• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I REAKTOR. Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan (sustainable development )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I REAKTOR. Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan (sustainable development )"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

REAKTOR

Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan (sustainable development ) merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka, sebagai suatu proses perubahan dimana pemanfaatan sumberdaya, arah investasi,orientasi pembangunan dan perubahan kelembagaan selalu dalam keseimbangan dan secara sinergis saling memperkuat potensi masa kini maupun masa mendatang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia (Brundtland dalam Budihardjo & Sujarto, 1999).

Kisho Kurokawa merupakan salah satu pencetus gerakan Arsitektur Metabolis di tahun 1960-an. Filosofi simbiosis dalam arsitektur dijabarkan Kurokawa secara mendetail dalam bukunya Intercultural Architecture of Symbiosis. Arsitektur simbiosis sebagai analogi biologis dan ekologis memadukan beragam hal kontradiktif, atau keragaman lain,seperti bentuk plastis dengan geometris, alam dengan teknologi, masa lalu dengan masa depan, dll. Disini, Kurokawa juga mengadaptasi sain kontemporer (the non-linear, fractal, dll.), mengambil hikmah dari pernyataan bahwa tiap tempat, wilayah, budaya punya autonomous value dan memiliki struktur masing-masing walau dengan ciri yang berbeda. Dengan demikian mengakomodir keragaman adalah suatu keharusan. Perlu ada jalan untuk menjembatani perbedaan karakter wilayah, budaya dll.

(2)

Simbiosis diupayakan untuk secara kreatif menjaga hubungan harmonis antar tiap perbedaan, merupakan intercultural, hybrid architecture (Kisho Kurokawa, 1991).

Tugas utama dalam perancangan ini yaitu untuk membentuk sebuah perancangan terpadu yang berkelanjutan. Hal utama dalam tema ini adalah menciptakan produk arsitektur tanggap lingkungan yang memiliki hubungan bersinergi dan saling menguntungkan dengan lokasi sekitarnya. Pada kasus ini tema Sustainable and Symbiosis akan diterapkan dalam lokasi bersejarah di daerah Medan Labuhan (Gambar 1.1).

Gambar 1.1 – Lokasi site yang berada di Medan Labuhan (Sumber: Google Maps Kota Medan, 2015)

Kekayaan nilai sejarah yang dikandung oleh lokasi ini tercermin dari peninggalan berupa bangunan arsitektur dan non arsitekturnya. Peninggalan tersebut antara lain bangunan Mesjid Al-Osmani yang merupakan mesjid tertua di

(3)

Kota Medan (1854), Klenteng Tri Dharma yang merupakan Klenteng tertua di Kota Medan (1839), stasiun kereta api Labuhan yang merupakan Stasiun Kereta Api pertama di Kota Medan (1885), bekas lahan Kerajaan Melayu Deli, deretan pertokoan peninggalan pedagang Cina dan Sungai Deli yang dulunya merupakan pelabuhan utama perdagangan (Gambar 1.2).

b

a

d

c

(4)

Sejarahnya Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan

Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang tersohor di kawasan Sumatera Timur, Bandar Labuhan Deli terletak di tepi Sungai Deli, di sebelah Utara mengalir Sungai Belawan (Hutagaol, 2015). Sejak abad ke-VII Masehi, kawasan Labuhan Deli merupakan pusat perdagangan para pedagang dari Cina dan India. Sejak lama kedua bangsa ini telah melakukan hubungan dagang (Gambar 1.3). Akibat perubahan ini Selat Malaka semakin ramai. Hal ini berdampak pada kian sibuknya pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Timur Sumatera. Ketika itu Labuhan Deli sudah merupakan pelabuhan besar dan menjadi pusat perdagangan.

