kepentingan seni lainnya.
b. Kegiatan
Kegiatan yang ada pada sanggar ini terdiri dari sebagai berikut :
- Kegiatan edukatif, yaitu kegiatan belajar, berlatih melukis yang dilakukan di sanggar, kegiatannya aNtara lain : proses melukis, diskusi.
- Kegiatan rekreatif, yaitu kegiatan yang berlangsung di galeri dan di ruang luar bangunan
- Kegiatan komersil, yaitu kegiatan yang dilakukan di auditorium berupa kegiatan pergelaran seni
-
Jumlah pengelola sanggar seni lukis Medan dapat diuraikan sebagai berikut : Tabel 2.6 Jumlah pengelola sanggar seni lukis Medan
No Jabatan Jumlah
1 Pimpinan Sanggar 1 orang
2 Wakil Pimpinan Sanggar 1 orang
3 Bendahara 1 orang
4 Wakil Bendahara 1 orang
6 Kepala Bagian Pelatihan 1 orang
7 Staff Pengajar 10 orang
8 Kepala Bagian Pameran 1 orang
9 Koordinator Galeri 1 orang
10 Staff Galeri 6 orang
11 Koord. Auditorium/ Gedung Pameran 1 orang
12 Staff Auditorium 6 orang
13 Koord. Gudang 1 orang
14 Staff gudang 2 orang
15 Kepala Administrasi 1 orang
16 Staff Administrasi 4 orang
17 Staff Statistik 1 orang
18 Staff Worshop 2 orang
19 Kepala Keamanan 1 orang
20 Staff Keamanan 4 orang
jumlah 46 orang
Sedangkan pengertian dan fungsi dari personel yhang ada di Sanggar Seni Lukis Medan adalah:
? Pimpinan Sanggar
Orang yang bertanggung jawab atas semua kegiatan yang ada di dalam sanggar.
? Wakil Pimpinan Sanggar
Orang yang membantu tugas pimpinan terutama urusan di dalam sanggar.
? Koordinator Pelatihan
Orang yang bertugas untuk mengkoordinasi aktifitas belajar mengajr (staf/ pengajr dan murid) di dalam sanggar.
? Staff Pengajar
Orang yang bertugas dalam membina/mengajr anak didik dalam sanggar (proses melukis/berkarya) .
? Kepala Bagian Pameran
Orang yang bertanggung jawab atas segala kegiatan pameran dalam sanggar.
? Kooordinator Galeri
Menanggungjawabi kegiatan di bagian galeri.
? Koordinator Galeri
Bertanggung jawab atas kegiatan yang dilaksanakan di auditorium (pergelaran seni dari dalam sanggar maupun dari luar sanggar).
? Koordinator Gudang
Bertanggung jawab atas keberadaan barang / karya seni yang ada dalam gudang.
? Staf Galeri
Orang yang betrugas untuk mempersiapkan keperluan pameran berupa perlengkapan=perlengkapan untuk galeri .
? Staff auditorium
Orang yang bertugas untuk mempersiapkan keperluan/perlengkapan unutk kegiatan yang akan dilaksankan di auditorium ( keperluan pameran tetap, pameran temporer, dan pameran keliling.
? Bendahara
Orang yang bertanggung jawab atas laporan keuangan sanggar.
? Wakil bendahara
Orang yang bertugas untuk membantu kerja bendahara dalam hal laporan keuangan.
? Staff Keuangan
Orang yang melakukan pembukuan mengenai pemasukan dan pengeluaran keuangan sanggar.
? Kepala Keamanan
Orang yang bertanggung jawab atas kondisi keamanan di lokasi sanggar.
? Staff Keamanan
Melakukan penjagaan keamanan di lokasi sanggar.
2.5.2 Deskrpisi Persyaratan Ruang
Sebagai bangunan yang berfungsi untuk kegiatan seni, seharusnya bangunan ini menampilkan citra yang mengekspresikan seni.
