Fraktur (Patah Tulang)
Fraktur (Patah Tulang)
June 26th, 2009 June 26th, 2009
Salah satu masalah yang banyak dijumpai pada pusat-pusat pelayanan kesehatan di Salah satu masalah yang banyak dijumpai pada pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia saat ini adalah p
seluruh dunia saat ini adalah penyakit muskuloskeletal.enyakit muskuloskeletal.
Bahkan pada dasawarsa terakhir ini antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 Bahkan pada dasawarsa terakhir ini antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 organisasi kesehatan tingkat dunia WHO menetapkan sebagai “Dekade Tulang dan organisasi kesehatan tingkat dunia WHO menetapkan sebagai “Dekade Tulang dan Persendian”.
Persendian”.
Kecelakaan lalu lintas merupakan
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab fraktur (patah tulang) terbanyak. Selainpenyebab fraktur (patah tulang) terbanyak. Selain
menyebabkan fraktur, menurut
menyebabkan fraktur, menurut WHO kecelakaan laluWHO kecelakaan lalu lintas bahkan dapat menyebabkan kematian 1,25 juta orang tiap tahunnya, dengan korban lintas bahkan dapat menyebabkan kematian 1,25 juta orang tiap tahunnya, dengan korban sebagian besar adalah remaja.
sebagian besar adalah remaja.
Pengertian Fraktur :
Pengertian Fraktur :
•
• FrakturFraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan(patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (smeltzer S.C & Bare B.G,
ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (smeltzer S.C & Bare B.G,2001)2001)
•
• Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.( Reeves C.J,Roux GFraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.( Reeves C.J,Roux G
& Lockhart R,2001 ) & Lockhart R,2001 )
Jenis Fraktur :
Jenis Fraktur :
Agar lebih sistematis, jenis fraktur dapat dibagi berdasarkan : Agar lebih sistematis, jenis fraktur dapat dibagi berdasarkan :
•
• LokasiLokasi
Fraktur dapat terjadi pada tulang di mana saja seperti pada diafisis, metafisis, Fraktur dapat terjadi pada tulang di mana saja seperti pada diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika
epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur fraktur didapatkan bersamaan dengan dislokasididapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi.
sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi.
•
• LuasLuas
Terbagi menjadi fraktur lengkap (komplit) dan tidak lengkap (inkomplit). Fraktur Terbagi menjadi fraktur lengkap (komplit) dan tidak lengkap (inkomplit). Fraktur tidak lengkap contohnya adalah retak.
•
• KonfigurasiKonfigurasi
Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik (miring), atau spiral (berpilin/ memuntir seputar batang tulang). Jika terdapat (miring), atau spiral (berpilin/ memuntir seputar batang tulang). Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif, jika satu bagian patah lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif, jika satu bagian patah sedangkan sisi lainnya membengkok disebut greenstick.
sedangkan sisi lainnya membengkok disebut greenstick. Fraktur dengan fragmenFraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam ( sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah) patahan terdorong kedalam ( sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah)
disebut depresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang disebut depresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang belakang ) disebut kompresi.
belakang ) disebut kompresi.
•
• Hubungan antar bagian yang frakturHubungan antar bagian yang fraktur
Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau terpisah Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau terpisah jauh (displaced).
jauh (displaced).
•
• Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitarHubungan antara fraktur dengan jaringan sekitar
Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara
dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara fraktur dengan dunia luar).
fraktur dengan dunia luar).
Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu : Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
Grade I
Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.: luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
Grade II
Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
Grade III
Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
Etiologi :
Etiologi :
Terjadinya fraktur akibat adanya trauma yang mengenai tulang yang kekuatannya Terjadinya fraktur akibat adanya trauma yang mengenai tulang yang kekuatannya melebihi kekuatan tulang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur : Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur :
··Faktor ekstrinsik Faktor ekstrinsik yaitu meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang,yaitu meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah serta kekuatan tulang.
arah serta kekuatan tulang.
··Faktor intrinsik Faktor intrinsik yaitu meliputi kapasitas tulang mengabsorpsi energi trauma,yaitu meliputi kapasitas tulang mengabsorpsi energi trauma, kelenturan, densitas serta kekuatan tulang.
kelenturan, densitas serta kekuatan tulang.
Pengkajian
Pengkajian
Riwayat Penyakit : Riwayat Penyakit :
Dilakukan
Dilakukan anamnesaanamnesauntuk mendapatkan riwayat mekanisme terjadinya cidera, posisiuntuk mendapatkan riwayat mekanisme terjadinya cidera, posisi tubuh saat berlangsungnya trauma, riwayat fraktur sebelumnya, pekerjaan,
tubuh saat berlangsungnya trauma, riwayat fraktur sebelumnya, pekerjaan, obat-obatanobat-obatan yang dikomsumsi, merokok, riwayat alergi, riwayat osteoporosis serta riwayat penyakit yang dikomsumsi, merokok, riwayat alergi, riwayat osteoporosis serta riwayat penyakit lainnya.
lainnya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik ::
1. Inspeksi
1. Inspeksi (look)(look)
Adanya deformitas (kelainan bentuk) seperti bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, Adanya deformitas (kelainan bentuk) seperti bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, fragmen tulang (pada fraktur terbuka).
fragmen tulang (pada fraktur terbuka).
2. Palpasi
2. Palpasi (feel)(feel)
Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, pemeriksaan status neurologis dan v
Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, pemeriksaan status neurologis dan v askuler diaskuler di bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut, di bagian distal bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut, di bagian distal
cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test. cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test.
3. Gerakan
3. Gerakan (moving)(moving)
Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur. Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur.
Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah
1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikutiyang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan
aturan role of two,role of two, yang terdiri dari :yang terdiri dari :
•
• Mencakup dua gambaran Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
•
• Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.
•
• Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yangMemuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang
tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang normal) tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang normal)
•
• Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi: 2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
• Darah rutin,
• Faktor pembekuan darah,
• Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi), • Urinalisa,
• Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).
3. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.
Komplikasi :
Penyebab komplikasi fraktur secara umum dibedakan menjadi dua yaitu bisa karena trauma itu sendiri, bisa juga akibat penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik.
Kompikasi Umum :
Syok hipovolemia (karena perdarahan yang banyak), syok neurogenik (karena nyeri yang hebat), koagulopati diffus, gangguan fungsi pernafasan. Komplikasi ini dapat terjadi dalam waktu 24 jam pertama pasca trauma, dan setelah beberapa hari atau minggu dapat terjadi gangguan metabolisme yaitu peningkatan katabolisme, emboli lemak, tetanus, gas ganggren, trombosit vena dalam (DVT).
Komplikasi Lokal :
Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut komplikasi dini, jika komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.
Ada beberapa komplikasi yang terjadi yaitu :
• Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka.
• Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang. • Atropi otot karena imobilisasi sampai osteoporosis. • Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama.
• Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang fraktur. • Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi.
• Dekubitus, karena penekanan jaringan lunak oleh gips. • Lepuh di kulit karena elevasi kulit superfisial akibat edema.
• Terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot,
• Sindroma kompartemen karena pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga
mengganggu aliran darah.
Penatalaksanaan :
1. Mengurangi rasa nyeri,
Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri yang hebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai / spalk, maupun
memasang gips.
