• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN TENTANG PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN SOREANG KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN IBU SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN TENTANG PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN SOREANG KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

53

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU SEBELUM DAN SESUDAH

PENYULUHAN TENTANG PEMBERIAN MP-ASI DI

KELURAHAN SOREANG KECAMATAN LAU

KABUPATEN MAROS

Suriani Rauf1, Salmiah1, H. Mustamin1, Besse Nuryapodong2

1

Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar 2

Alumni Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makasar

Abstract

Backgrounds: Repair feeding infants and children is an integral part of efforts to improve nutrition family which aims to reduce the Infant Mortality Rate (IMR). Mitigation and prevention of malnutrition in children need to be noticed, therefore mothers should know properly about complementary feeding and how the provision of complementary feeding is good and right.

Objectives: This study aims to describe the knowledge of the mother before and after counseling regarding the provision of complementary feeding in the Village District of Lau Soreang Maros.

Methods: This study is a descriptive-analytic study, with a sample of 30 people chosen by purpossive sampling.

Results: Result of this study show that mother knowladge before counseling about as much as 70.0% and after counseling both as much as 86.7%.

Cocnlucions: It is suggested to officers nutrition centers and all parties concerned to provide information to mothers about the importance of complementary feeding is good and right.

Keywords : Mother Knowledge, Complementary Feeding

PENDAHULUAN

Perbaikan makanan pada bayi dan anak adalah bagian integral dari usaha perbaikan gizi keluarga, antara lain bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Bayi (AKB). Ketidaktahuan cara pemberian makanan bayi dan anak merupakan kebiasaan yang merugikan kesehatan. Secara langsung dan tidak langsung menjadi masalah utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak usia 0-24 bulan. Hasil penelitian menyatakan bahwa kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan terjadi karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan penyediaan pangan tetapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat itu sendiri (WHO, Unicef 2007, dalam Masniwati, 2012).

Gizi yang adekuat pada masa bayi dan anak-anak sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan setiap anak. Periode dari lahir hingga usia 2 tahun merupakan periode yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan dengan optimal. (Dewey, 2003). Berdasarkan artikel yang berjudul standar emas dalam makanan bayi (Golden

standart of infant Feeding), WHO/UNICEF

telah merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; 1) Memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, 2) Memberikan ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, 3) Memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, 4) Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes RI, 2006).

(2)

54

Menurut Kemenkes RI No.450/ MENKES/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi yang ada di Indonesia telah menetapkan bahwa “Sangat dianjurkan pemberian ASI eksklusif bagi bayi lahir sampai dengan bayi berusia 6 bulan dan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai” (Khopiatuziadah, 2010).

Perbaikan pemberian makanan bayi dan anak adalah bagian integral dari Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) antara lain bertujuan menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak serta adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak khususnya pada usia dibawah 2 tahun (baduta) (Tatang , 2000).

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi antara lain: waktu pemberian MP-ASI, frekuensi, porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberiannya (Sunaedi, 2000). Komposisi dan konsistensi makanan tambahan bayi disesuaikan dengan perkembangan fisiologis dan psikomotor atau dengan kata lain disesuaikan dengan usia anak (Suhardjo, 2010).

Data Survei Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2003 menunjukkan konsumsi MP-ASI secara dini cukup besar, yaitu sebanyak 35% pada bayi kurang dari 2 bulan sebanyak 37% dan pada usia 2-3 bulan. Kejadian timbulnya kurang gizi pada anak dikarenakan gambaran dari pola asuh yang tidak sempurna.Ibu merupakan pelindung, pengasuh dan pendidik bagi anak. Bila ibu mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik dibidang kesehatan dan teori tentang gizi maka dalam mengolah makanan untuk anak bagi seorang ibu tentunya tidak akan mengalami kesulitan dalam mengolah makanan pendamping ASI (MP-ASI) (Pudjiadi 1997).

Berdasarkan beberapa penelitian dinyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak dikarenakan pemberian MP-ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian MP-ASI yang benar sehingga berpengaruh terhadapa sikap ibu dalam pemberian MP-ASI. Selama kurung waktu 1989 sampai 2004 terdapat sekitar 40 juta balita mengalami kurang gizi dari keseluruhan 211 juta balita yang ada. Meningkatnya jumlah anak balita yang

mengalami kurang gizi tersebut karena tidak terpenuhinya makanan seimbang.

Penanggulangan dan pencegahan kurang gizi pada anak, harus betul-betul di perhatikan, maka ibu harus mengetahui dengan benar tentang MP-ASI dan bagaimana pemberian MP-ASI yang tepat bagi anak. Menteri pemberdayaan perempuan mengatakan sekitar 6,7 juta balita 27,3% dari balita di indonesia menderita kurang gizi. Hal ini akibat MP-ASI yang salah (Depkes RI, 2006).

