• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN POLA HIDUP SEHAT DAN POOLED-COHORT EQUATION RESPONDEN USIA TAHUN DI KABUPATEN SLEMAN DIY SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN POLA HIDUP SEHAT DAN POOLED-COHORT EQUATION RESPONDEN USIA TAHUN DI KABUPATEN SLEMAN DIY SKRIPSI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAMBARAN POLA HIDUP SEHAT DAN POOLED-COHORT EQUATION RESPONDEN USIA 40-65 TAHUN DI KABUPATEN SLEMAN DIY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh : Alvilita Nurmala NIM: 148114098

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

GAMBARAN POLA HIDUP SEHAT DAN POOLED-COHORT EQUATION RESPONDEN USIA 40-65 TAHUN DI KABUPATEN SLEMAN DIY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh : Alvilita Nurmala NIM: 148114098

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada: Allah SWT yang senantiasa mempermudah, dan melindungiku. Mama dan Papa yang selalu mendoakan dan mendukungku Teman-teman seperjuanganku

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib

suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka

(8)

viii PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Pola Hidup Sehat dan Pooled-Cohort Equation Responden Usia 40-65 Tahun di Kabupaten Sleman DIY” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih dari hati yang paing dalam kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah mendukung penelitian

2. Bapak Dukuh Padukuhan Jragung, Bapak Dukuh Padukuhan Somorai, Bapak Dukuh Padukuhan Morangan dan Bapak Dukuh Padukuhan Sembir, Kabupaten Sleman DIY yang telah memberikan izin untuk mengambil data pada masyarakat dipadukuhannya.

3. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing yang telah berbaik hati, bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan juga memberikan motivasi dari awal hingga akhir dari proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Chritianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt dan ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku penguji yang telah memberikan arahan dan saran sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar.

5. Orangtua tercinta Papa Alfitri Oemar, S.H C.N dan Mama Indiah Natalina Amd Keb. yang senantiasa berada disamping penulis untuk mendukung menyemangati dan memberikan seluruh doa, motivasi serta dukungan material selama ini dan juga menjadi penyemangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Keluarga besar Opa H. Umartias dan keluarga besar Kakung Suwarso yang telah mendukung menyemangati dan memberikan doa, agar penyusunan skripsi berjalan dengan lancar.

7. Nosep Pradika, Avika Agustina Nurmala, Dimas Rahadian Putra, Deva Dwi Novantias, Dedy Styawan, Faisda Aninda Martge, Sherlinda Yuliantika, Ibu Fitri Septi, Dewi Luna Perwitasari, Kurnia Yogyanti, Dian Pertiwi dan semua sahabatku yang mendukung, memberikan doa dan semangat agar skripsi berjalan dengan lancar.

8. Teman-teman seperjuangan Akhlaqul Karimah, Aprithalia Theresia, Agatha Vena, Putri Ani Sunjaya, Ruth Estika, Karina Harijadi, Budianto, Herlina, Clarentia Dwivani atas kerja sama dan kebersamaannya selama ini.

9. Teman teman FSM C 2014, dan semua angkatan 2014 yang telah bersama-sama membagi kenangan dan semangat di Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta

(9)

ix

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu dalam perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 26 Januari 2018 Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman Cover... i

Halaman Judul ... ii

Halaman Persetujuan Pembimbing ... iii

Halaman Pengesahan Skripsi ... iv

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi ... v

Pernyataan Keaslian Karya ... vi

Lembar Persembahan ... vii

Prakata ... viii

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

PENDAHULUAN... 1

METODE ... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4

KESIMPULAN ... 9

SARAN ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 11

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Nilai Karakteristik Responden di Kabupaten Sleman ... 5 Tabel II. Profil Responden Penelitian di Kabupaten Sleman dalam nilai rasio ... 7 Tabel III. Gambaran Pola Hidup dan PCE Responden di Kabupaten Sleman ... 8

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Etical Clearance ... 16

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subyek Uji ... 17

Lampiran 3. Informed Consent ... 19

Lampiran 4. Definisi Operasional ... 20

Lampiran 5. Definisi Operasional Pola hidup sehat... 24

Lampiran 6. Panduan Wawancara Case Report Form ... 25

Lampiran 7. Pooled-Cohort Equation... 26

Lampiran 8. Sertifikat Penaraan Alat Uji Tinggi Badan ... 27

Lampiran 9. Sertifikat Penaraan Alat Uji Berat Badan ... 28

Lampiran 10. Sertifikat Kalibrasi Alat Tensi Digital Pertama ... 29

Lampiran 11. Lampiran Sertifikat Kalibrasi Alat Tensi Digital Pertama ... 30

Lampiran 12. Sertifikat Kalibrasi Alat Tensi Digital Kedua ... 31

Lampiran 13. Lampiran Sertifikat Kalibrasi Alat Tensi Digital Kedua ... 32

Lampiran 14. Sertifikat Kalibrasi Alat Tensi Digital Ketiga ... 33

Lampiran 15. Lampiran Sertifikat Kalibrasi Alat Tensi Digital Ketiga... 34

Lampiran 16. Pola Hidup Sehat Menurut JNC 7 Tahun 2003 ... 35

(14)

xiv ABSTRAK

Kardiovaskular merupakan suatu jenis penyakit yang melibatkan jantung ataupun pembuluh darah. Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular, yang pada saat ini merupakan faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola hidup sehat dan risiko 10 tahun kardiovaskular berdasarkan metode Pooled Cohort Equation pada masyarakat di Kabupaten Sleman. Pengukuran pola hidup sehat dilakukan dengan menggunakan instrumen Case Report Form di Kabupaten Sleman DIY. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu teknik multistage random sampling di Kabupaten Sleman, lalu dilakukan juga teknik purposiv sampling untuk mendapatkan 4 Padukuhan di Kabupaten Sleman. Terdapat 174 responden yang mengikuti penelitian dengan rentang usia 40-65 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pola hidup sehat dikategorikan menjadi 8 aspek yang mengalami penyesuaian dari teori DASH yang ada di JNC 7 tahun 2003 dan juga Pedoman gizi seimbang yang ada di Kemenkes RI tahun 2014. Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebanyak 133 responden memiliki pola hidup tidak sehat dan 38,4% berisko tinggi terkena kardiovaskular 10 tahun kedepan dan hanya 41 responden yang memilki pola hidup sehat dan 61% berisiko rendah terkena kardiovaskular 10 tahun kedepan. Maka dapat disimpulkan pola hidup sehat akan mempengaruhi risiko penyakit kardiovaskular 10 tahun kedepan.

