• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 DATA DAN ANALISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 DATA DAN ANALISA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

DATA DAN ANALISA

2.1 Data

2.1.1 Sumber Data

Data dan Informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini di peroleh dari berbagai sumber antara lain :

• Literatur : buku, artikel elektronik (internet) maupun non elektronik (media cetak), laporan penelitian.

• Wawancara dengan narasumber dari pihak terkait : Pemilik butik sekaligus perancang busana kebaya IFC.

• Survey lapangan : Survey dilakukan ke tempat – tempat strategis dimana orang dapat mudah mengakses buku – buku di Jakarta di utamakan toko – toko buku besar yang terdapat di Jakarta.

2.1.2 Sejarah Umum Kebaya

Berdasarkan buku Hutabarat(2000,p10-11), sejarah kebaya dimulai dari baju yang sering dipakai oleh wanita Melayu. Ada dua teori tentang asal kedatangan baju kebaya. Pertama ‘kebaya ‘ itu berasal dari perkataan Arab ‘habaya’ artinya pakaian labuh yang memiliki belahan didepan. Kedua pakaian ini berasal dari pakaian yang dibawa oleh bangsa portugis ke Melayu, kebaya juga dipakai oleh wanita Cina peranakan (Baba) dan lebih di kenal dengan sebutan kebaya encim.

(2)

Sejarah kebaya berdasarkan periode waktu : • Kebaya pada tahun 1890-an

Di jaman penjajahan Belanda, pemakai kain kebaya yang tampil di panggung publik hanyalah mereka yang ditempatkan dalam peran istri, sedang di kalangan kelas bawah, perempuan yang mengenakan kain kebaya adalah petani atau pembantu. Perempuan yang mempunyai identitas sendiri, yang telah mengecap pendidikan Barat dan mempunyai pekerjaan modern, mengenakan pakaian Barat. Dengan demikian,identifikasi kain kebaya sebagai pakaian nasional mengisyaratkan, beberapa hal :

1. Kebaya mendefinisikan perempuan sebagai istri yang tunduk kepada suami.

2. Pemakaian kebaya, setidaknya seperti yang dikenakan para ibu dan kebanyakan perempuan elit, bersifat sangat restriktif. Yang dimana pakaian perempuan ditentukan oleh konstruksi sosial femininitas. Dalam banyak budaya, baik yang baru maupun yang lama, ini seringkali ada anggapan mengenakan kebaya berarti memakai pakaian yang menghambat gerakan, juga mengekpos dan menonjolkan lekuk-lekuk bentuk tubuh perempuan.

3. Kebaya Jawa sebagai pakaian nasional mempunyai dominasi terhadap 200 suku lainnya yang menjadi bagian Indonesia.

Kain kebaya mungkin merupakan pakaian buat semua perempuan, tapi ini tidak berarti bahwa ia mempunyai efek meniadakan perbedaan kelas sosial. Sejak jaman

(3)

kolonial, kain kebaya justru membedakan perempuan dari berbagai kalangan. Perempuan Belandapun mengenakan kain kebaya, dengan motif-motif yang berbeda dari yang dipakai oleh perempuan Jawa. Secara historis, kaum ningrat mengenakan batik tulis, dengan kebaya dari sutra, beludru atau brokat. Kalangan biasa mengenakan batik dan kebaya buatan pabrik. Berbagai variasi subtil inilah yang membedakan perempuan ke dalam kotak-kotak sosial mereka yang sudah baku, yang memberikan indikasi kelompok etnis, pekerjaan dan status sosial dari laki-laki yang menjadi bapak atau suami mereka dan menjelaskan alasan mengapa para wanita diharuskan memakai kain kebaya sebagai pakaian nasional. Tubuh perempuan melambangkan harkat negara. Dengan demikian tubuh perempuan Indonesian yang memakai kain kebaya menjadi personifikasi negara, dan mendefinisikannya sebagai non-Barat, sekaligus memberikan ‘bukti’ bahwa meskipun kita mengadopsi begitu banyak atribut Barat, dalam semangat kita masih ‘Indonesia’, yang murni dan tak tercemar cara memakai kain kebayanyapun lebih didikte oleh aturan-aturan yang ketat.