2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasi yang bersifat sementara saja.
3. Membuat tulang kembali menyatu
Tulang yang fraktur akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan.
4. Mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut diperlukan upaya mobilisasi.
Proses Penyembuhan Tulang :
Fase Inflamasi :
Fase ini berlangsung mulai terjadinya fraktur hingga kurang lebih satu sampai dua minggu. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom diikuti invasi sel-sel peradangan yaitu neutrofil, makrofag, sel fagosit, osteoklas, yang berfungsi untuk
membersihkan jaringan nekrotik, yang akan mempersiapkan fase reparatif. Jika dirontgen, garis fraktur lebih terlihat karena telah disingkirkannya material nekrotik.
Fase Reparatif :
Dapat berlangsung beberapa bulan. Ditandai dengan diferensiasi dari sel mesenkim pluripotensial. Hematom fraktur diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang akan menjadi
tempat matrik kalus. Pada awalnya terbentuk kalus lunak, terdiri dari jaringan fibrosa dan kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas mengakibatkan mineralisasi kalus lunak menjadi kalus keras serta menambah stabilitas fraktur. Jika dirontgen maka garis fraktur mulai tidak tampak.
Fase Remodeling :
Fase ini bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga tahunan untuk merampungkan penyembuhan tulang, yang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan
perubahan jaringan immatur agar menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga menambah stabilitas daerah fraktur.
Kamis, 25 Juni 2009
fraktur tibia
Fraktur Tulang Kering Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah retaknya tulang atau terputusnya jaringan tulang dan atau tulang rawan, biasanya disertai dengan cedera di jaringan sekitarnya. Fraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma yang berat, tapi terkadang trauma yang ringan saja dapat menimbulkan fraktur apabila tulangnya sendiri sudah terkena penyakit tertentu. Juga trauma yang terus menerus juga dapat menimbulkan fraktur.
Etiologi
Fraktur fisiologis adalah fraktur yang disebabkan karena terjadinya trauma pada tulang, baik itu karena terjatuh, dsb.
Trauma itu sendiri dapat bersifat: - eksternal : tertabrak, jatuh, dsb.
- internal : kontraksi otot yang kuat dan mendadak seperti yang terjadi pada epilepsy Fraktur stress/fatigue adalah fraktur yang disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus.
Fraktur patologis adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses patologik (tumor tulang, dsb) sehingga trauma ringan saja dapat menimbulkan fraktur.
Sebab-sebab terjadinya fraktua patologik:
Pada umur 0-5 tahun : osteogenesis imperfecta, scorbutus, rachitis, sarcoma Ewing, metastatis neuroblastoms.
Pada umur 5-10 tahun : osteomyelitis, tuberculosa, sarcoma osteogenik. Pada umur 20-50 tahun :osteomalacia, sindrom Cushing, hiperthyroidisme, hyperparathyroidism, tumor sel datia, rheumatoid arthritis.
Pada umur di atas 50 tahun : penyakit Paget, chondrosarcoma, metastatis karsinoma, myeloma multiple.
Vitamin D
Provitamin D akan diubah menjadi vitamin D di bawah pengaruh sinar matahari yang mengandung ultraviolet. Provitamin D berupa derivate cholestrole terdapat pada kulit. Vitamin D yang dapat langsung digunakan terdapat banyak pada minyak hati ikan (fishliver oil). Pada susu ibu, jumlah vitamin D sedikit, sehingga makana n anak harus ditambah dengan vitamin D. Ini penting di negara-negara berkembang tempat mereka tidak dapat bergantunga pada sinar matahari yang sangat penting untuk pembentukan vitamin D. Vitamin D sifatnya seperti vitamin A, yaitu larut dalam lemak.
- Pada anak-anak menimbulkan rachitis (rickets, penyakit Inggris) - sedangkan pada orang dewasa menimbulkan osteomalacia.
Rachitis
Kelainan pada pembentukan jaringan osteoid berlebihan yang gagal menjadi tulang, akibatnya tidak terjadi pengendapan mineral. Sehingga tulang menjadi lunak dan epifisis dapat dipotong dengan pisau. Rachitis dapat disebabkan akibat defisiensi 4 faktor, yaitu vitamin D, sinar matahari (terutama sinar ultraviolet), kalsium, dan fosfor. Selain itu rachitis juga dapat disebabkan oleh karena penyakit ginjal.
Osteomalacia
Adalah pelunakan tulang setelah pertumbuhan selesai. Sama seperti rachitis, juga disebebkan karena defisiensi vitamin D, sehingga penyerapan kalsium dari usus
terhalang. Yang sering terkena adalah vertebra lumbal, pelvis, dan tulang-tulang tungkai. Scorbutus
Ini adalah penyakit yang diakibatkan karena defisiensi vitamin C. Kegunaan vitamin C seperti yang kita ketahui adalah untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan ikat mesenkim, seperti kolagen, oseteoid, dinding kapiler, dan dentin. Penyakit ini
sekarangpun serinda dapat dijumpai pada anak-anak oleh karena pengelolaan makanan anak yang salah, misalnya dengan cara memasak dan sterilisasi yang mengakibatkan rusaknya vitamin C. Pada penyakit ini osteoblas gagal membentuk osteoid sehingga tulang rawan yang mengandung mineral itu tidak dapat diganti.
Hyperthyroidism
Hiperfungsi kelenjar tiroid pada dewasa dapat menyebabkan osteoporosis Hyperparathyroidism
Hiperfungsi kelenjar paratiroid akan menyebabkan dek alsifikasi. Mula-mula akan terjadi dekalsifikasi jaringan interseluler, kemudian jaringan yang tidak mengandung mineral akan difagositosis oleh osteoklas, dan akan menimbulkan gambaran tulang osteoporotik. Proses ini kadang-kadang dapat menimbulkan kista-kista. Kista besar maupun kecil dapat menimbulkan terjadinya fraktura patologik.
Osteomyelitis
Merupakan radang bagian lunak tulang, yaitu isi sumsum tulang, saluran Havers, dan periosteum. Merupakan bisul pada tulang. Bagian yang keras tidak akan terkena, hanya
karena kerusakan sekunder akibat gangguan peredaran darah, maka sebagian akan mati. Penyebabnya adalah Staphylococcus, Streptococcus, pneumococcus, dan jamur
Coccidioides immitis. Osteoartritis
Penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Bagian yang tersering adalah pada vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki.
Dapat dibedakan menjadi 2;
1. OA kausanya tidak dapat diketahui dan tidak ada◊ primer/idiopatik hubungannya
kelainan endokrin, inflamasi, metabolic,◊2. OA sekunder pertumbuhan, herediter, jejas
makro dan mikro, imobilisasi yang terlalu lama. Artritis Reumatoid
Merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta melibatkan semua kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit autoimun ini ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosive simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian seringkali juga
melibatkan organ tubuh lainnya. Sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan sendi dan deformitas sendi yang disabalitas.◊ progresif
Penyakit Paget
Terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Mula-mula tulang akan menjadi lunak, kemudian tulang menjadi keras dan besar, tetapi berpori-pori dan ringan. Tulang yang biasanya terkena adalah tulang tengkorak, vertebra, dan tulang tungkai.
