e-ISSN 2548-3986 Volume 02, Nomor 02, Juli 2017
7
Hubungan Status Gizi dengan Erupsi Gigi Molar Pertama Tetap pada Murid Kelas 1 SDN Cisitu 02 Kebupaten Garut Anie Kristiani1, Rena Setiana Primawati2, Esti Siti Fatimah3
1,2)
Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
3)
Mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
ABSTRAK
Masa anak-anak merupakan periode dari pertumbuhan dan proses pertumbuhan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan erupsi gigi molar pertama tetap pada murid kelas 1 SDN Cisitu 02 Kabupaten Garut.
Metode dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu dengan melakukan pemeriksaan status gizi dan pemeriksaan intra oral erupsi gigi molar pertama tetap pada satu waktu tertentu.Subyek penelitian adalah murid kelas 1 SDN Cisitu 02 Kabupaten Garut yang berjumlah 24 orang berumur antara 6-9 tahun sedangkan sampel penelitian adalah total sampling. Alat ukur yang digunakan berupa formulir status gizi dan formulir erupsi gigi molar pertama tetap.
Hasil penelitian dalam penelitian ini adalah tidak ada korelasi bermakna antara status gizi dengan erupsi gigi molar pertama tetap murid kelas 1 SDN Cisitu 02 Kabupaten Garut Tahun 2016 dilihat dari p value 0,665 (>0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan status gizi dengan erupsi gigi molar pertama tetap murid kelas 1 SDN Cisitu 02 Kabupaten Garut Tahun 2016.
Kata Kunci: Status Gizi, Erupsi Gigi M1.
ABSTRACT
Childhood is the period of growth and the process of human growth, during this time there is a very unique and sustainable change. Physical changes due to the growth that occurs will affect health status and nutrition. Imbalances between the intake of needs or adequacy will cause nutritional problems, whether it be more nutritional problems and less nutrition. This study aims to determine the correlation of nutritional status with the eruption of the first permanent molar on grade 1 students SDN Cisitu 02 Garut regency.
The method in this research is cross sectional, that is by checking nutrient status and intra oral examination of an eruption of the first molar still at one time. The subject of this research is 1st-grade students of SDN Cisitu 02 Garut regency which is 24 people between 6-9 Year while the research sample is total sampling. Measuring tool used in the form of nutritional status form and permanent molar first eruption form remains.
The result of this research is there is no correlation between the nutritional status with the eruption of first molars still the first grade students of SDN Cisitu 02 Garut Regency Year 2016 seen from p value 0,665 (> 0,05), hence can be concluded no relation status Nutrition with the eruption of first molars remains a grade 1 student of SDN Cisitu 02 Garut Regency Year 2016.
Keyword: Nutrient Status, Eruption M1 Teeth.
Korespondensi: Anie Kristiani, Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. : [email protected]
e-ISSN 2548-3986 Volume 02, Nomor 02, Juli 2017
8
PENDAHULUAN
Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai pelayanan kesehatan
kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang menyeluruh oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat secara terarah, terpadu dan berkesinambungan, adil dan merata serta aman, berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.1
Undang-undang Kesehatan nomor 32 tahun 2004 menjelaskan bahwa untuk menilai status gizi anak diperlukan standar Antropometri yang mengacu pada standar
Word Health Organization (WHO 2005)
bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam kalimat tersebut perlu menetapkan keputusan
Menteri Kesehatan tentang standar
Antropometri penilaian status gizi anak.2
Masa anak-anak merupakan