Kata Kunci : Penyakit Kardiovaskular, Pola Hidup Sehat, Pooled Cohort Equation, Case Report Form, Hipertensi.

(15)

xv ABSTRACT

Cardiovascular is a type of disease involving the heart or blood. Hypertension is a cardiovascular disease, which is currently the biggest risk factor causing premature death. This study aims to describe healthy lifestyle and 10-year cardiovascular risk based on Pooled Cohort Equation method in Sleman District DIY community. Healthy lifestyle measurements were performed using Case report form instrument in Sleman District DIY. The sampling technique in this research is multistage random sampling technique in Sleman District, and also purposive sampling technique to get 4 Padukuhan in Sleman regency. There were 174 respondents who were doing research with age range 40-65 years that meet the criteria of inclusion and exclusion. Healthy lifestyle is categorized into 8 aspects that have been adjusted from the existing DASH theory in JNC 7 of 2003 and also the guidelines of nutrition in the Ministry of Health RI 2014. The results of this study showed that 133 respondents had unhealthy lifestyles and 38.4% high risk of cardiovascular disease 10 years ahead and only 41 respondents who have a healthy lifestyle and 61% lower risk of cardiovascular disease 10 years ahead. It can be inferred healthy lifestyle will affect the risk of cardiovascular disease 10 years.

Keywords: Cardiovascular Disease, Healthy Life Pattern, Pooled Cohort Equation, Case Report Form, Hipertension.

(16)

1 PENDAHULUAN

Kardiovaskuler merupakan suatu jenis penyakit yang melibatkan jantung ataupun pembuluh darah. Penyakit ini masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia (Sudoyo dan Setiyohadi, 2009). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah. Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler, yang pada saat ini merupakan faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini. Menurut WHO, penyakit ini telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya (Tedjasukmana, 2012).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal, kerusakan jantung dan kerusakan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Prevalensi di Kabupaten Sleman seperti data yang diperoleh dari puskesmas pada tahun 2011, penyakit hipertensi menduduki peringkat pertama yaitu sebanyak 39,65% (Dinas Kesehatan Sleman, 2012). Selain itu pada penelitian Milla tahun 2016 prevalensi hipertensi di Kabupaten Sleman masih menunjukkan hasil tingkat ketaatan terapi dan juga kesadaran pola hidup masyarakat yang masih cukup rendah.

Tingginya prevalensi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko hipertensi, diantaranya adalah usia, dan gaya hidup, seperti kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan minyak berulang kali, serta kurangnya aktivitas fisik (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure VII (JNC 7) tahun 2003 telah mengesahkan diet DASH dalam pola hidup sehat sebagai salah satu upaya dalam mencegah peningkatan tekanan darah pada subjek hipertensi (Karanja et al., 2014).

Pengukuran pola hidup ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, contohnya adalah Pooled Cohort Equation (PCE), cara ini digunakan untuk

(17)

2

memperkirakan risiko 10 tahun ke depan dari Atherosclerotic Cardiovascular Disease (ASCVD) yang menggunakan penghitungan skor risiko berdasarkan komponen jenis kelamin, usia, kolesterol total, kolesterol HDL, tekanan darah sistolik, ras, terapi untuk hipertensi, riwayat diabetes dan merokok (Stone et al, 2013). Maka itu, perlu perlu dilakukan penelitian gambaran pola hidup sehat dan Pooled-Cohort Equation responden usia 40-65 tahun di Kabupaten Sleman DIY untuk melihat resiko kardiovaskuler 10 tahun ke depan.

METODE

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan deskriptif cross sectional. Peneliti memilih jenis penelitian observasional karena peneliti hanya mengamati dan mengukur hubungan antar variabel (Song dan Chung, 2010), Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara, menggunakan panduan pertanyaan sesuai dengan Case Report Form (CRF), serta dilakukan pengukuran tekanan darah, tinggi badan, dan berat badan, kemudian data diolah dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dari hasil penelitian dan dianalisis dengan cara deskriptif.

Pemilihan 4 Padukuhan di Kabupaten Sleman DIY dilakukan dengan cara Purposive sampling. Penelitian ini merupakan penelitian tahun ketiga, pada penelitian tahun pertama dilakukan Multistage Random Sampling pada 4 Kecamatan di Kabupaten Sleman, Lalu dipilih 8 Desa secara random dengan data dari Pemerintah Daerah Kabupaten, dari 8 Desa diambil masing-masing 2 Padukuhan sehingga didapatkan 16 Padukuhan. Pada penelitian tahun kedua dilakukan Purposive sampling dan didapatkan 4 Padukuhan yang paling kooperatif. Padukuhan yang paling kooperatif dipilih karena penelitian melakukan intervensi.

Responden pada penelitian ini adalah penduduk Padukuhan Morangan, Padukuhan Jragung, Padukuhan Sembir, dan Padukuhan Samorai yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu Responden usia 40-65 tahun dan bersedia mengikuti rangkaian penelitian dengan menandatangani informed consent. Kriteria ekslusinya adalah nilai PCE yang tidak bisa dihitung (nilai kolesterol terlalu tinggi dan tekanan darah sistolik terlalu tinggi ) dan responden tidak mau diwawancarai. Sedangkan untuk variabel penelitian ini adalah pola hidup sehat dari responden dan kategori pooled-cohort equation.

(18)

3

Responden yang digunakan peneliti sebanyak 174 responden yang termasuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang dikumpulkan dengan cara wawancara mengunakan CRF untuk menggali informasi responden terkait dengan pola hidupnya. Selain itu digunakan sphygmomanometer digital untuk mengukur tekanan darah, alat ukur tinggi badan dan timbangan berat badan. Tekanan darah diukur sebanyak 2 kali dengan jeda sekitar 2 menit setiap pengukuran. Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg termasuk kategori hipertensi berdasarkan ESH/ESC (Mancia et al, 2013).

