• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuhan, Sikap, Tindakan Petugas Kesehatan Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini Diwilayah Kelurahan Siringo-Ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuhan, Sikap, Tindakan Petugas Kesehatan Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini Diwilayah Kelurahan Siringo-Ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETUGAS KESEHATAN DALAM KEGIATAN INISIASI MENYUSU DINI DI WILAYAH

KELURAHAN SIRINGO-RINGO KECAMATAN RANTAU UTARA KABUPATEN LABUHAN BATU

TAHUN 2008

SKRIPSI

OLEH

NIM : 061000305

EKA FRINA PURNAMA SEMBIRING

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETUGAS KESEHATAN DALAM KEGIATAN INISIASI MENYUSU DINI DI WILAYAH

KELURAHAN SIRINGO-RINGO KECAMATAN RANTAU UTARA KABUPATEN LABUHAN BATU

TAHUN 2008

SKRIPSI

OLEH

NIM : 061000305

EKA FRINA PURNAMA SEMBIRING

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PETUGAS KESEHATAN DALAM KEGIATAN INISIASI MENYUSU DINI DI WILAYAH KELURAHAN SIRINGO-RINGO KECAMATAN RANTAU UTARA

KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

NIM : 061000305

EKA FRINA PURNAMA SEMBIRING

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PETUGAS KESEHATAN DALAM KEGIATAN INISIASI MENYUSU DINI DI WILAYAH KELURAHAN SIRINGO-RINGO KECAMATAN RANTAU UTARA

KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM : 061000305

EKA FRINA PURNAMA SEMBIRING

Yang Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Hari Rabu, Tanggal 14 Januari 2009

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

(Dr, Ir, Evawany Y Aritonang, MSi)

(5)

ABSTRAK

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah suatu upaya agar bayi mulai menyusu sendiri segera setelah ia lahir. Inisiasi dilakukan segera setelah bayi lahir, tali pusat dipotong, dilap kering selanjutnya, bayi langsung diberikan pada ibu. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Biarkan bayi di dada ibu minimal 30 menit sampai bayi mencari sendiri puting susu ibunya dan langsung dihisapnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan petugas kesehatan dalam kegiatan IMD di wilayah Kelurahan Siringo-Ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008.

Penelitian ini merupakan survei yang bersifat deskriptif dengan desain

cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petugas kesehatan khususnya bidan Puskesmas dan bidan swasta yang memiliki ijin yang berjumlah 24 orang. Semua populasi dijadikan sampel dalam penelitian (total sampling). Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dan kuesioner. Selain itu juga digunakan data sekunder, yaitu berupa data umum dan data demografi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas kesehatan dalam kegiatan IMD mempunyai pengetahuan sedang sebesar 45,8%, sedangkan sikap petugas kesehatan mayoritas baik sebesar 83,3% dan petugas kesehatan juga mempunyai tindakan baik yaitu sebesar 83,3%.

Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya bidan agar lebih meningkatkan program dan memberikan penerangan kepada ibu-ibu mengenai IMD di wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabpaten Labuhan Batu

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eka Frina Purnama Sembiring Tempat/tanggal lahir : Air Hitam, 4 Januari 1985 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan Status Perkawinan : Kawin

Alamat Rumah : Jln. Aman Rantau Prapat

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1994 – 1997 : SD Kemala Bhayangkari Rantau Prapat 2. Tahun 1997 – 2000 : SLTP RK Bintang Timur Rantau Prapat 3. Tahun 2000 – 2003 : SMU Panglima Polem Rantau Prapat 4. Tahun 2003 – 2006 : AKBID Deli Husada – Delitua

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petugas Kesehatan Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008”, ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat dan selaku Dosen Pembimbing I Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II yang

(8)

4. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, MSi, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan petunjuk penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan seluruh staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Bapak/Ibu Dosen di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat.

6. Suamiku tercinta Desmonta Surbakti dan kedua orang tuaku serta seluruh keluarga yang telah banyak memberikan dorongan moril maupun materiil kepada penulis.

7. Bapak Bibit sebagai Kepala Kelurahan di Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu yang telah memberikan ijin pada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa, khususnya mahasiswa angkatan tahun 2006 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmatNya kepada semua yang telah membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.

Medan, Desember 2008 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Susu Ibu (ASI) ... 6

2.4.2. Promosi ASI dan Kesiapan Petugas Kesehatan ... 24

2.5. Pengertian Perilaku ... 24

2.5.1. Bentuk Perilaku ... 25

2.5.2. Pembagian Perilaku ... 26

(10)

2.6. Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Tentang ASI ... 30

4.5.1. Hasil Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Karakteristik Responden ... 53

4.5.2. Hasil Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Karakteristik Responden ... 53

(11)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Responden Tentang IMD ... 56

5.2. Sikap Responden Tentang IMD ... 59

5.3. Tindakan Responden Tentang IMD ... 61

5.4. Faktor Dalam dan Faktor Luar ... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 65

6.2. Saran ... 65

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelompok Umur di

Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008 ... 44 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di

Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008 ... 44 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kategori Paparan Media

Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo- ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008 .. 45 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Paparan Media Dalam

Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo

Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008 ... 46 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kategori Kebijakan

Pemerintah/IBI Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008 ... 46 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kebijakan Pemerintah/IBI

Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu

Tahun 2008 ... 47 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan

Petugas Kesehatan Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008 ... 48 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Petugas

Kesehatan Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah

Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008 ... 49 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kategori Sikap Petugas

Kesehatan Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah

(13)

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Petugas Kesehatan Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu

Tahun 2008 ... 51 Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kategori Tindakan Petugas

Kesehatan Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu

Tahun 2008 ... 52 Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan Petugas Kesehatan

Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo- ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008 52 Tabel 4.13. Distribusi Pengetahuan Dengan Karakteristik Responden Dalam

Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo

Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008 ... 53 Tabel 4.14. Distribusi Sikap Dengan Karakteristik Responden Dalam Kegiatan

Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008 ... 54 Tabel 4.15. Distribusi Tindakan Dengan Karakteristik Responden Dalam

Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ... 68

Lampiran 2 : Frequency Table ... 73

Lampiran 3 : Master Data ... 85

Lampirab 4 : Keterangan Master Data ... 86

Lampiran 5 : Permohonan Izin Peninjauan Riset/Wawancara/on The Job Training dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ... 87

(15)

ABSTRAK

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah suatu upaya agar bayi mulai menyusu sendiri segera setelah ia lahir. Inisiasi dilakukan segera setelah bayi lahir, tali pusat dipotong, dilap kering selanjutnya, bayi langsung diberikan pada ibu. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Biarkan bayi di dada ibu minimal 30 menit sampai bayi mencari sendiri puting susu ibunya dan langsung dihisapnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan petugas kesehatan dalam kegiatan IMD di wilayah Kelurahan Siringo-Ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008.

Penelitian ini merupakan survei yang bersifat deskriptif dengan desain

cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petugas kesehatan khususnya bidan Puskesmas dan bidan swasta yang memiliki ijin yang berjumlah 24 orang. Semua populasi dijadikan sampel dalam penelitian (total sampling). Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dan kuesioner. Selain itu juga digunakan data sekunder, yaitu berupa data umum dan data demografi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas kesehatan dalam kegiatan IMD mempunyai pengetahuan sedang sebesar 45,8%, sedangkan sikap petugas kesehatan mayoritas baik sebesar 83,3% dan petugas kesehatan juga mempunyai tindakan baik yaitu sebesar 83,3%.

Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya bidan agar lebih meningkatkan program dan memberikan penerangan kepada ibu-ibu mengenai IMD di wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabpaten Labuhan Batu

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anak Indonesia merupakan generasi penerus bangsa dan sebagai modal pembangunan, sudah pada tempatnya perlu mendapatkan pembinaan dan peningkatan taraf kesehatannya agar terjamin kelangsungan hidupnya dan perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh kembang dapat berlangsung secara optimal (Sayogo, 1996).

Pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 (enam) bulan. ASI sangat bermanfaat bagi bayi oleh karena mengandung komposisi zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi yaitu zat pembangun (protein, mineral), zat pengatur (vitamin, mineral, protein, air) dan zat tenaga (karbohidrat, lemak) dan juga mengandung zat-zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari infeksi (Suhardjo, 1997).

(17)

akan menyebabkan bayi merasa kenyang dan kurang ingin menyusui (Indah, 2003).

Penggunaan ASI oleh ibu-ibu menyusui di Indonesia sudah cukup tinggi, Data di Indonesia yang dilaporkan oleh Demographic and Health Survei WHO (1986-1989) menunjukkan, walaupun persentase bayi yang mendapat ASI cukup tinggi (96%), namun pemberian ASI Eksklusif hanya 36 % sedangkan menurut survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 1991) menunjukkan bahwa 97% bayi di Indonesia pernah mendapat ASI dan hanya 51 % yang memperoleh ASI Eksklusif (Setyawati, 1998).

Sedangkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif di Indonesia adalah 48%. Penelitian di Indramayu, Jawa Barat menunjukkan sebagian besar (95-97%) ibu-ibu memberikan ASI pada bayinya, hanya saja sebagian besar dari mereka (78,2%) telah memberi bayinya makanan tambahan pada saat bayi berusia 3 bulan, bahkan pada minggu pertama setelah kelahiran (Utomo, 1993).

(18)

Berdasarkan hasil survei menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif di perkotaan mempunyai range antara 4-12%, di pedesaan 4-25% pencapaian ASI Eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1-13% dan di pedesaan antara 2-13%. Sedangkan cakupan ASI Eksklusif yang ditargetkan dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) dan Strategi Nasional Program Peningkatan Cakupan Air Susu Ibu (PP-ASI) adalah sebesar 80%. Hal ini menunjukkan keadaan yang cukup memprihatinkan, sehingga perlu upaya serius dan bersifat segera ke arah yang dapat meningkatkan keberhasilan program ASI Eksklusif (Depkes RI, 2005).

(19)

puting si ibu itu juga memiliki bau yang sama, jadi dengan mencium bau tangannya, membantu bayi untuk mengarahkan kemana dia akan bergerak. Dia akan mulai bergerak mendekati payudara, setelah itu bayi akan mulai meremas-remas puting susu ibu yang bertujuan untuk merangsang supaya air susu ibu segera berproduksi dan bisa keluar. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si bayi. Gerakan terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu, proses tersebut bisa berlangsung sekitar 1-2 jam (Andriana, 2006).

Dengan memberikan inisiasi menyusu dini juga menurunkan resiko kematian bayi sebanyak 21%. Sebagai bagian manajemen laktasi yang relatif baru, inisiasi menyusu dini harus disosialisasikan secara benar dan luas, tidak hanya kepada kalangan tenaga medis tetapi juga masyarakat. Tak terpikirkan bahwa aneka ragam penyakit yang sering menyerang seseorang di usia 30-50 tahun dapat disebabkan karena pemberian ASI yang kurang optimal saat masih bayi (Roesli, 2007).

(20)

kesehatan dalam memberikan penerangan bagaimana pentingnya melakukan IMD sehingga bayi akan dapat memperoleh ASI Eksklusifnya begitu bayi dilahirkan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengetahuan, sikap, dan tindakan petugas kesehatan dalam kegiatan inisiasi menyusu dini di wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, bahwa dari jumlah kelahiran yaitu 179 bayi, dan yang diberi ASI Eksklusif 138 bayi (77%), sedangkan yang ditargetkan dalam PROPENAS adalah 80%. Ini menunjukkan masih ada ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya sampai 6 bulan, dan kurangnya petugas kesehatan dalam memberikan penerangan mengenai IMD kepada ibu-ibu. Maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : bagaimana pengetahuan, sikap, dan tindakan petugas kesehatan dalam kegiatan inisiasi menyusu dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(21)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang inisiasi menyusu dini di wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu.

2. Untuk mengetahui sikap petugas kesehatan terhadap kegiatan inisiasi menyusu dini di wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu.

3. Untuk mengetahui tindakan petugas kesehatan dalam kegiatan inisiasi menyusu dini di wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu.

1.4. Manfaat Penelitian

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Susu Ibu (ASI)

ASI merupakan bahan makanan ideal untuk bayi, bahan yang tiada duanya merupakan bahan makanan yang terbaik bagi bayi yang dilahirkan, bahkan tidak satu jenis susu buatan yang mendekati atau bahkan semutu dengan air susu iibu (Rachmawati, 2006).

ASI merupakan makanan paling cocok bagi bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Untuk bayi hingga usia enam bulan, ASI sudah mencukupi kebutuhan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan antibodi yang tidak dimiliki susu formula merk apapun. (Rusmawaty, 2008).

