• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Perpajakan - PPN DAN PPnBM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manajemen Perpajakan - PPN DAN PPnBM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB XI

BAB XI

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN

ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

DAN/ATAU PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

DAN/ATAU PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

A.

A. Memaksimalkan Memaksimalkan Mekanisme Mekanisme Penk!e"i#an Penk!e"i#an PPNPPN

Perusahaan sebaiknya memperoleh Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Perusahaan sebaiknya memperoleh Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) dari Pengusaha Kena Pajak (PKP), supaya Pajak Masukannya Pajak (JKP) dari Pengusaha Kena Pajak (PKP), supaya Pajak Masukannya da

dapapat t didikrkrededitkitkanan. . PPererususahahaaaan n peperlrlu u memengngamamatati i dedengngan an cercermamatt  jangan sampai ter

 jangan sampai terdapat Pdapat Pajak Masukan yanajak Masukan yang belum dikrg belum dikreditkan lagi.editkan lagi.

PP dikenakan atas! PP dikenakan atas!

".

". PePenyernyerahan BKahan BKP/JKP yP/JKP yang dilaang dilakukkukan oleh PKPan oleh PKP #.

#. $m$mpopor Br BKPKP.. %.

%. PePeman&man&aatan BKaatan BKP tidak ber'P tidak ber'ujud/ujud/JKP luar daerJKP luar daerah pabean di dalah pabean di dalamam daerah pabean.

daerah pabean. .

. kskspor Bpor BKP olKP oleh PKeh PKPP..

P

Pajak ajak MasuMasukan kan yang dapat yang dapat dikrdikreditkeditkan an adaladalah ah PPajak ajak MasuMasukan yangkan yang berhubungan langsung dengan produksi, distribusi, pemasaran, dan berhubungan langsung dengan produksi, distribusi, pemasaran, dan man

manajeajemen men ataatas s BKPBKP/JK/JKP P dan dan &ak&aktur tur pajpajaknaknya ya adadalaalah h &ak&aktur tur pajpajakak standar atau dokumen yang disamakan dengan &aktur pajak standar. standar atau dokumen yang disamakan dengan &aktur pajak standar. Perlu juga diperhatikan ket

Perlu juga diperhatikan ketentuan dalam Pasal * ayat (+) entuan dalam Pasal * ayat (+)  PP, yang PP, yang me

menenentntukukan an babah'h'a a PPajajak ak MaMasusukakan n titidadak k dadapapat t didikrkrededititkakan n babagigi pengeluaran untuk!

pengeluaran untuk! ".

". PerPerolehan BKP/JKP olehan BKP/JKP sebelum pengussebelum pengusaha dikukaha dikukuhkan sebuhkan sebagai PKPagai PKP.. #.

#. PPererololehehan an BKBKP/P/JKJKP P yayang ng titidadak k memempmpununyayai i huhububungngan an lalangngsusungng dengan kegiatan usaha.

dengan kegiatan usaha. %.

%. PPereroleolehan han dan dan pempemelihelihararaan aan kekendndaraaraan an berbermomotor tor berberupa upa sedsedanan dan

dan ststatioation n 'ag'agon, on, kekecuacuali li memeruprupakakan an barbarang ang dagdagangangan an ataatauu dise'akan..

dise'akan.. .

. PePeman&man&aatan Baatan BKP tidak berKP tidak ber'ujud at'ujud atau JKP dari luar dau JKP dari luar daerah pabaerah pabeanean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP

(2)

-. Perolehan BKP/JKP yang &aktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal "% ayat (-) atau ayat (*) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan omor Pokok ajib Pajak (PP) pembeli BKP atau JKP.

. Peman&aatan BKP tidak ber'ujud atau JKP dari luar daerah pabean yang &aktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal "% ayat ().

0. Perolehan BKP dan JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak.

+. Perolehan BKP dan JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam 1P2 masa PP, yang ditemukan pada 'aktu dilakukan pemeriksaan.

*. Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi sebagaimana dimaksud pada Pasal * ayat (#a).

Pajak masukan yang belum dikreditkan dengan pajak keluaran pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya, selambat3lambatnya pada bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku yang bersangkutan, sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan (Pasal * ayat (*)  PP).

Berdasarkan penjelasan tersebut maka perlu diperhatikan hal3hal berikut!

". 4ek secara teliti 5aktur pajak Masukan yang diterima sebelum melakukan pembayaran. Perlu diperhatikan persyaratan &ormal 5aktur Pajak Masukan yang dapat dikreditkan agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

#. 4ek secara teliti apakah semua Pajak Masukan yang ditransaksikan telah memiliki bukti pendukung yang cukup kuat sebagai Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sesuai dengan peraturan perpajakan.

(3)

%. Berkaitan dengan batas 'aktu tiga bulan masa pengkreditan, usahakan 5aktur Pajak sudah diterima sebelum le'at tiga bulan setelah berakhirnya masa pajak, kecuali untuk pemungutan PP. . Makin cepat menerima 5aktur Pajak dari pembelian barang, maka

akan lebih baik bagi perusahaan karena perusahaan sudah dapat mengkreditkannya 'alaupun belum melakukan pembayaran.

-. 4ek dan teliti semua pelaporan ke kantor pajak, terutama untuk permohonan restitusi karena lebih bayar pajak masukan. Bila ada &aktur pajak yang tidak disetujui, segera lakukan tindakan perbaikan sebelum dilakukannya closing conference  hasil pemeriksaan permohonan restitusi PP tersebut, misalnya dengan meminta penggati &aktur pajak yang cacat dari pembeli barang.

B. Pen$n"aan Pem%$a#an &ak#$! Pa'ak 

6alam hal penjualan BKP/JKP yang pembayarannya belum diketahui, pembuatan &aktur pajak bisa ditunda sampai akhir bulan berikutnya setelah penyerahan BKP atau JKP. 6alam kaitan dengan pembuatan 5aktur Pajak, makin lambat PKP membuat 5aktur Pajak, maka akan lebih baik karena PKP tidak perlu menalangi pembayaran PP.

Berkaitan dengan hal ini, sebaiknya PKP penjual dalam menentukan syarat pembayaran yang ideal, yaitu tidak lebih - hari setelah penyerahan BKP atau JKP (penerbitan invoice). Jika pembayaran baru diterima PKP setelah le'at - hari berarti bah'a PKP penjual akan menalangi pembayaran PP ke Kas egara.

C. Memaksimalkan &asili#as Di Bi"an PPN

1ejak diberlakukannya  o % 2ahun #77+, &asilitas di bidang PP yang dikenal di dalam ketentuan PP adalah PP tidak dipungut, PP dibebaskan, dan PP ditanggung pemerintah.

". 5asilitas PP 2idak 6ipungut

(4)

PP Masukan yang berhubungan dengan perolehan BKP/JKP tetap dapat dikreditkan (Pasal "B ayat (#)  PP). 5asilitas PP tidak dipungut berlaku untuk!

a. 8tas impor barang, pemasukan BKP, pengiriman hasil produksi, pengeluaran barang, penyerahan kembali BKP, peminjaman mesin, pemasukan Barang Kena 4ukai (BK4) ke dan atau dari ka'asan berikat atau P2.

b. Peraturan Menkeu o. "#"/PMK.7%/#77* tentang peman&aatan BKP tidak ber'ujud dari luar daerah Pabean, penyerahan BKP/JKP oleh kontraktor utama dan atau subkontraktor sehubungan dengan proyek pemerintah.

4ontoh!

P2 6irgantara melakukan penjualan senjata kepada Bendahara'an  2$ senilai 9p"."77.777.777,3 termasuk PP, dan P2 6irgantara mempunyai Pajak Masukan terkait sebesar 9p-7.777.777,3. Perbandingan jumlah uang yang diterima apabila atas penjualan tersebut dipungut PP atau tidak dipungut PP adalah sebagai berikut!