Gambar 1.3 – Labuhan tahun 1867 (Sumber: Tembakaudeli.bolgspot.co.id)

Semula nama Labuhan yang berada di tepi Sungai Deli adalah Deli. Namun karena berfungsi sebagai pelabuhan, maka disebut Labuhan Deli. Konon nama labuhan Deli dibuat oleh John Anderson, utusan Gubernur Jenderal Inggris dari Pulau Pinang yang mengunjungi beberapa negeri di Pantai Timur Sumatera

(5)

pada tahun 1823 (Nasution, 2013). Wilayah pelabuhan merupakan tempat para penguasa Melayu mendirikan istananya dan memerintah, oleh sebab itu pelabuhan memiliki peranan penting karena selain menjadi pusat aktivitas ekonomi, pelabuhan juga menjadi pusat pemerintahan dan kebudayaan. Labuhan Deli melayani aktivitas ekspor-impor Kesultanan Deli, digunakan untuk pengangkutan komoditas ke Penang ataupun ke daerah pedalaman Deli dengan sampan ataupun kapal-kapal kecil. Labuhan Deli menjadi tempat kegiatan ekspor dan impor barang-barang dagangan dari wilayah Kerajaan Deli maupun di luar kerajaan Deli, barang-barang yang di ekspor dari Labuhan Deli antara lain: lada, beras, tembakau, ikan kering, gambir, kapur barus, hasil-hasil hutan,dan emas, sedangkan barang-barang yang di impor seperti tekstil, candu, keramik, candu, sutra, kopi, emas, timah, dan barang konsumsi lainnya melalui Penang, Melaka atau Singapura

Tidak hanya sebagai tempat tinggal rumah-rumah di Labuhan Deli digunakan juga sebagai tempat berdagang. Penduduk di Labuhan Deli memamerkan barang dagangannya di serambi rumah. Selain di serambi penduduk berdagang di pasar. Pasar berada di pinggir kiri kanan jalan yang membentuk perkampungan, dengan bangunan sederhana yang hanya beratap daun nipah. Barang-barang yang diperdagangkan di pasar itu bermacam-macam, ada buah-buahan, ikan asin, keperluan mengunyah sirih, tekstil dari Aceh dan Eropa, hasil-hasil kerajinan barang-barang dari besi, dan lain sebagainya. Di beberapa rumah diproduksi minyak kelapa yang murah harganya tetapi baik mutunya. Pasar menjadi tempat penduduk bertukar informasi dengan penduduk lainnya dan

(6)

menjadi tempat proses jual-beli. Pedagang di pasar terdiri dari orang-orang Melayu, Batak akan tetapi ada juga orang Cina dan orang India. Orang Cina menjual emas, candu, dan beberapa dari mereka menjual keperluan-keperluan lainnya.

Di seberang masjid Al Osmani Labuhan Deli dulu, Sultan Deli membangun Istana Kerajaan Melayu Deli. Lokasi istana sultan berada tidak jauh dari Pekan dan Labuhan, bangunan istana sultan yang berbentuk rumah panggung dan terbuat dari papan (Gambar 1.4).

Gambar 1.4 - Istana Sultan Deli di Labuhan 1870 (Sumber: Tembakaudeli.bolgspot.co.id)

Pada zaman kolonial Belanda, kawasan Timur Sumatera menarik perhatian pemerintah Belanda, yang kemudian membuka perkebunan tembakau, getah, kopi, dan lada. Karena komoditas ini menjadi primadona dalam perdagangan ketika itu. Kondisi ini berdampak pada Labuhan Deli yang menjadi teropong dan dinilai sangat penting sebagai salah satu pusat pemerintahan dan juga pusat perdagangan di kawasan Pantai Timur Sumatera. Pada tahun 1876 di hulu

(7)

Labuhan di tepi sungai Deli telah ada 3 pengusaha Eropa yang menetap dan membuka usaha perkebunan kelapa, buah pala, dan tembakau di atas tanah yang mereka sewa. Bersamaan dengan itu Labuhan Deli sebagai ibukota Kerajaan Deli yang telah lebih dahulu berkembang dari Medan dijadikan Belanda sebagai basis kekuatan pemerintahaannya dengan menempatkan kontrolir pertama Belanda di situ tahun 1864 (Gambar 1.5). Pada masa pemerintah kolonial Hindia-Belanda banyak hutan-hutan di Labuhan Deli yang dibuka yang diubah menjadi permukiman penduduk dan perkebunan, adapun perumahan untuk orang-orang Belanda berada di dekat pasar yang membentuk perkampungan baru.