Osteocarcoma
Suatu tumor ganas yang ditandai dengan pembentukan langsung jaringan tulang atau osteoid oleh sel tumor. Sering ditemukan.
Chondroma
Berasal dari tulang rawan epifisi, pada saat tulang masih tumbuh. Tulang yang sering terkena adalah tulang pendek tangan dan kaki. Tulang dapat timbul pada pergelangan tulang dan dapat timbul pada bagian dalam, disebut enchondroma.
Chondrosacoma
Merupakan tumor ganas yang tumbuh lambat. Tumor sel datia (osteoclastoma)
Merupakan tumor agresif, ditandai oleh jaringan yang kaya pembuluh darah, terdiri atas sel besar berbentuk kumparan atau lonjong disertai banyak sel datia jenis osteoklas, yang tersebar sama rata pada seluruh jaringan tumor.
Multiple myeloma
Adalah tumor sumsum tulang belakang. Merupakan tumor yang unik, karena kelainan metabolisme protein yang menyertainya. Biasanya di atas usia 40 tahun.
Osteoporosis
- Merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang mudah rapuh dan mudah patah.
- Faktor resiko osteoporosis: umur, genetic (etnis, seks, dan riwayat keluarga),
lingkungan, hormonal (defisiensi estrogen dan androgen) dan penyakit kronik (gagal ginjal, etc), dan sifat fisik tulang (densitas/massa, ukuran dan geometri, mikroarsitektur, dan komposisi).
defisiensi hormone estrogen◊Tipe I : Osteoporosis pasca menopause
RANK (Reseptor for Activating NFKB) sangat penting untuk resorpsi tulang. Osteoblast membentuk Osteoprotegin (OPG) yang terikat dengan menghambat osteoklast.◊RANKL
yang akan menghalangi ikatan Rank
sehingga◊ OPG tertekan◊Jika terjadi defisiensi hormone estrogen Resorpsi◊Produksi
Osteoklas meningkat ◊RANKL terikat dengan RANK tulang meningkat.
Pada tipe I, yang menurun adalah trabelkula tulangnya.
gangguan absorpsi kalsium di usus◊Tipe II: Osteoporosis senilis
osteoporosis.◊sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder
- Peranan estrogen pada tulang adalah sebagai regulator pertumbuhan dan homeostatis tulang yang penting, efek langsung terhadap sel-sel tulang adalah meningkatkan formasi tulang dan menghambat resorpsi tulang oleh osteoklas, efek tidak langsungnya
berhubungan dengan homeostatis kalsium yang meliputi regulasi absorbsi kalsium di usu, ekskresi Ca di ginjal, dan sekresi hormone paratiroid.
- Kehilangan massa tulang pada menopause
Wanita akan mengalami kehilangan massa tulang lebih cepat terutama setelah
menopause. Estrogen yang diproduksi ovarium akan mencegah kehilangan massa tulang. Setelah menopause, kadar estrogen sangat rendah sehingga kehilangan massa tulang akan terjadi lebih cepat.
Osteoporosis alami
osteoporosis◊ control osteoklas tidak ada◊ penurunan estrogen◊Menopause
Jenis – jenis fraktur Berdasarkan tipe fraktur : - fraktur transversal
- fraktur spiral atau oblik
- fraktur kominutif : lebih dari 2 fragmen - fraktur avulse
- fraktur greenstick pada anak-anak - fraktur empifisis dengan separasi - fraktur kompresi : pada vertebra - fraktur impresi : pada tengkorak
- fraktur tertutup (closed) ; bila tidak terdapat hubungan anatara fragmen tulang dengan dunia luar, atau tulang yang patah tidak tampak dari luar.
- fraktur terbuka (open/compound) ; bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena terjadinya luka di kulit.
Pemeriksaan Anamnesis
Adalah wawancara antara dokter dan penderita/pasien atau keluarganya/orang yang
mempunyai hubungan dekat dengan pasien, mengenai semua data/info yang berhubungan dengan penyakitnya.
Terdiri dari : 1. Identitas pasien
2. Keluhan utama : keluhan yang mendorong pasien mencari pengobatan 3. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
4. Riwayat penyakit dahulu 5. Riwayat kesehatan keluarga 6. Riwayat pribadi
7. Riwayat social ekonomi
Anamnesis + data-data obyektif (pemeriksaan fisik, penunjang seperti laboratorium pengelolaan yang baik ◊ diagnosis yang tepat◊atau roentgen)
Anamnesis yang mengarah ke osteoporosis : apakah mengarah pada hipokalsemia, penyakit tulang metabolic, adakah fraktur pada trauma minimal, penurunan TB pada
orang tua, kurang paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfor dan vitamin D, latihan teratur, obat-obatan jangka panjang, alcohol, merokok, penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, insufisiensi pancreas, riwayat haid, umur menarche dan menopause, riwayat keluarga dengan osteoporosis.
Pemeriksaan fisik - TB - BB - Gaya berjalan - Deformitas tulang - Nyeri spinal - Hipokalsemia - Hiperparatiroidisme primer Pemeriksaan biokimia tulang - Kalsium total serum
- Kadar fosfor serum - Kalsium urin
- Fosfat urin
- Osteokalsin serum - Hormon paratiroid - Vitamin D
Manfaat dari pemeriksaan biokimia tulang adalah: - untuk prediksi kehilangan massa tulang
- seleksi pasien yang membutuhkan antir-resorptif - evaluasi efektivitas terapi
Pemeriksaan laboratorium cairan sendi
Cairan sendi adalah cairan viskos yang terdapat dalam rongga sendi dan berguna untuk suplai makanan bagi kartilago sendi. Komposisi cairan sendi sama dengan komposisi cairan plasma. Cairan sendi mengandung asam hialuronat sehingga bersifat kental. Volumenya sendiri berkisar 1-3 ml untuk sendi besar, misalnya pergelangan kaki, lutut, pangkal paha, pergelangan tangan, siku dan bahu.
Indikasi melakukan aspirasi cairan sendi adalah untuk memastikan diagnosis, dan diagnosis banding jika dengan pemeriksaan roentgen tidak jelas.
Kontra-indikasi jika tejadi infeksi local, pendarahan, fraktur intra artikuler, dan sendi yang tidak stabil.
- Tes makroskopi
melihat warna dan kejernihan
-- normal : tidak berwarna dan jernih -- kuning jernih : RA ringan, osteoartiritis
-- kuning keruh : inflamasi spesifik dan non-spesifik karena sel leukosit bertambah. -- seperti susu : gout, RA kronik
-- seperti darah : arthritis septic lanjut -- seperti darah : trauma, hemofilia -- kuning coklat : perdarahan lama melihat bekuan
-- normal : tidak terdapat bekuan
-- bila ada bekuan : proses peradangan +, semakin besar bekuan maka semakin berat peradangan.
