• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK KOMODIFIKASI PENGETAHUAN TRADISIONAL DALAM BIDANG KESEHATAN SEBAGAI DAYA TARIK WELLNESS TOURISM DI KAWASAN PARIWISATA UBUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK KOMODIFIKASI PENGETAHUAN TRADISIONAL DALAM BIDANG KESEHATAN SEBAGAI DAYA TARIK WELLNESS TOURISM DI KAWASAN PARIWISATA UBUD"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KOMODIFIKASI PENGETAHUAN TRADISIONAL DALAM BIDANG KESEHATAN SEBAGAI DAYA TARIK WELLNESS TOURISM DI KAWASAN

PARIWISATA UBUD

Penelitian ini bertujuan untuk membahas terjadinya komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellness tourism di Kawasan Pariwisata Ubud. Hasil penelitian diuraikan dalam beberapa jawaban terhadap rumusan rumusan masalah yaitu: 1) Bentuk-bentuk komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellnes tourism di Kawasan Wisata Ubud, 2) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellnes tourism, 3) implikasi dari komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellnes tourism di Kawasan Pariwisata Ubud.

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Penentuan informan dilakukan secara snoball sampling dengan jenis data kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan skunder yang selanjutnya diolah menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellness tourism yang terjadi di Kawasan Pariwisata Ubud terdiri dari beberapa bentuk yaitu komersialisasi, profanisasi dan modernisasi. Bentuk komersialisasi ditandai dengan adanya penataan tempat, pengkemasan produk dan pemasaran atau promosi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkembangan komodifikasi ini meliputi faktor ekonomi, tren pariwisata dunia, keterbukaan masyarakat Ubud terhadap inovasi dan Ubud sebagai daerah tujuan wisata populer. Selanjutnya implikasi yang ditimbulkan dari adanya perkembangan komodifikasi pengetahuan tradisional ini meliputi implikasi terhadap berkembangnya pariwisata kesehatan, implikasi terhadap perkembangan ekonomi yang meliputi peningkatan lapangan pekerjaan dan meningkatnya pendapatan pelaku wisata. Implikasi terhadap sosial budaya terdiri dari perubahan tren konsumsi masyarakat terhadap wellness product dan revitalisasi terhadap pengetahuan tradisional.

(2)

ABSTRACT

COMMODIFICATION TRADITIONAL KNOWLEDGE IN THE FIELD OF HEALTH AS A WELLNESS TOURISM ATTRACTION IN THE UBUD

TOURISM REGION

This research are discusses about commodification of traditional knowledge in the health as a wellness tourism attraction in the Tourism Region of Ubud, which described in some answers of the formulation from the problems are: 1) The forms of commodification of traditional knowledge in the health as a tourism wellnes attraction in the tourist area of Ubud, 2) the factors which caused the commoditization of traditional knowledge in the health as a tourism wellness attraction, 3) the implications of the commodification of traditional knowledge in the health as a tourism wellnes attraction in Ubud Tourism Region.

The methods used to analyze the data in this research is descriptive qualitative method with qualitative data. Source of data used primary and secondary data wich obtained through multiple the data collection techniques as well as in-depth interviews, observation, documentation studies and literature studies. The determination of informants through snowball sampling.

The results showed that the development of the commodification of traditional knowledge in health as wellness tourism attraction that occurred in Ubud Tourism Region is composed of several forms of commercialization, profanisation (desecration) and modernization. Form of commercialization characterized by the arrangement of the place, packaging of wellness products and marketing or promotion. The influence factor to the development of this commodification include economic factors, the trend of world tourism, community openness to innovation and the region of Ubud as a popular tourist destination. Furthermore, the implications arised from the development of the commoditization of traditional knowledge include implications for the development of wellness tourism, the implications for economic growth include increasing employment and rising incomes for the tourism actors. While the social and cultural implications are the changing trends of consumption of wellness products by the local people and the revitalization of traditional knowledge.

(3)

RINGKASAN TESIS

Kawasan Pariwisata Ubud merupakan salah satu kawasan pariwisata di Bali yang sejak lama telah dikenal sebagai kawasan pariwisata budaya. Pada awal perkembangannya, Ubud lebih dikenal karena wisata budaya khususnya seni lukis. Bahkan seni lukis masih terus berkembang sampai saat ini dengan variasi dan tema yang semakin banyak. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan pariwisata dunia yang diikuti dengan munculnya beragam tren pariwisata baru turut mendorong berkembangnya bentuk-bentuk pariwisata baru salah satunya yang terjadi di Ubud adalah berkembanya wellness tourism. Dari sekian banyak produk wellness tourism yang ada di Ubud Spa dan yoga memiliki perkembangan yang paling pesat, bahkan keduanya sering digabung menjadi paket wellness yang saling melengkapi. Perubahan tren pariwisata ini juga telah mendorong terjadinya komodifikasi pengetahuan tardisional kususnya dibidang kesehatan sebagai daya tarik wellness tourism. Terjadinya komodifikasi ini juga telah mendorong ditampilkannya kembali beragam pengetahuan tradisional yang semakin menghilang dari kehidupan masyarakat walaupun dengan tampilan yang lebih modern dan bersifat komersial.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini dibahas tentang komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellness tourism dengan menjawab sejumlah pertanyaan yang di formulasikan sebagai berikut: (1) Bagaimana bentuk-bentuk komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellnes tourism di Kawasan Wisata Ubud?, (2) Mengapa terjadi komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellnes tourism di Kawasan Wisata Ubud?, (3) Bagaimana implikasi dari komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellnes tourism di Kawasan Pariwisata Ubud?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan kajian terhadap komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellness tourism di Kawasan Pariwisata Ubud Kabupaten Gianyar serta menjelaskan bentuk-bentuk komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellnes tourism, faktor penyebab terjadinya komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellnes tourism dan implikasi komodifikasi pengetahuan tradisional sebagai daya tarik wellnes tourism di Kawasan Pariwisata Ubud.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan studi dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan teori komodifikasi, teori invention of tradition dan teori pariwisata

(4)

alternatif. Teori komodifikasi digunakan untuk menganalisis bentuk-bentuk komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellness tourism. Teori invention of tradition digunakan untuk menganalisi faktor prnyebab terjadinya komodifikasi dan teori pariwisata alternative digunakan untuk menganalisis implikasi perkembangan komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellness tourism.

Bentuk-bentuk komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan dibahsa dalam tiga bagian yaitu komersialisasi, profanisasi/desakralisasi dan modernisasi. Komersialisasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan terjadi dengan tujuan bisnis dan orientasi untuk meraih keuntungan, sehingga mendorong pergeseran fungsi pengetahuan tradisional dari fungsi sosial menjadi fungsi ekonomi. Sebelum dikembangkan dan dikemas sebagai produk wisata, beragam pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan dipelajari kemudian di gunakan oleh para pelaku (praktisi kesehatan tradisional) untuk menolong orang-orang disekitar atas dasar prinsip matetulung (saling menolong) dengan tujuan kemanusiaan serta digunakan juga untuk menjaga kesehatan diri (self healty prevention). Tetapi setelah berubah menjadi produk yang komersial, fungsi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan yang sebelumnya digunakan untuk menolong sesama atas dasar menyama braya (persaudaraan) kini beralih menjadi prinsip yang berdasarkan profit oriented (berorientasi keuntungan) secara ekonomi. Guna meningkatkan kesan komersial penataan juga dilakukan terhadap berbagai unsur dalam kegiatan wellness tourism seperti penataan tempat yang dibuat dengan visualisasi sangat menarik bagi konsumen, pengkemasan produk yang dibuat sesuai dengan tren dan kebutuhan pasar dan kegiatan promosi untuk meningkatkan penjualan wellness product.

Bentuk profanisasi atau desakralisasi berupa pergeseran dari nilai sakral menjadi nilai profan yang turut mempengaruhi praktik pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan yang dulunya selalu dihubungkan dengan kegiatan spiritual serta dipandang tenget (keramat) kini telah mengalami pergeseran kearah aktivitas yang bernilai bisnis. Pada masa yang lalu keahlian yang dimiliki praktisi dipersepsikan sebagai anugerah dari leluhur atau kekuatan adikodrati lainnya sehingga dikenal istilah balian kapican (bersumber dari anugerah) atau katakson (memiliki kekuatan supranatural). Selain itu mereka juga diwajibkan untuk melakukan praktik ritual serta mengikuti berbagai pantangan. Tetapi dengan adanya komodifikasi, perinsip ini telah berubah bahkan pengetahuan tradsional dapat dipelajari oleh siapa saja yang berkeinginan melalui berbagai sumber tanpa harus mengikuti praktik-praktik ritual dan pantangan tertentu.

Selanjutnya modernisasi pengetahuan tradisional berupa perubahan bentuk kearah yang lebih modern dan dapat diterima oleh konsumen. Para praktisi semakin

(5)

kreatif dalam mengembangakan berbagai produk wellness serta mengkombinasikan pengetahuan tradsional yang ada dengan beragam pengetahuan modern serta menggunakana berbagai peralatan modern yang dapat membantu dalam menciptakan wellness product yang menarik bagi para konsumen.

Komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellness tourism dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi, tren pariwisata dunia, keterbukaan masyarakat terhadap inovasi dan Ubud sebagai daerah tujuan wisata populer. Manfaat ekonomi yang ditawarkan oleh perkembangan wellness tourism telah mendorong masyarakat utamanya praktisi untuk mengkemas menjadi produk wisata yang dapat mendatangkan manfaat secara ekonomi. Perkembangan komodifikasi ini juga didorong oleh perkembangan tren pariwisata dunia ke arah wellness tourism sehingga Kawasan Pariwisata Ubud yang merupakan salah satu pusat pariwisata Bali turut mendapat pengaruh dalam perkembangan pariwisata jenis ini. Berkembangnya komodifikasi yang terjadi begitu pesat juga didukung oleh sikap masyarakat Ubud yang selalu terbuka dalam menerima berbagai perkembangan dan inovasi. Komodifikasi pengetahuan tradisional dipandang masyarakat sebagai sesuatu yang memberikan manfaat yang positif sehingga secara terbuka mereka dapat menerimanya. Disamping itu, berkembangnya wellness tourism yang terjadi dengan sangat pesat juga dipengaruhi oleh citra Kawasan Pariwisata Ubud yang sejak lama telah menjadi kawasan pariwisata favorit bagi wisatawan domestik maupun dari manca negara.

Komodifikasi pengetahuan tradisional memberikan implikasi terhadap perkembangan dan eksistensi pariwisata. Saat ini Ubud telah berkembang lebih jauh tidak hanya sebagai kawasan yang menawarkan eksotisme kebudayaan tetapi juga menjadi tujuan utama wisata kesehatan atau wellness tourism. Bahkan nama Ubud kian melambung di kancah internasional sebagai pusat pariwisata kesehatan di Bali yang ditandai dengan beragam penghargaan yang diraih terutama pada bidang Spa. Hal ini tidak lepas dari potensi yang dimiliki Ubud dalam bidang wisata kesehatan sehingga masyarakat dapat mengembangkan wellness product dengan sangat variatif. Implikasi juga terjadi terhadap perkembangan ekonomi, dimana manfaat dari adanya perkembangan komodifikasi ini tidak hanya dirasakan oleh para praktisi, melainkan oleh masyarakat lain seperti pemasok barang-barang kebutuhan wellness tourism. Bahkan perkembangan ini juga mampu membuka peluang kerja dan usaha bagi masyarakat sehingga saat ini banyak sekali masyarakat Ubud yang mengembangkan usaha di bidang wellness tourism. Kemudian implikasi lain dari perkembangan komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan terjadi pada bidang sosial budaya. Dari aspek sosial perkembangan komodifikasi ini telah mempengaruhi pola konsumsi masyarakat lokal terhadap wellness product, dimana sebelum terjadi komodifikasi masyarakat sangat enggan memanfaatkan pengetahuan tradisional dalam kehidupan

(6)

sehari-hari, bahkan konsumennya cenderung berasal dari masyarakat kelas ekonomi rendah. Sedangkan, setelah menjadi kemasan pariwisata masyarakat justru semakin tertarik untuk menggunakan pengetahuan tradisional hasil kemasan ini dan bahkan konsumennya cenderung berasal dari masyarakat dengan ekonomi kelas atas. Sedangkan dari aspek budaya, perkembangan komodifikasi ini mampu menjadi langkah dalam merevitalisasi kembali budaya masyarakat vterutama di bidang pengetahuan tradisional yang sebelumnya mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Dengan terjadinya komodifikasi, kebudayaan yang sebelumnya kurang diminati dapat dikemas lebih menarik dan sesuai dengan perkembangan masyarakat modern.

(7)

DAFTAR ISI

Judul ... i

Daftar Isi ... xiv

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Tabel ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN ... 12

2.1 Tinjauan Pustaka ... 12

2.2 Konsep ... 17

2.3 Landasan Teori ... 24

2.4 Model Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 35

3.1 Pendekatan Penelitian ... 35

3.2 Lokasi Penelitian ... 37

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5 Instrumen Penelitian ... 42

3.6 Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 44

4.1 Kondisi Geografis Kawasan Pariwisata Ubud ... 44

4.1.1 Perkembangan Pariwisata di Kawasan Pariwisata Ubud ... 47

(8)

4.2 Daya Tarik Pariwisata di Kawasan Pariwisata Ubud ... 55

4.3 Perkembangan Wellness Tourism di Kawasan Pariwisata Ubud ... 56

BAB V BENTUK-BENTUK KOMODIFIKASI PENGETAHUAN TRADISIONAL DALAM BIDANG KESEHATAN SEBAGAI DAYA TARIK WELLNESS TOURISM DI KAWASAN PARIWISATA UBUD ... 61

5.1 Komersialisasi ... 61 5.1.1 Penataan Tempat ... 67 5.1.2 Pengkemasan Produk ... 71 5.1.3 Promosi ... 73 5.2 Profanisasi ... 83 5.3 Modernisasi ... 89

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KOMODIFIKASI PENGETAHUAN TRADISIONAL DALAM BIDANG KESEHATAN SEBAGAI DAYA TARIK WELLNESS TOURISM ... 94

6.1 Faktor Ekonomi ... 94

6.2 Tren Pariwisata Dunia ... 96

6.3 Keterbukaan Masyarakat Terhadap Inovasi ... 100

6.4 Ubud Sebagai Daerah Tujuan Wisata Populer ... 106

BAB VII IMPLIKASI KOMODIFIKASI PENGETAHUAN TRADISIONAL SEBAGAI DAYA TARIK WELLNES TOURISM DI KAWASAN PARIWISATA UBUD ... 109

7.1 Implikasi terhadap Perkembangan Pariwisata ... 109

7.2 Implikasi terhadap Ekonomi ... 115

7.2.1 Peningkatan Lapangan Pekerjaan ... 116

(9)

7.3 Implikasi Sosial Budaya ... 123

7.3.1 Perubahan Tren Konsumsi Masyarakat Lokal Terhadap Produk Wellness Tourism ... 124

7.3.2 Revitalisasi Pengetahuan Tradisional ... 126

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 133

8.1 Simpulan ... 133

(10)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Model Penelitian ... 34

3.1 Peta Kabupaten Gianyar ... 38

4.1 Lukisan Karya Rudlof Bonet dan Walter Spies ... 50

5.1 Tampilan Tempat Pada Pusat Wellness ... 68

5.2 Produk Spa ... 72

5.3 Bagian Informasi Pada Pusat Wellness ... 76

(11)

DAFTAR TABEL

5.1 Perbandingan Praktik Pengetahuan Tradisional dalam Bidang Kesehatan Sebelum dan Sesudah Mengalami Proses

Komersialisasi ... 82 5.2 Perbandingan Praktik Pengetahuan Tradisional dalam Bidang

Kesehatan Sebelum dan Sesudah Mengalami Proses

Profanisasi ... 88 5.3 Perbandingan Praktik Pengetahuan Tradisional dalam Bidang

Kesehatan Sebelum dan Sesudah Mengalami Proses

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan Pariwisata Ubud merupakan salah satu kawasan pariwisata yang sejak lama telah dikenal sebagai pusat pariwisata budaya di Bali. Beranekaragam kesenian dan tradisi yang masih terpelihara di dalam masyarakatnya membuat daerah ini begitu kaya dengan sumber daya budaya. Kekayaan sumber daya budaya ini juga membuat Ubud dinobatkan sebagai pusat kegiatan pariwisata budaya di Bali yang sangat populer baik di kalangan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Berkat kebudayaan, Ubud juga mendapat beberapa sebutan seperti “Kota Seni” dan “Desa Tradisional” di Bali.

Pada awal perkembangan pariwisatanya, Ubud sangat terkenal melalui kebudayaan terutama seni lukisnya. Kemahiran masyarakat Ubud di dalam seni imajinasi juga telah mampu menarik minat para pelukis asing untuk datang bahkan sudah dimulai sejak tahun 1920-an. Neka (1992, dalam Pastika 2009:1-4) menjelaskan bahwa pelukis-pelukis asing yang pernah tinggal beberapa waktu atau menetap di Bali khususnya di Ubud beberapa di antaranya yaitu Walters Spies, Rudolf Bonnet, Arie Smit dan Antonio Blanco. Pelukis-pelukis barat tersebut memiliki peran yang cukup besar dalam perkembangan seni lukis di Bali khususnya Ubud.

Pelukis Walters Spies menetap di Desa Ubud mulai tahun 1927 dan kemudian disusul oleh Rudolf Bonnet pada tahun 1929. Kedua seniman itu membangun studionya di Ubud atas bantuan Tjokorda Gde Agung Sukawati seorang bangsawan dari Puri Ubud,

(13)

yang selanjutnya membentuk organisasi Pita Maha. Walters Spies dan Rudolf Bonnet banyak bergaul dengan seniman lokal dan sering bertukar gagasan dengan beberapa pelukis di Ubud seperti Wayan Togog (1893-1956), I Made Griya (1897-1934), Ida Bagus Kembeng (1897-1952), Tjokorda Oka Gambir (1893-1972), Ida Bagus Anom (1898-1972), I Gusti Nyoman Lempad (1862-1978), Anak Agung Gede Sobrat (1909-1992) dan Anak Agung Gede Meregeg (1907). Selanjutnya kedua seniman barat ini memperkenalkan gaya lukisan mereka dengan tema yang lebih luas contohnya menggunakan fenomena kehidupan sehari-hari sebagai objek dalam lukisan. Perkembangan seni lukis inilah yang mendorong pesatnya perkembangan pariwisata budaya di Ubud yang bahkan masih terkenal sampai saat ini.

Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan pariwisata dan perubahan tren perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan juga turut berpengaruh terhadap perkembangan berbagai produk pariwisata di Ubud. Belakangan ini Ubud tidak hanya dikenal sebagai kawasan pariwisata budaya, tetapi Ubud justru muncul sebagai salah satu pusat pariwisata yang saat ini tengah berkembang pesat yaitu wellness tourism. Saat ini hampir setiap sudut di Kawasan Pariwisata Ubud dapat dijumpai pusat-pusat wellness tourism.

Menurut Kaspar (dalam Utama, 2011:2), Wellness tourism pada konsep bisnis pariwisata adalah sub bagian dari health tourism sederajat dengan bisnis pariwisata lainnya. Health tourism dikategorikan menjadi illness prevention tourism dan spa/convalescence tourism. Health and wellness tourism termasuk pada illness prevention tourism yang di dalamnya dikategorikan menjadi jasa kesehatan dan jasa kebugaran. Sedangkan menurut Barre (2005, dalam Utama 2011:2) wellness dapat

(14)

digambarkan sebagai sebuah proses dimana individu membuat pilihan dan terlibat dalam kegiatan dengan cara mempromosikan mengarahkan gaya hidup yang sehat, yang pada gilirannya berdampak positif bagi kesehatan individu itu sendiri.

Dari sekian banyak produk wellness tourism yang ada di Ubud, spa dan yoga menjadi produk yang muncul dengan perkembangan yang paling pesat. Bahkan kedua jenis kegiatan wellness tourism ini banyak yang menampilkan hasil kemasan (komodifikasi) pengetahuan tradisional (PT). Adanya unsur-unsur pengetahuan tradisional inilah yang menyebakan nama Ubud semakin populer dalam kegiatan wellness tourism dunia. Menurut The Jakarta Post (dalam Darmawijaya 2011:2) Bali sebagai destinasi wisata health and wellnesstelah memiliki nama yang populer sebagai salah satu destinasi wellness khususnya di bidang spa dan telah meraih predikat The Best Destination spa in Asia pada Asia spa and Wellness Festival Gold Award di Bangkok dan The Best spa di dunia oleh Berlin Based Fitness Magazine Sense spa dan Annual International Tourism Bourse (ITB), Berlin pada tahun 2009.

Selain itu Bali juga memiliki potensi yang sangat besar atas kedua aset wellness tourism yaitu (1) Existing assets for health and wellness tourism di antaranya natural asset, indigenous healing tradition, medical service,nature, serta spiritual tradition dan (2) Use of existing assets di antaranya leisure and recreation, medical or therapeutis hotel and clinic spa, medical or surgical clinic or hospital, medical wellness centre or spa, holistic retreat, hotel dan resort spa (Utama, 2011: 2-4)

Lebih lanjut Widjaya (2010:3) juga mengemukakan, salah satu produk utama wellness yaitu spa di Bali tumbuh dengan jumlah melebihi 160% dalam waktu 8 tahun. Terhitung sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2011 teridentifikasi ada sekitar 410 spa

(15)

yang beroperasi dan tersebar di pusat-pusat aktivitas wisata. Di antara beberapa kawasan wisata tersebut, Ubud berperan dan berkontribusi secara aktif sebagai host dalam meyediakan sarana spa dengan jumlah sekitar 97 usaha sejenis.

Peningkatan tren wellness tourism khususnya spa juga mendorong terjadinya inovasi berbagai produk terutama di bidang kesehatan yang lebih tepatnya adalah terjadinya komodifikasi terhadap aset lokal terutama pengetahuan tradisional masyarakat di bidang kesehatan dan pengobatan tradisional di antaranya pijat, urut dan ramuan tradisional lainnya. Pada bisnis spa teknik pijat, urut dan produk pendukungnya seperti ginger dan herbal tonic hampir sebagian besar merupakan hasil komodifikasi dari pengetahuan kesehatan tradisional yang dikemas menjadi bentuk modern. Sementara pengetahuan untuk pijat dan urut tradisional dikemas menjadi Bali massage atau traditional massage. Pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan berupa barang yang sudah dikomodifikasi seperti boreh atau cenana menjadi Balinese lulur, Balinese spa oil dan Balinese traditional scrub. Loloh dan ramuan lainnya telah dikemas menjadi Balinese herbal tonic, ginger dan sebagainya. Begitu juga dalam kegiatan yoga yang banyak dikombinasikan dengan spa dan sering disebut dengan kegiatan healing dimana kegiatan spa dipadukan dengan yoga atau teknik meditasi kuno. Teknik-teknik yoga klasik seperti meditasi juga banyak dikombinasikan dengan teknik-teknik modern dan teknik yoga dari berbagai daerah atau negara seperti India dan Tibet sehingga menjadi kemasan dengan berbagai sebutan yang inovatif dan cocok untuk produk wisata.

Pesatnya perkembangan wellness tourism di Ubud juga tidak lepas dari adanya tren perkembangan wisata global. Belakangan ini wellness tourism semakin berkembang pesat hampir di seluruh dunia. Menurut Smith dan Puczk ó (2009, dalam

(16)

Utama 2011:4) Perkembangan health and wellness tourism tidak dapat diragukan lagi. Pada tingkat global dan regional untuk health and wellness tourism (medical service, leisure and recreation spa, medical surgical clinic, medical wellness centers atau spa) menyebar hampir merata di beberapa kawasan seperti Eropa, Amerika, Asia, dan Australia serta Selandia Baru. Sementara pada sisi yang lain, kebutuhan atau permintaan akan destinasi yang alami dan mampu menjadi tempat untuk melakukan “healing” atau penyembuhan justru menjadi tren yang merata hampir di semua kawasan dunia.

Sementara Ubud yang memiliki aset alam, budaya dan pengetahuan tradisional masyarakat di bidang kesehatan turut berkembang dengan begitu pesatnya menjadi pusat wellness tourism. Selain itu terkenalnya Kawasan Pariwisata Ubud sebagai kawasan wellness tourism juga tidak terlepas dari adanya peran dari salah satu praktisi pengobatan tradisional (balian) yang namanya saat ini telah mendunia yaitu Ketut Liyer. Ia sangat terkenal sebagai guru spiritual sekaligus penyembuh (healer) dengan menggunakan teknik-teknik dan pengetahuan pengobatan tradisional. Selain itu Ketut Liyer juga memiliki kemampuan meramal dengan membaca garis tangan (palming). Pada tahun 2006 ia pernah sukses meramal salah seorang penulis asal Amerika Serikat yaitu Elizabeth Gilbert. Berawal dari kesuksesannya inilah akhirnya nama Ketut Liyer mulai dikenal dan akhirnya menjadi sebuah produksi film Hollywood tentang pencarian makna cinta berjudul “Eat Pray Love” yang mengambil lokasi di Kawasan Pariwisata Ubud. Film tersebut turut melibatkan Ketut Liyer sebagai bagian dari pemeran film yang digambarkan sebagai tokoh spiritual Bali yang membantu memberikan perasaan damai kepada tokoh utama yang diperankan oleh Julia Robert. Berkat film ini nama Ketut Liyer sangat terkenal di dunia internasional sehingga banyak

(17)

sekali wisatawan dari berbagai latar belakang yang penasaran dan datang ketempatnya untuk datang berobat atau minta diramal. Bahkan beberapa dari mereka datang untuk memuaskan rasa penasaran maupun ingin sekedar mencoba jenis wisata ini.

Adanya kegiatan pariwisata dan dampak yang dibawa oleh film “Eat Pray Love” telah mendorong kearifan lokal untuk bangkit kembali. Tidak hanya Ketut Liyer, saat ini semakin banyak muncul daya tarik wisata dalam bidang kesehatan yang menggunakan pengetahuan tradisional sebagai daya tariknya. Bahkan dalam kegiatan wellness tourism saat ini tidak hanya menampilkan pengetahuan spiritual dan supranatural, tetapi mencakup pengetahuan tradisional yang lain di antaranya teknik-teknik pengobatan tradisional seperti yang banyak di tampilkan dalam produk spa dan yoga.

Fenomena di atas memberikan gambaran bahwa perubahan tren wisata ke arah wisata kesehatan membantu mendorong perkembangan wellness tourism terutama di Kawasan Pariwisata Ubud. Perkembangan ini juga telah mendorong terjadinya komodifikasi pengetahuan tradisional yang sebelumnya dianggap kurang bermanfaat bagi masyarakat seperti boreh dan loloh menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi. Menjadikan pengetahuan tradisional sebagai daya tarik wisata seperti yang dilakukan Ketut Liyer akan mampu membantu kelestarian pengetahuan tradisional itu sendiri. Semakin banyaknya wisatawan yang datang untuk melakukan kegiatan wisata alternatif terutama yang terkait dengan pengatahuan tradisional akan mampu memotivasi masyarakat untuk menjaga kearifan lokal yang mereka miliki. Melalui sentuhan pariwisata, pengetahuan tradisional akan mampu memberikan keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat. Selain itu, karena tren wisata seperti ini bersifat pariwisata

(18)

alternatif maka akan mampu mendorong kepariwisataan Bali ke arah berkelanjuatan baik secara sosial budaya, lingkungan dan ekonomi.

Walaupun secara umum Bali menerapkan konsep pariwisata budaya tetapi secara konseptual pariwisata budaya bertumpu pada potensi budaya sebagai sumber yang sangat potensial bagi kehidupan masyarakat. Bahkan msyarakat menciptakannya dengan tujuan agar mendapatkan manfaat untuk kelangsungan hidup mereka. Dengan demikian (Mantra, 1991: 4) menjelaskan bahwa budaya sebagai modal dasar mempunyai pengertian dan fungsi normatif dan operasional. Konsep pariwisata budaya diharapkan antara budaya dan ekonomi pariwisata dapat saling mengisi dan menikmati keuntungan. Industri pariwisata tidak hanya diartikan dari sisi ekonomi saja, namun memiliki implikasi yang lebih luas dan mencakup keuntungan sosial budaya begitu juga sebaliknya. Sejalan dengan itu, Mantra (1991:4) menekankan bahwa dalam memuat program pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan diharapkan mampu meningkatkan keseimbangan karakter. Terkait dengan ini, munculnya wellness tourism yang mengusung kembali kekayaan tradisional dalam bentuk kemasan baru dan dikomodifikasi sedemikian rupa akan mampu di dalam menyeimbangkan kelestarian budaya dengan ekonomi.

Meskipun munculnya model pariwisata seperti ini sering dikaitkan dengan berbagai bentuk komodifikasi terhadap kebudayaan yang cenderung diorientasikan memberikan implikasi negatif terutama jika dihubungkan dengan perubahan nilai autentisitas dari budaya itu sendiri. Adanya komodifikasi selalu dianggap mengarah pada komersialisasi budaya serta terjadinya produksi massal terhadap kebudayaan akibatnya nilai yang terkandung dalam suatu budaya tidak lagi dianggap unik. Terlebih lagi Ubud

(19)

yang selama ini menjadi sentra pariwisata Budaya di Bali. Terjadinya komodifikasi ini tentu akan melahirkan bentuk-bnetuk baru dari kebudayaan itu sendiri. Apalagi budaya tersebut memang sengaja dikemas untuk kepentingan ekonomi.

Adanya kekhawatiran yang dirasakan oleh masyarakat selama ini tentang dampak terjadinya komodifikasi kebudayaan memang beralasan. Karena adanya komodifikasi terutama untuk kepentingan pariwisata telah banyak mempengaruhi nilai autentisitas kebudayaan masyarakat. Tetapi jika dicermati lebih dalam, mungkin akan berbeda halnya dengan komodifikasi terhadap pengetahuan tradisional yang juga merupakan bagian dari budaya masyarakat dan selama ini mulai dipandang kuno serta ditinggalkan masyarakat. Dengan adanya kpmodifikasi justru mampu menggali kembali kebudayaan-kebudayaan masyarakat yang selama ini mungkin sempat hilang. Apalagi pengetahuan tradisional di bidang kesehatan yang sudah luput dari perhatian masyarakat akibat dari perkembangan jaman. Maka dengan adanya komodifikasi sepertinya akan mampu mengembalikan kembali kebudayaan-kebudayaan yang sempat menghilang. Berdasarkan atas hal tersebut maka sangatlah perlu untuk digali kembali dan diperkenalkan kepada masyarakat terutama para generasi penerus kebudayaan agar hal-hal semacam ini tidak hilang secara total. Dengan demikian adanya komodifikasi pengetahuan tradisional khususnya untuk wellnes tourism sebenarnya memberikan harapan agar segala bentuk kekayaan intelektual ini tidak hilang digerus perubahan, melainkan tetap bertahan dalam bentuk yang inovatif dan menyesuaikan dengan jaman. Maka dalam hal ini dibutuhkan kajian yang komperhensif untuk dapat menjelaskan keterkaitan antara komodifikasi dengan kelestarian budaya yag selama ini selalu dipandang berbanding terbalik.

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam kajian ini akan difokuskan pada semakin berkembangnya fenomena komodifikasi pengetahuan tradisional di bidang kesehatan sebagai daya tarik wisata di Kawasan Pariwisata Ubud. Permasalahan tersebut akan dibahas secara komperhensif dengan menjawab sejumlah pertanyaan penelitian yang diformulasikan sebagai berikut.

1. Bagaimana bentuk-bentuk komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellnes tourism di Kawasan Pariwisata Ubud?

2. Mengapa terjadi komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellnes tourism di Kawasan Pariwisata Ubud?

3. Bagaimana implikasi dari komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellnes tourism di Kawasan Pariwisata Ubud?

1.3 Tujuan

Berdasarkan atas rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi tujuan umum dan khusus sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan kajian terhadap komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellness tourism di Kawasan Pariwisata Ubud Kabupaten Gianyar.

(21)

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menjelaskan bentuk komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellnes tourism di Kawasan Pariwisata Ubud.

2. Menjelaskan penyebab terjadinya komodifikasi pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan sebagai daya tarik wellnes tourism di Kawasan Pariwisata Ubud 3. Menjelaskan implikasi komodifikasi pengetahuan tradisional sebagai daya tarik

wellnes tourism di Kawasan Pariwisata Ubud.

1.4 Manfaat

1. Manfaat akademis penelitian ini yaitu dapat digunakan sebagai media dalam mempelajari, mengaplikasikan konsep pariwisata dan menambah khasanah ilmu pariwisata warisan budaya dan wisata alternatif sehingga mampu dijadikan sebagai bahan refrensi dalam penelitian lain yang memiliki tema maupun lokasi yang sama. 2. Manfaat praktis penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

masyarakat, para pelaku pariwisata dan penyusun kebijakan di bidang pariwisata, khususnya wellness tourism, serta pihak yang berkompeten di bidang pelestarian warisan budaya, khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan tradisional dalam bidang kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

Penyediaan energi dengan mendayagunakan biomassa sebagai bahan baku yang berasal dari limbah pertanian dan mendayagunakan lahan lain yang kurang produktif merupakan solusi

Selain itu juga terdapat variabel kemacetan lalu lintas dimana variabel ini merupakan inti dari permasalahan sistem yang diteliti, variabel rencana pembangunan busway

1) Audit dititikberatkan pada obyek audit yang mempunyai peluang untuk diperbaiki. Sesuai dengan tujuan audit manajemen, yaitu menciptakan perbaikan terhadap

Ide demokrasi ini erat kaitannya dengan pengembangan civil society di Indonesia, khususnya dalam rangka perluasan fungsi dan optimalisasi peran aktif warga negara yang

Pengolahan surat keterangan untuk menikah Pengolahan surat keterangan belum menikah Pengolahan SKCK Pengolahan keterangan pindah WNI Pengolahan surat keterangan

Jika lokasi stasiun pemancar yang akan dibangun terpisah jauh dari stasiun yang sudah ada dan tidak dalam satu arah dengan arah antena penerima penonton televisi, maka

Jangka panjang : Mendapatkan sistem pengeringan gabah menggunakan mesin pengering bahan bakar sekam (BBS) terintegrasi pada penggilingan padi di lahan pasang surut Sumatera

Every element of the brand identity including the color of the logo and the typography on the brand name adds to the personality.. ◦ Brand equity is the value of