Pada dasarnya dipungut atau tidak dipungut PP oleh Bendahara'an secara :nansial tidak berbeda, tetapi kalau tidak dipungut PP maka pengusaha akan dapat menikmati PP yang seharusnya tidak perlu dipungut tersebut mulai saat pemungutan hingga proses restitusi untuk pengembalian PP tersebut terjadi.

#. 5asilitas PP 6ibebaskan

(5)

PP Masukan yang berhubungan dengan perolehan BKP/JKP tidak dapat dikreditkan (Pasal "B ayat (%)  PP). Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan diperlakukan sebagai biaya oleh P. $ni mengandung arti bah'a &asilitas pembebasan PP tidak memberikan secara langsung adanya penghasilan lain berupa restitusi PP atas Pajak Masukan, tetapi hanya memberikan tambahan biaya yang diperkenankan untuk mendapatkan penghasilan kena pajak dan tentu saja akan mengurangi besarnya penghasilan kena pajak. 5asilitas PP dibebaskan berlaku untuk!

a. BKP/JKP tertentu yang penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PP.

b. $mpor dan atau penyerahan BKP tertentu yang bersi&at strategis.

c. 5asilitas pemberian restitusi atas pembebanan PP dan PPn BM bagi Per'akilan 6iplomatik negara asing atau Badan $nternasional serta Pejabat atau 2enaga 8hlinya.

d. Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan 4ukai serta 2ata ;aksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari serta berada di ka'asan yang telah ditetapkan sebagai ka'asan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.

e. Perlakuan pajak atas penyerahan atau perolehan/peman&aatan BKP tidak ber'ujud dan penyerahan/perolehan JKP di dalam ka'asan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.

4ontoh!

P2 Mu&akat dalam satu tahun telah menyerahkan bibit tanaman jati senilai 9p--7.777.777,3. <PP bibit tanaman tersebut adalah 9p#77.777.777,3 dan biaya usaha 9p"77.777.777,3 serta Pajak Masukan sebesar 9p"7.777.777,3. Bagaimanakah perbandingan penghasilan antara PP dibebaskan dengan yang tidak dibebaskan.

(6)

6engan dibebaskannya PP atas penyerahan bibit tanaman jati tersebut maka P mendapat &asilitas pengurangan PPh sebesar 9p".#-7.777,3. 1elain pengurangan PPh juga terdapat pengurangan PP sebesar 9p#7.777.777,3 yang seharusnya dibayar oleh P.

%. 5asilitas PP 6itanggung Pemerintah

5asilitas berupa PP ditanggung Pemerintah akan mengurangi beban pengusaha baik dalam menghitung <PP dan juga dalam menentukan harga jual produk untuk dapat bersaing dengan produk lain yang sama, terutama dengan produk yang didapat secara impor.

Pengurangan beban akibat PP ditanggung Pemerintah tersebut, yang pertama berupa tidak perlu membayar selisih antara Pajak Keluaran dengan Pajak Masukan, dan juga pengusaha akan mendapakan kembali Pajak Masukan yang telah dibayarkan, yang akan menjadi penghasilan lain bagi pengusaha.

Berbagai kegiatan usaha yang PP3nya ditanggung Pemerintah antara lain! minyak goreng, perusahaan ta=i, dan bantuan luar negeri.

(7)

-4ontoh!

P2 8rgo ilis sebagai industri minyak goreng dalam satu tahun menjual minyak goreng dengan <PP senilai 9p-.777.777.777,3 dengan PP Keluaran sebesar 9p-77.777.777,3 yang ditanggung Pemerintah dengan <PP sebesar 9p%.777.777.777,3 biaya usaha 9p".777.777.777,3 dan mempunyai Pajak Masukan berkaitan kegiatan tersebut sebesar 9p#77.777.777,3.

