• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah

Sabtu, 25 Januari 2014 | Dibaca 403 kali

http://analisadaily.com/kota/news/letusan-gunung-sinabung-tingkatkan-kesuburan-tanah/1282/2014/01/25

Url Berita

Guru Besar UHN Prof Dr Ferisman Tindaon

Medan, (Analisa). Guru Besar Tetap Universitas HKBP Nommensen Prof Dr Ir Ferisman Tindaon MS mengungkapkan, letusan gunung berapi dari Gunung Sinabung Karo, Sumatera Utara akan membawa perubahan kondisi yang menguntungkan pada tanah-tanah pertanian yang terjangkau material letusan gunung ini.

“Tanah-tanah di lokasi tersebut akan mengalami peremajaan dan pengayaan hara secara alami. Banyaknya hara yang diberikan oleh abu letusan gunung ini sangat bergantung dari tebalnya tutupan abu dan kandungan hara mineralnya”, jelas Prof Ferisman Tindaon di ruang kerjanya, Jumat (24/1).

Menurut Dekan pada Fakultas Pertanian UHN ini, letusan membawa berkah dibalik derita bencana, khususnya bagi para petani. Hal itu dengan melihat tingginya tingkat kesuburan tanah sebagai proses alam yang memulihkan kondisi daya dukung kesuburan tanah. Sifat Kimia

Biasanya, lanjut Ferisman, sifat kimia abu letusan dibedakan atas kandungan silika, abu bersifat basis, intermedier dan masam. Secara umum sifat kimia abu letusan dapat dibedakan berdasarkan kandungan silika (SiO2 persen) yaitu abu bersifat basis (45-55 persen),

intermedier (55-62 persen) dan masam (>62 persen). Makin masam abu letusan makin sedikit cadangan unsur hara yang dilepaskan, jelasnya.

Dikatakan peraih gelar doktor dari Agricultural Sciences and Environmental Management, Justus Liebig University, Jerman ini, kondisi tersebut dengan mencontohkan hasil analisa abu letusan gunung Merapi di Yogjakarta pada tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Balitbang Pertanian.

Disebutkan bahwa setiap satu sentimeter ketebalan tutupan abu vulkan mempunyai potensi cadangan unsur hara makro kalsium sebesar 7,3 ton/ha atau setara dengan 18 ton kapur. “Kandungan cadangan unsur kalium sebesar 2,4 ton/ha atau setara 4,7 ton pupuk KCl, sedangkan fosfor sebesar 240 kg/ha atau setara 1,5 ton pupuk SP-36 serta unsur belerang (S) sebesar 120 kg/ha atau setara 0,4 ton kiserit,” jelasnya.

Oleh karena itu, ungkapnya upaya yang segera harus dilaksanakan setelah letusan gunung berapi ini adalah pemulihan status lahan yang tertutup debu vulkan menjadi lahan produktif. Perlu dilakukan analisa awal untuk mengenali sifat-sifat bahan tutupan abu vulkan, ketebalan

(2)

tutupan, ukuran partikel, kandungan mineral dan unsur kimianya sebagai dasar upaya percepatan pemulihan lahan.

Pelapukan

Lebih jauh pria kelahiran Pangkalan Brandan, 21 Maret 1962 ini memaparkan, bongkah batuan memerlukan waktu ratusan sampai jutaan tahun untuk mengalami pelapukan, sedangkan partikel berukuran pasir sampai debu halus akan melapuk lebih cepat terutama pada temperatur dan curah hujan yang tinggi.

Bahan-bahan ini sangat kaya akan mineral yang mudah melapuk seperti felspar dan ferromagnesian yang merupakan mineral yang banyak mengandung berbagai jenis hara (reserved nutrient), jelasnya.

Jika di bawah kondisi suhu dan curah hujan tinggi dan digabungkan dengan pengunaan tenologi sederhana, pelapukan mineral pembawa cadangan hara ini dapat dipercepat. Secara ringkas, percepatan pelarutan abu letusan vulkan dapat dilakukan dengan mencampur abu letusan dengan bahan organik seperti pupuk kandang, kompos, blotong, jerami atau serasah bahan organik. (rmd)

(3)

Letusan Gunung “inabung Tingkatkan Kesuburan Tanah

Ferisman Tindaon*)

Pemerhati Lingkungan dan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah di Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan E-mail : Ferisman_Tindaon@yahoo.com

