• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ANALISIS MANAJEMEN DAN POLA PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT TERHADAP AIR TANAH PADA MUSIM KEMARAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI ANALISIS MANAJEMEN DAN POLA PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT TERHADAP AIR TANAH PADA MUSIM KEMARAU"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ANALISIS MANAJEMEN DAN POLA PERILAKU

KONSUMSI MASYARAKAT TERHADAP AIR TANAH

PADA MUSIM KEMARAU

Oleh

KHAFIDZ MUBARAK

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS STUDY FOR MANAGEMENT AND

PEOPLE’S CONSUMPTION BEHAVIOR OF GROUND WATER DURING DRY SEASON

By

KHAFIDZ MUBARAK

Poor management of ground water causes bad supply of natural water throughout the year, especially during dry season. Water crisis becomes a problem that difficult to solved because of people's tendency to fixate the conventional water sources that vulnerable to drought, such as dug well and drill well. This study aims to determine the management of ground water and people’s water consumption behavior. And also to find a solution of both these aspects in order to overcome the problem of water crisis in the dry season.

The research was conducted in the Village Pidada, District Panjang, Bandar Lampung for study of ground water management and people’s water consumption behavior, and in the area of Building E, Civil Engineering, Engineering Faculty, University of Lampung for infiltration well physical modeling. Infiltration well chosen as an alternative solution that may be applied in the Village Pidada. It is assumed that permeability and characteristics at both locations is analogous. Volumes and costs data collecting of daily water consumption is done by distributing questionnaires to 50 household samples. Physical modeling is done to determine the capacities of infiltration well and it’s construction costs.

The study results showed that dry season causes reduced of water supply but it is not cause drought. People react by reducing the volume of water consumption. The majority people of Village Pidada using drilling well that owned by other people or government by distribution through the hose into their homes. The distribution is charged depending on distance and time of drainage. With the infiltration well in accordance with the physical modeling in the research, people of Village Pidada can cut daily costs of water consumption minimally 5% - 6.25%.

(3)

ABSTRAK

STUDI ANALISIS MANAJEMEN DAN POLA PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT TERHADAP AIR TANAH

PADA MUSIM KEMARAU

Oleh

KHAFIDZ MUBARAK

Manajemen air tanah yang kurang baik menyebabkan ketersediaan air alami tidak dapat dipenuhi secara maksimal sepanjang tahun, terlebih pada musim kemarau. Krisis air menjadi masalah yang sulit diantisipasi karena kecenderungan masyarakat untuk terpaku kepada sumber air konvensional yang rentan mengalami kekeringan, seperti sumur gali dan sumur bor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen air tanah serta pola perilaku konsumsi air yang ada di masyarakat. Dan juga untuk menemukan solusi dari kedua aspek tersebut guna mengatasi masalah krisis air pada musim kemarau.

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pidada, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung untuk studi manajemen air tanah serta perilaku konsumsi air masyarakat, dan di lingkungan Gd. E, Jur. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas Lampung untuk permodelan fisik sumur resapan. Sumur resapan dipilih sebagai solusi alternatif yang mungkin bisa diterapkan di Kelurahan Pidada. Diasumsikan bahwa permeabilitas dan karakteristik tanah di kedua lokasi tersebut adalah analog. Pendataan volume dan biaya konsumsi air masyarakat sehari-hari dilakukan dengan penyebaran kuisioner kepada 50 sampel kepala keluarga. Permodelan fisik dilakukan untuk mengetahui kapasitas tampung sumur resapan dan biaya pembangunannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa musim kemarau memberikan dampak berkurangnya pasokan air bersih namun tidak sampai menimbulkan kekeringan. Masyarakat menyikapinya dengan mengurangi volume konsumsi air. Mayoritas masyarakat Kelurahan Pidada menggunakan sumber air berupa sumur bor milik warga lain atau pemerintah dengan distribusi melalui selang ke rumah masing-masing. Pendistribusian tersebut dikenakan biaya tergantung jarak dan waktu pengaliran. Dengan adanya sumur resapan sesuai dengan permodelan fisik dalam penelitian, masyarakat Kelurahan Pidada bisa menghemat biaya konsumsi air bersih harian seminimalnya 5 % – 6,25 %.