Instrumen CFR divalidasi dengan cara uji bahasa di salah satu Padukuhan Sayegan di Kabupaten Sleman, DIY yang karakteristiknya mirip dengan desa yang diambil sebagai sampel. Instrumen CFR ini telah diujikan kepada beberapa orang masyarakat yang dipilih secara acak. Validitas sphygmomanometer digital dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran menggunakan sphygmomanometer digital dengan sphygmomanometer raksa terhadap tiga responden, kemudian dibandingkan dengan metode statistik. Alat pengukur tinggi badan dan berat badan dikalibrasi terlebih dahulu di Balai Metrologi Yogyakarta (terlampir halaman 26).

Nilai pola hidup memiliki 8 poin penting yang dikatergorikan menjadi poin satu, nilai BMI, jika hasil perhitungan BMI adalah 18,5 - 22,9 maka mendapatkan skor 1 dan jika perhitungan BMI mendapatkan nilai < 18,5 atau ≥ 23,0 maka diberi skor 0. Poin dua adalah penambahan garam, diberi skor 1 jika responden tidak menyukai asin dan diberi skor 0 jika responden menyukai asin. Poin tiga,

Gambar 1. Bagan Responden Penelitian

Keterangan : * = Nilai HDL diatas 100 mg/dL, LDL diatas 300 mg/dL dan tekanan darah diastolik diatas 200 mmHg.

Inklusi :

Responden usia 40-65 tahun Total Populasi 223 Orang

Total Responden 174 Orang Responden 213 orang

Eksklusi :

PCE tidak bisa dihitung ( n = 10 orang)* Tidak mau diwawancarai ( n = 29 orang)

(19)

4

konsumsi minyak dan santan, responden yang mengkonsumsi sajian makanan bersantan dan berminyak kurang dari 3 makanan diberi skor 1 dan jika mengkonsumsi lebih dari 3 sajian berminyak atau suka mengkonsumsi makanan bersantan maka diberi nilai 0. Poin empat konsumsi gula, responden mendapatkan nilai 1 jika tidak menyukai makanan dan minuman manis atau tidak mengkonsumsi gula lebih dari 4 sendok makan makan perhari, dan diberi nilai 0 jika responden menyukai makanan dan minuman manis atau mengkonsumsi lebih dari 4 sendok makan gula.

Poin lima konsumsi buah, responden diberi nilai 1 jika mengkonsumsi buah minimal 1 kali sehari dan diberi nilai 0 jika tidak mengkonsumsi buah minimal 1 kali perhari. Poin enam konsumsi sayur, responden diberi nilai 1 jika mengkonsumsi sayur minimal 3 kali sehari dan diberi nilai 0 jika tidak mengkonsumsi sayur minimal 3 kali perhari. Poin tujuh aktivitas fisik, responden diberi nilai 1 jika melakukan olahraga minimal 3 kali dalam satu minggu dan diberi nilai 0 jika tidak melakukan olahraga minimal 3 kali dalam seminggu. Poin delapan konsumsi rokok, responden diberi nilai 1 jika tidak pernah merokok dan diberi nilai 0 jika responden merokok, pernah merokok dalam waktu kurang dari 5 tahun terakhir, dan juga perokok pasif.

Nilai pola hidup ≥ 6 sudah dikategorikan memiliki pola hidup yang sehat karena penyesuaian pada kehidupan masyarakat Indonesia. Penelitian ini melakukan penyesuaian teori-teori yang mengacu pada teori DASH yang ada di JNC 7 tahun 2003 dan pedoman gizi seimbang yang ada di Kemenkes RI tahun 2014 (lampiran 15 dan 16).

(20)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian ini menunjukkan responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 174 responden dari Padukuhan Jragung, Padukuhan Somorai, Padukuhan Sembir, Padukuhan Morangan, Kabupaten Sleman, DIY. Usia di kategorikan menjadi dua yaitu 40-55 tahun kategori usia lansia awal dan 56-65 tahun kategori usia lansia akhir (Depkes RI, 2009). Responden penelitian berjenis kelamin perempuan 74,7 % dan lakil-laki 25,3 % (tabel I).

Tabel I. Nilai Karakteristik Penelitian Responden di Kabupaten Sleman

Variabel Total (%) n=174

Skor Pola Hidup (%) ≥ 6 < 6

Usia 40-55 tahun 116 (66,7) 22,4 77,6

56-65 tahun 58 (33,3) 25,9 74,1

Jenis Kelamin Perempuan 129 (74,1) 22,5 77,5

Laki-Laki 45 (25,9) 26,7 73,3 Status Merokok

Rokok 85 (48,9) 18,8 81,2 Tidak

Merokok 89 (51,1) 28,1 71,9

Status Diabetes atau YA 17 (9,8) 35,3 64,7

GDP ≥ 126 mg/dL Tidak 157 (90,2) 22,3 77,7 Hipertensi YA 75 (43,1) 26,7 73,3 (TD ≥ 140 mmHg atau menerima Tidak 99 (56,9) 21,2 78,8 obat Hipertensi) Terapi Hipertensi YA 56 (32,2) 23,2 76,8 Tidak 118 (67,8) 23,7 76,3 Pada tabel I, penilaian status diabetes ditentukan dengan cara mengkategorikan reponden yang memiliki hasil laboratorium gula darah puasa lebih dari 126 mg/dL dan atau mengkonsumsi obat antidiabetes dianggap memiliki riwayat diabetes mellitus (Kemenkes RI, 2014). Diabetes didefinisikan sebagai keadaan dimana kadar glukosa plasma puasa seseorang bernilai ≥7,0 mmol atau setara dengan 126 mg/dL (Mendis et al, 2011). Penelitian Farra tahun 2010 menyatakan bahwa terdapat hubungan antara diabetes dan penyakit kardiovaskuler, dimana kadar gula darah mengganggu elastisitas pembuluh darah. Pada penilitan ini sebanyak 31,6% responden mendapatkan terapi antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah responden yang tinggi, tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau ≥ 90 mmHg termasuk kategori hipertensi menurut ESH/ESC

(21)

6

(Mancia et al, 2013). Pada penelitian Jasmine tahun 2016 menyatakan bahwa sebanyak 76,2 % responden di Kabupaten Sleman, memiliki tingkat ketaatan terapi yang rendah dan pola hidup yang tidak sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian ini seperti pada tabel I, yang menunjukkan bahwa responden di Kabupaten Sleman masih kurang memiliki tingkat ketaatan terapi. Faktor lain yang menyebabkan tingkat terapi yang rendah karena responden masih beranggapan bahwa penyakit hipertensi tidak terlalu berbahaya. Selain itu, pola hidup yang tidak sehat dari reponden yang memperburuk kondisi dari responden untuk memiliki risiko kardiovaskuler 10 tahun ke depan.

