10
ANALISIS POTENSI BAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DI STASIUN PENGISIAN DAN PENGANGKUTAN BULK ELPIJI (SPPBE) PT. TAMBANG YOKODELTA MATUNGKAS MINAHASA UTARA
Quinthia Amanda Manitik*, Jimmy Posangi*, Wenny Tilaar*
*Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABTSRAK
Program pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan pesat di segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti, pertambangan, transportasi, dan lainnya. Namun di balik kemajuan tersebut ada harga yang harus dibayar oleh masyarakat Indonesia, yaitu dampak negatif yang ditimbulkannya. Salah satu di antaranya adalah bencana seperti kecelakaan akibat kerja. JSA (Job Safety Analysis) merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk mengkaji ulang metode dan mengidentifikasi pekerjaan yang tidak selamat, dan dilakukan koreksi sebelum terjadinya kecelakaan. JSA atau sering disebut Analisa Keselamatan Pekerjaan merupakan salah satu sistem penilaian resiko dan identifikasi bahaya yang dalam pelaksanaan ditekankan pada identifikasi bahaya yang muncul pada tiap-tiap tahapan pekerjaan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (in-depth imterview) dan observasi. Informan yang menjadi sasaran dalam penelitian ini yaitu pegawai Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) yang berjumlah 10 orang. Secara umum informan berjenis kelamin laki-laki. Usia informan berkisar antara 29 tahun sampai 50 tahun. Dilihat dari lamanya bekerja informan terdapat 3 informan yang bekerja kurang lebih 3 tahun, 5 orang informan bekerja selama 4-5 tahun, dan 2 orang informan yang bekerja selama 7 tahun. Jika dilihat dari tingkat pendidikan SMA terdapat 3 orang informan, S1 terdapat 1 orang informan dan S2 ada 2 orang informan. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan analisis potensi bahaya di PT. Tambang Yokodelta Matungkas sudah baik, mulai dari kepala SPPBE, Kepala Sub K3LL, Teknisi dan Operator. Kata Kunci : Potensi Bahaya, Job Safety Analysis
ABSTRACT
Development programs in Indonesia have brought rapid progress in all areas of life such as industry, services, property, mining, transportation, and others. But behind the progress there is a price to be paid by the people of Indonesia, namely the negative impact it caused. One of them is disasters such as work-related accidents. JSA (Job Safety Analysis) is a procedure used to review methods and identify unsaved jobs, and make corrections before the accident. JSA or often called Occupational Safety Analysis is one of the risk assessment system and hazard identification which in the implementation is emphasized on hazard identification that emerged at each stage of work or task performed by labor or job safety. Informants who were targeted in this research were employees of Station for Filling and Transport of Bulk LPG (SPPBE) which amounted to 10 people. In general, informants are male. Informant age ranged from 29 years to 50 years. Judging from the length of working informants there are 3 informants working more than 3 years, 5 informants work for 4-5 years, and 2 informants who worked for 7 years. When viewed from the level of high school education there are 3 people informants, S1 there are 1 informant and S2 there are 2 informants. Based on the results of research, it can be concluded that, the implementation of potential hazard analysis in PT. Mine Yokodelta Matungkas is good, starting from the head of SPPBE, Head of Sub-K3LL, Technician and Operator
11 PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi di era globalisasi saat ini telah mendorong berkembangnya dunia industri. Penggunaan alat-alat berat dan mesin-mesin yang serba canggih dapat merubah bentuk, sifat dan proses pekerjaan menjadi lebih mudah demi tercapainya produktivitas yang dapat bersaing dalam kualitas dan kuantitas. Dari kemajuan teknologi tersebut kita dapat menikmati kehidupan yang lebih baik dan mapan. Namun dampak yang terjadi dari perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya pengaruh negatif yang cukup besar. Berbagai sumber bahaya di tempat kerja baik karena faktor fisik, kimia, biologis, psikologis, fisiologis, serta mental psikologis atau tindakan dari manusia sendiri merupakan penyebab terjadinya kecelakaan akibat kerja yang harus ditangani secara dini (Budiono, 2014).