Gunung Sinabung yang terletak di kabupaten Karo, Sumatera Utara telah meletus kembali, menyemburkan abu vulkanik hingga mencapai ketinggian 7-8 kilometer dan belasan ribu orang saat ini ditampung di berbagai tempat evakuasi. Dilaporkan bahwa abu vulkan letusan gunung ini menyebar jauh hingga mencapai kota Medan yang terletak sekitar 80 km dari lokasi letusan gunung bahkan ke beberapa kabupaten lain di Sumatera Utara seperti Deli Serdang,Serdang Bedagai, Langkat bahkan hingga ke provinsi Aceh khususnya Kecamatan Bakongan di Kabupaten Aceh Selatan. Sebelumnya gunung Sinabung ini tercatat tidak pernah meletus sejak tahun 1600, dan pada tahun 2010 mendadak aktif pada bulan Agustus dan September 2010. Namun, letusan abu vulkan dalam tahun 2013 khususnya bulan November 2013 ini menunjukkan aktivitas vulkaniknya yang terus meningkat sehingga dinaikkan statusnya menjadi awas (level IV) yang merupakan status tertinggi dalam aktivitas gunung api. Kenaikan status itu terhitung Minggu (24/11 2013) pada pukul 10.00 WIB yang lalu hingga saat ini dinyatakan bahwa radius 5 km dari kawah gunung tersebut harus dikosongkan.

Memang belum ditetapkan pemerintah pusat bahwa letusan Gunung Sinabung sebagai peristiwa bencana nasional. Namun gelombang pengungsi yang capai puluhan ribu orang akan memerlukan penanganan yang amat serius dalam menangani logistik mereka, dampak debu yang menyebar dan meluas akan menimbulkan masalah kesehatan dan pernapasan dan dampak sosial yang di timbulkan juga sudah di depan mata dengan tingkat stress pengungsi yang sudah berminggu minggu di pengungsian. Menurut Kepala Dinas Pertanian Sumatera Utara, kerugian materi di sektor pertanian di Kabupaten Karo, Sumut, akibat meletusnya Gunung Sibanung, diperkirakan mencapai Rp1 triliun lebih karena banyak tanaman masyarakat yang rusak.Hasil pendataan yang dilakukan hingga 18 Desember 2013, jumlah lahan pertanian yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung mencapai 29.885 hektare lebih yang terdiri 20.219 ha tanaman pangan dan 9.666 hektare tanaman holtikultura. Jumlah lahan pertanian yang rusak itu tersebar di empat kecamatan yakni Kecamatan Namanteran, Kecamatan Payung, Kecamatan Tiganderket, dan Kecamatan Simpang Empat. Tanaman pangan yang terkena dampak erupsi itu adalah padi (512 hektare), padi gogo (2.842 hektare), jagung (16.736 hektare), ubi jalar (127 hektare), dan keladi (dua hektare). Adapun tanaman holtikultura yang terkena adalah sayuran (7.088 hektare), buah-buahan (2.569 hektare), dan tanaman hias (Antara, 17 Januari 2014). Penetapan bencana Gunung Sinabung sebagai bencana nasional sebenarnya telah memenuhi definisi bencana sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, dikatakan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana gunung meletus di Indonesia sebenarnya bukan lagi menjadi sebuah bencana yang asing, mengingat Indonesia berada di kawasan cincin api pasifik atau ring of fire. Berada di kawasan itu memungkinkan Indonesia mengalami bencana letusan gunung berkali-kali tiap tahunnya, yang tidak bisa diprediksi kedatangannya. Secara geografis, Indonesia memang memiliki banyak sekali gunung berapi . Gunung-gunung berapi tersebut siap meletus kapan saja. Seperti halnya yang terjadi ketika letusan Gunung Krakatau 1883 atau letusan Gunung Merapi di Yogjakarta pada tahun 2010. Tentu, keterkejutan menyelimuti masyarakat Indonesia, ditambah dengan kecemasan dan ketakutan yang maha dahsyat pada saat itu.

(4)

Dampak Terhadap Kehidupan Manusia

Bergantung kepada besarnya kekuatan letusan gunung api tersebut namun secara umum dampak yang mungkin terjadi terhadap kondisi sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat khususnya sekitar lokasi letusan gunung berapi. Penderitaan masyrakat akibat letusan gunung berapi yang dapat menelan korban jiwa, terluka atau harus mengungsi dari rumahnya untuk sementara harus tinggal di tempat yang sangat terbatas fasilitasnya dengan fasilitas di rumahnya sendiri sebelumnya. Dibutuhkan logistik makanan untuk para pengungsi, selain pangan mereka juga butuh pakaian, selimut agar tidak kedinginan, bahkan kamar mandi untuk kebersihan diri. Letusan gunung juga menyebabkan perubahan kegiatan ekonomi daerah tersebut, harga-harga sayuran dan produksi pertanian segera meningkat sedangkan pengungsi sendiri tidak memperoleh pendapatan selama kondisi bencana. Kemungkinan terjadi pergerakan manusia dari daerah bencana menuju kota atau daerah lain, sedangkan lokasi gunung yang meletus untuk sementara tertutup untuk semua kegiatan pertanian, wisata yang secara umum berpengaruh kepada aktivitas ekonomi bahkan pendapatan daerah tersebut. Ancaman selanjutnya akan berlanjut terhadap kesehatan penduduk akibat abu letusan yang terbawa angin, kemungkinan banjir pada saat hujan karena sedimentasi yang sangat besar volumenya. Bahkan sering terjadi adanya letusan gunung berapi seperti ini menyebabkan ancaman terhadap keselamatan penerbangan yang berakibat terhadap aktivitas perekonomian regional ataupun nasional.