periode dari pertumbuhan dan proses pertumbuhan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik karena
pertumbuhan yang terjadi akan
mempengaruhi status kesehatan dan
gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan
kebutuhan atau kecukupan akan
menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang.3
Usia 6-8 tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk anak mempelajari dan mencoba sesuatu yang baru di lingkungan mereka. Usia ini mulai
mengenal dan tertarik dengan makanan jajanan.4
Kelompok Penduduk yang dihadapi apabila dalam penggunaannya mempunyai rata-rata berat badan yang berbeda dengan patokan yang digunakan, maka perlu
dilakukan penyesuaian. Berat badan
kelompok penduduk tersebut bila dinilai terlalu kurus, AKG dihitung berdasarkan
berat badan idealnya, AKG yang
dianjurkan tidak digunakan untuk
perorangan. Pada saat ini, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya
persediaan pangan, kurang baiknya
kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan dan adanya daerah miskin gizi.5
Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada
anak-anak, KEP dapat menghambat
pertumbuhan rentan terhadap penyakit
terutama penyakit infeksi dan
mengakibatkan rendahnya tingkatan
kecerdasan. Pada orang dewasa, KEP menurunkan produktifitas kerja dan derajat kesehatan sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit. KEP diklasifikasikan dalam gizi buruk, gizi kurang dan gizi baik.6,7
Manusia memiliki dua perangkat gigi yang alami. Perangkat pertama adalah Gigi susu. Gigi susu yang tumbuh pada usia antara 6 bulan hingga 2 tahun
e-ISSN 2548-3986 Volume 02, Nomor 02, Juli 2017
9
berjumlah 20 buah. Menjelang usia 12 tahun, semua gigi susu sudah digantikan dengan gigi tetap yang jumlahnya 32 buah. Pada perangkat gigi tetap terdapat empat jenis gigi. Masing-masing jenis memiliki bentuk yang khas sesuai dengan fungsinya masing-masing. Gigi yang ada di sebelah depan disebut insisivus (gigi pengerat/gigi seri), di sebelahnya kaninus (gigi taring) dan kemudian premolar (geraham depan) serta akhirnya molar (geraham belakang).8
Gigi geraham (molar) adalah gigi
tetap yang tumbuh/keluar tanpa
menggantikan gigi susu, gigi ini memiliki jumlah enam di rahang/mulut atas, yaitu tiga di sebelah kiri atas dan tiga di sebelah kanan atas, serta enam di rahang/mulut bawah, yaitu tiga disebelah kanan bawah. Gigi ini adalah gigi dengan ukuran terbesar dari seluruh gigi yang ada, seperti premolar, ada beberapa perbedaan antara molar atau gigi geraham, atas dengan bawah. Pada geraham atas, akar gigi berjumlah rata-rata tiga, tetapi pada geraham bawah, gigi ini memiliki akar rata-rata dua. Gigi geraham atas memiliki lima bukit/bagian menonjol (bonjol), sedangkan gigi geraham bawah hanya memiliki empat bukit/bagian menonjol.9
Berdasarkan hasil penelitian awal, pada tanggal 15 Februari 2016 ditemukan (8 dari 24 orang yang diperiksa) murid kelas 1 SD Negeri Cisitu 02 Kabupaten Garut, sudah tumbuh gigi molar pertama tetapnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan erupsi gigi molar pertama tetap pada murid kelas 1 SDN Cisitu 02 Kabupaten Garut. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah
cross sectional, yaitu dengan melakukan
pengisian formulir status gizi dan pengisian formulir erupsi gigi molar pertama tetap. Subyek penelitian sebanyak 24 responden murid kelas 1 SDN Cisitu 02 Kabupaten Garut Tahun 2016. Alat dan bahan yang digunakan adalah diagnostik set, format penelitian pemeriksaan status gizi, formulir erupsi gigi molar pertama tetap, masker, sarung tangan karet, alkohol, kapas, detergent, banicide, aquadest, tissue, kapas. Hasil pemeriksaan
status gizi dengan cara pengukuran tinggi
badan dan berat badan dengan
menggunakan rumus IMT/Z-Skor.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
IMT = BB (Kg) - Median
TB (m)
Kriteria ambang batas IMT untuk Indonesia Kementerian Kesehatan tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) anak umur 5-8 tahun adalah sebagai berikut:
Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-score)
Sangat Kurus <-3SD Kurus -3SD s/d <-2SD Normal -2SD s/d 1SD Gemuk >1SD s/d 2 SD Obesitas >2SD HASIL
Responden pada penelitian ini adalah semua murid kelas 1 dengan jumlah 24 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2016. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin f %
1 Laki-Laki 16 66,6
2 Perempuan 8 33,4
e-ISSN 2548-3986 Volume 02, Nomor 02, Juli 2017
10
Tabel 1 diatas menunjukkan
responden dengan jenis kelamin yaitu laki-laki berjumlah 16 orang (66,6%) dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 8 orang (33,4%). Selanjutnya distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur No Umur (Tahun) f % 1 6 6 25,0 2 7 11 45,8 3 8 6 25,0 4 9 1 4,20 Σ 24 100
Tabel 2 diatas menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan umur yaitu yang berumur 6 tahun berjumlah 6 orang ( 25,0%), berumur 7 tahun berjumlah 11 orang ( 45,8%), berumur 8 tahun berjumlah 6 orang (25,0%) dan berumur 9 tahun berjumlah 1 murid (4,20%). Selanjutnya distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi
No Kriteria Status Gizi f % 1 Sangat Kurus 4 16,6 2 Kurus 13 54,2 3 Normal 7 29,2 4 Gemuk 0 0 5 Obesitas 0 0 Σ 24 100
Tabel 3 diatas menunjukkan
distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi yaitu dengan kategori sangat kurus berjumlah 4 orang (16,6%), kategori kurus berjumlah 13 orang (54,2%), kategori normal berjumlah 7 orang (29,2%), kategori gemuk dan obesitas tidak ada (0%). Selanjutnya distribusi
frekuensi responden berdasarkan erupsi gigi Molar Pertama tetap (M1) rahang atas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Erupsi Gigi Molar Pertama Tetap (M1) Rahang Atas
No Kategori Erupsi M1 16 26 f % f % 1 Sudah Erupsi 20 83,3 21 87,5 2 Belum Erupsi 4 16,7 3 12,5 Σ 24 100 24 100
Tabel 4 diatas menunjukkan
distribusi frekuensi responden berdasarkan erupsi gigi Molar Pertama tetap (M1) rahang atas yaitu yang sudah erupsi gigi molar pertama tetap kanan atas sebanyak 20 gigi (83,3%) dan yang sudah erupsi gigi molar pertama tetap kiri atas sebanyak 21 gigi (87,5%). Selanjutnya distribusi frekuensi responden berdasarkan erupsi gigi Molar Pertama tetap (M1) rahang bawah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Erupsi Gigi Molar Pertama Tetap (M1) Rahang Bawah
No Kategori Erupsi M1 36 46 f % f % 1 Sudah Erupsi 19 79,2 17 70,8 2 Belum Erupsi 5 20,8 7 29,2 Σ 24 100 24 100
Tabel 5 diatas menunjukkan
distribusi frekuensi responden berdasarkan erupsi gigi Molar Pertama tetap (M1) rahang bawah yaitu yang sudah erupsi gigi molar pertama tetap kiri bawah sebanyak 19 gigi (79,2%) dan yang sudah erupsi gigi
molar pertama tetap kanan bawah
sebanyak 17 gigi (70,8%). Selanjutnya distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah erupsi gigi Molar Pertama tetap
e-ISSN 2548-3986 Volume 02, Nomor 02, Juli 2017
11
(M1) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Erupsi Gigi Molar Pertama Tetap (M1)
No Jumlah Erupsi Gigi Molar Pertama Tetap (M1) f % 1 Belum Erupsi 1 4,1 2 Erupsi 1 Gigi 2 8,4 3 Erupsi 2 Gigi 6 25,0 4 Erupsi 3 Gigi 1 4,1 5 Erupsi 4 Gigi 14 58,4 Σ 24 100
Tabel 6 diatas menunjukkan
distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah erupsi gigi Molar Pertama tetap (M1) yaitu dari 24 responden yang gigi molar pertama tetapnya belum erupsi hanya berjumlah 1 orang (4,1%), sudah erupsi 1 gigi berjumlah 2 orang (8,4%), yang sudah erupsi 2 gigi berjumlah 6 orang (25%), yang sudah erupsi 3 gigi berjumlah 1 orang (4,1%) dan yang sudah erupsi 4
gigi berjumlah 14 orang (58,4%).
Selanjutnya distribusi frekuensi hubungan status gizi dengan jumlah erupsi gigi Molar Pertama tetap (M1) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hubungan Status Gizi dengan Jumlah Erupsi Gigi Molar Pertama Tetap (M1)
Tabel 7 diatas menunjukkan
distribusi frekuensi hubungan status gizi dengan jumlah erupsi gigi Molar Pertama tetap (M1) yaitu status gizi kategori sangat kurus berjumlah 4 orang dengan erupsi 2
gigi berjumlah 1 orang (4,2%), telah erupsi 4 gigi berjumlah 3 orang (12,5%), dengan status gizi kategori kurus berjumlah 13 orang dengan gigi molar pertama belum erupsi berjumlah 1 orang (4,2%), telah erupsi 1 gigi berjumlah 2 orang (8,3%), telah erupsi 2 gigi berjumlah 4 orang (16,7%) dan telah erupsi 4 gigi berjumlah 6 orang (25%), status gizi kategori normal berjumlah 7 orang, telah erupsi 2 gigi berjumlah 1 orang (4,2%), telah erupsi 3 gigi berjumlah 1 orang (4,2%) dan telah erupsi 4 gigi berjumlah 5 orang (20,8%), sedangkan status gizi dengan kategori gemuk dan obesitas tidak ada (0%).
Selanjutnya berdasarkan uji
correlations Spearman’s untuk mengetahui
hubungan status gizi dengan erupsi gigi molar pertama tetap dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Uji Correlations Spearman’s
Variabel Spearmen correlation p Hubungan Status Gizi dengan Erupsi Gigi Molar Pertama Tetap 0,096 0,655
Berdasarkan tabel 8 diatas
menunjukkan hasil hubungan status gizi dengan erupsi gigi molar pertama tetap dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan. Hal ini dilihat dari data diatas bahwa nilai signifikansi yang didapat dari uji Spearman adalah 0,655 > 0,05 yang berarti Ho diterima dan
Ha ditolak.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada murid kelas 1 SDN Cisitu 02 Kabupaten Garut dengan jumlah 24 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2016. Tabel 1 pada penelitian ini menunjukkan
e-ISSN 2548-3986 Volume 02, Nomor 02, Juli 2017
12
responden dengan jenis kelamin yaitu laki-laki berjumlah 16 orang (66,6%) dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 8 orang (33,4%). Hal ini dikarenakan jumlah murid kelas 1 SDN Cisitu 02 Kabupaten Garut yang terdaftar dan kooperatif menjadi responden berjumlah 24 orang serta peneliti ingin mengetahui persentase jumlah siswa laki-laki dan perempuan. Sejalan dengan Beck yang menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan salah satu faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi erupsi gigi,10 oleh karena itu dilakukan pendistribusian responden berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 2 pada penelitian ini
menunjukkan distribusi frekuensi
responden berdasarkan umur yaitu yang berumur 6 tahun berjumlah 6 orang (25,0%), berumur 7 tahun berjumlah 11 orang (45,8%), berumur 8 tahun berjumlah 6 orang (25,0%) dan berumur 9 tahun berjumlah 1 murid (4,20%). Hal ini dikarenakan setiap pertumbuhan gigi
sesorang itu berbeda, pada setiap
individunya maka peneliti melakukan
pendistribusian frekuensi dengan
mengelompokkan siswa/i berdasarkan
umurnya dengan tujuan agar
mempermudah pada saat pemeriksaan nanti dan melihat adanya perbedaan petumbuhan gigi berdasarkan umur. Umur juga sangat berpengaruh terhadap erupsi
gigi. Sejalan dengan Iriyani yang
menyatakan bahwa umur merupakan salah
satu faktor intrinsik yang dapat
mempengaruhi erupsi gigi.11
Tabel 3 pada penelitian ini
menunjukkan distribusi frekuensi
responden berdasarkan status gizi yaitu dengan kategori sangat kurus berjumlah 4 orang (16,6%), kategori kurus berjumlah 13 orang (54,2%), kategori normal
berjumlah 7 orang (29,2%), kategori gemuk dan obesitas tidak ada (0%).Hal ini dikarenakan gizi setiap orang itu berbeda
sehingga dilakukan pendistribusian
frekuensi responden berdasarkan status gizinya dengan tujuan ingin mengetahui status gizi. Status gizi mempengaruhi pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan. Sejalan dengan Almatsier yang menyatakan bahwa status gizi diharapkan dapat digunakan secara efisien dan tidak berlebihan u/ memperoleh hasil yang optimal.6
Tabel 4 pada penelitian ini
menunjukkan distribusi frekuensi
responden berdasarkan erupsi gigi Molar Pertama tetap (M1) rahang atas yaitu yang sudah erupsi gigi molar pertama tetap kanan atas sebanyak 20 gigi (83,3%) dan yang sudah erupsi gigi molar pertama tetap kiri atas sebanyak 21 gigi (87,5%). Hal ini dikarenakan adanya perbedaan umur pada
saat pemeriksaan intra oral akan
berpengaruh juga pada hasil
pendistribusian frekuensi responden
berdasarkan erupsi gigi Molar Pertama (M1) rahang atas kiri dan kanan. Erupsi gigi dapat dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Sejalan dengan Beck yang menyatakan bahwa erupsi gigi dipengaruhi oleh faktor intrinsik yaitu ras, genetik dan jenis kelamin sedangkan faktor ekstrinsik yaitu nutrisi dan tingkat ekonomi.10
Tabel 5 pada penelitian ini
menunjukkan distribusi frekuensi
responden berdasarkan erupsi gigi Molar Pertama tetap (M1) rahang bawah yaitu yang sudah erupsi gigi molar pertama tetap kiri bawah sebanyak 19 gigi (79,2%) dan yang sudah erupsi gigi molar pertama tetap kanan bawah sebanyak 17 gigi (70,8%). Hal ini dikarenakan adanya perbedaan umur pada saat pemeriksaan intra oral
e-ISSN 2548-3986 Volume 02, Nomor 02, Juli 2017
13
sehingga berpengaruh juga pada hasil
pendistribusian frekuensi responden
berdasarkan erupsi gigi Molar Pertama (M1) rahang bawah kiri dan kanan. Erupsi gigi rahang bawah berbeda dengan rahang atas. Waktu erupsi gigi permanen rahang bawah terjadi bervariasi pada setiap individu. Sejalan dengan Beck yang menyatakan bahwa erupsi gigi dipengaruhi oleh faktor intrinsik yaitu ras, genetik dan jenis kelamin sedangkan faktor ekstrinsik yaitu nutrisi dan tingkat ekonomi.10
Tabel 6 pada penelitian ini
menunjukkan distribusi frekuensi
responden berdasarkan jumlah erupsi gigi Molar Pertama tetap (M1) yaitu dari 24 responden yang gigi molar pertama tetapnya belum erupsi hanya berjumlah 1 orang (4,1%), sudah erupsi 1 gigi berjumlah 2 orang (8,4%), yang sudah erupsi 2 gigi berjumlah 6 orang (25%), yang sudah erupsi 3 gigi berjumlah 1 orang (4,1%) dan yang sudah erupsi 4 gigi berjumlah 14 orang (58,4%). Hal ini dikarenakan jumlah gigi merupakan faktor sekunder yang dapat menyebabkan zat-zat gizi tidak terserap kedalam tubuh. Sejalan dengan Almatsier yang menyatakan bahwa faktor sekunder yang dapat menyebabkan zat gizi tidak terserap oleh tubuh adalah gigi geligi yang tidak baik.6
Tabel 7 pada penelitian ini
menunjukkan distribusi frekuensi
hubungan status gizi dengan jumlah erupsi gigi Molar Pertama tetap (M1) yaitu status gizi kategori sangat kurus berjumlah 4 orang dengan erupsi 2 gigi berjumlah 1 orang (4,2%), telah erupsi 4 gigi berjumlah 3 orang (12,5%), dengan status gizi kategori kurus berjumlah 13 orang dengan gigi molar pertama belum erupsi berjumlah 1 orang (4,2%), telah erupsi 1 gigi berjumlah 2 orang (8,3%), telah erupsi 2
gigi berjumlah 4 orang (16,7%) dan telah erupsi 4 gigi berjumlah 6 orang (25%), status gizi kategori normal berjumlah 7 orang, telah erupsi 2 gigi berjumlah 1 orang (4,2%), telah erupsi 3 gigi berjumlah 1 orang (4,2%) dan telah erupsi 4 gigi berjumlah 5 orang (20,8%), sedangkan status gizi dengan kategori gemuk dan
obesitas tidak ada (0%). Hal ini
dikarenakan ada banyak hal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi selain dari faktor gizi sehingga mungkin dapat berpengaruh pada erupsi gigi dibandingkan status gizi. Berdasarkan hasil dari pendistribusian frekuensi hubungan status gizi dengan jumlah erupsi gigi molar
pertama tetap (M1) memberikan
pernyataan bahwa tidak adanya hubungan antara status gizi dengan jumlah erupsi gigi molar pertama tetap (M1).
Tabel 8 pada penelitian ini menunjukkan hasil hubungan status gizi dengan erupsi gigi molar pertama tetap dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan. Hal ini dilihat dari data diatas bahwa nilai signifikansi yang didapat dari uji Spearman adalah 0,655 > 0,05 yang berarti Ho diterima dan
Ha ditolak. Hal ini dikarenakan ada banyak
hal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi selain dari faktor gizi misalnya saja genetik, hormonal, ras, ataupun dari
jaringan di sekitar gigi misalnya
ligamentum periodontal yang dapat
mendorong gigi untuk muncul ke
permukaan gusi.
Pada umumnya, erupsi normal gigi permanen dalam rongga mulut terjadi selama rentang waktu usia kronologis yang berbagai macam dan dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi faktor lokal dan faktor umum, yaitu genetik, jenis kelamin,
e-ISSN 2548-3986 Volume 02, Nomor 02, Juli 2017
14
nutrisi, faktor sosial ekonomi, tinggi badan dan berat badan serta hormon. Hal-hal tersebut di atas mungkin saja jauh lebih
berpengaruh terhadap erupsi gigi
dibandingkan dengan status gizi sehingga dari penelitian ini juga tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara status gizi dengan erupsi gigi molar pertama tetap pada murid kelas 1 SDN Cisitu 02 Kabupaten Garut Tahun 2016.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa status gizi murid kelas 1 SDN Cisitu 02 Kabupaten Garut Tahun 2016 yang paling banyak adalah kurus (54,2%). Erupsi gigi molar pertama tetap pada murid kelas 1 SDN Cisitu 02 Kabupaten Garut Tahun 2016 yang paling banyak adalah yang sudah erupsi 2 gigi (58,4%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan erupsi gig molar pertama tetap pada murid kelas 1 SDN Cisitu 02 Kabupaten Garut Tahun 2016.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan, R.I. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014. 2014.
2. Kementerian Kesehatan, R.I. Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. 2010.
3. Permaisih. Status Gizi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. 2003.
[online]. Tersedia: http://
http://grey.litbang.depkes.go.id/. diakses tanggal 05 Februari 2015.
4. Harshanur. Anatomi Gigi, EGC,
Jakarta. 2012.
5. Supariasa, dkk. Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta. 2002.
6. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2001.
7. Miko, H. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan status gizi (KEP)
anak umur 6-60 bulan di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya
tahun 2002. 2002. (Doctoral
dissertation, FKM UI).
8. Sariningsih. Merawat Gigi Anak Sejak
Usia Dini, PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, Jakarta. 2012.
9. Armana. Pertumbuhan dan
Perkembangan Gigi, Yayasan Essentia
Medica, Yogyakarta. 2013.
10. Beck, M.E. Ilmu Gizi dan Diet, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta. 2000.
11. Iriyani, S. Hubungan antara indeks
masa tubuh dengan erupsi gigi molar pertama permanen rahang atas dan rahang bawah untuk umur 6-7 tahun,