• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 4. Hasil dan Pembahasan Gambaran umum responden penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik, yaitu:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 4. Hasil dan Pembahasan Gambaran umum responden penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik, yaitu:"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 4

Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Pengolahan Data

4.1.1 Gambaran umum responden penelitian.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik, yaitu: suami atau istri usia 20-40 tahun, usia pernikahan 1-5 tahun, dan kedua pasangan bekerja. Oleh karena itu, untuk memperoleh responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang diinginkan, maka ada beberapa data kontrol yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.1

Penyebaran responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

Laki-Laki 22 33,8%

Perempuan 43 66,2%

Total 65 100%

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Dari hasil pelaksanaan penelitian, terdapat 65 reponden yang memenuhi kriteria. Reponden terdiri dari 22 suami (laki-laki) dan 43 istri (perempuan). Maka, dapat disimpulkan bahwa lebih banyak responden perempuan (istri) dibandingkan laki-laki (suami). Ketidakseimbangan ini disebabkan karena responden yang diambil tidak berasal dari satu keluarga yang sama.

(2)

Tabel 4.2

Penyebaran responden berdasarkan usia

Rentang Usia Frekuensi Presentase

20-25 tahun 3 4,615% 26-30 tahun 33 50,769% 31-35 tahun 18 27,692% 36-40 tahun 11 16,923% Total 65 100% Rata-rata 31,0936 tahun Modus 29 tahun

Minimum 24 tahun 5 bulan Maksimum 40 tahun Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Usia responden dalam penelitian ini berkisar antara 24,42 (24 tahun 5 bulan) sampai 40 tahun. Rata-rata usia responden adalah 31,0936 tahun. Usia yang paling sering muncul adalah usia 29 tahun dengan jumlah responden sebanyak 4 orang. Jika dikelompokkan, usia 20-25 tahun memiliki frekuensi sebanyak 3 orang, 26-30 tahun sebanyak 33 orang, 31-35 tahun sebanyak 18 orang dan 36-40 tahun sebanyak 11 orang. Banyak usia responden yang berada di bawah rata-rata, sehingga responden masih banyak yang berada di tahap dewasa muda awal.

(3)

Tabel 4.3

Penyebaran responden berdasarkan usia pasangan

Rentang Usia Pasangan Frekuensi Presentase

20-25 tahun 3 4,615% 26-30 tahun 33 50,769% 31-35 tahun 16 24,615% 36-40 tahun 13 20% Total 65 100% Rata-rata 31,3962 tahun Modus 30 tahun

Minimum 22 tahun 9 bulan Maksimum 40 tahun Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Hampir sama dengan usia responden, usia pasangan responden berkisar antara 22,75 (22 tahun 9 bulan) sampai 40 tahun. Rata-rata usia pasangan responden adalah 31,3962 tahun. Usia pasangan 30 tahun memiliki jumlah responden sebanyak 6 orang, sehingga menjadi usia pasangan yang sering muncul. Jika dikelompokkan, usia 20-25 tahun memiliki frekuensi sebanyak 3 orang, 26-30 tahun sebanyak 33 orang, 31-35 sebanyak 16 orang, dan 36-40 sebanyak 13 orang. Karena banyak usia responden yang berada di bawah rata-rata, maka hal yang sama terjadi pada usia pasangan responden. Sehingga, pasangan responden masih banyak yang berada di tahap dewasa muda awal.

(4)

Tabel 4.4

Penyebaran responden berdasarkan lama pernikahan

Rentang Lama Pernikahan Frekuensi Presentase

1-1,9 tahun 22 33,846% 2-2,9 tahun 14 21,538% 3-3,9 tahun 10 15,385% 4-5 tahun 19 29,231% Total 65 100% Rata-rata 2,7596 tahun Modus 1 tahun Minimum 1 tahun Maksimum 5 tahun Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Lama pernikahan responden berkisar antara 1 tahun sampai 5 tahun. Rata-rata lama pernikahan adalah 2,7596. Lama pernikahan yang sering muncul adalah 1 tahun dengan responden sebanyak 10 orang. Jika dikelompokkan, lama pernikahan 1-1,9 tahun memiliki frekuensi sebanyak 22 orang, 2-2,9 tahun sebanyak 14 orang, 3-3,9 tahun sebanyak 10 orang, dan 4-5 tahun sebanyak 19 orang. Lama pernikahan responden banyak yang berada di bawah rata-rata, sehingga banyak yang merupakan pasangan awal yang baru saja menikah.

(5)

Tabel 4.5

Penyebaran responden berdasarkan jumlah anak

Jenis Anak Frekuensi Presentase

0 anak 30 46,2%

1 anak 25 38,5%

2 anak 10 15,4%

Total 65 100%

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Jumlah anak yang dimiliki berkisar antara 0 sampai 2 orang. Responden yang tidak memiliki anak muncul paling banyak dengan jumlah 30 orang, sedangkan yang memiliki 1 anak sebanyak 25 orang, dan yang memiliki 2 anak sebanyak 10 orang. Maka, banyak responden yang masih belum memiliki anak pada tahap awal pernikahan dan jika sudah memiliki anak, setidaknya baru memiliki satu anak.

Tabel 4.6

Penyebaran responden berdasarkan usia anak

Rentang Usia Anak Frekuensi Presentase

0-1 tahun 43 66,154%

2-3 tahun 16 24,615%

4-5 tahun 6 9,231%

Total 65 100%

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Usia anak memiliki jarak antara 0 sampai 4,58 (4 tahun 7 bulan). Untuk penyebaran usia anak dipengaruhi oleh jumlah anak, jika jumlah anak yang banyak muncul adalah 0 (tidak memiliki anak) maka usia anak yang paling banyak muncul adalah sama yaitu 0 tahun sebanyak 30 responden. Jika dikelompokkan, responden yang memiliki anak dengan usia 0-1 tahun sebanyak 43 orang, 2-3 tahun sebanyak

(6)

16 orang, dan usia 4-5 tahun sebanyak 6 orang. Reponden yang berada di awal pernikahan banyak yang memiliki anak dibawah usia 1 tahun.

