• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI BAHAYA MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS POTENSI BAHAYA MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS POTENSI BAHAYA MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) PADA PEKERJA APRON MOVEMENT CONTROL (AMC) DI PT. ANGKASA PURA I (PERSERO)

Bowonseet Krisna*, Paul A. T Kawatu *, Febi K. Kolibu* *Fakultas kesehatan masyarakat, universitas sam ratulangi

ABSTRAK

Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi resiko bahaya dalam bentuk kecelakaan kerja. Menurut pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2011-2014 yang paling tinggi pada 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja (Tahun 2011 = 9.891; Tahun 2012 = 21.735; Tahun 2014 = 24.910). oleh sebab itu diperlukan analisa potensi bahaya disetiap lapangan kerja manapun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa potensi bahaya dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) pada pekerja Apron Movement Control (AMC) PT. Angkasa pura I (Persero). Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam kepada 6 informan yang terdiri dari 2 section head, 1 Airlines Service Team Leader, 1 SMS & OSH officer, dan 2 AMC officer. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Dari hasil wawancara dan observasi lapangan potensi bahaya yang berhasil ditemukan adalah kebisingan dari mesin pesawat, kemungkinanya pekerja terjatuh dari garbarata, tertabraknya pekerja ketika melaksanakan tugas di wilayah apron, sampah, heatstroke, flu, demam, dan batuk. Potensi bahaya disebabkan oleh tidak adanya penerapan prosedur job safety analysis dan kurangnya sikap peduli pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja, hal ini tentunya dapat efek domino sehingga merugikan pekerja dan bagi perusahaan. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh potensi-potensi, maka dapat disimpulkan bahaya yang terdapat di PT. Angkasa Pura I (Persero) disebabkan oleh tidak adanya penerapan prosedur job safety analysis di PT. Angkasa Pura I (Persero) dan kurangnya sikap peduli pekerja.

Kata Kunci: Potensi Bahaya, Apron Movement Control (AMC), Job Safety Analysis

ABSTRACT

Every job has its own danger potency like accident. Based on the data and information by Ministry of Public Health of Indonesia, the highest score of job accident in the range of 2011-2014 is 2013 which has 35.917 cases (while 2011 = 9.891 cases; 2012 = 21.735 cases; 2014 = 24.910 cases). This is why analysis of danger potency in every job is needed. The purpose of this research is to analyze danger potency using Job Safety Analysis (JSA) method on Apron Movement Control (AMC) employees in PT. Angkasa Pura I (Persero). Qualitative method with deep interview is used on 6 informants, they are 2 section heads, 1 Airlines Service Team Leader, 1 SMS & OSH officer, and 2 AMC officers. Techniques of data collection are interview, observation, and documentation. The result shows that danger potencies are the noise by plane machine, the fall of employees from aerobridge, the crash in apron area, the garbage, heatstroke, cold, fever, and cough. The danger potencies are caused by zero implementation of job safety analysis procedure and less attention of health and safety work by employees. This can surely cause domino effect which is disadvantageous for both employees and company. Based on data analysis as the result, it can be concluded that danger potencies in PT. Angkasa Pura I (Persero) are caused by zero implementation of job safety analysis procedure and less attention of health and safety work by employees.

(2)

2 PENDAHULUAN

Pada era globalisasi ini perkembangan transportasi udara membuat jarak, batas wilayah, dan waktu bukanlah suatu hambatan karena dengan adanya transportasi udara membuat jarak dan batas antar negara, kota atau suatu wilayah menjadi semakin dekat dan waktu yang diperlukan pun menjadi semakin singkat. Perkembangan dan pertumbuhan jasa transportasi udara yang pesat juga tak lepas dari potensi bahaya dan kecelakaan kerja yang dapat merugikan semua pihak. Peluang terjadinya kecelakan kerja di tempat kerja dapat menyebabkan kerugian baik dari perusahaan, keryawan, maupun lingkungan masyarakat sekitar perusahaan. Upaya untuk mencegah hal tersebut adalah dengan menerapkan suatu konsep kesehatan dan kelematan kerja (K3). Kesehatan dan keselamatan kerja sebagai sarana utama yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja, cacat dan kematian sehingga penyebab kecelakaan kerja yang bersumber dari potensi bahaya dapat dicegah. Kecelakaan kerja bukan hanya menyebabkan kerugian langsung juga dapat menyebabkan kerugian secara tidak langsung seperti kerugian pada kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi, kerusakan lingkungan dan lain-lain (Suma’mur, 1996).