Pola hidup sehat meliputi aktivitas fisik, Nilai BMI (Body Mass Index) yang seimbang, mengatur pola makan dengan mengonsumsi makan rendah garam dan rendah lemak serta memperbanyak konsumsi sayur dan buah, menghindari minuman beralkohol dan menghentikan kebiasaan merokok (Kemenkes RI, 2009). Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa responden melakukan aktifitas fisik yang cukup yaitu pada saat responden bekerja. Pada umumnya responden bekerja di ladang atau sawah untuk mencari makan ternak peliharaanya maupun bercocok tanam. Selain itu, responden juga harus berjalan kaki ataupun bersepeda yang jaraknya cukup jauh agar sampai di ladang atau sawah tempat responden bekerja. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pola hidup responden tidak sehat adalah mengkonsumsi minyak goreng yang berulang-ulang (jelantah) untuk memasak, mengkonsumsi makanan yang bersantan, mengkonsumsi makanan yang asin dan mengkonsumsi gula yang berlebih. Faktor ini dapat diperbaiki menjadi lebih baik dengan cara pemberian edukasi yang lebih terhadap pola hidup, agar masyarakat semakin sadar tentang pentingnya menjaga pola hidup sehat yang sampai saat ini masyarakat masih menganggap bahwa pola hidup sehat tidak terlalu berpengaruh pada kesehatan masyarakat dikemudian hari. Beberapa penelitian menyatakan bahwa responden yang mengatur diet, mengatur konsumsi garam dan tidak merokok memiliki tingkat pola hidup dan ketaatan terapi yang lebih baik (Venkatachalam et al, 2015).

(22)

7

Tabel II. Profil Responden Penelitian di Kabupaten Sleman dalam nilai rasio

Variabel (Nilai Normal) Jumlah (n)

Skor Pola

Hidup (%) Nilai PCE (%) ≥ 6 < 6 Rendah Sedang Tinggi

TDS (140 mmHg) ≥ 140 76 27,6 72,4 40,8 23,7 35,5 < 140 98 20,4 79,6 25,5 15,3 59,2 TDD (90 mmHg ) ≥ 90 69 23,2 76,8 43,4 13 43,6 < 90 105 23,8 76,2 51,4 21 27,6 GDP (126 mg/dL) ≥ 126 17 35,3 64,7 64,7 29,4 5,9 < 126 157 22,3 77,7 45,2 21,7 33,1 Kolesterol Total (200 mg/dL) ≥ 200 85 23,5 76,5 51,8 14,1 34,1 < 200 89 23,6 76,4 42,7 24,7 32,6 HDL (40 mg/dL) ≥ 40 153 20,3 79,7 46,7 19,7 33,6 < 40 21 47,6 52,4 47,6 28,6 23,8 LDL (100 mg/dL) ≥ 100 145 21,4 78,6 45,5 13,8 40,7 < 100 29 34,5 65,5 34,5 41,4 24,1 BMI (18,5-22,9 ) ≥ 23,0 101 19,8 80,2 46,5 21,8 31,7 < 23,0 73 28,8 71,2 47,9 38,4 13,7

Tingginya kadar kolesterol dalam tubuh mengakibatkan responden memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kardiovaskuler 10 tahun ke depan, dibandingkan dengan responden yang memiliki kadar kolesterol normal. Kolesterol yang tinggi akan menempel pada pembuluh darah yang mengakibatkan terhambatnya aliran darah kejantung dan terhambatnya oksigen yang ada dalam darah, dengan begitu jantung akan kekurangan suplai darah dan O2 yang akan mengakibatkan cara kerja jantung terhambat dan melemahnya otot-otot jantung (Bahri, 2015). Pada penelitian Anwar tahun 2015 menyatakan bahwa kadar kolesterol yang tinggi dapat diturunkan dengan cara diet dengan pola makan yang benar.

BMI (Body Mass Index) digunakan untuk menilai status gizi responden penelitian. BMI dihitung dengan cara berat badan responden dibagi dengan kuadrat tinggi badan responden. Menurut Kemenkes RI tahun 2014, Responden dikatakan memiliki nilai BMI yang baik jika hasil dari perhitungan BMI menghasilkan angka 18,5 - 22,9. Jika reponden memiliki nilai perhitungan BMI ≥ 23,0 responden

(23)

8

mengalami obesitas yang dapat meningkatkan risiko kardiovaskuler 10 tahun ke depan. Maka dari itu, nilai BMI perlu dijaga agar seimbang untuk menurunkan risiko kejadian penyakit kardiovaskuler 10 tahun ke depan.