Tabel 4.7

Penyebaran responden berdasarkan pendidikan terakhir

Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase

D3 8 12,33%

S1 52 80,0%

S2 dan Profesi 5 7,7%

Total 65 100%

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Pendidikan terakhir responden berkisar antara D3 sampai S2 dan Profesi. Pendidikan terakhir S1 muncul paling banyak dengan jumlah responden sebanyak 52 orang. Selanjutnya, pendidikan terakhir D3 sebanyak 8 orang, serta S2 dan Profesi sebanyak 5 orang. Maka, responden banyak yang berpendidikan cukup tinggi karena memiliki pendidikan terakhir yaitu S1.

Tabel 4.8

Penyebaran responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Presentase

Karyawan 53 81,5%

Wirausaha 7 7,7%

Guru 5 10,8%

Total 65 100%

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Pekerjaan responden dikelompokkan ke dalam 3 bidang, yaitu: karyawan, wirausaha, dan guru. Pekerjaan sebagai karyawan muncul terbanyak dengan jumlah responden sebanyak 53 orang, pekerjaan sebagai guru sebanyak 7 orang, dan

(7)

pekerjaan sebagai wirausaha sebanyak 5 orang. Dengan bekal pendidikan terakhir yang cukup tinggi yaitu S1, maka responden banyak yang memilih bekerja sebagai karyawan dengan berbagai keahlian dibidangnya.

Tabel 4.9

Penyebaran responden berdasarkan lama bekerja

Rentang Lama Bekerja Frekuensi Presentase

0-5 tahun 42 64,615% 6-10 tahun 19 29,231% 11-15 tahun 4 6,154% Total 65 100% Rata-rata 5,1976 tahun Modus 5 tahun Minimum 3 bulan Maksimum 15 tahun 10 bulan Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Lama bekerja responden berkisar antara 0,25 (3 bulan) sampai 15,83 (15 tahun 10 bulan). Lama bekerja 5 tahun muncul terbanyak dengan responden berjumlah 6 orang. Rata-rata lama bekerja adalah 5,1976. Jika dikelompokkan, lama bekerja 0-5 tahun memiliki frekuensi responden sebanyak 42 orang, 6-10 tahun sebanyak 19 orang, dan 11-15 sebanyak 4 orang. Banyak responden yang baru saja menitih karirnya, yaitu sekitar 0-5 tahun lama bekerja.

(8)

Tabel 4.10

Penyebaran responden berdasarkan penghasilan per bulan

Rentang Penghasilan Frekuensi Presentase

<2,5 juta 4 6,2% 2,5-4,9juta 16 24,6% 5-7,4 juta 29 44,6% 7,5-9,9 juta 4 6,2% 10-12,4 juta 5 7,7% 12,5-14,9 juta 3 4,6% 15-17,4 juta 2 3,1% 17,5-19,5 juta 1 1,5% >20 juta 1 1,5% Total 65 100%

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Penghasilan per bulan responden telah dibagi ke dalam sembilan kelompok. Penghasilan per bulan yang paling banyak muncul adalah kisaran 5 jt-7,4 jt dengan jumlah responden sebanyak 29 orang. Sedangkan, penghasilan per bulan dengan kisaran 2,5 jt-4,9 jt sebanyak 16 orang, penghasilan 10 jt-12,4 jt sebanyak 5 orang, penghasilan <2,5 jt dan 7,5 jt-9,9 jt sebanyak 4 orang, penghasilan 12,5 jt-14,9 jt sebanyak 3 orang, penghasilan 15 jt-17,4 jt sebanyak 2 orang, dan penghasilan 17,5 jt-19,9 jt dan >20 jt hanya sebanyak 1 orang. Penghasilan responden sesuai jika dikaitkan dengan lama bekerja dan pendidikan terakhir. Penghasilan ini termasuk cukup besar dan bisa ditafsikan jika kedudukan mereka telah melebihi posisi staff.

(9)

Tabel 4.11

Penyebaran responden berdasarkan jarak antara rumah ke kantor

Rentang Jarak Rumah-Kantor Frekuensi Presentase

10-15km 30 46,154% 16-20km 19 29,231% 21-30km 11 16,923% 31-40km 5 7,692% Total 65 100% Rata-rata 18,77km Modus 20km Minimum 10km Maksimum 40km

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Jarak antara rumah ke kantor berkisar antara 10km sampai 40km. Jarak yang paling sering muncul adalah 20 dengan jumlah responden sebanyak 13 orang. Rata-rata jarak rumah ke kantor adalah 18,77. Jika dikelompokkan, jarak 10-15km memiliki frekuensi sebanyak 30 orang, 16-20 km sebanyak 19 orang, 21-30km sebanyak 11 orang, dan 31-40km sebanyak 5 orang. Jarak rumah-kantor responden banyak yang berada di bawah rata-rata, sehingga memang banyak yang menempuh jarah rumah-kantor dalam perjalanan yang tidak terlalu panjang.

(10)

Tabel 4.12

Penyebaran responden berdasarkan waktu tempuh rumah ke kantor dalam kondisi lancar Rentang Waktu Rumah-Kantor (lancar) Frekuensi Presentase

15-30 menit 33 50,769% 31-45 menit 10 15,385% 46-60 menit 16 24,615% 61-75 menit - - 76-105 menit 3 4,615% 106-120 menit 3 4,615% Total 65 100% Rata-rata 0,7342 (44 menit) Modus 0,5 (30 menit) Minimum 0,25 (15 menit) Maksimum 2 jam

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Waktu tempuh dari rumah ke kantor dalam kondisi lancar berkisar antara 0,25 (15 menit) sampai 2 jam. Rata-rata waktu tempuh ketika lancar adalah 0,7342 (44 menit). Waktu tempuh 0,5 (30 menit) muncul paling sering dengan responden sebanyak 22 orang. Jika dikelompokkan, waktu tempuh 15-30 menit memiliki frekuensi sebanyak 33 orang, 31-45 menit sebanyak 10 orang, 46-60 menit sebanyak 16 orang, 61-75 menit sebanyak 0 orang, 76-105 menit sebanyak 3 orang, dan 106-120 menit sebanyak 3 orang. Dalam keadaan lancar responden banyak yang hanya menempuh dalm waktu yang tidak cukup lama, mengingat jarak tempuh yang tidak terlalu jauh. Sehingga, waktu yang dimiliki responden bersama keluarga seharusnya juga cukup banyak.