Secara nasional data status gizi balita di Indonesia tahun 2010 masing-masing gizi buruk 4,9%, gizi kurang 13,0%, gizi baik 76,2% dan gizi lebih 5,8%.sedangkan jumlah anak balita di sulewesi selatan, gizi buruk 6,4%.Data persentase bayi kurang 2,8%, baik 72,2%, lebih 18,6%. Data persentase bayi di Indonesia tahun 2010 yang diberikan makanan pralaktal menurut kelompok usia 0-5 bulan 44,7%,6-11 bulan 46,5% dan 12-23 bulan 41,6% (Balitbangkes, 2010).

Usia 6 sampai 12 bulan merupakan periode kritis pertumbuhan balita, karena pada usia tersebut anak sudah memerlukan MP-ASI yang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF 1998 menunjukkan bahwa MP-ASI yang dibuat di rumah tidak memenuhi syarat dari segi jumlah maupun kualitasnya. MP-ASI yang dibuat di rumah hanya memenuhi tambahan 50% energi, cukup protein, rendah zat gizi mikro dan vitamin 30% Zn dan Fe, 50% Vitamin A (Depkes, 2003).

Data pengetahuan ibu di Kecamatan Wajo Kota Makassar tahun 2011 adalah baik 78,6% dan kurang 21,4%. Sedangkan pengetahuan tentang pemberian MP-ASI adalah baik 71,4% dan kurang 28,6% (Nurlina, 2011). Wilayah Bowong Cindea Kabupaten Pangkep diperoleh hasil pengetahuan ibu tentang MP-ASI yaitu baik 4%, cukup 36%, kurang 60%.

Berdasarkan survei dasar gizi yang dilakukan dalam rangka Praktek Belajar Lapangan Perencanaan Program Gizi (PBL-PPG) Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Makassar pada bulan Nopember 2013, menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI kurang sebanyak 21 orang (47.7%), dan praktek pemberian MP-ASI kurang sebanyak 20 orang (45.0%) dari 40 orang.

Berdasarkan uraian di atas penulis telah melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang MP-ASI

(3)

55 sesudah penyuluhan di Kelurahan Soreang

Kecamatan Lau Kabupaten Maros.

METODE PENLITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif-analitik untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang MP-ASI sebelum dan sesudah penyuluhan.Waktu penelitian pada bulan Desember 2013 sampai bulan Juni 2014.

Sampel adalah Ibu yang mempunyai anak usia 6-12 bulan di Kelurahan Soreang Kecamatan Lau Kabupatan Maros, sebanyak 30 orang. dengan kriteria sampel sebagai berikut:Dengan kriteria:Responden bersedia diwawancarai, Responden bersedia diberikan penyuluhan dan Responden berada di lokasi selama pengumpulan data

Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Purpossive Sampling yaitu salah satu teknik pengumpulan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan oleh peneliti.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah menggunakan lembar kuesioner.Data mengenai pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah penyuluhan dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara terhadap responden dengan instrumen kuesioner.Data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data antara lain editing, coding, tabulasi dan narasi.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 02, diketahui bahwa usia responden pada umumnya berusia 20 – 30 tahun sebanyak 66.7%.

Tabel 02

Distribusi Karakteristik responden Berdasarkan Usiadi Kelurahan Soreang

Kabupaten Maros Usia Ibu n % 20-30 tahun 31-40 tahun >40 tahun 20 10 0 66.7 33.3 0 Total 30 100

Berdasarkan tabel 03, diketahui bahwa pendidikan terakhir reponden pada umumnya yaitu tamat SMP sebanyak 46.7%.

Tabel 03

Distribusi Karakteristik Responden BerdasarkanPendidikan di Kelurahan Soreang

Kabupaten Maros

Pendidikan Ibu n %

Tidak pernah sekolah Tidak tamat SD Tamat SD TAMAT SMP Tamat SMA 1 1 11 14 3 3.3 3.3 36.7 46.7 10.0 Total 30 100 Karakateristik Sampel Tabel 04

Distribusi Karaktersitik Usia Sampel di KelurahanSoreang Kabupaten Maros

Usia Sampel n % 6-11 bulan 12-24 bulan 5 25 16.7 83.3 Total 30 100

Berdasarkan tabel 04, diketahui bahwa usia sampel pada umumnya 12-24 bulan sebanyak 83.3%.

Tabel 05

Distribusi Karaktersitik Jenis Kelamin Sampel di Kelurahan Soreang Kabupaten Maros

Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan 13 17 43.3 56.7 Total 30 100

Berdasarkan tabel 05, diketahui bahwa jenis kelamin sampel pada umumnya perempuan sebanyak 56.7%.

