• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN TENAGA KERJA PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN TENAGA KERJA PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT PERDANA INTISAWIT

PERKASA, KEBUN SEI AIR HITAM, KABUPATEN ROKAN

HULU, RIAU

MAHARANI RAHMAN

A24080143

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(2)

KEPENUHAN BARAT, KECAMATAN KEPENUHAN, KABUPATEN ROKAN HULU,RIAU

Labour Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) Harvesting in PT. Perdana Intisawit Perkasa, District of Kepenuhan Barat, Subdistrict of Kepenuhan, Regency of

Rokan Hulu, Riau.

Maharani Rahman1, Sudirman Yahya2 1

Mahasiswa, Departement Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

2

Staf Pengajar, Departement Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB Abstract

The Palm oil plantation use lot of laboursthat will influence the level of corporation expense. Human resources or harvest labour represent most factor to determine function than other resources. This apprenticeship activity took place in Sei Air Hitam Estate, Rokan Hulu Riau, from February 2012 to May 2012. The objective of this apprentice was to improve the ability, experience, work skill of student and analyzed problems of harvest labour management in Sei Air Hitam Estate. Data and information were collected with direct method to gotten primer data and indirect method to gotten secondary data. The observation collected was all managements and activites about labour harvest in Sei Air Hitam estate. The profile of worker consisted of amount, achievement, age, educational background, origin tribe, work of experience and helper amount of worker. Harvest labour needs in Sei Air Hitam estate was not enough and need to be adding immediately, this short supply of harvest worker was affected the quality of expected result. Worker’s standard output was too high and influent the work quality of worker. The achievement of worker showed that young harvester (17 – 25 years old) work better, worker with higher educational background get more achievement than other, base on work experience the long time experience of worker (>10 years) work better than other. Worker with one helper get less achievement than worker with two helpers. Sei Air Hitam harvest worker consist of 5 tribes they are: Java, Nias, Batak, Saklam, Sunda and Dayak. Nias tribe with high prediction level of harvest activity produce most amount of achievement.

(3)

MAHARANI RAHMAN. Manajemen Tenaga Kerja Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Perdana Intisawit Perkasa, Kebun Sei Air Hitam, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. (Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA).

Perkebunan kelapa sawit cukup banyak menggunakan tenaga kerja sehingga akan mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan. Diantara semua sumberdaya yang dikoordinasikan, faktor manusia atau tenaga kerja merupakan faktor yang paling menentukan berfungsi atau tidaknya sumberdaya lainnya.

Kegiatan magang ini bertempat di Sei Air Hitam Estate, Rokan Hulu Riau dari Ferbuari 2012 hingga Mei 2012. Tujuan kegiatan magang ini yaitu untuk meningkatkan pengalaman, serta kemampuan kerja penulis mengenai budidaya tanaman kelapa sawit serta untuk menganalisis masalah menejemen tenaga kerja panen di Sei Air Hitam Estate.

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan metode langsung untuk memperoleh data primer dan metode tidak langsung untuk memperoleh data sekunder. Pengamatan dilakukan terhadap tenaga kerja pemanen sebanyak 123 orang dari tiga afdeling (Afdeling 1, 2 dan 3) periode Januari 2011 – April 2012. meliputi: (1) jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap kegiatan pemanenan, (2) prestasi kerja, (3) usia, (4) tingkat pendidikan, (5) etnis asli, (6) pengalaman kerja, (7) jumlah pembantu panen.

Hasil yang penulis dapatkan yaitu perhitungan angka kerapatan panen (AKP) yang kurang sesuai sehingga berpengaruh terhadap hasil taksasi yang sesuai. Penambahan jumlah tenaga kerja pemanen sebaiknya dilakukan, disertai dengan pengurangan basis output pemanen, agar dalam pelaksanaannya kegiatan panen berjalan lancar dengan output yang baik. Pengadaan tenaga kerja pemungut berondolan sebaiknya dilakukan oleh pihak perusahaan, atau pemanen dengan pengawasan dari perusahaan, sehingga tidak terjadi kecurangan oleh pekerja, dan diperoleh mutu serta kualitas buah yang lebih baik.

Premi yang diperoleh pekerja menunjukan bahwa pemanen berusa muda (17 – 25 tahun) bekerja lebih baik pekerja dengan latar belakang pendidikan yang tinggi

(4)

kerja pekerja yang telah lama bekerja (>10 tahun) bekerja lebih baik dari yang lainnya. Pekerja dengan 1 pembantu panen memperoleh premi yang lebih sedikit dibandingkan pekerja dengan dua pembantu panen. Pemanen di Sei Air Hitam Estate terdiri dari 5 suku yaitu: Jawa, Nias, Batak, Saklam, Sunda dan Dayak. Suku Nias dengan tingkat kesukaan yang tinggi terhadap pekerjaan pemanenan menghasilkan jumlah premi yang lebih banyak.

(5)

SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT PERDANA INTI SAWIT

PERKASA, KEBUN SEI AIR HITAM, KABUPATEN ROKAN

HULU, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Maharani Rahman

A24080143

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(6)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT

PERDANA INTI SAWIT PERKASA, KEBUN SEI AIR

HITAM, KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU

Nama

: MAHARANI RAHMAN

NRP

: A24080143

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc NIP 19490119 197412 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP 19611101 198703 1 003

(7)

Penulis dilahirkan di Merauke, Papua pada tanggal 5 Juni 1990. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Rohman Hariady dan Ibu Maryam. Penulis lulus dari SD Negeri 1 Merauke pada tahun 2002, kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi dari SMP Negeri 1 Merauke. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 merauke pada tahun 2008. Tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD), selanjutnya tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Selama menjalani pendidikan di Institut Pertanian Bogor, pada tahun 2010 penulis pernah melaksanakan magang di International Corporation and Development

Fund Taiwan (ICDF Taiwan), selain itu penulis juga aktif dalam kepengurusan dan

kepanitiaan klub catur IPB dan pengurus dari Ikatan Mahasiswa Papua (IMAPA). Penulis juga pernah menjadi peserta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun ajaran 2010 – 2011.

(8)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi kegiatan magang selama tiga bulan di PT Perdana Intisawit Perkasa (PISP) Sei Air Hitam

Estate kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau.

Laporan magang ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Keluarga tercinta Bapak Rohman Hariady dan Ibu Maryam, Saudara-saudara, Marini, Rizal, Ratna, Krisna seta nenek Saida dan keluarga yang senantiasa memberi dukungan dan kasih sayang

2. Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc sebagai dosen pembimbing skripsi, dan Dr. Ani Kurniawati, SP, MSi selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis

3. Dr. Ir Ade Wachjar, MS dan Dr. Dewi Sukma, SP, MSi selaku dosen penguji skripsi yang memberikan banyak saran-saran dan masukan

4. PT First Resources Group, khususnya PT Perdana Inti Sawit Perkasa yang telah bersedia menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan magang. Bapak Atmojo Dwi Winahyu, selaku General Manager, Bapak Hakim selaku Mil Manager, Bapak Sabar Purba selaku Field Manager Plasma, Bapak Syaiful Azmi selaku

Field Manager, Bapak Rizali selaku Field Assistant Afdeling III dan seluruh

karyawan PT PISP yang memberikan bantuan selama kegiatan magang berlangsung

5. Rekan yang selalu mendukung Nanda beserta teman-teman (Irna, Tuti, Hilda, Novita, Nia, Nita, Lina).

6. Teman-teman magang (Ika, Yeli, Ratih, Dimas, Irvan dan Wahyu), beserta seluruh rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura Indigenous 45.

Bogor, Agustus 2012 Penulis

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

LatarBelakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Manajemen Tenaga Kerja ... 3

Pemanenan Kelapa Sawit ... 4

METODE MAGANG ... 7

Tempat dan Waktu ... 7

Metode Pelaksanaan ... 7

Pengamatandan Pengumpulan Data ... 7

Analisis Data dan Informasi ... 8

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ... 9

Letak Geografis dan Administratif ... 9

Keadaan Tanah dan Iklim ... 9

Luas Area dan Tata Guna Lahan... 10

Kondisi Per Pokok dan Produksi ... 11

Strktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan ... 12

PELAKSANAAN MAGANG ... 17

Aspek Teknis ... 17

Aspek Manajerial ... 43

PEMBAHASAN ... 45

Pengelolaan Tenaga Kerja Panen ... 45

Profil Tenaga Kerja ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

Kesimpulan ... 55

Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(10)

v

Nomor Halaman

1. Fraksi dan Derajat Kematangan Buah Kelapa Sawit ... 5

2. Populasi Pokok Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di PT Perdana Intisawit Perkasa (PISP) ... 12

3. Jumlah Staf dan Non Staf di Sei Air Hitam Estate (SAH Estate), PT Perdana Intisawit Perkasa ... 14

4. Rekomendasi Untilan Berdasarkan Dosis (kg/pokok) ... 17

5. Rekomendasi Titik Pasokan Pupuk di SAH Estate ... 19

6. Rekomendasi Dosis Pupuk PT PISP 2012 ... 19

7. Upah Karyawan SPKL Pemupukan ... 20

8. Kandungan Unsur Hara Tankos dalam (30 ton/ha) ... 22

9. Kandungan Unsur Hara Limbah Cair Setiap 75 ton ... 23

10. Kapel Panen Afdeling III ... 36

11. Daftar Alat Penen dan Fungsinya ... 37

12. Ketentuan Tarif Premi Pemanen, Mandor Panen, dan Kerani Produksi ... 39

13. Ketentuan Denda bagi Pemanen, Mandor Panen, dan Kerani Produksi ... 39

14. Sanksi Pemanen Afdeling III Periode April 2012 ... 40

15. Ketentuan Tarif Premi Supir PT. PISP ... 42

16. Basis Output Beberapa Perkebunan Kelapa Sawit ... 46

17. Komposisi Pemanen SAH Estate Berdasarkan Kelompok Usia 48

18. Komposisi Pemanen SAH Estate Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 49

19. Komposisi Pemanen SAH Estate Lama Kerja ... 51

20. Premi Pemanen Berdasarkan Suku dan Tingkat Kesukaan Kerja ... 53

(11)