(11)

Tabel 4.13

Penyebaran responden berdasarkan waktu tempuh rumah ke kantor dalam kondisi padat Rentang Waktu Rumah-Kantor (lancar) Frekuensi Presentase

20-60 menit 39 60%

61- 100 menit 9 13,846%

101-140 menit 15 23,077%

141 menit-180 menit 2 3,077%

Total 65 100%

Rata-rata 1,2458 (1 jam 15 menit)

Modus 1 jam

Minimum 24 menit

Maksimum 3 jam

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Waktu tempuh dari rumah ke kantor dalam kondisi padat berkisar antara 0,4 (24 menit) sampai 3 jam. Waktu tempuh 1 jam muncul paling sering dengan jumlah responden sebanyak 23 orang. Jika dikelompokkan, waktu tempuh 20-60 menit memiliki frekuensi sebesar 39 orang, 61-100 menit sebanyak 9 orang, 101-140 menit sebanyak 15 orang, dan 141-180 menit sebanyak 2 orang. Sama halnya dengan waktu tempuh ketika lancar, dalam kondisi padat pun responden tidak terlalu membuang waktu yang cukup lama di perjalanan. Sehingga banyak responden memiliki waktu bersama keluarga lebih banyak.

(12)

Tabel 4.14

Penyebaran responden berdasarkan pekerjaan pasangan

Pekerjaan Frekuensi Presentase

Karyawan 51 78,5%

Wirausaha 11 16,9%

Guru 3 4,6%

Total 65 100%

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Sama halnya dengan pekerjaan responden, pekerjaan pasangan dikelompokan dalam 3 bagian, yaitu: karyawan, wirausaha, dan guru. Pekerjaan sebagai karyawan muncul paling sering dengan jumlah responden sebanyak 51 orang, pekerjaan sebagai wirausaha sebanyak 11 orang, dan pekerjaan sebagai guru sebanyak 3 orang. Pekerjaan pasangan responden juga banyak yang sebagai karyawan, sama halnya dengan pekerjaan pasangan.

4.15

Penyebaran responden berdasarkan lama bekerja pasangan

Rentang Lama Bekerja Frekuensi Presentase

0-5 tahun 40 61,538%

6-10 tahun 16 24,615%

11-15 tahun 16 24,615%

16-20 tahun 3 4,615%

(13)

Rata-rata 6,0449tahun

Modus 5 tahun

Minimum 6 bulan Maksimum 20 tahun Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Lama bekerja pasangan berkisar antara 0,5 (6 bulan) sampai 20 tahun. Rata-rata lama bekerja pasangan adalah 6,0449. Waktu lama bekerja 5 tahun paling sering muncul dengan jumlah responden sebanyak 11 orang. Jika dikelompokkan, lama bekerja 0-5 tahun memiliki frekuensi sebanyak 40 orang, 6-10 tahun sebanyak 16 orang, 11-15 tahun sebanyak 6, dan 16-20 sebanyak 3 orang. Sama halnya dengan lama bekerja responden, pasangan responden juga banyak yang baru saja menitih karirnya, yaitu di bawah 5 tahun bekerja.

4.16

Penyebaran responden berdasarkan penghasilan per bulan pasangan

Rentang Penghasilan Frekuensi Presentase

<2,5 juta 5 7,7% 2,5-4,9juta 14 21,5% 5-7,4 juta 19 29,2% 7,5-9,9 juta 6 9,2% 10-12,4 juta 9 13,8% 12,5-14,9 juta 5 7,7% 15-17,4 juta 1 1,5% 17,5-19,5 juta 2 3,1% >20 juta 4 6,2% Total 65 100%

(14)

Sama halnya dengan penghasilan per bulan responden, penghasilan per bulan pasangan juga dibagi ke dalam sembilan bagian. Penghasilan yang berkisar antara 5 jt-7,4 jt muncul paling sering dengan jumlah responden sebanyak 19 orang. Selanjutnya, penghasilan 2,5 jt-4,9 jt sebanyak 14 orang, penghasilan 10 jt-12,4 jt sebanyak 9 orang, penghasilan 7,5 jt-9,9 jt sebanyak 6 orang, penghasilan <2,5 jt dan 12,5 jt-14,9 jt sebanyak 5 orang, penghasilan >20 jt sebanyak 4 orang, penghasilan 17,5 jt-19,9 jt sebanyak 2 orang, dan penghasilan 15 jt-17,4 jt sebanyak 1 orang. Karena banyaknya lama bekerja pasangan responden dan responden berada di rata-rata yang sama, maka penghasilan berada di tahap yang sama. Selain itu dapat ditafsirkan juga bahwa pasangan responden juga berada di atas posisi sebagai staff dan pendidikan terakhir juga minimal S1.

4.17

Penyebaran responden berdasarkan tempat tinggal

Tempat Tinggal Frekuensi Presentase

Rumah sendiri/kontrak 52 80,0%

Rumah orang tua responden 8 12,3%

Rumah orang tua pasangan 5 7,7%

Total 65 100%

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Tempat tinggal responden dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu: rumah sendiri/kontrak, rumah orang tua responden, dan rumah orang tua pasangan. Tempat tinggal di rumah sendiri/kontrak muncul paling banyak dengan jumlah responden sebanyak 52 orang, sedangkan tempat tinggal di rumah orang tua responden sebanyak 8 orang, dan tempat tinggal di rumah orang tua pasangan

(15)

sebanyak 5 orang. Banyaknya yang tinggal sendiri/kontrak disebabkan karena penghasilan yang diperoleh dari keduanya cukup besar.

4.18

Penyebaran responden berdasarkan domisili

Domisili Frekuensi Presentase

Jakarta 53 81,5%

Tangerang 12 18,5%

Total 65 100%

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Karakteristik sampel harus berdomisili di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Domisili di Jakarta paling sering muncul dengan jumlah responden sebanyak 53, sedangkan sisanya berdomisili di Tangerang dengan jumlah responden sebanyak 12 orang. Dengan domisili yang kebanyakan berada di Jakarta, tidak heran bahwa jarak dan waktu tempuh tidak terlalu panjang.

4.1.2 Gambaran skor variabel.

Gambaran skor dari salah satu variabel predictor yaitu waktu luang bersama pasangan dipaparkan secara keseluruhan dan juga dibagi ke dalam dua domain yaitu core dan balance.