Menurut pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2011-2014 yang paling tinggi pada 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja (Tahun 2011 = 9.891; Tahun 2012 = 21.735; Tahun 2014 = 24.910). Provinsi dengan jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tertinggi pada tahun 2011 adalah Provinsi Banten, Kalimantan Tengah dan Jawa Timur; tahun 2012 adalah Provinsi Jambi, Maluku dan Sulawesi Tengah; tahun 2013 adalah Provinsi Aceh, Sulawesi Utara dan Jambi, tahun 2014 adalah Provinsi Sulawesi Selatan, Riaudan Bali. Data ini menunjukan bahwa kecelakaan di indonesia masih tinggi. Salah satu tempat yang berpotensi tinggi terjadi kecelakaan kerja adalah di bandar udara terlebih khusus di bagian Apron. Airport

ramp atau Apron adalah bagian dari

bandara. Ini merupakan area dimana pesawat diparkir , bongkar muat, diisi bahan bakarnya atau boarded. Salah satu unit kerja dibagian Apron sendiri adalah

Apron Movement Control (AMC). Apron

Movement Control adalah unit yang

bertugas menentukan tempat parkir pesawat setelah menerima estimate dari unit ADC (Tower).

Penerapan Sistem Manajemen K3 di PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi

(3)

3 Manado adalah dengan menerapkan Safety Management System (SMS) yaitu untuk meningkatkan keselamatan kerja, meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja, serta memberikan pemahaman akan keselamatan pekerja. Salah satunya dengan menerapkan Job Safety Analysis (JSA) sebagai upaya untuyk mengidentifikasi bahaya-bahaya yang terdapat ditempat kerja, beserta cara pengendalian/penanggulangan guna mencegah penyakit dan kecelakaan akibat kerja yang mungkin timbul dari suatu pekerjaan.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah yaitu bagaimana Job Safety Analysis (JSA) sebagai langkah awal dalam upaya mengendalikan potensi bahaya dan kecelakaan akibat kerja pada pekerja

Apron Movement Control (AMC) PT.

Angkasa pura I (Persero).

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisa potensi bahaya dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) pada pekerja Apron Movement

Control (AMC) PT. Angkasa pura I

(Persero). Tujuan Khususnya adalah pertama, Mengidentifikasi potensi bahaya

dengan metode Job Safety Analysis (JSA) pada pekerja Apron Movement Control (AMC) PT. Angkasa pura I (Persero). kedua, Menilai potensi bahaya berdasarkan frekwensi dan besarnya dampak yang dapat terjadi. Dan yang ketiga, Mengontrol potensi bahaya yang ditemukan di pekerja Apron Movement

Control (AMC) PT. Angkasa pura I

(Persero)

TIJAUAN PUSTAKA

kecelakaan kerja adalah sesuatu kejadian yang tidak direncanakan atau tidak diduga semula dan tidak diinginkan. Kecelakaan dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan dapat menimpa siapa saja serta mengakibatkan kerugian terhadap manusia, material ataupun produksi maupun peralatan atau harta benda (Sangggar Sarana Baja, 2006). Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan manusia yang tidak aman (unsafe act) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe

condition). Dari

penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil-hasil penelitia, bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Kurang kendali dari sistem manajemen merupakan sebab utama

(4)

4 terjadinya. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyebab terjadinya suatu kecelakaan, banyak para praktisi yang memperkenalkan teori loss causation

model (model penyebab kerugian). Salah

satu model teori domino yang diperkenalkan oleh International Loss

Control Institut (ILCI).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, jenis penelitian kualitatif studi kasus adalah penelitian yang mengeksploras suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yan mendalam dengan metode pengumpulan data secara In-depth

(wawancara mendalam), observasi, dan studi dokumentasi. Menurut Rahardjo (2010).