vi

Nomor Halaman

1. Penguntilan Pupuk MOP ... 18

2. Penempatan Titik Pasokan Pupuk SAH Estate ... 18

3. Kegiatan Pemupukan dan Langsir Pupuk ... 20

4. Peralatan dan Persiapan Pencampuran Bahan Infus Akar ... 21

5. Kegiatan Pemeliharaan Flatbad ... 24

6. Penyemprotan Menggunakan Micron Herby ... 26

7. Kegiatan Infus Benalu ... 27

8. Kegiatan Babat Gawangan ... 28

9. Gupon ... 30

10. Kegiatan Apel Pagi di Afdeling ... 34

11. Pelaksanaan Panen ... 37

12. Pelaksanaan Angkut TBS ... 41

13. Perolehan Premi Pemanen Berdasarkan Kelompok Usia ... 49

14. Perolehan Premi Pemanen Berdasarkan Tingkat Pedidikan ... 50

15. Perolehan Premi Pemanen Berdasarkan Lama Kerja ... 51

(12)

vii

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang KHL PT Perdana Inti Sawit

Perkasa ... 60

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor PT Perdana Inti Sawit Perkasa ... 62

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Assisten ... 63

4. Peta Areal Kerja Kebun Inti PT PISP ... 64

5. Sifat Utama pada Masing-masing Satuan Peta Tanah (SPT) ... 65

6. Data Curah Hujan Kebun PT PISP Tahun 2005 - 2010 ... 66

7. Data Produksi, Produktvitas, dan Bobot Tandan Rata-rata Tahun 2007 - 2011 ... 67

8. Struktur Organisasi Kebun dan PKS PT Perdana Inti Sawit Perkasa 68

9. Lembar Rencana Kerja Harian (RKH) ... 69

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terbesar di dunia. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Indonesia dimana kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang paling efisien diantara beberapa tanaman sumber minyak nabati yang memiliki nilai ekonomi tinggi lainnya, seperti kedelai, minyak zaitun, kelapa dan bunga matahari. Kelapa sawit belakangan ini juga kian populer sebagai bahan baku energi alternatif biodiesel. Kelapa sawit juga dijadikan sebagai bahan pangan dimana minyak kelapa sawit kaya akan karoten, yang dapat mencegah kekurangan vitamin A.

Kebutuhan minyak nabati dan lemak dunia terus meningkat disebabkan pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan domestik bruto. Minyak kelapa sawit (MKS) merupakan komoditas yang mempunyai nilai yang strategis karena merupakan bahan baku utama pembuatan minyak makan. Sementara minyak makan merupakan salah satu dari 9 kebutuhan pokok di Indonesia. Permintaan akan minyak makan di dalam dan luar negeri yang kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam perekonomian Indonesia (Pahan, 2008).

Sebagai komoditas unggulan, kelapa sawit memiliki peluang bisnis yang sangat menjajikan pada masa depan. Data Oilword dalam Pardamean (2011) menyebutkan, pada tahun 2010, Indonesia berkontribusi menyediakan 47% terhadap produksi MKS dunia. Persaingan global yang semakin meningkat dengan terus bertambahnya jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit (PKS) menyebabkan perusahaan PKS yang ada di Indonesia semakin dituntut untuk efektif dan efisien dalam pengelolaannya agar tetap eksis ditengah persaingan usaha yang semakin ketat.

Dalam keyataannya, mengelola dan mengontrol bisinis kebun sawit yang sangat luas bukan hal yang mudah, salah satu cara mengontrolnya yaitu dengan menerapkan sistem manajemen yang baik. Sistem manajemen yang baik dapat membantu perusahaan dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.

(14)

Manajemen dapat diartikan suatu ilmu dan seni untuk mengadakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan dan pembimbingan (directing), pengkoordinasian (coordinating), serta pengawasan (controlling) terhadap orang-orang dan barang-barang, untuk tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

Pardamean (2011) menyatakan bahwa salah satu fungsi dari manajemen adalah pengorganisasian. Pengorganisasian dapat dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokan tenaga kerja serta menetapkan tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing–masing, sehingga kegiatan yang dilaksanakan berdaya guna dan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Perkebunan kelapa sawit cukup banyak menggunakan tenaga kerja sehingga akan mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan. Diantara semua sumberdaya yang dikoordinasikan, faktor manusia atau tenaga kerja merupakan faktor yang paling menentukan berfungsi atau tidaknya sumberdaya lainnya, sekaligus menentukan berhasil tidaknya PKS dalam mencapai tujuan. Untuk itu, upaya-upaya manajemen tenaga kerja yang baik perlu diterapkan agar tenaga kerja dapat digunakan secara cermat, efektif dan efisien (Pangaribuan, 1999).

Tujuan

Tujuan dari kegiatan magang ini secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan, pengalaman, ketrampilan penulis dalam mempelajari dan memahami proses pengelolaan perkebunan kelapa sawit serta bekerja secara nyata pada perusahaan perkebunan kelapa sawit. Sedangkan tujuan khusus untuk menganalisis permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan tenaga kerja di Sei Air Hitam Estate perkebunan kelapa sawit PT Perdana Intisawit Perkasa, First Resources Group.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Tenaga Kerja Struktur Organisasi Kebun

Struktur organisani perkebunan dan pabrik kelapa sawit pada umumnya dibagi atas kantor pusat (kantor direksi/ manajemen puncak), kebun dan pabrik. Untuk perkebunan yang berskala besar dengan kebunnya tersebar di beberapa wilayah yang berjauhan, struktur organisasi akan bertambah dengan adanya kantor wilayah (regional office) (Pardamean, 2011).

Kegiatan organisasi kebun beragam tergantung kepada tahapan kegiatan kebun. Kegiatan utama dari suatu kebun adalah budidaya kelapa sawit yang meliputi pembibitan, pengolahan tajuk, pemupukan, proteksi tanaman, produksi panen dan pengangkutan hasil panen. Kegiatan tersebut harus dilakukan dengan efisien untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Menurut Pardamean (2011), struktur organisasi satu kebun dengan kebun lainnya berbeda–beda tergantung dengan luas dan tahapan kegiatan kebun. Untuk mempermudah administrasi dan pengawasan, kebun dibagi atas afdeling dan setiap afdeling dipimpin oleh satu kepala bagian (asisten lapangan) dan dibantu oleh karyawan–karyawan (pegawai dan mandor).

Ketenagakerjaan

Pemakaian tenaga kerja di setiap kebun berbeda-beda sesuai dengan luasan, situasi, dan kondisi kebun serta kebijakan dari perusahaan. Pada umumnya, tenaga kerja di suatu kebun kelapa sawit dibagi atas empat kelompok, yaitu buruh harian lepas (BHL), karyawan harian tetap (KHT), pegawai bulanan (PB) dan kelompok staf (kepala bagian/ asisten) (Pardamean, 2011).

Staf adalah orang yang ahli dalam bidang tertentu yang tugasnya memberikan nasehat dan saran dalam bidangnya kepada pejabat pemimpin (general manager/ grup manager). Karyawan staf, non staf, dan karyawan harian lepas (KHL) dibedakan berdasarkan jenis dan sistem pengupahannya.

(16)

Karyawan staf adalah karyawan yang memiliki pangkat mulai dari supervisor ke atas, sedangkan karyawan non staf adalah personil yang memiliki pangkat di bawah supervisor. Pemberian gaji pada karyawan staf dan non staf diberikan setiap bulannya berdasarkan kebijakan perusahaan sesuai pangkatnya. Karyawan harian lepas adalah karyawan yang bekerja dengan sistem borongan, dan digaji sesuai dengan hari kerja dan prestasi kerja yang diperoleh (Nu’man, 2009).

Menurut Pardamean (2011) tenaga kerja harian pokok lebih mudah didapat karena umumnya tenaga kerja ini tidak terdidik. Sementara tenaga kerja yang sulit didapat adalah pemanen, mekanik, supir kendaraan dan alat berat, pekerjaan ini kurang diminati karena harus menggunakan tenaga yang kuat dan butuh ketrampilan khusus. Sementara tenaga kerja tingkat staf (asisten, KTU manajer, dan general manajer) lebih sulit diperoleh karena membutuhkan keahlian pada disiplin ilmu tertentu. Pada umumnya tenaga kerja ini terdidik atau diambil dari perusahaan perkebunan lain, lulusan dari lembaga pendidikan/perguruan tinggi, atau dari luar (tenaga kerja asing).