Gambar1.5 - Rumah Kontrolir Belanda 1867 – 1870 (Sumber: Tembakaudeli.bolgspot.co.id)

Sejak tahun 1876 di Labuhan telah terdapat bangunan-bangunan rumah-rumah tembok bertingkat yang dibangun oleh para pedagang Belanda dan Cina (Gambar 1.6). Disamping itu pembukaan hutan juga dimanfaatkan untuk pengembangan prasarana jalan. Salah satunya adalah jalan ke Kampung Baru. Setelah jalan tersebut dibangun maka jarak yang tempuh yang sebelumnya

(8)

memakan waktu seharian, kini sudah dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 4 jam. Pada tahun 1885 jalur kereta api Medan-Labuhan yang pertama dibuka oleh Deli Spoorweg Maatschappij (DSM). Sarana kereta api dibangun untuk memperlancar pengangkutan hasil-hasil perkebunan yang sudah berkembang di Medan (Nasution, 2013).

Gambar 1.6 - Labuhan Deli 1876 (Sumber: Tembakaudeli.bolgspot.co.id)

Kemunduran Labuhan Deli diawali dare ekspansi perusahaan perkebunan di Sumatra Timur yang dirintis oleh Nienhuys tahun 1863. Nienhuys mulai menanam tembakau di Deli dan hasilnya sangat di sukai pengusaha-pengusaha di Eropa sehingga tembakau Deli terkenal. Tanah-tanah di Deli menjadi incaran para pengusaha swasta. Perusahaan besar Deli Maatschappij menguasai tanah-tanah di Deli dan membudidayakan tembakau. Hasil tembakau meningkat setiap tahunnya sehingga memberikan keuntungan yang besar bagi pengusaha perkebunan. Dalam perkembangannya, yaitu pada jaman kolonial Belanda, pelabuhan Labuan yang berjarak sekitar 4 km dari pelabuhan Belawan yang sekarang, secara berangsur-angsur mengalami sedimentasi sehingga kapal-kapal yang relatif besar yang biasa

(9)

datang kesana tidak bisa singgah sampai kepelabuhan tersebut. Hal ini mengakibatkan kerugian bagi perusahaan perkebunan, oleh sebab itu diperlukan pelabuhan baru yang dapat digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan. Tembakau merupakan hasil perkebunan yang berkembang akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, kemudian di ikuti tanaman karet, kelapa sawit, teh, dan kopra.

Lambat laun Labuhan Deli mulai ditinggalkan dan digantikan dengan pelabuhan Belawan. Selain karena Labuhan Deli mengalami sendimentasi, faktor lain Labuhan Deli ditinggalkan adalah karena pembangunan jalur kereta api dan jalan darat yang terfokus di daerah-daerah yang terdapat perusahaan perkebunan. Pembuatan jalan raya dan jalur kereta api dimaksudkan untuk mendukung industri perkebunan. Pembangunan jalan raya dan jalur kereta api mengakibatkan peran pelabuhan tradisional yang sekaligus merupakan pusat kekuasaan tradisional berubah. Labuhan Deli seiring perkembangan pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan moderen mulai ditinggalkan.

Penguasa kolonial memindahkan pusat administrasi pemerintahannya dari Labuhan ke Medan pada tahun 1869, karena letak Medan yang tinggi sehingga terhindar dari banjir sedangkan Labuhan Deli yang berawa-rawa apabila hujan senantiasa terkena banjir. Saat itu Medan terletak di tengah sejumlah konsesi Deli Maatschappij. Perubahan selanjutnya terjadi ketika pada tahun 1879 kedudukan Asisten Residen dipindahkan ke Medan. Perpindahan tersebut diikuti pembangunan gedung-gedung administrasi lainnya. Labuhan Deli yang semula

(10)

merupakan kota penting di Deli berangsur-angsur mengalami kemunduran (Gambar 1.7).