4.19

Gambaran skor variabel waktu luang

Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 34 52,31%

Di atas rata-rata 31 47,69%

Rata-rata 90,20

(16)

Minimum 21

Maksimum 202

Simpangan Baku 35,963

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Untuk skor waktu luang secara keseluruhan berkisar antara 21 sampai 202 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai sebesar 1164. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden sangat jauh dari skor tertinggi. Nilai rata-rata 90,20, simpangan baku 35,963, dan skewness sebesar 0,796 yang artinya kemiringan ada disebelah kiri median, sehingga banyak nilai yang berada di bawah median. Sebanyak 47,69% responden yang mendapatkan nilai di atas nilai rata-rata. Berarti waktu luang yang dimiliki responden masih sangat rendah.

4.20

Gambaran skor variabel waktu luang domain core

Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 38 58,46% Di atas rata-rata 27 41,54% Rata-rata 44,58 Skewness 0,385 Minimum 3 Maksimum 87 Simpangan Baku 16,646

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Untuk domain core, skor berkisar antara 3 sampai 87 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai sebesar 360. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden sangat jauh dari skor tertinggi. Nilai rata-rata 44,58, simpangan baku 16,646, dan

(17)

skewness sebesar 0,385 yang artinya kemiringan ada disebelah kiri median,

sehingga banyak nilai yang berada di bawah median. Sebanyak 41,54% responden yang mendapatkan nilai di atas nilai rata-rata. Sehingga, kegiatan core yang dilakukan responden juga masih sangat rendah.

4.21

Gambaran skor variabel waktu luang domain balance

Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 39 60,00% Di atas rata-rata 26 40,00% Rata-rata 45,62 Skewness 1,286 Minimum 0 Maksimum 144 Simpangan Baku 26,863

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Selanjutnya, untuk domain balance memiliki skor yang berkisar antara 0 sampai 144 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai sebesar 804. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden sangat jauh dari skor tertinggi. Nilai rata-rata 45,62, simpangan baku 26,863, dan skewness sebesar 1,286 yang artinya kemiringan ada disebelah kiri median, sehingga banyak nilai yang berada di bawah median. Terdapat 40,00% responden yang menjawab di atas nilai rata-rata. Untuk kegiatan balance yang dilakukan juga masih sangat rendah.

(18)

4.22

Gambaran skor variabel inisiasi berhubungan seksual

Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 34 52,31% Di atas rata-rata 31 47,69% Rata-rata 156,52 Skewness -0,248 Minimum 68 Maksimum 215 Simpangan Baku 28,811

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Variable predictor yang lain adalah inisiasi berhubungan seksual. Variable ini juga dibagi kedalam dua bagian, yaitu: inisiasi langsung dan inisiasi tidak langsung. Untuk skor inisiasi berhubungan seksual secara keseluruhan berkisar antara 68 sampai 215 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai adalah 222. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden dekat dengan skor tertinggi. Nilai rata-rata 156,52, simpangan baku 28,811, dan skewness sebesar -0,248 yang artinya kemiringan ada disebelah kanan median, sehingga banyak nilai yang berada di atas median. Terdapat 47,69% orang yang berada di atas nilai rata-rata. Berarti inisiasi berhubungan seksual yang dilakukan responden sudah cukup tinggi ditunjukkan lewat kemiringan kurva dan banyak responden yang di atas nilai rata-rata.

(19)

4.23

Gambaran skor variabel inisiasi berhubungan seksual domain langsung Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 32 49,23% Di atas rata-rata 33 50,77% Rata-rata 86,35 Skewness -0,223 Minimum 43 Maksimum 114 Simpangan Baku 14,835

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Untuk domain inisasi langsung, skor yang diperoleh berkisar antara 43 sampai 114 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai sebesar 114. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden ada yang merupakan skor tertinggi. Nilai rata-rata 86,35, simpangan baku 14,835, dan skewness sebesar -0,223 yang artinya kemiringan ada disebelah kanan median, sehingga banyak nilai yang berada di atas median. Terdapat 50,77% orang mendapatkan skor di atas nilai rata-rata. Domain inisiasi berhubungan seksual secara langsung dilakukan responden juga sudah termasuk cukup tinggi.

4.24

Gambaran skor variabel inisiasi berhubungan seksual domain tidak langsung Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 32 49,23%

Di atas rata-rata 33 50,77%

(20)

Skewness -0,514

Minimum 25

Maksimum 105

Simpangan Baku 16,875

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Selanjutnya, domain inisiasi tidak langsung memiliki skor yang berkisar antara 25 sampai 105 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai sebesar 108. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden dekat dengan skor tertinggi. Nilai rata-rata 70,17, simpangan baku 16,875, dan skewness sebesar -0,514 yang artinya kemiringan ada disebelah kanan median, sehingga banyak nilai yang berada di atas median. Terdapat 50,77% orang memiliki nilai di atas rata-rata. Maka, inisiasi tidak langsung yang dilakukan responden juga termasuk tinggi.

4.25

Gambaran skor variabel kepuasan

Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 36 55,38% Di atas rata-rata 29 44,62% Rata-rata 118,05 Skewness -0,155 Minimum 70 Maksimum 150 Simpangan Baku 16,446

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Variable criterion adalah kepuasan pernikahan yang dibagi ke dalam 9 aspek. Untuk skor keseluruhan berkisar antara 70 sampai 150 dengan skor tertinggi yang bisa diperoleh sebesar 152. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden

(21)

dekat dengan skor tertinggi. Nilai rata-rata mencapai 118,05, simpangan baku 16,446, dan skewness sebesar -0,155 yang artinya kemiringan ada disebelah kanan median, sehingga banyak nilai yang berada di atas median. Terdapat 44,62% orang yang berada di atas nilai rata-rata. Kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh responden berada pada nilai yang cukup tinggi.

4.26

Gambaran skor variabel kepuasan aspek komunikasi

Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 36 55,38% Di atas rata-rata 29 44,62% Rata-rata 12,35 Skewness -0,081 Minimum 8 Maksimum 16 Simpangan Baku 2,05

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Untuk aspek komunikasi memiliki skor yang berkisar antara 8 sampai 16 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai sebesar 16. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden ada yang merupakan skor tertinggi. Nilai rata-rata mencapai 12,35, simpangan baku sebesar 2,050, dan skewness sebesar -0,081 yang artinya kemiringan ada disebelah kanan median, sehingga ada nilai yang berada di atas median namun tidak banyak. Terdapat 44,62% responden yang menjawab di atas nilai rata-rata. Berarti untuk aspek kepuasan ini responden memiliki nilai yang rendah.