Perbandingan keuntungan yang diperoleh P apabila PP tidak ditanggung dan ditanggung Pemerintah adalah berikut!

6engan adanya PP ditanggung Pemerintah, P mendapatkan keuntungan tambahan sebesar Pajak Masukan dan harga jual produk tersebut mempunyai daya saing terutama dengan produk impor, karena pembeli tidak perlu membayar lebih tinggi dari yang seharusnya, yaitu berkurang sebesar PP Keluaran.

D. Sen#!alisasi Tem(a# PPN Te!$#an

1esuai dengan Pasal "# ayat (#)  PP, atas pemberitahuan secara tertulis dari PKP, 6irektur Jenderal Pajak dapat menetapkan " (satu) tempat atau lebih sebagai tempat pajak terutang.

1ebelum mengambil keputusan untuk memilih pemusatan tempat terutang sebaiknya perusahaan melakukan penelitian dan mempertimbangkan mana cara yang lebih menguntungkan, apakah

(8)

dalam pelaporan pajaknya perusahaan memakai sistem sentralisasi atau desentralisasi.

1entralisasi tempat terutangnya PP tersebut pada dasarnya merupakan &asilitas yang bisa diman&aatkan oleh PKP. 6engan i>in sentralisasi, maka akan terdapat penghematan biaya administrasi dan pengaturan cash ow perusahaan yang lebih baik dalam melaksanakan hak dan ke'ajiban di bidang PP.

E. Mana'emen Res#i#$si PPN

6alam hal terjadi kelebihan bayar, PKP perlu menimbang3nimbang apakah akan melakukan kompensasi atau melakukan restitusi. Pertimbangan utama dalam menentukan pilihan tersebut akan berkaitan dengan cara pemeriksaan dan opportunity cost dari dana yang tertanam di negara. ?ang dimaksud dengan biaya pemeriksaan adalah biaya yang timbul karena pemeriksaan berkaitan dengan status bayar, 'aktu, tenaga, dan biaya yang harus dialokasikan selama proses pemeriksaan berlangsung. 1edangkan opportunity cost  dapat tercermin dari tingkat bunga deposito yang berlaku. Jika opportunity cost  lebih besar dibandingkan dengan biaya pemeriksaannya, maka P akan cenderung meminta restitusi.

Beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memutuskan apakah perlu melakukan restitusi PP atau tidak, adalah!

". Jumlah atau besarnya PP yang lebih bayar tersebut

Makin besar PP yang lebih bayar tersebut maka sebaiknya permohonan restitusi dilakukan. Makin besar lebih bayar yang ada dalam 1P2 masa PP maka akan makin besar opportunity cost  yang hilang jika tidak direstitusi.

#. Kondisi keuangan perusahaan

Kondisi keuangan perusahaan ini juga ikut menentukan perlu tidaknya melakukan restitusi PP. Jika perusahaan cukup banyak cash ow@maka kebutuhan akan restitusi juga akan menurun.

(9)

9estitusi PP merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan cash inow dari pada harus memperolehnya dari kredit.

%. Kesiapan perusahaan untuk diperiksa

 Jika melihat &akta yang ada, maka sebenarnya tidak semua perusahaan siap untuk diperiksa. Kesiapan menghadapi pemeriksaan pajak ini dapat dilihat dari!

a. Kelengkapan dokumen yang mendukung transaksi perusahaan yang akan diaudit. Misalnya kelengkapan 5aktor Pajak Masukan maupun 5aktor Pajak Keluaran, pencatatan yang mendukung transaksi penjualan, dsb.

b. 8da atau tidaknya personil yang akan menangani pemeriksaan secara langsung. <al ini bisa dikaitkan dengan siklus pekerjaan di perusahaan masing3masing.