Tabel III. Gambaran Pola Hidup dan PCE responden penelitian di Kabupaten Sleman

Pola Hidup PCE

Rendah Sedang Tinggi

Skor Sehat ≥ 6 n = 41 61% 24,4% 14,6%

Skor Tidak Sehat ≤ 6 n = 133 48,1% 13,5% 38,4%

Risiko terjadinya kardiovaskuler pada seseorang dapat dihitung mengunakan kalkulator Pooled Cohort Equations (PCE). PCE mengkategorikan hasil perhitungan risiko < 5% sebagai kategori rendah, 5-<7,5% kategori sedang, dan ≥7,5% sebagai kategori tinggi (Stone et al, 2013). Hasil dari perhitungan menggunakan kalkulator PCE dapat dilihat pada tabel III, yang menunjukkan bahwa responden yang memiliki pola hidup tidak sehat juga memiliki risiko terkena kardiovaskuler yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki pola hidup sehat

Pada tabel III, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pola hidup yang tidak sehat memiliki nilai PCE yang tinggi. Ha ini menunjukkan bahwa masyarakat belum menyadari pentingnya pola hidup sehat untuk menurunkan risiko kejadian penyakit kardiovaskuler 10 tahun ke depan. Pada tabel III juga menunjukkan bahwa antara nilai PCE rendah dan tinggi pada responden yang memiliki pola hidup tidak sehat memiliki perbedaan yang tidak signifikan, hal ini juga dipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan dan juga ekonomi.

Pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk mengatur pola hidup sehat setiap harinya. Jika seorang memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan maka tindakan untuk memperoleh hidup sehat akan berjalan dengan baik. Akan tetapi, apabila seorang tidak memilki pengetahuan yang baik tentang kesehatan khususnya pola hidup sehat maka tindakan tidak akan berjalan dengan baik. Masyarakat di daerah pedesaan, memiliki tingkat stress yang rendah karena berinteraksi sosial yang kuat dengan tetangga, namun mereka melakukan aktifitas fisik yang lebih karena pekerjaan sehari-hari, kurang asupan protein hewani ataupun asupan susu rendah lemak, hal ini menyebabkan responden menghadapi skor risiko kardiovaskuler tinggi (Suhadi et al, 2017).

(24)

9

Pola hidup sehat perlu diterapkan pada kehidupan sehari-hari mulai dari masa muda agar tetap sehat sampai tua. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting terutama pada pasien hipertensi, pasien yang mengalami hipertensi dapat menerapkan pola hidup sehat untuk mengurangi efek buruk dari hipertensi. Selain itu konsumsi rokok, menjaga BMI yang seimbang, menghindari alkohol, olahraga teratur dan juga istirahat yang cukup merupakan cara untuk pengaturan pola hidup sehat (Muhammadun, 2009). Pada penelitian ini, Padukuhan Somorai memiliki pola hidup sehat yang tinggi dari pada ketiga Padukuhan yang lain. Hal ini dipengaruhi dari tingkat kesadaran tentang pola hidup sehat, perekonohimian masyarakat, letak tempat tinggal dan juga dari segi pendidikan masyarakat. Sebuah studi mengatakan bahwa responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih sadar tentang kesehatan dan mengontrol tekanan darahnya (Khanam et al, 2014).

Nilai pola hidup sehat dapat tercapai ≥ 6 apabila seseorang mempunyai pengetahuan yang cukup dalam bidang kesehatan oleh karena itu pengetahuan dalam kesehatan perlu diberikan untuk mendukung pola hidup yang sehat. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang kesehatan mempunyai peranan dalam menjaga pola hidup sehat seseorang, dalam kehidupan sehari-hari. Padukuhan Somorai terletak cukup dekat dengan kota Yogyakarta yang mengakibatkan masyarakat di Padukuhan Somorai tersebut lebih memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pola hidup sehat, selain itu di Padukuhan Somorai terdapat juga kegiatan senam rutin seminggu sekali dan juga pos jantung sehat. Hal tersebut merupakan hal yang membuat masyarakat tergerak untuk melakukan aktifitas fisik yang lain selain saat responden bekerja. Sedangkan, untuk Padukuhan Jragung, Padukuhan Sembir dan Padukuhan Morangan memiliki tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah, perekonomian yang cukup rendah serta lingkungan di Padukuhan tersebut cukup jauh dari kota Yogyakarta, mengakibatkan kesadaran tentang pola hidup sehat yang masih rendah. Menurut Rosjidi tahun 2007 bahwa prevalensi risiko kardiovaskuler lebih tinggi terjadi pada penduduk dengan pendidikan yang rendah dan perekonomian yang rendah. Pengetahuan kesehatan khusunya tentang pola hidup sehat akan berpengaruh terhadap pola hidup seseorang (Agustiawan, 2013).

(25)

10

Pola hidup sehat ini juga berpengaruh terhadap tekanan darah responden, responden yang memiliki tekanan darah ≥ 140/ 90 mmHg dan tidak mendapatkan terapi anti hipertensi, akan lebih berisiko terkena penyakit kardiovaskuler 10 tahun ke depan. Pola hidup menjadi buruk juga disebabkan beberapa faktor seperti masyarakat gemar mengkonsumsi makanan yang mengandung natrium, gemar mengkonsumsi gula yang berlebih, gemar mengkonsumsi santan dan gorengan, faktor itulah yang menyebabkan masih banyak responden yang memiliki pola hidup yang buruk. Maka dari itu, hal ini perlu dievalusasi lebih lanjut agar masyarakat lebih mengerti seperti apa pola hidup sehat yang benar dan bagaimana cara untuk menerapkannya pada kehidupan sehari-hari agar terhindar dari penyakit kardiovaskuler di kemudian hari.

Responden di Kabupaten Sleman masih berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskuler 10 tahun ke depan. Salah satu penyebab tingginya risiko kardiovaskuler adalah responden memiliki gejala ataupun riwayat penyakit hipertensi, penyakit diabetes mellitus dan kadar kolesterol tinggi, yang tidak ditangani dengan tepat ataupun hanya di diamkan hingga responden merasa sudah tidak ada gejala-gejala yang mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Sebanyak 25 orang responden memiliki nilai pola hidup sehat dan memiliki risiko yang rendah terkena kardiovaskuler 10 tahun ke depan. Hal ini terjadi karena masyarakat mengerti mengenai pentingnya pola hidup sehat, maka masyarakat akan mengatur pola hidupnya sedemikian rupa agar risiko kardiovaskuler 10 tahun ke depan semakin rendah. Pola hidup yang tidak sehat dapat memicu timbulnya penyakit hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi serta obesitas, faktor-faktor ini merupakan penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler.