Gambar 1.7 - Labuhan Deli 1880 (Sumber: Tembakaudeli.bolgspot.co.id)

Pada tahun 1886 Medan dijadikan kotapraja oleh pemerintah Kolonial Hindia-Belanda, dan pada tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke Medan. Seiring dengan itu Kesultanan Deli juga memindahkan istananya dari Labuhan Deli ke kawasan Medan Putri tahun 1887 yaitu Istana Maimoon yang kita kenal saat ini . Sejumlah kantor pusat administrasi perkebunan dan perusahaan-perusahaan dagang menetap di Medan dan pada tahun 1909 (Hutagaol, 2015).

Menurut penulis bangunan-bangunan dan nilai sejarah sebagai bukti peninggalan kejayaan daerah ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan agar masyarakat lebih menghormati bangunan-bangunan bersejarah yang ada. Selama ini masyarakat sangat tidak peduli dengan

(11)

bangunan-bangunan bersejarah yang ada, banyak dijumpai Medan Labuhan ini bangunan-bangunan bersejarah diabaikan bahkan dirobohkan dengan seenaknya dan diganti dengan bangunan baru. Tidak hanya masyarakat, dinas pemerintah setempat yang menangani dalam bidang peninggalan sejarah pun tidak terlihat menaruh perhatian dalam kawasan ini.

Salah satu penyelesaian pada ketidak pedulian terhadap nilai sejarah ini yaitu dengan menjadikan lokasi bersejarah sebagai tempat wisata sehingga dapat mengedukasi masyarakat betapa berharganya sebuah sejarah itu. Contoh kasus revitalisasi sebuah kawasan bersejarah yang dijadikan tempat wisata yaitu Melaka yang ada di Malaysia. Kawasan bersejarah yang juga ada di pinggir sungai ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara, daerah wisata sejarah Melaka yang mengusung kawasan kota tua ini sudah ditetapkan sebagai Heritage Town oleh UNESCO (Gambar 1.8).

(12)

Kawasan yang merevitalisasi kembali bangunan-bangunan peninggalan beberapa Negara yang pernah menduduki Malaysia ini dikelola dengan sangat baik. Pemerintah, pihak swasta dan masyarakat setempat saling bekerja sama untuk menghidupkan kembali daerah sejarah yang sempat terabaikan ini. Dari kerja keras pengembangan wisata ini, kini Melaka menjadi suatu lokasi dengan potensi bisnis pariwisata yang sangat besar, selain itu lokasi wisata inipun sangat nyaman untuk dikunjungi. Daerah wisata sejarah ini dapat diakses dengan berjalan kaki saja sehingga para pengunjung dapat menikmati suasana yang dihadirkan di bangunan bersejarah, taman-taman dan menikmati pemandangan di pinggir sungai (Gambar 1.9).

Gambar 1.9 –Suasana kawasan wisata Melaka (Sumber: Melaka River Rehabilitation and Beautification)

(13)

Gambar 1.10 – Perencanaan kawasan Labuhan Heritage Town

Dengan ini, maka penting untuk merencanakan pengembangan Kawasan Wisata Bersejarah Labuhan atau Labuhan Heritage Town (Gambar 1.10).Kawasan wisata yang direncanakan meliputi Mesjid Osmani, bekas istana Kerajaan Deli, pinggir Sungai Deli, pertokoan cina dan Stasiun Labuhan (Gambar 1.11). Perencanaan ini mengusung nilai sejarah dan budaya sebagai daya tarik utama, ditambah dengan suasana alam Sungai Deli. Fungsi-fungsi utama yang ada direncanakan dalam kawasan wisata ini yaitu wisata religi, hotel pinggir sungai, apartemen, china town, taman publik dan TOD pada stasiun.