Secara umum ruang-ruang dalam sanggar ini mempunyai persyaratan dan kriteria tertentu, adapun kriteria dan persyaratan tersebut adalah :
? Ruang-ruang yang bernuansa informal terhadap pengguna
Secara umum galeri adalah tempat memajangkan atau memamerkan suatu karya seni agar para kolektor seni maupun masyarakat awam dapat menikmati karya seni. Sedangkan fungsi galeri adalah sebagai wadah komunikasi antara konsumen dengan produsen. Pihak produsen yang dimaksud adalah para seniman sedangkan konsumen adalah kolektor dan masyarakat. Fungsi galeri adah sbb:
? Sebagai wadah promosi barang-barang seni.
? Sebagai wadah pembinaan dan pengarahan bagi para seniman dalam mengembangkan dan memasarkan hasil karyanya.
? Sebagai sarana komunikasi antara pengelola dan pengunjung dalam suasana yang rekreatif.
Galeri suatu fasilitas berisi ruang pamer yang mengkomunikasikan karya-karya visual art atau seni visual. Salah satu faktor penting dalam fasilitas galeri adalah membangkitkan suasana dan ritme yang baik. Berdasarkan studi banding hal tersebut dapat dicapai melalui perbedaan luasan ruang.
Faktor-faktor dalam mengkomunikasi karya-karya visual art yang berhubungan langsung dengan manusia harus memperhatikan:
a. Tinggi rrata-rata manusia Indonesia sehingga pandangan mata dapat mencakup obyek yang dilihat dalam posisi nyaman.
Tabel 2.7 tinggi rata-rata manusia Indonesia
Tinggi rata-rata Pandangan mata
Pria 165 cm 160 cm
Wanita 155 cm 150 cm
Gambar 2.9 Jarak Pandang mata Terhadap Lukisan
Gambar 2.10 Sudut pandang lukisan
Gambar 2.11 kemampuan gerak anatomi manusia Sumber : data arsitek
b. Pencahayaan yang dapat membangkitka emosi pengunjung dan meningkatkan kualitas presentasi suatu karya visual arts yang diterima oleh pengunjung.
Faktor-faktor dalam mengkomunikasikan karya-karya visual art yang berhubungan langsung dengan karya itu sendiri harus memperhatikan environtment control (kontrol terhadap lingkungan galeri) yaitu dengan kunci-kunci komponen environment control sebagai berikut.
a. Climate Control
Adalah meliputi pemeliharaan atmosfir lingkungan yang stabil, yaitu dengan kontrol terhadap temperatur dan kelembapan ruang, kualitas udara dan vibrasi ruang. Implementasi
climate control ini meminimalkan resiko kerusakan terhadap karya-karya seni yang ada dan
meningkatkan kenyamanan pengunjung dan pengguna bangunan.
b. Temperature And Relative Humidity
Fluktuasi dalam temperatur dan kelembapan dapat merusak karya-karya seni yang ada, dengan faktor yang paling kritis adalah kelembapan. Perubahan kelembapan ruang/lingkungan dapat mengakibatkan pengerutan dan penyusutan dimana kondisi ligkungan sangat kering, sedangkan dalam kondisi sebaliknya dapat mengakibatkan karya-karya seni yang ada mengembung dan menjamur.
Standart temperatur dan kelembapan pada daerah tropis adalah sebagai berikut :
Temperatur 21ºC ± 1ºC, kelembapan 55% ± 5%.
c. Air Filtration
Udara yang tidak terfilter mengandung polusi, berupa gas dan partikel dimana dapat merusak karya-karya seni dan yang paling penting adalah ketidaknyamanan pengunjung dan pengguna bangunan. Penyaringan udara kotor ini dapat dikontrol melalui suatu sistem ducting dan standart efisiensi penyaringan tersebut 80 % sampai 98%.
d. Light
Pencahayaan adalah faktor paling penting dalam sebuah galeri sebab sangat mempengaruhi pengalaman pengunjung dalam memapresiasikan karya-karya seni yang ada dan penciptaan suatu suasana/atmosfir ruang. Dengan kata lai melalui pencahayaan dapat mengakibatkan emosi pengunjung.
Cahaya buatan maupun alami dapat mengakibatkan kerusakan jika tidak diperhatikan intensitasnya. Untuk cahaya buatan, intensitas cahaya tergantung dari bahan/material dari karya-karya seni tersebut.