Kebaya pada tahun 1960-an

Menurut Julia.I(2006,Jakarta) Kebaya kemudian menjadi ciri khas Indonesia sejak dicanangkannya kebaya dan batik sebagai pakaian nasional oleh Gubernur DKI Ali Sadikin pada tahun 1968 yang lebih menitik beratkan pada kesan resmi, dengan motif-motif indah Kebaya tak hanya menjadi ciri khas pakaian wanita diIndonesia, tetapi sudah menjadi satu identitas kesamaan budaya serumpun. Ciri khas kebaya adalah motif kebaya, yang biasanya disulam atau dibordir, juga kain sarung yang dipakai untuk melengkapi kebaya dipengaruhi oleh banyak elemen budaya yang ada di wilayah Indonesia.

(4)

Kebaya pada tahun 1970-an sampai dengan 1980-an

Menurut data dari www.penulislepas.com(2005,Jakarta) Pada awal tahun 1970 muncul upaya-upaya untuk melakukan eksperimentasi, khususnya oleh Ratna Busana yang terdiri dari sekelompok perempuan ternama dan berpengaruh. Mereka mengubah gagasan pakaian Nasional ini dengan memunculkan konsep kebaya modern di mana sanggul tidak merupakan keharusan, dan bahkan bisa dipakai dengan rambut pendek. Pada saat ini pulalah perempuan mulai banyak mengenakan kebaya, terutama kebaya encim, tidak dengan kain batik melainkan dengan rok, celana jeans, dan bahkan hotpants. Kemudian pada tahun 1980-an keberadaan perkembangn kebaya tak jauh berbeda.

Kebaya pada tahun 1990-an sampai dengan sekarang

Pada tahun 1990an, berbagai desainer fashion muncul mempromosikan kain kebaya: Iwan Tirta (yang memulai karirnya pada tahun 1970an), Edward Hutabarat, Nelwan, Ghea, Asmoro, dan lain lain. Menurut data dari Hutabarat(2000,p36) Kebaya tidak hanya dibuat modifikasi tapi juga mengangkat status kain kebaya menjadi high fashion. Kebaya sekarang dibuat dari bahan impor yang mahal, dan dihidupkan kembali. Walaupun sempat dianggap old fashion atau kuno kebaya kemudian dapat populer kembali di kalangan wanita para sosialita ibu kota karena harganya yang selangit membuatnya menjadi kelas tersendiri. Kebaya juga kini menjadi populer di kalangan aktivis perempuan yang mempunyai pendidikan serta kesadaran sosial yang lebih tinggi. Mereka mengenakan versi yang lebih santai dari kain kebaya, tanpa korset, dan kain sekedar diikat dipinggang, dan dikenakan dengan blus atau bahkan dengan T-shirt, disamping juga kebaya. Alasan mereka memakai kain adalah estetika, hingga kebaya

(5)

tetap bertahan untuk tetap eksis. sehingga saat ini Sehelai kain kebaya bisa di rancang menjadi lebih beragam. Tak lagi sekedar pakaian tradisional, tetapi mengalami transformasi menjadi pakaian yang berpotongan artistik dan modern, atau bergaya kosmopolitan. Itu dimungkinkan dengan cutting dan finishing yang lebih personal untuk setiap kebaya yang di buat. Perlahan – lahan penggunaan kebaya dalam kehidupan sehari – hari ditinggalkan dan berubah menjadi pakaian umum di saat resepsi pernikahan, model kebaya pun turut berubah seiring dengan modernisasi yang terjadi. Rancangan berbagai Desainer Indonesia pun merupakan salah satu faktor pendukung perubahan model kebaya tersebut. Dari model yang polos, penuh dengan payet hingga bahan yang terbuat dari sutra menuntut pemiliknya untuk cermat dalam merawat kebaya agar tahan lama. Modelnya yang tak cepat lekang dimakan jaman membuatnya mampu dipakai hingga beberapa tahun kemudian.