HASIL PENELITIAN

Dari hasil wawancara, observasi dan dokumetasi analisis potensi bahaya menggunakan metode job safety analysis (JSA) pada pekerja apron movement

control (AMC) di PT. Angkasa Pura I

(Persero) didapatkan bahwa adanya potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja bagi pekerja apron

movement control (AMC). Kebisingan

merupakan potensi bahaya utama disisi

apron karena dalam waktu beberapa menit

pasti ada pesawat yang akan landing atau

take off , kebisingan tersebut bersumber

dari mesin pesawat yang menyala setiap beberapa menit di apron karena adanya pesawat yang akan siap diberangkatkan atau adanya pesawat yang mendarat. Kebisingan menjadi potensi bahaya dikarenakan adanya pekerja yang tidak memakai APD (alat pelindung diri) pada saat bekerja disisi apron, APD tersebut adalah earmuff yang berfungsi untuk meredam kebisingan yang ada. Ketidak pedulian pekerja memakai APD juga menimbulkan potensi bahaya lain seperti terpeleset pada saat menaiki tangga garbarata, headstroke, dan terkena flu pada saat bekerja dalam kondisi cuaca hujan. dalam surat edaran kantor otoritas bandar udara wilayah VIII Nomor : SE / 02 / II 2014 tentang penggunaan alat pelindung diri di daerah sisi udara bandar udara mewajibkan pekerja untuk memakai APD pada saat bekerja disisi udara, selain penggunaan APD pekerja harus teliti ketika bekerja karena pada saat melakukan wawancara diketahui bahwa dalam 1 tahun terakhir terdapat 2 kecelakaan kerja yang terjadi, salah satunya yaitu terjepitnya tangan pekerja grounhandling yang menyebabkan putusnya jari tangan pekerja ketika mengoprasikan alat berat disisi apron.

(5)

5 Ketelitian dan sikap waspada terhadap kecelakaan kerja diperlukan untuk bisa mencegah resiko terjadinya kecelakaan disisi apron karena lalulintas pada sisi apron tak pernah berhenti selama kurun waktu 24 jam sehingga hal ini berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja seperti tertabrak kendaraan GSE (ground support equipment). Pada sisi

apron potensi bahaya yang paling

ditakutkan adalah sampah sebagai contoh, sampah plastik, tisu, krikil, dan benda-benda kecil lainnya. Sampah yang ada biasanya dibuang oleh penumpang maupun petugas yang ada, ketika turbin pesawa menyala maka sampah tersebut dapat tehisap dalam mesin pesawat sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada mesin pesawat pada saat terbang ataupun sebelum terbang, jika sampai ada kesusakan pesawat yang disebabkan oleh sampah maka akan menimbilkan kerugian material bagi perusahaan. Pada tabel 1. Hasil reduksi triangulasi metode

pada unit Safety Management System

(SMS) & Occupational Safety Health (OSH) hanya memperoleh 5 terhadap

dokumen-dokumen yang diobservasi. Hasil reduksi triangulasi metode dengan dokumen terkait kesehatan dan keselamatan kerja serta dokumen terkait pekerjaan disisi apron tersebut berada pada total 8-9, yang berarti dokumen terkait kesehatan dan keselamatan kerja serta dokumen terkait pekerjaan disisi

apron secara umum baik.

Tabel 1. Hasil Observasi Dokumen

No Nama Dokumen Penilaian TL L TA 1. Surat Edaran Kantor Otoritas Bandar udara Wilayah VIII

Nomor : SE / 02 / II 2014 Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Daerah Sisi udara Bandar udara.

