Alhamdulillah, kita layak bersyukur,
akhir-akhir gairahan masyarakat muslim Indonesia
dalam menghafal Al-Qur’an makin terasa
gregetnya. Pesantren Tahfidz berkembang
pesat. Rumah Tahfidz bermunculan di
mana-mana, Bahkan, televisi ikut berkontribusi
dengan mengadakan kompetisi, mengangkat
prestasi anak-anak usia sangat belia
menghafal Al-Qur’an. Sungguh, sebuah
fenomena yang layak disyukuri.
Perkembangan menarik yang tidak kalah
menggembirakan adalah munculnya gagasan
gerakan tahfidz ini sampai ke
sekolah/madrasah-madrasah. Bila gerakan
sekolah-madrasah berkeunggulan tahfidz berhasil, maka
dapat dibayangkan betapa dahsyat pengaruh
positifnya terhadap kualitas ruhaniah generasi
muda kita kelak. Insya-Allah, akan muncul satu
generasi qur’ani, yang boleh diharapkan memiliki
bekal keimanan-ketaqwaan dan komitmen moral
yang tinggi di masa depan. Cerdas pikiran, cerdas
Sayangnya, tingkat keberhasilan program tahfidz di madrasah yang diselenggarakan secara lebih masal ini belum terlalu memuaskan. Kendala terbesarnya ada pada metode, ketersediaan mushhaf Al-Qur’an yang tepat, ketersediaan asatidz atau guru pembimbing yang kompeten dan dalam jumlah yang cukup, serta sistem pengelolaan program dan pengalokasian waktu yang kurang memadai, terutama bila dikaitkan dengan sistem manajemen pembelajaran di sekolah-madrasah yang harus mempertimbangkan konfigurasi waktunya untuk mata pelajaran yang lain. Tentu faktor keseriusan, konsisten [istiqomah]. berkelanjutan dan kedisiplinan menjadi kendala yang serius juga.
Bagaimana bila dikaitkan dengan pelaksanaan program
tahfidz di madrasah? Tentu, perlu dilakukan beberapa
penyesuaian, apalagi bila menggunakan pendekatan
pembelajaran klasikal, bukan pendekatan
individual-mandiri. Untuk menyesuaikan dengan terbatasnya alokasi
waktu, pengelola program tahfidz di sekolah-madrasah
dapat memperkenalkan tagline One Week One Page,
seminggu hafal 1 halaman. Dalam kaitan ini, agar dapat
dilaksanakan secara lebih efektif dan optimal, diperlukan
petunjuk teknis yang lebih rinci. Dan hari ini kita akan
membahas hal itu.
PELAKSANAAN
Untuk pelaksanaan di madrasah alokasikan waktu 45 menit 2 kali dalam seminggu dalam program ekstrakurikuler (misalnya pukul 6.45 – 07.30 atau pukul 06.30 – 07.15) ditambah dengan 2 jam pelajaran intrakurikuler. Upayakan hari berseling-seling. Misalnya: 1. Siswa Aliyah kelas X hari Senin & Kamis (ekstrakurikuler pagi)
intra hari sabtu,
2. Siswa kelas XI hari Selasa-Jum’at (ekstra pagi) dan Senin (intra),
3. Siswa kelas XII hari Rabu-Sabtu (ekstra pagi) dan Selasa (intra).
PENGATURAN WAKTU 45 MENIT TSB DIATUR SBB : 1. Fase I, 5 menit, Menyimak & Menirukan:
Guru/Pembimbing memimpin doa untuk menghafal, kemudian membaca secara tartil setidaknya 3 kali per. 3 ayat saja tentu dijelaskan kajian tajwidnya, mahrajnya. Setelah itu, seluruh siswa dalam satu kelas diminta menirukan bersama-sama, dengan Guru/Pembimbing ikut membaca dengan suara jahar, sebagai pemandu bacaan. Lakukan berulang-ulang (+ 5-7 x).
2. Fase II, 25 menit, Mengulang Klasikal: Seluruh siswa mengulang-ulang membaca lagi secara bersama-sama, tanpa guru/pembimbing (+ 20 sd 25 kali). Guru
3. Fase III, 5 menit, Mengulang Individual: Siswa
menghafal sendiri-sendiri (individual) dengan
suara pelan (bagi yang masih ragu boleh
melakukan sistem buka-tutup mushhab atau
memejamkan mata). Guru tetap kontrol bacaan
siswa,
4. Fase IV, 10 menit, Penguatan & Uji Petik: Siswa
secara klasikal mengulang beberapa kali tanpa
melihat mushhab (+ 3-5 kali). Selanjutnya siswa
diuji hafalannya secara acak, bisa individual, bisa
pula secara berkelompok.
KETERANGAN
Di saat pembelajaran berakhir (jam terakhir),
Ketua Kelas memimpin semua teman
sekelasnya untuk mengulang bacaan Al-Qur’an
hari itu. Selanjutnya, siswa mengulang-ulang
dan memperkuat hafalannya secara
individual-mandiri di waktu luangnya. Perlu didorong
agar siswa membuat kelompok sendiri (3-5
orang) untuk saling simak hafalan, disela
belajar dan istirahatnya.
Di jam intrakurikuler (alokasi 2 jam pelajaran), pada 45
menit pertama pembelajaran tahfidz mengikuti tahapan
sebagaimana pembelajaran ekstrakurikuler di atas (lihat
ad 2), dilanjutkan 45 menit kedua dengan muroja’ah
hafalan 1 halaman yang dihafal minggu itu, sekaligus
setoran secara individual. (Siswa dinyatakan hafal 1
halaman dengan menandatangani buku kendali hafalan
individual).
Agar hafalan semakin kuat/tidak hilang, dianjurkan
setidaknya tiap 2 bln dilakukan muroja’ah secara
klasikal. Tiap akhir smt dilakukan evaluasi dan
Di saat pembelajaran berakhir (jam terakhir),
Ketua Kelas memimpin semua teman
sekelasnya untuk mengulang hafalan
Al-Qur’an yang dihafal hari itu. Selanjutnya,
siswa mengulang-ulang dan memperkuat
hafalannya secara individual-mandiri, di
waktu-waktu luangnya. Perlu didorong agar
siswa membuat kelompok sendiri (3-5 orang)
untuk saling simak hafalan, memanfaatkan
kesempatan-kesempatan yang
memungkinkan.
Di jam pembelajaran intrakurikuler (alokasi 2 jam
pelajaran), pada 45 menit pertama pembelajaran tahfidz
mengikuti tahapan sebagaimana pembelajaran
ekstrakurikuler di atas (lihat ad 2), dilanjutkan 45 menit
kedua dengan muroja’ah hafalan 1 hal yang dihafal
minggu itu, sekaligus setoran secara individual. (Siswa
dinyatakan hafal 1 halaman dengan menandatangani
buku kendali hafalan individual)
Agar hafalan semakin kuat dan tidak hilang, setidaknya
tiap 2 bulan dilakukan muroja’ah secara klasikal.
Tiap akhir semester dilakukan evaluasi dan pengambilan
nilai hafalan + 1 juz Al-Qur’an
Target dan Percepatan
Dengan tagline One Week One Page, alokasi
waktu tatap muka 3 kali seminggu, masing-masing
hanya ditargetkan hafal 3 ayat, maka target yang
dapat diraih adalah + 1 juz per semester, atau + 2
juz per tahun. Artinya, selama 3 tahun belajar di
SMA/SMK/MA atau SMP/MTs program tahfidz
dapat ditargetkan hafal 5-6 juz, untuk SD/MI sekitar
9-12 juz (6 tahun).
Apabila target ditingkatkan, misalnya dengan
menambah tatap muka menjadi 6 kali seminggu,
masing-masing hafal 3 ayat, maka tiap minggu
siswa akan hafal 2 halaman. Sehingga siswa
SMA/SMK/MA atau SMP/MTs bisa ditargetkan
hafal + 10-12 juz selama 3 tahun belajar. Sedang
siswa SD/MI dapat ditargetkan hafal 18-24 juz.
Tentu saja, bila ada pengelola SD/MI yang
berkomitmen untuk menargetkan siswanya lulus
SD/MI telah menyelesaikan hafalan 30 juz, hal ini
tetap dimungkinkan. Tentu harus dengan kerja
keras dan komitmen yang sangat tinggi.
Tentu saja, pengalokasian waktu dengan tahap-tahap
pembelajaran sebagaimana tersebut di atas bersifat alternatif minimal. Pengelola sekolah-madrasah dapat menambah sendiri dan atau memvariasikannya, agar hasilnya lebih baik.
Perlu diingat, pengalaman menunjukkan bahwa pengalokasian waktu kurang dari 3 hari dalam seminggu, misalnya hanya disediakan waktu 1 atau 2 jam pelajaran berturut-turut (intra) seminggu sekali, ternyata terbukti tidak efektif. Demikian pula dengan penugasan mandiri agar siswa menghafal sendiri, lalu seminggu sekali setoran, ternyata juga cenderung tidak efektif. Pendekatan penugasan individual-mandiri tampaknya lebih efektif diterapkan di pesantren-pesantren tahfidz yang pengkondisian suasananya relatif lebih kuat dan homogen.
Sangat dianjurkan, pembelajaran program tahfidz di jam
ekstrakurikuler dilaksanakan paralel di hari dan jam yang sama dalam 1 level kelas, sehingga suasana menghafal terasa lebih mendukung.
Pelaksanaan program tahfidz dengan sistem klasikal ini mengasumsikan semua siswa selevel kelas pada dasarnya menghafal rangkaian ayat yang sama, dan untuk sementara mengabaikan keragaman bekal hafalan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Bila ada sejumlah siswa tertentu yang ingin
menghafal dengan target yang lebih tinggi, karena bekal hafalannya yang lebih banyak, pengelola sekolah dapat
mengelompokkannya di kelas khusus, terpisah dari kelas-kelas reguler.
Kendala teknis berupa ketidakhadiran siswa tertentu, baik
karena sakit, tugas sekolah-madrasah, maupun halangan
syar’i tertentu (misalnya sedang haid untuk siswa
perempuan, bagi yang berpendapat perempuan haid tidak
boleh membaca Al-Qur’an), diatasi secara kasuistik,
antara lain dengan program remedial.
Guru/pembimbing program tahfidz dipilih dari kalangan
guru dan atau tenaga pendidik yang kompeten dan
bacaan Al-Qur’annya baik.
Pada kesempatan-kesempatan tertentu, misalnya setelah Evaluasi (Ulangan Umum) Akhir Semester sebelum penerimaan rapor, di hari-hari libur panjang atau diprogramkan secara khusus, sekolah-madrasah dianjurkan menyelenggarakan Dauroh Tahsin wa Tahfidz Al-Qur’an sebagai even penguat, sekaligus
menanamkan kecintaan pada Al-Qur’an.
Sekolah-Madrasah menyediakan Buku Kendali Tahfidz Al-Qur’an untuk tiap siswa dan Buku Laporan Perkembangan Program Tahfidz untuk masing-masing kelas. Buku-buku ini menjadi dasar pemberian nilai di rapor dan atau Syahadah (Sertifikat atau Surat Keterangan) Tahfidz Al-Qur’an.
Nilai syi’ar gerakan tahfidz di sekolah-madrasah akan terasa lebih bermakna bila di akhir tahun ajaran diselenggarakan Haflah Tahfidz Al-Qur’an (wisuda) di hadapan orang tua/wali siswa.