• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fishbone Diagram.itaompedoc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fishbone Diagram.itaompedoc"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS TUGAS

OMPE

OMPE

METODE PENENTUAN PRIORITAS MASALAH

METODE PENENTUAN PRIORITAS MASALAH

OLEH :

OLEH :

MUH. ABDI HARYONO

MUH. ABDI HARYONO

F1D210142

F1D210142

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

KENDARI

2013

2013

(2)

1.

1. FIFISHSHBOBONE NE DIDIAGAGRARAMM

 Fishbone

 Fishbone diagramdiagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti tulang ikan)(diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti tulang ikan) sering juga disebut

sering juga disebut Cause-and-Effect DiagramCause-and-Effect Diagram atauatau  Ishikawa  Ishikawa DiagramDiagram diperkenalkan olehdiperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli

Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengpengendaliendalian an kualikualitas tas dari Jepang, sebagai satu dari Jepang, sebagai satu dari tujuhdari tujuh alat kualitas dasar (

alat kualitas dasar (7 basic quality tools7 basic quality tools).).  Fishbone  Fishbone diagramdiagram digunakan ketika kita ingindigunakan ketika kita ingin me

mengngididenentitifikfikasi asi kekemumungngkikinanan n pepenynyebebab ab mamasalsalah ah dadan n teterurutatama ma keketitika ka sebsebuauahh teamteam cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005, p. 247).

cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005, p. 247).

Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di dalam Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram.

cause effect diagram.

 Fishbone diagram

 Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atauakan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau mas

masalahalah, , dan dan menmenganganalialisis sis masmasalah alah terstersebuebut t melmelalualui i sesisesi brainstorming brainstorming . . MaMasalsalah ah akakanan dipec

dipecah ah menjamenjadi di sejumlsejumlah ah kategkategori ori yang berkaitanyang berkaitan, , mencakmencakup up manusmanusia, ia, materimaterial, al, mesin,mesin,  prosedur,

 prosedur, kebijakan, kebijakan, dan dan sebagainya. sebagainya. Setiap Setiap kategori kategori mempunyai mempunyai sebab-sebab sebab-sebab yang yang perluperlu diuraikan melalui sesi

diuraikan melalui sesi brainstorming brainstorming ..

Manfaat Diagram

Manfaat Diagram FishboneFishbone

Diagram

Diagram  Fishbone Fishbone dapdapat at digdigunaunakan kan untuntuk uk menmenganganalisalisis is perpermasmasalahalahan an baibaik k padpada a levlevelel individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan atau manfaat dari pemakaian individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan atau manfaat dari pemakaian Diagram

Diagram Fishbone Fishbone ini dalam analisis masalah.ini dalam analisis masalah.

Manfaat penggunaan diagram

Manfaat penggunaan diagram fishbone fishbone tersebut antara lain:tersebut antara lain:

a)

a) MemfoMemfokuskan ikuskan indivndividu, timidu, tim, atau orga, atau organisasi padnisasi pada permasala permasalahan utamahan utama. Pengga. Penggunaanunaan Diagra

Diagram m dalam tim/organidalam tim/organisasi sasi untuk menganaluntuk menganalisis isis permaspermasalahan akan alahan akan membamembantuntu anggota tim dalam menfokuskan permasalahan pada masalah prioritas.

anggota tim dalam menfokuskan permasalahan pada masalah prioritas.

 b)

 b) Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan tim/organisasi.Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan tim/organisasi. Diagram

Diagram  Fishbone Fishbone dapdapat at menmengilgilustustrasirasikan kan perpermasmasalaalahan han utautama ma secasecara ra rinringkagkass sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan utama.

sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan utama.

c)

c) MenenMenentukan ketukan kesepakasepakatan mengtan mengenai penyenai penyebab suatebab suatu masalahu masalah. Dengan m. Dengan mengguenggunakannakan teknik 

teknik  brainstorming brainstorming  para anggota tim akan memberikan sumbang saran mengenaipara anggota tim akan memberikan sumbang saran mengenai  penyebab

(3)

menentukan mana dari penyebab tersebut yang berhubungan dengan masalah utama termasuk menentukan penyebab yang dominan.

d) Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah ditentukan  penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi akan lebih mudah

mendapat dukungan dari anggota tim.

e) Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram  Fishbone akan memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat dikembangkan lebih lanjut dari setiap  penyebab yang telah ditentukan.

f) Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah. Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang telah dibuat.

g) Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya.