2

2. Terdapat Pada Prosedur Pelayanan Aviobridge No.Dok

IK/MDC-AO/AS-05-01 2

3. Terdapat Dalam Prosedur Pelayanan Pengawasan Pergerakan Pesawat Udara, Kendaraan Dan Orang Di Sisi Udara (Apron) 2

4. Laporan Hasil Inspeksi 0 √

5. Data Pergerakan Lalu Lintas Udara 2 √ 6. Prosedur (Job Safety Analysis) JSA 1 √

(6)

6 Keterangan :

a. Dokumen Lengkap : Diberi Nilai 2 b. Dokumen Tidak Lengkap : Diberi Nilai 1 c. Dokume Tidak Ada : Diberi Nilai 0 d. Tl = Tidak Lengkap

e. L = Lengkap

f. TA = Tidak Ada

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dari wawancara dan dokumetasi analisis potensi bahaya menggunakan metode job

safety analysis (JSA) pada pekerja apron movement control (AMC) di PT. Angkasa

Pura I (Persero) didapatkan bahwa adanya potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja bagi pekerja apron

movement control (AMC). Dalam

wawancara pada informan M2, M3, dan M4 selaku pekerja yang sering berada di sisi apron, Kebisingan menjadi potensi bahaya utama disisi apron karena dalam waktu beberapa menit pasti ada pesawat yang akan landing atau take off , kebisingan tersebut bersumber dari mesin pesawat yang menyala setiap beberapa menit di apron karena adanya pesawat yang akan siap diberangkatkan atau adanya pesawat yang mendarat. Kebisingan menjadi potensi bahaya dikarenakan adanya pekerja yang tidak memakai APD (alat pelindung diri) pada saat bekerja disisi apron, APD tersebut

adalah earmuff yang berfungsi untuk meredam kebisingan yang ada. Ketidak pedulian pekerja memakai APD juga menimbulkan potensi bahaya lain seperti terpeleset pada saat menaiki tangga garbarata, headstroke, dan terkena flu pada saat bekerja dalam kondisi cuaca hujan. Ketelitian dan sikap waspada terhadap kecelakaan kerja diperlukan untuk bisa mencegah resiko terjadinya kecelakaan disisi apron karena lalulintas pada sisi apron tak pernah berhenti selama kurun waktu 24 jam sehingga hal ini berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja seperti tertabrak kendaraan GSE (ground support equipment). Pada sisi apron potensi bahaya yang paling ditakutkan adalah sampah sebagai contoh, sampah plastik, tisu, krikil, dan benda-benda kecil lainnya. Sampah yang ada biasanya dibuang oleh penumpang maupun petugas yang ada, ketika turbin pesawa menyala maka sampah tersebut dapat tehisap dalam mesin pesawat sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada mesin pesawat pada saat terbang ataupun

(7)

7 sebelum terbang, jika sampai ada kesusakan pesawat yang disebabkan oleh sampah maka akan menimbilkan kerugian material bagi perusahaan. Dalam peraturan Otoritas Bandar udara Wilayah VIII Nomor : SE / 02 / II 2014 Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Daerah Sisi udara Bandar udara, Penggunaan alat pelindung diri adalah wajib bagi pekerja yang bekerja di daerah sisi bandar udara. Selain penggunaan APD pekerja juga harus lebih terliti dan peduli terhadap diri sendiri dan kondisi sekitar agar pekerja ttidak mengalami sakit padasaat berkerja dalam kondisi cuaca yang berubah-ubah. Dalam mengontrol potensi bahaya yang ditemukan di pekerja Apron Movement

Control (AMC) PT. Angkasa pura I

(Persero) analisis potensi bahaya menggunaka metode Job Safety Analysis adalah cara terbaik untuk mencegah kecelakaan kerja pada saat pekerja sedang bekerja atau ketika sementara melaksanakan prosedur-prosedur kerja. KESIMPULAN

1. Potensi bahaya yang berhasil di identifikasi pada sisi apron

dengan menggunakan metode job

safety analysis adalah kebisingan,

kemungkinanya pekerja terjatuh dari garbarata, tertabraknya pekerja ketika melaksanakan

tugas di wilayah apron, sampah, heatstroke, flu, demam, dan batuk. 2. Terdapat 2 potensi bahaya yang memiliki frekwensi dan dampak yang besar bagi perusahaan dan pekerja. Potensi bahaya pertama yang paling berdampak besar bagi perusahaan adalah sampah disisi

apron, sampah tersebut

disebabkan oleh penumpang dan pekerja yang lalai dan tidak peduli tentang betapa pentingnya kebersihan disisi apron, sampah tersebut dapat terhisap pada turbin pesawat sehingga dapat menyababkan rusaknya mesin pesawat pada saat sebelum take

off atau ketika berada di udara.