Keterbatasan dalam melakukan penelitian ini adalah peneliti tidak dapat mengetahui keterbukaan responden saat menjawab kuisioner yang ditanyakan pada penelitian, pengukuran tekanan darah hanya dilakukan dalam satu waktu meskipun telah dilakakukan duplo dan pengukuran gula darah puasa hanya dalam satu waktu. Hal ini, dapat mempengaruhi hasil dari nilai pola hidup sehat.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini sebanyak 76,4 % dari total responden memiliki pola hidup tidak sehat dan 29,3% responden berisiko tinggi terkena kardiovaskuler 10

(26)

11

tahun ke depan. Kelompok yang memiliki pola hidup tidak sehat dan memiliki risiko tinggi risiko kardiovaskuler 10 tahun ke depan sebanyak 38,4% sedangkan kelompok yang memiliki pola hidup sehat tetapi memiliki risiko kardiovaskuler tinggi 10 tahun ke depan sebanyak 14,6%.

SARAN

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti menyarankan untuk melakukan edukasi tentang pentingnya menjaga pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk menurunkan risiko kardiovaskuler 10 tahun ke depan. Selain itu, diperlukan juga edukasi tentang pentingnya mengontrol tekanan darah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat betapa pentingnya menjaga pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit kardiovaskuler 10 tahun ke depan. Penelitian selanjutnya sebaiknya meneliti secara analitik hubungan pola hidup dan ketaatan terapi terhadap risiko kardiovaskuler 10 tahun ke depan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian ini.

(27)

12

DAFTAR PUSTAKA

Agustiawan, F., 2013, Pengetahuan Kesehatan Dan Pola Hidup Sehat Siswa Kelas V Dan VI SD N Baratan Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman, Skripsi, Fakultas ilmu keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Bahri, T., 2015, Penyakit Jantung Koroner dan Hipertensi, Rineka Cipta, Jakarta. Chobanian AV., Bakris, GL., Black, HR., Cushman, WC., Green, LA., Izzo, JL.

et al., 2003, The Seventh Report of Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: The JNC 7 Report. JAMA, 289:7-8.

Dinas Kesehatan Sleman, 2012, profil kesehatan Kabupaten Sleman, http://www.dinkes.Slemankab.go.id/wp-content/uploads/2012/07/profil.pdf diaskes pada 14 Mei 2017.

Departemen Kesehatan RI, 2009, Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta.

Farra, A., Asist, L., Candrasari, A., 2010, Hubungan Diabetes Melitus dengan Kejadian Stroke Iskemik Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, UMS, Surakarta.

Jasmine, M., 2016, Ketaatan Terapi Responden Hipertensi Usia 40-75 Tahun Menggunakan Instrumen Morisky di Kecamatan Ngemplak Sleman, DIY Kajian Usia dan Aspek Gaya Hidup), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Karanja N, Erlinger TP, Hwa LP, Miller ER, Bray GA, 2014, The DASH diet for high blood pressure : From clinical trial to dinner table, Cleveland Clinic Journal of Medicine, 71:9.

Kementerian Kesehatan RI, 2009, Hindari Hipertensi, Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI, 2014, Pedoman Gizi Seimbang, Jakarta, hal 7, 15-24. Kementrian Kesehatan RI, 2014, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan,

Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2014, Profil Kesehatan Indonesia, Depertemen Republik Indonesia, Jakarta.

Khanam, M.A., Lindeboom, W., Koehlmoos, T.LP., Alam D.S., L, Milton, A.H., 2014, Hypertension: Adherence to Treatment in Rural Bangladesh- Finding A Population-Based Study, Global Health Action, 7, 25-28.

Mancia, G., Fagard, R., Narkiewicz, K., Redon, J., Zanchetti, A., Bohm, M., et all., 2013, ESH/ESC Guidelines for the Management of Arterial Hypertension, Eur Heart J, 34:2159-2219.

Mendis, S., Puska, P., dan Noring, B., 2011, Global Atlas on Cardiovascular Disease Prevention and Control, Geneva: World Health Organization, World Heart Federation, and the World Stroke Organization.

Muhammadun, 2009, Pola Hidup pada Lansia, Jakarta: Erlangga.

Rosjidi, C.H., 2007, Kemiskinan dan Penyakit Kardiovaskuler, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

(28)

13

Suhadi, R., Linawati, Y., Wulandari, E.T., Virginia, D.M., dan Setiawan, C.H., 2017, The metabolic disorders and cardiovaskular risk among lower socioeconomic subjects in Yogyakarta-Indonesia, Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 10 (3), p. 369.

Song, J. W. dan Chung, K. C., 2010, Observational Studies: Cohort and Case Control Studies, Plast Reconstr Surg, 126(6):2234–2242.

Stone NJ, Robinson J, Lichtenstein AH, 2013, ACC/AHA guideline on the treatment of blood cholesterol to reduce atherosclerotic cardiovascular risk in adults : A report of the american college of cardiology/american heart association task force on practice guideline, Circulation.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V,Interna Publishing, Jakarta.

Tedjakusuma, P., 2012, Tata Laksana Hipertensi. Departemen Kardiologi RS Premier Jatinegara dan RS Grha Kedoya, Jakarta.

Tools.acc.org, 2014. Recommendations for Initiation of Statin Theraphy. http://tools.acc.org/ascvd-risk-estimator. accessed on 6 Mei 2017.

Venkatachalam, J., Abrahm, S.B., Singh, Z., dan Satya., S., 2015, Determinants of Patient’s Adherence to Hypertension Medication in a Rural Population of Kancheepuram District in Tamil Nadu, South India, Indian J Community Med, 40 (1), 33-37.

(29)

14

LAMPIRAN

(30)
(31)

16

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subyek Uji

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK UJI

Saya Alvilita dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma akan melakukan penelitian berjudul gambaran pooled-cohort equation dan pola hidup sehat responden usia 30-65 tahun di Kabupaten Sleman DIY. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung Rita yang berjudul Intervensi Therapeutic Life Style Inisiatif Masyarakat Sendiri untuk Peningkatan Kualitas Hidup Sehat dan Kesadaran Penyakit Kardiovaskuler. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengukuran kolesterol darah puasa vena dengan kolesterol darah puasa perifer dalam evaluasi 10 tahun penyakit kardiovaskuler.