? Karya dengan bahan kertas : 50 Lux
? Karya lukisan di atas kanvas : 150-200 Lux
? Metal, keramik, glass dan batu : 300 Lux
Tingkat intensitas cahaya diatas adalah berdasarkan survei galeri-galeri seni profesional di australia. Untuk cahaya alami, penyinaran tidak boleh langsung jatuh pada karya-karya seni yang ada. Caranya adalah dengan penggunaan cahaya alami dari atas (lighting from above) dan penggunaan cahaya alamidari samping (lateral lighting).
Studi Jarak Pengamat Terhadap Objek Lukisan
? Daerah Visual Pandangan Mata
Gambar 2.12 Daerah Visual Pandangan Mata
Dari gambar di atas, disimpulkan bahwa pandangan yang nyaman ke arah objek (lukisan)adalah pandangan di dalam daerah visual 30° ke arah atas, 30° ke arah bawah, 30° ke arah kanan, dan 30° ke arah kiri. Hal tersebut dikarenakan pada daerah tersebut merupakan daerah dimana mata kita dapat mengenali warna atau membedakan warna dengan baik.
? Jarak Pengamat dan Jarak Antar Lukisan Jarak pengamat
= ½ x (t.lukisan) / tg30° Jarak antar lukisan
= (j.pengamat) x tg45°- ½ x (t.lukisan)
Studi Pencahayaan Dalam Ruangan
Pencahayaan di dalam galeri seni lukis dapat berupa cahaya alami [daylaight] dan dapat berupa cahaya buatan (dengan menggunakan spotlight).
? Pencahayaan Alami([Daylight)
Pencahayaan alami harus diperhitungkan agar pengguna ruangan yang berada di dalamnya merasa nyaman dan lukisan terhindar dari sinar matahari. Berikut ini adalah perhitungan-perhitungan bagaimana menyaring sinar matahari.
Sinar dan cahaya yang diterima apabila tidak menggunakan shading dan filter adalah hampir 97% mengakibatkan ruang tidak nyaman. Pada gambar kedua, cahaya yang diterima apabila menggunakan shading adalah 80% mengakibatkan ruang nyaman. Pada gambar
Gambar 2.13 Pencahayaan Alami
ketiga, cahaya yang diterima ruangan apabila menggunakan shading dan dinding menjadi tidak langsung adalah 72% sehingga ruang lebih nyaman.
? Pencahayaan Buatan
Lampu sebagai sumber cahaya artifisial dapat diatur arah cahayanya dengan tata letak tertentu. Inilah kelebihan lampu dibanding matahari, cahaya matahari tidak bisa kita pindahkan atau diatur kekuatannya. Selain itu intensitas dan sudut cahaya matahari selalu berubah-ubah.
a. tujuan pemanfaatan pencahayan buatan:
? menampilkan detail objek, baik dari segi tekstur maupun warna, menampilkan karakter objek seperti yang diharapkan, memberikan penekanan yang merata pada objek pamer.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam keputusan desain pencahayaan buatan bagi Galeri seni lukis kentemporer adalah:
? dampak aratur dan reflektor, ketidak seragaman penerangan karena sebaran yang terlalu jauh sehingga perlu diperhatikan jarak minimal antar titik lampu dan ketinggian titik lampu.
Dengan demikian dapat dihindari pengaruh negatif dari sistem pencahayaan secara buatan, seperti:
? timbulnya glare (silau), timbulnya bayangan, timbulnya pantulan yang mengganggu. b. Teknik pencahayaan buatan
Secara garis basar, penggunaan teknik pencahayan buatan dalam perencanaan Galeri seni lukis kontemporer disesuaikan dengan berdasarkan objek pamer, dimana bentuk objek yang dipamerkan merupakan objek 2 dimensi. Bentuk pengaturan cahaya sesuai dengan karakter objek, lukisan yaitu:
? cat minyak (tingkat cahaya maksimum adalah 200 lux).