Yang kedua, kebisingan menjadi potensi bahaya yang sangant berdampak bagi pekerja di sisi

apron karena setiap beberapa

menit ada pesawat yang akan

landing maupun take off, selain

itu penyebab kebisingan menjadi potensi bahaya yang paling utama adalah banyaknya petugas yang tidak memakai APD (alat pelingdung diri) berupa earmuff. 3. Mengontrol potensi bahaya yang

ditemukan pada pekerja Apron

Movement Control (AMC) PT.

(8)

8 dengan menggunakan metode Job

Safety Analysis, dan

meningkatkan pengawasan di sisi

apron. Kedua cara tersebut adalah

cara terbaik untuk mencegah kecelakaan kerja pada saat pekerja sedang bekerja atau ketika sementara melaksanakan prosedur-prosedur kerja

SARAN

Perusahaan harus meningkatikan pengawasan terkait kesehatan dan keselamatan kerja disisi apron karena terdapat banyak pekerja yang tidak memakai APD (alat pelindung diri) sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan oleh unit tertentu. Unit Safety

Management System (SMS) &

Occupational Safety Health

(OSH) harus terus berkoordinasi

dengan unit Apron Movement

Control (AMC) agar tidak ada

informasi yang terlewatkan disisi

apron ketika terjadi kecelakaan

kerja.

Selain meningkatkan pengawasan unit Safety Management System (SMS) &

Occupational Safety Health

(OSH) harus menjalankan

prosedur job safety analysis agar

potensi bahaya disisi apron dapat dikendalikan. Penerapan prosedur

job safety analysis juga bersifat

wajib oleh perusahaan karena dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Bab V Tentang pembinaan, pasal 9 point 1.d mengatur tentang pihak menejemen perusahaan harus mampu melakukan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berlaku di tempat kerja. Penerapan prosedur

job safety analysis juga dapat

membuat pekerja merasa aman dan selamat ketika bekerja

DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo. 2010. “Menguasai

Teknik-Teknik Koleksi Data

Penelitian Kualitatif”. Jogjakarta:

DIVA Press

Arizal Said Fauzi, R. 2009. “Job Safety

Analysis Sebagai Langkah Awal

Dalam Upaya Pencegahan

Terjadinya Kecelakaan Akibat

Kerja Di Area Attachment

Fabrication”. PT. Sanggar Sarana

Baja Jakarta Timur (Diploma 3). Surakarta: Program D.III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Fakultas

(9)

9 Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

CCOHS, 2001. ”Job Safety Analysis Made

Simple”. Isbn 0-660-18606-3

HAZCO. 2002. “Job Safety Analysis

Form”. Division Of CCSincome

Trust.

Heinrich, H.W, Dalam Tarwaka. 2008.

”Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Manajemen Implementasi K3 Di Tempat Kerja”. Surakarta :

Harapan Press.

Herujito, Yayat M. 2001. “Dasar-dasar

Manajemen”. Penerbit PT.

Grasindo, Jakarta.

ILO. 1989, “Pencegahan Kecelakaan

Kerja”, Penerbit PT. Pustaka

Binaman Pressindo, Jakarta. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Peraturan Menteri

Tenaga Kerja Nomor:

PER.05/MEN/1996 tentang “Sistem Manajemen.

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja”. Jakarta: Kementerian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia; 1996.

Lintas Solusi Prima. 2008. “Job Safety

Analysis”. Jakarta.

Mudjia Rahardjo. 2010. “Desain

Penelitian Kualitatif dan Contoh

Proses Penelitian Kualitatif”

[online].