Tim peneliti mengajak Bapak/Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan sekitar 30 subyek penelitian per dukuh dengan jangka waktu keikutsertaan selama 1 bulan dengan frekuensi 1 minggu sekali masing-masing kegiatan sekitar 30-45 menit dalam pemeriksaan kesehatan (pengambilan sampel darah dan pengukuran tekanan darah) serta wawancara.

A. Kesukarelaan untuk Ikut Penelitian

Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila anda sudah memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau pun sanksi apapun. Bila anda tidak bersedia untuk berpatisipasi, tidak ada sanksi atau hal merugikan apapun yang akan dikenakan.

B. Prosedur Penelitian

Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, anda diminta menandatangani lembar persetujuan ini rangkap 2, satu untuk anda simpan dan satu untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah pengukuran tekanan darah dan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol HDL dan gula darah yang dilakukan dalam satu kali pengambilan. Setelah pengambilan sampel darah, anda akan diberikan snack dan dipersilahkan menikmati snack sebelum melanjutkan ke tahap wawancara/tanya jawab dengan jawaban yang sejujurnya. Adapun jumlah sampel darah yang diperlukan sebanyak 5cc yang diambil pada lengan atas oleh tenaga ahli laboratorium Pramita dan 10µl untuk pengecekan darah perifer pada jari yang akan dilakukan oleh peneliti.

C. Kewajiban Subyek Penelitian

Sebagai subyek penelitian, Bapak/Ibu berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum jelas, Bapak/Ibu dapat bertanya lebih lanjut kepada peneliti.

(32)

17

Keuntungan langsung yang Bapak/Ibu dapatkan adalah memperoleh pemeriksaan tekanan darah, kadar kolesterol total, kolesterol HDL dan gula darah, serta penjelasan mengenai upaya mengontrol beberapa faktor risiko tersebut sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler

E. Risiko yang dialami subyek selama mengikuti penelitian

Anda diwajibkan untuk berpuasa selama 8 jam sebelum penelitian dilakukan, sehingga anda dapat mengalami hipoglikemi (gula darah rendah). Setelah pengambilan darah anda akan diberikan snack dan minuman untuk mengatasi risiko hipoglikemi tersebut. Selama mengikuti penelitian, anda akan mengalami rasa nyeri dan kurang nyaman saat pengambilan sampel darah serta anda dapat merasa bosan selama menunggu giliran pengukuran tensi. Risiko memar setelah pengambilan darah juga mungkin terjadi, untuk mengatasinya dapat dikompres menggunakan telur rebus yang dibungkus dengan kain.

F. Kerahasiaan

Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas subyek penelitian.

G. Kompensasi

Bapak/Ibu akan memperoleh souvenir sebagai tanda terimakasih atas kerelaan untuk ikut serta dalam penelitian ini.

H. Pembiayaan

Seluruh biaya dalam penelitian ini akan ditanggung oleh peneliti. I. Informasi Tambahan

Bapak/Ibu diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Bapak/Ibu/Saudara/Wali anak dapat menghubungi Rita dkk pada no Hp: 08157933786.

(33)

18 Lampiran 3. Informed Consent

PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN

Semua penjelasan tersebut telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan saya dapat menanyakan kepada Rita atau kepada asisten peneliti yakni Alvilita. Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju ikut serta dalam penelitian ini. Tandatangan responden: Tanggal:

(Nama Jelas:...) Tandatangan saksi:

(34)

19 Lampiran 4. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Cara Mengukur Skala Penilaian

Tekanan Darah Berdasarkan

ESH/ESC

ESH/ESC dipilih sebagai acuan untuk pembagian TD dikarenakan ESH/ESC dinilai lebih spesifik dan lebih cocok dalam mengkatagorikan nilai dari tekanan darah.

- -

Usia

Usia dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu usia 40-55 tahun merupakan usia lansia awal dan usia 56-65 tahun merupakan usia lansia akhir (Kemenkes, 2009).

- -

Pola Hidup

Pola hidup sehat yaitu responden yang memiliki nilai pola hidup lebih dari sama dengan 6.

Dalam pengelompokkan pola hidup penelitian ini telah dilakukan modifikasi karena penyesuaian kepada masyarakat Indonesia. Untuk melihat penyesuaiannya

dilampirkan DASH dari JNC 7 pada halaman 8. Rasio < 6 = Pola Hidup tidak baik ≥ 6 = Pola Hidup Baik Pengelompokkan BMI

BMI (Body Mass Index) atau IMT (Indeks Massa Tubuh) digunakan untuk menilaai status gizi responden. BMI dihitung

Rasio

0 = Nilai BMI < 18,5 atau ≥

(35)

20 Variabel Definisi Operasional

Cara Mengukur Skala Penilaian dengan dihitung dengan

membagi berat badan dengan kuadrat tinggi badan (Kemenkes RI, 2014). Pengelompokan BMI mengacu pada Kemenkes RI tahun 2014, bahwa nilai BMI normal adalah 18,5-22,9.

1 = Nilai BMI 18,5 - 22,9

Penambahan Natrium

Makanan dengan garam sedikit saja (1 sendok teh sehari), konsumsi mie instan, makanan kaleng ,Penambahan kecap, saos dan sambel botolan yang dikonsumsi oleh responden secara berlebihan mengakibatkan

peningkatan risiko hipertensi. Responden dinyatakan memiliki pola makan yang baik jika reponden menyukai asin atau mengkonsumsi maksimal satu sendok teh garam atau maksimal mengkonsumsi 1 buah makanan instan setiap harinya.

Kategorikal

0 = Menambahkan natrium pada makanan setiap hari, gemar mie instan dan makanan kaleng. 1 = gemar menambahkan natrium pada makanan, mengkonsumsi mie instam dam juga makanan kalengw.

Konsumsi Gula

Gula juga diatur dalam pola makan DASH. Responden dinyatakan memiliki pola makan yang baik jika mengkonsumsi makanan dan minuman manis

Kategorikal

0 = Minum atau makan manis satu hari lebih dari 4 sendok setiap harinya.