Pencahayaan buatan memberikan pengaruh yang lebih pada perancangan ruang display, terutama untuk menghasilkan efek dramatis dan penekanan pada objek-objek tertentu didalam Galeri seni.
Ada empat macam pencahayaan buatan :
1. pencahayaan langsung, merupakan pencahayaan yang menciptakan bayangan dan refleksi yang jelas. Cocok untuk objek pamer 2 dimensi yang membutuhkan pemfokusan khusus dan cukup murah.
2. Pencahayaan langsung oleh beberapa titik lampu, sistem pencahayaan ini dapat menimbulkan bayangan yang lembut. Kendala terletak pada biaya yang agak mahal. 3. Pencahayaan tidak langsung oleh lampu reflektor pada plafon untuk menciptakan
bayangan yang lemah. Cocok untuk sirkulasi pada ruangan. Biaya mahal
4. pencahayaan tidak langsung oleh titik lampu dengan menggunakan perantara plafon yang berfungsi sebagi bahan pemfokus cahaya. Sistem ini hampir tidak menghasilkan efek bayangan. Biaya pemasangan lebih mahal karena banyaknya lampu yang dipasang.
Arah pencahayaan secara garis besar dapat dibagi menjadi 5 katagori yaitu: downlight, uplight, sidelight, backlight, dan frontlight.
1. Pencahayaan kebawah (downlight).
Arah pencahayaan datang dari atas dan menyinari objek dibawahnya. Hampir setiap ruang dirumah memerlukan pencahayaan downlight, yang berfungsi sebagai pencahayaan secara merata. Cahaya berasal dari lampu yang ditanam pada langit-langit dengan bangunan lampu yang menjorok keluar, masuk kedalam, menempel pada tembok atau berupa lampu gantung. Melalui pengaturan sudut jatuh cahaya, lampu dengan arah downlight dapat menumbuhkan suasana yang berbeda apabila difungsikan sebagai pencahayaan setempat dan dekoratif, salah satunya adalah mengarahkan cahaya kedinding sehingga tekstur dan warna dinding muncul.
2. Pencahayaan keatas (Uplight).
Dimana posisi lampu dihadapkan keatas jenis pencahayaan lebih cenderung ke pencahayaan dekoratif ,contoh umum adalah kolom rumah, kesan yang ditimbulkan adalah kemegahan.
3. Pencahayaan dari belakang (backlight).
Backlight bararti cahayanya berasal dari belakang objek hal ini dilakukan untuk memberikan aksentuasi pada objek,misalnya untuk memunculkan siluet. Pada objek tertentu, pencahayaan backlight ini memberikan cahaya pinggir yang mempesona membuat Gambar (bcklight) bentuk-bentuk objek lebih jelas terlihat.
4. Pencahayaan samping (sidelight).
Sama halnya seperti pada pencahayaan backligt, arah cahaya dari samping (sidelight) dimaksud untuk memberikan tekanan pada elemen-elemen Interior tertentu yang menjadi aksen. Kebanyakan arah cahaya ini dipakai artwok, atau (sidelight) benda-benda seni lainnya.
5. Pencahayaan dari depan (Frontlight).
Untuk lukisan dan foto yang berwujud dua dimensional, frontlight diaplikasikan. Cahaya yang datangnya dari depan objek ini sebaiknya rata, cahaya yang tersebar rata membuat foto/lukisan tersebut terlihat apa adanya.
jarak nyaman pengamat lukisan terhadap objek lukisan (baik bagi para orang normal dan para difabel, yakni sebagai berikut.
a. Jarak Pengamat Lukisan Ukuran Kecil (ukuran 50cm x 50cm)
Jarak lukisan dengan pengamat [orang normal] adalah X sin30°/sin60°=(1/2 t.lukisan)/X
sin30°/sin60°=25cm/X X=43,3cm 44cm
Jarak lukisan dengan pengamat [difabel
sin30°/sin60°=((t.m.normal-t.m.pengguna kursi roda)+1/2 t.lukisan)/X’
sin30°/sin60°=((148-X’=109,11cm 110cm
Gambar 2.14 Jarak Pengamat Lukisan Ukuran Kecil Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero
jarak nyaman pengamat lukisan terhadap objek lukisan (baik bagi para orang normal , yakni sebagai berikut.