Viskositas
-- normal : panjang tanpa putus 4-6 cm disebut viskositas tinggi. -- viskositas menurun (< 4cm) : inflamasi akut dan septic
Tes Mucin
-- normal : terlihat satu bekuan kenyal dalam cairan jernih
-- mucin sedang : jika bekuan kurang kuat dan tidak ada batas tegas dalam cairan pada RA◊sendi
infeksi◊-- mucin jelek : bekuan terjadi berkeping-keping
- Tes mikroskopi Jumlah leukosit
-- normal : <200/mm3
penyakit non-inflamasi◊-- 200 – 500/mm3
kelompok inflamatorik akut (Gout, RA)◊-- 2000 – 10.000/mm3
infeksi septic (TB, Artiritis gonore)◊-- 20.000 – 200.000/mm3
Hitung jenis
-- normal jumlah neutrofil kurang dari 25%
-- pada akut inflamatorik : arthritis gout akut (rata-rata 83%), RA (rata-rata 65%) -- pada kelompok septic : TB (67%), arthritis gonore (95%)
Kristal-kristal
-- pada arthritis Gout ditemukan kristal monosodium urat di luar neutrofil yang pecah -- arthritis rematoid : ditemukan kristal kolestrol
- Tes Kimia Tes glukosa
Dilakukan bersamaan dengan tes glukosa darah -- normal : perbedaan <10 mg%
-- non-inflamatorik : <10 mg%
-- kelompok inflamatorik: arthritis gout (12%), factor rematoid (6%) -- kelompok septic: TB (57%), arthritis gonore (26%)
Laktat dehidrogenase (LDH) -- normal : 100 – 190 UL
-- meningkat pada RA, Gout, dan arthritis karena infeksi - Tes serologi
Tes faktor rematoid
Pada arthritis rematoid >60% RF +
Hasil positif palsu ditemukan pada SLE, hepatitis, Limfoma, dan penyakit karena infeksi Tes C-Reactive Protein
Kadar CRP meningkat pada 70-80% penderita penyakit RA
demam rematik, keganasan, infeksi virus, tuberculosis, dan kerusakan jaringan. Tes antinuclear antibodies (ANA)
Kadar ANA meningkat pada : 70% cairan sendi penderita SLE, dan 20% penderita RA Pemeriksaan radiology
Bila secara klinis ada atau diduga ada fraktur, maka harus dilakukan 2 foto tulang yang bersangkutan. Sebaiknya posisi foto yang dipilih adalah Antero-Posterior (AP) dan
lateral. Bila kedua priyeksi ini tidak dapat dilakukan karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan, maka dibuat 2 proyeksi ini yang tegak lurus satu sama lain. Bila hanya dilakukan 1 posisi ada kemungkinan fraktur tidak dapat dilihat. Pemeriksaan radiology dapat dilakukan melalui proyeksi pemotretan secara radiografi, MRI ataupun nuclear medicine.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat pemeriksaan roentgen adalah: - adakah fraktur
- dimana lokasinya - tipe dan jenis fraktur
- struktur tulang (fisiologis atau patologis) - dll
Pada pemeriksaan radilogi untuk osteoporosis dapat dilihat gambaran yang khas yaitu terjadi penipisan korteks dan daerah trabekuler.
Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)
Densitas massa tulang berhubungan erat dengan kekuatan tulang dan resiko fraktur Densitrometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat untuk menilai densitas massa menilai prognosis, prediksi fraktur, dan diagnosis◊tulang osteoporosis. Dapat juga untuk
peningkatan densitasnya. Bila dalam waktu 1 tahun tidak terjadi peningkatan maupun penurunan densitas massa tulang, maka pengobatan sudah dianggap berhasil karena
resorpsi tulang sudah dapat ditekan.
Penatalaksanaan
Obat-obat atau zat yang mempengaruhi kalsifikasi dan turnover pada tulang - Kalsium
Pada wanita dibutuhkan 1300 g, sedangkan pada pria dibutuhkan 1000 g. Asalnya dari makanan kaya kalsium seperti susu dan produknya, dan ikan teri.
- Fosfat
30% ada di dalam tulang
15% ada di dalam jaringan lunak
Hormon paratiroid akan meningkatkan ekskresi - Hormon PTH (Paratiroid)
Fungsi utamanya adalah mempertahankan kadar kalsium ekstrasel melalui proses absorpsi Ca, dll.
- Vitamin D
Fungsi utamanya mempertahankan homeostatis Ca.
Dapat digunakan untuk pencegahan dan pengobatan nutrisi rickets, osteomalacia, pengobatan hipoparatiroidsm, dan pengobatan pencegahan osteoporosis.
- Kalsitonin (CT)
Bekerja melawan PTH dan digunakan untuk penggunaan terapi pada hiperkalsemia oleh karena resorpsi tulang, dan penyakit Paget dimana re- modeling tulang meningkat.
- Biphosphonate
Menghambat resopsi tulang, dan indikasinya pada penyakit Paget, hiperkalsemia, dan osteoporosis pasca menopause. Mula-mula dibuat untuk mengurangi patah tulang pada kelainan tulang (fraktur tulang patologis).
Pada osteoporosis, pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan anti resoprtive yang mengurangi laju resorpsi tulang.
1. Kalsium
- menekan bone turnover (re-modeling) - memperbaiki Bone Mass Density (BMD) - memperkecil insiden terjadinya fraktur
Pada manula diberikan 1500 mg/jari untuk menutupi kehilangan kalsium di usus. 2. Vitamin D dan analog
- memperbaiki absorpsi kalsium di usus - menekan re-modeling tulang
- memperbaiki BMD
diberikan 400-800 mg/hari 3. Estrogen
Terapi Sulih Hormon (TSH) pada menopause untuk mempertahankan massa tulang dan menurunkan insiden fraktur.
4. Selective estradiol receptor modulator (SERMS)
agonis estrogen dan bersifat selektif pada◊Reloxifene (Levista) tulang dan hati, dan anti
(BMD). 5. Kalsitonin
Nasal spray (Miacalcin) 200 unit per hati pada wanita, untuk me-kompresi fraktur vertebra pada menopause. Efek sampingnya menyebabkan hipokalsemia.
6. Bifosfonat (paling popular)
paling efektif sebagai pencegah dan pengobatan osteoporosis, menekan resopsi tulang tanpa penghambat mineralisasi. Diberikan dalam perut kosong, pagi 30 minutes sebelum sarapan dan pasien harus dalam posisi tegak atau dudk setelahnya. Preparat : alendronat, pamidronat, residronat, dan yang terbaru adalah ibrandonat.
7. Thiazid
menurunkan ekskresi kalsium melalui ginjal, menambah massa tulang, dan menurunkan resiko fraktur panggul.
Selain dengan pemberian obat-obatan ada latihan dan program rehabilitasi, pembedahan, dan terapi kombinasi.
OSTEOPOROSIS
27 04 2009
1 Votes
Latar Belakang
Data “Indonesian White Paper” yang dikeluarkan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) pada tahun 2007, osteoporosis pada perempuan di atas 50 tahun sebesar 32,3%, sedangkan pada laki-laki di atas 50 tahun sebesar 28,8%.
data yang dikeluarkan International Osteoporosis Foundation (IOF) diprediksikan tahun 2050 akan terdapat 50% kasus patah tulang panggul di Asia.
Hasil Analisis Data Risiko Osteoporosis oleh Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Fonterra Brands Indonesia yang dipublikasikan tahun 2006 menyatakan bahwa 2 dari 5 orang Indonesia memiliki risiko osteoporosis.
Kenapa perlu diperhatikan sejak awal? Karena masa pertumbuhan dan perkembangan tulang akan berhenti pada usia 30 tahun, setelah itu massa tulang akan menurun secara alamiah.