(http://mudjiarahardjo.com/ artikel/208.html?task=view. Mulya, Adi.. 2008. “Gambaran

Kecelakaan Kerja di PT.ANTAM”.

TBK UBPE Pongkor. Program Kesehatan Masyarakat. Universitas Islam Negeri Syahid Jakarta.

OHSAS 18001: 2007. “Occupational

health and safety management system – requirements”.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 Tentang “Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja” Jakarta:

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia; 2012.

Prosedur Pelayanan Pengawasan Pergerakan Pesawat Udara, Kendaraan Dan Orang di Sisi Udara (Apron) No. Dokumen

PM/MDC-OB/BU-11. PT.

Angkasa Pura I

Prosedur Pelayanan Aviobridge No.Dok IK/MDC-AO/AS-05-01. PT. Angkasa Pura I

PT. Angkasa Pura I. 2015. “Manual

Sistem Manajemen Keselamatan”.

Manado.

PT. Duta Selaras Solusindo. 14 Januari 2017. “Job Safety Analysis”

(10)

10 [online].

Http://Dutaselarassolusindo.Com/ Sharing-Knowledge-Hse-Job-Safety-Analysis/ .

Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2015. “Situasi

Kesehatan Kerja”. Infodatin

Issn 2442-7659.

Rausand, Marvin. 2005. “Job Safety

Analysis”. Department of

Production and Quality Engineering. Norwegian University of Science and Technology. System Reliability Theory (2nd ed), Wiley, 2004– 1/25.

Sanggar Sarana Baja, 2000. Job Safety

Analysis. Jakarta : PT. Sanggar

Sarana Baja.

Sanggar Sarana Baja, 2006. Resiko

Kecelakaan Kerja. Jakarta : PT.

Sanggar Sarana Baja.

Sugiyono. 2009. “Metode Penelitian

Kuantitatif Dan Kualitatif”.

CV.Alfabeta: Bandung.

Suma’mur P.K. “Higiene Perusahaan

Dan Kesehatan Kerja”. PT.

Gunung Agung, Jakarta :1996. Surat Edaran Kantor Otoritas Bandar

udara Wilayah VIII Nomor : SE / 02 / II 2014 Tentang Penggunaan

Alat Pelindung Diri Di Daerah Sisi udara Bandar udara.

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang “Keselamatan dan

Kesehatan Kerja”. Jakarta;

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia; 1970.

Gambar

Tabel 1. Hasil Observasi Dokumen

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses pengangkutan batubara ( coal hauling ), masih terdapat beberapa tahapan kerja yang dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja dengan kategori potensi

Penelitian ini bertujuan untuk mengobservasi data yang ada dengan keadaan yang ada di lapangan dan juga untuk menganalisa potensi bahaya pada pekerjaan

Usulan pengendalian yang diberikan sangat variatif, dan dilakukan berdasarkan hasil penilaian risiko bahaya pada tiap aktivitas. Dosen Pembimbing : Brilianta Budi

Didapat bahwa potensi bahaya yang sering terjadi di pertambangan batu adalah tersengat listrik pada saat operator menyalakan mesin chruser untuk memulai stone chrushing,

Setelah dilakukan identifikasi bahaya dengan menggunakan metode Job Safety Analysis JSA, diketahui bahwa pada proses produksi yang dilakukan di bengkel las terdapat 28 potensi bahaya

2B Peimasukan bahan baku keidalam meisin tanur Bahaya Luka Bakar Meinggunakan APD sarung tangan peingaman agar tangan peikeirja tidak meirasa keipanasan akibat bahan baku

4.1 Potensi Bahaya Kerja pada Kegiatan Produksi di PT Ciomas Adisatwa JAPFA Group Kegiatan produksi di PT Ciomas Adisatwa JAPFA Group telah dioperasikan dengan menggunakan berbagai

Potensi bahaya yang terjadi pada proses produksi pelumas di area produksi yaitu pekerja pemindahan drum dengan manual handling, pekerja pengangkatan drum berpotensi tertimpa drum,