2.1.1. Pengertian ASI dan ASI Eksklusif

ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi dala m masa enam bulan pertama kehidupannya, karena dapat memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi untuk tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Indah, 2003).

(23)

Menurut WHO (2001), bahwa ASI Eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI Eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.

ASI Eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Karena ada lebih dari 100 jenis zat gizi dalam ASI antara lain AA, DHA, taurin dan spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi. Beberapa produsen susu formula mencoba menambahkan zat gizi tersebut, tetapi hasilnya tetap tidak bias menyamai kandungan gizi yang terdapat dalam ASI (Indah, 2003).

Menurut Roesli (2000), pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun.

(24)

formula sudah dikenalkan dengan protein asing sehingga jika terjadi ketidakcocokan akan menimbulkan alergi. Selain itu cara penyajian susu formula yang tidak benar juga mengandung resiko masuknya kuman yang berakibat pada sakinya si bayi (Rusmawaty, 2008).

Menurut Roesli (2000), komposisi ASI dari hari kehari berdasarkan stadium laktasi dibagi atas 3 bagian yaitu :

a. Kolostrum/susu jolong b. Air susu transisi/peralihan c. Air susu matur/matang

Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti-infeksi dan berprotein tinggi. Kolostrum warnanya lebih kuning dan lebih kental dari pada air susu ibu yang diproduksi kemudian. Kelebihan dari kolostrum yaitu lebih banyak mengandung zat anti bodi terhadap beberapa penyakit sehingga dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan pertama. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI yang matang. Mengandung zat anti-infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan dengan ASI matang Kadar karbohidrat dan lemak rendah dibandingkan dengan ASI matang, total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matang. Volume kolostrum berkisar 150-300 ml/24 jam, kolostrum harus diberikan pada bayi.

(25)

Air susu mature adalah ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke 14 dan seterusnya komposisinya relatif konstan, merupakan cairan berwarna putih kekuning-kuningan, tidak menggumpal bila dipanaskan serta terdapat anti mikrobial faktor antara lain terdapat antibodi terhadap bakteri dan virus (Roesli, 2000).

2.1.2. Volume ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu ke dua.

(26)

Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang di konsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan yang akibat fatal bagi bayi yang masih sangat muda. (Siregar, A, 2004).

2.1.3. Produksi ASI

ASI diproduksi atas hasil kerja gabngan antara hormone dan refleks. Selama kehamilan terjadilah perubahan pada hormone yang berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan, bahkan kadang-kadang mulai pada usia 6 bulan akan terjadi perubahan pada hormone yang menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI.

(27)

oksitosin dalam darah yang mengatur pengeluaran air susu melalui puting susu. Ini berarti bahwa untuk memperoleh ASI yang cukup dan sehat, perlu adanya kerjasama antara ibu dan bayi (Roesli, 2000).

2.2. Inisiasi Menyusu Dini

Menyusui adalah proses unik yang memberikan keuntungan tidak saja pada bayi dan ibu, tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat. Keuntungan ini termasuk kesehatan, perkembangan, psikologis, sosial, ekonomi dan lingkungan.

Menurut Dr.Utami Roesli, (2008), inisiasi dilakukan ketika bayi lahir, tali pusat dipotong, lalu di lap kering dan langsung diberikan pada ibu. Harus ada sentuhan antara kulit ibu dengan kulit bayi, dimana tidak boleh dipisahkan dulu dari ibu. Yang perlu dijaga adalah suhu ruangan, dan sebaiknya bayi memakai topi bayi karena disitu banyak keluar panas. Suhu yang tepat adalah 28-29ºC.

(28)

Dengan inisiasi menyusu dini memberikan motivasi yang sangat besar untuk ibu menyusui bayinya (Roesli, 2008).

Menyusui dibedakan menjadi tiga, yaitu menyusui secara penuh (full breastfeeding), menyusui secara sebagian atau parsial (partial breastfeeding) dan diberi susu formula (formula feed/token). Menyusui secara penuh dapat dibedakan menjadi : menyusui secara eksklusif (exclusive breastfeeding) dan menyusui hampir eksklusif (almost exclusive breastfeeding); menyusui secara parsial dibedakan menjadi menyusui parsial tinggi (high partial breastfeeding), sedang (medium partial breastfeeding) dan rendah (low partial breastfeeding) (Laurance, 2007).

2.2.1. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan

Berikut ini langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan (Roesli, 2008) :

a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering

b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya kecuali kedua tangannya

c. Tali pusat dipotong, lalu diikat

d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

(29)

2.2.2. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini

Menurut Roesli (2008), langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk mensukseskan terjadinya inisiasi menyusu dini

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan

2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat, aromaterapi, gerakan, atau hypnobirthing

3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau dengan jongkok.

4. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.

5. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi.

6. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksa bayi ke puting susu.

(30)

jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

8. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi caesar.

9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.

10. Rawat gabung-ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu-bayi tetap tidak dipisahkan dan ibu-bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan. 2.2.3. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Menurut Roesli, (2007), manfaat inisiasi dini adalah sebagai berikut : 1. Anak yang dapat menyusui dini dapat mudah sekali menyusu kemudian,

sehingga kegagalan menyusui akan jauh sekali berkurang. Selain mendapat kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI Eksklusif akan menurunkan kematian.

2. ASI adalah cairan kehidupan, yang selain mengandung makanan juga mengandung penyerap. Susu formula tidak diberi enzim sehingga penyerapannya tergantung enzim di usus anak. Sehingga ASI tidak merebut enzim anak.

3. Yang sering dikeluhkan ibu-ibu adalah suplai ASI yang kurang, padahal ASI

(31)

sedangkan bayi yang diberikan susu formula perlu waktu satu minggu untuk mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkannya.

2.2.4. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi.

1. Bayi kedinginan-tidak benar

Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5º C dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman (2005), ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1ºC lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan suhu dada ibu akan turun 1ºC. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2ºC untuk menghangatkan bayi. 2. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya-tidak benar.

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah melahirkan. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kkulit serta saat byi menyusu dini memabntu menenangkan ibu.

3. Tenaga kesehatan kurang tersedia-tidak masalah

(32)

4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk-tidak masalah

Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.

5. Ibu harus dijahit-tidak masalah

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara, yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan saat lahir-tidak benar

Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

7. Bayi harus segera dibersihkan, di mandikan, ditimbang dan diukur-tidak benar

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu kesempatan vernix meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

8. Bayi kurang siaga-tidak benar

(33)

diasup ibu, kontak kulit akan lebih panting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.

9. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan yang diberikan sebelum ASI keluar (cairan pre-laktal)- tidak benar

Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu juga. 10. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi-tidak benar

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang ayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematngkan dinding usus yang masih muda (Roesli, 2008). 2.2.5. Manfaat ASI bagi Bayi dan Ibu

ASI sebagai makanan bayi mempunyai manfaat/sifat sebagai berikut : 1. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,

mudah dicerna, untuk memilih komposisi zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.

2 . ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Dalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk :

- Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen

- Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin

(34)

- Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium

3. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti : Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4,

Antistapiloccocus, laktobacillus, Bifidus, Lactoferrin.

4. ASI mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.

5. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi (Roesli, 2008).

Seperti yang ditulis Puspita Theresia (1995), yang di kutip Siregar (2004), selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikan keuntungan bagi ibu yaitu :

a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa dapat memberikan “kehidupan” kepada bayi

b. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang

erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak

c. Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan

zat besi sebanyak ketika mengalami menstruasi.

d. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan berikutnya.

(35)

f. Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui empat bulan

2.3. Komposisi ASI

A. Protein dalam ASI

ASI mengandung protein lebih rendah dari susu sapi tetapi mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan lebih mudah dicerna. Keistimewaan protein dalam ASI adalah (Roesli, 2008) :

1. Menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis

2. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin

3. Memudahkan absorbsi dari mineral misalnya, kalsium, fosfor dan magnesium. B. Karbohidrat dalam ASI

ASI mengandung karbohidrat lebih dari 6,6-7%. Kadar laktosa yang tinggi sangat menguntungkan bayi untuk memberikan suasana asam di dalam usus bayi dengan keuntungan :

1. Menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis

2. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin

(36)

C. Lemak dalam ASI

Lemak dalam ASI merupakan sumber kalori yang utama bagi bayi. Keistimewaan lemak dalam ASI adalah :

1. Kadar asam lemak tak jenuh lebih tinggi 7-8 kali, bila dibandingkan dengan susu sapi. Berguna untuk memacu absorbsi lemak dan kalsium, dengan adanya garam kalsium ini akan memacu perkembangan otak bayi dan mencegah terjadinya hipokalsemia.

2. Kolesterol diperlukan untuk melinisasi susunan saraf pusat. D. Mineral dalam ASI

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah tapi cukup sampai bayi umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium pada ASI paling stabil tidak dipengaruhi oleh diit ibu dan garam-garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium, natrium dan phospat merupakan pembentuk tulang.

E. Air dalam ASI

Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zat-zat yang tidak berguna di dalam tubuh. Air yang tinggi di dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus bagi bayi.

F. Kalori dalam ASI

(37)

responsive terhadap kekuatan yang mengatur laktasi yaitu isapan. Isapan dari bayi memegang peranan untuk keluarnya prolaktin dan hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu (Soetjiningsih, 1994).

2.4. Program Laktasi

Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang melibatkan bagian yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang komprehensif dan terpadu terhadap ibu hamil, ibu menyusui dan bayinya, bahkan seluruh keluarga yang mencakup masa prenatal. Segera sesudah melahirkan dan sesudah ibu dan bayinya dipulangkan dari Rumah Sakit atau Klinik Bersalin.

Program laktasi ini memiliki anggota program yang disebut sebagai Team Manajemen Laktasi (TML) yang terdiri dari seorang profesor dokter anak, perawat spesialis anak, bidan ahli gizi, pekerja sosial dan seorang sekretaris yang terdidik dan diketahui oleh dokter anak (Roesli, 2001).

Melalui suatu pelayanan yang berkesinambungan, program laktasi tersebut meliputi sebagai berikut :

1. Bimbingan Pranatal

(38)

2. Pelayanan Pascanatal yang Terarah

Terlepas dari kualitas pelayanan perinatal lainnya, maka proses laktasi tidak akan berhasil bila pascanatal ini tidak dikelola dengan baik. Untuk itu diperlukan petugas kesehatan terutama petugas pelayanan perinatal yang terlatih dan mengerti akan seluk-beluk proses menyusui. Oleh karena itu petugas kesehatan perlu mendapat tambahan pendidikan berkala yang berorientasi klinis sehingga dapat membina ibu-ibu ke arah fisiologi menyusui yang normal.

3. Konsultasi per telepon -24 jam

Walaupun sudah dipersiapkan dengan baik serta ditambah dengan pelayanan segera pascanatal yang sesuai, sering masih timbul masalah menyusui yang perlu segera ditanggulangi agar laktasi dapat dipertahankan. Anggota team managemen laktasi akan menjawab serta memecahkan masalah melalui telepon yang bila perlu akan dilanjutkan dengan kunjungan rumah. Sering jaringan informasi ini dipergunakan oleh petugas kesehatan lainnya.

4. Klinik Laktasi

(39)

guna keberhasilan laktasi. Kalau perlu dilakukan kunjungan rumah oleh petugas sosial diikuti pertelepon. Klinik laktasi menerima rujukan untuk kasus yang sulit. Pasangan ibu dan bayinya diperiksa di Klinik Laktasi tujuh hari setelah dipulangkan dari RS atau kapan saja bila timbul masalah.

5. Konsultasi untuk NICU (Neonatal Intensive Care Unit)

Adanya pelayanan NICU membuktikan betapa komprehensifnya program laktasi ini. Bila seorang neonatus sakit, maka jelas betapa ASI dengan keunggulannya sangat dibutuhkan. Oleh karena itu petugas pelayanan perinatal dihimbau untuk secara sungguh-sungguh mengusahakan agar ASI tersedia dan mengatasi segala hambatan yang datang.

6. Pendidikan Petugas Kesehatan

Dampak dari program laktasi ini bukan saja terhadap ibu menyusui, tetapi juga terhadap petugas kesehatan lainnya. Petugas kesehatan makin sadar akan pentingnya menyusui dan merasakan perlunya pengetahuan dasar mengenai fisiologi laktasi dan informasi terbaru tentang cara mengelola ibu menyusui dengan berhasil.

2.4.1. Manajemen Laktasi

(40)

- Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.

- Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.

- Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.

- Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat sebelum hamil.

- Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.

b. Pada masa setelah persalinan (prenatal)

- Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang baik dan benar, yakni : tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara ibu

- Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dilakukan tanpa jadwal

(41)

c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)

- Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selam 4 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya

- Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.

- Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

- Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui

- Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menyusui seperti payudara banyak disertai demam.

- Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui

- Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP-ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.

2.4.2. Promosi ASI dan Kesiapan Petugas Kesehatan

(42)

didapat selama pendidikan dan bekerja, jika disetiap instansi kesehatan tersedia tenaga yang terampil dan terlatih mengenai aplikasi klinis dari seluk beluk proses menyusui. Serta didukung oleh program laktasi, maka dapatlah diharapkan bahwa gabungan kedua komponen ini menjadi kunci keberhasilan proses laktasi (Roesli, 2000).

2.5. Pengertian Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri seperti berjalan, berbicara, bereaksi dan lain-lain, bahkan kegiatan internal sendiri seperti berpikir, persepsi dan emosi. Dapat juga dikatakan bahwa perilaku itu adalah aktivitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung, seperti perilaku petugas kesehatan dalam memberikan gambaran atau pandangan tentang pentingnya inisiasi menyusu dini. Perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan perilaku, sedangkan lingkungan merupakan kondisi-kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 1996).

2.5.1. Bentuk Perilaku

(43)

diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek. Respon ini dibedakan menjadi 2 (dua) (Notoatmodjo, 2003) :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behavior atau

unobservable behavior, misal seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, ibu yang sedang menyusui tahu pentingnya ASI bagi bayinya, dan sebagainya.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktek (practice) misal, seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi dan sebagainya. 2.5.2. Pembagian Perilaku

(44)

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui Panca indra yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Overt Behaivour), (Notoatmodjo, 2003).

Didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan berlangsung lama, suatu contoh ibu-ibu diperintahkan oleh petugas kesehatan untuk melakukan penggunaan ASI Eksklusif dan pentingnya melakukan inisiasi menyusu secara dini, mereka akan segera melakukan perintah tersebut.

2. Sikap (Attitude)

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dsb), disamping itu komponen kognitif (pengetahuan tentang obyek itu) serta aspek konatif (kecenderungan bertindak). Dalam hal ini pengertian sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).

(45)

menerapkannya kepada bayinya, maka ibu berpikir dan berusaha untuk memberikan anaknya/bayinya ASI Eksklusif sampai berusia 6 bulan atau bahkan sampai 2 tahun, akan tetapi karena lingkungan belum ada yang menerapkannya, maka ibu tersebut menjadi asing di masyarakat dan tidak mungkin ia menjadi kembali dengan pemberian ASI yang salah (Notoatmodjo, 1993).

3. Tindakan atau Praktek (Pratice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkat-tingkat tindakan/praktek, yaitu :

1. Persepsi (perseption)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respons Terpimpin (guided respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mechanism)

(46)

4. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.5.3. Pengetahuan ASI

Menurut Depkes RI (2004), ada beberapa hal yang harus diketahui oleh ibu untuk meningkatkan cakupan ASI, yaitu :

1. Pengertian ASI Eksklusif dan kolostrum, makanan, minuman pralakteal dan laktasi.

2. Manfaat kolostrum bagi kesehatan bayi, manfaat pemberian ASI dan

manfaatmenyusui

3. Waktu, yaitu kapan ibu mulai menyusui bayinya, berapa lam dan sampai

umur berapa

4. Cara menyusui yang baik dan benar, menghentikan bayi menyusui, menyendawakan bayi setelah disusui, meningkatkan produksi ASI, menyimpan ASI dan cara menyapih yang baik

5. Cara mengatasi permasalahan menyusui, antara lain : puting susu datar

dan terpendam, lecet dan nyeri, payudara bengkak, saluran ASI tersumbat, radang payudara, payudara abses, produksi ASI kurang dan bingung puting.

2.5.4. Perilaku Dalam Pemberian ASI

(47)

mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI adalah : faktor sosial budaya, faktor psikologis, dan faktor fisik ibu.

Sedangkan menurut Boedihardjo (1993), ketidakmampuan menyusui erat hubungannya dengan situasi ibu-ibu yang kurang atau tidak mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan menyusui, kurangnya pengalaman dan pengetahuan tentang mekanisme laktasi, kurang percaya diri atau tidak yakin akan kemampuannya untuk menyusui. Jadi keberhasilan pemberian ASI tergantung pada perilaku dari ibu yang memberikan ASI secara dini.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (Notoatmodjo, 2003) :

1. Niat adalah minat seseorang sehubungan dengan kepentingan pribadinya (behavior intention)

2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)

3. Adanya atau tidaknya informasi yang ia terima agar ia dapat bertindak (accessibility of information)

4. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy)

(48)

Pola pemberian ASI pada bayi disesuaikan dengan dua faktor yaitu: 1. Faktor yang berhubungan dengan keadaan ibu

Keadaan yang sering dihadapi ibu adalah bendungan ASI yang menyebabkan ibu merasa sakit sewaktu bayi menyusui. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara mengurut payudara perlahan-lahan. Adanya penyakit kronis yang diderita ibu seperti TBC, malaria merupakan alasan untuk tidak menyusui bayinya. Demikian juga ibu yang gizinya tidak baik, akan menghasilkan ASI dalam jumlah lebih sedikit dibanding dengan ibu dengan gizi yang lebih baik.

2. Faktor yang berhubungan dengan keadaan bayi

Anak yang lahir dengan prematur atau lahir dengan berat badan lahir rendah masih terlalu lemah untuk menghisap ASI dari payudara ibunya. Pada waktu anak sakit juga akan menimbulkan kesulitan karena si anak menolak untuk menyusui (Roesli, 2005).

2.6. Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Tentang ASI

(49)

Untuk mencapai hal tersebut Departemen Kesehatan RI (2002), telah menyusun Strategi Nasional yang salah satu sasarannya adalah petugas kesehatan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Tujuan umum dari kebijakan pemerintah tentang ASI di Puskesmas adalah meningkatkan pemberian ASI Eksklusif dan meneruskan pemberiannya sampai bayi berusia 2 tahun dengan pemberian secara baik dan benar. Tujuan khususnya salah satunya adalah meningkatkan petugas kesehatan di tingkat puskemas dalam melaksanakan manajemen laktasi dengan sasaran ibu-ibu di wilayah kerja puskesmas. Kegiatan yang dilakukan adalah : 1). Menyusun petunjuk pelaksanaan (juklak), 2). Melengkapi sarana dan prasarana, 3). Melakukan pembinaan dan 4). Melaksanakan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui (pemberian ASI yang benar). Adapun 10 (sepuluh) langkah tersebut adalah :

1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui

2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan tentang menyusui

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan memberi penyuluhan tentang manfaat ASI dan rawat gabung, perawatan payudara, makanan ibu hamil, KB, senam hamil dan senam payudara.

4. Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan

5. Memperagakan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan, melalui penyuluhan

(50)

7. Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tanggung jawab bersama antara dokter, bidan, perawat dan ibu

8. Memberikan ASI pada bayi tanpa dijadwal 9. Tidak memberikan dot atau kompeng

(51)

2.7. Kerangka Konsep

Pengetahuan

Petugas Sikap Petugas Tindakan Petugas Faktor Dalam :

Karakteristik Petugas - Umur - Pendidikan

Faktor Luar : - Kebijakan Pemerintah/ IBI

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain

cross sectional yaitu untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan petugas kesehatan dalam kegiatan inisiasi menyusu dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah :

1. Masih rendahnya cakupan ASI Eksklusif dan kurangnya penerangan tentang IMD di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu.

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang kegiatan inisiasi menyusu dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu.

3.2.2. Waktu Penelitian

(53)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua petugas kesehatan khususnya bidan baik di Puskesmas maupun bidan swasta/bidan praktek yang memiliki ijin yang ada di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu yang berjumlah 24 orang.

3.3.2. Sampel

Berdasarkan populasi yang relatif kecil, maka seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian (total sampling) sebanyak 24 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada petugas kesehatan khususnya bidan dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun dan observasi langsung kepada ibu yang menyusui dini.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu yang berupa data umum dan data demografi.

3.5. Definisi Operasional

(54)

- Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahunan, yang dihitung sejak dilahirkan hingga saat responden diwawancarai.

- Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan atau ditamatkan responden.

2. Faktor luar yaitu meliputi kebijakan Pemerintah dan paparan media. - Kebijakan Pemerintah adalah pelaksanaan kebijakan tentang IMD

- Paparan media yaitu informasi yang di dapat petugas kesehatan tentang inisiasi menyusu dini dari brosur, buku-buku dan internet.

3. Pengetahuan petugas kesehatan adalah segala sesuatu yang diketahui tentang IMD setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu dalam kegiatan inisiasi menyusu dini.

4. Sikap petugas kesehatan adalah merupakan reaksi atau respon yang positif atau

negatif tentang inisiasi menyusu dini dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek yang diberikan oleh petugas kesehatan.

5. Tindakan petugas kesehatan melakukan perbuatan atau aktifitas nyata dalam meningkatkan kegiatan inisiasi menyusu dini.

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran adalah mengukur setiap variabel yang ada yaitu sebagai berikut : 1. Umur, usia responden yang dikategorikan atas : - 20-35 tahun - > 45 tahun

(55)

2. Pendidikan , dikategorikan atas : - D III Kebidanan - Bidan

3. Pengetahuan :

Pengetahuan dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan 10, total skor 30. Setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan dengan kriteria sebagai berikut :

Untuk pertanyaan yang memiliki 3 pilihan - Jawaban a diberikan skor 3 (tiga) - Jawaban b diberikan skor 2 (dua) - Jawaban c diberikan skor 1 (satu) - Jawaban d diberikan skor 0 (nol)

Berdasarkan total skore dari 10 pertanyaan yang diajukan, maka tingkat pengetahuan responden diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu :

- Baik, jika nilai (skor) ≥ 75% dari total nilai 30 (skor > 22) - Sedang, jika nilai (skor) 40-75% dari total nilai 30 (skor 12-22) - Rendah, jika nilai (skor) < 40% dari total nilai 30 (skor <12) 4. Sikap

Sikap dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberikan bobot. Jumlah pertanyaan 8, total skor tertinggi 16.

- Jawaban Ya (a) diberi nilai (skor) = 2 - Jawaban Tidak (b) diberi nilai (skor) = 0

(56)

- Baik, jika jawaban responden nilainya ≥ 75 %, dari total skor jawaban pertanyaan pada kuesioner = skor > 12

- Sedang, jika jawaban responden nilainya 40 – 75 %, dari total skor jawaban pertanyaan pada kuesioner = skor 6-12

- Rendah, jika jawaban responden nilainya < 40 %, dari total skor jawaban pertanyaan pada kuesioner = skor < 6

5. Tindakan

Tindakan responden diukur melalui 5 pertanyaan yang telah diberi bobot. Untuk pertanyaan 1-4, dengan total skor tertinggi 8. Setiap pertanyaan memiliki (dua) pilihan dengan kriteria sebagai berikut :

- Jawaban Ya (a) diberi nilai (skor) = 2 - Jawaban Tidak (b) diberi nilai (skor) = 0

Berdasarkan total skor jawaban sikap dari 4 pertanyaan yang diajukan maka digolongkan dalam 3 (tiga) kategori yaitu :

- Baik, jika nilai (skor) > 75% dari total nilai 8 (skor > 6) - Sedang, jika nilai (skor) 40-75% dari total nilai 8 (skor 3-6) - Rendah, jika nilai (skor) < 40% dari total nilai 8 (skor < 3)

Sedangkan untuk pertanyaan no 5 diukur berdasarkan ketentuan sebagai berikut :

(57)

Berdasarkan total skore dari 10 pertanyaan yang diajukan, maka tingkat tindakan responden diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu :

- Baik, jika nilai (skor) > 75% dari total nilai 3 (skor > 2) - Sedang, jika nilai (skor) 40-75% dari total nilai 3 (skor 1-3) - Rendah, jika nilai (skor) < 40% dari total nilai 3 (skor <1) 6. Paparan Media

Variabel paparan media diukur berdasarkan 5 pertanyaan yang diajukan. Untuk pertanyaan no 1 dan 2 diukur berdasarkan ketentuan sebagai berikut :

- Jika jawaban a diberikan skor 3 (tiga) - Jika jawaban b diberikan skor 2 (dua) - Jika jawaban c diberikan skor 1 (stua) - Jika jawaban d diberikan skor 0 (nol).