(6)

2.2.1 Time line Kebaya di Indonesia

Kebaya tradisional

Kebaya tradisional merupakan busana yang terdiri dari :

• Kebaya dengan bukaan di bagian depan dari atas ke bawah, berlengan panjang tanpa detail seperti kerutan, manset dan lainnya. Disarankan untuk tidak memakai ganjalan bahu.

• Kain batik wiru mutlak dipakai sebagai bawahan

• Selendang kecil di bagian pundak kanan sebagai pelengkap wajib pada acara yang bersifat resmi.

• Rambut disanggul gelung atau gelung tekuk. Sekuntum mawar, atau melati dipakai atau disematkan untuk mempercantik penampilan.

(7)

• Perhiasan yang dikenakan klasik, terdiri dari tusuk konde, sirkam, subang, anting – anting kecil, kalung, bros, peniti, gelang atau cincin.

• Tas jinjing atau tas tangan

• Alas kaki harus berupa selop, boleh tertutup atau terbuka dan menggunakan hak tinggi atau rendah sesuai selera.

Kebaya Modern

Kebaya modern merupakan busana yang terdiri dari :

• Kebaya dengan bukaan di bagian depan dari atas ke bawah, berlengan panjang dengan detail seperti kerutan, manset dan lainnya.Menggunakan teknik piston, dan banyak mengenakan payet sebagai elemen tambahan kebaya.

• Kain batik wiru tidak mutlak dipakai sebagai bawahan karena sudah digantikan oleh celana panjang bahan, jeans dan rok batik dengan resleting (agar lebih mempersingkat waktu dan pemakaiannya).

• Selendang kecil jarang digunakan dalam situasi atau kondisi apapun. • Rambut tidak lagi disanggul gelung atau gelung tekuk. Melainkan

sanggul modern ataupun di tata rapi dan simpel.

• Perhiasan yang dikenakan beraneka ragam , tetapi tidak harus banyak mengenakan perhiasan.

(8)

• Alas kaki tidak harus berupa selop, boleh tertutup atau terbuka dan menggunakan hak tinggi atau rendah sesuai selera.

Kebaya digagaskan sebagai busana khas Indonesia dan menjadi Busana Nasional Indonesia berdasarkan :

• Dari hasil kajian penyebaran di seluruh Nusantara, terdapat busana bukaan depan yang dimiliki dan dipakai oleh berbagai etnis di tanah air sejak lama. Busana bukaan depan itu kemudian dikenal dengan sebutan kebaya.

Dalam perkembangannya di kemudian hari busana ini tidak lagi berfungsi sebagai busana daerah semata dan juga tidak hanya mewakili etnis tertentu saja. Hingga saat ini kebaya telah dipakai, dimiliki, oleh masyarakat luas di Indonesia secara nasional sebagai busana resmi maupun busana sehari – hari.

2.2 Kebaya sebagai Busana Nasional

Mengangkat kembali pola lama yang sudah lama dilupakan. Pola lama yang dimaksud adalah berbagai unsur budaya dan busana Indonesia yang sudah dilupakan orang atau yang masih dikenakan banyak orang, namun masih kurang mendapat perhatian. Kemudian diangkat kembali berdasarkan tata krama, serta pakem yang sudah berlaku selama ini. Seperti yang tertera dalam pasal 32 Undang-Undang Dasar 1945 (BP-7 Pusat penataran P-4 UUD 1945,1994,Jakarta) mengatakan bahwa :

(9)

“ Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak – puncak kebudayaan di daerah – daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju kearah kemajuan abad, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan – bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangan atau memperkaya bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia”.