Definisi
Osteoporosis adalah suatu keadaan yang ditandai dengan massa (berat) tulang yang rendah dan kerusakan pada jaringan di dalam tulang. Pada Osteoporosis, terjadi penurunan kualitas tulang dan kuantitas kepadatan tulang, padahal keduanya sangat menentukan kekuatan tulang sehingga penderita Osteoporosis mudah mengalami patah tulang atau fraktur.
Tanpa adanya pencegahan ataupun terapi, osteoporosis bisa menjadi progresif tanpa rasa nyeri maupun gejala lainnya sampai tulang tersebut fraktur/ patah. Tulang yang biasanya patah adalah tulang didaerah Panggul (Hip), Tulang belakang (Spine), Rusuk (Ribs) dan tulang pergelangan tangan (Wrist)
Klasifikasi
menurut penyebabnya Ada 2 jenis Osteoporosis:
• Osteoporosis primer, merupakan jenis Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya.
• Osteoporosis sekunder adalah Osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit lain, misalnya
Hiperparatiroidisme, Hipertiroidisme, Diabetes Mellitus tipe 1, Sindrom Cushing, pemakaian obat golongan kortikosteroid dalam jangka waktu lama (biasa digunakan oleh penderita Asma), obat diuretik (biasanya digunakan oleh penderita hipertensi), obat anti konvulsan (anti kejang), dan lain-lain.
Faktor Risiko
1. Memiliki massa tulang yang rendah
2. Memiliki kerabat dengan riwayat osteoporosis 3. Berkelamin wanita
4. Memiliki ukuran tulang yang kecil
5.Kurang hormon estrogen, terutama setelah menopause karena kadar hormon estrogen mempengaruhi kepadatan tulang.
6. Rendah asupan kalsium
7. Mengonsumsi obat yang mengandung kortikosteroid 8.Rendahnya kadar testosteron (pada pria)
9.Kurang olahraga dan aktivitas
10.Merokok dan mengonsumsi alcohol 11. kebiasaan mengkonsumsi makanan asin. Gejala Klinis
Osteoporosis merupakan kondisi yang tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa decade, karena osteoporosis tidak akan menimbulkan gejala sampai timbul fraktur atau patah tulang. Maka gejalanya tidak akan jauh dari tempat terjadinya patah tulang.
Pemeriksaan Tambahan
Untuk melihat tingkat kepadatan tulang dan mendeteksi Osteoporosis, dapat dilakukan:
1. mengukur kepadatan tulang menggunakan alat yang disebut Densitometer X-ray Absorptiometry (DXA). Alat ini ada dua jenis yaitu S XA (Single X-ray Absorptiomet y)
dan DEXA ( Dual Energy X-ray Absorptiometry).
2. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui aktivitas Remodelling tulang yaitu pemeriksaan CTx atau C-Telopeptide dan N-Mid Osteocalcin, untuk mengetahui
remodelling tulang.
Osteoporosis memang tidak mematikan tetapi bila terjadi patah tulang, kualitas hidup bisa memburuk, terlebih bila pasien masih berusia muda.
Waspadai Osteoporosis sejak dini. Bagi yang memiliki risiko tinggi, lakukan skrining dengan pemeriksaan kepadatan tulang.
Tata Laksana
Pengobatan osteoporosis di fokus kan kepada memperlambat atau menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya.
Kebanyakan 40% dari perempuan akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis selama hidupnya. Maka tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah terjadinya fraktur (patah tulang).
Diet: dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal dengan mendapatkan cukup kalsium (1000mg/hari) dalam dietnya salmon), berolahraga seperti jalan kaki atau aerobik dan menjaga berat badan normal. Pengaturan makanan sangat penting untuk mencegah osteoporosis, yaitu melalui pengkonsumsian makanan dengan gizi seimbang dan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya kalsium dan rendah lemak. Berikut ini pola makan dan gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mencegah osteoporosis :
1. Konsumsi susu tinggi kalsium dan rendah lemak, yogurt, keju, salmon, brokoli, bayam, sarden kaleng, tiram, udang kecil/rebon, teri dan ikan yang dimakan dengan tulangnya, serta kedelai dan olahannya seperti tempe dan tahu sebagai sumber kalsium. Kedelai sangat baik terutama untuk wanita, karena mengandung estrogen alamiah (fitoestrogen) yang sangat dibutuhkan pada masa menopause.
Jumlah kalsium yang dibutuhkan menurut tingkat usia, yaitu :
a. Anak-anak usia 4-8 tahun membutuhkan 800 miligram kalsium per hari b. usia 9-18 tahun membutuhkan 1300 miligram (mg) kalsium per hari
c. wanita dewasa (usia 19-50 tahun) membutuhkan 1000 mg kalsium per hari d. wanita di atas 50 tahun membutuhkan 1200 mg kalsium per hari
e. wanita hamil atau menyusui membutuhkan 1000-1300 mg kalsium per hari
2. Konsumsikan juga kacang-kacangan lainnya sebagai sumber fosfor, makanan yang tinggi kandungan vitamin D seperti sayuran berdaun hijau gelap. Tubuh juga harus cukup mendapat sinar matahari pagi minimal 15 menit sebagai sumber vitamin D, karena vitamin ini dibutuhkan untuk penyerapan kalsium.
3. Hindari minum kopi secara berlebihan karena dapat mengeluarkan kalsium secara berlebihan. kurangi juga softdrink/minuman ringan karena dapat menghambat penyerapan kalsium.
4. Batasi pengkonsumsian daging merah dan garam atau makanan yang diasinkan
5. hindari minuman beralkohol dan rokok karena dapat menyerap cadangan kalsium dalam tubuh. 6. Lakukan juga olahraga secara teratur untuk menguatkan tulang dan otot.
1.
2. Spesialis: orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang, atau pergelangan tangan harus dirujuk ke spesialis ortopedi untuk manajemen selanjutnya.
3. Olah raga: modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu pengobatan anda. Olah raga yang teratur akan mengurangi patah tulang akibat osteoporosis. Olah raga yang di rekomendasikan termasuk disalamnya adalah jalan kaki, bersepeda, jogging.
Selain dari tatalaksana diatas obat-obatan juga dapat diberikan seperti dibawah ini:
1. Estrogen: untuk perempuan yang baru menopause, penggantian estrogen merupakan salah satu cara untuk mencegah osteoporosis. Estrogen dapat mengurangi atau menghentikan kehilangan jaringan tulang. Dan apabila pengobatan estrogen dimulai pada saat menopause akan mengurangi
kejadian fraktur pinggang sampai 55%. Estrogen dapat diberikan melalui oral (diminum) atau ditempel pada kulit.
2. Kalsium: kalsium dan vtamin D diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang. 3. Konsumsi perhari sebanyak 1200-1500 mg (melalui makanan dan suplemen).
4. Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang. 5. Bifosfonat: pengobatan lain selain estrogen yang ada: alendronate, risedonate, dan etidronate. Obat-obatan ini memperlambat kehilangan jaringan tulang dan beberapa kasus meningkatkan kepadatan tulang. Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa DXAs setiap 1 sampai 2 tahun. Sebelum mengkonsumsi obat ini dokter anda akan memeriksa kadar kalsium dan fungsi ginjal anda.