(4)

Judul Skripsi : STUDI ANALISIS MANAJEMEN DAN

POLA PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT TERHADAP AIR TANAH PADA MUSIM KEMARAU

Nama Mahasiswa :

KHAFIDZ MUBARAK

No. Pokok Mahasiswa: 0815011068

Jurusan : Teknik Sipil

Fakultas : Teknik

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing,

Hh '

a

L

-Kristianto Usman, S.T., M.T.

Ir. Nur Arifaini, M.S.

NI P 19720513 200312 1 002 NI P 19620218 199303 1001

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Kristianto Usman, S.T., M.T. JV . . . A

Sekretaris : I r. Nur Arifaini, M.S. ...L

a

y

L

. . ^

in Fakultas Teknik Universitas Lampung

S^ r./ Lusm eilia Afriani, D.E.A

IIP 19650510 199303 2 008

^ i TAS1'

Penguji

Bukan Pembimbing : I r. Ahmad Zakaria, M .T., Ph.D.

(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

NPM Nama

Fakultas Jurusan/Prodi

Khafidz Mubarak 0815011068

Teknik Sipil/S-1 Teknjk Sipil Teknik, Universitas Lampung,

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesaijanaan di suatu perguruan tinggi. Dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, September 2013

(7)

III. METODOLOGI PENELITIAN ………. 18

A. Lokasi Penelitian ………... 18

3. Analisis Penerapan Manajemen Air Tanah ………... 21

D. Metode Analisis Data ……….... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 24

(8)

vi

B. Penyebaran Kuisioner ……….…………... 24

C. Analisis Statistik ………..………. 26

D. Biaya Pembangunan Sumur Resapan ……… 27

E. Penghematan Biaya Konsumsi Air …….……… 28

F. Aplikasi Sumur Resapan di Wilayah Studi ………... 29

V. SIMPULAN DAN SARAN ………...…. 31

DAFTAR PUSTAKA ………...…. 33 LAMPIRAN A (Lembar Asistensi & Berkas Administrasi)

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi umat manusia. Peran air tidak akan pernah lepas dalam menopang kelangsungan hidup manusia. Manusia selalu menempatkan air sebagai kebutuhan yang sangat vital dalam segala kegiatannya seperti aktivitas rumah tangga, pertanian, industri, dan transportasi.

Begitu pentingnya peran air dalam menopang kehidupan manusia dan segala kegiatannya, sehingga apabila aspek-aspek pendukung seperti kualitas, kuantitas, dan distribusinya terganggu atau rusak, akan berpengaruh langsung terhadap kehidupan manusia itu sendiri.

(12)

2

terganggunya siklus hidrologi, kerusakan sumber serta tampungan air alami, hingga kekeringan menjadi masalah yang semakin serius.

Dampak kekeringan terutama sekali terasa pada saat musim kemarau. Di saat ketersediaan air dari sumber-sumber alami seperti sumur gali atau sumur bor semakin menipis, masyarakat terutama di wilayah perkotaan sangat tergantung kepada pasokan air bersih dari perusahaan penyedia seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Namun pada kenyataannya upaya pemenuhan kebutuhan tersebut belum maksimal disebabkan oleh berbagai masalah terutama dalam proses distribusinya.

Berdasar kenyataan mengenai kebutuhan air dan ketersediaannya yang telah diuraikan, dipandang perlu untuk menganalisis dan menemukan solusi atas berbagai masalah terkait manajemen air tanah terutama pada sumber-sumber alami, serta pola dan perilaku konsumsi masyarakat terhadap air bersih di musim kemarau.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji yaitu:

1. Manajemen air tanah yang kurang baik, sehingga ketersediaan air alami tidak dapat dipenuhi secara maksimal sepanjang tahun, terlebih pada musim kemarau;

(13)

3

kebutuhan rumah tangga, sehingga saat sumber-sumber tersebut mengering, krisis air tidak dapat dihindari.