Oleh karena itu busana mencerminkan kebudayaan suatu bangsa dan busana Nasional wanita Indonesia adalah kebaya yang dimana sekarang ini budaya global telah mempengaruhi cara berpakaian, sehingga dalam berkebaya terlihat lebih santai dan lebih mudah disesuaikan dalam kondisi apapun. Kebaya pun telah menjadi Identitas diri wanita Indonesia,

Menurut pendapat Hutabarat(2000,p8) Harmoni berkebaya merupakan keserasian, proporsi, komposisi, penyajian dan efek – efek penambahan cantik, yang diracik agar enak dan nyaman dipakai. Secara keseluruhan berkaitan erat dengan komposisi warna, yang tidak harus senada, tapi yang penting berimbang satu sama lain dan sesuai dengan karakter dan kepribadian pemakai. Akhirnya harmoni harus mencerminkan misi berbusana si pemakai, yang tetap berpenampilan etnik, namun elegan dan kosmopolitan. Karena banyak orang yang membeli gaun mahal hanya untuk mengejar gengsi dan mengikuti mode, tanpa memahami nilai motif yang dikandung dan tingkat kesulitan dalam proses pembuatannya.

(10)

2.3 Mandatoris

2.3.1 IFC – Ilmeda Fashion Creature didirikan pada tanggal 7 Januari 2003 betempat di area kompleks d’best di bilangan Jakarta selatan, dan di prakarsai oleh Imelda Perkasa, butik IFC ini lebih di fokuskan melalui temanya yaitu kebaya model Avant Garde, kebaya klasik dan kebaya bergaya Victorian.

2.3.2 Penerbit Buku

Penyusun memilih PT. Gramedia Pustaka Utama sebagai penerbit buku. PT. Gramedia Pustaka Utama adalah anak perusahaan dari Kelompok Kompas Gramedia yang bergerak di bidang penerbitan buku yang mulai menerbitkan buku sejak tahun 1974. 2.4 Kompetitor

Kompetitor Langsung

Semua buku yang berisikan tentang kebaya secara umum dengan tampilan visual yang baik. Meliputi buku kebaya buatan lokal ataupun buatan luar.

• The Nyonya Kebaya, Danton E. Seri 2005

Buku yang berisi tentang sejarah kebaya dengan persamaaan serumpun dari negara – negara melayu lainnya. Yang mempererat jalinan antar negara Asia Tenggara lewat kebaya.

• Pesona Kebaya Modern, Dyahtri N.W.Astuti

Buku yang berisi kumpulan model-model atau bentuk – bentuk kebaya di tanah air disertai sejarah singkatnya.

Terbitan Puspa Swara 2005

(11)

Kumpulan pola – pola dengan fashion ilustrasi tentang kebaya di Indonesia. 2006

2.5 Target Sasaran

• Para pencinta kebaya dan tertarik untuk mengenal kebaya dari waktu ke waktu lewat bentuk kebaya yang semakin terus berkembang.

• Demografi

Sex : Perempuan yang tertarik dan pencinta kebaya. Usia : 20 – 45 tahun

Pendidikan : Lulus kuliah atau sedang kuliah di bidang seni dan fashion design dan segala jurusan perkuliahan.

Kelas Sosial : A, B+,B (menengah ke atas) • Geografi

Tempat tinggal : Masyarakat kota metropolitan di Indonesia (ibu kota propinsi).

• Psikografi

Bergaya hidup modern, terbuka, menyukai sejarah dan pengetahuan tentang seni, memiliki rasa seni yang baik, senang dengan kebudayaan, adat istiadat, hal – hal yang berbau etnik, menyukai keindahan, memiliki kesopanan dan santun dalam bersikap. Sering datang ke pameran – pameran kebudayaan, para ibu – ibu sosialita yang gemar hang-out dan arisan.

(12)

2.6 Jenis Buku

Buku yang mengangkat tema tentang kebaya yang berisikan berbagai informasi kebaya lewat pembagian waktu berdasarkan sejarah kebaya pada umumnya serta perkembangan kebaya dari tahun ke tahun di Indonesia melalui format dalam bentuk seperti buku catatan , serta kejadian penting seputar dunia fashion kebaya di tanah air. 2.7Susunan Buku

Cover Buku

Halaman Muka tanda sampul (book jacket) halaman muka bernuansa Anggun, berkelas, dengan di dukung dengan kebaya modern yang cantik.