Jarak Pengamat Lukisan Ukuran Kecil (ukuran 50cm x 50cm)
Jarak lukisan dengan pengamat [orang normal] adalah X
sin30°/sin60°=25cm/X
difabel] adalah X’
t.m.pengguna kursi roda)+1/2 t.lukisan)/X’ -110)+25)/X’
X’=109,11cm 110cm
Gambar 2.14 Jarak Pengamat Lukisan Ukuran Kecil Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero
b. Jarak Pengamat Lukisan Ukuran Sedang 1 (ukuran 100cm x 100cm)
Jarak lukisan dengan pengamat [orang normal] adalah X sin30°/sin60°=(1/2 t.lukisan)/X
sin30°/sin60°=50cm/X X=86,6cm 87cm
Jarak lukisan dengan pengamat [difabel] adalah X’
sin30°/sin60°=((t.m.normal-t.m.pengguna kursi roda)+1/2 t.lukisan)/X’ sin30°/sin60°=((148-110)+50)/X’
X’=152,42cm 153cm
Gambar 2.15 Jarak Pengamat Ukuran Sedang 1
c. Jarak Pengamat Lukisan Ukuran Sedang 2 (ukuran 200cm x 200cm)
Jarak lukisan dengan pengamat [orang normal] adalah X sin30°/sin60°=(1/2 t.lukisan)/X
sin30°/sin60°=100cm/X X=173,20cm 174cm
Jarak lukisan dengan pengamat [difabel] adalah X’
sin30°/sin60°=((t.m.normal-t.m.pengguna kursi roda)+1/2 t.lukisan)/X’ sin30°/sin60°=((148-110)+100)/X’
X’=239,02cm 240cm
Gambar 2.16 Jarak Pengamat Ukuran Sedang 2
d. Jarak Pengamat Lukisan Ukuran Besar (ukuran 300cm x 300cm)
Jarak lukisan dengan pengamat [orang normal] adalah X sin30°/sin60°=(1/2 t.lukisan)/X
sin30°/sin60°=150cm/X X=259.80cm 260cm Jarak lukisan dengan pengamat [di
sin30°/sin60°=((t.m.normal-t.m.pengguna kursi roda)+1/2 t.lukisan)/X’
sin30°/sin60°=((148-X’=325,62cm 326cm Jarak antar lukisan
a. Jarak Antar Lukisan Ukuran Kecil (ukuran 50cm x 50cm)
Jarak antar lukisan = jarak pengamat X tg45° = 44cm X tg45° - (25cm) = 19cm
Gambar 2.17
Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero
Jarak Pengamat Lukisan Ukuran Besar (ukuran 300cm x 300cm)
Jarak lukisan dengan pengamat [orang normal] adalah X
sin30°/sin60°=150cm/X X=259.80cm 260cm
difabel] adalah X’
t.m.pengguna kursi roda)+1/2 t.lukisan)/X’ -110)+150)/X’
X’=325,62cm 326cm
Jarak Antar Lukisan Ukuran Kecil (ukuran 50cm x 50cm)
= jarak pengamat X tg45° – (1/2 t.lukisan) (25cm)
Gambar 2.17 Jarak Pengamat Ukuran Besar
b. Jarak Antar Lukisan Ukuran Sedang 1 (ukuran 100cm x 100cm)
Jarak antar lukisan
= jarak pengamat X tg45° – (1/2 t.lukisan) = 87cm X tg45° - (50cm)
= 37cm
c. Jarak Antar Lukisan Ukuran Sedang 2 (ukuran 200cm x 200cm)
Jarak antar lukisan
= jarak pengamat X tg45° – (1/2 t.lukisan) = 174cm X tg45° - (100cm)
= 74cm
d. Jarak Antar Lukisan Ukuran Besar (ukuran 300cm x 300cm) Jarak antar lukisan
= jarak pengamat X tg45° – (1/2 t.lukisan) = 260cm X tg45° - (150cm)
Besaran Modul Ruang Pameran
a. Ruang Pameran Lukisan Ukuran Kecil (ukuran 50cm x 50cm)
b. Ruang Pamer Lukisan Ukuran Sedang 1 (ukuran 100cm x 100cm)
Gambar 2.18 Ruang Pameran Lukisan Ukuran Kecil
Gambar 2.19 Ruang Pameran Ukuran Sedang 1
Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero
c. Ruang Pamer Lukisan Ukuran Sedang 2 (ukuran 200cm x 200cm)
d. Ruang Pamer Lukisan Ukuran Besar (ukuran 300cm x 300cm)
Gambar 2.20 Ruang Pamer Lukisan Ukuran Sedang 2
Gambar 2.21 Ruang Pamer Lukisan Ukuran Besar
Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero
Besaran Modul Ruang Workshop
a. Standart Besaran Ruang Workshop
Gambar di atas adalah standart mengenai ruang fasilitas untuk melukis. Space untuk 1 orang adalah 275cmX183cm, namun standart yang adalah bukan bagi para difabel.