Pemanenan Kelapa Sawit

Panen merupakan suatu kegiatan yang penting pada pengelolaan pokok. Panen adalah pemotongan tandan dari pohon hingga penganggkutannya ke pabrik. Tandan yang sudah dipanen disebut tandan buah segar (TBS). Urutan kegiatan panen adalah persiapan panen, pemotongan buah, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, penganggkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik (Lubis, 2008).

Persiapan panen berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja dan peralatan panen yang diperlukan. Keberhasilan panen sangat ditentukan dari hasil produksi kebun, meliputi tandan, minyak dan inti sawit. Keberhasilan panen dipengaruhi oleh persiapan panen yang dilakukan dengan baik dan efektif, berupa kondisi jalan, tenaga kerja pemanen mandiri (jumlah dan kemampuannya), alat panen yang harus disediakan (egrek, dodos dan kampak), waktu memulai panen, pemahaman kriteria matang tandan, dan cara memanen. Selain itu, keberhasilan

(17)

panen juga ditentukan oleh kondisi kebun dan situasi lingkungan kebun (iklim, topografi, sarana, dan prasarana).

Sunarko (2009) menyatakan pokok kelapa sawit dianggap mulai dapat berproduksi dengan baik pada tahun ketiga atau keempat setelah ditanam di kebun. Sementara itu, buah kelapa sawit biasanya sudah dianggap matang sekitar enam bulan setelah penyerbukan. Parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Proses perubahan warna yang terjadi adalah dari hijau menjadi orange karena pengaruh pigmen karoten. Kriteria matang panen tergantung pada bobot tandan, untuk bobot tandan >10 kg sebanyak 2 brondolan kg tandan dan untuk bobot tandan <10 kg, sebanyak 1 brondolan/kg tandan.

Mutu buah panen ditentukan oleh fraksi matang panen yang terdiri atas tujuh kelas. Fraksi panen ini sangat berpengaruh terhadap rendemen minyak dan kadar asam lemak bebas (ALB). Komposisi ideal untuk dipanen yakni fraksi 2+3+4 sebanyak 80%, fraksi 1 sebanyak 15%, dan sisanya fraksi 5 sebanyak 5%. Buah kelapa sawit memiliki tingkat kematangan yang berbeda–beda, sehingga fraksi buah yang terdapat dalam satu perkebunan dapat berbeda–beda. Fraksi panen kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Fraksi dan Derajat Kematangan Buah Kelapa Sawit

Fraksi % brondolan lepas Derajat kematangan Rendemen (%) ALB (%)

00 Tidak Ada Sangat Mentah - -

0 1.0 – 12.5 Mentah 16.0 1.6

I 12.5 – 25.0 Kurang Matang 21.4 1.7

II 25.0 – 50.0 Matang I 22.1 1.8

III 50.0 – 75.0 Matang II 22.2 2.1

IV 75.0 – 100 Lewat Matang I 22.2 2.6 V Buah brondol Lewat matang II 21.9 2.8 Sumber : Kantor Kebun, PT. Perdana Intisawit Perkasa (Mei, 2012)

Rotasi panen adalah selang waktu antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada satu hanca panen. Rotasi bergantung pada kerapatan panen kapasitas pemanen dan keadaan pabrik. Luas area panen harian disesuaikan

(18)

dengan tenaga kerja panen, efisiensi pengangkutan dan kapasitas pabrik. Sistem hanca panen bergantung pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga kerja. Sistem panen terdiri atas tiga yaitu hanca giring, hanca tetap dan hanca giring tetap (Lubis, 2008).

Sebelum melakukan panen dilakukan pendugaan atau taksasi produksi, yaitu kegiatan menghitung jumlah tandan buah segar yang akan diperoleh pada waktu panen berdasarkan jumlah dan keadaan tandan bunga betina yang kemungkinan menjadi tandan buah. Tujuan pendugaan produksi diantaranya untuk mempermudah pengaturan dan pelaksanaan pekerja panen di kebun dan pengolahan di pabrik serta mempermudah penyediaan transportasi.

Untuk meningkatkan efisiensi dari pekerja diberlakukan penghargaan (premi panen) dan sangsi (pinalti) kepada pemanen, mandor atau kerani yang tidak mencapai prestasi kerja. Penghargaan yang diberikan berupa uang atas kelebihan prestasi kerjanya, dalam bentuk harga TBS per kg dari TBS kelebihan basis borong (BB) yang disebut nilai prestasi mutu (NPM) dan nilai premi kerajinan (NPK). Sangsi diberikan jika prestasi kerja rata–rata satu bulan dibawah BB, jika dilakukan selama tiga bulan berturut–turut diberikan peringatan tertulis.

Pemeriksaan hasil panen dilakukan di lapangan dan di TPH. Pemeriksaan di lapangan meliputi: tandan matang tidak panen, tandan dipanen tidak dikumpul, brondolan tertinggal di piringan, buah tertinggal di pelepah, tebasan dan tumpukan pelepah. Sementara itu, pemeriksaan di TPH berupa tandan afkir, tandan mentah, susunan tandan, kebersihan tandan dan brondolan.

(19)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Air Hitam (SAH Estate), PT Perdana Intisawit Perkasa, Kabupaten Rokan Hulu, Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan, Provinsi Riau. Magang dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari tanggal 13 Februari hingga 13 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan magang yang telah dilakukan adalah kegiatan praktek langsung di lapangan selama 3 bulan dengan tiga tahapan kegiatan utama secara berurutan, yaitu sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping asisten kebun. Kegiatan magang yang dilakukan menyangkut aspek teknis dan manajemen di lapangan dan di kantor yang diizinkan.

Pelaksanaan kegiatan sebagai KHL dilaksanakan selama 3 minggu dengan kegiatan menyangkut aspek teknis dengan praktek langsung di kebun, kegiatan yang dilakukan yaitu berupa kegiatan–kegiatan pemanenan dan pemeliharaan di kebun sesuai dengan instruksi yang diberikan. Pelaksanaan kegiatan sebagai pendamping mandor dilaksanakan selama 4 minggu selanjutnya dengan kegiatan menyangkut kegiatan pengawasan di lapangan dan pembuatan laporan harian. Kegiatan sebagai pendamping asisten dilaksanakan selama 5 minggu dengan kegiatan menyangkut pengawasan terhadap semua aspek kegiatan di lapangan serta manajerial kebun. Kegiatan harian penulis selama magang dapat dilihat dalam jurnal kegiatan harian (Lampiran 1, 2, dan 3).

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan metode langsung untuk memperoleh data primer dan metode tidak langsung untuk memperoleh data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan diskusi langsung dengan tenaga kerja pemanen yang tersedia di lapangan mengenai informasi diri dan tingkat kesukaan pada pekerjaan. Metode tidak langsung untuk memperoleh

(20)

data sekunder berupa pengambilan data dari kebun yang berkaitan dengan ketenagakerjaan menyangkut besarnya premi dan gaji yang diperoleh, tahun masuk kerja karyawan (TMK), struktur organisasi kebun, kondisi umum perusahaan, lokasi dan letak geografis kebun, organisasi dan manajemen perusahaan, keadaan tanah dan iklim, luas area dan tata guna lahan, kondisi per pokok, dan produksi kebun.

Pengamatan yang dilakukan terhadap tenaga kerja pemanen meliputi: (1) jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap kegiatan pemanenan, (2) prestasi kerja, (3) usia, (4) tingkat pendidikan, (5) etnis asli, (6) pengalaman kerja, (7) jumlah pembantu panen.

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan diperoleh berhasarkan hasil angka kerapatan panen (AKP) yang dilakukan pada hari sebelumnya serta luas area yang akan dipanen. Prestasi kerja didapat dari jumlah premi rata–rata yang diperoleh dari setiap pekerja tiap bulannya selama satu tahun kerja. Usia, tingkat pendidikan, etnis, pengalaman kerja dan jumlah pembantu panen diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pemanen.

Usia pekeja diklasifikasikan ke dalam 5 kategori, yaitu usia 17 – 25 tahun, 26 – 35 tahun, 36 – 45 tahun, 46 – 55 tahun dan lebih dari 55 tahun. Tingkat pendidikan dibedakan menjadi 4 kategori yaitu tidak sekolah, SD, SMP, dan SMA atau yang sederajat. Pengalaman kerja dibedakan berdasarkan lama kerja sebagai pemanen yaitu pemanen dengan lama kerja < 1 tahun, 1 – 5 tahun, 6 – 10 tahun dan > 10 tahun. Data tenaga kerja diperoleh dengan cara sensus tenaga kerja pemanen sebanyak 123 orang dari tiga afdeling (Afdeling I, II dan III) periode Januari 2011 – April 2012.

Analisis Data dan Informasi

Data pengamatan yang diperoleh berupa rataan dan presentase hasil akan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yang disajikan dalam tabel dan diagram batang yang menunjukan perbedaan prestasi kerja karyawan. Prestasi kerja yang diperoleh merupakan peubah bebas, sedangkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, etnis, pengalaman kerja dan jumlah pembantu panen merupakan peubah tetap.

(21)

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Letak Wilayah dan Administratif

PT. Intisawit Perkasa terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Lokasi perkebunan dapat dicapai dengan jalan darat dalam waktu 5 – 6 jam dari kota Pekan Baru menuju ke Pasir Pengaraian hingga Kota Tengah. Lokasi perkebunan dengan kota terdekat berjarak ± 30 km.