Berdasarkan jumlah skor dari 2 pertanyaan yang diajukan selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan rendah dengan ketentuan sebagai berikut :

- Baik, jika responden menjawab ≥ 75 % dari total skor 9 = (skor > 7)

- Tidak baik, jika responden menjawab < 75% dari total skor 9= (skor <7) Sedangkan pertanyaan no 3-5 dengan total nilai (skor) 6, diklasifikasikan sebagai berikut :

- Jawaban Ya (a) diberi nilai (skor) = 2 - Jawaban Tidak (b) diberi nilai (skor) = 0

(58)

- Mendapat informasi, apabila menjawab ≥ 75% dari total skor 6 (skor > 5) - Tidak mendapat informasi, apabila jawaban < 45% dari total skor 6 (skor

< 5)

7. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah responden diukur melalui 4 pertanyaan dengan ketentuan untuk pertanyaan no 1 sebagai berikut :

- Jika responden menjawab a, maka skor = 3 - Jika responden menjawab b, maka skor = 2 - Jika responden menjawab c, maka skor = 1 - Jika responden menjawab d, maka skor = 0.

Berdasarkan jumlah skor dari 1 pertanyaan yang diajukan selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan rendah dengan ketentuan sebagai berikut:

- Baik, jika jawaban responden nilainya ≥ 75% dari total skor jawaban pertanyaan pada kuesioner = skor > 2

- Sedang, jika jawaban responden nilainya nilai 40-75% dari total skor jawaban pertanyaan pada kuesioner = skor 1-2

- Rendah, jika jawaban responden nilainya nilai < 40% dari total skor jawaban pertanyaan pada kuesioner = skor <1

Untuk pertanyaan no. 2-4 diukur berdasarkan ketentuan sebagai berikut : - Jawaban Ya (a) diberi nilai (skor) = 2

- Jawaban Tidak (b) diberi nilai (skor) = 0

(59)

- Baik, jika jawaban responden nilainya nilai ≥ 75% dari total skor jawaban pertanyaan kuesioner = skor > 5

- Sedang, jika jawaban responden nilainya nilai 40-75% dari total skor jawaban pertanyaan kuesioner = skor 2-5

- Rendah, jika jawaban responden nilainya nilai < 40% dari total skor jawaban pertanyaan kuesioner = skor <2

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut : 1. Editing (pemeriksaan data).

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.

2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual.

3. Tabulating Memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.

3.7.2. Analisis Data

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Daerah penelitian adalah di wilayah Kelurahan Siringo-ringo merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu. Sedangkan luas wilayah Kelurahan Siringo-ringo adalah 13,36 km², dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Padang Matinggi - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Rantau Selatan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rantau Selatan/Bilah Barat - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bilah Barat

Menurut data staitstik tahun 2007 jumlah penduduk di Kelurahan Siringo-ringo berjumlah 7427 orang dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 3.670 orang dan perempuan 3757 orang dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 1459 KK dan kepadatan penduduk 600 km². Kelurahan Siringo-ringo terdapat 3 (tiga) Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu 1). Pustu Rantauprapat, 2). Pustu Padang Bulan dan 3). Pustu Sirandorung dengan jumlah tenaga kesehatan ada 54 orang.

4.2. Faktor Dalam

(61)

4.2.1. Kelompok Umur Responden

Kelompok umur responden meliputi 36-45 tahun dan > 45 tahun, dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelompok Umur di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

No. Kelompok Umur (tahun) N %

1. 36 – 45 8 33,3

2. > 45 16 66,7

Total 24 100,0

Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa dari 24 responden yang diteliti lebih banyak pada kelompok umur > 45 tahun (66,7%), sedangkan kelompok umur 36-45 tahun 33,3% merupakan jumlah terkecil.

4.2.2. Pendidikan Responden

Pendidikan responden yaitu tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan atau ditamatkan responden. meliputi DIII Kebidanan dan Bidan, dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

No. Pendidikan N %

1. D III Kebidanan 9 37,5

2. Bidan 15 62,5

Total 24 100,0

(62)

4.3. Faktor Luar

Faktor luar dalam kegiatan inisiasi menyusui dini meliputi paparan media dan kebijakan pemerintah.

4.3.1. Paparan Media

Paparan media dalam kegiatan inisiasi menyusu dini yang dilakukan oleh petugas kesehatan dikategorikan atas mendapat informasi dan tidak mendapat informasi. Adapun distribusi responden menurut paparan media dalam kaitannya dengan kegiatan inisiasi menyusu dini dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kategori Paparan Media Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

No. Kategori Paparan Media N %

1. Mendapat informasi 6 25,0

2. Tidak mendapat informasi 18 75,0

Total 24 100,

Berdasarkan tabel 4.3. diatas menunjukkan bahwa untuk responden yang tidak mendapat informasi lebih banyak yaitu serbesar 75% dari pada yang mendapat informasi.

(63)

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Paparan Media Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

No .

Paparan Media N %

1. Pernah mendengar tentang IMD dari media elektronik a. Ya

2. Mendapat informasi tentang IMD dari internet a. Ya

3. Mendapat informasi menyusui sampai umur 6 bulan dari buku

Berdasarkan tabel 4.4. diatas menunjukkan bahwa dari 24 responden yang diteliti tentang paparan media dapat diketahui bahwa responden tidak pernah mendapat informasi IMD baik dari media elektronik maupun internet sebesar 62,5%, sedangkan responden yang tidak pernah mendapat informasi menyusui bayi sampai 6 bulan dari buku sebesar 70,8%.

4.3.2. Kebijakan Pemerintah/IBI

Berdasarkan kebijakan pemerintah/IBI dalam kegiatan inisiasi menyusu dini dikategorikan atas baik, sedang dan rendah, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Kategori Kebijakan Pemerintah/IBI Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

No. Kebijakan Pemerintah/IBI Jumlah Persen

1. Baik 8 33,3

2. Sedang 10 41,7

3. Rendah 6 25,0

(64)

Berdasarkan tabel 4.5. diatas dapat diketahui bahwa dari 24 responden yang diwawancara tentang kebijakan pemerintah lebih banyak menunjukkan kategori sedang yaitu sebesar 41,7%.