Kata Pengantar

Pendahulu yang menjadi salam pembuka dan kata-kata sambutan dari penyusun / penulis buku kepada pembaca. Menjelaskan masalah yang ingin dipecahkan dan tujuan yang ingin disampaikan dari pembuatan buku.

• Bab I : Perkembangan kebaya tahun 1890-an

Mulai dari perkembangan kebaya pada saat itu, kemudian jenis bahan /motif kebaya sampai aksesoris pendukung.

• Bab II : Perkembangan kebaya tahun 1960-an

Mulai dari perkembangan kebaya pada saat itu, kemudian jenis bahan /motif kebaya sampai aksesoris pendukung.

• Bab III : Perkembangan kebaya tahun 1970-an s/d 1980-an

Mulai dari perkembangan kebaya pada saat itu, kemudian jenis bahan /motif kebaya sampai aksesoris pendukung.

(13)

Mulai dari perkembangan kebaya pada saat itu, kemudian jenis bahan /motif kebaya sampai aksesoris pendukung.

2. 8 Analisa SWOT • Strenght

- Membahas tentang kebaya dan sejarahnya di sertai dengan tampilan visual yang menarik baik berupa hasil foto yang menarik dengan teknik photografi yang tepat bercampur dengan ilustrasi senada dan di berikan berbagai informasi tentang kebaya yang jarang sekali di tampilkan oleh buku kebaya yang pernah dibuat.

- Satu – satunya buku tentang kebaya yang di desain dan di rancang menarik dan memiliki nilai tersendiri lengkap dan berbahasa Indonesia

- Buku tentang perjalanan kebaya di Indonesia dari tahun ke tahun

• Weakness

- Informasi atau data yang mendukung isi buku sangat sulit di dapat, terutama yang berhubungan dengan sejarah kebaya.

- Minimnya dokumentasi atau gambar – gambar tentang busana kebaya pada mas lalu.

(14)

- Sulitnya menemukan peninggalan barang – barang lama yang sesuai dengan tahun yang ingin dipakai (aksesoris) pendukung untuk dokumentasi buku.

• Opportunity

- Menurut survey yang telah dilakukan belum ada buku yang membahas kebaya dengan detail, dan menceritakan tentang sejarah kebaya dari awal sampai dengan perkembangan terakhir kebaya. Yang di dukung dengan teknik photografi yang baik dan layout yang baik.

• Threat

‐ Banyaknya buku – buku fashion yang menjadi kompetitor walaupun bukan secarang langsung.

‐ Minimnya keingintahuan masyarakat tentang buku kebaya dikarenakan sejauh ini belum ada buku kebaya yang menarik baik dari segi visual ataupun informasi.

Referensi

Dokumen terkait

Melihat permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui elemen dan kriteria bagi keberhasilan sebuah commercial street , aktivitas apa yang perlu dikembangkan

Penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Arsa (2015) mengenai Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Alokasi Belanja Modal Dan Pertumbuhan

Hasil penelitian Ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan ayu wulan puspitasari (2010:83) dengan penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat

Micro informal economic activity, particularly operated by poor households, will have to deal with challenges to prosper in the future. In this case, poor home-based

untuk membayar iuran wajib bagi mereka yang menumpang klas I dengan yang naik kelas II. atau klas III untuk alat pengangkutan tersebut dalam pasal 3 ayat (1)sub a, maka

dengan kebutuhan pendanaan untuk layanan infrastruktur perkotaan. e) Pemilahan program yang akan didanai dengan anggaran internal Kabupaten Manggarai. Berdasarkan identifikasi

Base substitution value, genetic distance and grouping of 15 mango accessions based on accessions in chloroplast DNA (cpDNA) among 15 mango accessions were assessed.. The

Pendekatan heuristik dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan pengetahuan seseorang untuk mengidentifikasisejumlah jalan atau cara yang akan ditempuh dan