Secercah Harapan di Balik Bencana

Letusan gunung berapi akan membawa perubahan kondisi yang menguntungkan pada tanah-tanah pertanian yang terjangkau material letusan gunung ini. Berkah dibalik derita bencana ini khususnya bagi para petani karena akan merubah status kesuburan tanah menjadi tinggi yang merupakan proses alam yang memulihkan kondisi daya dukung kesuburan tanah. Tanah- tanah di lokasi

tersebut akan mengalami peremajaan dan pengayaan hara secara alami. Banyaknya hara yang

diberikan oleh abu letusan gunung ini sangat bergantung dari tebalnya tutupan abu dan kandungan hara mineralnya. Biasanya sifat kimia abu letusan dibedakan atas kandungan silika, abu bersifat basis, intermedier dan masam. Secara umum sifat kimia abu letusan dapat dibedakan berdasarkan kandungan silika (SiO2%) yaitu abu bersifat basis (45-55%), intermedier (55-62%) dan masam (>62%). Makin masam abu letusan makin sedikit cadangan unsur hara yang dilepaskan. Sebagai contoh hasil analisa abu letusan gunung Merapi di Yogjakarta pada tahun 2010 (Balitbang Pertanian, 2011), disebutkan bahwa setiap satu cm ketebalan tutupan abu vulkan mempunyai potensi cadangan unsur hara makro kalsium sebesar 7,3 ton/ha atau setara dengan 18 ton kapur. Kandungan cadangan unsur kalium sebesar 2,4 ton/ha atau setara 4,7 ton pupuk KCl, sedangkan fosfor sebesar 240 kg/ha atau setara 1,5 ton pupuk SP-36 serta unsur belerang (S) sebesar 120 kg/ha atau setara 0,4 ton kiserit. Upaya yang segera harus dilaksanakan setelah letusan gunung berapi ini adalah pemulihan status lahan yang tertutup debu vulkan menjadi lahan produktif. Perlu dilakukan analisa awal untuk mengenali sifat-sifat bahan tutupan abu vulkan, ketebalan tutupan, ukuran partikel, kandungan mineral dan unsur kimianya sebagai dasar upaya percepatan pemulihan lahan. Bongkah batuan memerlukan waktu ratusan sampai jutaan tahun untuk mengalami pelapukan, sedangkan partikel berukuran pasir sampai debu halus akan melapuk lebih cepat terutama pada temperatur dan curah hujan yang tinggi. Bahan-bahan ini sangat kaya akan mineral yang mudah melapu seperti felspard dan ferromagnesian yang merupakan mineral yang banyak mengandung berbagai jenis hara (reserved nutrient). Jika dibawah kondisi suhu dan curah hujan tinggi dan digabungkan dengan pengunaan tenologi sederhana, pelapukan mineral pembawa cadangan hara ini

(5)

dapat dipercepat. Secara ringkas, percepatan pelarutan abu letusan vulkan dapat dilakukan dengan mencampur abu letusan dengan bahan organik seperti pupuk kandang, kompos, blotong, jerami atau serasah bahan organik. Adanya asam-asam organik diharapkan akan mampu melepaskan hara yang terikat dalam struktur mineral dari abu letusan. Kondisi saat ini sangat menguntungkan jika

didukung kondisi kelembaban tanah disaat awal musim penghujan ini. Sebuah berkah dibalik bencana letusan gunung berapi bagi para petani khususnya, juga merupakan karunia daripadaNya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ukuran dewan direksi, proposi komisaris independen, kepemilikan saham komisaris, kepemilikan saham institusional, ukuran

Tujuan dari penelitian adalah untuk mempelajari pemanfaatan limbah kulit nenas untuk pembuatan minuman fermentasi laktat dengan jenis bakteri asam laktat yang

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi berupa check list yang terdiri atas lembar observasi A digunakan untuk mengetahui

Implementasi dari gagasan dan konsep deepening democracy dalam konteks demokrasi desa adalah dilaksanakannya musrenbang desa melalui proses yang bersifat bottom up,

Selain itu, jika dikaitkan dengan judul dari tesis ini tentang perlindungan hukum bagi konsumen terhadap penyalahgunaan kartu kredit, maka yang menjadi elemen dari struktur

pengoperasian yang bekerja di dalam alat superheater, atau laju aliran energi panas yang dilepaskan oleh aliran gas panas dan kemudian diterima oleh aliran uap

Reduksi data dalam penelitian ini akan memfokuskan pada siswa yang hasil. jawabannya mengacu pada kriteria indikator kemampuan koneksi

akan membuat mahasiswa mampu mengelola proses konseling dan menjalankan teknik-teknik yang sudah dikuasainya dengan baik sehingga akan bermuara pada.. keberhasilan