Kebijakan baik dari Pemerintah/IBI yang diperoleh responden antara lain : mengerti tentang Strategi Nasional (meliputi pemberian ASI Eksklusif, menganjurkan ibu menyusui sampai 2 tahun, dan tidak membuang kolostrum), mengerti kegiatan manajemen laktasi, pernah mengikuti penerangan tentang ASI/IMD, dan mendapat pelatihan mengenai IMD dari Departemen Kesehatan. Adapun distribusi responden tentang kebijakan pemerintah dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kebijakan Pemerintah/ IBI Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

No. Kebijakan Pemerintah/IBI Jumlah Persen

1. Mengerti kegiatan manajemen laktasi a. Ya

2. Mendapat pelatihan tentang IMD a. Ya

3. Mengikuti penerangan tentang ASI dan IMD a. Ya

(65)

tentang IMD hanya 37,5% dan responden yang mengikuti penerangan tentang ASI ada 79,2%.

4.4. Data Khusus Responden

Perilaku responden meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan petugas kesehatan tentang kegiatan IMD (Inisiasi Menyusu Dini ).

4.4.1. Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden yaitu segala sesuatu yang diketahui responden dalam kegiatan IMD seperti mengetahui maksud IMD, kapan IMD sebaiknya dianjurkan, mengetahui tatalaksana IMD, kapan IMD sebaiknya diberikan, mengetahui arti kolostrum, manfaat pemberian kolostrum, mengetahui kegiatan-kegiatan manajemen laktasi, keuntungan menyusui bagi ibu, kandungan zat gizi dari ASI dan tujuan IMD, dikategorikan baik yaitu responden dapat menjawab lebih dari 75% pertanyaan secara benar, kategori sedang yaitu responden dapat menjawab 40-75% pertanyaan secara benar dan kategori rendah, bila responden dapat menjawab < 40%, pertanyaan secara benar. Adapun distribusi responden menurut tingkat pengetahuan dalam kegiatan inisiasi menyusu dini dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut ini.

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Petugas Kesehatan Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

No. Tingkat Pengetahuan N %

1. Baik 7 29,2

2. Sedang 11 45,8

3. Rendah 6 25,0

(66)

Berdasarkan tabel 4.7. diatas tingkat pengetahuan responden berada pada kategori sedang yaitu sebesar 45,8%. Sedangkan distribusi pengetahuan petugas kesehatan dalam kegiatan inisiasi menyusu dini dapat dilihat pada tabel 4.8. berikut

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Petugas Kesehatan Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

No Pengetahuan N %

1. Mengetahui yang dimaksud dengan IMD

a. Bayi dibiarkan menyusu sendiri setelah lahir b. Menyusui sampai berumur 6 bulan

c. Bayi dibersihkan dan ditimbang d. Tidak tahu

2. Mengetahui kapan IMD sebaiknya dianjurkan a. Begitu bayi lahir, diletakkan di perut ibu b. Setelah bayi dimandikan dan dibedong c. Bayi diangkat dan disusukan pada ibu d. Tidak tahu

3. Mengetahui tatalaksana IMD

a. Bayi ditengkurapkan di dada ibu segera setelah lahir b. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan dahulu c. Beri kesempatan kontak kulit bayi dengan ibu d. Tidak tahu

4. Mengetahui arti kolostrum

a. Susu yang keluar pertama kali saat menyusui pertama kali

b. Susu yang keluar selama hamil c. Susu yang keluar setelah bayi lahir d. Tidak tahu

5. Manfaat pemberian kolostrum

a. Mengandung zat anti kekebalan, untuk melindungi bayi dari infeksi

(67)

a. Membantu bayi untuk menyusu sendiri b. Membantu angka kematian balita

c. Membantu mengurangi kelaparan dan kemiskinan d. Tidak tahu

Berdasarkan tabel 4.8. diatas dapat diketahui bahwa dari 24 responden yang diteliti lebih banyak responden yang sudah mengetahui maksud dari inisiasi menyusu dini (IMD) yaitu sebesar 70,8%, mengetahui kapan IMD sebaiknya dianjurkan sebesar 70,8%, juga mengetahui tatalaksana IMD ada 58%, mengetahui arti dari kolostrum sebesar 91,7%, sedangkan manfaat dari pada kolostrum seluruh responden sudah mengetahuinya dan tujuan dari IMD sendiri sebesar 66,7% juga sudah diketahui oleh responden.

4.4.2. Sikap Responden

(68)

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kategori Sikap Petugas Kesehatan Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

No. Sikap N %

1. Baik 20 83,3

2. Sedang 4 16,7

Total 24 100,0

Berdasarkan tabel 4.9. diatas dapat diketahui bahwa sikap responden dalam kegiatan inisiasi menyusu dini lebih banyak menunjukkan sikap baik 83,3%, sedangkan responden yang menunjukkan sikap sedang sebesar 16,7%.

Sedangkan distribusi sikap petugas kesehatan dalam kegiatan inisiasi menyusu dini dapat dilihat pada tabel 4.10. berikut

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Petugas Kesehatan Dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kelurahan Siringo-ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

No. Sikap Ya Tidak Total

N % N % N %

1. Setuju tentang digalakkannya IMD

24 100,0 0 0 24 100,0 2. Setuju IMD dapat membuat bayi

bisa menyusu

20 83,3 4 16,7 24 100,0 3. Pemberian ASI pada bayi kurang

dari 30 menit setelah melahirkan

20 83,3 4 16,7 24 100,0 4. Cairan kental

kekuning-kuningan yang keluar pada hari pertama tidak perlu dibuang

24 100,0 0 0 24 100,0

Gambar

Tabel 4.2.  Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kategori Paparan
Tabel 4.5.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kebijakan Pemerintah/
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari studi kasus ini adalah memahami gambaran asuhan keperawatan dengan penerapan teknik relaksasi (nafas dalam) untuk menurunkan tingkat kecemasan pada ibu

Sehingga perlu dilakukan peramalan konsumsi listrik berdasarkan pemakaian KWh untuk kategori industri I-4 di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur dengan

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan mekanisme koping dengan penyimpangan perilaku pada remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II.B

Ukuran perusahaan, risiko bisnis dan profitabilitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan pertambangan sektor batubara yang

Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan daya pikr atau nalarnya.. Anak juga sudah dapat

 Terima kasih kepada sahabat tersayangku ARISKA RATRI P, tidak tahu apa jadinya aku jika ALLAH tidak mempertemukan aku denganmu mungkin aku tidak akan bisa

Kawasan Kampung Pajala Bangunan gedung 70% bangunan permukiman tidak memiliki keteraturan, orientasi muka bangunan rumah tidak beraturan, kerapatan -Disinsentif