(22)

4.27

Gambaran skor variabel kepuasan aspek keseimbangan pembagian peran Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 37 56,92% Di atas rata-rata 28 43,08% Rata-rata 18,97 Skewness 0,239 Minimum 12 Maksimum 24 Simpangan Baku 2,704

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Untuk aspek keseimbangan pembagian peran memiliki skor yang berkisar antara 12 sampai 24 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai sebesar 24. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden ada yang merupakan skor tertinggi. Nilai rata-rata mencapai 18,97, simpangan baku sebesar 2,704, dan skewness sebesar 0,239 yang artinya kemiringan ada disebelah kiri median, sehingga banyak nilai yang berada di bawah median. Terdapat 43,08% responden yang ada di atas nilai rata-rata. Berarti untuk aspek kepuasan ini responden memiliki nilai yang sangat rendah.

4.28

Gambaran skor variabel kepuasan aspek kesepakatan

Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 43 66,15%

Di atas rata-rata 22 33,85%

(23)

Skewness -0,091

Minimum 8

Maksimum 16

Simpangan Baku 1,946

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Untuk aspek kesepakatan memiliki skor yang berkisar antara 8 sampai 16 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai 16. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden ada yang merupakan skor tertinggi. Nilai rata-rata 12,11, simpangan baku sebesar 1,946, dan skewness sebesar -0,091 yang artinya kemiringan ada disebelah kanan median. Terdapat 33,85% responden yang di atas nilai rata-rata. Berarti untuk aspek kepuasan ini responden memiliki nilai yang rendah.

4.29

Gambaran skor variabel kepuasan aspek keterbukaan

Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 33 50,77% Di atas rata-rata 32 49,23% Rata-rata 9,52 Skewness -0,486 Minimum 5 Maksimum 12 Simpangan Baku 1,659

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Untuk aspek keterbukaan memiliki skor yang berkisar antara 5 sampai 12 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai sebesar 12. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden ada yang merupakan skor tertinggi. Nilai rata-rata 9,52, simpangan baku sebesar 1,659, dan skewness sebesar -0,486 yang artinya

(24)

kemiringan ada disebelah kanan median, sehingga banyak nilai yang berada di atas median. Tedapat 49,23% responden yang di atas nilai rata-rata. Berarti untuk aspek kepuasan ini responden memiliki nilai yang tinggi.

4.30

Gambaran skor variabel kepuasan aspek keintiman

Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 39 60,00% Di atas rata-rata 26 40,00% Rata-rata 12,43 Skewness -0,073 Minimum 7 Maksimum 16 Simpangan Baku 2,222

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Untuk aspek keintiman memiliki skor yang berkisar antara 7 sampai 16 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai sebesar 16. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden ada yang merupakan skor tertinggi. Nilai rata-rata 12,43, simpangan baku sebesar 2,222, skewness sebesar -0,073 yang artinya kemiringan ada disebelah kanan median. Terdapat 40,00% responden yang berada di atas nilai rata-rata. Berarti untuk aspek kepuasan ini responden memiliki nilai yang rendah. 4.31

Gambaran skor variabel kepuasan aspek keintiman sosial dalam relasi Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 41 63,08%

(25)

Rata-rata 12,22

Skewness -0,033

Minimum 8

Maksimum 16

Simpangan Baku 2,14

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Untuk aspek keintiman sosial dalam relasi memiliki skor yang berkisar antara 8 sampai 16 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai 16. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden ada yang merupakan skor tertinggi. Nilai rata-rata 12,22, simpangan baku sebesar 2,140, dan skewness sebesar -0,033 yang artinya kemiringan ada disebelah kanan median. Terdapat 36,92% responden yang di nilai rata-rata. Berarti untuk aspek kepuasan ini responden memiliki nilai yang rendah. 4.32

Gambaran skor variabel kepuasan aspek seksualitas

Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 36 55,38% Di atas rata-rata 29 44,62% Rata-rata 12,32 Skewness -0,587 Minimum 6 Maksimum 16 Simpangan Baku 1,921

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Untuk aspek seksualitas memiliki skor yang berkisar antara 6 sampai 16 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai sebesar 16. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden ada yang merupakan skor tertinggi. Nilai rata-rata 12,32,

(26)

simpangan baku sebesar 1,921, dan skewness sebesar -0,584 yang artinya kemiringan ada disebelah kanan median, sehingga banyak nilai yang berada di atas median. Terdapat 44,62% responden yang berada di atas nilai rata-rata. Berarti untuk aspek kepuasan ini responden memiliki nilai yang tinggi.

4.33

Gambaran skor variabel kepuasan aspek finansial

Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 40 61,54% Di atas rata-rata 25 38,46% Rata-rata 12,22 Skewness -0,479 Minimum 6 Maksimum 16 Simpangan Baku 2,161

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Untuk aspek finansial memiliki skor yang berkisar antara 6 sampai 16 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai sebesar 16. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden ada yang merupakan skor tertinggi. Nilai rata-rata 12,22 simpangan baku sebesar 2,161, dan skewness sebesar -0,479 yang artinya kemiringan ada disebelah kanan median, sehingga banyak nilai yang berada di atas median. Terdapat 38,46% responden yang menjawab di atas nilai rata-rata. Berarti untuk aspek kepuasan ini responden memiliki nilai yang tinggi.

(27)

4.34

Gambaran skor variabel kepuasan aspek spiritual

Analisa Frekuensi Prosentase Di bawah rata-rata 39 60,00% Di atas rata-rata 26 40,00% Rata-rata 15,83 Skewness -0,209 Minimum 8 Maksimum 20 Simpangan Baku 2,798

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Untuk aspek spiritual memiliki skor yang berkisar antara 8 sampai 20 dengan skor tertinggi yang bisa dicapai sebesar 20. Dapat dilihat bahwa nilai maksimum responden ada yang merupakan skor tertinggi. Nilai rata-rata 15,83 simpangan baku sebesar 2,798, dan skewness sebesar -0,209 yang artinya kemiringan ada disebelah kanan median, sehingga banyak nilai yang berada di atas median. Terdapat 40,00% responden yang memiliki nilai di atas nilai rata-rata. Berarti untuk aspek kepuasan ini responden memiliki nilai yang cukup tinggi.