Secara geografis batas–batas lokasi kebun inti PT Intisawit Perkasa adalah sebelah Utara berbatasan dengan kebun PT Panca Surya Agrindo, sebelah Timur berbatasan dengan kebun plasma PIR-TRANS, sebelah Selatan berbatasan dengan kebun masyarakat, Plasma KKPA dan sebelah Barat berbatasan dengan kebun PT Panca Surya Agrindo. Peta areal kerja kebun inti PT PISP dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Tanah dan Iklim

Kebun inti PT Perdana Intisawit Perkasa (PT PSIP) memiliki jenis tanah diklasifikasikan menjadi dua sub grup yaitu Humic Dystrudepts dan Typic Dystrudepts. Jenis tanah didominasi oleh tanah mineral (aluvial) yang miskin unsur hara, terutama kation–kation basa seperti Ca, Mg, K dan Na dengan kemiringan lahan 1 – 3 %. Uraian sifat utama pada masing–masing satuan peta tanah (SPT) PT PISP dapat dilihat pada Lampiran 5.

SPT 1 termasuk dalam sub grup humic dystrudepts, daratan alluvial dengan bahan induk endapan alluvial, dalam, halus, dengan drainase baik, kapasitas tukar kation (KTK) rendah dan kejenuhan basa (KB) sangat rendah. Luas SPT 1 adalah 1 062 ha atau sekitar 41.45 % dari luas total area. SPT 2 termasuk dalam sub grup typic dystrudepts, rinciannya sama seperti sub grup humic dystrudepts, namun yang membedakan adalah KTK SPT dua yang sangat rendah. Luas SPT 2 adalah 1 500 ha atau 58.55 % dari luas total area.

Ciri-ciri subgrup humic dystrudept menunjukkan bahwa tanah ini terbentuk dari rejim kelembaban Udic (tidak pernah kering selama 90 hari

(22)

kumulatif setiap tahun). Tanah ini mempunyai epidedon penciri Umbrik. Horizon penciri umbrik secara kasat mata bewarna hitam, dan mempunyai kejenuhan basa kurang dari 50%. Ciri-ciri subgrup typic dystrudepts menunjukkan bahwa tanah ini terbentuk dari rejim kelembaban Udic (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun). Tanah ini juga memiliki kejenuhan basa yang rendah yakni kurang dari 50%.

Kondisi lahan Sei Air Hitam Estate (SAH Estate) tergolong kesesuaian lahan kelas S2 dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah liat berdebu dan beberapa titik lahan yang rawan banjir. Berdasarkan klasifikasi kelas lahan, SAH Estate cukup sesuai untuk pengembangan kelapa sawit, namun harus diikuti dengan upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap produktivitas pokok kelapa sawit.

Curah hujan rata–rata tahunan selama 6 tahun terakhir (2005 – 2010) yaitu merata sepanjang tahun dengan rata–rata hari hujan pertahun 124 hari dan rata– rata curah hujan adalah 229 mm/ bulan. Rata-rata bulan basah (BB) selama 6 tahun terakhir yaitu 10 bulan, sedangkan bulan kering (BK) sebanyak 0.16 bulan. Berdasarkan klasifikasi iklim oleh Schmit–Ferguson, kebun PT PISP termasuk dalam tipe iklim A yaitu sangat basah dengan curah hujan rata-rata 2 711 mm/tahun (rata-rata 6 tahun terakhir). Keadaan curah hujan dan hari hujan PT Perdana Intisawit Perkasa dapat dilihat pada Lampiran 6.

Luas Area dan Tata Guna Lahan

PT Perdana Intisawit Perkasa merupakan kebun dengan pola PIR-TRANS dan Plasma KKPA dengan luas kebun inti mencapai 2 467 ha dengan luas areal pokok 2 376.28 ha, kebun plasma PIR seluas 8 694.27 ha dan kebun plasma integrasi KKPA sebanyak 1 758.73 ha. PT PISP memiliki pabrik pengolahan

Crude Palm Oil (CPO), dengan kapasitas 60 ton/jam.

Areal kebun inti dibagi menjadi 3 afdeling, yaitu Afedling I (755.06 ha), yang terbagi atas 25 blok, Afdeling II (770.86 ha) terbagi atas 26 blok dan Afdeling III (858.34 ha) terdiri atas 28 blok. Pembukaan lahan dimulai dari tahun 1993 dengan tahun tanam 1994, 1995, 1998, 2002 dan 2004, serta pokok sisipan dengan tahun tanam 2008 dan 2010.

(23)

Kebun Plasma yang dikontrol oleh PT PISP dibangun dengan pola PIR-Trans terdiri dari 5 Satuan Pemukiman (SP) dengan luasan total 8 694.27 ha. Dengan komposisi PIR-Trans SP I sebanyak 535 KK seluas 1 066.1 ha, PIR-Trans SP II sebanyak 506 KK seluas 1 012,54 ha, PIR-Trans SP III sebanyak 500 KK seluas 1 000 ha, PIR-Trans SP IV sebanyak 500 KK seluas 1 000 ha, PIR-Trans SP V sebanyak 380 KK seluas 760 ha.

Kebun plasma integrasi dan kebun KKPA terdiri atas 2 lokasi yaitu kebun Integrasi SKPD Desa Sukamaju Kecamatan Tambusai sebanyak 470 KK dengan luas 940 ha dan kebun plasma integrasi KKPA Muara Nikum seluas 818.73 ha.

Kondisi Per Pokok dan Produksi

Pokok kelapa sawit yang diusahakan di Sei Air Hitam Estate adalah varietas D x P Manihat (Tenera). Jarak tanam yang digunakan 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga populasi pokok per ha yaitu 136 pokok, namun kenyataan di lapangan menunjukan adanya perbedaan jumlah pokok per ha yaitu ±128 pokok dikarenakan terdapat jarak tanam yang berbeda–beda. Hal ini disebabkan karena pada saat pembukaan areal dan penanaman dilakukan oleh pihak kontraktor yang bukan berasal dari disiplin ilmu bidang agronomi. Selain itu populasi pokok yang tidak sesuai disebabkan oleh serangan hama dan penyakit dan lahan rawa. Populasi pokok kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di PT PISP dapat dilihat pada Tabel 2.

(24)

Tabel 2. Populasi Pokok Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di PT Perdana Intisawit Perkasa (PISP).

SAH Estate memiliki pokok kelapa sawit TM secara menyeluruh pada areal seluas 2 376.28 ha. Data produksi, produktvitas, dan bobot tandan rata-rata Tahun 2007 - 2011 dapat dilihat pada Lampiran 7.

Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan

Perkebunan kelapa sawit PT Perdana Intisawit Perkasa (PISP) merupakan salah satu unit usaha dari PT First Resources (First Resources Group). Struktur organisasi dan penempatan personil disesuaikan dengan pangkat, jenis dan volume pekerjaan. Berdasarkan susunan garis dan struktur organisasi PT PSIP, kekuasaan tertinggi dipegang oleh chief executive officer (CEO), sedangkan operasional perusahaan dikepalai oleh general manager (GM), yang membawahi langsung mil manager, humas regional (HR), serta field manager (FM).

GM memiliki tanggung jawab terhadap satu wilayah kebun yang terdiri dari kebun inti, plasma PIR dan plasma KKPA. Untuk wilayah kebun inti dikepalai oleh seorang field manager, yang membawahi tiga field assistant (FA) untuk masing-masing afdeling, field assistant land aplication (FA LA), dan technic assistant (TA). Kebun plasma PIR dan integrasi KKPA dikepalai oleh satu

Tahun Tanam

Kebun Inti Kebun Plasma Kebun KKPA Luas (ha) Jumlah Pokok Luas (ha) Jumlah Pokok Luas (ha) Jumlah Pokok

1993 398.96 50 552 - - - - 1994 542.38 69 241 - - - - 1995 1 235.52 156 819 668.98 88 305 - - 1996 - - 1 409.66 186 075 - - 1997 - - 2 574.34 339 813 - - 1998 22.29 2 605 736.31 97 193 - - 1999 54.51 6 935 124.00 16 368 - - 2000 30.76 3 859 398.41 52 590 48.69 6 427 2001 - - 42.00 5 544 48.62 6 418 2002 22.49 2 786 - - 205.83 27 170 2003 - - - - 175.59 23 178 2004 77.35 8 676 - - - - 2005 - - - - 340.00 44 678 Sub total 2 384.26 301 473 5 953.7 785 888 818.73 107 871 Sumber : Kantor Kebun, PT Perdana Intisawit Perkasa (Mei, 2012)

(25)

field manager, yang membawahi enam field assistant untuk masing–masing

watuan wilayah. Bagian pabrik (PKS), dikepalai oleh mill manager, yang membawahi asisten kepala pabrik, yang dibantu oleh assisten laboratorium, assisten perawatan, assisten proses dan assisten sortasi. GM dibantu oleh humas regional, dan membawahi langsung assisten HR, kepala tata usaha (KTU), kepala timbangan, kepala gudang, dan kepala satpam. Struktur organisasi PT.PISP dapat dilihat pada Lampiran 8.

Komposisi ketenagakerjaan SAH Estate terdiri atas karyawan staf, karyawan non staf dan karyawan borongan/ Surat Perintah Kerja Lokal (SPKL). Karyawan staf terdiri atas general manager, mill assistance, asisten kebun dan pabrik, kepala tata usaha, dan kepala satpam. Karyawan non staf terdiri atas pegawai bulanan tetap (PBT), karyawan harian tetap (KHT), serta karyawan SPKL. Karyawan SPKL digunakan untuk membantu tenaga perawatan di kebun dan kegiatan lainnya selain kegiatan panen, angkut buah dan administrasi kebun. Misalnya tenaga chemist (penyemprotan), pemupukan, infus akar, pengangkutan tankos dan lainnya. Tenaga SPKL ini dibayar secara borongan dan diketuai oleh seorang kepala rombongan.

Pada tingkat kebun Sei Air Hitam Estate dipimpin oleh seorang field

manager (FM) dan dibantu oleh asisten kebun untuk masing–masing kebun,

asisten aplikasi limbah dan asisten teknik. Asisten kebun dibantu oleh kerani divisi, kerani produksi, mandor panen, mandor perawatan serta mandor pupuk. Asisten limbah bertugas untuk mengatur penempatan aplikasi limbah baik cair maupun padat di lapangan, asisten limbah dibantu oleh mandor dan karyawan. Asisten teknik bertugas di bengkel untuk memperbaiki mesin, truk, dan peralatan– peralatan kebun lainnya. Jumlah karyawan staf dan non staf Sei Air Hitam Estate dapat dilihat pada Tabel 3.

(26)

Tabel 3. Jumlah Staf dan Non Staf di Sei Air Hitam Estate (SAH Estate), PT Perdana Intisawit Perkasa

No Status Pegawai Jumlah (orang)

Laki-laki Perempuan

1 Karyawan Staf 29 -

2 Karyawan Non Staf

1. Karyawan Bulanan Tetap (KBT) 2. Karyawan Harian Tetap (KHT) 3. Karyawan KHL 82 262 10 3 7 2 Total 383 12

Sumber :Kantor Pusat PT PISP (April 2012)

Jam kerja per hari yang berlaku adalah 7 jam kerja, dalam seminggu terdapat 6 hari kerja dan pada hari Sabtu hanya diberlakukan 5 jam/hari. Baik KHT dan KBT mendapat tunjangan dari perusahaan. Adapun jenis tunjangan yang diberikan adalah sebagai berikut:

Karyawan Bulanan Tetap (KBT) :

1. Tunjangan beras (pekerja = 15 kg/bulan, istri = 9 kg/bulan, anak = 7.5 kg/bulan) maksimal jumlah anak yang diberi tunjangan adalah 3 anak. 2. Tempat tinggal dan listrik.

3. Tunjangan kesehatan (askes) apabila sakit bebas biaya untuk berobat 4. Upah per bulan sesuai golongan dan struktur upah bulanan.

Karyawan Harian Tetap (KHT) :

1. Tunjangan beras (pekerja = 15 kg/bulan, istri = 9 kg/bulan, anak = 7.5 kg/bulan) maksimal jumlah anak yang diberi tunjangan adalah 3 anak. 2. Tempat tinggal dan listrik.

3. Tunjangan kesehatan (askes) apabila sakit bebas biaya untuk berobat 4. Upah per bulan sesuai golongan dan struktur upah bulanan.

Karyawan Harian Lepas (KHL) :

1. Tidak mendapat tunjangan beras dan pelayanan kesehatan 2. Mendapat rumah dan tidak perlu membayar listrik

Fasilitas yang disediakan oleh PT PISP yaitu sarana umum dan perorangan berupa perumahan staf, perumahan di afdeling dan perumahan karyawan pabrik (PKS) yang dilengkapi sarana air bersih dan listrik, tempat peribadatan, poliklinik, lapangan olahraga, dan sarana kendaraan antar jemput bagi anak-anak karyawan

(27)

yang berada pada jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP).

Pelaksanaan Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf

Pengelolaan kebun tingkat non staf dilakukan oleh mandor baik mandor panen, mandor perawatan, mandor pemupukan, kerani produksi, dan kerani divisi. Mandor memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membuat rencana kerja harian (RKH), melakukan pemeriksaan atas kemungkinan adanya buah restan, serta berkoordinasi dengan kerani produksi untuk mempercepat proses pengangkutan buah ke pabrik. Blanko lembar rencana kerja harian (RKH) disajikan dalam Tabel Lampiran 9.

Mandor panen mengatur dan mengawasi karyawan, memastikan bahwa seluruh hanca pada hari tersebut selesai, menjaga rotasi panen 6/7, melakukan cek mutu hanca melakukan AKP, efisiensi panen pada hari tersebut dan taksasi harian panen. Mandor pupuk bertugas memeriksa takaran untilan pupuk, jumlah untilan, bertanggungjawab mengumpulkan karung bekas pupuk serta mengawasi pelaksanaan langsir dan tabur pupuk. Mandor chemist (semprot) bertugas mengawasi pelaksanaan kegiatan penyemprotan, menakar dosis bahan atau pestisida yang digunakan, bertanggung jawab atas penggunaan bahan, menjaga rotasi semprot, menjaga dan merawat alat kerja, memeriksa hanca pekerjaan dongkel.

Hasil kerja mandor dalam satu hari dilaporkan dalam Buku Kerja Mandor (BKM). Dalam BKM tercantum nama karyawan, jumlah karyawan yang bekerja, nama blok dan tahun tanam areal yang dikerjakan, jumlah hasil kerja dan output pekerja serta pemakaian bahan (untuk pekerjaan pupuk dan semprot). Kerani produksi bertugas mengatur kegiatan transport buah dari kebun ke PKS, mengawasi kegiatan muat buah, memastikan seluruh buah telah termuat, mencatat jumlah tandan yang dihasilkan oleh setiap pemanen, membuat surat pengantar TBS (SPTBS) setiap trip pengiriman.

Tugas kerani panen adalah mengisi laporan produksi buah dan penerimaan buah setiap harinya, memeriksa dan menyeleksi buah yang telah disusun di TPH, menghitung jumlah tandan dan berondolan yang telah disusun di TPH. Hasil

(28)

tersebut kemudian direkap di kantor afdeling ke dalam laporan harian pengangkutan (LHP) TBS.

Pelaksanaan Pengelolaan Tenaga Kerja Lapangan

Kegiatan koordinasi pekerjaan untuk satu hari dilakukan oleh field

assistant saat apel pagi pada pukul 06.00 WIB. Asisten akan memberikan koreksi

terhadap pekerjaan hari sebelumnya dan memberikan arahan kepada tiap-tiap mandor serta karyawan mengenai pekerjaan yang akan dilakukan hari ini. Pengaturan dan pembagian tugas kepada karyawan dilaksanakan saat apel pagi hingga pukul 06.30 WIB.

Pengaturan dan pembagian tugas dilakukan oleh masing-masing mandor. Pada saat apel pagi, mandor sekaligus mengabsen karyawan. Karyawan yang tidak memberi kabar dianggap mangkir. Setelah itu karyawan harus sampai di hancanya masing-masing pada pukul 07.00 WIB. Karyawan bekerja selama 7 jam, mulai pukul 07.00 – 12.00 WIB, kemudian dilanjutkan pukul 14.00 – 16.00 WIB setiap harinya, kecuali pada hari Jumat dan Sabtu, pada hari Jumat karywan yang beragama islam hanya bekerja hingga pukul 12.00 WIB, pada hari Sabtu karyawan bekerja hanya 5 jam, yaitu pada pukul 07.00 – 12.00 WIB. Struktur organisasi tingkat afdeling dapat dilihat pada Lampiran 10.

(29)

17

PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Teknis

Pemupukan

Pemupukan di Sei Air Hitam Estate dilakukan dengan sistem pemupukan yang dikerjakan blok per blok dengan dua jenis pupuk, yaitu pemupukan organik dan anorganik. Pemupukan anorganik menggunakan pupuk tunggal yaitu Urea, MOP, RPH, Kieserit, dan Borate serta pemupukan unsur hara mikro FeSO4. Sementara pemupukan organik dengan menggunakan limbah padat berupa tandan press, dan limbah cair.

Pemupukan Anorganik Unsur Hara Makro

Penguntilan pupuk. Penguntilan adalah kegiatan menakar pupuk dari

karung besar menjadi beberapa karung berukuran kecil sesuai dosis yang digunakan, kegiatan penguntilan dapat dilihat pada Gambar 1. Tujuan penguntilan adalah untuk memudahkan penabur dalam aplikasi pupuk di lapangan serta tepat dosis pupuk per pokok. Ketentuan jumlah bobot untilan dalam tiap zak pupuk dapat berbeda, hal ini dipengaruhi oleh dosis aplikasi. Aplikasi untilan berdasarkan dosis dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rekomendasi Untilan Berdasarkan Dosis (kg/pokok)

No. Dosis (kg/pokok) Bobot per untilan (kg) Pokok Teraplikasi

1. 0.50 6 3 2. 0.75 9 6 3. 1.00 12 12 4. 1.25 12 9 5. 1.50 9 6 6. 1.75 10 6 7. 2.00 12 6

Sumber : First Resources Research Centre (April, 2012)

Pelaksanaan kegiatan penguntilan adalah, pertama karung pupuk dibuka dan pupuk ditakar dan selanjutnya pupuk dimasukkan ke karung until. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penakaran adalah alat penakar until sulit digunakan sehingga tenaga kerja tidak menggunakan penakar, selain itu pupuk

(30)

yang telah diuntil tidak ditimbang lagi bobotnya. Pekerja until adalah tenaga SPKL borongan dengan bayaran Rp 20,- per kg untilan. Kegiatan penguntilan pupuk dapat dilihat pada Gambar 1.

Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk (supply point) merupakan titik

pengeceran untilan pupuk. Sebelum aplikasi pupuk di lapangan, dilakukan pengeceran pupuk dari gudang ke lahan di beberapa titik untuk mempermudah penempatan untilan. Pada umumnya tiap titik pengeceran mewakili lima atau enam jalur pokok. Penempatan titik pasokan pupuk di SAH Estate dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Penguntilan Pupuk MOP

(31)

Banyaknya penempatan titik pasokan pupuk bergantung pada dosis pupuk yang digunakan. Rekomendasi penempatan titik pasokan pupuk dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekomendasi Titik Pasokan Pupuk di SAH Estate Dosis Pupuk (kg/Pokok) Jumlah Pokok Kebutuhan Pupuk (kg) Bobot/Until

(kg) Untilan Jumlah Jalan/Blok Jumlah

Jumlah

Untilan Per Pokok ke– Per Until 2 Pikul Pikul 3 0.50 3 960 1 980 6 60 60 11 - 12 0.75 3 960 2 970 9 60 61 11 - 12 1.00 3 960 3 960 12 60 62 11 - 12 1.25 3 960 4 950 8 60 63 22 - 6 1.50 3 960 5 940 9 60 64 33 33 6 1.75 3 960 6 930 11 60 65 33 33 6 2.00 3 960 7 920 12 60 66 33 33 6

Sumber : First Resources Research Centre (April, 2012)

Aplikasi pupuk. Dosis pupuk yang digunakan beragam bergantung pada

jenis pupuk yang digunakan dan terdapat atau tidaknya aplikasi limbah cair land

aplication (LA) di lapangan. Dosis pemupukan berdasarkan jenis pupuk dan jenis

penggunaan lahan di PT PISP dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rekomendasi Dosis Pupuk PT PISP 2012

No Jenis Pupuk Aplikasi I Dosis Aplikasi (kg/pokok) Aplikasi II

1 Kieserit 1 0.75

2 MOP/KCl 1 0.75

3 Urea 1.25 – 1.5 -

4 RPH 0.5 – 0.75 -

5 Borat 0.00075 -

Sumber :Pengamatan SAH Estate (Maret, 2012)

Sebelum melakukan kegiatan penaburan pupuk, pupuk yang sudah diuntil dilangsir di lapangan menggunakan angkong, satu untilan diletakkan tiap selang 6 pokok. Pelaksanaan pemupukan, pupuk dimasukkan ke dalam ember ukuran 10 kg dan dibawa dengan cara digendong samping. Pemupuk menabur pupuk dengan menggunakan mangkok takar yang telah kalibrasi perusahaan. Pupuk ditaburkan di dalam pirirngan dengan jarak + 1.5 m dari pokok sawit, setelah selesai dipupuk, karung bekas untilan dikumpulkan dan digulung dengan rapi (10 lembar satu ikatan), kemudian dibawa dan diserahkan ke gudang afdeling,

(32)

Penabur pupuk dibagi dalam dua grup, sisi kanan dan kiri pokok. Basis kerja penabur dan pelangsir menganut sistem kerja borongan yang terdiri atas 7 – 8 pekerja, pada umumnya tenaga langsir dari gudang ke lapangan adalah laki-laki sedangkan tenaga penabur adalah wanita. Pengupahan didasarkan pada banyaknya tonase pupuk serta dosis pupuk yang akan diaplikasikan di lapangan dengan standar kerja pemupukan 8 ha/HK. Kegiatan pemupukan dan langsir pupuk dapat dilihat pada Gambar 3. Upah karyawan SPKL pemupukan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Upah Karyawan SPKL Pemupukan

No Dosis (kg/pokok) Upah/ha

1 0.50 – 0.75 Rp 8 000,00-

2 0.75 – 1.00 Rp 12 000,00-

3 1.00 – 1.50 Rp 13 500,00-

4 1.75 – 2.00 Rp 15 000,00-

Sumber: Pengamatan SAH Estate (Maret, 2012)

Pada saat pemupukan di lapangan, cuaca harus diperhatikan, pupuk tidak dapat diaplikasi jika cuaca akan hujan atau hujan, karena pupuk yang sudah diaplikasi akan hilang terkena hujan. Jenis pupuk yang diaplikasi di SAH Estate bergantung pada persediaan pupuk di gudang. Terdapat beberapa jenis pupuk yang bersifat sinergis dapat dicampur atau diaplikasikan dalam waktu yang berdekatan, namun terdapat beberapa jenis pupuk yang bersifat antagonis yaitu tidak dapat diaplikasikan secara bersama–sama ataupun pada waktu yang berdekatan, yaitu pupuk N-P, N-Mg, K-Mg. Untuk itu, pengaturan jenis pupuk yang diaplikasikan harus diatur agar hasil pemupukan maksimal.

(33)

Pemupukan Anorganik Unsur Hara Mikro

Infus akar (FeSO4). SAH Estate mengadakan kegiatan Infus akar, yaitu

kegiatan penambahan unsur hara mikro terhadap pokok yang mengalami defisiensi ferum (Fe). Pencampuran bahan dilakukan dengan cara menambahkan bahan FeSO4 yang telah dicampurkan dengan asam sitrat dan air, untuk 1 kg FeSO4 dibutuhkan 66 g asam sitrat kemudian dicampurkan dalam 3.3 l air. Bahan tersebut diaplikasikan langsung pada akar aktif sesuai dosisnya.

Pekerja harus mengamati pokok yang mengalami defisiensi hara. Ciri–ciri pokok yang mengalami defisiensi hara yaitu menguningnya pucuk muda, kekuningan pucuk pokok menandakan tingkat keparahan defisiensi Fe, semakin kuning pucuk, semakin parah defisiensinya. Dosis aplikasi berbeda-beda menurut tingkat keparahannya, untuk tingkat keparahan rendah dosisnya adalah 60 ml, tingkat keparahan sedang adalah 120 ml, serta tingkat keparahan berat adalah 180 ml. Cara aplikasi yaitu membungkus akar primer dengan plastik berisi campuran bahan pupuk. Kegiatan persiapan bahan dapat dilihat pada Gambar 4.

Setelah pokok diinfus, pekerja wajib menandakan pokok tersebut, dengan cara menuliskan bahan infus, tanggal aplikasi serta tingkat keparahan pada batang pokok. Tenaga kerja infusan adalah tenaga kerja borongan yang diketuai oleh kepala rombongan. Pekerja bekerja berdasarkan surat perintah kerja lokal (SPKL) yang menyatakan tempat, luasan areal yang akan diinfus, dan banyaknya bahan yang disediakan. Standar kerja yang ditetapkan adalah 1 liter bahan perharinya. Pengupahan disesuaikan dengan dosis, yaitu Rp. 700,00-/pokok untuk defisiensi rendah, Rp. 800,00-/pokok untuk defisiensi sedang, dan Rp. 900,00-/pokok untuk defisiensi berat.

(34)

Pemupukan Organik

Aplikasi tandan kosong. Tandan kosong (tankos) merupakan produk dari

pabrik sawit (PKS) setelah TBS diproses di perebusan (sterilizer) dan penebahan (thresher). Metode aplikasi tankos di SAH Estate dilakukan secara manual, tankos dilangsir ke blok-blok yang akan diaplikasikan dengan menggunakan truk, satu tirp pengangkutan membawa ± 5 – 6 ton tankos. Aplikasi tankos dilakukan satu tahun sekali, dosis aplikasi tankos adalah 230 kg/pokok atau setara dengan 30 ton/ha/tahun. Selain diaplikasikan pada pokok kelapa sawit, tankos juga diaplikasikan pada bunga ulat api (Turnera, sp), dengan dosis 1 angkong (± 75 kg) per titik tanam.

Tenaga kerja yang digunakan untuk pemberian tankos adalah tenaga kerja dengan sistem borongan yang diketuai oleh ketua rombongan, pekerja biasanya laki-laki. Standar prestasi kerja perusahaan untuk aplikasi tandan press adalah 13 titik/HK atau 3 ton/HK pengupahan aplikasi tankos adalah Rp 7 000/titik aplikasi. Unsur hara yang dikandung tankos dalam 30 ton/ha dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kandungan Unsur Hara Tankos dalam (30 ton/ha)

Unsur Hara Kandungan

kg Presentase (%) Nitrogen (N) 300 0.0100 Phosphore (P2O5) 30 0.0010 Kalium (K2O) 360 0.0120 Magnesium (MgO) 30 0.0010 Kalsium (Ca) 35 0.0012

Sumber : First Resources Research Centre (April, 2012)

Aplikasi limbah cair. Limbah cair adalah hasil sampingan produk yang

berasal dari sisa hasil pengolahan di pabrik kelapa sawit, berasal dari proses rebusan (strerilizer) dan proses pemurnian minyak (clarifier). Sebelum diaplikasikan ke kebun limbah cair ditampung di kolam limbah, kemudian dilakukan beberapa perlakuan dengan memanfaatkan bakteri pengurai untuk menurunkan kandungan COD (Chemical Oxygen Demand) atau BOD (Biologycal

Oxygen Demand) agar aman untuk diaplikasi serta tidak berdampak negatif

terhadap lingkungan. Kadar BOD yang terdapat di SAH Estate berkisar 8,500 mg/l dan pH 7.7.

(35)

Aplikasi limbah cair di SAH Estate sering disebut dengan Land Aplication (LA) yang dikepalai oleh asisten limbah. Aplikasi limbah cair dilakukan pada blok–blok yang sudah ditentukan kemudian dikontrol agar tidak berdampak langsung terhadap lingkungan sekitar. Limbah di areal kebun ditampung dalam

longbed yang terbagi–bagi menjadi beberapa flat bed pada gawangan mati dengan

ukuran panjang 20 m, lebar 2 m dan kedalaman efektif 0.8 m. Volume flatbed adalah 32 m3 sehingga volume per ha adalah 896 m³ sedangkan volume aliran limbah dari PKS 780 m³/hari. Limbah cair dialirkan dari kolam limbah dengan menggunakan pipa PVC atau baja dengan ukuran 8 inchi untuk pipa induk, 4 inchi untuk primer, dan 2 inchi untuk pipa sekunder. Rotasi pengisian flatbed 2 kali dalam setahun.

Limbah cair mengandung banyak bahan organik yang dibutuhkan oleh pokok kelapa sawit. Persentase kandungan unsur hara limbah cair tiap 75 ton/ha dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kandungan Unsur Hara Limbah Cair Setiap 75 ton

Unsur Hara Kandungan

kg Presentase (%)

Nitrogen (N) 120 0.16

Phosphore (P2O5) 60 0.08

Kalium (K2O) 390 0.52

Magnesium (MgO) 120 0.16

Sumber : First Resources Research Centre (April, 2012)

Aplikasi limbah cair dilakukan dengan dosis 75 ton/ha/tahun. Limbah cair diaplikasikan dalam enam blok di Afdeling III yaitu Blok D23, D24, D25, C23, C24 dan C25. Blok C23, C24 dan C25 memiliki 59 longbad, sedangkan untuk Blok D23, D24 dan D25 memiliki 63 longbed. Dalam pelaksanaannya, aplikasi limbah harus dilakukan koordinasi yang baik antara pihak kebun dan pabrik kelapa sawit. POME yang diaplikasikan disarankan mempunyai kandungan BOD 2 000 – 3 500 ppm, pihak laboratorium melakukan pengukuran parameter limbah, seperti BOD, COD dan pH, secara rutin.

Asisten limbah bertugas untuk mengecek kondisi flatbed, pipa sekunder, melakukan perbaikan flatbed yang sudah mengalami pendangkalan dan mengatasi masalah–masalah yang memungkinkan kendala dalam aplikasi. Pelepah yang

(36)

jatuh ke flatbed harus segera disingkirkan, begitu pula dengan gulma berkayu yang hidup dalam flatbed, selain itu pada saat hari hujan, aplikasi POME harus dikurangi atau dihentikan agar tidak terjadi luapan. Kegiatan pemeliharaan flatbad dapat dilihat pada Gambar 5.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di SAH Estate dilakukan secara manual dan kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi dikususkan untuk gulma pada jalan pikul dan piringan yang umumnya terdiri atas gulma rumput-rumputan dan teki. Pengendalian gulma secara manual dilakukan oleh pekerja yang membabat gulma-gulma pada gawangan mati dan pinggir jalan antar blok, dongkel anak kayu, serta pembersihan piringan.

Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma secara

kimiawi dilakukan oleh dua tim, yaitu tim knapsack spraying (KS) dan tim micron

herby spray (MHS). PT PISP menerapkan kelestarian dan keramahan lingkungan

serta keselamatan dan keamanan kerja (K3) dalam setiap kegiatan operasional kebun. Begitu juga dengan kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi, penggunaan bahan aktif herbisida kontak seperti paraquat tidak diperkenankan, selain itu di sekitar area buffer zone meliputi area sekitar rawa, sungai maupun parit dilarang dilakukan penyemprotan gulma.

Knapsack spraying (KS). Tim semprot KS lebih dikhususkan untuk

pemeliharaan jalan pikul, dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Tujuan pengendalian gulma di jalan pikul adalah untuk mempemudah pengangkutan buah, mengurangi kompetisi hara, serta menekan populasi hama. Sementara

(37)

pengendalian gulma di TPH bertujuan untuk mempermudah pengangkutan buah ke truk, serta memudahkan pengamatan mutu panen buah.

Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah knapsack jenis solo dengan kapasitas tangki semprot 15 liter. Herbisida yang digunakan adalah herbisida sistemik dengan bahan aktif Gliphosat 480 g/l. Sebelum diaplikasikan, larutan herbisida dicampur air dengan perbandingan 1:1, kemudian ditambahkan Metafuron dengan dosis 50 g/l. Penambahan Metafuron bertujuan untuk merekatkan larutan herbisida ke permukaan daun gulma. Konsentrasi campuran racun yang digunakan adalah 160 ml/15 ltr. Dalam setahun dilakukan tiga kali rotasi untuk semua blok.

Tenaga kerja tim KS adalah tenaga kerja borongan yang terdiri atas 5 – 7 orang wanita. Masing–masing afdeling memiliki satu tim KS yang dibimbing oleh satu orang mandor perawatan yang bertanggung jawab langsung kepada asisten afdeling. Penyemprotan dilakukan per blok, pengaturan kegiatan aplikasi di lapangan harus diatur agar tidak bertepatan dengan kegiatan pemanenan atau kegiatan lainnya. Pengupahan tenaga penyemprotan jalan pikul yaitu Rp. 7 500,-/ha dengan basis kerja 6 ha/HK.

Pada saat kegiatan penyemprotan kendala utama adalah keterseediaan air bersih, pada saat musim kemarau tidak terdapat air di parit, sehingga harus dilakukan kegiatan langsir air. Air dilangsir dan ditempatkan pada beberapa titik yang tidak terdapat sumber air.

Micron herby spray (MHS). Tim semprot MHS difokuskan untuk

pemeliharaan jalan pikul dan piringan. Herbisida yang digunakan sama dengan tim KS, dengan namun dosis lebih tinggi yaitu Gliphosat 480 ml/ha, dilakukan pencampuran antara larutan herbisida dan air sebanyak 6 l, kemudian ditambahkan Metafuron dengan dosis 0.032 g/ha. Metafuron yang digunakan adalah yang cair untuk menghindari pengendapan pada nozzle. Gulma yang dikendalikan adalah semua jenis gulma yang ada di piringan, jalan tengah dan jalan pikul.

Alat semprot yang digunakan tim MHS berbeda dengan tim KS. Alat yang digunakan adalah mikron herbi konvensional. Secara garis besar, alat ini terdiri atas tiga bagian, yaitu: bagian kepala (atomizer, motor penggerak dan nozel),

(38)

tangkai (pegangan), serta tangki larutan. Kapasitas tampung tangki larutannya adalah 10 liter (Chairunisa, 2008).

Perawatan micron herbi tersebut harus benar agar masa penggunaannya lebih lama. Air yang digunakan sebagai campuran harus air yang bersih dan bebas dari kotoran, untuk itu air disediakan dengan cara dilangsir dari sumber air yang bersih. Untuk pengangkutan alat dan langsiran air digunakan mobil pickup.

Tenaga kerja tim MS adalah tenaga kerja borongan yang terdiri atas 7 orang tenaga kerja. Tim MS, bekerja secara rotasi untuk tiga afdeling secara bergantian. Pelaksanaan kegiatannya dibimbing oleh satu orang mandor untuk tiga afdeling. Pengupahan tenaga penyemprot yaitu Rp. 22 500,-/ha, dengan rincian Rp 15 000,-/ha untuk chemist piringan, Rp 7 500,-/ha untuk jalan pikul, Rp 12.5 untuk jalan tengah dan Rp. 750,-/ha untuk chemist TPH, dengan basis kerja 5 ha/HK. Hasil prestasi kerja dari kedua tim berbeda-beda, secara umum, prestasi kerja dari tim MHS lebih baik dari KS karena hemat air, waktu dan tenaga. Kegiatan penyemprotan dengan menggunakan micron herbi dapat dilihat pada Gambar 6.

Beberapa jenis gulma dominan yang ditemukan di areal pokok adalah jenis rumput-rumputan seperti Centotheca lappacea, Cynodon dactylon, Axonopus sp., dan Eleusine indica, jenis teki-tekian seperti Cyperus sp, jenis paku-pakuan seperti Nephrolepis biserata, Diterus arida, Stenochlaena palustris, serta jenis gulma berdaun lebar seperti Asystasia sp., Chromandeliana, Ageratum

conyzoides, dan Borreria latifolia.

Gambar 6. Penyemprotan Menggunakan Micron herby

(39)

Infus benalu. Untuk mengatasi pertumbuhan benalu yang mengganggu,

SAH Estate melakukan kegiatan infus akar benalu. Benalu adalah tumbuhan parasit yang hidup di tumbuhan lain sebagai tempat tinggal dan mengambil makanan dari tumbuhan tempat menumpang.

Pada perkebunan kelapa sawit, kehadiran benalu akan sangat merugikan, benalu yang sudah tumbuh besar akan menghambat pertumbuhan pokok kelapa sawit karena mengurangi penyinaran matahari yang dapat diterima oleh tajuk. Benalu juga menghambat kegiatan pemanenan, bahkan pada kondisi benalu yang parah, pemanenan pada pokok kelapa sawit sudah tidak dapat dilakukan lagi.

Pengendalian benalu yang dilakukan SAH Estate adalah dengan cara menginfus langsung akar benalu dengan menggunakan Garlon. 1 liter Garlon dicampur solar atau minyak tanah dengan perbandingan 1 : 1, aplikasi dosis yang dilakukan tergantung dari besarnya benalu yang tumbuh, untuk khasus ini masih perlu dilakukan kalibrasi ulang perhitungan dosis yang tepat. Kegiatan infus akar benalu dapat dilihat pada Gambar 7.

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual

yang terdapat di SAH Estate meliputi garuk piringan, babat gawangan, babat bahu jalan dan dongkel anak kayu.

Garuk piringan. Piringan merupakan daerah W0 (weed zero) yang harus

bebas dari segala jenis gulma. pembersihan piringan secara manual di sekitar pokok sawit dilakukan dengan menggunakan parang dan arit panjang. Pembersihan gulma dilakukan dengan cara menggaru, kemudian membersihkan gulma yang telah digaru. Lebar W0 untuk piringan adalah 1.5 – 2 meter dari

(40)

pokok sawit. Pekerjaan garuk piringan dilakukan dengan sistem kerja borongan, pengupahan ditentukan berdasarkan jumlah luasan yang dikerjakan. Upah pekerjaan ini sebesar Rp 85 000,-/ha. Rotasi pekerjaan garuk piringan dilakukan satu kali pertahun.

Babat gawangan. Gawangan merupakan tempat penyusunan pelepah

yang banyak ditumbuhi oleh gulma kelompok kayu-kayuan, pakis-pakisan. Gawangan tidak harus bersih sepenuhnya dari gulma, namun pengendalian tetap harus dilakukan agar memudahkan pengawasan kebun. Pembabatan dilakukan dengan cara menebas gulma dengan ketinggian ± 40 cm dari permukaan tanah. Tenaga kerja babat juga termasuk sistem borongan. Seorang pembabat biasanya dapat menyelesaikan 1.5 ha – 2 ha per hari. Upah tenaga babat gawangan adalah Rp. 50 000,-/ha. Semua semak yang ada di gawangan dibabat menggunakan parang babat. Kegiatan babat gawangan dapat dilihat pada Gambar 8.

Babat bahu jalan. Babat bahu jalan merupakan kegiatan pengendalian

gulma, pada bahu jalan yang bertujuan untuk memperlebar jalan antar collection

road (poros blok). Bahu jalan harus bebas dari gulma kelompok kayu-kayuan,

agar pengamatan kedalam blok tidak terhalang. Pembabatan dilakukan dengan cara menebas batang pohon atau gulma dengan menggunakan parang babat.

Tenaga kerja babat juga termasuk sistem borongan. Seorang pembabat biasanya dapat menyelesaikan 1 km/hari untuk satu bahu jalan sepanjang

collection road atau tiga bahu jalan pada main road (jalan poros). Upah tenaga

babat bahu jalan adalah Rp. 100,-/m.

Dongkel anak kayu. Jenis gulma yang didongkel adalah gulma daun lebar

yang berkayu seperti Melastoma affine, Kopi-kopian, Miramia umbelanta, Gambar 8. Kegiatan Babat Gawangan

(41)

Chromolena odorata, dan tukulan (anak sawit liar) yang terdapat pada gawangan

serta pada piringan kelapa sawit. Dongkel anak kayu dapat dilakukan dengan menggunakan alat dongkel, parang, atau langsung dicabut dengan tangan.

Upah untuk tenaga kerja dongkel anak kayu adalah Rp. 50 000,-/ha. Jenis pekerjaan ini adalah pekerjaan dengan sistem borongan, sehingga tidak ada premi yang diperoleh oleh tenaga pendongkel. Tenaga pendongkel dapat menyelesaikan 1 – 1.5 ha per hari. Walaupun demikian, berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Afdeling III, terdapat beberapa pendongkel yang hanya dapat menyelesaikan setengah hektar per hari, disebabkan oleh faktor cuaca yang terik.

Pengendalian Hama

SAH Estate tidak dijumpai terlalu banyak hama dan tidak beragam, hal ini dikarenakan kondisi pokok yang sudah memasuki fase tanaman menghasilkan (TM). Berdasarkan pengamatan penulis, hama utama yang dijumpai adalah rayap (Isoptera sp.), tikus (Rattus tiomanicus), dan ulat api (Setora nitens), namun dalam jumlah dibawah ambang ekonomi. Untuk menanggulangi timbulnya ledakan serangan hama SAH Estate melakukan tindakan pencegahan dengan menanam beneficial plant, membuat gupon (sarang burung hantu), dan melakukan pembongkaran rumah rayap.

Penanaman beneficial plant. Jenis beneficial plant yang ditanam di SAH Estate adalah Tunera subulata dan Casiatora. Penanaman tersebut merupakan

usaha pengendalian hama ulat api. Tunera subulata ditanam di sepanjang bahu jalan poros dalam piringan berdiameter ± 1.5 m dan bebas dari gulma, aplikasi tankos dilakukan untuk menambah unsur hara dengan dosis 75 kg/titik tanam.

Gupon. Gupon adalah kandang burung hantu yang sengaja dibuat di

dalam areal pokok kelapa sawit untuk mengendalikan hama tikus. Tikus (Rattus

tiomanicus) merupakan hama yang paling utama di perkebunan kelapa sawit,

Salah satu tindakan untuk mengendalikan hama tikus secara biologis yang dilakukan di SAH Estate adalah dengan penggunaan burung hantu (Tyto alba).

Burung hantu (Tyto alba) termasuk golongan karnivora, dengan daya konsumsi terhadap tikus mencapai 99.4 %. Satu gupon dibuat untuk mencakupi ± 30 ha areal perpokok, setiap blok diusahakan memiliki satu unit kandang burung

(42)

hantu. Kandang burung hantu dibuat dengan menggunakan kayu dan tiang besi silinder sebagai penyangga. Gupon dapat dilihat pada Gambar 9.

Pengendalian rayap. Rayap (Isoptera sp.) merupakan hama yang cukup

penting umumnya tinggal dan berkembang biak pada batang pokok kelapa sawit. Jenis rayap yang menyerang pokok kelapa sawit di SAH Estate adalah

Captotermes curvignathus dan Macrotermes gilvus. Umumnya rayap ini akan

membuat lorong-lorong di dalam batang sehingga menimbulkan rongga-rongga dan pembusukan pada batang, akibatnya pokok yang terserang mati.

Tindakan pengendalian hama rayap yang dilakukan diperkebunan SAH

Estate yaitu pengendalian secara kimia dan manual, namun penulis tidak

mengikuti kegiatan pengendalian rayap. Untuk pengendalian secara mekanis yakni mengumpulkan serta menyingkirkan batang dan akar kayu, membongkar sarang rayap di tanah dan pokok yang telah mati.

Perawatan Lahan dan Pokok

Pemeliharaan jalan. Areal untuk keperluan pembangunan jalan panen,

jalan kebun, jalan produksi dan jalan penghubung utama di SAH Estate adalah 5 – 6 % dari luas areal keseluruhan (56.67 ha). Pembangunan jalan di kebun harus dibuat dengan sasaran dapat dilalui dalam segala cuaca (“all weather road”)

.

Kerusakan jalan yang banyak terjadi di SAH Estate disebabkan oleh cuaca yang buruk (hujan deras) dimana terdapat genangan air yang dapat membentuk lapisan lumpur yang tebal. Hal ini didukung juga oleh sifat tanah di SAH Estate yang mengandung fraksi liat yang tinggi.

Gambar

Tabel 1. Fraksi dan Derajat Kematangan Buah Kelapa Sawit
Tabel  2.  Populasi  Pokok  Kelapa  Sawit  Berdasarkan  Tahun  Tanam  di  PT  Perdana Intisawit Perkasa (PISP).
Gambar  1. Penguntilan Pupuk MOP
Tabel 5. Rekomendasi Titik Pasokan Pupuk di SAH Estate    Dosis  Pupuk  (kg/Pokok)  Jumlah Pokok  Kebutuhan  Pupuk (kg)  Bobot/Until (kg)  Jumlah  Untilan  Jumlah  Jalan/Blok  Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengontrolan tenaga kerja pemanen perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas kerja pemanen apakah sudah sesuai dengan Standar Operasional Procedure (SOP) panen yang

Permasalahan yang ditemukan di dalam manajemen panen di kebun Afdeling VII adalah sensus buah masak, rotasi panen, tenaga kerja panen, pengawasan dan pemeriksaan

Sementara BHS by DOL 3, merupakan kegiatan pemanenan dimana satu hancak panen diselesaikan oleh tiga orang tenaga kerja, yang terdiri atas cutter, picker dan

Kapasitas yang ditentukan afdeling IV kepada setiap pemanen rata-rata sebesar 1,040 kg maka jumlah tenaga kerja realisasi yang digunakan berdasarkan kerapatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Kebun Kelapa Sawit Rejosari pada tahun 2015 adalah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran kegiatan usahatani kelapa sawit pada Unit Usaha Batanghari di PTPN VI Jambi, gambaran produktivitas tenaga kerja

Data pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu kriteria panen, sistem dan rotasi panen, ancak panen, sensus produksi, angka kerapatan panen,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur, tanggungan keluarga, pengalaman kerja, sarana & prasarana, dan gaji berpengaruh nyata pada produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit di PT