Fishbone di gunakan saat :

a) Ketika untuk mempelajari masalah / issue untuk menentukan akar penyebab

 b) Ketika ingin mempelajari semua kemungkinan dan alasan mengapa proses mulai mengalami kesulitan, masalah, atau kerusakan

c) Ketika perlu untuk mengidentifikasi daerah-daerah untuk pengumpulan data.

d) Ketika ingin mempelajari mengapa proses tidak bekerja baik atau memproduksi hasil yang diinginkan.

Kelebihan Fishbone diagram:

a) Dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut.

 b) Lebih terstruktur.

c) Mengkatagorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dengan cara yang sistematik.

(4)

d) Mengajarkan pada tim dan individu mengenai proses serta prosedur yang berlaku atau yang baru.

Kekurangan Fishbone diagram:

Ini adalah opinion based on tool  dan di design membatasi kemampuan tim / pengguna secara visual  dalam menjabarkan masalah yang mengunakan metode “level why” yang dalam, kecuali bila kertas yang digunakan benar – benar besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting  digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.

Contohnya:

misalnya kita ingin mengetahui Bahaya Potensial Pembersihan Kabut Oli maka kita dapat melakukan Langkah-Langkah Pembuatan Fishbone Diagram sebagai berikut:

Langkah 1: Menyepakati pernyataan masalah

Sepakati sebuah pernyataan masalah ( problem statement ). Pernyataan masalah ini diinterpretasikan sebagai “effect”, atau secara visual dalam  fishbone seperti “kepala ikan”. Tuliskan masalah tersebut di tengah whiteboard  di sebelah paling kanan, misal: “Bahaya Potensial Pembersihan Kabut Oli”.

Gambarkan sebuah kotak mengelilingi tulisan pernyataan masalah tersebut dan buat panah horizontal panjang menuju ke arah kotak (lihat Gambar 1).

Gambar 1. Pembuatan Fishbone Diagram — Menyepakati Pernyataan Masalah

(5)

Langkah 2: Mengidentifikasi kategori-kategori

Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”. Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai “cause”, atau secara visual dalam  fishbone seperti “tulang ikan”. Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini antara lain:

Kategori 6M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur:

•  Machine (mesin atau teknologi)

•  Method (metode atau proses),

•  Material (termasuk raw material , consumption, dan informasi),

•  Man Power  (tenaga kerja atau pekerjaan fisik) /  Mind Power  (pekerjaan pikiran: kaizen, saran, dan sebagainya),

•  Measurement (pengukuran atau inspeksi), dan

•  Milieu / Mother Nature (lingkungan).

Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa:

•  Product (produk/jasa),

•  Price (harga),

•  Place (tempat),

•  Promotion (promosi atau hiburan),

•  People (orang),

•  Process (proses),

•  Physical Evidence (bukti fisik), dan

(6)

Kategori 5S yang biasa digunakan dalam industri jasa:

• Surroundings (lingkungan),

• Suppliers (pemasok),

• Systems (sistem),

• Skills (keterampilan), dan

• Safety (keselamatan).

Kategori di atas hanya sebagai saran, kita bisa menggunakan kategori lain yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Jumlah kategori biasanya sekitar 4 sampai dengan 6 kategori. Kategori pada contoh ini lihat Gambar 2.

Gambar 2. Pembuatan Fishbone Diagram — Mengidentifikasi Kategori-Kategori

Langkah 3: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming

• Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming .

• Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama di mana sebab tersebut harus ditempatkan dalam  fishbone diagram, yaitu tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan, misal: “Mengapa bahaya  potensial? Penyebab: Karyawan tidak mengikuti prosedur!” Karena  penyebabnya karyawan (manusia), maka diletakkan di bawah “Man”.

• Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis diagonal.

(7)

• Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang” lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horisontal tadi, misal: “Mengapa karyawan disebut tidak mengikuti prosedur? Jawab: karena tidak memakai APD” (lihat Gambar 3). Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut  berhubungan dengan beberapa kategori.

Gambar 3. Pembuatan Fishbone Diagram — Menemukan Sebab-Sebab Potensial

Langkah 4: Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin

• Setelah setiap kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin di antara semua sebab-sebab dan sub-subnya.

• Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori, kemungkinan merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin.

• Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya  paling memungkinkan) dan tanyakan , “Mengapa ini sebabnya?”

• Pertanyaan “Mengapa?” akan membantu kita sampai pada sebab pokok dari  permasalahan teridentifikasi.

• Tanyakan “Mengapa ?” sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi. Kalau sudah sampai ke situ sebab pokok telah terindentifikasi.

• Lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada  fishbone diagram (lihat Gambar 4).

(8)

Gambar 4. Pembuatan Fishbone Diagram — Melingkari Sebab yang Paling Mungkin

2. POHON MASALAH

Secara visual menggambarkan hubungan ‘sebab-akibat’ dari masalah yang ada sekarang. Gunakan kartu metaplan.

Cara menggunakan kartu metaplan:

• Identifikasi hanya masalah yang ada, jangan yang bersifat teoritis

• Hanya satu masalah per kartu

• Masalah harus ditulis dengan gaya negative

• Masalah bukan tidak adanya jawaban melainkan keadaan yang negative. Oleh karena itu hindarkan penggunaan kalimat seperti “kurangnya ini” atau “tidak ada”

Kekurangan pohon masalah

membutuhkan waktu yang banyak dan jika masalah semakin kompleks akan lebih sulit dalam menentukan penyebab utama masalah

Proses pelaksanaan pohon masalah

1. Membuat kerangka pohon masalah;

2. Menentukan masalah yang akan dianalisis;

(9)

4. Mengidentifikasi penyebab dari masalah yang telah ditentukan melalui FGD ataubrainst orm ing;

Dengan cara yang sama seperti langkah 4, dilakukananalisis penyebab masalah sampai tidak terjawabpertanyaan, apa yang menjadi penyebab tersebut melalui proses FGD maupun brainstorming

MEMILIH MASALAH INTI

a) Sebelum melakukan analisa masalah, pastikan orang yang terlibat dengan suatu  permasalahan terlibat dalam perumusanmasalah. Contoh: ” Banyaknya kecelakaan  bus”.

 b) Tulislah rumusan singkat dari masalah inti pada kartu apa yang dia anggap sebagai titik pusat dari masalah yang ada sekarang dalam wilayah proyek.

c) Masalah inti kemudian dipilih oleh seluruh anggota kelompok dengan menyepakati satu “masalah paling inti”. Masalah inti tidak harus berarti masalah paling penting karena ia hanya berfungsi sebagai titik awal dari pembuatan pohon masalah.

d) Masalah-masalah yang mencakup hubungan sebab-akibat yang menyeluruh dalam wilayah masalah cocok menjadi masalah inti.

e) Jika kelompok tidak dapat menyetujui masalah inti, pilihlah secara tentative satu masalah dan lanjutkan bekerja. Kemudian kembali mendiskusikan masalah inti nanti. Contohnya: Bis sering kecelakaan.