Nilai maksimal dari masing-masing aspek sudah dapat dicapai. Namun, aspek seksualitas, keterbukaan, dan finansial adalah aspek yang secara berturut-turut dengan nilai paling tinggi yang dapat dicapai oleh keseluruhan responden. Hal ini dikarenakan kemiringan kurva di kanan nilai tengah dan jumlah responden yang mencapai nilai di atas rata-rata. Sedangkan, keseimbangan pembagian peran memiliki kemiringan kurva berada di kiri nilai tengah, meskipun cukup banyak responden di atas rata-rata dibandingkan beberapa aspek lain.

(28)

4.1.3 Uji normalitas.

Teknik statistik parametrik menghendaki bahwa data yang diperoleh adalah data yang diambil secara acak. Apabila data sudah diambil secara acak, uji asumsi yaitu uji normalitas tetap dibutuhkan sebagai syarat yang harus dipenuhi sebelum masuk ke tehnik statistika parametrik. Uji normalitas sendiri digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mengikuti sebaran yang normal. 4.35

Uji Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov Test

Kolmogorov-Smirnov Sign

Waktu Luang 1,056 0,215

Inisiasi Seksual 0,439 0,991

Kepuasan 0,775 0,486

Sumber: Output Pengolahan Data SPSS 21.0

Uji normalitas yang digunakan adalah One-Sampel Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov mengasumsikan bahwa data dianggap normal apabila p>0,05. Untuk waktu luang bersama keluarga memperoleh p sebesar 0,215 (p>0,05), inisiasi berhubungan seksual sebesar 0,991 (p>0,05), dan kepuasan sebesar 0,586 (p>0,05), maka bisa diasumsikan bahwa data dari masing-masing variabel dianggap memiliki sebaran yang normal.

4.1.4 Uji linearitas.

Sebelum masuk ke tehnik statistik dengan metode regresi berganda, maka dibutuhkan untuk uji asumsi yaitu uji linear. Uji linear digunakan untuk mencari persamaan garis regresi antar dua variabel, sehingga diketahui apakah ada hubungan linear antar dua variabel tersebut.

(29)

4.36

Uji Linearitas

Kepuasan Pernikahan

F Sign

Waktu Luang Bersama Pasangan 5,457 0,035

Inisiasi Berhubungan Seksual 33,353 0,000

Sumber: Output Pengolahan Data SPSS 21.0

Uji linearitas mengasumsikan bahwa adanya hubungan linear antar dua variabel jika p<0,05. Waktu luang bersama pasangan dan kepuasan memperoleh p sebesar 0,035 (p<0,05), dan inisiasi berhubungan seksual dan kepuasan memperoleh p sebesar 0,000 (p<0,05). Jadi, waktu luang bersama pasangan dan kepuasan pernikahan memiliki hubungan yang linear. Hal yang sama bahwa inisiasi berhubungan seksual dan kepuasan juga memiliki hubungan yang linear.

1.1.5 Uji hipotesa.

Hasil dari analisa regresi berganda dihasilkan beta weights (b) yang dapat digunakan untuk membuat suatu persamaan regresi, yaitu:

y′=63,512+0,031x1+0,330x2 4.37

Beta weights (b)

Variabel B

Waktu Luang (x1) 0,031

Inisiasi Berhubungan Seksual (x2) 0,330 Kepuasan Pernikahan (y′) 63,512 Sumber: Output Pengolahan Data SPSS 21.0

Persamaan ini memberikan arti bahwa jika waktu luang (x1) dan inisiasi berhubungan seksual (x2) memiliki nilai 0, maka kepuasan pernikahan (y′) hanya

(30)

memiliki nilai sebesar 63,512. Jika waktu luang (x1) mengalami kenaikan sebesar 1 poin dan inisiasi berhubungan seksual (x2) memiliki nilai tetap, maka kepuasan pernikahan (y′) mengalami kenaikan 0,031. Jika inisiasi berhubungan seksual (x2) mengalami kenaikan sebesar 1 poin dan waktu luang (x1) memiliki nilai tetap, maka kepuasan pernikahan (y′) mengalami kenaikan 0,330.

4.38

Analisa korelasi ganda (R) dan adjusted R square

Analisa korelasi ganda (R) Adjusted R square

0,604 0,345

Sumber: Output Pengolahan Data SPSS 21.0

Analisa korelasi ganda (R) digunakan untuk melihat pengaruh antara dua variabel predictor dalam memprediksi variabel criterion secara bersama-sama. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, jika nilai R makin mendekati 1 berarti pengaruh antara dua variabel predictor dalam memprediksi variabel criterion semakin kuat. Nilai R yang diperoleh sebesar 0,604. Nilai menandakan bahwa pengaruh antara waktu luang (x1) dan inisiasi berhubungan seksual (x2) dalam memprediksi kepuasan pernikahan (y′) secara bersama-sama adalah kuat. Untuk sumbangan (prosentase) pengaruh dapat dilihat pada adjusted R square-nya yaitu sebesar 0,345. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama waktu luang bersama pasangan dan inisiasi berhubungan seksual memberikan sumbangsih sebesar 34,5%, sedangkan 65,5% dipengaruhi aspek lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(31)

4.39

Uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F)

F hitung F tabel 17,831 3,145258 Sumber: Output Pengolahan Data SPSS 21.0

Uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) digunakan untuk mengetahui pengaruh dari dua variabel predictor terhadap variabel criterion secara bersama-sama. Jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel, maka H0 ditolak. Nilai F

hitung yang diperoleh sebesar 17,831 dan F tabel 3,145258. Maka, dapa dikatakan bahwa waktu luang (x1) dan inisiasi berhubungan seksual (x2) berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan (y′) secara bersama-sama. Hal ini berarti bahwa baik penggunaan waktu luang yang dilakukan dalam aktifitas rumah tangga atau di luar aktifitas rumah tangga sehingga memerlukan biaya, waktu, dan usaha yang lebih, jika secara bersama-sama dengan inisiasi seksual yang dilakukan secara terang-terangan atau tidak, dapat memprediksikan kesembilan aspek kepuasan pernikahan, yaitu: komunikasi, keseimbangan pembagian peran, kesepakatan, keterbukaan, keintiman, keintiman sosial dalam relasi, seksualitas, finansial, dan spriritualitas. 4.40

Uji koefisien regresi secara parsial (uji t)

Variabel t hitung t tabel

Waktu Luang (x1) 0,632

1,998971 Inisiasi Berhubungan Seksual (x2) 5,412

Sumber: Output Pengolahan Data SPSS 21.0

Uji koefisien regresi secara parsial (uji t) digunakan untuk mengetahui pengaruh dari dua variabel predictor terhadap variabel criterion secara parsial. Jika