(14)
(15)

Perencanaan wisata religi dikarenakan keberadaan Mesjid Al-Osmani dan Klenteng Tri Dharma yang merupakan rumah ibadah umat Muslim dan Budha yang tertua di Kota Medan beserta sejarah yang dikandungnya adalah sebuah potensi wisata yang sangat besar. Kedua rumah ibadah ini menjadi pusat utama dari lokasi Labuhan Heritage Town. Keberadaan lokasi bekas istana Kerajaan Melayu Deli yang berada tepat di seberang mesjid pun menambah atmosfer wisata religi yang ada mengingat adat Melayu yang kental terhadap ajaran agama Islam.

Area wisata religi yang direncanakan terdiri dari mesjid Al-Osmani, Replika kerajaan Deli, Klenteng Tri Dharma, rumah Nazir Mesjid, Pondok pengajian, Makam raja Deli dan Plaza. Wisata religi ini mengakomodasi kegiatan pengunjung untuk acara peribadatan rutin, acara keagamaan dan pengunjung yang ingin melihat-lihat atau belajar sejarah bangunan yang ada.

Perencanaa hotel waterfront dikarenakan kemashyuran Sungai Deli di Kota Medan merupakan sebuah daya tarik yang besar bagi pengunjung. Dengan rencana revitalisasi sungai maka pengembangan area wisata pinggir sungai akan menambah animo masyarakat terhadap kawasan ini . Keberadaan Waterfront Hotel pun karena melihat potensi wisata pinggir sungai Deli ini, dengan menjual suasana dan view Sungai Deli yang sangat terkenal, selain itu Hotel juga disediakan untuk mengakomodasi pengunjung kawasan wisata Labuhan Heritage Town. Area wisata Waterfront yang direncanakan terdiri dari river side walk, restaurant, hotel dan cottage.

(16)

Deretan pertokoan Cina yang juga merupakan bangunan bersejarah dan dilindungi akan dikembangkan menjadi Chinese square yaitu area komersil yang menjual souvenir, kuliner, barang khas daerah, dan barang-barang lain dengan harga miring (mengingat lokasi yang berada dekat dengan pelabuhan belawan). Dengan adanya pengembangan Chinese squere ini diharapkan Bangunan tua yang ada tetap terlestari dan juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat dikawasan sekitar. Area Chinese Square yang direncanakan terdiri dari ± 50 ruko dengan fungsi seperti Restaurant, café, coffee shop, souvenir center, shopping area, dll.

Keberadaan perencanaan kawasan wisata Labuhan Heritage Town ini nantinya akan mengalokasi sebanyak ± 134 rumah penduduk, melihat kebutuhan hunian di masa yang akan datang di kawasan wisata ini dan keberadaan rumah penduduk yang tidak tertata dengan baik pun menjadi alasan mengapa fungsi Apartemen direncanakan . Apartemen tipe menengah ini memiliki fasilitas olahraga, pusat kesehatan dan kids area.

Kebutuhan terhadap ruang terbuka hijau untuk aktifitas public, rekreasi dan komunitas menjadi alasan utama pengadaan fungsi ini. Daerah resapan hijau sangat diperlukan didaerah ini mengingat kondisi kawasan yang sangat gersang dan panas. Selain itu open space juga memegang peranan yang penting dalam kawasan yang Sustainable dan simbiosis. Area open space yang direncanakan terdiri dari plaza, sitting area, amphitheatre, jogging track, area olahraga, kids play ground dll.

(17)

Pariwisata adalah salah satu generator ekonomi saat ini , terutama untuk negara-negara berkembang (Ginting, 2014). Menurut Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI), setiap lokasi wisata khususnya di Sumatera Utara memiliki masalah yang sama yakni akses dan infrastruktur yang sulit. Kesulitan pencapaian ke suatu lokasi wisata ini membuat para wisatawan malas untuk berkunjung seperti kondisi jalan yang tidak baik, jarak tempuh, kemacetan, kurangnya moda transportasi umum ke lokasi tersebut, dan area wisata yang tidak ramah bagi para pejalan kaki, pengguna sepeda serta penyandang difabilitas. Bila wisatawan yang merupakan jantung yang menghidupkan sebuah kawasan wisata enggan

berkunjung maka tujuan utama Sustainable and Symbiosis tidak dapat tercapai. Sarana dan prasarana transportasi menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah kawasan wisata, kemudahan akses dengan kendaraan umum berbanding lurus dengan banyaknya wisatawan yang akan datang,

Isu aksesibilitas inilah yang kemudian diangkat sebagai ‘reaktor’ atau pemicu utama mengapa memilih perancangan revitalisasi Stasiun Kereta Api Labuhan. Tindakan ini juga didasari oleh perencanaan dan perancangan bangunan stasiun kereta api di Medan Labuhan yang sesuai dengan Srategi Penataan Ruang Wilayah Kota Medan BAB II pasal 9 tahun 2009 yang merencanakan adanya pengembangan Transit Oriented Development (TOD) di lokasi Stasiun Kereta Api Medan Labuhan untuk mewujudkan sistem transportasi dan pusat perdagangan yang terintegrasi.

(18)

Keberadaan stasiun kereta api di perencanaan kawasan wisata Medan Labuhan adalah sebagai prasarana yang mengakomodasi aktifitas transportasi para wisatawan yang akan berkunjung. Berbicara mengenai transportasi, Stasiun Kereta Api Labuhan ini diharapkan dapat memberikan kemudahan akses dan pencapaian terhadap fungsi-fungsi bangunan di sekitarnya dengan tujuan utama meningkatkan kunjungan wisatawan, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan menghadirkan suasana tersendiri bagi pengguna terutama pengunjung. Karena itu, bangunan ini harus seperti gerbang yang menyambut dan mengantarkan para pengunjung dengan ramah dan dapat mewakili atmosfir kawasan wisata yang ada.

Namun harapan ini tidak dapat diwujudkan tanpa perivitalisasian bangunan lama stasiun Labuhan , kondisi dan lokasi yang kurang baik menjadi masalah utamanya, hal ini akan dijelaskan lebih lanjut di bab selanjutnya.

Gambar

Gambar 1.1 – Lokasi site yang berada di Medan Labuhan  (Sumber: Google Maps Kota Medan, 2015)
Gambar 1.3 – Labuhan tahun 1867  (Sumber: Tembakaudeli.bolgspot.co.id)
Gambar 1.4 - Istana Sultan Deli di Labuhan 1870  (Sumber: Tembakaudeli.bolgspot.co.id)
Gambar 1.6 - Labuhan Deli 1876  (Sumber: Tembakaudeli.bolgspot.co.id)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jika Saham HMETD yang ditawarkan dalam PMHMETD I ini tidak seluruhnya diambil oleh pemegang HMETD porsi publik, maka sisanya akan dialokasikan kepada pemegang HMETD lainnya yang

Berdasarkan pada pembahasan latar belakang di atas maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut

Syukur ke hadrat Allah SWT kerana dengan limpah kurnia-Nya saya dapat menyudahkan kajian ini setelah menempuh beraneka pengalaman sebagai pentadbir dan pelajar ijazah

pernapasan akut (ISPA) pada anak umur 6-59 bulan di Puskesmas Sanden Bantul Yogyakarta tahun 2010, hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut; berdasarkan

keterampilan, keaktifan dan antusias serta semangat siswa pada saat proses belajar maengajar, ini disebabkan siswa merasa senang dan tertarik pada saat mengikuti pembelajaran

BAAK TI Mahasiswa Program Studi TI Semester 7 Angkatan 2011.

Keuangan Provinsi Sumatera Utara tanggal 14 Oktober 2016 melalui Aplikasi SPSE Kementerian. Keuangan untuk Paket Pelelangan Sederhana Pascakualifikasi Belanja

[r]