C. Batasan Masalah

Penelitian yang dilakukan dibatasi oleh hal-hal berikut:

1. Analisis dilakukan terhadap manajemen air tanah di Kecamatan Panjang, Bandar Lampung;

2. Studi perilaku dan biaya konsumsi air oleh masyarakat dilakukan di Kecamatan Panjang, Bandar Lampung;

3. Target studi adalah masyarakat dengan penggunaan air untuk keperluan rumah tangga.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Untuk mengetahui sistem manajemen air tanah di Kecamatan Panjang, Bandar Lampung serta masalah dalam sistem tersebut;

2. Untuk mengetahui pola dan perilaku konsumsi air oleh masyarakat di Kecamatan Panjang, Bandar Lampung dalam tingkat keperluan rumah tangga pada musim kemarau;

3. Untuk menemukan sistem manajemen air tanah yang tepat guna mengatasi masalah krisis air pada musim kemarau;

(14)

4

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian dan hasil yang diperoleh nantinya, diharapkan akan mendatangkan beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai rekomendasi bagi Pemerintah Daerah Bandar Lampung dalam hal pengelolaan air tanah yang efektif dan tepat guna;

2. Sebagai solusi alternatif bagi masyarakat Bandar Lampung, terutama di daerah Kecamatan Panjang, agar terwujud perilaku konsumsi air yang efektif dan bijaksana untuk menghindari krisis air.

F. Hipotesis

1. Musim kemarau memberikan dampak kekeringan pada sumber-sumber air bersih yang biasa digunakan oleh masyarakat;

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Daur Hidrologi

Tahap pertama dari daur hidrologi adalah penguapan air dari samudera. Uap ini dibawa di atas daratan oleh massa udara yang bergerak. Bila didinginkan hingga titik embunnya, maka uap tersebut akan membeku menjadi butiran air yang dapat dilihat yang membentuk awan atau kabut. Dalam kondisi meteorologis yang sesuai, butiran-butiran air kecil itu akan berkembang cukup besar untuk dapat jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan.

Pendinginan massa udara yang besar terjadi karena pengangkatan (lifting). Berkurangnya tekanan yang diakibatkan akan disertai dengan turunnya suhu, sesuai dengan hukum tentang gas. Pengangkatan orografis akan terjadi bila udara dipaksa naik di atas suatu hambatan yang berupa gunung. Oleh sebab itu, maka lereng gunung yang berada pada arah angin biasanya menjadi daerah yang berhujan lebat. Udara mungkin pula naik di atas massa udara lain yang lebih dingin. Perbatasan antara massa-massa udara ini disebut permukaan frontal, dan proses pengangkatannya disebut pengangkatan

frontal. Akhirnya, udara yang dipanaskan dari bawah mungkin naik ke atas

(16)

6

pusaran/konvektif) yang menjadi sebab adanya badai pusaran setempat yang

biasa terjadi pada musim panas di berbagai tempat di dunia.

Kira-kira dua pertiga dari presipitasi yang mencapai permukaan tanah dikembalikan lagi ke udara melalui penguapan dari permukaan air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan serta melaui transpirasi oleh tanaman. Sisa presipitasi akhirnya kembali ke laut melalui saluran-saluran di atas atau di bawah tanah (Tabel 2.1). Persentase yang besar dari presipitasi yang menguap sering menimbulkan keyakinan bahwa penambahan penguapan dengan pembangunan waduk atau penanaman pohon-pohon akan meningkatkan jumlah embun di udara yang bisa diperoleh untuk presipitasi.

Tabel 2.1 Neraca air wilayah Amerika Serikat

Komponen 109 bgd 106 AF/tahun

(17)

7

Sebenarnya hanya sebagian kecil dari embun (biasanya jauh kurang dari 10 persen) yang melewati suatu titik tertentu di permukaan bumi yang jatuh sebagai presipitasi. Oleh karenanya, lengas yang diuapkan dari permukaan tanah hanyalah merupakan bagian kecil saja dari keseluruhan lengas atmosfer.

Sumber:bebasbanjir2025.files.wordpress.com

Gambar 2.1 Daur Hidrologi

(18)

8

B. Kekeringan

Kekeringan didefinisikan sebagai suatu periode tertentu yang curah hujannya kurang dari suatu jumlah minimum tertentu. Bahkan bila diterapkan pada suatu daerah dan tanaman tertentu, definisi semacam ini akan jauh dari mencukupi, karena kritisnya waktu dan curah hujan tergantung pada tahap pertumbuhan tanaman, kadar lengas tanah sebelumnya, suhu dan angin selama masa kering itu, dan faktor-faktor lainnya. Bila kekeringan didefinisikan sebagai kurangnya curah hujan untuk produksi pertanian, maka sebagian besar daerah bagian barat Amerika Serikat mengalami kekeringan setiap tahun, karena musim panas yang tanpa hujan biasa terjadi di daerah barat ini. Karena hal ini merupakan kejadian yang biasa, maka telah ditetapkan peraturan untuk menampung atau menyadap air dari sungai-sungai untuk tanaman dan kebutuhan lainnya. Dalam keadaan semacam ini, maka kekeringan didefinisikan sebagai tidak cukupnya aliran sungai. Bila kebutuhan irigasi dipenuhi dari penyadapan air secara langsung tanpa penampungan, maka suatu musim dingin yang curah hujannya rendah mungkin mengakibatkan kekurangan air. Bila waduk-waduk penampungan dirancang untuk menabung air dari suatu tahun bagi tahun berikutnya, maka suatu tahun yang alirannya rendah mungkin tidak akan mengkhawatirkan. Dalam pengertian umum, kekeringan adalah kurangnya air bagi tujuan-tujuan tertentu.

C. Hutan dan Kekeringan

(19)

9

meluas dapat mengubah daerah tersebut menjadi gurun dan menciptakan kekeringan (Goodland dan Irwin, 1975; Salati et al., 1983). Benarkah demikian? Tidak gampang untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan. Tetapi untuk sementara baiklah kita mencoba menelaah anggapan tersebut di atas berdasarkan logika. Istilah gurun dan kekeringan menandakan dua hal yang sedikit berbeda. Kamus yang tersedia menunjukkan bahwa "gurun" adalah tanah gersang dengan jumlah curah hujan yang tidak memungkinkan untuk tumbuhnya tanaman. Sedangkan "kekeringan" adalah keadaan suatu daerah yang kekurangan curah hujan atau kelembaban. Dengan demikian, sukar untuk diterima bahwa hutan hujan tropis dengan curah hujan tahunan lebih dari 2000 mm dapat berubah menjadi gurun karena adanya penebangan hutan di tempat tersebut. Adalah benar bahwa pembalakan hutan yang diikuti oleh pembakaran dan perladangan berpindah yang terlalu intensif dapat mengakibatkan tanah kritis. Tetapi untuk mengatakan bahwa pembalakan hutan mengakibatkan kekeringan rasanya agak berlebihan, kecuali kalau kita mendapatkan bukti bahwa penebangan hutan dapat mempengaruhi secara nyata pola curah hujan di tempat tersebut.

(20)

10

Kesimpulan hidrometeorologi yang cukup kontroversial dilaporkan oleh Salati et al. (1983) dari hutan hujan tropis Amazon. Dilaporkan bahwa setengah dari seluruh curah hujan yang jatuh di daerah Amazon berasal dari evapotranspirasi vegetasi hutan di daerah itu, yaitu air dari evapotranspirasi dihembus oleh angin dan turun sebagai hujan di daerah yang letaknya lebih ke pedalaman. Apabila laporan ini benar, maka pembabatan hutan di tempat tersebut akan mengurangi bidang permukaan transpirasi dan, dengan demikian, dapat menurunkan jumlah hujan yang dihasilkan dari proses evapotranspirasi vegetasi di daerah yang lebih ke pedalaman. Dengan kata lain, penebangan hutan yang meluas dan permanen dapat mengurangi tingkat kelembaban udara, dan pada gilirannya dapat menurunkan curah hujan di DAS tersebut.

(21)

11

Indonesia adalah kecil relatif daripada yang berasal dari laut. Oleh karenanya, penebangan hutan (pengurangan bidang evapotranspirasi) tidak cukup berpengaruh terhadap besarnya curah hujan di daerah itu. Kedua, musim hujan dan kemarau di Indonesia sangat dipengaruhi oleh angin muson (monsoons) barat laut (bergerak dari laut Cina Selatan) dan angin muson tenggara yang berasal dari Australia. Angin muson adalah angin yang bergerak relatif tetap dengan intensitas sedang dari arah barat laut dan tenggara untuk masing-masing selama lebih kurang 6 bulan.

Selama musim hujan, November - Mei, angin muson bergerak dari arah barat laut. Angin ini membawa serta uap air ketika melewati laut Cina Selatan, dan melalui mekanisme alamiah, uap air tersebut turun di bumi Nusantara dalam bentuk hujan. Dengan proses yang sama, selama kurang lebih enam bulan berikutnya sebagian wilayah Indonesia mengalami musim kemarau akibat pengaruh angin muson tenggara yang mengandung sedikit uap air. Dengan demikian menjadi jelas bahwa peristiwa hujan di Indonesia terjadi terutama karena gerakan massa uap air dari arah barat laut (evaporasi laut Cina Selatan) dan bukan berasal dari proses evapotranspirasi vegetasi hutan tropis Indonesia. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa penebangan hutan terbatas (pembalakan dan peladangan berpindah) tidak mempengaruhi pola hujan lokal. Laporan bahwa penebangan hutan tidak mempengaruhi pola hujan lokal juga dilaporkan dari daerah Afrika (Oyebande, 1988).

(22)

12

tertentu, misalnya, di daerah sepanjang pantai atau daerah pegunungan yang selalu diselimuti kabut, hutan dapat "menangkap" dan mengembunkan uap air di tempat tersebut dan mengubahnya menjadi butiran-butiran hujan (Brooks et al., 1987). Curah hujan yang dikenal dengan istilah "occult" precipitation

ini dapat memberikan tambahan curah hujan yang relatif besar. Ekern (1964) dari Hawaii melaporkan bahwa hutan Araucaria heterophylla, melalui proses kondensasi, mampu memberikan tambahan curah hujan sebesar 760 mm di tempat tersebut. Penebangan hutan di daerah berkabut tersebut akan mengurangi terjadinya noccult" precipitation (curah hujan yang berasal dari proses pengembunan kabut di permukaan daun atau tajuk vegetasi) meskipun akan segera kembali berfungsi seiring dengan pertumbuhan hutan. Pada kasus ini, konversi hutan menjadi ladang pertanian atau bentuk nonhutan lainnya akan menghilangkan kelembaban udara dari sistem neraca air di tempat tersebut, dan dengan demikian menurunkan jumlah curah hujan lokal.

D. Kelangkaan Air

(23)

13

Shiklomanov (1997) dalam Unesco (2003) disebutkan bahwa lebih dari 54% run off yang dapat dimanfaatkan, digunakan untuk memenuhi kebutuhan

manusia. Apabila tingkat kebutuhan semakin lama semakin tinggi, maka dikuatirkan ketersediaan air tidak mencukupi. Pada saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 2 milyar manusia per hari terkena dampak kekurangan air di lebih dari 40 negara didunia. 1,1 milyar tidak mendapatkan air yang memadai dan 2,4 milyar tidak mendapatkan sanitasi yang layak (WHO/UNICEF, 2000). Implikasinya jelas pada munculnya penyakit, kekurangan makanan, konflik kepentingan antara penggunaan dan keterbatasan air dalam aktivitas-aktivitas produksi dan kebutuhan sehari-hari.

Prediksi pada tahun 2050 secara mencemaskan dikemukakan bahwa 1 dari 4 orang akan terkena dampak dari kekurangan air bersih (Gardner-Outlaw and Engelman, 1997 dalam UN, 2003). Pada saat ini di negara-negara berkembang mempunyai kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air minum per kapita per tahun yaitu 17.000 m3 sebagai air bersih yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari dan untuk pemenuhan aspek kesehatan. Hal ini sebagian besar terdapat di Afrika, diikuti kemudian oleh Asia dan beberapa bagian di Eropa Timur dan Amerika Selatan (WWAP, 2002).

(24)

14

langsung dengan Laut Jawa. Seiring dengan pertumbuhan penduduk Jakarta yang sangat pesat, berkisar hampir 9 juta jiwa, maka penyediaan air bersih menjadi permasalahan yang rumit. Dengan asumsi tingkat konsumsi maksimal 175 liter per orang, dibutuhkan 1,5 juta meter kubik air dalam satu hari. Neraca Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2003 menunjukkan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) diperkirakan baru mampu menyuplai sekitar 52,13 persen kebutuhan air bersih untuk warga Jakarta. (Kompas, 20 Juni 2005).

E. Kualitas Air

Meskipun secara kuantitatif terdapat keseimbangan antara jumlah air yang tersedia dengan kebutuhan yang diperlukan, namun saat ini pencemaran air sungai, danau dan air bawah tanah meningkat dengan pesat. Sumber pencemaran yang sangat besar berasal dari manusia, dengan jumlah 2 milyar ton sampah per hari, dan diikuti kemudian dengan sektor industri dan pestisida dan penyuburan pada pertanian (UNESCO, 2003). Sehingga memunculkan prediksi bahwa separuh dari populasi di dunia akan mengalami pencemaran sumber-sumber perairan dan juga penyakit berkaitan dengannya.

(25)

15

penyusutan sumber daya, dan adanya wabah penyakit dan keracunan. Masuknya limbah ke dalam sungai selain memberikan dampak terhadap perubahan fisik air sungai juga memberikan dampak secara khemis dan biologis terhadap air sungai. Secara umum dampak tersebut adalah terjadinya dekomposisi bakteri aerobik, dekomposisi bakteri anaerobik, dan perubahan karakter biotik.

Visi 21 yang diungkapkan PBB terhadap target penyediaan air dan sanitasi adalah: 1) Mengurangi separuh dari proporsi manusia dari tanpa akses menuju fasilitas sanitasi higenis pada tahun 2015, 2) Mengurangi separuh proporsi masyarakat dari tanpa akses air bersih yang berkelanjutan menuju kecukupan secara kuantitatif pada tahun 2015, dan 3) Penyediaan air dan sanitasi yang higenis pada tahun 2015 (WSSCC, 2000).

(26)

16

menggantungkan sumber air minumnya dari sungai. Dengan demikian mereka berada pada kondisi dan keadaan yang terancam.

Di Indonesia, sebagai salah satu contoh kasus adalah kondisi pencemaran di Sungai Gajahwong Yogyakarta. Sungai Gajahwong memiliki tidak kurang dari 73 daerah pembuangan sampah, dimana 97%-nya merupakan pembuangan dengan kategori sedang sampai dengan banyak, artinya produksi sampah di sepanjang daerah ini sangat besar dan sebagian besar sampahnya berasal dari warga sekitar. Apabila dilihat dari banyaknya titik-titik pembuangan sampah yang ada maka tidak mengherankan bila kualitas air sungai di Gajahwong mengalami penurunan. Hal itu antara lain terlihat dari tingginya kadar Cl yang mencapai 19,8 mg/l pada daerah titik pengamatan di sekitar daerah Dayu hingga Terminal Condong Catur, dan bakteri coli yang melebihi 2400 MPN/100 ml. Sedangkan di daerah tengah dari titik pengamatan Nologaten hingga Museum Affandi diperoleh nilai Cl sebsar 15,8-31,6 mg/l dan kadar coli juga lebih tinggi dari 2400 MPN/100 ml. Sedangkan di daerah hilir dari titik pengamatan daerah Sukowaten hingga Wirokerten diperoleh kadar Cl berkisar dari 26-180 mg/l dan kadar coli 1100 hingga lebih dari 2400 MPN/100ml (Widyastuti dan Marfai, 2004).

F. Sumur Resapan

(27)

17

dengan cara konvensional dimana air hujan dibuang atau dialirkan ke sungai diteruskan ke laut.

(28)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Kelurahan Pidada, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung dan lingkungan Gd. E, Jur. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas Lampung. Untuk lebih jelasnya, letak dan keadaan daerah-daerah tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah.

Sumber:Google®earth

(29)

19

Sumber:Google®earth

Gambar 3.2 Lokasi Gd. E, Jur. Teknik Sipil, Fak.Teknik, Univ. Lampung

Untuk wilayah Kelurahan Pidada dilakukan studi lapangan dan pengambilan data primer yang terkait dengan manajemen air tanah di wilayah tersebut dan pola perilaku konsumsi air oleh masyarakat dalam lingkup rumah tangga. Sementara untuk lingkungan Gd. E, Jur. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas Lampung dilakukan pembangunan sumur resapan sebagai sampel solusi alternatif yang mungkin bisa diterapkan di Kecamatan Panjang, Bandar Lampung guna mengatasi masalah manajemen air tanah di wilayah tersebut. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa permeabilitas dan karakteristik tanah di lokasi permodelan fisik sumur resapan analog dengan kondisi tanah di Kelurahan Pidada.

B. Metode Pengumpulan Data

(30)

20

1. Pengumpulan Data Primer

Data primer didapatkan dari studi lapangan di Kecamatan Panjang, Bandar Lampung, sebagai berikut:

a. Volume kebutuhan air pada musim kemarau untuk keperluan rumah tangga melalui kuisioner yang dibagikan kepada masyarakat;

b. Harga air dari berbagai sumber yang bisa dijangkau seperti air isi ulang, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), atau sumur bor bantuan pemerintah;

c. Harga material dan upah pekerja untuk keperluan pembangunan sumur resapan di daerah tersebut;

d. Dokumentasi tentang kondisi wilayah, sumber air, proses distribusi, serta manajemennya.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Untuk data sekunder didapatkan dari pengamatan terhadap aplikasi sumur resapan di lingkungan Gd. E, Jur. Teknik Sipil, Fak.Teknik, Universitas Lampung, yaitu:

a. Efektifitas sumur resapan dalam hal kemampuannya untuk menyerap air hujan;

b. Kebutuhan volume material untuk membangun sumur resapan.

C. Metode Analisis Data

(31)

21

1. Analisis Data Konsumsi Air

Berkaitan dengan data primer berupa volume kebutuhan air pada musim kemarau dan harga air di wilayah penelitian yang didapatkan melalui penyebaran kuisioner kepada masyarakat serta studi lapangan secara langsung. Dari data-data tersebut didapatkan rekapitulasi biaya konsumsi air oleh masyarakat per satuan rumah tangga.

2. Analisis Data Sumur Resapan

Berkaitan dengan data primer harga material dan upah pekerja serta data sekunder kebutuhan volume material dan efektifitas fungsi sumur resapan yang diperoleh dari studi lapangan secara langsung. Dari data-data tersebut dilakukan perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) sehingga diperoleh rekapitulasi biaya pembangunan sumur resapan.

3. Analisis Penerapan Manajemen Air Tanah

(32)

22

Gambar 3.3 Bagan Alir Penelitian Mulai

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Volume Kebutuhan Air

Harga Air

Harga Material & Upah

Dokumentasi

Efektifitas Sumur Resapan

Volume Material Sumur Resapan

Analisis Data

Data Konsumsi Air

Data Sumur Resapan

Penerapan Manajemen Air Tanah

Simpulan

(33)

23

D. Metode Penyajian Data

Data yang telah diperoleh di lapangan berupa data sekunder dan data primer, serta hasil analisis dan pengolahannya dievaluasi untuk kemudian disusun untuk pengambilan kesimpulan tentang sistem manajemen air tanah yang tepat untuk diterapkan di wilayah penelitian.

Skripsi ini berisi antara lain tentang maksud dan tujuan penelitian, keadaan umum daerah penelitian, metodologi penelitian dan permasalahannya, kesimpulan serta saran, dan hal-hal lain yang dianggap perlu. Beberapa konsep penyediaan data yang diperoleh untuk kepentingan kajian ini disajikan dalam beberapa bentuk, yaitu:

1. Tabel, digunakan untuk menunjukkan data-data yang bersifat tabular dan terdiri dari banyak data dimasukkan ke dalam format sederhana;

2. Gambar, digunakan untuk menunjukkan kondisi atau sebuah hasil analisis dalam bentuk visual sehingga mudah dimengerti;

(34)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penelitian serta analisis data hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa simpulan yaitu:

1. Musim kemarau memberikan dampak berkurangnya pasokan air bersih dari sumber-sumber yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Kelurahan Pidada, namun tidak membuat mereka beralih ke sumber air alternatif. Masyarakat menyikapinya dengan mengurangi volume konsumsi air sehari-hari.

2. Mayoritas masyarakat Kelurahan Pidada menggunakan sumber air berupa sumur bor dengan distribusi melalui selang ke rumah masing-masing. Sumur bor tersebut adalah milik warga lain atau pemerintah. Setiap kepala keluarga mengeluarkan biaya antara Rp. 2.000,- hingga Rp. 8.000,- (tergantung jarak) dengan jatah satu jam pengaliran setiap harinya.

(35)

32

mendekati volume kebutuhan air normal harian masyarakat Kelurahan Pidada.

4. Dibutuhkan ± 214 buah sumur resapan untuk keseluruhan wilayah Kelurahan Pidada, dan dibutuhkan Rp. 30.400,- per kepala keluarga jika biaya pembangunannya bersumber dari dana swadaya.

B. Saran

Terdapat beberapa saran yang perlu diperhatikan terkait dengan penelitian ini, yaitu:

1. Permodelan fisik sebaiknya dilakukan langsung di Kelurahan Pidada agar efektifitas fungsi sumur resapan lebih dapat mewakili kondisi dan karakteristik wilayah tersebut.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Arifaini, N. Sumiharni, Maryanto, A. Hardiyani K. R. 2006. Analisis Fungsi Sumur Resapan terhadap Pengurangan Limpasan di Lingkungan Perkantoran Pemerintah Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung. 13 hlm.

Aris Marfai, M. Krisis Air, Tantangan Manajemen Sumberdaya Air. 9 Maret 2008. 17 September 2012. http://arismarfai.staff.ugm.ac.id.

Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 618 hlm.

Badan Standardisasi Nasional. 2002. SNI 03-2453-2002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. 20 hlm.

Badan Standardisasi Nasional. 2002. RSNI T-15-2002, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Pipa dan Saniter. 16 hlm.

Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI 2835:2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan. 7 hlm.

Brooks, K.N, P.F. Ffolliott, H.M. Gregersen, dan J.L. Thames. 1989. Hydrology and the Management of Watershed. Ohio University Press. Columbus, USA.

CSE (Centre for Science and The Environment). 1999. The Citizen’s Fifth Report. Delhi

Gonick, L. dan W. Smith. 2002. Kartun Statistik. Kepustakaan Populer Gramedia. Jakarta. 232 hlm.

Goodland, R.J. dan H.S. Irwin. 1975. Amazon Jungle: Green hell to red desert?. Elsevier. New York. 155 hal.

Kompas. 20 Juni 2005. Cerita Lama, Jakarta Kekurangan Air Bersih. Gramedia, Jakarta.

(37)

Saputro, Ilham. 2012. Pengendalian Banjir Perkotaan yang Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan (Studi Kasus Wilayah Way Kandis). Bandar Lampung. 99 hlm.

Tim Peningkatan Penggunaan Bahasa Ilmiah. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung (Revisi ke-3). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 60 hlm.

UNESCO. 2003. Water for People-Water for Life. The United Nations World Water Development Report. Unesco Publishing/Berghahn Books.

WHO/UNICEF. 2000. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000 Report. Geneva.

Widyastuti, M, dan Marfai, M.A. 2004. Kapasitas Daya Tampung Sungai Gajahwong Terhadap Beban Pencemaran. Majalah Geografi, Vol 18 No 2, September 2004. ISSN 0125-1790, Hal 81-97. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.

WSSCC (Water Supply and Sanitation Collaborative Council), 2000. Vission 21, Water for People-A shared Vision for Hygiene, Sanitation and Water Supply and A Framework for Action. Geneva.

Gambar

Tabel 2.1 Neraca air wilayah Amerika Serikat
Gambar 2.1 Daur Hidrologi
Gambar 3.1 Lokasi Kelurahan Pidada, Kec. Panjang, Bandar Lampung
Gambar 3.2 Lokasi Gd. E, Jur. Teknik Sipil, Fak.Teknik, Univ. Lampung
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Semarang Saptianing, Dra. Bisnis Anggota Rif'ah Dwi Astuti, Dra.. NO JUDUL JURUSAN JABATAN JML. BIAYA. NAMA NIP/GOL DLM.

Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak, Norma Moral dan Kebijakan Sunset Policy terhadap Peningkatan

Kuadran I adalah posisi yang sangat bagus, dimana terdapat indikasi peluang yang begitu besar bagi Account officer dalam hal melakukan salah satu tugasnya yaitu

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya dan Syafa’at Rasulullah SAW kepada kita semua, sehingga penulis dapat

Modalitas fisioterapi yang dapat diberikan pada kasus Carpal Tunnel Syndrome adalah Infra Red (IR), Ultrasound , Trancutaneus Elctrical Nerve Stimulation (TENS),

Lama- kelamaan hot spot stress dapat memacu timbulnya retak (crack) , dengan beban siklis yang terus menimpa struktur selama masa operasinya maka retak (crack) ini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan menulis paragraf deduktif siswa yang mengikuti pembelajaran menulis dengan pembelajaran konstruktivisme dengan

Area 4rioritas rumah sakit adalah Instalasi $a9at Ina4 denan area 4elayanan utama yaitu 4elayanan 4enyakit dalam, anak, ke0idanan dan kandunan, 0edah, dan saraf. $S' )iradadi