(32)

nilai t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0 ditolak. Nilai t hitung yang diperoleh

sebesar 0,632 untuk waktu luang dan 5,412 untuk inisiasi berhubungan seksual, sedangkan t tabel 1,998971. Maka, dapat dikatakan bahwa waktu luang (x1) tidak berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan (y′) secara parsial dan inisiasi berhubungan seksual (x2) berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan (y′) secara parsial. Hal ini berarti bahwa, jika waktu luang yang dilakukan dalam aktifitas rumah tangga atau di luar aktifitas rumah tangga tidak dilakukan bersama-sama dengan inisiasi seksual yang dilakukan secara terang-terangan atau tidak, maka tidak dapat memprediksikan kesembilan aspek kepuasan pernikahan, yaitu: komunikasi, keseimbangan pembagian peran, kesepakatan, keterbukaan, keintiman, keintiman sosial dalam relasi, seksualitas, finansial, dan spriritualitas. Namun, ketika inisiasi seksual yang dilakukan secara terang-terangan ataupun tidak, dilakukan tanpa waktu luang yang dilakukan dalam aktifitas rumah tangga atau di luar aktifitas rumah tangga, tetap memprediksikan kesembilan aspek kepuasan pernikahan, yaitu: komunikasi, keseimbangan pembagian peran, kesepakatan, keterbukaan, keintiman, keintiman sosial dalam relasi, seksualitas, finansial, dan spriritualitas.

1.1.6 Analisa tambahan.

Untuk uji tambahan yang digunakan adalah Pearson Chi-Square yang mana dari uji ini dapat dilihat hubungannya antara beberapa gambaran data responden dengan kepuasan pernikahan. Asumsinya adalah jika hasil p<0,05 maka variabel kontrol dalam data responden berhubungan dengan kepuasan pernikahan.

(33)

4.41

Hubungan kepuasan pernikahan dengan Analisa Tambahan

Kelompok Pearson Chi-Square Value Ρ Jenis Kelamin 39,506a ,359 Usia 1823,160a ,213 Usia Pasangan 1692,934a ,128 Lama Pernikahan 950,234a ,600 Jumlah Anak 83,651a ,207

Usia Anak Pertama 865,313a ,920

Pendidikan Terakhir 145,000a ,017

Pekerjaan 87,636a ,133

Lama Bekerja 1359,944a ,564

Penghasilan Per Bulan 341,205a ,036

Jarak Rumah ke Kantor 500,955a ,697

Waktu Tempuh Rumah ke Kantor (lancar) 280,155a ,738 Waktu Tempuh Rumah ke Kantor (padat) 227,715a 1,000

Pekerjaan Pasangan 80,497a ,283

Lama Bekerja Pasangan 1236,393a ,000

Penghasilan Perbulan Pasangan 291,129a ,569

Tempat Tinggal 73,969a ,479

Domisili 42,580a ,243

Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0

Hasil analisa tambahan dengan Pearson Chi-Square mengambarkan bahwa jenis kelamin, usia, usia pasangan, lama pernikahan, jumlah anak, usia anak pertama, pekerjaan, lama bekerja, jarak dan waktu tempuh rumah ke kantor, pekerjaan pasangan, lama bekerja pasangan penghasilan per bulan pasangan,

(34)

tempat tinggal, dan domisili menghasilkan p>0,05. Maka, dengan analisa ini diasumsikan bahwa hal-hal yang telah disebutkan tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan pernikahan. Sedangkan untuk pendidikan terakhir dan penghasilan perbulan menghasilkan nilai p<0,05. Maka, dapat diasumsikan bahwa kedua hal tersebut berhubungan dengan tingkat kepuasan pernikahan.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil dari analisa regresi berganda menggambarkan bahwa terdapat pengaruh waktu luang bersama pasangan dan inisiasi berhubungan seksual dalam memprediksi kepuasan pernikahan pada suami dan istri dewasa muda bekerja di Jakarta. Hal ini tercermin dari sumbangsih yang diberikan sebesar 34,5%, hal ini berarti ada faktor-faktor yang lain dengan sumbangan sebesar 65,5%. Banyaknya aspek-aspek kepuasan pernikahan yang dibangun oleh Rumondor, Paramita, Geni, dan Francis (2012) yaitu keterbukaan, komunikasi, finansial, keseimbangan pembagian peran, keintiman, keintiman sosial dalam relasi, spiritual, dan kesepakatan dapat menjelaskan kompeksitas kepuasan pernikahan itu sendiri. Selain itu, Bradbury dan Karney (dalam Strong, DeVault, dan Cohen, 2008) menyatakan bahwa kesuksesan pernikahan secara garis besar dipengaruhi oleh hal-hal yang dari luar dan yang ada disekeliling pasangan menikah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prosentase ini sebenarnya cukup besar, terutama untuk variabel inisiasi berhubungan seksual. Hal ini dapat dilihat dari beta weights inisiasi berhubungan seksual sebesar 0,330 dan waktu luang bersama pasangan sebesar 0,031. Sehingga ketika dimasukkan dalam persamaan regresi dihasilkan:

(35)

Hasil ini didukung oleh pernyataan Byers dan Heinlein (dalam Harvey, Wenzel, dan Sprecher, 2004) bahwa kepuasan seksual yang tinggi akan diperoleh ketika penerimaan terhadap inisiasi juga tinggi dan diikuti peningkatan kepuasan pernikahan. Sebaliknya, ketika penolakan akan inisiasi tinggi maka akan mengurangi kepuasan seksual dan pada akhirnya juga merendahkan kepuasan pernikahan. Inisiasi berhubungan seksual berarti erat kaitannya dengan frekuensi berhubungan seksual. Olson, David, DeFrain (2006) menyatakan bahwa frekuensi berhubungan seksual berpengaruh pada kepuasan pernikahan. Hal ini dikarenakan melalui inisiasi seksual seseorang berkomunikasi dengan pasangannya baik secara verbal/tidak verbal dan langsung/tidak langsung mengenai apa yang disuka dan tidak disuka oleh masing-masing pasangan dalam upaya untuk mencapai kepuasan seksual (Harvey, Wenzel, dan Sprecher, 2004).