. Prediksi masa depan pembayaran PP

 Jika diprediksikan bah'a kelebihan PP tersebut dapat dikompensasikan dengan Pajak Keluaran yang akan terutang di masa yang akan datang, maka sebaiknya tidak perlunya dimintakan restitusi. Aleh karena itu kebijakan mengenai pembelian dan penjualan beserta pembayarannya menjadi penting agar tidak terjadi kelebihan bayar atau kekurangan bayar yang besar.

6alam kondisi tertentu perusahaan mungkin memiliki pertimbangan khusus untuk meminta kelebihan bayar PP. 6an bagi P yang melakukan kegiatan tertentu, yaitu ekspor BKP atau yang melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PP, maka restitusi merupakan hal yang tidak terhindarkan.

&. Mana'emen Pa'ak Dalam Ta)a( Pen"i!ian Pe!$sa)aan

Pastikan apakah produk yang akan diproduksi termasuk BKP/JKP yang terutang PP atau tidak terutang PP atau termasuk BKP dan/atau JKP yang penyerahannya mendapat pembebasan PP.

(10)

". Jika sejak a'al sudah dipastikan bah'a produk perusahaan tidak termasuk dalam kategori BKP/JKP maka perusahaan tidak perlu mengukuhkan dirinya sebagai PKP dan berusaha mengendalikan Pajak Masukan atas perolehan barang atau jasa untuk kegiatan produksinya.

#. Jika sejak a'al kegiatan usaha sudah dapat dipastikan bah'a produk perusahaan termasuk dalam kategori BKP/JKP yang penyerahannya mendapat pembebasan PP, maka perusahaan harus mengukuhkan dirinya sebagai PKP.

%. Jika sejak a'al kegiatan usaha, perusahaan ragu dan tidak yakin apakah produknya termasuk dalam kategori BKP/JKP yang terutang PP atau tidak terutang PP atau termasuk BKP dan/atau JKP yang penyerahannya mendapat pembebasan PP, maka sebaiknya perusahaan sejak a'al meminta penegasan dengan surat ke 6irektur Jenderal Pajak agar punya kepastian hukum atas PP produk yang dihasilkannya.

1elain itu, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan juga perlu diperhatikan. Menurut Pasal * ayat (#a)  PP, bagi PKP yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan. 6engan batasan hanya pada Pajak Masukan yang berasal dari perolehan barang modal saja yang dapat dikreditkan, maka sebelum perusahaan didirikan harus dibuat perencanaan yang matang mengenai 'aktu kapan dimulainya berproduksi. 1emakin lama 'aktu yang dibutuhkan untuk memulai 'aktu berproduksi akan semakin memboroskan beban pajak dikarenakan banyaknya Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan (kecuali hanya Pajak Masukan untuk perolehan barang modal saja). Jika suatu perusahaan dihadapkan pada situasi yang sulit dimana ternyata untuk memulai 'aktu berproduksi tetap dibutuhkan 'aktu yang cukup lama, maka sebaiknya perusahaan mempertimbangkan untuk tetap bisa memproduksi dalam skala kecil dahulu sehingga syarat dimulainya

(11)

berproduksi telah terpenuhi 'alaupun dalam skala/kapasitas kecil dan seluruh Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP dapat dikreditkan.

G. Mana'emen Pa'ak Pa"a Saa# Pelaksanaan Keia#an Usa)a *. Penen"alian Te!)a"a( &ak#$! Pa'ak Kel$a!an

 2erkait dengan penerbitan 5aktur Pajak, hal yang harus diperhatikan adalah!

a. 5aktur Pajak atas penjualan yang dibuat terlalu cepatC dibandingkan dengan pelunasan atas tagihan penjualan akan menyebabkan kesulitan cash ow.

b. 5aktur Pajak yang dibuat terlambatnya akan dikenakan sanksi administrasi.

