• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT DALAM DENGAN JARINGAN SARAF THIUAN

TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro

Nama

No. Mahasiswa

Sofwan Budi Hartana 02524073

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

(2)
(3)

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro

Nama

No. Mahasiswa

Sofwan Budi Hartana 02524073

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

(4)

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro

Nama

No. Mahasiswa

Sofwan Budi Hartana 02524073

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(5)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENDIAGNOSA

PENYAKIT DALAM DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

TUGAS AKHIR

Disusun oleh:

Nama : Sofwan Budi Hartono

No. Mahasiswa : 02 524 073

Yogyakarta, Juni 2007

PembimbingI

Pembimbingll

(6)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENDIAGNOSA

PENYAKIT DALAM DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

TUGAS AKHIR

Disusun oleh :

Nama : Sofwan Budi Hartana

No. Mahasiswa: 02 524 073

Telah Dipertahankan di Depan Sidang Penguji sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro

Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta, Juni 2007

Tim Penguji

Tito Yuwono, ST. Msc

Ketua

Dwi Ana Ratnawati. ST

Anggota I Medilla Kusriyanto, ST Anggota II getahui, T. Elektro Indonesia i n ' > \

(7)

kedua orang tuafyi

atas segala doa dan motivasinya, yang sefaCu BerusaHa memBeri^an

yang ter6ai^6uat^u, serta ^edua saudara^u

^eCuarga 6esar^u dan saudara -saudara^u

para dosen, yang memSeri iCmu dan wawasan

yang sangat Berguna untubjnasa depanfcu

teman-teman^u,

teman-teman <RJSM?L NurJtidayafi,

teman-teman JIQJZS (Basket (Ball

teman-teman ((fin ^fiusus unit 2

semua orang yang seCaCu memSantu

(8)

SI "Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya dia akan

menjadikan baglnya kemudahan dalam urusannya" (Qs.Ath Thalaq : 4).

M Imam JLl-Cjhazali: "Jl^hbq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya

lahiiiah Sermacam-macam perbuatan, Baif^atau 6uru^ tanpa memhutuhkan pemikiran

dan pertimBangan"(Ihya Vlum ad-THn, jilidIII, him 58).

~M Hidup adalah ibadah, niatkan segala perbuatan karena ibadah, maka

hidup akan terasa indah.

SI Kesulitan tidak pernah ada selama kita mau berusaha untuk

(9)

8. Teman-teman Risma Nur Hidayah.

9. Seluruh mahasiswa jurusan Teknik Elektro UII.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat di sebutkan satu-persatu, yang telah

membantu serta memberikan support dan doa.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat kesalahan dan

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan senantiasa penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, harapan penulis semoga Tugas Akhir

ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 2007

Sofwan Budi Hartana

(10)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah serta pikiran yang diberikan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul

"SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENDIAGNOSA

PENYAKIT DALAM DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN". Shalawat dan

salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang

menjadi panutan kita semua hingga akhir zaman.

Adapun maksud dari penyusunan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi

kurikulum S-1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia. Disamping itu untuk menambah pengetahuan terhadap ilmu yang telah dipelajari pada masa perkuliahan untuk diterapkan ke masyarakat.

Dalam penyusunan ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Tito Yuwono, ST., Msc, selaku Kajur Teknik Elektro dan selaku

dosen pembimbing I atas kesediaan waktunya membimbing saya.

2. Ibu Dwi Ana Ratnawati, ST., selaku dosen pembimbing II atas kesediaan

waktunya membimbing saya.

3. Dosen dan karyawan Fakultas Teknologi Industri UII.

4. Kedua orang tua penulis Bapak H. Hartono dan Ibu Hj. Umi jazimah S.Ag yang telah banyak membantu, mendukung dan selalu mendo'akan bagi

penulis.

5. Kedua saudara penulis Mas Taufik Hudi Hartono SE. dan Muhammad Yusuf

Nurrohman atas dukungan, bantuan serta kerja samanya.

6. Teman-teman KKN Khusus Unit 2 Dini, Putra Ade, Danur, Iffah, Ayu kecil,

Ayu gede, Ida, Agung dan semua teman-teman 1 unit.

(11)

Halaman Pengesahan Pembimbing ii

Halaman Pengesahan Penguji iij

Halaman Persembahan iv

Halaman Motto v

Kata Pengantar vj

Daftar Isi viii

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xji

Abstraksi xjv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 5 1.3. Batasan Masalah 6 1.4. Tujuan 7 1.5. Metodologi Penelitian 7

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir 8

BAB II LANDASAN TEORI 10

2.1. Sistem 10

2.2. Sistem Informasi 10

2.3. Sistem Pendukung Keputusan 11

2.4. Jaringan Saraf Tiruan 12

(12)

2.6. Fungsi Aktivasi 18

2.7. Proses Pembelajaran 23

2.8. Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation 24

2.8.1. Arsitektur Backjyropagation 24

2.8.2. Algoritma Backpropagatiori 26

2.8.3. Algoritma Pelatihan Backpropagatiori 27 2.9. Pengolahan Informasi Dalam Jaringan 33

2.10. Prosedur Pengujian 35

2.11. Penyakit Dalam 36

2.12. Borland Delphi 37

BAB III PERANCANGAN SISTEM 39

3.1. Analisis Sistem 39

3.2. Analisis Kebutuhan 39

3.2.1. Inisialisasi Data Input 41

3.2.2. Penetapan Input 45

3.2.3. Penetapan Output 48

3.3. Desain Sistem 48

3.3.1. Perancangan Diagram Konteks 48

3.3.2. Perancangan Basis Data 50

3.3.3. Perancangan Antar Muka Program 51

(13)

4.1. Implementasi 62

4.1.1. Relasi Antar Tabel 63

4.1.2. Implementasi Perancangan Form 66 4.1.2.1. Implementasi Form Splash 66 4.1.2.2. Implementasi Form Login 67

4.1.2.3. Implementasi Form Utama 68

4.1.2.4. Implementasi Form Pelatihan dan Diagnosa 69

4.1.2.5. Implementasi Form Data Pelatihan 73

4.1.2.6. Implemantasi Form Data Penyakit 77

4.1.2.7. Implemantasi Form Data Gejala 78

4.1.2.8. Implemantasi Form Ganti Password 79

4.2. Pembahasan 80 BAB V PENUTUP 88 5.1. Kesimpulan gg 5.2. Saran 38 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ' * ^vr \ Of

siir-ii'l'

Ipliu usr •

Ww\ ••••

(14)

Tabel 3.1. Data 4 Jenis Penyakit Dalam 40 Tabel 3.2. Data Pelatihan dan Variabel Input 47

Tabel 4.1. Input 64

Tabel 4.2. Hasil Pelatihan dengan Fungsi Aktivasi Sigmoid Biner 80 Tabel 4.3. Hasil Pelatihan dengan Fungsi Sigmoid Bipolar 83

(15)

Gambar 2.1. Fungsi aktivasi pada jaringan sederhana 13 Gambar 2.2. Jaringan saraf tiruan dengan lapisan tersembunyi 14

Gambar 2.3. Jaringan single layer 16

Gambar 2.4. Jaringan multi layer 17

Gambar 2.5. Fungsi aktivasi undak biner {HardLimit) 19

Gambar 2.6. Fungsi undak biner {Threshold) 19

Gambar 2.7. Fungsi bipolar {symatrik hard limit) 20

bipolar (dengan threshold) 20

linier (identitas) 21

Gambar 2.10. Fungsi saturating linier 21

Gambar 2.11. Fungsi simetri saturating 22

Gambar 2.12. Fungsi sigmoid biner 22

Gambar 2.13. Arsitektur JST backpropagationfeedforward 25

Gambar 2.14. Diagram alir proses feedforward 28

Gambar 2.15. Diagram alir proses koreksi kesalahan 30

Gambar 2.16. Diagram alir proses perbaikan bobot dan bias 32

Gambar 2.17. Diagram pengujian 35

Gambar 3.1. Diagram konteks sistem 48

Gambar 3.2. Antar muka form login 51

Gambar 3.3. Antar muka form menu utama 52

Gambar 3.4. Antar muka form diagnosa 54

Gambar 3.5. Antar muka form latih JST 55

Gambar 2.8. Fungsi Gambar 2.9. Fungsi

(16)

Gambar 3.7. Antar muka form ubah data pelatihan

58

Gambar 3.8. Antar muka form lihat data pelatihan

59

Gambar 3.9. Antar muka form data penyakit

60

Gambar 3.10. Antar muka form data gejala

60

Gambar 3.11. Antar muka form bantuan

61

Gambar 4.1. Implementasi form splas {openingprogram)