1 = minum atau makan manis

(36)

21 Variabel Definisi Operasional

Cara Mengukur Skala Penilaian maksimal 4 sendok setiap

harinya.

maksimal 4 sendok setiap harinya.

Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh lalu menghembuskannya keluar. Merokok dikategorikan sebagai merokok (merokok aktif atau sudah berhenti dalam waktu kurang dari lima tahun terakhir dan juga perokok pasif) dan tidak merokok (sama sekali tidak merokok). Kategorikal 0 = Merokok, pernah merokok, perokok pasif. 1 = Tidak pernah merokok. Konsumsi Buah Responden dalam penelitian ini diharapkan mengkonsumsi buah-buahan minimal 1 kali sehari untuk menyeimbangkan pola makan yang baik.

Kategorikal

0 = Tidak mengkonsumsi buah dalam satu hari.

1 = mengkonsumsi buah minimal satu kali sehari.

Konsumsi Sayur

Sayur merupakan bagian penting dalam diet DASH. Responden dalam penelitian diharapkan mengkonsumsi tiga kali dalam seharinya dalam bentuk sajian apapun. Contohnya adalah sayur yang di masak dengan santan yang tidak kental, sayur yang direbus saja dan

Kategorikal

0 = Mengkonsumsi sayur kurang dari tiga kali sehari 1 = mengkonsumsi sayur minimal tiga kali hari.

(37)

22 Variabel Definisi Operasional

Cara Mengukur Skala Penilaian sayur yang di masak

dengan cara di tumis. Aktivitas fisik,

Olahraga

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka dan memerlukan lebih banyak energi. Aktivitas fisik dikategorikan menjadi rutin, (jogging, jalan kaki, senam, berlari atau bersepeda minimal 1 kali setiap minggu) dan tidak rutin (jika <1 kali/minggu atau tidak pernah sama sekali)

Kategorikal 0 = tidak melakukan

aktifitas fisik dan tidak melakukan olahraga selama satu minggu 1 = melakukan olahraga minimal tiga kali dalam satu minggu

Minyak dan Santan

Minyak dan santan yang dimaksud adalah makanan yang dikonsumsi mengandung minyak dan atau santan maksimal tiga sajian makanan atau maksimal 5 sendok teh dalam satu harinya.

Kategorikal 0 = Satu hari mengkonsumsi makanan yang mengandung minyak dan atau santan lebih dari tiga porsi.

1 = Dalam satu hari mengkonsumsi makanan yang mengandung minyak dan atau santan maksimal tiga porsi.

(38)

23

Lampiran 5. Definisi Operasional Pola Hidup Sehat

No Variabel Keterangan Skor

1 Pengelompokan BMI 18,5 - 22,9 1 < 18,5 atau ≥ 23 0 2 Penambahan Garam (tidak suka makanan

yang asin)

Ya 1

Tidak 0

3 Konsumsi Gula (tidak lebih dari 4 sendok atau 2 gelas minuman manis perhari)

Ya 1

Tidak 0

4 Rokok (tidak perah merokok, sudah berhenti merokok lebih dari 5 tahun)

Ya 1

Tidak 0

5 Konsumsi Buah minimal 1 kali sehari Ya 1

Tidak 0

6 Konsumsi Buah minimal 3 kali sehari Ya 1

Tidak 0

7 Aktivitas fisik atau Olahraga minimal 3 kali dalam satu minggu

Ya 1

Tidak 0

8 Minyak dan Santan (mengkonsumsi sajian makanan yang berminyak dan bersantan maksimal 3 kali dalam satu hari)

Ya 1

(39)

24

(40)

25 Lampiran 7. Pooled-Cohort Equation

(41)

26

(42)

27

(43)

28

(44)

29

(45)

30

(46)

31

(47)

32

(48)

33

(49)

34

(50)

35

(51)

36

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Alvilita Nurmala, lahir di Medan pada tanggal 16 November 1996. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Alfitri Oemar S.H, C.N dan Indiah Natalina Amd. Keb. Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis, yaitu tingkat Sekolah Dasar Islam Terpadu Luqman Al-Hakim (2002-2008), tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Yogyakarta (2008-2011), tingkat Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Piyungan Bantul (2011-2014). Selanjutnya pada tahun 2014 penulis melanjutkan studinya ke jenjang Perguruan Tinggi di Fakultas Farmsai Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi tersebut, penulis aktif dalam kepanitian Desa Mitra 2014 sebagai Koordinator konsumsi dan pada tahun 2016 menjadi bendahara. Selain kepanitian peneliti juga aktif dalam Forum Pusat Informasi dan Konseling Remaja di Kabupaten Sleman Sebagai Pendidik dan Konselor Sebaya sejak tahun 2014 hingga sekarang.

Gambar

Tabel I.  Nilai Karakteristik Responden di Kabupaten Sleman ...........................
Gambar 1. Bagan Responden Penelitian  ..........................................................
Gambar  1. Bagan Responden Penelitian
Tabel I. Nilai Karakteristik Penelitian Responden di Kabupaten Sleman
+3

Referensi

Dokumen terkait

Identitas (Nomor, Nama barang, Spesifikasi Merk/ Pabrik, Satuan,Harga satuan, Volume, dan Jumlah Harga) yang ditawarkan tercantum dengan lengkap dan jelas3. Urutan item barang

Sesuai dengan penelitian ini, nantinya peneliti akan mencari data-data deskriptif tentang “Analisis Efektivitas Pembinaan Bagi Usaha Mikro Kecil (UMK) oleh Badan

Setiap usaha pasti akan memiliki resiko yang harus ditanggung oleh pelaksana usaha, termasuk juga industri permen susu. Resiko yang dihadapi dalam industri permen susu ini

Berdasarkan hasil penelitian dalam pelaksanaan kegiatan bermain peran untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak mengalami peningkatan mulai dari pengembangan I

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, RASIO

pedas yang akan memperburuk rasa mual. 3) Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah. Minumlah air putih ataupun jus. Hindari minuman yang

pelatihan circuit training, dimana menurut Almy dan Sukadiyanto (2014) Circuit training berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskuler, dan dapat menguatkan