Menurut Budiono (2014), Indonesia merupakan salah satu negara penting dalam bidang pertambangan. Statistik kecelakaan sektor Mineral dan Batubara di Indonesia sejak tahun 2008 – 2013 menunjukkan kecelakaan yang menyebabkan kematian sejak tahun 2008- 2013 sejumlah 19 jiwa (2008), 44 jiwa (2009), 15 jiwa (2010), 22 jiwa (2011), 29 jiwa (2012), dan 45 jiwa (2013). Kecelakaan kerja dapat kita hindari dengan mengetahui dan mengenal berbagai potensi-potensi
bahaya yang ada di lingkungan kerja. Berbagai potensi bahaya tersebut, dieliminasi untuk menghilangkan risiko kecelakaan yang akan terjadi (Lestari, 2014).
Analisa potensi bahaya yang paling popular dan paling sering digunakan di lingkungan kerja yang dapat digunakan untuk upaya pencegahan kecelakaan kerja adalah dengan menggunakan metode Job Safety
Analysis (JSA). Job Safety Analysis
(JSA) merupakan sebuah metode analisa potensi bahaya yang menganalisis potensi bahaya yang terdapat pada sistem kerja dan prosedur serta manusia sebagai pekerjanya, serta mampu memberikan rekomendasi perbaikan atau cara pencegahan terhadap kecelakaan kerja pada suatu pekerjaan (Ramli, 2014).
Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja tersebut dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja (Tarwaka, 2008). Oleh karena itu penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja berupa penerapan sistem manajemen K3 yang diantaranya melalui identifikasi bahaya dan rekomendasi tindakan pengendalian efektif sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan, kebakaran, peledakan,
12 pencemaran lingkungan akibat kerja (Tifa, 2014).
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, observasi kamera untuk merekam percakapan antara peneliti dan informan, dan alat tulis menulis. Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari, Kepala Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE), Kepala Sub Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan (K3LL), Teknisi, dan 7 orang Operator. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan hasil wawancara mendalam. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah hasil telaah dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, wawancara (Interview), pengamatan (Observasi) dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah panduan wawancara mendalam yang dibantu oleh kamera, alat perekam suara dan alat tulis.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Karakteristik Responden Karakteristik responden dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, pendidikan,
usia, dan lama bekerja. Bersadarkan hasil penelitian di SPPBE PT. Tambang Yokodelta Matungkas Minahasa Utara, dilihat dari jenis kelamin bahwa dari 10 orang informan, semuanya berjenis kelamin laki-laki. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerja di SPPBE PT. Tambang Yokodelta Matungkas Minahasa Utara adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Frida (2013) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan analisis potensi bahaya menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara usia, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja dengan pelaksanaan analisis potensi bahaya di PT. Jaya Sakti Tangerang.
Sebagian besar pekerja di PT. Tambang Yokodelta Matungkas Minahasa Utara memiliki tingkat pendidikan SMA/SMK. Pekerja yang memiliki pendidikan S1 dan S2 merupakan pimpinan perusahaan yang memamng ahli dibidangnya. Pekeja dengan latar pendidikan SMA tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan khusus sejak awal bekerja di perusahaan, namun dari pihak perusahaan melakukan pelatihan bagi pekerja tentang prosedur kerja perusahaan. Pendidikan tidak menjadi tolak ukur sebagai syarat untuk bekerja di PT. Tambang Yokodelta Matungkas Minahasa Utara, kecuali untuk bidang-bidang tertentu.
13 Menurut Gilmer yang dikutip dari Akusatia (2013) bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah seseorang berpikir secara luas, makin tinggi data inisiatifnya dan makin mudah pula menemukan cara-cara yang efisien guna menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Martini (2014) bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan analisis potensi bahaya di tempat pembuatan bakso Kota Salatiga.
Berdasarkan usia informan, terdapat 4 informan ynag berusia antara 39-50 tahun dan 6 informan yang berusia 29-33 tahun. Usia berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan dan maturitas seseorang. Semakin lanjut usia seseorang usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan teknis, demikian pula kedewasaan psikologis akan menunjukkan kematangan jiwanya dimana usia yang semakin dewasa akan meningkat pula kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, berpikir rasional, mengendalikan emosi, dan toleransi terhadap pandangan orang lain, sehingga berpengarih terhadap peningkatan motivasi (Rahin, 2009). Hal ini didukung dengan hasil penelitian Setyaningsih (2015), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dan masa kerja dalam pelaksanaan analisis potensi bahaya.
Hasil penelitian berdasarkan lama bekerja menunjukkan bahwa 3 orang informan sudah bekerja selama 5-7 tahun, sedangkan 5-7 pekerja lainnya sudah bekerja selama 3-4 tahun di PT. Tambang Yokodelta Matungkas Minahasa Utara. Masa kerja memberikan pengaruh terhadap hasil kerja yang dicapai seseorang. Masa kerja dapat memperkaya pengetahuandan pengalaman seseorang dalam melaksanakan pekerjaan yang tepat, efisien dan efektif. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Reang (2016) yang melakukan penelitian di PT. Tirta Investama Airmadidi Sulawesi Utara terhadap pekerjanya yang menunjukkan adanya hubungan antara lama bekerja dengan kinerja pekerja.
Hasil Wawancara Mendalam
a. Kepala SPPBE PT. Tambang Yokodelta Matungkas Minahasa Utara
Tanggung jawab dari kepala SPPBE yaitu memahami standar dan kebijakan keselamatan, kesehatan kerja dan lindungan lingkungan, memahami prosedur kerja dengan baik, memastikan bahwa seluruh karyawan memahami prosedur kerja dengan baik, memastikan bahwa seluruh tanda-tanda peringatan dan rambu-rambu yang diperlukan di
14 lingkungan kerja dalam keadaan baik dan dapat terlihat dengan jelas.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti mengenai perlunya dilakukan analsis potensi bahaya ditemukan bahwa menurut K analisis potensi bahaya sangat diperlukan. Hasil wawancara mengenai manfaat pelaksanaan analisa potensi bahaya, peneliti mendapatkan pendapat bahwa manfaat dari analisa potensi bahaya sangat besar, yakni menganalisa bahaya dalam kegiatan aktivitas pekerja yang berhubungan dengan peralatan, bahan juga lingkungan kerja. Menurut Setyaningsih (2015) bahwa penjaminan keamanan dan kenyamanan terhadap pekerja di lingkungan yang berbahaya dapat dilakukan dengan menerapkan pelaksanaan analisis potensi bahaya.
b. Hasil Wawancara dengan Kepala K3LL PT. Tambang Yokodelta Matungkas Minahasa Utara
Tugas dari Kepala Sub K3LL adalah memastikan bahwa seluruh karyawan memahami prosedur kerja dengan baik, memastikan bahwa seluruh tanda-tanda peringatan dan rambu-rambu yang diperlukan di lingkungan kerja dalam keadaan baik dan dapat terlihat dengan jelas, bertanggung jawab apabila terjadi kecelakaan di SPPBE untuk memastikan bahwa penyebab dan kondisi yang muncul dari masing-masing kecelakaan,
kejadian, atau bencana telah diinvesigasi terlebih dahulu dan telah dilakukan tindakan yang tepat agar tidak terulang kembali, membuat catatan di safety log
book sesegera mungkin setelah
kecelakaan, memastikan bahwa seluruh kerusakan yang terjadi telah dilaporkan.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan mengenai kriteria untuk keselamatan pekerja, didapatkan bahwa pihak perusahaan sangat mengusahakan melengkapi syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi berdasarkan yang tercantum dalam UU No 1. Tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Dari hasil wawancara mengenai pelaksanaan analisis potensi bahaya sebelum memulai pekerjaan, peneliti menemukan bahwa analisis dilakukan per bulan dan akan dilakukan analisis tambahan jika ada keluhan dari pekerja. Dari hasil wawancara mengenai analisis potensi bahaya apakah sudah sesuai dengan prosedur, peneliti menemukan bahwa pihak perusahaan membentuk tim yang bertugas memastikan pelaksanaan analisis potensi bahaya terlaksana dengan baik. Dari hasil wawancara mengenai koordinasi yang dilakukan dengan pekerja dengan pimpinan, ditemukan bahwa keputusan yang diambil mengutamakan koordinasi dengan semua pihak yang terkait dengan perusahaan. Nursalam (2011) dalam konsep pengkaijian yang mengatakan
15 bahwa koordinasi yang baik akan membantu penyelengaraan suatu kegiatan. Koordinasi juga sangat penting mengingat dalam sebuah pekerjaan dibutuhkan kerja sama yang baik untuk mencapai sebuah keberhasilan.
c. Evaluasi Metode Job Safety Analysis (JSA) untuk Teknisi dan Operator 1) Evaluasi pelaksanaan Job Safety
Analysis (JSA)
Pelaksanaan JSA oleh pekerja di PT. Tambang Yokodelta Matungkas Minahasa Utara untuk analisis potensi bahaya sudah baik. Dari hasil wawancara yang dilakukan, peneliti mendapatkan kesamaan jawaban dari masing-masing informan bahwa dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan analisis potensi bahaya kurang lebih setiap satu bulan satu kali. Hasil wawancara mengenai siapa yang melakukan evaluasi adalah dari bagian K3LL PT. Tambang Yokodelta Matungkas Minahasa Utara.
Menurut Permenaker No 5. Tahun 1996 Lampiran II tentang pedoman penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja point 12.1.7, bahwa evaluasi dilkaukan pada setiap sesi pelatiahan untuk menjamin peningkatan secara berkelanjutan. Untuk itu sesuai dengan hasil wawancara yang
dilakukan bahwa evaluasi yang dilakukan bisa menemukan hal-hal yang belum dijalankan dalam penerapan JSA. Karena pentingnya JSA ini sehingga harus diperhatikan dengan lebih dari setiap aspek yang ada mulai dari identifikasi sampai evaluasi sehingga JSA bisa diterapkan dengan benar oleh pihak terkait.
2) Prosedur Kerja Pelaksanaan Analisis Potensi Bahaya
Dari hasil wawancara mengenai prosedur kerja yang aman, peneliti mendapatkan kesamaan jawaban antara masing-masing informan yaitu informan mengikuti petunjuk juga prosedur kerja yang disedikan perusahaan, dimana pihak perusahaan juga selalu mengingatkan pekerja tentang menerapkan prosedur kerja yang seharusnya. Dari hasil wawancara tentang dampak positif pelaksanaan analisis potensi bahaya, T menjawab bahwa pelaksanaannya mengurangi daftar kecelakaan kerja dan menjamin menjamin keselamatan kerja di PT. Tambang Yokodelta Matungkas Minahasa Utara. Hasil wawancara yang dilakukan mengenai pedoman khusus yang di berikan informan T menjawab bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan hanya berdasarkan pedoman atau SOP dari alat yang digunakan.
16 Hasil penelitian yang dilakukan mengenai pelaksanaan analisis potensi bahaya, O1,O2,O3,O4 dan O6 menjawab bahwa pelaksanaannya sudah dilakukan dengan baik, namun O5 menjawab bahwa pelaksanaan analisis potensi bahaya belum terlalu baik dan perlu tingkatkan lagi kualitasnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Firman (2016) mengenai studi tentang analisis risiko kecelakaan kerja dengan metode job safety analysis pada pekerja area dock kapal di PT. Putra Sultra Samudera Kendari tahun 2016 menemukan bahwa pelaksanaan analisis tingkat resiko berbeda-beda sehingga perusahaan perlu melakukan pengenalan potensi bahaya secara baik agar tidak berpotensi terjadinya kecelakaan.
Hasil penelitian mengenai resiko saat sedang bekerja, peneliti menemukan bahwa resiko yang paling besar adalah kebocoran tangki elpiji dan kebocoran selang elpiji yang dapat memicu terjadinya kebakaran. Kasus-kasus kecelakaan kerja menunjukkan bahwa kecelakaan kerja adalah resiko terbesar yang dihadapi oleh perusahaan. Kerugian yang yang diderita tidak hanya kerugian materi yang besar, namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa dengan jumlah yang tidak
sedikit. Selain kerugian dana untuk biaya perawatan dan pengobatan, perusahaan juga akan kehilangan produktifitas kerjanya, karena semakin banyak tenaga kerja yang sakit akibat kerja akan menguranngi kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pembangunan untuk kemajuan (Martiana, 2010).
Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari proses kerja (Tarwaka, 2008). Penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja diantaranya melalui identifikasi bahaya dan rekomendasi tindakan pengendalian efektif sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan sejahtera, bebas dari kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan akibat kerja (Tifa,2010). Berdasarkan hasil wawancara mengenai pelatihan khusus yang dilakukan oleh perusahaan, peneliti menemukan bahwa ada saat training perusahaan mengajarkan tentang cara kerja serta prosedur yang aman saat bekerja, setelahnya akan dilakukan pelatihan setiap pergantian selang, penambahan alat baru atau kerusakan alat, dari pihak perusahaan akan mengajarkan prosedur kerja yang aman. Program
17 dikatakan berhasil jika pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan pelaksanaan yang dibuat oleh pembuat program yang mencakup antara lain cara pelaksanaan, agen pelaksana, kelompok sasaran, dan manfaat program. Sedangkan perspektif hasil, program dapat dinilai berhasil manakala program membawa dampak seperti yang diinginkan. (Tarigan, 2011).
KESIMPULAN
1. Identifikasi bahaya yang dilakukan di PT. Tambang Yokodelta sudah baik, namun perlu ditingkatkan agar staf/pekerja merasa lebih aman saat melakukan pekerjaan
2. Proses untuk menganalisa bahaya sudah sesuai dengan prosedur yang ada di PT. Tambang Yokodelta, tetapi harus ditingkatkan kembali mengingat bahaya yang ditimbulkan dari pekerjaan ini dapat terjadi kapan saja.
3. Evaluasi bahaya di PT. Tambang Yokodelta dilakukan satu kali dalam satu bulan. Pelaksanaannya sudah baik, namun perlu dilakukan peninjauan ulang untuk jangka waktu dalam melakukan evaluasi, untuk meminimalisir bahaya lain yang dapat terjadi.
4. Proses dalam pengendalian bahaya dapa dilakukan dengan mengikuti prosedur kerja aman yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan. Menggunakan pakaian safety, helm, dan perlengkapan lainnya untuk melindungi diri.
SARAN
1. Training sebaiknya dilakukan secara rutin agar supaya pengetahuan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja bisa ditingkatkan agar supaya semua pekerja bukan hanya tahu bekerja tapi paham tentang arti pentingnya keselamatan diri sendiri dan orang lain.
2. Untuk perusahaan sebaiknya diberikan reward kepada pekerja yang bekerja dengan baik dan aman agar pekerja lainnya terpacu untuk bekerja lebih baik dan lebih aman. 3. Diperlukan tenaga kesehatan atau
konsultan K3 di PT. Tambang Yokodelta.
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, S. 2014. Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Universitas Diponegoro. Semarang
Danur, T. 2014. Analisis Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode JSA Pada Bagian Produksi di PT PP Lonsum Indonesia. Universitas Sumatera Utara.
18 Ericson, C. A. 2014. Hazard Analysis
Techniques for System Safety.Virginia:Wiley Interscience Haryono, H. 2017. Pengendalian Resiko
Kecelakaan Kerja Pada Proses Pengisian Tabung Gas 3 Kg dengan Pendekatan HIRA. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) Technical Manual-Section III: Chapter IV: Heat Stress. 2013. Diakses tanggal 14 Januari 2017
Ramli, S. 2014. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat
Tarwaka, 2008, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja, Surakarta: Harapan Press
Tifa. 2014. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja/ OHS Program, http://latifa-dinar.blogspot.com/20 10/11/program-keselamatan-dan-kesehatan-kerja.html diakses pada tanggal 5 Juni 2012 pukul 13.28 WITA