66

Gambar 4.2. Implementasi form login

57

Gambar 4.3. Implementasi form utama

68

Gambar 4.4. Implementasi form pelatihan

70

Gambar 4.5. Implementasi form pengujian

72

Gambar 4.6. Implementasi form tambah data

74

Gambar 4.7. Implementasi form ubah data

75

Gambar 4.8. Implementasi form lihat data

76

Gambar 4.9. Implementasi form data penyakit

78

Gambar 4.10. Implementasi form data gejala

78

Gambar 4.11. Implementasi form ubah password

79

Gambar 4.12. Grafik dan hasil pelatihan dengan fungsi aktivasi sigmoid biner

81

Gambar 4.13. Hasil pengujian dengan fungsi aktivasi sigmoid biner

82

Gambar 4.14. Grafik dan hasil pelatihan dengan fungsi aktivasi sigmoid bipolar

84

Gambar 4.15. Proses pengujian dengan fungsi aktivasi sigmoid bipolar

85

Gambar 4.16. Grafik dan hasil pelatihan dengan fungsi aktivasi bipolar

86

Gambar 4.17. Hasil pengujian sistem dengan fungsi aktivasi bipolar

87

(17)

Dengan berkembangnya teknologi komputerisasi saat ini sudah banyak sistem yang bermunculan, terutama perkembangan perangkat lunak yang perkembangannya sangat

pesat. Pemanfaatan sebuah sistem perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan

merupakan salah satu contoh perkembangan teknologi komputerisasi. Jaringan saraf tiruan merupakan salah satu jenis dari kecerdasan buatan. Dalam tugas akhir ini dikembangkan Sistem Pendukung Keputusan untuk mendiagnosa suatu penyakit dalam dengan Jaringan saraf tiruan. Sistem kerja dari diagnosa ini mengacu pada metode

Backpropagation yang merupakan satu metode dari Jaringan saraf tiruan. Pemilihan

digunakannya metode Backpropagation ini berdasarkan pada algoritmanya yang menerapkan pola pembelajaran dan pelatihan dimana dari proses pelatihan ini pola-pola yang telah dipelajari akan dapat dikenali oleh output. Jika muncul pola baru, maka jaringan akan dapat mengenali pola tersebut dari pola-pola yang sudah ada. Dengan semakin banyak pelatihan maka semakin banyak pola-pola yang dapat dikenali. Dalam sistem dibangun beberapa^ww untuk memudahkan pengoperasian dari sistem. Sebanyak lebih dari \0form akan dibuat untuk melengkapi sistem ini. Hasil penelitian ini adalah berupa software yang dapat mendiagnosa penyakit dalam atau sebagai pendukung keputusan untuk menentukan jenis penyakit dalam. Dari hasil pengujian diagnosa penyakit tingkat keakuratan sistem ini sudah mencapai tingkat hampir 100 %, namun masih ada beberapa penyimpangan, yaitu tidak sesuai dengan data sebenarnya. Diharapkan dengan menambah variasi dalam data pelatihan, maka tingkat penyimpangan dapat ditekan lebih kecil sehingga hasil keluaran yang didapat lebih akurat. Untuk kedepannya diharapkan sistem ini dapat ditambahkan beberapa fitur untuk memudahkan pemakaian dan dapat mendiagnosa penyakit lebih banyak lagi.

(18)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia modern seperti sekarang ini cenderung memiliki pola hidup yang tidak teratur jika dibandingkan manusia pada beberapa puluh tahun yang lalu. Ini dibuktikan dengan daya tahan terhadap segala macam penyakir yang dapat dengan mudah menyerang manusia abad 21 ini. Hal ini dapat dikarenakan pola hidup yang tidak baik dan terlalu banyak mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang mengandung bahan-bahan yang dapat menimbulkan penyakit untuk jangka waktu beberapa tahun kemudian. Jika kita bandingkan konsumsi makanan yang kita konsumsi dengan manusia pada jaman dahulu memang sangat berbeda.

Kemajuan teknologi memaksa manusia tidak perlu untuk memikirkan masalah

makanan namun cenderung mereka lebih memilih makanan yang instant yang lebih praktis dan cepat saji yang sebenarnya dapat menimbulkan efek yang akan merugikan tubuh. Tidak heran apabila manusia sekarang lebih cenderung cepat terjangkit suatu penyakit dan berumur lebih pendek jika dibandingkan dengan manusia jaman dahulu,

(19)

Diantaranya penyakit-penyakit dalam seperti stroke, kanker, paru-paru, ginjal dan beberapa penyakit dalam lainya, yang timbul dari pola hidup dan makanan yang

tidak sesuai aturan.

Kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, makan makanan berpengawet dan penggunaan suplemen serta obat-obatan secara berlebihan tanpa resep dokter, merupakan pola hidup yang akan menimbulkan efek yang negatif bagi tubuh kita.

Memang hal ini tidak akan langsung terasa saat itu juga namun dimasa depan

kemungkinan kita terserang berbagai macam penyakit akan semakin terbuka. Saat umur kita sudah tua dan saat sistem kekebalan tubuh kita sudah tidak sehebat pada waktu muda kita akan rentan untuk terserang berbagai macam penyakit.

Jenis penyakit dalam memang lebih sulit untuk terdeteksi. Hal ini dikarenakan letak dan rasa sakit yang tidak terlihat yaitu didalam tubuh manusia. Perlu dilakukan

beberapa tahap untuk melakukan diagnosa terhadap penyaki-penyakit dalam. Contohnya dengan melakukan foto roncen, yang sebelumnya akan di diagnosa dulu seperti apa sakit yang diderita oleh pasien dan letak dari rasa sakit tersebut, sehingga roncen akan lebih mudah untuk dilakukan. Pengambilan keputusan dari dokter pada saat awal diagnosa jenis penyakit pasien memegang peranan penting, dimana hal ini akan menentukan langkah selanjutnya yang akan diambil untuk penanganan penyakit

(20)

operasi atau penyembuhan dengan obat.

Untuk melakukan diagnosa penyakit dalam seorang dokter tidak boleh asal-asalan, karena hal ini menyangkut kelanjutan nasib dari pasien. Dokter dituntut untuk melakukan diagnosa yang akurat agar pasien dapat langsung diambil tindakan selanjutnya. Penyakit dalam membutuhkan diagnosa yang lebih teliti dan

tepat karena salah diagnosa akan berakibat fatal bagi nyawa pasien, sehingga

dokter harus benar-benar mengerti dan faham betul apa dan bagaimana rasa sakit yang dirasakan pasien. Organ tubuh dalam manusia tidak terdeteksi oleh panca

indra seperti paru-paru, ginjal, hati, lambung dan beberapa organ yang lain. Hal ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah untuk melakukan diagnosa dari suatu penyakit yang diderita oleh pasien. Kadang-kadang gejala yang timbul sama

namun penyakit yang diderita pasien berbeda.

Dokter modern saat sekarang ini lebih maju dengan adanya

penemuan-penemuan teknologi dibidang kedokteran yang semakin memudahkan untuk

melakukan pekerjaan. Diantara perkembangan teknologi yang berkembang sampai saat ini adalah penggunaan perangkat lunak komputer yang dapat membantu dan

bukan menggantikan tugas para dokter.

Dengan perkembangan software tersebut diharapkan dapat membantu mengenali dan mendiagnosa penyakit-penyakit yang diderita oleh pasien. Perkembangan software ini khususnya yang berhubungan dengan Artificial

(21)

cakrawala baru bahwa sebuah komputer dapat berinteraksi seperti halnya manusia.

Tentu saja hal ini tidak semudah yang diharapkan karena perbedaan fisik antara

keduanya. Sebuah komputer dapat berinteraksi selayaknya manusia jika diberi

pengetahuan terlebih dahulu. Dengan pangenalan pola atau objek tertentu maka

komputer tersebut dapat berinteraksi. Diantara objek itu adalah jenis-jenis penyakit pada manusia.

Pengenalan pola atau objek merupakan salah satu teknologi software komputer yang berkembang sangat cepat Hal ini akan sangat berguna jika dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam kehidupan manusia. Untuk mengenali objek atau pola

tersebut akan lebih mudah jika pola tersebut memiliki perbedaan ciri antara jenis

yang satu dengan yang lainya. Sebab perbedaan ciri tersebut akan digunakan sebagai

indikator yang akan disimpan pada basis data untuk mengenal dan membedakan pola

atau objek tersebut. Sebelum pengenalan pola biasanya dilakukan pelatihan terlebih

dahulu untuk mendapat pola objek yang sesuai dengan target. Salah satu metode yang

paling menonjol dalam pemrograman pengenalan objek atau pola adalah Atificial NeuralNetwork atau yang lebih dikenal dengan Jaringan saraf tiruan.

Jaringan saraf tiruan adalah model komputasi yang dapat bekerja seperti sistem

saraf biologis manusia pada saat berhubungan dengan dunia luar saat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Pada dasamya prinsip kerja Jaringan saraf tiruan adalah meniru cara kerja jaringan saraf biologis manusia. Jaringan saraf tiruan merupakan

(22)

perkiraan. Hampir 80% lebih aplikasi berbasis Jaringan saraf tiruan menerapkan metode Backpropagation karena kemudahan dalam menangani pelatihan dan pengujian data.

Tugas akhir ini diharapkan dapat membantu tugas dokter dalam melakukan

pekerjaanya dan bukan untuk menggantikan peran dokter, terutama bagi masyarakat umum dapat sebagai referensi untuk mendiagnosa suatu jenis penyakit dalam yang dia derita dengan cara memasukan input berupa gejala-gejala yang di rasakan kemudian dengan input tersebut nantinya akan dilakukan pembelajaran oleh sistem

Jaringan saraf tiruan yang telah dibangun guna menentukan dan menyimpulkan jenis

penyakit yang diderita. Hal ini juga dapat dilakukan sebagai rujukan sebelum melakukan diagnosa selanjutaya dan sebagai pertimbangan untuk pemeriksaan ke

dokter yang tepat. Sehingga nantinya hal ini akan dapat digunakan sebagai referensi

untuk menentukan jenis penyakit apa yang kita derita.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diambil beberapa identifikasi masalah yang

mendasar yaitu :

1. Adanya kesulitan dalam melakukan diagnosa untuk menentukan jenis

(23)

dokter dan ahli medis tersebut.

2. Kurangnya referensi yang dimiliki oleh dokter dan ahli medis untuk

menentukan suatu jenis penyakit dalam yang diagnosanya memerlukan

keakuratan dan ketelitian yang tepat, baik berupa alat ataupun buku penunjang yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyimpulkan

diagnosa dari jenis penyakit pasiennya.

3. Alat yang terlalu rumit yang tidak mungkin untuk di fahami ataupun dioperasikan oleh penderita suatu penyakit dalam, sehingga tidak dapat

dioperasikan sendiri dirumah dan harus dengan petunjuk dokter serta hams

melakukan diagnosa dirumah sakit untuk mengetahui sakit yang diderita

oleh pasien itu sendiri.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah perlu dilakukan agar tidak terjadi pembahasan yang tidak

berhubungan/atau diluar konteks sehingga mudah untuk di mengerti dengan baik,

adapun batasan masalah pada tugas akhir ini adalah :

1. Penyakit yang dapat di diagnosa perangkat lunak dalam tugas akhir ini

adalah terbatas pada 4 penyakit yaitu: gagal ginjal kronis, tuberkulosis,

(24)

1.4 Tujuan

Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah :

1. Membuat suatu program simulasi yang mampu mendiagnosa beberapajenis

penyakit dalam yang diderita manusia.

2. Untuk mengetahui kinerja dari Jaringan saraf tiruan, khususnya metode

Backpropagation didalam suatu pengolahan sistem informasi.

1.5 Metodologi Penelitian

1. Pengambilan Data

Data diperoleh dari hasil wawancara dengan dokter penyakit dalam di Klinik Apotek Unisia Universitas Islam Indonesia dan studi pustaka berupa buku, artikel, makalah dan tutorial yang tersedia pada website di internet. 2 Studi Pustaka

Pengumpulan data ini digunakan untuk informasi yang berkaitan dengan

proses penyusunan tugas akhir, sehingga dapat digunakan sebagai acuan

untuk membuat proses perancangan.

3. Pemecahan Masalah

(25)

Sistematika penulisan dan pembahasan laporan tugas akhir ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pengantar permasalahan yang dibahas seperti latar

belakang, perumusan masalah, batasan masalah, metodologi penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini membahas dasar teori yang digunakan untuk membangun sistem yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan.

Diantaranya teori tentang sistem, jaringan saraf tiruan, peangkat lunak yang

digunakan dan beberapa jenis penyakit dalam yang akan dideteksi.

BAB III: PERANCANGAN SISTEM

Bab ini membahas tentang perancangan sistem yang akan dibangun

diantaranya meliputi definisi sistem, analisis sistem, analisis kebutuhan, dan

desain sistem. Perancangan ini diantaranya penetapan input dan output,

perancangan algoritma Jaringan saraftiruan, dan perancangan antarmuka. BAB IV : IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN SISTEM

Bab ini membahas tentang implementasi sistem yang dirancang pada bab

(26)

BAB V: PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari sistem yang telah dirancang dan di

implementasikan, kemudian saran yang dipaparkan berkaitan dengan keterbatasan

(27)

LANDASAN TEORI

2.1. Sistem

Sistem dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari dua

atau lebih komponen atau subsistem yang berinteraksi untuk mencapai suatu

tujuan.

2.2. Sistem Informasi

Sistem informasi mempakan suatu sub atau bagian dan sistem. Sistem

informasi sendiri memiliki definisi yaitu suatu sistem didalam suatu organisasi

yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur, dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi

penting, memproses tipe transaksi tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan dasar informasi untuk pengambilan keputusan yang cerdik.

Sistem informasi sendiri memiliki beberapa sub bagian diantaranya:

1. Sistem pengolahan data 2. Sistem informasi manajemen 3. Sistem pendukung keputusan

4. Sistem otomasi kantor

(28)

2.3 Sistem Pendukung Keputusan

Konsep sistem pendukung keputusan pertama kali diungkap awal tahun 1970 dengan istilah Management Decision System. Sistem tersebut adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu mengambil keputusan dalam memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur.

Keputusan adalah tindakan yang diambil sebagai dasar suatu permasalahan,

sedangkan Discision Making adalah proses pemilihan diantara beberapa tindakan

alternatif yang ada untuk mencapai satu atau beberapa tujuan yang telah ditetapkan.

Sistem pendukung keputusan sendiri memiliki definisi yaitu suatu bentuk sistem informasi berbasis komputer yang interaktif, fleksibel dan secara khusus dikembangkan

untuk mendukung suatu penyelesaian dari suatu masalah manajemen yang tidak terstruktur untuk memperbaiki pembuatan keputusan. Sistem pendukung keputusan menggunakan data-data sebagai input dan dengan suatu proses menghasilkan output yang

akan membantu membuat keputusan.

Secara khusus pengambilan keputusan menghendaki sejumlah sasaran dan tujuan, sejumlah alternatif tindakan resiko atau perolehan dari sikap alternatif yang berkaitan dan kriteria pemilihan yang dapat memperhatikan tindakan yang terbaik. Keinginan dan kebutuhan dari setiap orang dinyatakan dalam bentuk tujuan dan sasaran, sehingga tiap

(29)

2.4 Jaringan Saraf Tiruan

Jaringan saraf tiruan mulai dikembangkan sejak tahun 1940. Belum ada definisi

tentang hal ini sehingga Jaringan saraf tiruan merupakan sistem komputasi yang didasarkan atas pemodelan sistem saraf biologis manusia melalui pendekatan dari sifat-sifat komputasi

biologi.

Jaringan saraf tiruan merupakan model sistem komputasi yang bekerja seperti sistem saraf biologis sehingga maksud dari Jaringan saraf tiruan adalah membuat sistem komputasi yang dapat menimkan cara kerja jaringan saraf biologis. Untuk menggunakan Jaringan saraf tiruan ini dibutuhkan pola pembelajaran dan pelatihan dari sistem sehingga dapat mengenali pola-pola masukan yang akan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan yang kita inginkan.

Dari beberapa definisi yang ada Robert Hec Nielsend mendefmisikan Jaringan saraf

tiruan adalah suatu struktur pemrosesan informasi yang terdistribusi dan bekerja secara paralel, yang terdiri dari elemen pemroses (yang memiliki memori lokal dan beroperasi dengan informasi lokal) yang terkoneksi bersama dengan alur sinyal searah yang disebut

koneksi.

Pada dasarnya jaringan saraf biologis sendiri terdiri dari banyak elemen pemroses

yang disebut neuron, sel atau simpul yang setiap sel saraf tersebut saling berhubungan satu

dengan yang lain, menggunakan sel komunikasi yang teratur dengan suatu bobot penghubung. Jaringan saraf tiruan mempunyai sifat yang sama seperti dimiliki jaringan saraf

biologis pada manusia antara lain :

(30)

2 Kenyan untuk melakukan p_ ^ ^ ^

^ ^ ^

pengalaman yang dimilikinya

3. KemampU3„ meraisahkan (afam>wfaf) ^

^

^ ^ ^

mengandung dam yang dibutuhkan dan yang tidak d,butunkan

Janngan saraf tiruan (^^^.^ ^ ^ ^ ^ ^ ^

donnas, yang karaktensttk k,„e,anya „„, jar|ngan ^ ^ ^

^

beberapa keadaan. mengenal pola serta fungsi-fungs, la.nnya

Jaringan sarafnruan dikarakteristikan dengan :

1 Pola konekst antar neuron (areitektur)

2 Metode tnenentukan bobo, pada koneksi <pMbn aUu pembdajaran ^^

3. Fungsi aktivasinya

—an -*. sua, „euro„. Perabatean ,„, sanga( berkaian dengM

-upakan fungs, akttvas, ya„g pal|„g senng ^km^ ^

^ ^

(31)

Pada gambar diatas, neuron mengolah Ninput (X, X x

&

input (Xj, x2, X3,

xn) yang masing-masing

y x

memiliki bobot W,, W2, ..., Wn dan bobot b.as bdengan rumus :

2

i=l

a = ^ XjW;

delta b = alpha *galat

b(baru) = b(lama) + delta b

ftmgsi aktivasi Fakan mengaktivasi (a) menjad, o^janngan (y).

Fungsi aktivas, pada Jaringan saraftiruan dengan lapisan tersembunyi

pada gambar dibawah :

Input

Output

(2.0)

lebih komplek seperti

Gambar 2.2 Janngan SarafT.ruan Dengan Lap.san Tersembunyi

Janngan saraft,ruan pada gambar terd.n atas ,,ga s.mou, awal X„ X2, dan X3 yang

d,sebu, u„„ ,„„„,, varlabel zd|sebu, un|( Kreembuny| (mdm) ^ ^ ^^^ ^ ^^

Y2 d.sebu, urn, oulpul Masmg.mas.ng u„„ mpu, x„ X2 dan x3 yang terhubung ke u„„

bMden Zmem,„k, bobot V„ V2 dan V,. ,„p„,Jaringan (zJn) ^ „., ^ z^

(32)

z_in =Xj V,+ X2V2+ X3V3

(2 1)

Aktivasi ypada unit hidden Zdihasilkan dan in/*,/jaringan (z_in) dengan

z=/(z_in). fungsi aktivas, Zbempa fungsi sigmoid f(x) ditunjukan pada persamaan

1

f(z_in) =

1+ exp(-zin) (2.2)

Sinyal aktivasi Zpada unit Zdikirim ke unit output Y, dan Y2. Unit hidden Zyang

terhubung ke unit output Y, dan Y2 dan memiliki bobot W, dan W2

Input jaringan YJn, dan Y_,n2 pada mas.ng-masing unit output Yl dan Y2 adalah

jumlah terbobot dan sinyal aktivas, Yterhadap bobot-bobot V, dan V2 yang ditunjukan

pada persamaan berikut:

Y in, = zWi

~ '

J

(2.3)

^n2=zW2

(24)

Aktivas, Yl dan Y2 dihasilkan dar, input janngan Y=f(y_m) dan dltunjukan pada

persamaan berikut:

f(y_m!)= 1

l+exp(-y_in,) f(y_,n2)

l+exp(-y_m2)

Hastl dar, fungsi Y, dan Y2 akan d.gunakan untuk mencari gala, mmmum yang dltunjukan

pada persamaan berikut:

/(y_ inj =f(y__,nl){] -f(y__inl)}

(2 ?)

/(y_in2) =f(y_,n2) {1 -f(y_in2)}

(2 g)

(2.5)

(33)

2.5 Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan

Konstruksi dari Jaringan saraf tiruan terdiri atas beberapa komposis, yang harus ada

dalam setiap Jaringan saraf tiruan. Janngan saraf tiruan memiliki bentuk-bentuk aisitektur

jaringan yang terbagi atas : 1. Single layer net

Janngan Single layer merupakan satu laporan koneksi bobot. Bobot koneksi

unit tersebut dapat dibedakan menjad, unit input yang menenma sinyal atau isyarat

dan luar, dan unit output yang merespon janngan sehingga dapat dibaca. Dalam

janngan Single layer setiap unit input mempunyai hubungan dengan unit-unit output

tetapi tidak berhubungan dengan unit input yang lain, dan unit-unit output tidak

mempunyai hubungan dengan unit output yang lain. Bobot untuk satu output

mempengaruh, bobot untuk unit output yang lain, yang ditunjukan pada gambar

berikut:

Input Output

(34)

2. Multi layer

Jaringan multi layer adalah suatu janngan dengan satu atau lebih lapisan

simpul (dmamakan hidden unit) diantara unit input dan unit output. Janngan multi

layer merupakan satu lapisan bobot-bobot yang diantara dua level unit yang

berdekatan atau perbatasan {input, hidden .output). Jaringan multi layer dapat

menyelesaikan lebih banyak permasalahan yang rumit dibandingkan jaringan single

layer. Dalam beberapa kasus pelatihan dan janngan multi layer akan lebih berhasil,

karena janngan ini memungkinkan untuk menyelesaikan masalah yang tidak dapat

dilatih pada janngan single layer. Bentuk arsitektur janngan ini dapat dilihat pada

gambar berikut: Input Keterangan : X = Unit Input Y = Unit Output Z = Unit Hidden Output

(35)

V = Neuron dari X ke Z (bobot v)

W = Neuron dari Z ke Y (bobot w) 3. Competitive layer

Competitive layer merupakan bagian dan Jaringan saraf tiruan. Jaringan ini tidak

banyak dibahas dalam buku-buku tentang Jaringan saraf tiruan. Bentuk dari lapisan

competitive merupakan bagian dari jumlah yang besar pada Jaringan saraf tiruan.

Pada dasamya hubungan antara neuron satu dengan yang lain pada lapisan

kompetitiftidak ditunjukan secara arsitektur pada beberapa jaringan saraf.

2.6 Fungsi Aktivasi

Seperti yang telah dijelaskan dibagian sebelumnya, operasi dasar dari Jaringan saraf

tiruan meliputi penjumlahan bobot sinyal input dm menghasilkan suatu output, atau fungsi

aktivasi. Ada beberapa fungsi aktivasi yang senng digunakan dalam Jaringan saraf tiruan

antara lain :

a. Fungsi Undak Biner{hard Limit)

Jaringan saraf tiruan dengan lapisan tunggal senng menggunakan fungsi undak

untuk mengkonversi input dan suatu label variabel yang bernilai kontinue ke

(36)

Y =

{ 0 , jikax<0

1, jika x > 0

Gambar 2.5 Fungsi Aktivasi Undak Biner {HardLimit)

b. Fungsi Undak Biner {Threshold)

Merupakan fungsi undak biner dengan menggunakan nilai ambang yang sering

disebut dengan nama fungsi nilai ambang {Threshold) atau fungsi Heafisida.

Fungsi ini dirumuskan sebagai berikut:

fy

0, jika x < 0

Y =

1, jika x > 0

0 0 x

Gambar 2.6 Fungsi Undak Biner {Threshold)

c. Fungsi Bipolar {Symatrik Hard Limit)

Fungsi bipolar sebenarnya hampir sama dengan fungsi undak biner, hanya saja

output yang dihasilkan berupa angka 1,0 dan -1, fungsi ini dirumuskan :

(37)

1, Jika x> 0 y = K 0, Jika x 0 1, Jika x < O ik 1 0 1 -1

Gambar 2.7 Fungsi Bipolar {Symatrik Hard Limit)

d. Fungsi Bipolar (Dengan Threshold)

Fungsi bipolar sebenarnya hampir sama dengan fungsi undak biner dengan

Threshold, hanya saja output yang dirumuskan bempa 1, 0 dan -1. fungsi bipolar

(dengan nilai ambang 0) dirumuskan sebagai berikut:

1, Jika x>0

Y

{.;

-1, Jika x< 0

-1

Gambar 2.8 Fungsi Bipolar (Dengan Ihresshold)

e. Fungsi Linier (Identitas)

Fungsi linier memiliki nilai output yang sama dengan nilai inputnya. Fung

linier dirumuskan sebagai berikut:

(38)

Gambar 2.9 Fungsi Linier (Identitas) f. Fungsi Saturating Linier

Fungsi ini akan bemilai 0 jika inputnya kurang dari - V2 dan akan bernilai 1 jika

inpumya lebih dari !/2 Sedangkan jika nilai input terletak antara - Vi dan V2 maka

output akan bemilai sama dengan nilai inputnya

1, Jikax>0

X+0.5, Jika -0.5 <_x<_0.5 1-1, Jika x <-0.5

-0.5 0 0.5

Gambar 2.10 Fungsi Saturating Linier g. Fungsi Symetric SaturatingLinier

Fungsi ini akan bemilai -1 Jika inputnya kurang dari -1 dan akan bernilai 1 jika

inputnya lebih dan 1, sedangkan jika input terletak antara -1 dan 1 maka

(39)

Gambar 2.11 Fungsi Simetri Saturating Linier

h. Fungsi SigmoidBiner

Fungsi ini digunakan untuk Jaringan saraf tiruan yang dilatih dengan

menggunakan metode Backpropagation. Fungsi sigmoid biner nilai pada range 0

sampai dengan 1. Oleh karena itu fungsi ini senng digunakan untuk Jaringan

saraf tiruan yang membutuhkan nilai outputnya yang terletak pada interval 0

sampa, 1. Fungsi ini bisa juga digunakan oleh janngan yang nilai outputnya 0

atau 1.

Fungsi sigmoid biner dapat didefinisikan sebagai berikut:

y =fx (x)

1+ e- (2.9) Turunannya adalah y'=/'(*>= —,

(l+e y

(2io)

y'=/1'(x) =^(x){l-^(x)}(zll)

(40)

2.7 Proses Pembelajaran

Jaringan saraf tiruan dalam penggunaanya memerlukan suatu algoritma belajar yaitu, bagaimana sebuah konfigurasi Jaringan saraf tiruan dapat dilatih untuk mempelajari data

histories yang ada. Dengan pelatihan ini pengetahuan yang terdapat pada data dapat diserap

dan direpresentasikan oleh harga-harga bobot koneksi. Ada tiga jenis algorima

pembelajaran, yaitu :

1. Supervised Training

Pelatihan dilakukan dengan menyajikan suatu deret pola-pola atau vektor-vektor

dimana pola-pola tersebut terhubung dengan output target {output yang diinginkan). Kemudian bobot-bobot tersebut disesuaikan berdasarkan algoritma pelatihan. Pada proses pembelajaran, satu pola input akan diberikan ke satu neuron pada lapisan

input, pola ini akan dirambatkan sepanjang jaringan hingga sampai ke neuron pada

lapisan output. Lapisan output ini akan membangkitkan pola output yang nantinya akan dicocokan dengan pola output targetnya. Jika terjadi perbedaan antara pola

output hasil dengan hasil pembelajaran dengan pola outputtarget, maka akan muncul error, jika nilai error cukup besar mengidentifikasikan bahwa perlu dilakukan proses

pembelajaran kembali.

2. Unsupervised Training

Tidak perlu dilakukan suatu pelatihan data untuk menghubungkan antara

vektor-vektor input dengan vektor-vektor output target. Jadi yang disediakan hanya suatu deret vektor-vektor input, tanpa adanya vektor-vektor target. Jaringan hanya melakukan

penyesuaian bobot hingga vektor-vektor input yang serupa atau mirip akan

(41)

3. Fixed Weight Nets

Pada jaringan ini penentuan bobot dilakukan untuk menentukan batasan maksimal

dan minimalnya dengan demikian bobot koneksi tidak akan pernah berubah.

2.8 Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

Jaringan Backpropagation merupakan salah satu model Jaringan saraf tiruan yang

paling populer. Pada jaringan Backpropagation tidak terdapat hubungan dua arah tetapi

selama pelatihan kesalahan hasil perhitungan digunakan lagi pada proses awal.

Backpropagation merupakan jenis supervised learning dimana output jaringan

dibandingkan dengan target yang diharapkan. Sehingga diperoleh error output. Pada

Backpropagation ada dua tahap dalam putaran learningnya, yaitu untuk merambatkan pola

input melalui jaringan dan untuk menyesuaikan outputnya, dengan mengubah bobot pada

jaringan.

Error pada output menentukan perhitungan kesalahan pada lapisan hidden yang

digunakan sebagai dasar penyesuaian bobot antara layer input dengan lapisan hidden. Proses

iterasi akan berhenti setelah kesalahan mencapai minimum.

2.8.1 Arsitektur Backpropagation

Karakteristiknya Jaringan saraf tiruan Backpropagation ditentukan oleh pola

hubungan antar neuron (arsitektur). Arsitektur dasar yang paling banyak digunakan pada

Backpropagation adalah feedforward yang mempakan jenis supervised training, yaitu

janngan yang hubungan dari lapis input sampai lapis output mempunyai arah maju.

Feedforward backpropagation memiliki jumlah pasangan pola terbatas yang memuat pola

(42)

input dan kebutuhan atau target pola output. Pola dibenkan pada input layer, disini neuron

melewati aktivasi pola ke layer neuron berikutnya yaitu hidden layer. Output dari hidden

layer diperoleh dengan menggunakan bias dan fungsi threshold (ambang batas) dengan

menentukan aktivasi dari bobot dan input. Output hidden layer menjadi input pada lapis

output, yang memproses input dengan menggunakan bias dan fungsi threshold. Output akhir

dari jaringan ditentukan oleh aktivasi dari output layer.

Hasil perhitungan output aktual {output yang dihitung) dibandingkan dengan pola

target output, kemudian dihitung error untuk setiap komponen output dan dilakukan

penyesuaian bobot antara hidden layer dan output layer. Perhitungan yang sama masih

didasarkan pada error output, dibuat untuk menyesuaikan bobot antara input layer dan

hidden layer. Prosedur ini diulang untuk setiap pasangan pola yang ditentukan untuk

pelatihan jaringan. Arsitektur Backpropagation dapat dilihat pada gambar

S....t...t

Gambar 2.13 Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Feedforward

Arsitektur Backpropagation yang diperlihatkan pada gambar diatas merupakan

(43)

Backpropagation dapat memiliki lebih dari satu layer. Jumlah simpul atau node terhubung

pada input layer dan output layer ditentukan dan jumlah pola-pola input dan pola-pola

output.

Unit-unit output dan unit-unit hidden masing-masing memiliki bias. Bias pada unit

output Yk dmotasikan sebagai Vok dan bias pada unit hidden Z] dilambangkan dengan Wok.

2.8.2 Algoritma Backpropagation

Pelatihan pada Backpropagation Neural Network meliputi tiga tahap :

a.

Pelatihan umpan maju pola-pola input {Feedforward)

Dalam proses feedforward setiap unit input (X,) akan menenma sebuah sinyal dan

memancarkan sinyal tersebut ke unit-unit hidden Z,, Z2,

,Zp Setiap unit hidden

melakukan perhitungan terhadap fungsi aktivasi dan menginmkan sinyal (Zj) ke setiap

unit output. Setiap unit output (Yk) melakukan perhitungan terhadap fungsi aktivasinya

dan memberikan sinyal output (Yk) yang merupakan respon jaringan tersebut dan

setiap pola-pola input yang diberikan.

b.

Perhitungan terhadap error {Backpropagation)

Selama pelatihan setiap unit output membandingkan aktivasi output yang dihasilkan

Yk dengan nilai target Tk untuk menentukan kesalahan yang berhubungan dengan

pola-pola pada unit tersebut. Berdasarkan pada kesalahan ini, besaran koreksi

kesalahan dk (k = 1, 2,

, m) dapat dihitung dan digunakan untuk

mendistribusikan kesalahan yang terdapat pada unit output Yk ke semua unit pada

(44)

Koreksi kesalahan dk digunakan untuk memperbaiki bobot-bobot antara output layer

dan hidden layer. Dengan cara yang sama, besaran dj (j = 1, 2,

p) dihitung pada

setiap unit hidden Zy Koreksi error d} tidak digunakan untuk mengirimkan kesalahan

ke input layer, tetapi digunakan untuk memperbaiki bobot-bobot antara hidden layer

dan input layer.

c. Penyesuaian Bobot

Setelah semua besaran koreksi error d ditentukan, secara bersamaan bobot untuk

semua layer disesuaikan. Penyesuaian terhadap bobot Vjk (dari unit hidden Z] terhadap

unit output Yk) berdasar pada besaran dk dan aktivasi Z} dari unit hidden Zy

Penyesuaian terhadap bobot Wjj (dari unit input X: terhadap unit hidden Zj) berdasar

pada besaran d] dan aktivasi Xx dari unit Xv Setelah pelatihan selesai, aplikasi dari

jaringan hanya membutuhkan prosesfeedforward untuk menghasilkan output.

2.8.3 Algoritma Pelatihan Backpropagation

Fungsi aktivasi menjadi salah satu penentu dalam pelatihan Jaringan saraf tiruan

dengan algoritma backpropagation standar. Sebelum proses pelatihan yang terdiri dari tiga

tahap dimulai, pertama ditentukan dulu bobot awal secara acak dan toleransi kesalahan

minimum. Bobot awal ini nantinya akan dnnisialisasi dan digunakan pada proses

feedforward awal, sedangkan proses selanjutnya menggunakan bobot-bobot yang telah

mengalami perbaikan. Toleransi kesalahan minimum (s) berfungsi sebagai pembatas

berulangnya proses iterasi dalam suatu pelatihan yang akan terus berulang sehingga

diperoleh koreksi kesalahan yang sama dengan atau lebih kecil dan toleransi kesalahan

(45)

minimum karena pada awal perhitungan koreksi kesalahan menggunakan bobot awal secara

acak. Diagram alir prosesfeedforward diperlihatkan pada gambar berikut:

Start

Baca pola pelatihan

Inisialisasi bobot tiap lapisan

Kerjakan persamaan 2.10 dan 2.11 untuk

menentukan output pada aktivasi input

Kerjakan persamaan 2.12 dan 2.13 untuk

menentukan output pada aktivasi hidden

End

Gambar 2.14 Diagram alir Proses Feedforward

Langkah-langkah dari prosesfeedforward dapat ditentukan sebagai berikut: Langkah 0 : Inisialisasi bobot dengan nilai acak terkecil.

Langkah 1 : Selama kondisi berhenti belum terpenuhi, laksanakan langkah 2

(46)

Langkah 2 Langkah 3

Langkah 4

Langkah 5

: Untuk tiap pasangan pelatihan, kerjakan langkah 3 sampai 8.

: Setiap unit input (Xx, I = 1,...,n) menerima sinyal input X, dan mengirimkan sinyal tersebut pada unit selanjutnya {hidden layer) Z.. Setiap unit hidden (Zj, j = 1,... ,p) menjumlahkan sinyal-sinyal

terbobotnya :

Z_in/-u'oy+ ]T XjWjj

(2.12)

Kemudian menerapkan fungsi aktivasinya untuk menghitung sinyal

output :

Zj = f(zJrij)

(2.13)

Dan mengirimkan sinyal ini pada semua unit pada lapis selanjumya

{output layer).

Setiap unit output (Yk, k = 1,2,3.., m) menjumlahkan sinyal input

terbobot:

t

yjnk = wok + > ZjWjk ./=i

(2.14)

Dan terapkan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output

Yk =f(y_ink)

(2.15)

Pada gambar dibawah ditunjukan diagram alir proses koreksi

(47)

Start

\ r

Kerjakan persamaan 2.17 untuk menentukan koreksi kesalahan

^

Kerjakan persamaan 2.18 dan 2.19 untuk menentukan koreksi bobot bias

^

Kerjakan persamaan 2.20 untuk

menentukan aktivasi dari koreksi kesalahan output

i r

Kerjakan persamaan 2.21 untuk

menentukan koreksi kesalahan hidden

"

Kerjakan persamaan 2.22 dan 2.23 untuk

menentukan koreksi bobot dan bias input

1f

End

Gambar 2.15 Diagram Alir Proses Koreksi Kesalahan

Langkah 6 : Pada tiap unit output (Yk, k = 1,2,3..,m) menerima pola output target

yang bersesuaian dengan pola input pelatihan, untuk menghitung kesalahannya :

(48)

kemudian menghitung besar koreksi bobotnya (untuk memperbaiki

Yik):

Av,A- = a8,x,

(2.18)

Selanjutnya menghitung besar koreksi biasnya yang akan digunakan

untuk memperbaiki v„;:

Avoj=adj

(2i9)

Dan mengirimkan 5k ke unit-unit sebelumnya.

Langkah 7

:Pada tiap unit hidden (zj, j = 1,

, p) jumlahkan input deltanya

(dari unit layer selanjutnya/output layer)

m

8>,-= X 8*v*.

(2.20)

Kemudian hasil ini akan digunakan untuk menghitung besar informasi

kesalahan :

Sj =8_injf'(zjnj)

(2.21)

Selanjutnya menghitung besar koreksi bobotaya untuk memperbaiki

Awv =adkzj

(2 22)

Dan hitung koreksi biasnya untuk memperbaiki wo/ :

(49)

Pada gambar 2.15. ditunjukan diagram alir dari proses perbaikan bobot dan bias dari unit input dan unit hidden.

Start

Kerjakan persamaan 2.24 dan 2.25 untuk memperbaiki bobot dan bias

Kerjakan persamaan 2.26 dan 2.27 untuk

memperbaiki bobot dan bias input

tidak ' ya Simpan bobot '' End

Gambar 2.15 Diagram Alir Proses Perbaikan Bobot dan Bias

Langkah 8 : Setiap unit output (yk, k = 1, , m) diperbaiki bias dan bobotnya :

Vjk(new) = Vjk(old) + Avjk

(2.24)

vok(new) = vok(old) + Avok (2.25)

dimana (j = 1, , p)

masing-masing unit hidden (zp j = 1,

, p) diperbaiki bias dan

(50)

Wij(new) =w,j(old) +AWlJ

(2.26)

woj(new) =woj(old) +Awoj

(2.27)

dimana (I = 1, , n)

Langkah 9

:Proses berhenti ketika koreksi

kesalahan {error) mencapai

minimum.

Suatu jangka waktu (epoh) adalah satu set putaran vektor-vektor pelatihan. Beberapa

epoh diperlukan untuk pelatihan Jaringan saraf tiruan Backpropagation. Dalam

algoritma ini dilakukan perbaikan bobot setelah masing-masing pola pelatihan

disajikan. Setelah pelatihan selesai bobot yang telah mengalami perbaikan tersebut

disimpan dalam sistem.

2.9 Pengolahan Informasi Dalam Jaringan

Ketika struktur Jaringan saraf tiruan berhasil dibuat, informasi sudah dapat diproses.

Dalam jaringan terdapat beberapa elemen pokok yang berperan dalam pengolahan informasi

yaitu :

1. Masukan

Setiap masukan bersesuaian dengan sebuah atribut tunggal. Nilai suatu atribut

mempakan masukan pada janngan. Beberapa tipe data dapat digunakan sebagai

masukan, tetapi hams diingat bahwa operasi pada jaringan hanya dapat mengolah masukan yang bempa angka. Jika ada masukan yang melibatkan atribut yang bersifat kualitatif ataupun gambar/citra, maka hams diproses dulu dalam

(51)

2. Keluaran

Keluaran janngan mempakan penyelesaian masalah, Jaringan saraf tiruan

memberikan nilai-nilai numens dalam menanggapi keluaran. Misal 1 untuk

menyatakan benar (True) dan 0untuk menyatakan salah (False). Untuk janngan

yang memiliki banyak vektor keluaran sering digunakan kombinasi biner untuk

arsitektur dan algoritma tertentu d.kenal dengan istilah "keluaran aktual" dan

keluarannya diinginkan. Keluaran aktual adalah hasil proses janngan pada suatu

penode tertentu. Sedangkan keluaran yang diinginkan dapat bempa nilai biner

tunggal 0 atau 1 atau kombinasi keduanya. Selisih antara keluaran yang

diinginkan dengan keluaran aktual dipergunakan untuk memperbaiki nilai bobot

dalam proses pelatihan janngan jika dengan nilai bobot tertentu. Keluaran aktual

semua kelas keluaran yang diinginkan, maka jaringan sudah siap digunakan.

3. Bobot

Salah satu unsur penentu dalam Jaringan saraf tiruan adalah bobot. Bobot

menyatakan ke akuratan relatif data masukan awal atau berbagai hubungan yang

mentransfer data masukan awal atau berbagai hubungan yang mentransfer data

dan satu lapisan ke lapisan yang lain. Secara keseluruhan bobot menentukan

apakah janngan sudah dibuat untuk aplikasi tertentu sudah siap digunakan atau

belum. J,ka error yang terjadi masih lebih besar dari nilai toleransi error yang

telah ditentukan, maka janngan masih harus melakukan proses perbaikan bobot,

melalui pembetuan berulang dan nilai itulah sistem melakukan proses pelatihan.

(52)

Operasi matematis dalam Janngan saraf tiruan mencakup operasi penjumlahan

seluruh masukan terbobot dan penerapan fungsi transfer terhadap hasil

penjumlahan tersebut, sehingga diperoleh keluaran janngan. Penerapan fungsi

transfer dimaksudkan supaya nilai keluaran janngan menuju ke suatu nilai

tertentu.

2.10 Prosedur Pengujian

Setelah dilakukan pelatihan, Jaringan saraf tiruan Backpropagation hanya

menggunakan tahap feedforward untuk pengujian janngan. Dengan hasil yang didapat saat

pelatihan sebelumnya nantinya akan didapat bobot-bobot yang akan diujikan. Sama seperti

tahapan pelatihan pada proses tahap feedforward. Dimulai dan memasukan pola pada setiap

gejala yang dirasakan nantinya akan diproses dan akan ditentukan output akhir dan janngan

yang bempa jenis penyakit yang diderita.

Start

"

Baca pola

^

Inisialisasi bobot hasil pelatihan

"

Hasil pengujian

v

r

End

(53)

2.11 Penyakit Dalam

Dalam dunia kedokteran jenis penyakit dalam sangat banyak macamnya namun

untuk jenis penyakit yang mampu untuk didiagnosa oleh sistem ini hanya berjumlah 4,

yaitu:

1 Gagal ginjal kronis

2. Tuberkulosis (TBC) 3. Leukimiaakut

4. Kolaps paru-paru

Ke- 4penyakit tersebut nantinya akan dijadikan sebagai output akhir dan sistem pendukung

keputusan ini. Penyakit dalam lebih sulit untuk dideteksi jika dibandingkan dengan jenis

penyakit lainnya. Untuk melakukan diagnosa satu jenis penyakit dalam diperlukan beberapa

unsur. Dengan dibuataya sistem pendukung keputusan ini diharapkan akan lebih

menguatkan diagnosa dan mendukung keputusan diagnosa satu penyakit dalam.

Gejala-gejala yang akan menimbulkan indikasi keempat penyakit tersebut

dikelompokan menjadi 13 gejala yaitu :

1. Demam 2. Pernafasan 3. Keringat dingin

4. Mual dan muntah

5. Nafsu makan dan berat badan

6. Keadaan fisik tubuh

7. Tulang dan persendian

(54)

komponei 9 Batuk

tampilan 10 Pendarahan

K 11 Detakjantung dan nadi

1. 12. Jntensitas urin

2. 13. Keadaan pinggang

3.

Dari ke-13 gejala yang digunakan sebaga. input tersebut nantinya pada setiap gejala akan

4.

dibagi lag, menjadi beberapa sub gejala dengan diben pola untuk dilakukan pelatihan dan

5. saat pengujian sistem.

2.12 Borland Delphi

Delphi merupakan pengembangan dan bahasa pemrograman Pascal Bahasa

pemrograman Pascal d.ciptakan pada tahun 1971, oleh ilmuwan dan Swiss, Niklaus Wirth.

Sejak saat itu Pascal terns menerus berkembang dengan munculnya berbagai versi

pemrograman Pascal. Pada tahun 1992, Borland International menggabungkan Turbo

Pascal for DOS dengan Turbo Pascal For Windows menjadi satu paket yaitu Borland

Pascal versi 7.

Karena pemrograman Windows dengan Borland Pascal dirasa masih terlalu sulit,

maka sejak tahun 1993 Boland Pascal mengembangkan bahasa Pascal yang bersifat visual.

Hasil perkembangan ini adalah d.rilisnya Delphi vers, pertama atau Delphi I pada tahun

1995 hingga kini bahasa pemrograman Delphi terns berkembang.

Borland Delphi adalah bahasa pemrograman yang bekerja dalam lingkup MS.

(55)

komponen-PERANCANGAN SISTEM

Metode yang digunakan untuk mengembangkan perangkat lunak pada Tugas

Akhir adalah metode waterfall. Pada metode ini terdapat lima tahap, yaitu analisa

kebutuhan sistem, perancangan sistem, implementasi pengujian dan perawatan.

3.1 Analisis Sistem

Sistem yang dikembangkan disini adalah suatu sistem yang dapat memberikan

suatu keputusan dalam mendiagnosa suatu penyakit dalam yang diderita oleh pasien.

Prosesnya dengan memasukan input data yang berupa gejala-gejala yang dirasakan oleh

pasien secara variatif untuk melatih kecerdasan sistem sehingga dapat menganalisa pola

dan menghitung bobotnya. Setelah dilakukan pelatihan kecerdasan diharapkan sistem

mampu memberikan keputusan berupa diagnosa penyakit yang diderita oleh pasiennya.

3.2 Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan meliputi identifikasi dan invertarisasi jenis masukan sistem,

proses yang diperlukan untuk mengolah data masukan dan jenis penyajian data yang

diinginkan, serta jenis perangkat lunak yang akan digunakan. Masukan data yang

diperlukan dalam perancangan sistem ini merupakan data perupa gejala-gejala yang

timbul pada manusia yang gejala tersebut nantinya akan mengakibatkan

(56)

«* sepert, den™, gangguan pemafasan, keluar kermga, ^ ^ ^ ^

^

™ka„ dan bera, badan, keadaan falk tubu„, ^

^ ^ ^ ^ ^

Pendarahan, detak jantung dan nadi, ,„,« „nn, da„ keadaan ^ ^ ^ da(a

dHakukan d.dasarkan atas metoddog, ya„g dikenrbangkan secara ters,rak,ur, dem,k,an JUga

J- pe„yaJla„ da, yang d.nasdkan atas pe„gump„lan dan geja|a da„ ^

^

Dar, data masukan tersebut dapa, d.hasilkan outpul dar, s.stem ,„, sebanyak 4

maeanr penyak,, da,am ya„u :Gaga, g,„Jal kronrs, Tuberku.osrs, Uuk.m.a akut, dan Ko.aps

paru-pam.

Kebutuhan fungsional pada sistem ini adalah :

I- MenampUkan datajems penyakit yang dapat didiagnosa oleh sistem

2. Menampilkan datajems gejala yang diderita

3. Mengubah data gejala yang diderita

4. Melakukan pembelajaran untuk menentukan dan mendiagnosajenis penyakit

dalam sesuai dengan gejala yang dimasukan

5. Menampilkan hasil diagnosajenis penyakit dalam berdasarkan pada

gejala-gejala yang dimasukan oleh pasien

^JTabel3.1 Data 4jenis penyakit dalam yang dapat didiagnosa

GagaLG!njaJJ<ronis

(57)

Setelah jenis data jenis penyakit yang akan dijadikan output telah diperoleh setelah

itu data ditambah dengan jenis gejala yang akan menyebabkan terjadinya ke-4 penyakit

tersebut yang nantinya akan dijadikan input pada sistem ini.

Dan hasil stud, buku-buku dan konsultas, dengan dokter penyakit dalam didapat ada

beberapa gejala yang akan digunakan menjadi input pada sistem ini

Dan gejala-gejala yang terkumpul tersebut nantinya akan dikelompokan lagi menjadi

beberapa sub kelompok. Gejala-gejala tersebut disusun agar nanti dapat digunakan menjadi

masukan dalam sistem dengan menjadikan data gejala tersebut dalam bentuk pola pelatihan

yang akan dilatih oleh sistem.

Input atau masukan dan sistem deteks, jenis penyakit pada manusia hams

memperhatikan inisialisasi data input dm penetapan input.

3.2.1

Inisialisasi Data Input

Pada tahap ini, data yang dibutuhkan adalah catatan gejala penyakit yang dirasakan

pasien. Data dan catatan pasien tersebut sebelum dumplementasikan menjadi sebuah

masukan/^/ yang dapat dimengert, oleh program. Agar dapat dimengert, maka hams

dunisialisas, terlebih dahulu. Dan hasil pengambilan data di Poliklimk dan Apotek Unisia

dan wawancara dengan Dokter di Pol.klinik Unisia, diambil 13 variabel yang mampu

menegakkan diagnosa 4jems penyakit dalam yaitu Gagal ginjal kronis, Tuberkulosis (TBC),

Leukimia akut, dan Kolaps paru-paru, input-input tersebut adalah :

1. Demam

2. Pernafasan

(58)

4. Mual dan muntah

5. Nafsu makan dan berat badan 6. Keadaan fisik tubuh

7. Tulang dan persendian

8. Batuk 9. Pendarahan

10. Detak jantung dan nadi

11. Intensitas urin 12. Keadaan pinggang 13. Keadaan dada

Setelah ditentukan variabel-variabel yang dominan dalam penegakan diagnosa gagal

ginjal kronis, TBC, leukemia akut, dan kolaps paru-pam maka harus ditentukan nilai dari

vanabel-vanabel tersebut. Untuk pemberian nilai dan masing-masing variabel digunakan

derajat dari tiap variabel jika dimungkmkan. Nilai yang dibenkan berkisar antara 0sampai

1, tergantung dari kasusnya per variabel. Hasil selengkapnya adalah :

1. Demam

a. Nilai 0 jika tidak mengalami demam

b. Nilai 0,25 jika kadang-kadang demam (hilang timbul)

c. Nilai 0,5 jikaagak demam (temperatur tidak tinggi)

d. Nilai 0,75 jika demam (temperatur tinggi)

e. Nilai 1jika demam tinggi (hingga kejang)

2. Pernafasan

(59)

b. Nilai 0,5 jika sesak dan kesulitan bernafas c. Nilai 1 jika sesak bemafas kecuali kalau berdiri 3. Keringat dingin

a. Nilai 0 jika tidak berkeringat dingin

b. Nilai 0,25 jika kadang berkeringat dingin (hilang timbul)

c. Nilai 0,5 jika berkeringat dingin hanya malam han

d. Nilai 1jika berkeringat dingin hebat (terns menerus)

4. Mual dan muntah

a. Nilai 0 jika tidak mual dan muntah

b. Nilai 0,25 jika kadang mual dan muntah

c. Nilai 0,5 jika sering mual dan muntah d. Nilai 1 jika mual dan muntah terns menerus

5. Nafsu makan dan berat badan

a. Nilai 0 jika nafsu makan dan berat badan normal b. Nilai 0,5 jika nafsu makan dan berat badan menurun c. Nilai 1 jika berat badan turun dan tidak mau makan

6. Keadaan fisik tubuh

a. Nilai 0 jika keadaan fisik tubuh normal

b. Nilai 0,25 jika gelisah, letih, lemah dan lesu

c. Nilai 0,5 jika tubuh mudah mengalami luka infeksi

d. Nilai 1jika kulit pucat kuku dan rambut mudah patah

7. Tulang dan persendian

(60)

b. Nilai 0,5 jika tulang dan persendian sakit

c. Nilai 1 jika tulang punggung dan bahu sakit (pegal-pegal) 8. Batuk

a. Nilai 0 jika tidak mengalami batuk

b. Nilai 0,25 jika batuk ringan

c. Nilai 0,5 jika batuk berdahak

d. Nilai 0,75 jika batuk lebih dari 3 minggu

e. Nilai 1 jika batuk keluar darah dan nanah

9. Pendarahan

a. Nilai 0 jika tidak terjadi pendarahan b. Nilai 0,25 jika pendarahan ketika batuk

c. Nilai 0,50 jika pendarahan gusi dan hidung

d. Nilai 0,75 jika pendarahan saluran pencernaan (muntah berwama coklat)

e. Nilai 1 jika kurang darah (anemia)

10. Detak jantung dan nadi

a. Nilai 0 jika detak jantung dan nadi normal

b. Nilai 0,25 jika detakjantung tidak tetap

c. Nilai 0.5 jika denyut nadi lemah dan cepat

d. Nilai 1 jika detak jantung cepat dan berdebar-debar

11. intensitas urin

a. Nilai 0 jika intensitas keluaran urin normal

(61)

12. Keadaan pinggang

a. Nilai 0jika keadaan pinggang normal

b. Nilai 0,25 jika pinggang kadang sakit (terasa pegal)

c. Nilai 0,5 jika pinggang sakit terus menerus

d. Nilai 1jikapinggang sakit luar biasa

13. Keadaan Dada

a. Nilai 0 jika keadaan dada normal

b. Nilai 0,5 jika dada kadang sakit

c. Nilai 1jika dada sakit sekali dan terasa tiba-tiba

Setelah ditentukan nilai untuk tiap variabel, selanjutaya gejala-gejala klinis yang

terdapat pada semua variabel diganti dengan nilai-nilai yang telah ditentukan.

3.2.2

Penetapan Input

Dalam masalah ini, untuk mendeteksi jenis penyakit diperlukan data yang diambil

dan catatan rekam medis pasien yang didalamnya terdapat gejala-gejala klinis yang dapat

menegakkan diagnosa gagal ginjal kronis, tuberkulosis, leukemia akut, dan kolaps

paru-paru.

Data-data dan catatan rekam medis pasien ini kemudian dinormalisasikan agar dapat

diolah oleh program. Setelah itu terdapat 13 variabel input (mas.ng-masing mewak.l, gejala

klinis tiap gangguan) setelah melalui normalisasi data. Dar, 13 variabel imlah yang menjadi

input. Variabel input selengkapnya :

X] = Demam

(62)

X3 = Keringat dingin X4 = Mual dan muntah

X5 = Nafsu makan dan berat badan

X6 = Keadaan fisik tubuh

X7 = Tulang dan persendian X8 = Batuk

X9 = Pendarahan

Xio = Detak jantung dan nadi

Xn = Intensitas urin

X12 = Keadaan pinggang X13 = Keadaan dada

(63)

K .2 .2 « .62 « « « w w « o)

1

1

1

§

i

I

i

1

s

g

s

g

*£•£•£.£.£.£ c: cT cT '£? c" c1 <<<<<< <

i§§§P>§§>IIIIlfflllII

5

3

55

S

5

5

5

S

g!5

5

JS

g

g

g

< < < g g g w g g g 55 55 55 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

fsfSSSSfclSHSl&aaaaaaaa

-J-"-Ji=i=i=i=(515151515PS,S°ooo 0000

j;ooooo^2S2S200°C)°°°°°ooooo

°HH°R°|°

o^^olo'lo

o

0 0 s ^^---°°°°°°°ooooooooooooooo O^o^^o 0 0 J^ooooododo'o'o' *-•«-•<-•*-, oooooddd V> V>

5

oooo

°^S"2-2'-S-2222225222200°00°°°

0 0 o o o o o o oTTTr-r ooo o o oooooddd in co •-'^'-''-'OOOOOOOOOOOOC

:ooo222220000-2^^^

0 0 0 0 0

RdS5SSSS2S2S2S2SSS22

7£Soooooooooooooooooo 0 0 ooooo dddc

522°2°2°202°222°°2°22

0 0

-oooog^or^^oogoooooooo

0 0

oo2oSoSo2o2ooooooooo

0 0 ddo00002°HOOD000^m

°S2S2222222202°202°2

O CO

SS2S2222222222222222"

m 1/) d 0 S ^ <JpcQoocococococo — — — — T~°T"T-°ooddddd^r-^

222222222222222222

d d

n|«|*

«

coj^

ro

to

o-^jr^^bt

r~

co

to

(64)

3.2.3 Penetapan Output

Output yang dihasilkan pada tahap ini adalah jenis penyakit dalam pada manusia

yaitu gagal ginjal kronis, tuberkulosis, leukemia akut, dan kolaps paru-paru.

3.3 Desain Sistem

3.3.1. Perancangan Diagram Konteks

Sebelum membangun sebuah sistem perlu dilakukan tahapan perancangan diagram konteks untuk memberikan kemudahan dalam perancangan sistem serta memberikan

gambaran umum tentang sistem yang dibangun.

User il Diagnosa Penyakit

/

Sistem \_

Input Gejala . j rwoi-oi P Manajemen User Manajemen Penyakit Manajemen Gejala Konfigurasi Neuron Pelatihan Programer Hasil Pelatihan

Hasil Diagnosa Penyakit

Gambar 3.1 Diagram Konteks Sistem

Berdasarkan atas gambar diatas dapat dijelaskan bahwa programer, melalui keahlian

pemrogramannya memasukan data-data dari dokter spesialis penyakit dalam dan dari

(65)

pertanyaan-pertanyaan dari sistem bempa gejala-gejala penyakit yang muncul pada pasien yang telah

disimpan dalam sistem. Keluaran yang dihasilkan berupa kesimpulan penyakit yang diderita oleh pasien.

Pada diagram konteks diatas dapat dijelaskan bahwa user melakukan dialog agar dapat mendiagnosa penyakit dalam yang diderita. Programmer bertugas untuk mengelola sistem diagnosa penyakit dalam dengan data-data yang bempa nama penyakit, gejala penyakit, dan penyebab yang didapat dari hasil wawancara dan bimbingan dengan dokter

spesialis penyakit dalam.

Pada diagram konteks ini Jaringan saraf tiruan melakukan 3 proses, yaitu : a. Input data

programer akan memasukan data jenis penyakit dalam yang akan disimpan pada

tabel jenis penyakit, selanjutnya akan disimpan pula berbagai gejala yang akan

menimbulkan penyakit yang telah dipilih ke tabel gejala penyakit, lalu data pembelajaran akan disimpan pada tabel pembelajaran.

b. Pembelajaran

Proses ini akan mendapat data bempa hasil pembelajaran yang berupa bobot

yang akan disimpan pada tabel hasil pembelajaran.

c. Prediksi

Pada proses ini mendapatkan input yang bempa gejala penyakit yang telah

diproses pada proses pembelajaran akan dilatih dan diprediksi. Output yang akan dihasilkan pada proses ini adalah hasil prediksi dan menentukan keputusan jenis

penyakit apa yang diderita oleh user, dari input gejala-gejala yang telah dia

(66)

Pada saat melakukan proses pembelajaran dari sistem pada level ini sistem akan

melakukan 4 proses yaitu :

1 Pengambilan nilai pembelajaran dan pola dan input yang dimasukan

2. Pengecekan nilai learning rate, target error, dan max iterasi

3 Perhitungan bobot dan learning rate selama melakukan iterasi

4. Penyimpanan nilai bobot

Pada proses pengujian ini sistem akan melakukan prediksi dan diagnosa dengan

mengambil data pelatihan bempa bobot yang telah diproses pada proses sebelumnya yang

nantinya dan bobot tersebut akan di lakukan pengujian keakuratan data hasil pembelajaran.

3.3.2 Perancangan Basis Data

Langkah yang selanjutnya yang harus dilakukan adalah merancang sistem basis data.

Basis data terdiri dan kumpulan data atau fakta tertentu yang dibutuhkan oleh sistem untuk

menyelesaikan permasalahan yang ingin di selesaikan. Basis data merupakan himpunan

kelompok data yang saling berhubungan yang diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat

dimanfaatkan dengan cepat dan mudah untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Perancangan

basis data disebut juga sebagai pemetaan model data. Pada tahap pengembangan

(development) setiap tabel diletakan satu field cadangan (reserved) yang sewaktu-waktu

dapat digunakan apabila diperlukan.

Perancangan basis data pada pemrograman Borland Delphi ini menggunakan

paradok 7. Dimana dalam basis data ini didalamnya tensi beberapa tabel data yang

Gambar

Gambar 2.2 Janngan SarafT.ruan Dengan Lap.san Tersembunyi
gambar berikut: Input Keterangan : X = Unit Input Y = Unit Output Z = Unit Hidden Output
Gambar 2.5 Fungsi Aktivasi Undak Biner {HardLimit)
Gambar 2.7 Fungsi Bipolar {Symatrik Hard Limit) d. Fungsi Bipolar (Dengan Threshold)
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Untuk penyelenggaraan usaha sarana pariwisata dan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan 8 Peraturan Daerah ini, retribusi usaha

ANALISIS BIOMEKANIKA TENDANGAN SABIT ANTARA SKILL DAN UNSKILL DALAM OLAHRAGA PENCAK

Kecerdasan emosional adalah perpaduan antara kemampuan verbal dan non verbal yang akan mempengaruhi ekspresi, identifikasi, realisasi dan evaluasi diri individu

Uraian Tugas dan Fungsi Kecamatan Dringu yang tertuang dalam Peraturan Bupati Probolinggo Nomor 39 Tahun 2008 tentang yang mempunyai tugas–tugas dalam membantu

It shows that state control of the news media clearly depresses deliberative performance, a finding that holds both between countries (Germany and the United States vs. Russia)

Bagian ini bermanfaat untuk mengaktifkan beberapa fungsi yang diperlukan dari paket tertentu, namun paket tersebut tidak bisa dipanggil secara keseluruhan karena

IMPLEMENTAS1 PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN TUGAS BERBASIS MEDIA VIDEO PlAY 2048 DAN PHY 2049 UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER CERDAS MAHASISWA.. PADA MATA KULIAH BAHASA INGGRIS UNTUK

Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer juga diterapkan dalam proses akuntansi, yang disebut dengan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) berbasis teknologi