BUAT POHON MASALAH

a) Setelah menetapkan masalah inti, letakkan kartu ini di tengah- tengah papan tulis atau dinding.

 b) Telitilah masalah-masalah lainnya dan kondisi negatif penting yang merupakan  penyebab langsung dari masalah inti tersebut.

c) Tambahkan penyebab dari setiap masalah dan bekerjalah terus ke bawah, sehingga membentuk sebuah pohon (pohon masalah)

(10)

d) Dengan cara yang sama, tempatkan efek langsung dan penting dari masalah inti diatasnya.

e) Efek selanjutnya dapat ditambahkan pada setiap kartu sebelum menyelesaikan bagian atas dari pohon.

f) Pada umumnya, terdapat beberapa sebab-akibat per masalah. Juga kartu masalah yang mempunyai tingkat kepentingan yang sama harus ditempatkan pada tingkatan yang sama pula.

g) Tunjukan semua hubungan sebab-akibat yang utama dan penting dengan tanda panah.

h) Sambil menyelesaikan Pohon Masalah, periksa diagram secara keseluruhan danperiksa penggunaan kata yang tepat, hubungan sebab-akibat yang tepat, dan kelengkapannya. Langkah –langkah ini pada akhirnya memunculkan satu gambar  yang lengkap dan terinci - dengan akar yang diwakili oleh penyebab masalah, dan akibat dari masalah tersebut (lihat contoh)

3. METODE HANLON

Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif.

Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers).

Metode ini memiliki tiga tujuan utama:

a) Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-faktor  eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas.

 b) Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot relatif  satu sama lain.

c) Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara individual.

(11)

Formula Dasar Penilaian Prioritas

Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten menjadi kelihatan jelas. Pola tersebut tercermin pada komponen-komponen dalam sistem ini.

Komponen A = Ukuran/Besarnya masalah

Komponen B = Tingkat keseriusan masalah

Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi

Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility, acceptability, resource availability, legality--Kepatutan, kelayakan ekonomi, dapat diterima, ketersediaan sumber daya, dan legalitas)

Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan nilai numerik yang memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit / kondisi dengan skor  tertinggi.

a) Nilai Dasar Prioritas/ Basic Priority Rating (BPR)> BPR = (A + B) C / 3

 b) Nilai Prioritas Keseluruhan/ Basic Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B) C / 3] x D

Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata ketika Komponen D (PEARL) dijelaskan.

Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena dengan berbagai  proses seperti itu, akan terdapat sejumlah besar subyektivitas. Pilihan, definisi, dan bobot relatif yang ditetapkan pada komponen merupakan keputusan kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih jauh lagi, nilai tersebut merupakan penetapan dari masing-masing individu  pemberi nilai. Namun demikian, beberapa kontrol ilmiah dapat dicapai dengan menggunakan

definisi istilah secara tepat, dan sesuai dengan data statistik dan akurat.

Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah

Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang kecil. Pilihan  biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan angka.

(12)

Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara. Baik  keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang berpotensi/berisiko dapat menjadi  pertimbangan. Selain itu, penyakit –penyakit dengan faktor risiko pada umumnya, yang mengarah pada solusi bersama/yang sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin  juga dapat dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan untuk 

menentukan berapa ukuran/besarnya masalah biasanya merupakan konsensus kelompok.

Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah

Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat yang lain. Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah. Faktor yang dapat digunakan adalah:

a) Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat; akses terkini kepada  pelayanan yang diperlukan.

 b) Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.

c) Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk masing-masing individu.

Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan batas-batas untuk menjaga beberapa perspektif dalam

(13)

menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu cara untuk mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya sebagai skala seperti:

0 = tidak ada 1 = beberapa

1 = lebih (lebih parah, lebih gawat, dll) 3 = paling

Misalnya, jika kematian prematur sedang digunakan untuk menentukan keparahan, kemudian kematian bayi mungkin akan menjadi 5 dan gonorea akan menjadi 0.

Komponen C - Efektivitas dari Intervensi

Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 - 10. Komponen ini mungkin merupakan komponen formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-penelitian yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini.

Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai.