6. Hormon lain: hormon-hormon ini akan membatu meregulasi kalsium dan fosfat dalam tubuh dan mencegah kehilangan jarungan tulang.
• Kalsitonin
• Teriparatide
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis adalah kondisi yang dikarakteristikan oleh kehilangan dari kepadatan tulang yang normal, berakibat pada tulang yang mudah patah. Osteoporosis menjurus secara harafiah pada tulang yang keropos secara abnormal yang lebih dapat dimampatkan seperti sepon, daripada padat seperti batu bata.
B. Penyebab Berikut ini adalah beberapa penyebab osteoporosis yaitu sebagai berikut : 1. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam. 2. Osteoporosis senilis
kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.
Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal. 3. Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang
berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis. 4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang. C. Gejala Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses ke padatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif
selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala. Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti: patah tulang, punggung yang semakin
membungkuk, hilangnya tinggi badan dan nyeri punggung. Kondisi osteoporosis dapat hadir tanpa segala gejala-gejala untuk waktu berdekadedekade, karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala-gejala kecuali jika patah tulang. Beberapa patah-patah tulang
osteoporosis mungkin luput dari deteksi sampai bertahun-tahun k emudian. Oleh karenanya, pasien-pasien mungkin tidak sadar tentang osteoporosis mereka sampai
mereka menderita patah tulang yang menyakitkan. Kemudian gejala-gejala berhubungan dengan lokasi dari patah tulang. Patah-patah tulang dari tulang belakang (vertebra) dapat menyebabkan nyeri yang sangat yang menyebar kesekeliling dari punggung ke sisi tubuh. Melaui waktu bertahun-tahun, patah-patah tulang belakang yang berulangkali dapat
menyebabkan nyeri punggung bagian bawah yang kronis serta kehilangan tinggi atau pembengkokan tulang belakang, yang memberi seseorang penampakan punggung yang bongkok dari punggung bagian atas, seringkali disebut "dowager hump." Patah tulang
yang terjadi selama perjalanan dari aktivitas yang normal disebut patah tulang trauma yang minimal atau patah tulang stres. Contohnya, beberapa pasien-pasien dengan
osteoporosis mengembangkan patah-patah tulang stres dari kaki-kaki ketika berjalan atau melangkahi pinggiran jalan. Patah-patah tulang pinggul secara khas terjadi sebagai akibat dari kejatuhan. Dengan osteoporosis, kepatahan tulang pinggul dapat terjadi sebagai akibat dari
kecelakaan-kecelakaan yang sepele. Kepatahan tulang pinggul mungkin juga sulit untuk sembuh setelah operasi perbaikan karena kwalitas tulang yang buruk.
D. Faktor Resiko
1. Wanita, Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun. 2. Usia, seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 7585 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun dan fungsi
hormon paratiroid meningkat. 3. Ras/Suku, ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum
konsumsi kalsium wanita asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90%
intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah.
4. Keturunan
penderita osteoporosis, jika ada anggota keluarga yang menderita maka berhati-hatilah. Osteoporosis menyerang penderita dengan
osteoporosis,
karakteristik tulang tertentu. Seperti kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik tulang yang sama. 5. Gaya Hidup Kurang Baik, seperti konsumsi daging merah dan minuman bersoda, Minuman berkafein dan beralkohol, Malas Olahraga, Merokok, dll.
E. Pencegahan
1. Asupan kalsium cukup; Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita
setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis harian yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari.
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Pilihlah makanan seharihari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan. 2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore); Sinar matahari terutama U VB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
pembentukan massa tulang. Untungnya, Indonesia beriklim tropis sehingga sinar
matahari berlimpah. Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari sebelum jam 09.00 dan sore hari sesudah jam 16.00. 3. Melakukan olah raga dengan beban; Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi
sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olah raga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga tetapi berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang. Dr.
Ade Tobing, Sp.KO kini mengenalkan yang disebut latihan jasmani yang baik, benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan BBTT ternyata terbukti bermanfaat dalam
memelihara dan meningkatkan massa tulang. Oleh sebab itu, latihan fisik (BBTT) dapat dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit osteoporosis. 4. Gaya hidup sehat; Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat. Menghindari rokok dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan risiko osteoporosis. Konsumsi kopi, minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan secara bijak. 5. Hindari obat-obatan tertentu; Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan untuk penyakit asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan obat antikejang. Jika tidak ada obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi dengan dipantau oleh dokter. 6. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu); Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6
tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang;
Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon. F. Diagnosa
Osteoporosis
Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala,pemeriksaan fisik dan rontgen tulang.Pemeriksaan lebih lanjut
mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya penyebab osteoporosis yang bisa diatasi. Untuk mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan
pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Di Indonesia dikenal 3 cara penegakan diagnosa penyakit osteoporosis, yaitu: 1. Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit. 2. Densitometer-USG.Pemeriksaan
ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga
pemeriksaannya yang lebih murah. 3.Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx. Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan
memeriksakan penanda biokimia CTx (CTelopeptide). CTx merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke dalam sirkulasi darahsehingga spesifik dalam menilai kecepatan proses pengeroposan tulang.Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam memantau pengobatan menggunakan antiresorpsi oral. Proses pembentukan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda bioklimia NMID-Osteocalcin. Osteocalcin merupakan protein spesifik tulang sehingga pemeriksan ini dapat digunakan saebagai penanda biokimia pembentukan tualng dan juga untuk menentukan kecepatan turnover
tulang pada beberapa penyakit tulang lainnya.Pemeriksaan osteocalcin juga dapat digunakan untuk memantau pengobatan osteoporosis. Di luar negeri, dokter dapat pula menggunakan metode lain untuk mendiagnosa penyakit osteoporosis, antara lain: 1. Sinar x untuk menunjukkan degenerasi tipikal dalam tulang punggung bagian bawah. 2.
Pengukuran massa tulang dengan memeriksa lengan, paha dan tulang belakang. 3. Tes darah yang dapat memperlihatkan naiknya kadar hormon paratiroid. 4. Biopsi tulang untuk melihat tulang mengecil, keropos tetapi tampak normal.
G. Pengobatan Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua
wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat,
yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis. Alendronat berfungsi: mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause, meningkatakan massa tulang di tulang belakang dan tulangpanggul, mengurangi angka kejadian patah tulang. Supaya diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas penuh air pada pagi hari dan dalam waktu
30 menit sesudahnya tidak boleh makan atau minum yang lain. Alendronat bisa
mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian atas, sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30 menit sesudahnya. Obat ini tidak boleh diberikan
kepada orang yang memiliki kesulitan menelan atau penyakit kerongkongan dan lambung tertentu. Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah
tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot hidung. Tambahan fluorida bisa meningkatkan kepadatan tulang. Tetapi tulang bisa mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan.
Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap
kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron. Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulangpanggul
biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri
punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.
Gejala dan Diagnosa Osteoporosis
(Monday, 28 January 2008) - Written by Administrator - Last Updated (Friday, 08 February 2008)
Gejala Osteoporosis dan Diagnosa Osteoporosis
Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease
karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala.
Gejal-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti: 1. Patah tulang 2. Punggung yang semakin
membungkuk 3. Hilangnya tinggi badan 4. Nyeri punggung
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan
bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa
mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan.
Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika
penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, d aerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan
menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk
Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh
tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul.
Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan
tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara
perlahan. Diagnosa Osteoporosis:
Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan
fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya penyebab
osteoporosis yang bisa diatasi.
Untuk mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan
tulang. Di Indonesia dikenal 3 cara penegakan diagnosa penyakit osteoporosis, yaitu: Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold
standard diagnosa osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan nyeri serta bisa
dilakukan dalam waktu 5-15 menit. DXA sangat berguna untuk:
wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis penderita yang diagnosisnya belum pasti penderita yang hasil
Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit osteoporosis. Hasilnya pun
hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti
osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah
kepraktisan dan harga pemeriksaannya yang lebih murah.
Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx. Proses pengeroposan tulang dapat diketahui
dengan memeriksakan penanda biokimia CTx (C-Telopeptide). CTx merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang
dilepaskan ke dalam sirkulasi darahsehingga spesifik dalam menilai kecepatan proses pengeroposan tulang.
Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam memantau pengobatan menggunakan antiresorpsi oral.
Proses pembentukan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda bioklimia N-MID-Osteocalcin. Osteocalcin
merupakan protein spesifik tulang sehingga pemeriksan ini dapat digunakan saebagai penanda biokimia pembentukan
tualng dan juga untuk menentukan kecepatan turnover tulang pada beberapa penyakit tulang lainnya. Pemeriksaan
osteocalcin juga dapat digunakan untuk memantau pengobatan osteoporosis.
Di luar negeri, dokter dapat pula menggunakan metode lain untuk mendiagnosa penyakit osteoporosis, antara lain:
Sinar x untuk menunjukkan degenerasi tipikal dalam tulang punggung bagian bawah. Pengukuran massa tulang dengan
memeriksa lengan, paha dan tulang belakang. Tes darah yang dapat memperlihatkan naiknya kadar hormon paratiroid.
Biopsi tulang untuk melihat tulang mengecil, keropos tetapi tampak normal.
http://www.bmf.litbang.depkes.go.id - www.bmf.litbang.depkes.go.id Powered by Mambo Open Source Generated: 25 March, 2010, 08:55
Wednesday, May 20, 2009
Kekeliruan osteoporosis
Kita sering mendengar isyu dari pihak yang kurangbertanggungjawab, yang menyebutkan salah satu penyebab dari Osteoporosis adalahdari kebiasaan
mengkomsumsi soft drink dan minuman penambah stamina/energy drink. Selain itu disebutkan juga bahwa kalsium tubuh akan diserap oleh bahan-bahan (ingredients)yang terkandung dalam minuman instant. Benarkah? Mari kita kaji lebihilmiah Penyakit Osteoporosis atauKerapuhan Tulang (KT) dapat terjadi baik pada pria maupun wanita. Namun resiko terjadinyaosteoporosis pada wanita lebih tinggi karena mengalami
menopause (> 45tahun), yaitu masa dimana terjadi penurunan kadar hormon estrogen dalam tubuh(masa berhenti haid). Sedangkan pada pria osteoporosis terjadi di usia lanjut (> 70 th). Diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 12 pria di atas usia 50tahun di seluruh dunia mengidap osteoporosis. Pada stadium awal osteoporosistidak memberikan gejala yang nyata, kita dapat curiga apabila ada rasa sakit dipunggung bagian bawah, ada pemendekan tinggi badan, tubuh makin lama makinmembungkuk. Untuk mengetahui
secara dini terjadinya osteoporosis, dapat digunakanbeberapa pemeriksaan seperti:
Pengukuran kepadatan massa tulang (Bone MineralDensity/BMD) dengan Densitometer. Pemeriksaan Laboratorium dengan mengukurpetanda biokimiawi untuk mengetahui
keseimbangan pembentukan dan penghancurantulang. Osteoporosis dapat dicegah
dengan mengkonsumsi nutrisi berkalsium tinggidan aktivitas fisik dengan beban. Hal apa saja yang dapat menghilangkan kalsium?Kekuranganvitamin D. Seperti diketahui,
vitamin D dibutuhkan untuk penyerapankalsium dalam usus. Karena itu, harus dipastikan bahwa tubuh kita tidak kekuranganasupan vitaminSodium.Pola makan yang tinggi
sodium meningkatkan kehilangan kalsium dan minerallain.Sebuah penelitian menyatakan bahwa setiap kelebihan dua gram asupansodium akan menurunkan penyerapan kalsium
sekitar 30-40 mg.Pengobatan.Sejumlah pengobatan untuk asma, jantung dan rematik diketahui dapatmempengaruhi penyerapan kalsium. Untuk itu, selalu konsultasikan dengandokter atau ahli kesehatan sebelum menggunakan obat-obatan yang
dapatmengganggu penyerapan kalsium.Gayahidup yang tidak baik. Merokok dan minum-minuman beralkohol sangatmerugikan dalam kaitannya dengan osteoporosis. Penelitian menunjukan bahwamerokok mempercepat kehilangan tulang dan andil atas
berkurangnyakemampuan penyerapan kalsium. Sementara itu, minum-minuman beralkoholdapat merusak massa tulang sehingga meningkatkan resiko patah
tulang.Konsumsisoda dan kafein yang berlebihan juga dapat menggangu penyerapan kalsium.Kafein yang terkandung dalam sejumlah minuman ringan biasanyamengandung sekitar 10 sampai 50 miligram kafein per sajian. Kafeinpada minuman jenis ini berasal dapat berasal dari bahan ramuan minuman itusendiri ataunya dari bahan aditif yang didapatkan dari proses dekafeinasi. Guarana, bahan utama pembuatan minumanenergi, mengandung sejumlah besar kafeina dengan jumlah teobromina dan teofilina yang kecil. Gaya hidupyang tidak aktif. Mereka yang kurang atau tidak pernah berolahraga,terutama aktivitas fisik yang mendukung berat badan, dan kekurangan asupankalsium beresiko kehilangan kalsium dari tulang. Jadi dapat disimpulkanbahwa soft drink dan minuman penambahstamina/energy drink bukanlah penyebab utama dari penyakit
Osteoporosis.Karena Osteoporosis disebabkan oleh faktor usia yang terus bertambah dankemampuan tulang untuk menyerap kalsium berkurang karena makin
berkurangnyahormon yang dihasilkan oleh tubuh. Walaupun salah satu faktor yang mempengaruhipenyerapan kalsium adalah konsumsi soda dan kafein yang biasa terkandungdidalam minuman instant namun zat ini tidak berpengaruh karena
persentasekandungan soda dan kafein itu kecil. Osteoporosis tidak akan mengancam kitaapabila kita mengkonsumsi minuman yang mengandung soda dan kafein sesuai denganpetunjuknya dan menerapkan pola hidup sehat. (Sumber : buklet"Mengenal Osteoporosis" , Novell Pharmaceutical Laboratories) .http://untukinfo. wordpress.
com/2009/ 01/30/awas- kehilangan- vitamin-d- dan-kalsium- berakibat- osteoporosis/Kita sering mendengar isyu dari pihak yang kurangbertanggungjawab, yang menyebutkan salah satu penyebab dari Osteoporosis adalahdari kebiasaan mengkomsumsi soft drink dan minuman penambah stamina/energy drink. Selain itu disebutkan juga bahwa kalsium tubuh akan diserap oleh bahan-bahan (ingredients)yang terkandung dalam minuman instant. Benarkah? Mari kita kaji lebihilmiah Penyakit Osteoporosis atauKerapuhan Tulang (KT) dapat terjadi baik pada pria maupun wanita. Namun resiko
terjadinyaosteoporosis pada wanita lebih tinggi karena mengalami meno pause (>
45tahun), yaitu masa dimana terjadi penurunan kadar hormon estrogen dalam tubuh(masa berhenti haid). Sedangkan pada pria osteoporosis terjadi di usia lanjut (> 70 th).
Diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 12 pria di atas usia 50tahun di seluruh dunia mengidap osteoporosis. Pada stadium awal osteoporosistidak memberikan gejala yang
nyata, kita dapat curiga apabila ada rasa sakit dipunggung bagian bawah, ada
pemendekan tinggi badan, tubuh makin lama makinmembungkuk. Untuk mengetahui secara dini terjadinya osteoporosis, dapat digunakanbeberapa pemeriksaan seperti:
Pengukuran kepadatan massa tulang (Bone MineralDensity/BMD) dengan Densitometer. Pemeriksaan Laboratorium dengan mengukurpetanda biokimiawi untuk mengetahui keseimbangan pembentukan dan penghancurantulang. Osteoporosis dapat dicegah
dengan mengkonsumsi nutrisi berkalsium tinggidan aktivitas fisik dengan beban. Hal apa saja yang dapat menghilangkan kalsium?Kekuranganvitamin D. Seperti diketahui,
vitamin D dibutuhkan untuk penyerapankalsium dalam usus. Karena itu, harus dipastikan bahwa tubuh kita tidak kekuranganasupan vitaminSodium.Pola makan yang tinggi
sodium meningkatkan kehilangan kalsium dan minerallain.Sebuah penelitian menyatakan bahwa setiap kelebihan dua gram asupansodium akan menurunkan penyerapan kalsium
sekitar 30-40 mg.Pengobatan.Sejumlah pengobatan untuk asma, jantung dan rematik diketahui dapatmempengaruhi penyerapan kalsium. Untuk itu, selalu konsultasikan dengandokter atau ahli kesehatan sebelum menggunakan obat-obatan yang
dapatmengganggu penyerapan kalsium.Gayahidup yang tidak baik. Merokok dan minum-minuman beralkohol sangatmerugikan dalam kaitannya dengan osteoporosis. Penelitian menunjukan bahwamerokok mempercepat kehilangan tulang dan andil atas
berkurangnyakemampuan penyerapan kalsium. Sementara itu, minum-minuman beralkoholdapat merusak massa tulang sehingga meningkatkan resiko patah
tulang.Konsumsisoda dan kafein yang berlebihan juga dapat menggangu penyerapan kalsium.Kafein yang terkandung dalam sejumlah minuman ringan biasanyamengandung sekitar 10 sampai 50 miligram kafein per sajian. Kafeinpada minuman jenis ini berasal dapat berasal dari bahan ramuan minuman itusendiri ataunya dari bahan aditif yang didapatkan dari proses dekafeinasi. Guarana, bahan utama pembuatan minumanenergi, mengandung sejumlah besar kafeina dengan jumlah teobromina dan teofilina yang kecil. Gaya hidupyang tidak aktif. Mereka yang kurang atau tidak pernah berolahraga,terutama aktivitas fisik yang mendukung berat badan, dan kekurangan asupankalsium beresiko kehilangan kalsium dari tulang. Jadi dapat disimpulkanbahwa soft drink dan minuman penambahstamina/energy drink bukanlah penyebab utama dari penyakit
Osteoporosis.Karena Osteoporosis disebabkan oleh faktor usia yang terus bertambah dankemampuan tulang untuk menyerap kalsium berkurang karena makin
berkurangnyahormon yang dihasilkan oleh tubuh. Walaupun salah satu faktor yang mempengaruhipenyerapan kalsium adalah konsumsi soda dan kafein yang biasa terkandungdidalam minuman instant namun zat ini tidak berpengaruh karena
persentasekandungan soda dan kafein itu kecil. Osteoporosis tidak akan mengancam kitaapabila kita mengkonsumsi minuman yang mengandung soda dan kafein sesuai denganpetunjuknya dan menerapkan pola hidup sehat. (Sumber : buklet"Mengenal Osteoporosis" , Novell Pharmaceutical Laboratories) .http://untukinfo. wordpress. com/2009/ 01/30/awas- kehilangan- vitamin-d- dan-kalsium- berakibat- osteoporosis/
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Patah tulang tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).
Fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi, dan gerakan memuntir yang keras. Fraktur kedua tulang ini sering terjadi
dalam kaitan satu sama lain : Klasifikasi fraktur :
Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut
• Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst). • Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
1. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang).
2. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).
• Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
1. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan). 2. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
3. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).
• Berdasarkan posisi fragmen :
1. Undisplaced (tidak bergeser)/garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.
2. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
• Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :
1. Tertutup
2. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
1. Garis patah melintang. 2. Oblik / miring.
3. Spiral / melingkari tulang. 4. Kompresi
5. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela.
• Berdasarkan kedudukan tulangnya :
1. Tidak adanya dislokasi. 2. Adanya dislokasi
• Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :
1. Tipe Ekstensi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.
2. Tipe Fleksi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000)
Etiologi
1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah :
1. Kekerasan langsung ; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung : Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
Patofisiologis
Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras akibat kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah dan fragmen tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang tersebut.
Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang lainnya karena periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang
hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada langsung di bawah kulit maka sering ditemukan adanya fraktur terbuka
Manifestasi klinis:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya. 5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
Komplikasi fraktur
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu
tempat.
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil
8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.
Pemeriksaan penunjang
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas.
Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah
Penatalaksanaan Fraktur Tujuan pengobatan fraktur
1. Reposisi dengan maksud mengembalikan fragmen–fragmen ke posisi anatomi. 2. Imobilisasi atau fiksasi dengan tujuan mempertahankan posisi fragmen–fragmen
tulang tersebut setelah direposisi sampai terjadi union. 3. Penyambungan fraktur (union)
4. Mengembalikan fungsi (rehabilitasi)
Prinsip Dasar Penanganan Fraktur
1. Revive; Yaitu penilaian cepat untuk mencegah kematian, apabila pernafasan ada hambatan perlu dilakukan therapi ABC (Airway, Breathing, Circulation) agar pernafasan lancar.
2. Review; Yaitu berupa pemeriksaan fisik yang meliputi : look feel, novemert dan pemeriksaan fisik ini dilengkapi dengan foto rontgent untuk memastikan adanya
fraktur.
3. Repair; Yaitu tindakan pembedahan berupa tindakan operatif dan konservatif. Tindakan operatif meliputi : Orif, Oref, menjahit luka dan menjahit pembuluh darah yang robek, sedangkan tindakan konservatif berupa pemasangan gips dan traksi.
4. Refer; Yaitu berupa pemindahan pasien ke tempat lain, yang dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak memperparah luka yang diderita.
5. Rehabilitation; Yaitu memperbaiki fungsi secara optimal untuk bisa produktif.
Proses penyembuhan tulang
1. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma; Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur.