• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR TAHUN DEFARM KEDELAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR TAHUN DEFARM KEDELAI"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR TAHUN

DEFARM KEDELAI

Yong Farmanta

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2013

(2)

LAPORAN AKHIR TAHUN

DEMFARM KEDELAI

Yong Farmata

Yulie Oktavia

Yesmawati

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun Kegiatan Demfarm Kedelai tahun 2013 dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan tahun 2013.

Kami menyadari bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan dan penyusunan laporan ini masih banyak ditemui berbagai kendala dan kekurangan. Kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kami jadikan sumber perbaikan, mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi kita semua. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini, diucapkan terima kasih. Semoga hasil kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian.

Bengkulu, Desember 2013 Penangggung Jawab,

Yong Farmanta, SP, M.Si NIP. 19790116 200312 1 002

(4)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RDHP : Demfarm Kedelai

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu

4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2013 5. Status Penelitian (L/B) : Baru

6. Penanggung Jawab :

a. Nama : Yong Farmanta, SP, M.Si b. Pangkat/Golongan : Penata/IIIc

c. Jabatan : Peneliti Pertama

7. Lokasi : 4 Kabupaten di Provinsi Bengkulu

8. Agroekosistem : Lahan Kering Dataran Rendah Beriklim Basah (LKDRIB)

9. Tahun Mulai : 2013 10. Tahun Selesai : 2014

11. Output Tahunan : (1) Tersebarnya varietas kedelai unggul di Provinsi Bengkulu dan (2) Teradopsinya teknologi budidaya kedelai di Provinsi Bengkulu. 12. Output Akhir : Meningkatkan pemahaman petani tentang

aspek- aspek teknis budidaya kedelai.

13. Biaya : Rp. 67.000.000,00 (Enam Puluh Tujuh Juta Rupiah)

Koordinator Program,

Dr. Wahyu Wibawa, MP NIP. 196904271998031001

Bengkulu, Desember 2013 Penanggung Jawab Kegiatan,

Yong Farmanta, SP., M.Si NIP. 19790116 200312 1 002 Mengetahui:

Kepala BBP2TP,

Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng NIP. 19610802 198903 1 011

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002

(5)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v RINGKASAN / SUMMARY ... vi SUMMARY ... vii I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 3 1.3. Keluaran ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

III. PROSEDUR PELAKSANAAN ... 6

3.1. Lokasi Kegiatan dan Waktu ... 6

3.2. Cakupan Kegiatan ... 6

3.3. Tahapan Pelaksanaan ... 6

3.3.1. Persiapan ... 6

3.3.2. Pelaksanaan Kegiatan ... 7

3.3.3. Parameter yang Diukur ... 8

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9

4.1. Koordinasi Intern dan Antar Institusi ... 9

4.2 Pelaksanaan Kegiatan Demfarm Kedeai ... 10

4.3. Inovasi dengan Pendekatan Teknologi PTT ... 12

4.4. Komponen Pertumbuhan dan Hasil Demfarm Kedelai ... 14

V. KESIMPULAN ... 17 5.1. Kesimpulan ... 17 5.2 Saran... 17 DAFTAR PUSTAKA ... 18 ANALISIS RESIKO ... 19 JADWAL KERJA ... 20 PEMBIAYAAN ... 21 PERSONALIA ... 23 LAMPIRAN ... 24

(6)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. CP/CL dan luas lahan kegiatan demfarm kedelai... ... 9

2. Distribusi lokasi dan luasan kegiatan demfarm di 5 kabupaten Provinsi

Bengkulu tahun 2013 ... 11 3. Tanggal tanam kedelai kegiatan demfarm di masing-masing kabupaten .. 12

4. Rerata komponen pertumbuhan tanaman kedelai di masing-masing

kabupaten ... 15 5. Rerata komponen hasil tanaman kedelai di masing-masing kabupaten ... 15 6. Daftar penyebaran benih sumber kedelai ke petani dan dinas/instansi

Terkait ... 16 7. Daftar resiko pelaksanaan Demfarm tahun 2013 ... 19 8. Daftar Penanganan Resiko ... 19

(7)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Gambar kegiatan penanaman (Tanggal 15 Juni 2013) dan keragaan

pertumbuhan tanaman kegiatan Demfarm Kedelai di Kab. Kaur ... 25 2. Gambar kegiatan penanaman (Tanggal 9 Juni 2013) kegiatan Demfarm

Kedelai di Kab. Rejang Lebong... ... 26 3. Gambar kegiatan Demfarm Kedelai di Kab. Seluma ... 27 4. Gambar kegiatan Demfarm /Display Varietas Unggul Baru (VUB) Kedelai di lokasi Gelar Teknologi dalam rangka mendukung kegiatan PEDA KTNA ke-14 Provinsi Bengkulu di Kabupaten Mukomuko ... 30

(8)

vi

RINGKASAN

1. Judul : Demfarm Kedelai 2. Unit kerja : BPTP Bengkulu

3. Tujuan : 1. Menyebarluaskan varietas unggul spesifik lokasi kepada petani di Propinsi Bengkulu 2. Mempercepat adopsi komponen teknologi

Kedelai di Propinsi Bengkulu

4. Keluaran : 1. Petani melaksanakan penanaman varietas unggul spesifik lokasi di lahan usaha taninya. 2. Komponen teknologi budidaya kedelai telah

teradopsi pada tingkat petani

5. Prosedur : Kegiatan demfarm kedelai dilaksanakan di 4 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Tengah, Rejang Lebong, dan Kaur. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2013. Demfarm yang dilakukan oleh BPTP Bengkulu meliputi: 1) Pembentukan Tim Demfarm; 2) Pelaksanaan kegiatan utama (koordinasi intern dan antar institusi; sosialisasi maupun pelatihan; penyediaan dan distribusi bahan informasi teknologi, bahan dan sarana produksi untuk Demfarm; pelaksanaan Demfarm VUB); 3) Pelaporan (bulanan, semester dan akhir kegiatan).

6. Capaian : Peningkatan produktivitas tanaman kedelai. 7. Manfaat : 1. Petani melaksanakan penanaman varietas

unggul spesifik lokasi di lahan usaha taninya. 2. Komponen teknologi budidaya kedelai telah

teradopsi pada tingkat petani.

8. Dampak : Meningkatkan pemahaman petani tentang aspek-aspek teknis budidaya kedelai.

9. Jangka Waktu : 2 tahun

10. Biaya : Rp. 67.000.000,00

(9)

vii

SUMMARY

1. Title : Soybeans Demfarm

2. Unit of Work : Assessment Institute for Agriculture Technology of Bengkulu

3. Objectives : 1. Disseminate specific varieties to farmers in the Province of Bengkulu

2. Accelerate the adoption of technology components Soybeans in Bengkulu

4. Output : 1. Planting specific varieties on their farmers land. 2. Adopt technology component soybean cultivation

has at the farm land

5. Procedure : Activity demfarm soybean implemented in 4 districts / cities namely Mukomuko regency, Central Bengkulu, Rejang Lebong, and Kaur. Activities doing in January-December 2013. Demfarm done by BPTP Bengkulu include: 1) Team Building Demfarm; 2) The main activities (internal and inter-institutional coordination; socialization and training; provision and distribution of information technology, materials and means of production to Demfarm; implementation Demfarm VUB); 3 ) Reporting (monthly, semester and end of the activity).

6. Achievement : Increased productivity of soybean plants.

7. Benefits : 1. Farmers in planting specific varieties on their farm land.

2.Technological component adopt soybean cultivation has at the farm land.

8. Impact : Improving farmers' understanding of the technical aspects of soybean cultivation.

9. Periode : 2 years

10. Budget : Rp. 67.000.000,00 (sixty seven million)

(10)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack, dan sebagainya. Konsumsi per kapita pada tahun 1998 sebesar 8,13 kg meningkat menjadi 8,97 kg pada tahun 2004 (Badan Litbang Pertanian, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan kedelai cenderung meningkat.

Produksi kedelai nasional cenderung menurun sejak tercapainya produksi tertinggi pada tahun 1992 yang mencapai sekitar 1,6 juta ton (BPS, 2010). Berkurangnya luas areal tanam adalah penyebab utama menurunnya produksi sekalipun produktivitas dapat ditingkatkan. Namun peningkatan produktivitaspun sangat lambat dan sulit karena belum ditemukannya varietas unggul baru yang mampu meningkatkan produktivitas secara nyata.

Usahatani kedelai dihadapkan kepada resiko yang cukup tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan lain sehingga kurang memiliki keunggulan kompetitif di tingkat on farm. Ancaman lain terhadap upaya peningkatan produksi kedelai adalah harga kedelai impor yang lebih murah dan mudah diperoleh. Kondisi ini makin mendorong menurunnya produksi kedelai domestik pasca 1992. Varietas unggul baru (VUB) kedelai yang telah dilepas oleh Badan Litbang Pertanian, menunjukkan potensi hasil yang berkisar antara 2,0-2,5 ton biji kering/ha. Rendahnya produktivitas di tingkat petani antara lain disebabkan oleh penggunaan varietas lokal setempat dengan hasil rendah dan penggunaan benih produksi sendiri oleh petani. Di sisi lain, belum tersedianya benih bermutu secara luas dan belum diadopsinya teknologi spesifik lokasi secara luas turut berperan menyulitkan upaya peningkatan produktivitas kedelai.

(11)

2

Peluang peningkatan produksi kedelai menuju swasembada masih cukup besar terutama melalui peningkatan produktivitas dan perluasan area panen. Untuk memanfaatkan peluang tersebut diperlukan strategi, dukungan kebijakan dan program pengembangan yang kondusif yang mampu memberikan insentif bagi petani kedelai untuk meningkatkan produktivitas per satuan luas lahan. Oleh karenanya, perlu dilakukan upaya pencapaian peningkatan produksi kedelai melalui upaya demplot varietas unggul baru (VUB).

Masalah utama dari sub-sektor tanaman pangan khususnya kedelai, padi, jagung, dan kacang tanah adalah adanya senjang produktivitas (yield gap) di tingkat petani yang cukup besar. Sumber permasalahan tersebut diantaranya adalah akibat dari belum diadopsinya teknologi tepat guna yang spesifik lokasi, pelaksanaan program masih parsial dan belum terintegrasi, serta sinergi program antar stakeholders pelaksana belum optimal. Hal ini merupakan akibat dari berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan strategis di luar sektor pertanian yang sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi pangan. Konversi lahan produktif tidak dapat dihindarkan dan bahkan secara nasional diperkirakan lajunya mencapai 100.000 ha/tahun (Ditjen Tanaman Pangan, 2008).

Melalui kegiatan Demfarm diharapkan terjadi perbaikan pemahaman petani dan kelompok tani mengenai pentingnya penerapan inovasi teknologi dengan benar untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahataninya. Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan petani adalah melalui demplot tanaman di lahan. Proses diseminasi bagi petani haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by Doing secara partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi/membuat penilaian (menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi.

Petani diharapkan lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh. Demfarm merupakan salah satu media diseminasi yang cukup efektif dilapangan, dapat langsung dilihat petani yang diharapkan dapat langsung menerapkan di areal usaha taninya sendiri.

(12)

3

1.2. Tujuan

Tujuan kegiatan Demfarm Kedelai pada tahun 2013 adalah Menyebarluaskan varietas unggul spesifik lokasi kepada petani serta Mempercepat adopsi komponen teknologi budidaya tanaman kedelai di Provinsi Bengkulu.

1.3. Keluaran

a. Melaksanakan penanaman varietas unggul spesifik lokasi dan peningkatan produksi kedelai di Provinsi Bengkulu.

(13)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Penyediaan dan kecukupan pangan menjadi sangat strategis dan menentukan stabilitas dan ketahanan nasional. Oleh sebab itu, ketahanan pangan merupakan sasaran utama pembangunan nasional. Dengan dukungan ketahanan yang mantap, dampak berbagai krisis dapat dihindari. Indonesia diharapkan mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan pada tahun 2014. Di sisi lain dihadapkan pada kondisi iklim yang tidak menentu, sehingga kita perlu bekerja keras dalam memacu peningkatan dan kontinuitas produksi di tengah ancaman dampak perubahan iklim. Perubahan iklim berimplikasi terhadap pergeseran awal musim tanam dan pola tanam , ancaman kekeringan, banjir dan serangan OPT.

Kedelai mempunyai nilai strategis serta menjadi sumber kalori dan protein nabati, yang dapat diproses menjadi berbagai produk pangan fermentasi seperti tempe, kecap, tauco, natto, dan produk pangan non-fermentasi seperti tahu, susu, yuba, daging tiruan, serta produk minyak kasar untuk pangan dan industri seperti minyak salad, minyak goreng, mentega putih, margarine. Disamping itu kedelai juga diproses menjadi produk lesitin untuk pangan dan farmasi seperti roti, es krim, yoghurt, makanan bayi, kembang gula, obat-obatan, dan produk kecantikan/ kosmetika, dan produk konsentrat protein untuk pangan dan farmasi, serta produk bungkil kedelai untuk pakan ternak (Balitbangtan, 2005). Penganekaragaman pola konsumsi masyarakat adalah dengan memanfaatkan sumber karbohidrat, protein, dan mineral selain beras, seperti misalnya kedelai, jagung, kacang tanah, singkong, dan ubi-jalar.

Dari berbagai tanaman pangan yang diusahakan oleh para petani, maka keputusan untuk menanam kedelai sangat dipengaruhi oleh penerapan paket teknologi budidaya kedelai maju di berbagai agro-ekosistem, yaitu meningkatkan produksi, produktivitas, dan pendapatan petani (Manwan et.al., 1990). Masalah usahatani kedelai di tingkat petani adalah rendahnya produktivitas dan terbatasnya peluang perluasan areal panen, kurangnya keahlian dan ketrampilan, serta rendahnya pennggunaan teknologi yang efisien di berbagai agro-ekosistem (Sumarno dan Manshuri, 2007). Tingkat partisipasi petani relatif rendah dan terintegrasi dalam kelompok tani melalui koperasi, sehingga memerlukan pola

(14)

5

kemitraan yang sejajar untuk pengembangan usaha (Lim, 1997). Faktor pembatas produktivitas adalah pada penyediaan benih bermutu, pola tanam, introduksi teknologi baru, pengendalian hama penyakit dan gulma, permodalan, dan kepemilikan lahan. Kelembagaan pendukung seperti penangkar benih dan penyuluh lapangan masih belum berfungsi (Adisarwanto, 1997; Adnyana dan Kariyasa, 1997).

Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan, khususnya kedelai, telah banyak dilakukan. Menurut Ditjen Tanaman Pangan (1998), kebijakan yang dilakukan adalah introduksi paket teknologi baru yang tepat guna, program intensifikasi kedelai IP-300, Gemapalagung (gerakan mandiri padi, kedelai, dan jagung), dan diversifikasi pangan. Program ini ditujukan untuk melepaskan diri dari ketergantungan impor kedelai. Pengembangan sentra produksi kedelai seperti di propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Jawa Barat, dan Lampung, memerlukan dukungan lapangan kerja di luar pertanian, mengingat karakteristik kesempatan kerja sektor pertanian bersifat musiman. Bahkan kedelai dianggap sebagai tanaman sela setelah tanaman padi, yang kurang diminati petani, sehingga belum dapat menyerap tenaga kerja cukup banyak. Status tanaman kedelai adalah tanaman

secondary-crops untuk lokasi/daerah sub-tropis. Peningkatan produksi dan produktivitas kedelai dapat dilakukan melalui: (1) perluasan areal panen di lahan sawah dan lahan kering (ekstensifikasi), (2) intensifikasi, (3) stabilitas hasil dengan menangkal hama penyakit dan gulma, (4) penekanan senjang hasil dengan penyuluhan intensif, penggunaan varietas benih unggul bermutu, pola tanam, pengolahan tanah, dan pemupukan sesuai dosis anjuran, (5) penekanan susut hasil melalui perbaikan pascapanen dan rehabilitasi lahan, dan (6) penetapan harga yang stabil di musim panen dan musim paceklik. Proses diversifikasi ekonomi pada rumahtangga petani pada umumnya masih terbatas pada keragaman jenis usahatani, sehingga masih tergolong pada skala usaha kecil (rumah tangga). Dengan demikian tambahan pendapatan bagi rumahtangga petani kedelai masih rendah, sehingga sumber pendapatan dan pembagian kerja dalam keluarga belum mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya secara proporsional.

(15)

6

III. PROSEDUR

3.1. Lokasi Kegiatan dan Waktu

Kegiatan Demfarm Kedelai dilaksanakan di 5 kabupaten di Propinsi Bengkulu (Kab. Mukomuko, Rejang Lebong, Bengkulu Utara, Kaur dan Seluma) pada bulan Januari–Desember 2013.

3.2. Cakupan Kegiatan

Pelaksanaan Demfarm Kedelai di 5 kabupaten di Provinsi Bengkulu. Kabupaten Mukomuko dengan menggunakan Varietas Tanggamus, sedangkan Kabupaten Kaur, Bengkulu Tengah, Rejang Lebong dan Seluma menggunakan Varietas Argomulyo dan Anjasmoro. Menyebarluaskan varietas unggul spesifik lokasi kepada petani di Propinsi Bengkulu.

Demfarm yang dilakukan oleh BPTP Bengkulu meliputi: 1) Pembentukan Tim Demfarm; 2) Pelaksanaan kegiatan utama (koordinasi intern dan antar institusi; sosialisasi maupun pelatihan; penyediaan dan distribusi bahan informasi teknologi, bahan dan sarana produksi untuk Demfarm; pelaksanaan Demfarm VUB); 3) Pelaporan (bulanan, semester dan akhir kegiatan).

Kegiatan demfarm VUB merupakan contoh pola diseminasi yang dilakukan langsung secara praktek dan dapat dilihat secara nyata dilapangan. Pada kegiatan demfarm ini juga dilakukan pembekalan materi budidaya melalui pertemuan (presentasi dan diskusi) seperti kegiatan sosialisasi dan temu lapang. Kolaborasi antara teori dan praktek adalah kegiatan dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan pada kelompok sasaran dengan masa pelaksanaan relatif singkat.

3.3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 3.3.1. Persiapan.

Penyusunan RODHP

RODHP disusun sebagai penjabaran dan perincian dari RDHP. RODHP lebih rinci dan operasional baik dari aspek administrasi/keuangan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. RODHP selanjutnya diturunkan dan dirincikan lagi menjadi juklak kegiatan diseminasi.

(16)

7

3.3.2. Pelaksanaan Kegiatan

1. Koordinasi intern dan antar institusi.

Koordinasi intern dilaksanakan dengan stakeholder yang berada di kabupaten untuk berkoordinasi menyampaikan adanya kegiatan Demfarm Kedelai. Bersama Dinas pertanian dan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan mencari daerah yang sesuai untuk dijadikan lokasi penanaman kedelai.

Koordinasi antar institusi baik ditingkat regional (stakeholders di provinsi dan kabupaten) maupun nasional. Koordinasi di tingkat regional, khususnya ditingkat kabupaten direncanakan dalam bentuk pemaparan kegiatan atau presentasi kegiatan kepada stakeholders

(Dinas Pertanian Kabupaten maupun Badan Pelaksana Penyuluhan). Koordinasi di tingkat nasional dilakukan pada Balit maupun Puslit lingkup Badang Litbang sebagai sumber inovasi teknologi (Balitkabi). 2. Pelaksanaan Demfarm Kedelai

Pelaksanaan kegiatan demfarm kedelai dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

 Melakukan koordinasi awal ke Dinas Pertanian dan Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten untuk meminta saran dalam pelaksanaan kegiatan.

 Penjajakan lokasi demfarm

 Penentuan lokasi ; lokasi demfarm diusahakan merupakan lokasi yang cukup strategis yang mudah dijangkau.

 Demfarm bisa diusahakan dilahan sawah maupun lahan kering.

 Varietas yang digunakan pada kegiatan demfarm ini adalah : Argomulyo, Anjasmoro dan Tanggamus.

 Demfarm kedelai di laksanakan di 5 kabupaten dengan masing-masing luasan 1 hektar dengan menggunakan varietas Anjasmoro dan Argomulyo. Untuk kabupaten Mukomuko dialokasikan kegiatan dengan luasan 0,23 hektar dengan menggunakan varietas Tanggamus.

 Melakukan pendistribusian benih.

 Penanaman dilakukan sesuai jadwal yang telah direncanakan oleh petani kooperator.

(17)

8

 Penyampaian Juklak pelaksanaan demfarm kedelai.

 Pengamatan komponen pertumbuhan dan hasil.

 Penyusunan laporan.

Perkembangan kegiatan dilaporkan secara periodik yaitu bulanan, triwulan, semester dan akhir kegiatan.

3.3.3. Parameter yang Diukur

 Komponen pertumbuhan dan komponen hasil pada lokasi demfarm.

 Komponen teknologi yang diadopsi oleh petani/pengguna.

 Frekuensi pendampingan (pelatihan, sosialisasi dan temu lapang demfarm).

 Jumlah dan jenis bahan informasi yang disebarluaskan sebagai bahan penyuluhan.

 Peningkatan produktivitas pada lokasi demfarm

 Jumlah benih yang dapat dihasilkan dari kegiatan demfarm

 Jumlah rekomendasi teknologi kedelai spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

(18)

9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Koordinasi Intern dan Antar Institusi.

Upaya dalam meningkatkan koordinasi dan keterpaduan kegiatan demfarm kedelai di Provinsi Bengkulu dilakukan dalam bentuk koordinasi intern (dalam institusi BPTP Bengkulu) dan koordinasi antar institusi (pusat, daerah maupun kabupaten). Koordinasi intern telah dilaksanakan, bentuk dari koordinasinya adalah rapat tim demfarm kedelai dan liason officer (LO) kabupaten/kota yang dilaksanakan secara rutin setiap tanggal 15 setiap bulannya dan penyampaian laporan baik secara tertulis maupun lisan kepada Kepala Balai. Kegiatan ini dalam rangka memberikan arahan dan pembekalan kepada seluruh anggota tim tentang hal-hal terbaru terkait dengan pelaksanaan demfarm kedelai, melaksanakan evaluasi pelaksanaan kegiatan di lapangan, serta menetapkan rencana tindak lanjut dari hasil evaluasi.

Koordinasi antar institusi dilaksanakan di tingkat pusat, daerah, maupun kabupaten. Koordinasi di tingkat pusat yang pernah dilaksanakan diantaranya adalah pemesanan benih sumber varietas unggul baru (VUB) kedelai ke Balai Penelitian Kacang dan Umbi-umbian (Balikabi) Malang Jawa Timur.

Koordinasi di tingkat Provinsi Bengkulu adalah Rapat Persiapan SL-PTT Bengkulu TA. 2013 yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Provinsi pada tanggal 16 april 2013. Sedangkan koordinasi tingkaat kabupaten/kota dilaksanakan dalam rangka menghimpun informasi calon petani calon lokasi (CP/CL) kegiatan demfarm kedelai pada kabupaten/kota yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari hasil Koordinasi yang telah dilaksanakan tersebut diperoleh daftar CP/CL untuk kegiatan demfarm kedelai. Hasil CP/CL dan luas lahan dalam kegiatan defarm kedelai disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. CP/CL dan luas lahan kegiatan demfarm kedelai.

No Kabupaten Nama Petani Luas lahan (ha)

1. Mukomuko Subar 2,23

2. Kaur Karjito 1

3. Bengkulu Tengah Wagio, Agus, Karpiah, Slamet 1

4. Rejang Lebong Iksan, Ujang 1

(19)

10

4.2.

Pelaksanaan Kegiatan Demfarm Kedelai.

Pendampingan secara praktek adalah pendampingan dengan melibatkan berbagai stakeholders dan petani dalam kurun waktu yang cukup panjang. demfarm VUB merupakan contoh dari pendampingan yang dilakukan secara praktek lapangan.

Demfarm merupakan salah satu metode desiminasi yang paling diminati oleh sebagian besar petani di Provinsi Bengkulu. Demfarm terbukti mampu meningkatkan keterlibatan aktif dan dukungan petani serta stakeholders lainnya secara partisipatif. Kondisi dan kenyataan ini menjadi penting dalam pemilihan metode diseminasi.

Dalam proses adopsi inovasi teknologi kepada pengguna, akan mengalami proses dan tahapan yaitu kesadaran (awareness), tumbuhnya minat (interest), evaluasi (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi (adoption) (Rogers, 1983). Pada kenyataannya proses adopsi dapat dipercepat dan tidak harus melalui lima tahapan.

Proses pembelajaran bagi petani haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi/ membuat penilaian (menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi.

Petani cepat menerima dan mengadopsi inovasi teknologi yang sudah terbukti secara ekonomis menguntungkan dan secara teknis dapat dilaksanakan serta tidak bertentangan dengan sosial budaya masyarakat setempat. Aspek yang dapat mempercepat proses adopsi dapat ditemukan pada kegiatan display maupun demfarm. Dengan demfarm/display petani dapat secara langsung melihat, mengikuti pertumbuhan dan perkembangan tanaman, mengidentifikasi kesulitan dan permasalahan, serta menemukan alternatif pemecahan masalah yang disesuaikan dengan sumberdaya, dana dan kearifan lokal setempat.

Introduksi VUB release terbaru dilakukan untuk mempercepat penyebarluasan dan adopsi varietas yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian.

(20)

11

Sehubungan dengan adanya dinamika program dari beberapa dinas/instansi terkait (Dinas Pertanian dan BP4K) kabupaten maka mengharuskan adanya revisi lokasi serta volume kegiatan demfarm kedelai, seperti di Kabupaten Mukomuko karena adanya Pekan Daerah (PEDA) KTNA yang ke-14 tahun 2013 tingkat provinsi yang mengharuskan dinas/instansi terkait fokus pada lokasi gelar teknologi, dari rencana awal luas tanam 2,23 ha direvisi menjadi 0,23 ha yang berlokasi di lahan gelar teknologi pada kegiatan PEDA saja. Sedangkan sisanya dipindahkan ke Kabupaten Seluma. Kegiatan display/demfarm VUB kedelai di Kabupaten Mukomuko secara khusus dilaksanakan dalam rangka mendukung kegiatan PEDA KTNA yang ke-14 tahun 2013 tingkat provinsi.

Kegiatan demfarm kedelai dilaksanakan di 5 kabupaten (Mukomuko, Kaur, Bengkulu Tengah, Rejang Lebong dan Seluma) yang terdiri dari 11 orang petani kooperator dengan luas lahan 5,23 ha. Jumlah benih yang digunakan sebanyak 265 kg dengan kelas benih breeder seed (BS), varietas yang digunakan yaitu Tanggamus, Anjasmoro dan Argomulyo. Realisasi kegiatan demfarm kedelai disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi lokasi dan luasan kegiatan demfarm di 5 kabupaten Provinsi Bengkulu tahun 2013.

No Kabupaten Nama Petani lahan Luas (ha) Jumlah Benih (kg) Kelas Benih Varietas

1. Mukomuko Subar 0,23 15 BS Tanggamus

2. Kaur Karjito 1 50 BS Anjasmoro

Argomulyo 3. Bengkulu

Tengah 1. Wagio 2. Agus 3. Karpiah 4. Slamet 0.25 0.25 0.25 0.25 50 BS Anjasmoro Argomulyo 4. Rejang Lebong 1. Iksan

2. Ujang 0.5 0.5 50 BS Anjasmoro Argomulyo 5. Seluma 1. Sutarman 2. Sumardi 3. Samin 1 0,5 0,5 100 BS Anjasmoro Argomulyo Jumlah 5,23 265

Tabel 2. menunjukkan bahwa benih kedelai yang diintroduksikan telah didistribusikan ke 5 kabupaten di Provinsi Bengkulu. Demfarm dilakukan di 5 Kabupaten dengan luasan 5,23 ha meliputi Mukomuko (varietas Tanggamus),

(21)

12

Kaur (varietas Anjasmoro dan Argomulyo), Bengkulu Tengah (varietas Anjasmoro dan Argomulyo), Rejang Lebong (varietas Anjasmoro dan Argomulyo), dan Seluma (varietas Anjasmoro dan Argomulyo).

Tahapan selanjutnya adalah pengolahan tanah dan penanaman. Pengolahan tanah di masing-masing lokasi berbeda karena menyesuaikan musim tanam dan agroekosistem. Pengolahan tanah merupakan komponen teknologi pilihan pada PTT tanaman kedelai. Pada lahan kering di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Tengah dan Rejang Lebong dilakukan dengan cara olah tanah sempurna (maximum tillage), sedangkan pada lahan sawah di Kabupaten Kaur dan Seluma dilakukan dengan cara tanpa olah tanah (minimum tillage). Pelaksanaan penanaman atau tanggal tanam pada masing-masing lokasi dilaksanakan pada tanggal yang berbeda-beda karena disesuaikan dengan kesiapan lahan dan petani kooperator. Adapun tanggal tanam disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Tanggal tanam kedelai kegiatan demfarm di masing-masing kabupaten. No. Kabupaten Tanggal Tanam Pengolahan Tanah Agroekosistem

*) 1. Mukomuko 19 April 2013 Maximum Tillage LKDRIB 2. Kaur 15 Juni 2013 Minimum Tillage

(TOT) LSSI

3. Bengkulu

Tengah 26 Juni 2013 Minimum Tillage(TOT) LKDRIB 4. Rejang Lebong 09 Juni 2013 Maximum Tillage LKDTIB 5. Seluma 16-17 Juli 2013 Minimum Tillage

(TOT) LSSI

Keterangan *):

 LKDRIB = Lahan Kering Dataran Rendah Beriklim Basah

 LSSI = Lahan Sawah Semi Intensif

 LKDTIB = Lahan Kering Dataran Tinggi Iklim Basah

4.3.

Inovasi dengan Pendekatan Teknologi PTT.

Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) kedelai adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan teknologi secara partisipatif bersama petani. Prinsip utama penerapan PTT adalah partisipatif (petani berperan aktif memilih dan menguji teknologi yang sesuai melalui proses pembelajaran di Laboratorium Lapang), spesifik lokasi (memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial budaya dan ekonomi petani), terpadu (pengelolaan sumber daya tanaman,

(22)

13

tanah dan air secara terpadu), sinergis (pemanfaatan teknologi terbaik dan memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi), dan dinamis (penerapan teknologi sesuai perkembangan IPTEK).

Penerapan PTT kedelai diawali dengan pemahaman masalah dan peluang pengembangan sumber daya dan kondisi lingkungan setempat dengan tujuan 1) mengumpulkan informasi dan menganalisis masalah, kendala dan peluang usaha tani kedelai; 2) mengembangkan peluang dalam upaya peningkatan produksi kedelai; 3) mengidentifikasi teknologi yang sesuai kebutuhan petani di wilayah setempat. Komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT kedelai dikelompokkan dalam komponen teknologi dasar dan pilihan. Komponen teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua areal pertanaman kedelai. Penerapan komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat. Komponen teknologi dasar adalah sebagai berikut:

1. Varietas unggul baru, yang berdaya hasil tinggi,tahan hama dan penyakit dan toleran deraan lingkungan.

2. Benih bermutu dan berlabel, benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh tinggi (>85%) yang umumnya ditemukan pada benih yang berlabel.

3. Pembuatan saluran drainase, diperlukan untuk mengalirkan air ke areal pertanaman untuk menjaga kelembaban tanah optimal dan mengalirkan kelebihan air.

4. Pengaturan populasi, berkisar 350-500 ribu tanaman/ha. 5. Pengendalian OPT secara terpadu.

Komponen teknologi pilihan adalah sebagai berikut:

1. Penyiapan lahan, pada lahan kering dilakukan dengan cara olah tanah sempurna (OTS), dengan cara dibajak menggunakan traktor, sapi atau cangkul, kemudian digaru dan disisir sampai rata. Pada lahan sawah setelah padi dengan tanpa olah tanah (TOT) atau olah tanah minimum.

2. Penyiapan saluran drainase di lahan kering di musim hujan, atau saluran irigasi di lahan sawah pada musim kemarau.

3. Pembumbunan, dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan pembuatan saluran atau setelah pemupukan kedua (35 HST) bersamaan dengan penyiangan kedua secara mekanis.

(23)

14

4. Pemberian bahan organik, Bahan organik dapat berupa sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos atau humus. Pupuk organik dapat diberikan sebagai penutup lubang tanam benih dengan takaran 2-3 t/ha.

5. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis atau menggunakan herbisida kontak.

6. Panen tepat waktu dan pengeringan segera.

Komponen teknologi PTT kedelai pada lokasi kegiatan demfarm diterapkan berdasarkan kebutuhan dan kemampuan petani kooperator, dari 11 komponen teknologi dasar dan pilihan yang diterapkan sebanyak 9 komponen (81,8 %), sedangkan yang belum diterapkan sebanyak 2 komponen (18,2 %) yaitu teknologi pengendalian OPT secara terpadu dan pemberian bahan organik.

4.4.

Komponen Pertumbuhan dan Hasil Demfarm Kedelai.

Hasil demfarm yang telah selesai dilaksanakan di beberapa Kabupaten menunjukkan bawah varietas Anjasmoro dan Tanggamus mempunyai potensi dan peluang dengan pertumbuhan cukup baik untuk dikembangkan secara luas di Provinsi Bengkulu, potensi tersebut berdasarkan perbandingan antara hasil demfarm dan deskripsi varietas. Pada komponen pertumbuhan maksimal yang diamati di Kabupaten Seluma, dimana varietas Anjasmoro dan Argomulyo cukup adaptif memiliki rerata jumlah cabang masing-masing 6,6 dan 6,0. Rerata tinggi tanaman masing-masing 55,2 cm dan 50,4 cm. Di Kabupaten Rejang Lebong vareitas Anjasmoro dan Argomulyo cukup adaptif memiliki rerata jumlah cabang masing-masing 6,6 dan 6,6. Rerata tinggi tanaman masing-masing 60,2 cm dan 56,4 cm. Sedangkan varietas Tanggamus cukup adaptif di Kabupaten Mukomuko memiliki rerata jumlah cabang 2,15 dengan tinggi tanaman 89,7 cm (Tabel 4).

Keragaan pertumbuhan dan hasil demfarm kedelai di Kabupaten Kaur dan Kabupaten Bengkulu Tengah diawal pertumbuhannya cukup baik, namun karena serangan hama dan penyakit yang sulit dikendalikan menyebabkan kedelai pada 2 lokasi tersebut gagal panen (puso). Untuk lokasi di Kabupaten Kaur gagal panen disebabkan oleh hama Kerbau yang tidak bisa diantisipasi oleh petani kooperator. Gagal panen tersebut dibuat berita acara yang ditandatangani oleh Kepala Desa, Desa Padang Panjang, Petugas Lapang (PPL), dan petani koopertor (Lampiran 5).

(24)

15

Tabel 4. Rerata komponen pertumbuhan tanaman kedelai di masing-masing kabupaten.

Lokasi Varietas Cabang Jumlah Tanaman Tinggi (cm)

Mukomuko Tanggamus 2,15 89,7

Seluma Anjasmoro 6,6 55,2

Argomulyo 6,0 50,4

Rejang Lebong Anjasmoro 6,6 60,2

Argomulyo 6,6 56,4

Deskripsi Tanggamus 3 – 4 67

Anjasmoro 2,9 - 5,6 64 – 68

Argomulyo 3 – 4 40

Komponen hasil kedelai yang diamati antara lain jumlah polong isi, jumlah polong hampa, berat 100 biji dan produktivitas, yang diamati pada saat panen. Di Kabupaten Mukomuko menunjukkan bahwa varietas Tanggamus memiliki jumlah polong isi 52, jumlah polong hampa 2, berat 100 biji 10,3 g dan produktivitas 1,1 ton/ha. Sementara komponen hasil tanaman kedelai di Kabupaten Seluma dan Rejang Lebong masing-masing untuk varietas Anjasmoro adalah jumlah polong isi (37,3 dan 24,3), jumlah polong hampa (22,8 dan 26,5), berat 100 biji (14,8 g dan 15,3 g) dan produktivitas (1,8 dan 0,4 ton/ha. Sedangkan varietas Argomulyo adalah jumlah polong isi (20,5 dan 28,6), jumlah polong hampa (43,3 dan 43,3), berat 100 biji (16,2 dan 16,8 g) dan produktivitas (0,5 dan 0,6 ton/ha (Tabel 5).

Tabel 5. Rerata komponen hasil tanaman kedelai di masing-masing kabupaten.

Lokasi Varietas ∑ Polong

Isi ∑ Polong hampa Berat 100 biji (g) Provitas (ton/ha)

Mukomuko Tanggamus 52 2 10,3 1,1 Seluma Anjasmoro 37,3 22.8 14,8 1,8 Argomulyo 20,5 43.3 16,2 0,5 Rejang Lebong Anjasmoro 24,3 26,5 15,3 0,4 Argomulyo 28,6 43,3 16,8 0,6 Deskripsi Tanggamus 11,0 1,22 Anjasmoro 16,0 1,5 – 2 Argomulyo 14,8-15,3 2,03 - 2,25

(25)

16

Salah satu tujuan kegiatan demfarm kedelai pada tahun 2013 adalah menyebarluaskan varietas unggul spesifik lokasi kepada petani, maka hasil panen yang diperoleh dari beberapa lokasi kegiatan diupayakan untuk dijadikan benih yang akan disebarluaskan kepada petani untuk ditanam pada musim tanam berikutnya. Dari hasil panen diperoleh calon benih varietas Anjasmoro sebanyak 1,6 ton dan varietas Argomulyo sebanyak 200 kg. Jenis varietas yang disebarluaskan berdasarkan preferensi petani dan permintaan dinas/instansi terkait. Berdasarkan minat dan kesukaan terhadap varietas maka masih didominasi oleh varietas Anjasmoro. Adapun Penyebaran benih/calon benih kedelai ke petani dan dinas/instansi terkait disajikan pada Tabel 6 berikut: Tabel 6. Daftar penyebaran benih sumber kedelai ke petani dan dinas/instansi

terkait.

No Varietas Jumlah (kg) Benih Kelas Lokasi

1 Anjasmoro 75 FS Dinas Pertanian dan BP2KP

Kab. Mukomuko

2 Anjasmoro 660 FS Dinas Pertanian Kab. Rejang Lebong

3 Anjasmoro 600 FS Petani Desa Sukaraja, Kab. Seluma

4 Anjasmoro 30 FS Petani Desa BP-II, Kab.

Seluma

5 Anjasmoro 60 FS Petani Desa Maras, Kab.

Seluma

6 Anjasmoro 15 FS Petani Kab. Kepahiang

7 Anjasmoro 10 FS Petani Kab. Bengkulu Selatan

8 Anjasmoro 15 FS Petani Desa Sukaraja, Kab.

Seluma

Jumlah 1.465

Jenis benih yang telah disebarluaskan adalah varietas Anjasmoro sebanyak 1.465 kg, kelas benih foundation seed (FS). Dari Tabel 6 ditampilkan bahwa lokasi dan jumlah benih yang tersebar adalah Dinas Pertanian dan BP2KP Kabupaten Mukomuko sebanyak 75 kg, Dinas Pertanian Kabupaten Rejang Lebong 660 kg, petani Desa Sukaraja Kabupaten Seluma 600 kg, petani Desa Bukit Peninjauan II (BP-II) Kabupaten Seluma 30 kg, petani Desa Maras Kabupaten Seluma 60 kg, petani Kabupaten Kepahiang 15 kg, petani Kabupaten Bengkulu Selatan 10 kg dan petani Desa Sukaraja Kabupaten Seluma 15 kg.

(26)

17

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Keragaan pertumbuhan dan hasil demfarm di beberapa Kabupaten menunjukkan bawah varietas Anjasmoro, Argomulyo dan Tanggamus mempunyai potensi dan peluang untuk dikembangkan dikembangkan secara luas di Provinsi Bengkulu dengan pertumbuhan dan produktivitas cukup baik. Produktivitas varietas Anjasmoro kisaran 0,5-1,8 ton/ha dan varietas Argomulyo kisaran 0,4-0,6 ton/ha. Sedangkan varietas Tanggamus 1,1 ton/ha.

2. Komponen teknologi PTT kedelai pada lokasi kegiatan demfarm diterapkan berdasarkan kebutuhan dan kemampuan petani kooperator, dari 11 komponen teknologi dasar dan pilihan yang diterapkan sebanyak 9 komponen (81,8 %), sedangkan yang belum diterapkan sebanyak 2 komponen (18,2 %) yaitu teknologi pengendalian OPT secara terpadu dan pemberian bahan organik.

3. Benih/calon benih yang sudah tersebar kepada petani dan dinas/instansi terkait sebanyak 1.465 kg dengan rincian sebagai berikut: Dinas Pertanian dan BP2KP Kabupaten Mukomuko sebanyak 75 kg, Dinas Pertanian Kabupaten Rejang Lebong 660 kg, petani Desa Sukaraja Kabupaten Seluma 600 kg, petani Desa Bukit Peninjauan II (BP-II) Kabupaten Seluma 30 kg, petani Desa Maras Kabupaten Seluma 60 kg, petani Kabupaten Kepahiang 15 kg, petani Kabupaten Bengkulu Selatan 10 kg dan petani Desa Sukaraja Kabupaten Seluma 15 kg.

4. Masih rendahnya produktivitas tanaman kedelai pada beberapa lokasi kegiatan demfarm dipengaruhi oleh adanya serangan hama/penyakit, musim tanam, pemilihan lokasi yang belum sesuai dan petani kurang kooperatif.

5.2. Saran

Pemilihan lokasi dan petani kooperator perlu memperhatihan aspek teknis dan non teknis seperti pengalaman petani dalam budidaya tanam kedelai.

(27)

18

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto,T. 2007. Kedelai Penebar Swadaya, Jakarta.

Adnyana, M.O. dan K. Kariyasa. 1997. Fungsi Pertumbuhan Produksi: Kajian Penentuan Tahun Pelandaian Pertumbuhan Produksi Komoditas Pertanian. Warta Informatika Pertanian. Vol. 7 No. 1.

Badan Litbang Pertanian. 2005. Kumpulan Teknologi Unggulan pendukung PRIMA TANI. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 75 p.

BPS Provinsi Bengkulu. 2010. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bappeda dan BPS Provinsi Bengkulu. Bengkulu 402 p.

Ditjen Tanaman Pangan. 2008. Pedoman Umum: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan SL-PTT. Dirjen Tanaman Pangan. 72 p.

Lim, E. 1997. Pola kemitraan menuju swasembada kedelai. K. Agro Manunggal. Jakarta.

Manwan, I., Sumarno, S. Karama, dan A.M. Fagi. 1990. Teknologi peningkatan produksi kedelai di Indonesia. Laporan Khusus, Pen./02/89. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Sumarno dan A.G. Manshuri. 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi Kedelai di Indonesia, Dalam Kedelai Tehnik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

(28)

19

ANALISIS RESIKO

Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan. Dengan mengenal resiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 7 dan 8).

Tabel 7. Daftar resiko pelaksanaan Demfarm tahun 2013.

No. Resiko Penyebab Dampak

1. VUB yang akan di implementasikan tidak tersedia

VUB lambat dikirim dari UPBS Balitkabi

Permintaan VUB yang sangat banyak di UPBS Balitkabi

Tabel 8. Daftar Penanganan Resiko

No. Resiko Penyebab Penanganan

1. VUB yang akan di implementasikan tidak tersedia

VUB lambat dikirim dari UPBS Balitkabi Melakukan koordinasi dengan UPBS Balitkabi mengenai pengiriman benih

(29)

20

JADWAL KERJA

No Uraian kegiatan 1 2 3 4 5 6 Bulan 7 8 9 10 11 12

1 Penyusunan RDHP

2 Penyusunan/pembahasan perbaikan RODHP 3 Koordinasi

4 Pelaksanaan 5 Laporan bulanan 6 Laporan tengah tahun 7 Laporan akhir tahun

(30)

21

PEMBIAYAAN

A. Rencana Anggaran Belanja (RAB)

No Jenis Pengeluaran Volume Satuan Harga (Rp.000)

Jumlah Biaya (Rp.000)

1 Belanja Bahan

 ATK, komputer suply, bahan informasi dan pelaporan

 Bahan pertemuan (apresiasi, temu lapang, temu informasi) dan bahan pendukung lainnya

 Konsumsi dalam rangka temu lapang, sosialisasi, validasi, akurasi data 1 paket 1 paket 100 OH 1.500 39.120 40 1.500 39.120 4.000 Jumlah 44.620

2 Honor output kegiatan

 UHL

 Honor Petugas Lapang

200 OH

5 OH 100.000 35.000 7.000 500

Jumlah 7.500

3 Belanja Barang non Operasional Lainnya

 Pengiriman benih 1 paket 10.500 10.500

Jumlah 10.500

4 Belanja perjalanan lainnya

 Perjalanan daerah 12 OH 365.000 4.380

Jumlah 4.380

Total 67.000

B. Realisasi Anggaran

No No Jenis Pengeluaran Realisasi Anggaran (Rp) Persentase keuangan (%) Persenta se Fisik (%) 1 Belanja Bahan

 ATK, komputer suply, bahan informasi, dan pelaporan

 Bahan pertemuan (apresiasi, temu lapang, temu informasi) dan bahan pendukung lainnya

 Konsumsi dalam rangka temu lapang, sosialisasi,

1.500.000 16.936.875 0 100 43 0 100 50 0

(31)

22 validasi, akurasi data

2 Honor output kegiatan

 UHL

 Honor Petugas Lapang

3.150.000

500.000 100 45 100 68 3 Belanja Barang non

operasional Lainnya

 Pengiriman benih

10.423.500 99 100

4 Belanja perjalanan lainnya

 Perjalanan daerah

4.015.000 91,7 100

(32)

23

PERSONALIA

No Nama/NIP Jabatan Fungsional/ Bidang keahlian Jabatan dalam Kegiatan Uraian Tugas Alokasi waktu (jam/mi nggu)

1 Yong Farmanta, SP M,Si

19790116 200312 1 002 Peneliti Petama/ iklim dan tanah Penjab 1. Mengkoordinir kegiatan mulai perencanaan sampai pelaporan. 20 2 Yulie Oktavia, SP 19790721 200912 2 001 PNK/ Budidaya Tanaman Anggota 1. Menyusun intrumen pengumpulan data 2. Menyusun laporan lapangan 15 3 Yesmawati, SP 19760912 200912 2 001 Peneliti Pertama/ Sosial Ekonomi Pertanian Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalam perencanakan, pelaksanaan, dan pelaporan 15

(33)

24

LAMPIRAN

Lampiran 1:

Gambar kegiatan penanaman (Tanggal 15 Juni 2013) dan keragaan pertumbuhan tanaman kegiatan Demfarm Kedelai di Kab. Kaur.

(34)

25 Lampiran 2:

Gambar kegiatan penanaman (Tanggal 9 Juni 2013) kegiatan Demfarm Kedelai di Kab. Rejang Lebong.

(35)

26 Lampiran 3:

Gambar kegiatan Demfarm Kedelai di Kab. Seluma.

Lobang tanam dan jarak tanam (16-17 Juli 2013)

Penanaman (16-17 Juli 2013)

(36)

27

Lanjutan...

UMUR 1 MST (25 Juli 2013)

Umur 15 HST (3 Agustus 2013)

(37)

28

Lanjutan...

UMUR 36 HST (23 Agustus 2013)

(38)

29 Lampiran 4:

Gambar kegiatan Demfarm /Display Varietas Unggul Baru (VUB) Kedelai di lokasi Gelar Teknologi dalam rangka mendukung kegiatan PEDA KTNA ke-14 Provinsi Bengkulu di Kabupaten Mukomuko.

Kegiatan penanaman

Kegiatan pemumbunan

(39)

30

Lanjutan....

Kegiatan pengamatan OPT

Keragaan pertumbuhan tanaman

Gambar

Tabel 1. CP/CL dan luas lahan kegiatan demfarm kedelai.
Tabel 2.  Distribusi  lokasi  dan  luasan kegiatan demfarm  di  5  kabupaten  Provinsi  Bengkulu tahun 2013
Tabel 3. Tanggal tanam kedelai kegiatan demfarm di masing-masing kabupaten.
Tabel 5. Rerata komponen hasil  tanaman kedelai di masing-masing kabupaten.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem reproduksi wanita dalam kehamilan lazim disebut dengan Obstetri, yang dalam arti sempit diartikan sebagai cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang kehamilan,

2) Sigsign, yaitu sesuatu yang sudah terbentuk dan dapat dianggap sebagai representemen, tetapi belum berfungsi sebagai tanda. 3) Legisign, yaitu sesuatu yang sudah

 peserta memerlukan pelayanan kesehatan ruukan &in*kat ;anutan atas indikasi medis sesuai den*an sisitem ruukan yan* diatur dalam ketentuan peraturan

Skripsi yang berjudul “Studi Fasies Pengendapan Formasi Bayah dan Formasi Batuasih Daerah Pasir Bende, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat” ini, disusun sebagai

Berdasarkan pemaparan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pengaruh pembelajaran lintas minat Ekonomi terhadap prestasi belajar Ekonomi

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui indikator alami dari

INOVASI PRODUK ROTI GORENG ISI KACANG HIJAU (SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI DAGING DARI PROTEIN NABATI) SKRIPSI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bahwa Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Pengadilan Negeri Cibinong Kelas I A Tahun 2017 adalah merupakan laporan pengukuran kinerja dan evaluasi secara