Contoh: Berhenti Merokok Target populasi 45.000 perokok Total yang mencoba untuk   berhenti 13.500 Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32 Target populasi x efektivitas

0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1 Contoh: Imunisasi Target populasi 200.000 Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000 Persen dari total 97% atau 0,97 Efektivitas 94% atau 0,94 Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1

Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan jumlah yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.

Komponen D – PEARL

PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara langsung  berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang tinggi dalam menentukan

apakah suatu masalah dapat diatasi.

• P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup keseluruhan misi kita?

(14)

• E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan menangani masalah tersebut akan bermakna dan memberi arti secara ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut tidak diatasi?

• A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target  populasi?

• R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi masalah?

• L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah untuk  diatasi?

Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk setiap faktor  PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0 jika jawabannya adalah "tidak." Bila  penilaian skor telah lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan untuk mendapatkan  jawaban akhir terbaik. Karena bersama-sama, faktor-faktor ini merupakan suatu produk dan  bukan merupakan jumlah. Singkatnya, jika salah satu dari lima faktor yang "tidak", maka D

akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali akhir dalam rumus , maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi dalam OPR, terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di BPR. Sekalipun demikian, bagian dari upaya perencanaan total mungkin termasuk  melakukan langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk mengatasi PEARL secara positif di masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya tidak dapat diterima penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap untuk mendidik masyarakat mengenai manfaat  potensial dari intervensi, sehingga dapat dipertimbangkan di masa mendatang.

4. BRAINSTORMING (Curah pendapat)

Suatu teknik yang efektif untuk membantu melakukan identifikasi masalah, menentukan penyebab masalah danmencari cara pemecahan masalah, merupakan metoda yang digunakan untukmenggali ide atau pemikiran baru yang secara efektif melibatkan seluruh anggota kelompok. Pencetus metode brainstorming ALEX OSBORN.

Kelebihan metoda brainstorming:

• Mendapatkan masalah, penyebab masalah dan cara pemecahan masalah dengan cepat.

(15)

• Dapat digunakan bila tidak mempunyai data sekunder;

• Menghasilkan ide atau pemikiran baru yang kreatif dan inovatif dengan cepat

Kekurangan MetodaBrainstorming

tidak dapat digunakan pada sampel atau peserta yang besar serta terjadi dan risiko terjadinya subyektivitas sangat besar bilatidak ditunjang dengan data-data yang ada.

Manfaat:

• Dapat digunakan secara efektif untuk memperoleh ideuntuk menentukan masalah, identifikasi masalah,memilih prioritas masalah serta mengajukan alternatifpemecahan masalah

• Untuk memperoleh ide atau pemikiran baru darisekelompok orang dalam waktu singkat denganmenggunakan dua kemampuan (kreatif dan intuitif)

• Memberikan kesempatan kepada semua anggotakelompok untuk memberikan konstribusi danketerlibatan dalam memecahkan masalah.

5. NOMINAL GROUP TECHNIQUE (NGT)

(managementfile – Quality) – Nominal Group Technique adalah salah satu quality tools yang bermanfaat dalam mengambil keputusan terbaik. Dalam quality management, metode ini dapat digunakan untuk berbagai hal, mulai dari mencari solusi permasalahan, hingga memilih ide pengembangan produk baru.

 NGT adalah suatu metode untuk mencapai konsensus dalam suatu kelompok, dengan cara mengumpulkan ide-ide dari tiap peserta, yang kemudian memberikan voting dan ranking terhadap ide-ide yang mereka pilih. Ide yang dipilih adalah yang paling banyak skor-nya, yang berarti merupakan konsensus bersama. Metode ini dapat menjadi alternatif   brainstorming, hanya saja konsensus dapat tercapai lebih cepat. Teknik ini awalnya

dikembangkan oleh Delbecq dan VandeVen, yang kemudian diaplikasikan untuk   perencanaan program pendidikan untuk orang dewasa oleh Vedros.

(16)

 NGT cocok diimplementasikan ketika Anda membutuhkan suatu konsensus yang dari tim, sementara tim sendiri punya pendapat dan perspektif yang berbeda-beda mengenai masalah tersebut. Jika butuh konsensus yang cepat, NGT juga cocok, dibandingkan dengan  brainstorming yang memakan waktu lebih lama.

Keunggulan dan Kelemahan NGT

• menghasilkan ide yang lebih banyak dibandingkan dengan diskusi biasa

• menyeimbangkan peran masing-masing individu, membatasi dominasi dari orang yang punya pengaruh dalam kelompok 

• menghilangkan `persaingan` dalam kelompok juga tekanan untuk `konformitas`

• mendorong peserta untuk menyelesaikan masalah dengan constructive problem solving.

• tiap peserta dapat memberikan prioritas idenya secara independent dan tertutup

Kelemahan NGT:

• membutuhkan persiapan

• hanya memfasilitasi untuk pencapaian satu tujuan saja. Satu pertemuan hanya membahas satu topic

• diskusi hanya terbatas, tidak seperti brainstorming yang menstimulasi perkembangan dari ide-ide

6. Metode USG

Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan  prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut:

(17)

Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.

 b) Seriousness

Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.

c) Growth

Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.

Penggunaan metode USG dalam penentuan prioriotas masalah dilaksanakan apabila  pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada, serta hal yang sangat dipentingkan

adalah aspek yang ada dimasyarakat dan aspek dari masalah itu sendiri.

7. Metode MCUA

MCUA adalah suatu teknik atau metode yang digunakan untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas beberapa alternatif. Alternatif dapat berupa masalah pada langkah  penentuan prioritas masalah atau pemecahan masalah pada langkah penetapan prioritas  pemecahan masalah. Kriteria adalah batasan yang digunakan untuk menyaring alternatif 

masalah sesuai kebutuhan.

Metode MCUA digunakan apabila pelaksana belum terlalu siap dalam penyediaan sumber daya, serta pelaksana program atau kegiatan menginginkan masalah yang diselesaikan adalah masalah yang ada di masyarakat.

Cara menggunakan matiks MCUA dalam penentuan prioritas masalah, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan kriteria, kriteria yang dimaksud adalah sesuatu hal yang dianggap sebagai akibat atau pengaruh yang sangat signifikan dan spesifik dari suatu

(18)

masalah terhadap suatu objek (masyarakat) sehingga dapat membedakan masalah. Kriteriaa yang digunakan antara lain kegawatan masalah, besarnya masalah, dan trend (kecenderungan).

 b. Melakukan pembobotan kriteria, merupakan pemberian kisaran bobot (nilai) terhadap masing-masing yang ada. Kriteria ditentukan berdasarkan 12 kesepakatan kelompok. Nilai yang disepakati adalah untuk keawatan masalah diberi skor 4, gawat diberi babat 3, cukup gawat diberi skor 2, kurang atau tidak  gawat 1. Kita berikan 4 range dengan tujuan agar tidak terjadi kecenderungan  pemilihan angka yang berada di tengah, misalnya kalau rangenya 1 sampai 3

orang cenderung memilih angka 2 dibandingkan angka 1 atau angka 3.

c. Memberikan skor masing-masing kriteria terhadap masing-masing masalah. Artinya estimasi barapa besarnya pengaruh masalah terhadap masing-masing kriteria. Dalam pemberian skor setiap anggota kelompok memberikan skor secara subjektif dan selanjutnya jumlah semua skor dibagi banyaknya jumlah anggota dalam kelompok. Jika pengaruh kriteria besar maka skornya juga diberikan besar, dan jika kriteria kecil maka diberi skor kecil. Hasil skor yang telah dibagi dengan  jumlah anggota tiap bagian.

d. Mengalikan nilai skor dengan bobot masing-masing masalah yang dikalikan dengan bobot untuk tiap-tiap kriteria kemudian dijumlahkan dengan hasil  perkalian tersebut.

8. Metode CARL

Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:

C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)

A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknoloi serta  penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.

(19)

R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.

L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.

Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata. Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L

9. FGD (Focus Group Discussion)

Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT) adalah bentuk  diskusi yang bersifat informal dan terstruktur untuk mendiskusikan suatu masalah tertentu atau membahas penyelesaian suatu masalah. Pakar Kurt Lewin pada tahun 1936.

Kelebihan FGD :

• Waktu yang dibutuhkan relatif singkat karena topik diskusi terfokus

• Dapat memperoleh pendapat yang lebih banyak dari peserta.

• tidak memakan banyak biaya

• moderator dapat dilakukan oleh siapa saja dengan melalui pelatihan singkat dan kalau  perlu ujicoba dulu sebelum terjun ke masyarakat

• metode ini dapat digunakan untuk menggali kebiasaan, keyakinan dan penilaian dari sebuah kelompok.

Kelemahan FGD :

•  peserta seringkali tidak mewakili seluruh kelompok sasaran. Peserta juga kadang

sulit untuk dikendalikan ketika proses diskusinya berlangsung, dalam hal ini peran moderator lah yang sangat diharapkan bisa mengendalikannya.

• hasil dan kesimpulan dari diskusi ini terkadang dapat dipengaruhi oleh  pandangan

atau pendekatan dari moderator. Dan, yang penting juga diketahui, FGD ini tidak  memiliki data statistik.

(20)

• diskusi kelompok sering didominasi oleh beberapa partisipan yang cenderung memonopoli pembicaraan.

• dalam FGD sering sulit menjumpai responden atau informan yang sesuai atau tepat dengan topik serta tujuan yang ada.

Kapan FGD digunakan :

FGD harus dipertimbangkan untuk digunakan sebagai metode penelitian sosial jika: • Peneliti ingin memperoleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan

 pengalaman yang dimiliki informan.

• Peneliti ingin memahami lebih lanjut keragaman perspektif di antara kelompok atau kategori masyarakat.

• Peneliti membutuhkan informasi tambahan berupa data kualitatif dari riset kuantitatif  yang melibatkan persoalan masyarakat yang kompleks dan berimplikasi luas.

• Peneliti ingin memperoleh kepuasan dan nilai akurasi yang tinggi karena mendengar   pendapat langsung dari subjek risetnya.

10. METODE BLOOM

Pakar Benjamin S. Bloom dalam metode ini . Bloom menggolongkan tiga kategori  perilaku belajar yang berkaitan dan saling melengkapi yaitu ranah kognitif, afektif, dan  psikomotor. Dalam ranah kognitif, taksonomi Bloom menyediakan cara untuk mengorganisir 

keterampilan berpikir ke dalam enam level, dari yang paling dasar ke level yang lebih komplex.

Ranah Afektif 

Ranah afektif kurang mendapat perhatian pada saat itu namun dirumuskan Bloom, Krathwohl, dan Masia tahun 1964 sebagai sesuatu yang berkenaan dengan nilai atau value. Ranah afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, niai,  penghargaan, semangat, motivasi, dan sikap. Ranah afektif mencakup:

1. Receiving (Penerimaan)

2. Responding (Tanggapan)

(21)

4. Organization (Pengorganisasian)

5. Internalizing values (Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai)

Ranah Psikomotor 

Ranah psikomotor tidak dilanjutkan kajiannya oleh Bloom, tapi oleh ahli-ahli lain  berdasarkan domain yang dibuat oleh Bloom. Domain psikomotor (Simpson, 1972)

mencakup gerakan dan koordinasi jasmani dan pendayagunaan beragam kecakapan motorik. Pengembangan kecakapan-kecakapan tersebut memerlukan adanya latihan yang dapat diukur   perkembangannya dilihat dari sudut kecepatan, ketepatan, jarak, tata cara, atau teknik   pelaksanaan. Ranah psikomotor mencakup:

1. Perception (persepsi)

2. Set (kesiapan)

3. Guided response (respon terpimpin)

4. Mechanism (mekanisme)

5. Complex overt response (respon tampak yang kompleks)

6. Adaptation (penyesuaian)

7. Origination (penciptaan)

Kelebihan :

Kekuatan terbesar taksonomi Bloom adalah taksonomi tersebut mengangka topik  yang sangat penting mengenai proses berpikir dan menempatkan sebuah struktur di seputar  topik tersebut yang bermanfaat bagi para praktisi. Banyakguru yang memiliki pertanyaan seputar belajar dan mengajar terangsang untuk menghubungkannya dengan berbagai tingkat dari taksonomi yang dibuat oleh Bloom, dan dapat dipastikan menjadikan guru-guru tersebut  bekerja lebih baik, khususnya dalam mendorong terwujudnya kemampuan berpikir dengan tingkat keteraturan yang lebih tinggi (Berpikir Tingkat Tinggi), terutama jika dibandingkan dengan para guru lainnya yang tidak memiliki alat bantu apapun.Pada sisi lain, siapapun yang  pernah bekerja dengan sekelompok pendidik untuk membuat klasifikasi atas sekelompok   pertanyaan dan aktivitas belajar mengajar sesuai dengan taksonomi tersebut membuktikan

(22)

 bahwa hanya ada sedikit kesepakatan tentang apa yang selama ini dianggap sebuah istilah yang.

Kelemahan :

Pada sisi lain, siapapun yang pernah bekerja dengan sekelompok pendidik untuk  membuat klasifikasi atas sekelompok pertanyaan dan aktivitas belajar mengajar sesuai dengan taksonomi tersebut membuktikan bahwa hanya ada sedikit kesepakatan tentang apa yang selama ini dianggap sebuah istilah yang.cukup jelas, seperti pemaknaan sesungguhnya dari “analysis”, atau “evaluasi Di samping itu, begitu banyak kegiatan yang bermanfaat, seperti masalah atau proyek yang bersifat otentik, tidak dapat dipetakan ke dalam taksonomi, dan pada akhirnya mengurangi potensinya sebagai sebuah kesempatan belajar.

Gambar

Gambar  1. Pembuatan  Fishbone  Diagram  —  Menyepakati  Pernyataan Masalah
Gambar 2. Pembuatan Fishbone Diagram — Mengidentifikasi Kategori-Kategori
Gambar 3. Pembuatan Fishbone Diagram — Menemukan Sebab-Sebab Potensial
Gambar 4. Pembuatan Fishbone Diagram — Melingkari Sebab yang Paling Mungkin

Referensi

Dokumen terkait

Isu dan masalah akibat daripada kesan Bencana Tsunami di Banda Aceh dikenalpasti dan Banda Aceh perlu dibangun semula dengan seberapa segera untuk mengatasi masalah yang

Ada produk hasil rekayasa genetik yang disinyalir menimbulkan masalah serius, misalnya kematian akibat penggunaan insulin, sapi penghasil susu yang disuntik dengan

Kerusakan sifat fisik tanah yang perlu mendapat perhatian serius adalah masalah degradasi struktur tanah akibat berubahnya warna tanah, partikel pasir, debu, liat

Ruseffendi menyatakan beberapa alasan mengapa siswa perlu diberi soal tipe pemecahan masalah, diantaranya karena kegiatan memecahkan masalah dapat menimbulkan rasa

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu pengaruh apa saja yang timbul akibat penggunaan warna pada interior RSIA, siapa saja subjek yang

Penyakit ikan akibat serangan bakteri patogen merupakan masalah serius bagi petani ikan karena dapat menimbulkan kematian dalam jumlah yang cukup.. besar, sehingga merugikan

Rushang atau ilmu bisnis Agama Khonghucu mengajarkan bahwa kegiatan ekonomi itu perlu dikaitkan dengan moralitas pelaku bisnisnya, dasar pemecahan masalah yang dipakai Rushang

Beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan meminimalisasikan masalah yang timbul akibat menipis/kurangnya kepekaan terhadap nilai-nilai sosial dan