+. Penen"alian A#as Pa'ak Mas$kan

 2erkait dengan Pajak Masukan yang harus diperhatikan adalah ketentuan yang diatur dalam Pasal * ayat (+)  PP. Perusahaan harus bisa memilah agar tidak terjadi suatu Pajak Masukan yang seharusnya bisa dikreditkan tetapi tidak dikreditkan oleh perusahaan dan sebaliknya. Jika ada Pajak Masukan yang seharusnya bisa dikreditkan tetapi perusahaan lalai tidak mengkreditkannya, maka hal ini dapat memboroskan cash ow perusahaan jika PP dalam masa tersebut secara keseluruhan masih kurang bayar, kebalikannya, jika ada Pajak Masukan yang seharusnya tidak bisa dikreditkan tetapi oleh perusahaan lalai dikreditkan maka selain akan terkena sanksi Pasal "% ayat (#) KP yang berisiko terkena sanksi Pasal "% ayat (%) KP dalam hal terjadi kelebihan bayar PP karena pengkreditan Pajak Masukan yang tidak seharusnya. 1anksi yang besar ini tentu sangat memboroskan keuangan perusahaan.

,. Penen"alian A#as Pemen$)an Ke-a'i%an A"minis#!asi PPN

(12)

Pasal " ayat () juncto Pasal " ayat (")  KP mengatur bah'a keterlambatan PKP melaporkan 5aktur Pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan 5aktur Pajak akan dikenakan sanksi administrasi 12P berup denda #D dari dasar pengenaan PP. 8gar terhindar dari sanksi Pasal " ayat () ini, perusahaan harus lebih teliti dengan memeriksa apakah ada 5aktur Pajak yang dilaporkan terlambat.

H. Mana'emen Pa'ak Pa"a Saa# Pem%$%a!an

<al yang perlu diperhatikan yaitu Pasal "8 ayat (") huru& e  PP, yang termasuk pengertian penyerahan BKP adalah BKP berupa persediaan dan/atau aset yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan. 8rtinya pada saat pembubaran perusahaan, PKP yang bersangkutan harus memungut dan menyetorkan PP yang terutang atas BKP berupa persediaan dan/atau aset yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran. Jika pada saat pembubaran perusahaan masih ada tersisa barang atau bahan baku yang telah rusak dan menjadi kerugian perusahaan, maka Pajak Masukan atas perolehan barang atau bahan baku yang telah rusak tersebut tetap dapat dikreditkan, demikian juga dengan adanya piutang yang tak tertagih hingga saat pembubaran perusahaan, piutang tak tertagih tersebut tidak membuat pembatalan atas 5aktur Pajak Keluaran yang PP3nya sudah disetorkan oleh perusahaan (PP o. " 2ahun #7"#).

S$m%e!

 PP o # 2ahun #77*.

$8$. #7"-. Chartered Accountant Manajemen Perpajakan. Jakarta Pusat! $8$.

Pohan., 4. 8. #7"-. Manajemen Perpajakan Strategi Perpajakan Dan isnis. Jakarta! P2 Eramedia Pustaka tama.

(13)

Muliono, 6. #77*. !a" Planning Menyiasati Pajak Dengan ijak .  ?ogyakarta! 4F 8ndi AGset.

Partikan dan 6armayasa. #7"#. #andout ahan Ajar S$ !erapan Akuntansi Manajerial% Manajemen Pajak . Bali! Politeknik egeri Bali.

Referensi

Dokumen terkait

Undang-undang No.20 Tahun 2008 tanggal 4 Juli 2008, maka perusahaan ini termasuk dalam kategori badan usaha berskala menengah. Pangsa pasar yang sudah diraih oleh

Undang-undang No.20 Tahun 2008 tanggal 4 Juli 2008, maka perusahaan ini termasuk dalam kategori badan usaha berskala menengah. Pangsa pasar yang sudah diraih oleh

Pemberian kompensasi pada Unit Usaha Pondok Pesantren La Tansa secara umum sudah termasuk dalam kategori baik, hal ini dapat dilihat dari skor untuk tiap pernyataan berada

untuk menggunakan atau menguasai BKP berwujud tersebut, secara hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli. Harga atas penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud