• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) SEJARAH PADA MATERI STRATEGI PERGERAKAN NASIONAL DI INDONESIA UNTUK SMA KELAS XI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) SEJARAH PADA MATERI STRATEGI PERGERAKAN NASIONAL DI INDONESIA UNTUK SMA KELAS XI SKRIPSI"

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) SEJARAH PADA MATERI STRATEGI PERGERAKAN

NASIONAL DI INDONESIA UNTUK SMA KELAS XI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : Mesiwati Waruwu

161314034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) SEJARAH PADA MATERI STRATEGI PERGERAKAN

NASIONAL DI INDONESIA UNTUK SMA KELAS XI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : Mesiwati Waruwu

161314034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan yang Mahakuasa, Yesus Kristus dan kepada Bunda Maria atas limpahan berkat dan kasihnya.

2. Kedua orangtua saya Sokhi’ato Waruwu (Alm) dan Ibena Gulo yang selalu memberi semangat serta doa dalam setiap perjalanan hidupku.

3. Paman Sa’a Adrianus Aroziduhu Gulo dan Romo Purwo.

4. Abang Jolifati, kakak Dewi, Yenni dan adik-adikku Roswita, Kristoforus, Theodora Temani yang selalu memberi semangat untuk saya terus berjuang.

(4)

v MOTTO

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan

syukur. (Filipi 4:6)

Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil. (Lukas 1:37)

(5)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) SEJARAH PADA MATERI STRATEGI PERGERAKAN NASIONAL DI

INDONESIA UNTUK SMA KELAS XI Mesiwati Waruwu

Universitas Sanata Dharma 2020

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pada materi strategi pergerakan nasional di Indonesia untuk kelas XI. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development) yang menggunakan metode pengembangan model Dick and Carey dengan langkah-langkah: (1) analisis kebutuhan dan tujuan, (2) analisis pembelajaran 3) analisis pembelajaran dan konteks, (4) merumuskan tujuan performansi, (5) mengembangkan Instrumen, (6) mengembangkan strategi pembelajaran, (7) mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, (8) merancang dan melakukan evaluasi formatif, (9) melakukan revisi produk akhir. Produk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) divalidasi oleh 3 orang ahli LKPD dan 2 orang guru sejarah.

Hasil penelitian ini menunjukkan LKPD layak digunakan. Hal itu ditunjukkan dengan: hasil validasi dari ahli LKPD I termasuk dalam kriteria “baik” dengan rerata skor 3,89 dari skor maksimal 5,0, ahli LKPD II termasuk dalam kirteria “baik” dengan rerata skor 3,92 dari skor maksimal 5,0, ahli LKPD III termasuk dalam kriteria “sangat baik” dengan rerata skor 4,27 dari skor maksimal 5,0. Sedangkan hasil validasi praktisi oleh guru I termasuk dalam kriteria “baik” dengan rerata skor 4,12 dari skor maksimal 5,0, hasil validasi praktisi guru II termasuk dalam kriteria “sangat baik” dengan rerata skor 4,71 dari skor maksimal 5,0.

Kata Kunci: Penelitian Pengembangan, Sejarah, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), Strategi Pergerakan Nasional di Indonesia.

(6)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEET (LKDP) OF HISTORY ON THE MATERIAL OF NATIONAL MOVEMENT STRATEGY IN

INDONESIA FOR GRADE XI OF SENIOR HIGH SCHOOL Mesiwati Waruwu

Sanata Dharma University 2020

This study aims to develop a Student Worksheet (LKPD) on the material of national movement strategy in Indonesia for grade XI. This study is a research and development which used the Dick and Carey model development method with the steps: (1) analysis of needs and goals, (2) learning analysis, (3) learning and context analysis, (4) formulating performance goals, (5) developing instruments, (6) developing learning strategies, (7) developing and selecting learning materials, (8) designing and conducting formative evaluations, (9) and revising the final product. The Student Worksheet Product (LKPD) was validated by three LKPD experts and two history teachers.

The results of this study showed that LKPD is appropriate to be used. This was indicated from the validation results by the first LKPD expert was classified as a "good" criterion with an average score of 3.89 from a maximum score of 5.0, the second LKPD expert was classified as a "good" criterion with an average score of 3.92 from a maximum score of 5, 0, the third LKPD expert was classified as a "very good" criterion with an average score of 4.27 from a maximum score of 5.0. Meanwhile, the validation results by the first teacher was classified as a "good" criterion with an average score of 4.12 from a maximum score of 5.0, the validation results of practitioner by the second teacher was classified as a "very good" criterion with an average score of 4.71 from a maximum score of 5.0 .

Keywords: Development Research, History, Student Worksheets (LKPD), National Movement Strategy in Indonesia.

(7)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi masalah ... 6 C. Batasan Masalah ... 7 D. Rumusan masalah ... 7 E. Tujuan Penelitian ... 7 F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Spesifikasi Produk yang diharapkan ... 8

BAB II: KAJIAN TEORI ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme ... 10

2. Kurikulum Sejarah Peminatan ... 16

(8)

xiv

B. Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berpikir ... 29

BAB III: METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Rancangan Penelitian ... 33

C. Prosedur Penelitian ... 40

D. Uji Coba Produk ... 43

E. Subyek dan Obyek Penelitian ... 45

F. Jenis Data ... 45

G. Teknik Pengumpulan Data ... 45

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 46

I. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Penelitian ... 51

1. Analisis Kebutuhan ... 51

2. Deskripsi Produk Awal ... 52

3. Data Validasi dan Revisi Produk oleh Ahli LKPD ... 63

a. Data validasi oleh Ahli LKPD I ... 63

1) Deskripsi Data Validasi oleh Ahli LKPD I ... 63

2) Revisi produk oleh ahli LKPD I ... 66

b. Data validasi oleh ahli LKPD II ... 72

1) Deskripsi Data Validasi oleh Ahli LKPD I ... 72

2) Revisi Produk Berdasarkan Hasil Validasi ahli LKPD II ... 76

c. Data validasi oleh ahli LKPD III ... 84

1) Deskripsi Validasi oleh Ahli LKDP III ... 84

2) Revisi produk dari Ahli LKPD III ... 87

4. Data validasi praktisi guru sejarah ... 91

(9)

xv

1) Deskripsi Data Validasi Praktisi oleh Guru I ... 91

2) Revisi Produk oleh Guru I ... 96

b. Data Validasi Praktisi oleh Guru II ... 98

1) Deskripsi Data Validasi Praktisi oleh Guru II ... 98

2) Revisi Produk oleh Guru II ... 102

5. Analisis Data ... 102

1) Hasil Analisis Data oleh Ahli LKDP I ... 103

2) Hasil Analisis Data oleh Ahli LKDP II ... 108

3) Hasil Analisis Data oleh Ahli LKPD III ... 114

4) Hasil Analisis Data validasi Praktisi oleh Guru I ... 119

5) Hasil Analisis Data Validasi Praktisi oleh Guru II ... 126

B. Pembahasan ... 132 BAB V: KESIMPULAN ... 136 A. Kesimpulan ... 136 B. Keterbatasan Penelitian ... 138 C. Saran ... 138 DAFTAR PUSTAKA ... 140 LAMPIRAN ... 144

(10)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Untuk Ahli LKPD ... 47 Tabel 2: Kisi-Kisi Instrumen Validasi Untuk Guru Mata Pelajaran Sejarah ... 48 Tabel 3: Skala Lima Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) ... 50 Tabel 4: Hasil Penilaian Produk LKPD pada Aspek Materi oleh Ahli LKPD I 63 Tabel 5 : Hasil Penilaian Produk LKPD Pada aspek Isi oleh Ahli LKPD I... 64 Tabel 6: Hasil Penilaian Produk LKPD pada Aspek Tampilan (Fisik LKPD) oleh Ahli LKPD I ... 65 Tabel 7: Hasil Penilaian Produk LKPD pada Aspek Bahasa oleh Ahli LKPD I 65 Tabel 8: Rekapitulasi Penilaian Produk LKPD oleh Ahli LKPD I ... 66 Tabel 9: Saran dan Perbaikan oleh ahli LKPD 1 ... 67 Tabel 10: Hasil Penilaian Produk LKPD pada aspek Materi

oleh ahli LKPD II ... 73 Tabel 11: Hasil Penilaian Produk LKPD pada Aspek Isi oleh ahli LKPD II ... 73 Tabel 12: Hasil Penilaian Produk LKPD sejarah peminatan terhadap

aspek Tampilan (fisik LKPD) oleh ahli LKPD II ... 74 Tabel 13: Hasil Penilaian Produk LKPD sejarah peminatan terhadap aspek

Bahasa yang digunakan dalam produk LKPD oleh ahli LKPD II ... 75 Tabel 14: Rekapitulasi Penilaian Produk LKPD Oleh Ahli LKPD II ... 75 Tabel 15: Saran dan Perbaikan oleh Ahli LKPD II... 76 Tabel 16: Hasil Penilaian Produk LKPD pada aspek Materi oleh ahli LKPD III 84 Tabel 17: Hasil Penilaian Produk LKPD pada aspek Isi oleh ahli LKPD III .... 85 Tabel 18: Hasil Penilaian Produk LKPD pada aspek tampilan (fisik LKPD) oleh ahli LKPD III ... 85 Tabel 19: Hasil Penilaian Produk LKPD pada aspek Bahasa oleh ahli

LKPD III ... 86 Tabel 20: Rekapitulasi Penilaian Produk LKPD Oleh Ahli LKPD III ... 86 Tabel 21: Hasil Penilaian Produk LKPD pada Aspek tampilan (Fisik LKPD) oleh Guru I ... 92 Tabel 22: Hasil Penilaian Produk LKPD pada Aspek Materi oleh Guru I ... 93 Tabel 23: Hasil Penilaian Produk LKPD pada Aspek pembelajaran oleh

(11)

xvii

Guru I ... 93

Tabel 24: Hasil Penilaian Produk LKPD pada Aspek isi oleh Guru I ... 94

Tabel 25: Hasil Penilaian Produk LKPD pada Aspek bahasa oleh Guru I ... 94

Tabel 26: Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Guru pendidikan sejarah 1 ... 95

Tabel 27: Hasil Penilaian Produk LKPD pada Aspek tampilan oleh Guru II ... 98

Tabel 28: Hasil Penilaian Produk LKPD pada Aspek Materi oleh Guru II ... 99

Tabel 29: Hasil Penilaian Produk LKPD pada Aspek Pembelajaran oleh Guru II ... 99

Tabel 30: Hasil Penilaian Produk LKPD pada Aspek Isi LKPD oleh Guru II 100

Tabel 31: Hasil Penilaian Produk LKPD pada Aspek Bahasa oleh Guru II .... 101

Tabel 32: Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Guru II ... 101

Tabel 33: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Materi oleh ahli LKPD I .. 103

Tabel 34: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Isi oleh ahli LKPD I ... 104

Tabel 35: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Tampilan (Fisik LKPD) oleh ahli LKPD I ... 106

Tabel 36: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Bahasa dan Tulisan oleh ahli LKPD I ... 107

Tabel 37: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Materi oleh ahli LKPD II . 109 Tabel 38: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Isi oleh ahli LKPD II ... 110

Tabel 39: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Tampilan (Fisik LKPD) oleh ahli LKPD I ... 111

Tabel 40: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Bahasa dan Tulisan oleh ahli LKPD II ... 112

Tabel 41: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Materi oleh ahli LKPD III 114 Tabel 42: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Isi oleh ahli LKPD III ... 115

Tabel 43: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Tampilan (Fisik LKPD) oleh ahli LKPD III ... 117

Tabel 44: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Bahasa dan Tulisan oleh ahli LKPD III ... 118

Tabel 45: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Tampilan (Fisik LKPD) oleh guru I ... 120

(12)

xviii

Tabel 47: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Pembelajaran oleh guru I 122 Tabel 48: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Isi LKPD oleh guru I ... 123 Tabel 49: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Isi LKPD oleh guru I ... 125 Tabel 50: Hasil Analisis Data Validasi pada Aspek Tampilan (Fisik LKPD) oleh guru II ... 126 Tabel 51: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek materi LKPD oleh guru II 127 Tabel 52: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Pembelajaran oleh guru I 128 Tabel 53: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Isi LKPD oleh guru II ... 130 Tabel 54: Hasil analisis Data Validasi pada Aspek Isi LKPD oleh guru II ... 131

(13)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar I: Kerangka Berpikir ... 31

Gambar II: Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Dick & Carey ... 39

Gambar III: Prosedur Penelitian dan Pengembangan Berdasarkan Model Dick & Carey ... 42

Gambar IV: Alur Pelaksanaan Penelitian ... 44

Gambar V: Tampilan sampul depan produk awal ... 54

Gambar VI: Tampilan sampul belakang produk awal ... 54

Gambar VII: Tampilan kata pengantar pada produk awal ... 55

Gambar VIII: Tampilan daftar isi produk awal ... 56

Gambar IX: Tampilan petunjuk LKPD dan kompetensi dasar pada produk awal ... 57

Gambar X: Tampilan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran ... 58

Gambar XI: Tampilan dari sebagian materi pembelajaran ... 59

Gambar XII: Tampilan dari sebagian tugas mandiri, kegiatan peserta didik dan refleksi pada produk awal ... 60

Gambar XIII: Tampilan uji kompetensi peserta didik ... 61

Gambar XIV: Tampilan daft ar Pustaka ... 62

Gambar XVI: Tampilan produk bagian faktor pendorong pergerakan Nasional di Indonesia setelah direvisi ... 69

Gambar XVII: Tampilan produk awal sebelum direvisi ... 70

Gambar XIX: Tampilan produk awal yang penggunaan gambar tidak proporsional ... 71

Gambar XX: Tampilan produk setelah direvisi ... 72

Gambar XXI: Tampilan produk sebelum revisi ... 78

Gambar XXII: Tampilan produk setelah direvisi ... 78

Gambar XXIII: Tampilan produk sebelum direvisi ... 79

Gambar XIV: Tampilan produk setelah direvisi ... 80

Gambar XXV: Tampilan produk awal sebelum revisi ... 81

Gambar XXVI: Tampilan produk setelah direvisi ... 81

Gambar XXVII: Tampilan sampul belakang sebelum revisi ... 82

Gambar XXVIII: Tampilan sampul produk sebelum direvisi ... 83

Gambar XXIX: Tampilan cover produk LKPD setelah direvisi ... 83

Gambar XXX: Tampilan produk awal bagian halaman 3 paragraf 2-3 .... 88

Gambar XXXII: Tampilan produk awal halaman 11 mengenai Sarekat Islam ... 89

Gambar XXXIII: Tampilan produk bagian Sarekat Islam setelah direvisi . 90 Gambar XXXIV: Tampilan kata pengantar sebelum direvisi ... 96

(14)

xx

Gambar XXIV: Diagram Hasil analisis data validasi pada aspek materi

LKPD ... 104 Gambar XXXV: Diagram Hasil analisis data validasi pada aspek isi oleh .

ahli LKPD I ... 105 Gambar XXXVI: Diagram hasil analisis data validasi pada aspek tampilan

(fisik LKPD) dari ahli LKPD I ... 106 Gambar XXXVII: Diagram Hasil Analisis Data Validasi pada Aspek

Bahasa dari Ahli LKPD I ... 108 Gambar XXXVIII: Diagram hasil analisis data validasi pada aspek materi

LKPD oleh ahli LKPD II ... 109 Gambar XXXIX: Diagram hasil analisis data validasi pada aspek isi oleh ahli LKPD II ... 111 Gambar XL: Diagram Hasil Analisis Data Validasi Pada Aspek

Tampilan (Fisik LKPD) Oleh Ahli LKPD II ... 112 Gambar XLI: Diagram Hasil Analisis Data Validasi Pada Aspek

Bahasa Oleh Ahli LKPD II ... 113 Gambar XLII: Diagram hasil analisis data validasi pada aspek materi

LKPD oleh ahli LKPD III ... 115 Gambar XLIII: Diagram hasil analisis data validasi pada aspek Isi oleh

ahli LKPD III ... 116 Gambar XLIV: Diagram hasil analisis data validasi pada aspek tampilan

(fisik LKPD) oleh ahli LKPD III ... 117 Gambar XLV: Diagram hasil analisis data validasi pada aspek Bahasa

oleh ahli LKPD III ... 119 Gambar XLVI: Diagram hasil analisis data validasi pada aspek tampilan

(fisik LKPD) ... 120 Gambar XLVII: Diagram hasil analisis data validasi pada aspek materi

LKPD oleh Guru ... 122 Gambar XLVIII: Diagram hasil analisis data validasi pada aspek

Pembelajaran oleh Guru I ... 123 Gambar XLIX: Diagram hasil analisis data validasi pada aspek Isi

LKPD oleh guru I ... 124 Gambar L: Diagram hasil analisis data validasi pada aspek bahasa

oleh Guru I ... 125 Gambar LI: Diagram hasil analisis data validasi pada aspek tampilan

(fisik LKPD) oleh guru II ... 127 Gambar LII: Diagram hasil analisis data validasi pada aspek materi

LKPD oleh Guru II ... 128 Gambar LIII: Diagram Hasil analisis data validasi pada aspek

Pembelajaran oleh Guru II ... 129 Gambar LIV: Diagram Hasil analisis data validasi pada Aspek Isi

(15)

xxi

Gambar LV: Diagram Hasil Analisis Data Validasi pada Aspek

(16)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian ... 144

Lampiran 2a. Lembar penilaian ahli LKPD I ... 145

Lampiran 2b. Lembar Validasi Ahli LKPD II ... 148

Lampiran 2c. Lembar Validasi Ahli LKPD III ... 151

Lampiran 3a. Lembar Validasi Guru I ... 161

Lampiran 3b. Lembar Validasi Guru II ... 170

Lampiran 4. Silabus ... 178

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 179

Lampiran 6. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ... 197

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Negara Indonesia sebagai negara berkembang dalam pembangunan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat diandalkan. Salah satu usaha menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang dapat diandalkan adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia melalui pengajaran yang dapat menjadikan manusia menjadi lebih baik. Selain itu, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah.1 Sekolah merupakan salah

satu lembaga pendidikan formal yang dapat memberikan pelayanan pendidikan bagi generasi-generasi penerus bangsa. Hal itu sesuai dengan tujuan dan fungsi pendidikan nasional di Indonesia yang telah tertulis dalam UU RI no. 20 Tahun 2013 pasal 3 yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggungjawab.

(18)

Tujuan pendidikan nasional tersebut harus diupayakan dapat dicapai oleh semua penyelenggara pendidikan di Indonesia terutama pendidikan yang bersifat formal. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan adanya standar pendidikan, salah satunya adalah standar proses. Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Menurut peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 65 tahun 2013 mengatakan bahwa:

“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.”

Salah satu proses pembelajaran yang dapat membangun kompetensi peserta didik adalah pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah sangat penting untuk dikembangkan dan ditanamkan kepada peserta didik, karena sejarah merupakan ilmu tentang asal usul dan perkembangan masyarakat serta bangsa yang sifatnya berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa masa kini. Sejarah juga dapat dikatakan sebagai pengalaman kelompok manusia yang dapat digunakan sebagai cerminan untuk melangkah ke masa depan.

Senada dengan itu, pendidikan sejarah merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan kesejarah dari sekumpulan peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi serta mendukung terjadinya proses belajar peserta didik. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa tanpa sejarah manusia tidak mempunyai pengetahuan tentang dirinya dan

(19)

tanah air. Manusia yang demikian tidak mempunyai memori atau ingatan, sehingga pada dirinya tidak dapat dituntut suatu tanggung jawab. Untuk itu manusia yang memiliki rasa tanggung jawab, biasanya menyadari kedudukan sejarah sebagai suatu yang urgen dalam kehidupan terutama kehidupan bermasyarakat dan bernegara.2

Pendidikan sejarah merupakan suatu wahana penting dalam pendidikan suatu bangsa. Suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa banyak negara di dunia ini yang menempatkan pendidikan sejarah sebagai unsur penting dalam pendidikan kebangsaan mereka. Hal itu disebabkan adanya keyakinan bahwa pendidikan sejarah mampu mengembangkan sifat dan karakter generasi muda bangsa.3 Ketika generasi muda menjadi pemegang peran utama dan pendukung dalam menjalankan kehidupan bangsa maka karakter yang sudah terbentuk pada diri mereka menjadi landasan kuat dalam melaksanakan peran tersebut. Hal itu dikarenakan melalui pendidikan sejarah seseorang dapat memahami bagaimana bangsa ini lahir dan berkembang, permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan masa lalu, masa kini, bagaimana mereka menyelesaikan masalah tersebut dan bagaimana kita belajar dari pengalaman masa lampau tersebut dalam membentuk kehidupan masa depan agar menjadi lebih baik. Oleh sebab itu pembelajaran sejarah memiliki peran penting dalam mengembangkan jiwa dan karakter bangsa serta dapat membangun masa depan yang lebih baik.

2 Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Jakarta, Pustaka Jaya, 1995. hlm. 1 3 http://file.upi.edu.pdf. Diakses pada tanggal 16 April 2020, pukul 10.37 wib

(20)

Namun pada kenyataannya, pembelajaran sejarah kurang diminati oleh peserta didik. Hal itu dapat dilihat dari pengalaman peneliti ketika melakukan praktek mengajar (PLP-KP) di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, bahwa dalam proses pembelajaran peserta didik kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, suka mengantuk dalam kelas, bila diminta untuk memberi tanggapan dan pertanyaan peserta didik cenderung pasif. Selain itu hal yang sangat menyedihkan saat ini adalah bahwa pembelajaran sejarah dianggap pembelajaran yang tidak menarik dan membosankan seperti yang dikatakan oleh S. Hamid Hasan dalam makalah tentang “beberapa problematik dalam pendidikan sejarah” pendidikan sejarah dianggap sebagai sesuatu yang suram, tak bermakna, penuh dengan beban hafalan yang tak mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis, tak berkaitan dengan realita kehidupan, dianggap tidak membangkitkan rasa ingin tahu (study skill) serta mengembangkan kebangsaan positif. Jika anggapan tersebut dibiarkan begitu saja tanpa diberi pemahaman tentang sejarah dan maknanya dalam kehidupan kita maka, akibatnya peserta didik cenderung memiliki pandangan tersendiri tentang sejarah.

Hal tersebut disebabkan oleh 2 faktor yakni: faktor internal diantaranya adalah 1) kurangnya motivasi dan cita-cita peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sejarah, 2) sikap peserta didik kurang menempatkan pembelajaran sejarah sebagai pembelajaran yang urgen dalam kehidupannya. Sedangkan faktor ekstenal adalah 1) keluarga dan lingkungan yang kurang mendukung proses pembelajaran siswa, 2) sarana dan prasarana, kurangnya sumber sejarah bagi peserta didik yang dapat memperkuat teori yang diterima dari guru, 3) guru kurang kreatif dalam membuat alat evaluasi pembelajaran yang inovatif, variatif dan menyenangkan. Selain itu,

(21)

dalam proses pembelajaran sejarah, masih banyak guru menggunakan paradigma konvensional yakni paradigma“guru menjelaskan dan murid mendengarkan”.4

Artinya guru masih menggunakan metode ceramah atau guru hanya menjelaskan materi tanpa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Kemudian faktor lain yang mengakibatkan peserta didik kurang meminati pembelajaran sejarah misalnya mata pelajaran yang tidak dicantumkan sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional sehingga peserta didik kurang mengutamakan mata pelajaran sejarah sebagai mata pelajaran yang penting. Maka hal inilah yang mengakibatkan semangat dan minat belajar sejarah peserta didik menjadi rendah.

Untuk itu, solusi yang dimiliki guru sejarah saat ini yakni menciptakan pembelajaran sejarah yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, kreatif dalam mengembangkan alat evaluasi pembelajaran yang digunakan sehingga sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Salah alat evaluasi yang dapat digunakan guru sejarah adalah lembar kerja peserta didik (LKPD).

Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan sumber belajar yang berisi serangkaian kegiatan dan soal-soal bagi peserta didik untuk mempermudah dan meningkatkan pemahaman terhadap materi pembelajaran. Sebagian guru di sekolah sudah menggunakan LKPD akan tetapi belum maksimal. Berdasarkan hasil konsultasi terhadap guru sejarah di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, Bapak Sutrisna, pada hari Rabu, 19 Februari 2020 mengenai lembar kerja peserta didik, beliau

4Y.R Subakti. Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme. Universitas Sanata

(22)

mengatakan bahwa lembar kerja peserta didik yang digunakan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta hanya LKPD biasa. Biasa dalam hal ini yaitu hanya memuat beberapa soal yang akan diberikan kepada siswa.

Selain itu ketergantungan guru pada LKPD yang dikeluarkan tim MGMP/penerbit. Jika kita melihat LKPD yang dikeluarkan oleh tim MGMP merupakan LKPD yang dapat digunakan oleh semua sekolah-sekolah di Indonesia, sedangkan kemampuan dan kebutuhan setiap sekolah berbeda-beda sehingga LKPD yang digunakan kurang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, hal itu disebabkan karna guru sulit menemukan waktu untuk mengembangkan sendiri LKPD.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih menekankan pada pengembangan produk dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Sejarah Pada Materi Strategi Pergerakan Nasional di Indonesia Untuk SMA kelas XI”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas, maka identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Pembelajaran sejarah kurang diminati oleh peserta didik.

2. Peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran sejarah cenderung bersifat pasif.

3. Guru masih menggunakan paradigma konvensional “guru menjelaskan-murid mendengarkan”

(23)

4. LKPD belum sesuai dengan kebutuhan peserta didik karena masih menggunakan LKPD yang dikeluarkan oleh tim MGMP.

5. Penggunaan LKPD belum maksimal karena LKPD hanya berisi tentang soal-soal yang diberikan kepada siswa.

6. Guru sulit menemukan waktu dalam mengembangkan LKPD karena kesibukan mengurus administrasi-administrasi dalam meningkatkan kualitas sekolah.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada usaha mengembangkan LKPD pada kompetensi dasar 3.10 mengenai persamaan dan perbedaan strategi pergerakan nasional di Indonesia untuk SMA kelas XI IPS.

D. Rumusan masalah

Bagaimana pengembangan Lembar Kerja peserta Didik (LKPD) sejarah pada materi strategi pergerakan nasional di Indonesia untuk SMA kelas XI?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengembangkan lembar kerja peserta didik (LKPD) sejarah pada materi strategi pergerakan nasional di Indonesia untuk SMA kelas XI.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Sebagai suatu karya ilmiah maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai pengembangan lembar kerja peserta

(24)

didik (LKPD) sejarah pada materi tentang strategi pergerakan nasional di Indonesia.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan sebagai masukan dalam pengembangan lembar kerja peserta didik. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan

penelitian berikut yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Menyebarluaskan informasi mengenai pentingnya pengembangan lembar kerja peserta didik (LKPD) sejarah dalam menunjang ketercapaian proses pembelajaran yang baik.

b. Pengetahuan dan pengalaman selama mengadakan penelitian dapat ditransformasikan kepada masyarakat luas pada umumnya.

c. Memberikan sumbangan pikiran dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran agar lebih baik dan berkualitas.

G. Spesifikasi Produk yang diharapkan

Produk yang dihasilkan pada penelitian ini yakni LKPD berbasis sejarah pada materi pokok strategi pergerakan nasional di Indonesia untuk SMA kelas XI, dengan spesifikasi produk yang dihasilkan adalah:

1. LKPD yang dikembangkan berbentuk cetak atau visual yang mengacu pada kurikulum 2013.

(25)

2. LKDP yang dikembangkan berdasarkan pembelajaran sejarah pada materi strategi pergerakan nasional di Indonesia untuk SMA kelas XI.

3. LKPD yang dikembangkan berisi penugasan peserta didik yang meliputi:

a. Pengetahuan : esai dan pilihan ganda

b. Keterampilan : cerita sejarah, poster, TTS, peta konsep, komik

4. LKPD yang dikembangkan memuat gambar yang dapat memperkuat materi yang disampaikan.

5. LKPD ditujukan sebagai salah satu alat evaluasi pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sejarah.

(26)

10 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme

Proses pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan bagian terpenting dalam menciptakan output dan outcome peserta didik. Banyak pandangan dan pendapat tentang belajar dan pembelajaran. Secara umum belajar dapat dikatakan sebagai proses untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Sedangkan, pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses komunikasi yang memiliki tujuan tercapainya perubahan perilaku melalui interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan antar peserta didik.

Dalam memahami bagaimana proses belajar dan pembelajaran yang dilakukan, beberapa para ahli mengemukakan sejumlah teori tentang belajar. Secara umum ada tiga teori belajar yang telah dikenal secara luas yaitu behaviorisme, kognitivisme, Konstruktivisme. Teori tersebut memiliki pandangan yang berbeda tentang proses belajar. Penelitian ini secara spesifik akan membahas mengenai pembelajaran konstruktivisme. Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun, mengkonstruksi pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat kita hidup.5

5 Suyono, Hariyono, Belajar dan Pembelajaran, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011, hlm.

(27)

Pembelajaran konstruktivisme merujuk kepada pembelajaran yang dipengaruhi oleh ide dan pengalaman sebelumnya pada siswa. Pembelajaran konstruktivisme berpandangan bahwa pembelajaran berlaku bila individu membangun ilmu berdasarkan pengalaman mereka yang bermakna, serta membandingkannya dengan sumber lain. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil dari proses konstruksi atau bentukan kita sendiri.6 Dengan kata lain,

seseorang akan memiliki pengetahuan apabila terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan pembentukannya di dalam diri.

Senada dengan itu, Ramlan Jantan dan Maharani berpendapat bahwa pendekatan konstruktivisme mempercayai pembelajaran bermula dari pada pengetahuan dan pengalaman yang berada dalam ingatan atau struktur kognitif siswa.7 Menurut paham konstruktivis yang dikutip oleh Usman Samatowa mengatakan bahwa pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata).8 Pengetahuan tidak bisa ditransfer oleh guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Y.R Subakti yang mengatakan bahwa guru tidak serta merta memindahkan ilmunya kepada peserta didik dalam bentuk yang sempurna.9 Dengan kata lain, peserta didik harus membangun suatu

6 Benny A. Pribadi, Pendekatan Konstruktivis dalam Kegiatan Pembelajaran, (online)

repository.ut.ac.id/7275/1/L0022-18.pdf. diakses 04 Maret 2020

7 Usman Samatowa, Model Inovasi Pembalajaran Herbarium, Tira Smart : Tangerang, 2018, hlm.

112.

8 Ibid. hlm. 112.

9 Y.R Subakti. Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme. Yogyakarta:

(28)

pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing, dalam hal ini guru berfungsi sebagai fasilitator bagi siswa dalam mendapatkan ilmu.

Seorang ahli yang bernama Kukla memberikan tanggapannya mengenai konstruktivisme dengan menyatakan “all our concepts are constructed”.10 Hal itu

dapat diartikan bahwa semua konsep yang didapat oleh setiap orang merupakan suatu hasil dari proses konstruksi. Kukla beranggapan bahwa konsep yang dibangun berhubungan dengan suatu realitas. Selanjutnya Kukla berpendapat bahwa realitas merupakan hasil dari konstruksi setiap organisme.

Menurut Usman Samatowa konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba.11 Sedangkan menurut Tran Vui, mengatakan bahwa

konstruktivisme merupakan salah satu filosofi belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memprojeksikan pengalaman-pengalaman sendiri, sedangkan teori konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau keperluannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain.12 Dari pendapat Tran Vui tersebut dapat kita ketahui perbedaan antara konstruktivisme dengan teori konstruktivisme.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa teori konstruktivisme memberikan keaktifan terhadap peserta didik untuk belajar

10 Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 3. 11 Usman Samatowa, Model Inovasi Pembelajaran Herbarium, Tira Smart: Tangerang, 2018,

hlm.112

(29)

menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Kemudian pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme menuntut seorang pendidik agar mampu menciptakan pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Sejalan dengan itu, teori konstruktivisme ini memiliki tujuan yakni: 1) adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, 2) mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya, 3) membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap, 4) mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri, 5) lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.13

Kemudian pembelajaran yang berbasis konstruktivisme ini memiliki strategi pengajaran yang dikenal sebagai strategi pengajaran yang bertumpukan pada peserta didik. Dalam hal ini guru berfungsi sebagai fasilitator dalam membantu siswa menguasai pembelajaran mereka sendiri dari pada memberi usul dan mengontrol segala aktivitas pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran konstruktivisme pengajaran guru diibaratkan seperti menyediakan tangga yang akan membawa peserta didik kepada pemahaman tingkat lebih tinggi, tetapi pada masa yang sama peserta didik dikehendaki memanjat tangga tersebut secara mandiri.

(30)

Ringkasnya, dalam penerapan teori konstruktivisme ini peserta didik perlu memainkan peranan yang aktif dalam memahami dan memberikan makna pada setiap pengetahuan yang didapatkannnya. Salah satu teknik yang digunakan oleh guru untuk memancing peserta didik supaya aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah teknik pertanyaan, sehingga hal itu akan terus melatih peserta didik dalam meningkatkan kemampuannya memahami materi yang disampaikan.

Jika dilihat dari proses pembelajarannya, pendekatan konstruktivisme ini memiliki beberapa karakteristik menurut Hanafiah dan Suhana sebagai berikut:14

1. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik

2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik.

3. Pandangan yang berbeda di antara peserta didik dihargai sebagai tradisi dalam proses pembelajaran.

4. Dalam proses pembelajaran peserta didik didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan menyintesiskan secara terintegrasi

5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik dalam proses pencarian yang di alami

6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif dan kompetitif di kalangan peserta didik secara aktif, inovatif, dan menyenangkan.

7. Proses pembelajaran dilakukan secara kontekstual, yaitu peserta didik diharapkan ke dalam pengalaman nyata.

Adapun karakter-karakter guru yang telah menggunakan pembelajaran berbasis konstruktivisme menurut Brook dan Brooks yakni sebagai berikut:15

1. Guru adalah salah satu dari berbagai macam pusat sumber, bukan satu-satunya pusat sumber.

2. Guru membawa siswa masuk kedalam pengalaman-pengalaman yang menentang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka.

14 Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme, Alfabeta, Bandung, 2013,hlm. 39 15 Usman Samatowa, op.cit, hlm. 119

(31)

3. Guru membiarkan siswa berpikir setelah mereka disuguhi beragam pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru

4. Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa berdiskusi satu sama lain.

5. Guru menggunakan istilah-istilah kognitif seperti: klasifikasikan, analisis, dan ciptakanlah ketika merancang tugas-tugas.

6. Guru membiarkan siswa bekerja secara otonom dan bersifat inisiatif sendiri

7. Guru menggunakan data mentah dan sumber primer bersama-sama dengan bahan-bahan pelajaran yang dimanipulasi.

8. Guru tidak memisahkan antara tahap mengetahui dan proses menemukan. 9. Guru mengusahakan agar siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman

mereka karena dengan begitu merek benar-benar sudah belajar.

Sedangkan karakter-karakter siswa dengan pendekatan konstruktivisme adalah siswa membangun pengetahuan dalam pikirannya sendiri. Guru membantu proses pembangunan pengetahuan agar siswa dapat memahami informasi dengan cepat. Disamping itu, guru menyadarkan kepada siswa bahwa mereka dapat membangun makna. Siswa berupaya memperoleh pemahaman yang tinggi dan guru membimbingnya. Adapun misi utama pendekatan konstruktivisme yakni membantu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui proses internalisasi, pembentukan kembali dan melakukan transformasi informasi yang diperoleh yang diperolehnya sebagai pengetahuan yang baru.

Selanjutnya, konstruktivisme memiliki prinsip-prinsip yang diterapkan dalam proses pembelajaran yakni sebagai berikut: (1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, (2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar, (3) Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah, (4) Guru

(32)

sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar, (5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa, (6) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan, (7) Mencari dan menilai pendapat siswa, (8) Menyediakan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.16

2. Kurikulum Sejarah Peminatan

Kurikulum merupakan unsur penting dalam pendidikan karena kurikulum merupakan sebuah instrumen dalam sebuah pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas. Hal itu sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik yang mengatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.17 Di Indonesia

sendiri sudah mengalami beberapa pergantian kurikulum, salah satunya yakni kurikulum 2013. Terbitnya kurikulum 2013 menjadi salah satu langkah yang baik dalam kerangka penguatan karakter bangsa Indonesia.

Dalam pembelajaran kurikulum 2013 disekolah, dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific aproach). Proses pembelajaran yang mengimplentasikan pendekatan scientifik harus menyentuh tiga ranah yaitu, sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Dengan proses pembelajaran tersebut, maka harapannya akan melahirkan peserta didik yang

16 Ibid, hlm. 122

(33)

produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang didapatkannya.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik ini adalah terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan dan merumuskan hipotesis, mengumpulkan data/informasi dengan berbagai teknik, mengolah/menganalisis data/informasi dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan dan juga temuan lain diluar rumusan masalah untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.18

Zia Ulhaq mengatakan bahwa pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menggelar dan menetapkan sejarah sebagai sebuah mata pelajaran yang penting dalam kurikulum 2013, khususnya bagi pendidikan tingkat menengah atas (SMA-sederajat).19 Hal itu dikarenakan sejarah

merupakan mata pelajaran yang mampu menanamkan pengetahuan serta nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia pada masa lampau sampai masa kini. Sedangkan pembelajaran sejarah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari masa lampau, sehingga mereka dapat bersikap, bertindak dan bertingkahlaku dengan perspektif kebijaksanaan.20

18 Eka Aprilia Permatasari, Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Sejarah, Vol.3, No.1, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2014, hlm. 2. 19 Zia Ulhaq, dkk, Pembelajaran Sejarah Berbasis Kurikulum 2013 di SMA Kotamadya Jakarta,

http://journal.unj.ac.id. Diakses tanggal 09 Maret 2020.

20 Danu Eko, Penerapan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Pada Sekolah Menengah Atas,

(34)

Dalam kurikulum 2013, Mata pelajaran sejarah di SMA dibagi menjadi 2 yakni: pertama, mata pelajaran sejarah Indonesia merupakan sebuah mata pelajaran kelompok wajib, yang berarti mata pelajaran tersebut wajib diambil oleh seluruh jenis sekolah menengah tingkat atas. Kedua, mata pelajaran sejarah yang termasuk dalam kelompok peminatan ilmu-ilmu sosial.

Dalam sejarah Indonesia tidak hanya mengajarkan kognitif atau pengetahuan saja, melainkan dapat memunculkan watak/karakter dari tokoh sejarah sehingga peserta didik bisa meniru ataupun mengambil contoh untuk menerapkan sikap yang baik bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.21 Sedangkan sejarah

peminatan lebih menekankan kepada konsep, misalnya pengertian sejarah itu sendiri, siapa para ahli yang mengungkapkan, serta penelitian-penelitian sejarah dan historiografinya.22

Mata pelajaran sejarah untuk peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial lebih bersifat akademis untuk penguasaan ilmu sehingga dapat dihasilkan bibit-bibit penekun dan pengembang ilmu sejarah. Pembelajaran sejarah untuk peminatan cocok untuk mengembangkan keilmuan sejarah. Dari situ tidak hanya kesadaran sejarah yang dibentuk, namun dapat dihasilkan pula bibit-bibit peminat sejarah hingga calon ilmuwan sejarah, peneliti sejarah, sejarawan, maupun pendidik sejarah. 23

21 Eka Aprilia Permata Sari, “Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 pada

pembelajaran Sejarah”, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2014, hlm. 14.

22 Ibid.

23 Hendra Kurniawan, Literasi dalam Pembelajaran Sejarah, Gava Media, Yogyakarta, 2018,

(35)

Dalam silabus mata pelajaran sejarah (2016), mata pelajaran sejarah memiliki tujuan antara lain:24

1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mengenai kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia serta dunia melalui pengalaman sejarah bangsa Indonesia dan bangsa lain.

2) Mengembangkan rasa kebangsaan, cinta tanah air, dan penghargaan kritis terhadap hasil dan prestasi bangsa Indonesia dan umat manusia di masa lalu. 3) Membangun kesadaran tentang konsep waktu dan ruang dalam berpikir

kesejarahan (historical awareness).

4) Mengembangkan kemampuan berpikir sejarah (historical thinking), keterampilan sejarah (historical skills), dan wawasan terhadap isu sejarah (historical issues), serta menerapkan kemampuan, keterampilan dan wawasan tersebut dalam kehidupan masa kini.

5) Mengembangkan perilaku yang didasarkan pada nilai dan moral yang mencerminkan karakter diri, masyarakat, dan bangsa.

6) Menanamkan sikap berorientasi kepada kehidupan masa kini dan masa depan berdasarkan pengalaman masa lampau.

7) Memahami dan mampu menangani isu-isu kontroversial untuk mengkaji permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakatnya.

8) Mengembangkan pemahaman internasional dalam menelaah fenomena aktual dan global.

Selanjutnya, Kemendikbud (2016) menegaskan bahwa muatan isi mata pelajaran sejarah mengembangkan peserta didik agar memiliki kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik, pewaris nilai-nilai kebangsaan dan memiliki kepedulian terhadap permasalahan kehidupan masyarakat dan bangsa pada masa kini dan masa depan. Dari tujuan tersebut, tanpa disadari siswa akan diarahkan untuk memahami bahwa sejarah proses terbentuknya bangsa Indonesia tidak hanya diperjuangkan oleh satu tokoh saja, melainkan terbentuk dari

24 Hendra Kurniawan, Kajian Kurikulum dan Bahan Ajar Sejarah SMA Menurut Kulrikulum 2013,

(36)

bersatunya tokoh-tokoh lain dengan perbedaan suku, agama, gender, dan pemikiran.

Disamping itu, Pembelajaran sejarah dirancang untuk membekali peserta didik dengan keterampilan dan cara berpikir sejarah, membentuk kesadaran sejarah, menumbuhkembangkan nilai-nilai kebangsaan, mengembangkan inspirasi, dan mengaitkan peristiwa lokal, nasional dengan peristiwa global dalam satu rangkaian sejarah.25

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran dalam kurikulum 2013 dimaknai sebagai mata pelajaran yang berpotensi dan berkesempatan besar untuk menanamkan kesadaran sejarah sehingga mampu mengadopsi nilai-nilai kebangsaan.

3. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

a. Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar kerja peserta didik awalnya dikenal dengan sebutan Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar kerja peserta didik merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Menurut Trianto lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah panduan peserta didik yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah. 26

25 Ibid. hlm. 245

26 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Prenada Media Group, Jakarta,

(37)

Dalam LKPD siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari. Selain itu, dalam LKPD siswa dapat menemukan arahan yang terstuktur untuk memahami materi yang sampaikan oleh guru kepada peserta didik, dalam waktu yang bersamaan juga siswa diberi materi dan tugas yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Lembar kerja peserta didik dapat dikatakan sarana dalam menyampaikan pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam dalam meningkatkan keterlibatan atau aktivitas peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran.

Menurut Hidayah secara umum lembar kerja peserta didik merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP).27 Lembar kerja peserta didik ini berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal yang akan dijawab oleh peserta didik. Maka dari itu lembar kerja peserta didik sangat baik untuk dapat dikembangkan untuk memancing keterlibatan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan peserta didik, baik yang bersifat teoritis dan praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik dan penggunaannya tergantung

(38)

dengan bahan ajar lain. bahan ajar (learning mateials) atau juga dapat disebut sebagai bahan pembelajaran atau materi pembelajaran (instructional), merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar dapat didefinisikan sebagai seperangkat bahan atau materi yang disusun secara sistematis untuk mendukung terlaksananya pembelajaran secara efektif.28

Sejalan dengan itu, dalam menyiapkan lembar kerja peserta didik ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi oleh seorang guru yakni guru harus cermat dan memiliki pengetahuan serta keterampilan yang harus memadai.29 Hal itu dikarenakan sebuah lembar kerja peserta didik harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang dikusai oleh peserta didik itu sendiri.

b. Bentuk-bentuk Lembar Kerja Peserta didik

Menurut Andi Prostowo LKPD di kelompokkan menjadi lima bentuk, yakni sebagai berikut:

1. LKPD yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep.

2. LKPD yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan.

3. LKPD sebagai penuntun belajar. 4. LKPD sebagai penguatan.

5. LKPD sebagai petunjuk praktikum.

28 T.G. Ratumanan, Perencanaan Pembelajaran, PT Raja Grafindo Persada, Depok, 2019, hlm.

290.

(39)

c. Unsur-unsur LKPD

Unsur-unsur LKPD dilihat dari strukturnya terdiri dari 6 unsur yakni: judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, langkah kerja, penilaian. Sedangkan, dilihat dari formatnya LKPD memiliki unsur yakni: judul, kompetensi dasar yang hendak dicapai, waktu penyelesaian tugas, peralatan atau bahan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas, langkah-langkah mengerjakan tugas, tugas yang akan dikerjakan, penilaian.

d. Fungsi, Tujuan dan Kegunaan LKPD dalam kegiatan pembelajaran

Dalam mengembangkan lembar kerja peserta didik terdapat beberapa fungsi, tujuan dan manfaatnya. Berdasarkan pengertian lembar kerja peserta didik yang telah diuraikan sebelumnya maka fungsi LKPD dalam kegiatan pembelajaran adalah:

1. Lembar kerja peserta didik sebagai bahan ajar yang dapat meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa.

2. Lembar kerja peserta didik sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan oleh guru.

3. Lembar kerja peserta didik sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya akan tugas berlatih.

4. Lembar kerja peserta didik mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada siswa.

Durri Adriani mengungkapkan bahwa, paling tidak ada tiga point penting yang menjadi tujuan penyusunan LKPD, yakni sebagai berikut:30

1. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.

(40)

2. Menyajikan tugas-tugas yang yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan.

3. Melatih kemandirian belajar peserta didik.

4. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik. Selanjutnya, LKPD memiliki banyak manfaat bagi kegiatan pembelajaran, diantaranya yakni pendidik mendapat kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang akan dibahas. Selain itu menurut Darmodjo dan Kaligis berikut ini merupakan beberapa manfaat dari pengguna LKPD yakni:31

1. Memudahkan guru untuk mengelola proses belajar, misalnya mengubah kondisi belajar dari suasana “guru sentris” (dimana guru harus menerangkan mendikte, memerintah dan sebagainya, sedangkan peserta didik mendengar, mencatat, dan mematuhi semua perintah) berubah menjadi “peserta didik sentri” (dimana peserta memperoleh informasi dari berbagai sumber, misalnya dari perpustakaan, dari luar sekolah atau dapat juga melalui pengamatannya sendiri dari lapangan).

2. Membantu guru mengarahkan peserta didiknya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktifitasnya sendiri atau dalam kerja kelompok. 3. Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses,

mengembangkan sikap ilmiah, serta membangkitkan minat peserta didik terhadap alam sekitarnya.

4. Memudahkan guru memantau keberhasilan peserta didik untuk mencapai sasaran belajar.

e. Macam –macam lembar kerja peserta didik

Setiap lembar kerja peserta didik disusun dengan materi dan tugas-tugas yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Karena adanya perbedaan-perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi pada masing-masing lembar

31 Lidwina Yunita Krisna, Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang Mendukung Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Pokok Bahasan Statistika Kelas VIII di SMP Katolik Wana Murni Jembrana Tahun Ajaran 2018/2019, Universitas Sanata Dharma, Yoyakarta,

(41)

kerja peserta didik tersebut, hal ini berakibat pada jenis LKPD yang bermacam-macam. Jika ditelusuri lebih lanjut, kita dapat menemukan lima jenis LKPD yang umum digunakan siswa, yaitu: 32

1. LKPD yang Penemuan (Membantu Siswa Menemukan Suatu Konsep). Jenis LKPD ini memuat apa yang (harus) dilakukan siswa, meliputi : melakukan, mengamati, dan menganalisis. Rumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa kemudian mintalah siswa mengamati fenomena hasil kegiatannya, dan berilah pertanyaan analisis yang membantu siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan dibangun siswa dalam benaknya. Dalam penggunaannya, LKPD jenis ini didampingi oleh sumber belajar lain, misalnya buku, sebagai bahan verifikasi bagi siswa.

2. LKPD yang Aplikatif-Integratif (Membantu Siswa Menerapkan Dan Mengintegrasikan Berbagai Konsep yang Telah Ditemukan). Setelah siswa berhasil menemukan konsep, selanjutnya mereka dilatih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. LKPD jenis ini berisikan tentang tugas-tugas yang diberikan kepada siswa untuk berlatih, dan berdiskusi bersama teman kelompok.

3. LKPD yang Penuntun (Berfungsi Sebagai Penuntun Belajar). Jenis LKPD ini berisikan mengenai pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa dapat mengerjakan LKPD tersebut jika ia

(42)

membaca buku, sehingga fungsi utama LKPD ini ialah membantu siswa mencari, menghafal, dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. LKPD ini juga cocok untuk keperluan remedial.

4. LKPD yang Penguatan (Berfungsi Sebagai Penguatan). LKPD ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi yang dikemas di dalam LKPD penguatan lebih menekankan dan mengarahkan kepada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar. Jenis LKPD ini cocok untuk pengayaan.

5. LKPD Pratikum (Berfungsi Sebagai Pratikum). Dalam bentuk LKPD ini, petunjuk pratikum merupakan salah satu konten dari LKPD.

b. Langkah-langkah penyusunan LKPD

Menurut Prastowo (2014: 280-285) ada empat langkah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan LKPD yakni:33

1. Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa ke dalam LKPD, dalam latihan ini harus menentukan desain menurut tujuan pembelajaran.

2. Pengumpulan materi, langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan dalam LKPD. Kumpulkan bahan atau materi dan buat perincian tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa. Bahan yang akan dimuat dalam LKPD dapat dikembangkan sendiri atau dapat dengan memanfaatkan materi yang sudah ada.

3. Menyusun elemen atau unsur-unsur LKPD, pada bagian ini, guru mengintegrasi desain (hasil dari langkah) dengan tugas (sebagai hasil dari langkah kedua) hasilnya akan memperoleh produk LKPD.

4. Pemeriksaan dan penyempurnaan. Pada langkah ini, guru tidak langsung memberikan LKPD tersebut kepada siswa. Sebelum LKPD dibagikan

(43)

kepada siswa, guru hendaknya melakukan melakukan pengecekan kembali terhadap LKPD yang sudah dikembangkan dan memperbaiki jika ada kesalahan. Guru perlu mencermati kembali apakah LKPD yang sudah dikembangkan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diambil dari kompetensi dasar, sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa, kejelasan penyampaian LKPD mudah dibaca dan apakah tersedia cukup ruang untuk mengerjakan tugas yang diminta.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti didukung oleh penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya yakni:

1. Utami Ningsih (Skripsi), 2014 yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Untuk Membantu Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Melati Dalam Pembelajaran Sejarah Yang Bermakna Dengan Materi Akulturasi Kebudayaan Lokal Dan Hindu-Budha Di Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan layak digunakan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian ahli materi bahwa kualitas LKS yang dikembangkan termasuk dalam kategori “Sangat Baik” dengan rata-rata skor sebesar 4,3 dari hasil ahli media termasuk dalam kategori “Baik” dengan rata-rata skor 3,82, penilaian kelompok kecil diperoleh rata-rata skor 4,16 tergolong “Baik”, penilaian kelompok besar termasuk dalam kategori “Sangat Baik” dengan rata-rata skor 4,7.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami Ningsih dengan penelitian yang peneliti lakukan memiliki kesamaan dan perbedaan. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada pengembangan Lembar Kerja Peserta didik. Perbedaannya terletak pada bentuk LKPD yang dikembangkan,

(44)

LKPD yang kembangkan dalam penelitian Utami Ningsih menggunakan aplikasi Microsoft Office Word 2007, sedangkan peneliti mengembangkan LKPD menggunakan e-book dengan bantuan aplikasi 3D PageFlip. Selain itu, pengembangan LKPD milik Utami Ningsih dikembambangkan dengan materi akulturasi kebudayaan lokal dan Hindu Budha di Indonesia, sedangkan LKPD yang peneliti berdasarkan materi Strategi pergerakan nasional di Indonesia.

2. Lidwina Yunita Krisna (skripsi), 2019 yang berjudul Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang Mendukung Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Pokok Bahasan Statistika Kelas VIII di SMP Katolik Wana Murni Jembrana Tahun Ajaran 2018/2019. Hasil uji coba pemakaian LKPD yang dikembangkan oleh Lidwina Yunita Krisna berhasil dan efektif untuk membantu peserta didik dalam pembelajaran, hal itu dapat dilihat dari hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran masuk ke dalam kualifikasi tinggi dengan persentase 86,8%, hasil tes peserta didik yang memperoleh nilai diatas rata-rata adalah 92,9% dan ketuntasan belajar peserta didik sebesar 71,4%, serta kualifikasi angket peserta didik masuk ke dalam kategori tinggi saat persentase jumlah tanggapan peserta didik dengan kategori sangat tinggi sebesar 100%.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami Ningsih dengan penelitian yang peneliti lakukan memiliki kesamaan dan perbedaan. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada pengembangan Lembar Kerja Peserta didik. Perbedaannya adalah pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik

(45)

(LKPD) milik Lidwina Yunita Krisna yang dikembangan untuk SMP Katolik Wana Murni Jembrana berdasarkan materi statistika, sedangkan pengembangan yang peneliti lakukan di SMA berdasarkan materi Strategi pergerakan nasionalisme di Indonesia.

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan sejarah merupakan suatu wahana penting dalam pendidikan suatu bangsa. Namun pada kenyataannya, pembelajaran sejarah kurang diminati oleh peserta didik. Hal tersebut disebabkan oleh 2 faktor yakni: faktor internal diantaranya adalah 1) kurangnya motivasi dan cita-cita peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sejarah, 2) sikap peserta didik kurang menempatkan pembelajaran sejarah sebagai pembelajaran yang urgen dalam kehidupannya.

Sedangkan faktor eksternal adalah 1) keluarga dan lingkungan yang kurang mendukung proses pembelajaran siswa, 2) sarana dan prasarana, kurangnya sumber sejarah bagi peserta didik yang dapat memperkuat teori yang diterima dari guru, 3) guru kurang kreatif dalam membuat bahan ajar yang inovatif, variatif dan menyenangkan, dalam proses pembelajaran sejarah, masih banyak guru menggunakan paradigma “guru menjelaskan dan murid mendengarkan”. Maka hal inilah yang membuat peserta didik menjadi bosan, tidak aktif serta tidak memiliki minat belajar sejarah.

Pembelajaran sejarah yang baik menurut Y.R. Subakti adalah pembelajaran yang mampu menumbuhkan kemampuan peserta didik melakukan konstruksi kondisi masa sekarang dengan mengaitkan atau melihat masa lalu yang menjadi

(46)

basis topik pembelajaran sejarah.34 Agar pembelajaran sejarah menjadi baik dan diminati oleh peserta didik, maka harus ada tindakan dari guru sejarah untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dengan mengembangkan alat evaluasi yang dapat menumbuhkan minat peserta didik dalam mempelajari sejarah. Salah satu alat evaluasi yang dapat digunakan guru sejarah adalah lembar kerja peserta didik (LKPD).

Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan sumber belajar yang berisi serangkaian kegiatan dan soal-soal bagi peserta didik untuk mempermudah dan meningkatkan pemahaman terhadap materi pembelajaran. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik yang akan dikembangkan oleh peneliti menggunakan model prosedural milik Dik and Carey, namun peneliti hanya sampai pada tahap revisi produk tanpa menguji efektifitas dari produk akhir setelah melakukan validasi dari 2 ahli materi dan validasi dari guru mata pelajaran sejarah. Setelah menentukan model pengembangan yang akan dilakukan oleh peneliti maka dilanjutkan dengan pembuatan produk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

34 Y.R Subakti. Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme. Universitas Sanata

(47)

Berikut ini merupakan bagan kerangka berpikir dalam pengembangan bahan ajar Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sejarah peminatan berdasarkan materi strategi pergerakan nasionalisme di Indonesia.

Gambar I: Kerangka Berpikir Proses pembelajaran sejarah. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Penggunaan bahan ajar yang kurang variatif.

Dibutuhkan tindakan guru untuk menciptakan pembelajaran yang aktif,

inovatif dan menyenangkan. Pengembangan bahan ajar sejarah. Muncul masalah: 1. Peserta didik pasif 2. Peserta didik bosan 3. Peserta didik tidak

aktif.

Harapannya dapat menciptakan pembelajaran yang

aktif, inovatif dan menyenangkan. Pemilihan bahan ajar yang digunakan untuk

menciptakan pembelajaran yang

aktif, inovatif dan menyenangkan.

Produk LKPD yang dikembangkan layak

(48)

32 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah suatu metode penelitian yang digunakan dalam menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.35

Beberapa para ahli mendefinisikan mengenai pengertian metode penelitian dan pengembangan, diantaranya adalah Borg and Gall. Borg and Gall mengatakan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan proses/metode yang digunakan untuk memvalidasi dan mengembangkan produk.36 Produk disini maksudnya

adalah tidak hanya tertuju pada produk yang berupa benda seperti buku teks, film untuk pembelajaran dan soft ware (perangkat lunak) komputer, tetapi juga produk berupa metode dalam mengajar.

Secara sederhana R&D bisa didefinisikan sebagai metode penelitian yang secara sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan untuk mencaritemukan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan produk, model metode/strategi/cara, jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru, efektif, efisien, produktif, dan bermakna.

35 Sugiyono, metode penelitian & pengembangan Research and Development, Bandung, Alfabeta,

2015,hlm. 407

(49)

33

Penelitian dan pengembangan berfungsi untuk memvalidasi dan mengembangkan produk. Produk dalam hal ini berarti produk yang telah ada, dan peneliti hanya menguji efektivitas atau validitas produk tersebut. Mengembangkan produk dalam arti yang luas dapat berupa memperbarui produk yang telah ada (sehingga menjadi lebih praktis, efektif, dan efisien) atau menciptakan produk baru (yang sebelumnya belum pernah ada)37.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan model prosedural milik Dick and Carey. Model Dick and Carey terdapat 10 langkah yakni: 1) analisis kebutuhan dan tujuan, 2) analisis pembelajaran 3) analisis pembelajaran dan konteks, 4) merumuskan tujuan performansi, 5) mengembangkan Instrumen, 6) mengembangkan strategi pembelajaran, 7) mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, 8) merancang dan melakukan evaluasi formatif, 9) melakukan revisi, 10) evaluasi sumatif.38

1. Analisis kebutuhan dan tujuan

Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan program atau produk yang akan dikembangkan. Kegiatan analisis kebutuhan ini peneliti mengidentifikasi kebutuhan prioritas yang segera perlu dipenuhi. Dengan mengkaji kebutuhan, pengembang akan mengetahui adanya suatu keadaan yang seharusnya ada (what sould be) dan keadaan nyata atau riil di lapangan yang sebenarnya (what is). Dengan cara “melihat” kesenjangan atau gap yang terjadi, pengembangan mencoba

37 Ibid, hlm. 28.

38 Punaji Setiosari, Metode Penelitian & Pengembangan, edisi ketiga, Jakarta, Kencana, 2013, hlm

Gambar

Gambar XXIV:    Diagram Hasil analisis data validasi pada aspek materi
Gambar I: Kerangka Berpikir Proses pembelajaran sejarah. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Tabel 2: Kisi-Kisi Instrumen Validasi Untuk Guru Mata Pelajaran Sejarah
Gambar IX: Tampilan petunjuk LKPD dan kompetensi dasar pada produk awal.
+7

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Kimia Berbasis Problem Based Learning Pada Materi

Hasil penelitian yaitu (1) perangkat pembelajaran sejarah disusun berdasarkan kurikulum 2013 revisi, dan sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu buku paket

Berdasarkan hasil uji keterbacaan seluruh aspek yang dilakukan oleh guru SMAN 2, SMAN 10, dan SMAN 13 Bengkulu Utara sebagai validator diketahui bahwa

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 sekampung pada tanggal 13 Juni 2020 yaitu tentang pengaruh tentang penerapan LKPD berbasis pendekatan saintifik

Berdasarkan hasil penelitian tentang kelayakan teoritis LKPD 1 Jaringan Epitel dan LKPD 2 Jaringan Otot yang dikembangkan maka, dapat disimpulkan bahwa LKPD berbasis Edmodo

Selanjutnya hasil uji coba pada perorangan yang terdiri dari 3 orang peserta didik yaitu berupa data angket respon peserta didik, setelah peserta didik diberikan LKPD berbasis Problem

2 Tahun 2023 Hal: 506-514 https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK ELEKTRONIK E-LKPD BERBASIS STRATEGI KNOW-WANT-LEARNED KWL PADA

E-mail: endang_widjajanti@uny.ac.id Abstrak Penelitian pengembangan ini dilakukan dengan tujuan: 1 menghasilkan produk lembar kerja peserta didik LKPD materi asam basa yang mengacu