Sedangkan waktu luang bersama keluarga dapat memberikan kesempatan bagi keluarga untuk terikat satu sama lain, menyelesaikan masalah dan memperkuat hubungan (Agate, Zabriskie, Agate, dan Poff, 2009). Selanjutnya, Hawkes, Holman & Epperson (dalam Agate, Zabriskie, Agate, dan Poff, 2009) menyatakan bahwa lebih dari 70 tahun para peneliti mengidentifikaskan dan menemukan adanya hubungan yang positif antara waktu luang bersama keluarga dengan dampak positifnya bagi keluarga. Zabriskie dan McCormick (2003) juga menjelaskan bahwa waktu luang bersama keluarga terkait erat dengan kepuasan dalam rumah tangga. Holman, Holman dan Jacquart, Miller, Orthner, Smith, Snyder & Monsma (dalam Johnson, Zabriskie, dan Hill, 2006) menyatakan bahwa secara konsisten penelitian menghasilkan bahwa suami-istri yang berbagi waktu luang bersama akan lebih puas dengan pernikahannya dibanding yang tidak.

(36)

Hasil analisa regresi berganda juga menggambarkan bahwa terdapat pengaruh inisiasi berhubungan seksual dalam memprediksi kepuasan pernikahan pada suami dan istri dewasa muda bekerja di Jakarta secara parsial, namun tidak ada pengaruh waktu luang bersama pasangan dalam memprediksi kepuasan pernikahan pada suami dan istri dewasa muda bekerja di Jakarta secara parsial. Hal ini dikarenakan menurt DeGenova (2008), alasan wanita untuk bekerja bisa disebabkan karena masalah ekonomi maupun tidak, namun alasan utama adalah kebutuhan finansial sehingga menyebabkan kedua pasangan harus bekerja. Dengan kondisi wanita bekerja, Scott Coltrane (dalam Strong, DeVault, dan Cohen, 2008) menyatakan bahwa wanita menjadi tertekan karena harus melakukan pekerjaan rumah tangga dan akhirnya tidak memiliki waktu luang yang cukup banyak bersama keluarganya. Namun disisi lain, beberapa aktifitas waktu luang terutama untuk aktifitas balance, yang merupakan kegiatan yang keluar dari kehidupan sehari-hari, memerlukan tambahan waktu, usaha atau biaya yang lebih (Zabriskie & McCormick dalam Buswell, Zabriskie, Lundberg, & Hawkins, 2012).

Selanjutnya, meskipun aktifitas core memang lebih bersifat umum, setiap hari, murah, mudah diakses dibandingkan balance, karena aktifitas ini merupakan pekerjaan rumah tangga yang sering dilakukan (Zabriskie & McCormick dalam Buswell, Zabriskie, Lundberg, & Hawkins, 2012), namun kenyataan yang ada bahwa, menurut Scott Coltrane (dalam Strong, DeVault, dan Cohen, 2008) pekerjaan rumah tangga dilakukan wanita dalam waktu tiga kali lebih lama dibanding laki. Wanita melakukan pekerjaan rumah tangga 32 jam/minggu sedangkan laki-laki hanya 10 jam/minggu. Scanzoni (dalam DeGenova, 2008) menyatakan bahwa wanita baru akan mencapai kepuasannya ketika suami mau berbagi pekerjaan rumah tangga dengannya secara adil. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Blair;

(37)

Pina dan Bengston; Suitor (dalam Strong, DeVault, & Cohen, 2008) mengungkap bahwa kepuasan pernikahan hanya diperoleh ketika ada ikatan yang adil dalam pembagian tugas rumah tangga.

Kemudian, terdapat pernyataan yang tidak sejalan. Baldwin,dll (dalam Johnson, Zabriskie, dan Hill, 2006) menyatakan bahwa bahkan ketika pasangan tidak memiliki komitmen yang sama pada suatu aktivitas waktu luang, dorongan yang muncul dari pasangan dapat membantu menguatkan peranan pasangan lain dan menghasilkan kepuasan pernikahan. Namun, dalam penelitian Crawford, Houts, Huston, dan George (2002) dihasilkan bahwa faktanya pasangan yang memiliki kecocokan dalam kesukaannya pada aktivitas waktu luangnya akan mendapatkan kebahagiaan dan menghasilkan kepuasan. Kebalikan dari itu, pasangan yang tidak memiliki kecocokan dalam kesukaannya pada aktivitas waktu luangnya akan sulit menemukan kebahagian bersama pasangan dan lebih tidak puas.

Dan alasan terakhir yang mendasari hasil tersebut dijelaskan oleh Glass (dalam DeGenova, 2008) bahwa wanita yang tidak bekerja di luar rumah akan lebih fokus pada pekerjaan rumah tangga dan kehidupan seksualnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa priortias utama adalah pekerjaan rumah tangga dan kehidupan seksual. Sehingga, keluarga dengan wanita yang bekerja dan dengan segala keterbatasan waktunya juga sebisa mungkin akan mengutamakan kedua hal tersebut. Ted Huston dan Heidi Melz (dalam Strong, DeVault, dan Cohen, 2008) juga mengungkapkan bahwa satu tahun pertama, pasangan sudah dapat menunjukkan kasih sayangnya lebih dalam yaitu terkait dengan perilaku seksual.

Referensi

Dokumen terkait

47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dapat menjadi dasar kebijaksanaan dalam upaya menjaga pemanfaatan dan pengelolaan danau dan waduk yang tetap

Dalam pembuatan video dokumenter “Purwakarta istimewa” memiliki konsep yang diambil dari beberapa tempat pariwisata yang ikonik di kota Purwakarta, tempat tempat

Perilaku mendekat atau menghindar dari konsumen dapat diartikan bahwa mereka akan memilih perusahaan jasa transportasi yang memang memiliki layanan servicescape

Besarnya pengaruh kompensasi dan budaya organisasi secara bersama-sama terhadap turnover intention karyawan terdapat pengaruh yang signifikan variabel kompensasi &amp;

TENTANG PENGANGKATAN TIM AKREDITASI BORANG FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI 51 SISTEM KOMPUTER DAN 51 TEKNIK ETEKTRO menetapkan nama-nama sebagaimana lampiran l

Gambar 4.11 merupakan Perancangan Form data transaksi, berfungsi untuk melihat total harga penawaran untuk semua barang lelang yang diajukan oleh setiap vendor.. Di

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948, tentang pendaftaran dan pemberian izin kepemilikan senjata api pada Pasal 9 dinyatakan, bahwa setiap orang yang bukan anggota