Gambar 2.22 Besaran Ruang Workshop
Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero
Tabel 2.8 standart mengenai ruang fasilitas untuk melukis
b. Analisis Besaran Ruang Workshop Bagi Difabel
Gambar di atas ini adalah besaran modul ruang workshop bagi pengguna kursi roda, space yang dibutuhkan lebih luas [dibanding standart yang ada], yakni 244cmX336cm.
2.6 Studi Banding Proyek Sejenis
2.6.1 Galeri Seni Payung Teduh
Gambar 2.24 ruang pameran galeri seni paying teduh Medan Gambar 2.23 Ruang Workshop Bagi disafel
Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero
Sumber : hasil olah data primer
Analisis Besaran Ruang Workshop Bagi Difabel
Gambar di atas ini adalah besaran modul ruang workshop bagi pengguna kursi roda, space yang dibutuhkan lebih luas [dibanding standart yang ada], yakni 244cmX336cm.
Sejenis
Gambar 2.24 ruang pameran galeri seni paying teduh Medan Gambar 2.23 Ruang Workshop Bagi disafel
Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero
Sumber : hasil olah data primer
Gambar di atas ini adalah besaran modul ruang workshop bagi pengguna kursi roda, space yang dibutuhkan lebih luas [dibanding standart yang ada], yakni 244cmX336cm.
Galeri ini merupakan galeri yang sering mengadakan pameran seni. Setiap dua kali setahun pameran ini mengadakan pameran. Galeri ini mempunyai banyak karya seni yang dipamerkan setiap hari. Untuk ruangan yang terdapat pada galeri ini masih kurang sesuai untuk sebuah pameran seni lukis.
2.6.2 Galeri Nasional Indonesia
Galeri Nasional Indonesia memiliki 3 (tiga) orientasi program, yaitu; Pelestarian, Pengembangan dan Pemanfaatan Karya Seni Rupa. Implementasi program mengacu pada prinsip-prinsip permuseuman sebagaimana yang dirumuskan oleh The International Council
of Museum (ICOM), seperti; Registrasi, Inventarisasi (Data Base), Penyimpanan, Perawatan,
Penelitian dan Penyajian koleksi melalui ajang pameran tetap, pameran temporer, pameran keliling dan program bimbingan edukasi untuk kalangan pelajar dan masyarakat luas.
Visi dan Misi Galeri Nasional Indonesia
? Visi
Menjadi pusat kegiatan pelestarian, pengembangan dan penyajian karya seni rupa yang berorientasi kedepan, dinamis, kreatif, inovatif, dan demokratis sebagai wahana mewujudkan masyarakat Indonesia yang berbudaya dan memiliki jati diri ditengah-tengah pergaulan antar bangsa dan tantangan global.
? Misi
? Menghimpun, melestarikan, dan mengembangkan karya seni rupa dalam lingkup nasional maupun internasional.
? Memberdayakan kreatifitas dan apresiasi seni rupa melalui program pameran, pendidikan, penelitian, penukaran, workshop, kompetisi dan komitmen
Gambar 2.25 bangunan utama galeri nasional indonesia Sumber : internet