Kategori Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

Tabel 06

Distribusi Pengetahuan Responden tentang pemberian MP-ASI sebelum Penyuluhan

di Kelurahan Soreang Kabupaten Maros

Pengetahuan n % Baik Kurang 9 21 30.0 70.0 Total 30 100.0

(4)

56

Berdasarkan tabel 06, diketahui bahwa pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan tentang MP-ASI pada umumnya kurang sebanyak 21 orang (70.0%).

Tabel 07

Distribusi Pengetahuan Responden tentang pemberian MP-ASI sesudah

Penyuluhan

di Kelurahan Soreang Kabupaten Maros

Pengetahuan n % Baik Kurang 26 4 86.7 13.3 Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 07, diketahui bahwa pengetahuan responden sesudah diberikan penyuluhan tentang MP-ASI pada umumnya baik sebanyak 26 orang (86.7%).

PEMBAHASAN

Hasil penelitian di Kelurahan Soreang Kecamatan Lau Kabupaten Maros dari 30 responden didapatkan hasil Sebelum dilakukan penyuluhan pengetahuan responden tentang MP-ASI pada umumnya tergolong sangat kurang yaitu 70%. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya kurangnya informasi yang diperoleh responden tentang pemberian MP-ASI, rendahnya tingkat pendidikan responden yang masih ada (46.7%) yang tidak tamat SMP dan peran tenaga kesehatan khususnya petugas gizi puskesmas belum maksimal. Berdasarkan hasil wawancara responden mengaku penyuluhan MP-ASI yang baik dan benar sangat diharapkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah penyuluhan pengetahuan responden tentang MP-ASI meningkat menjadi baik 86.7%, oleh sebab itu pemberian informasi tentang MP-ASI yang baik dan benar sangat berpengaruh dan sangat dibutuhkan oleh responden.

Penyuluhan merupakan salah satu cara meningkatkan pengetahuan responden melalui pemberian informasi secara lisan. Penyuluhan memiliki peranan dalam merubah perilaku responden dari melakukan hal yang kurang tepat ke hal yang lebih tepat.Posyandu merupakan salah satu tempat diadakannya penyuluhan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dimana biasanya dihadiri oleh kader posyandu, ibu bayi/balita, ibu hamil, dan aparat desa.Petugas kesehatan memberikan informasi-informasi terkait kesehatan sehingga

dapat memungkinkan terjadinya peningkatan pengetahuan dan perilaku.

Peningkatan pengetahuan responden yang meningkat secara nyata dapat dilihat dari hasil jawaban kuesioner dikarenakan responden telah mengikuti penyuluhan yang diselenggarakan selama dua hari berturut-turut dengan antusias dan memperhatikan penyuluhan secara saksama.Meskipun terdapat kendala pada saat memberikan penyuluhan yaitu kondisi responden yang membawa anak mereka sehingga perhatian mereka dapat mudah teralihkan dari materi penyuluhan yang disampaikan. Materi penyuluhan meliputi pemahaman dasar tentang MP-ASI, frekuensi, jenis, dan konsistensi pemberian MP-ASI yang sesuaii dengan usia anak, serta usia pemberian MP-ASI. Metode yang digunakan adalah metode ceramah dengan menggunakan media LCD projector dan alat tulis. Jika penyuluhan ini dilakukan secara rutin, akan meningkatkan pengetahuan responden lebih baik lagi dan lebih meluas sehingga dasar-dasar pengetahuan tentang MP-ASI sudah tidak asing lagi.

Pengetahuan yang didapatkan responden ini membentuk kepercayaan baru karena pemberi informasi adalah sumber yang dapat dipercaya. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan akan membentuk kepercayaan yang selanjutnya akan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsi kenyataan, menjadi dasar pengambilan keputusan dan menentukan sikap terhadap objek tertentu. Kepercayaan yang dimaksud adalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti, otoritas, pengalaman atau intuisi.Pengetahuan manusia berhubungan dangan jumlah informasi yang dimiliki seseorang.Semakin banyak informasi yang dimiliki maka semakin tinggi pula pengetahuan orang tersebut (Saryono 2003).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohmatika Dheny (2011) tentang pengetahuan ibu dengan MP-ASI di posyandu Karya Mulya Jetis Jaten menunjukkan bahwa dari 30 responden yang diteliti, untuk kategori baik pada pemberian makanan pendamping ASI sebanyak 86,7% dan katogori kurang sebnyak 13.3%. Responden yang meiliki kategori baik dalam pemberian MP-ASI terdiri dari responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 70.0%.

Kelemahan dalam penelitian ini tidak mengukur perubahan perilaku responden yaitu membuat MP-ASI yang baik dan benar,

(5)

57 sehingga tidak dapat mengetahui aplikasi dari

peningkatan pengetahuan ibu menegenai

KESIMPULAN

1. Pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan tentang MP-ASI pada umumnya kurang sebanyak 21 orang (70.0%)

2. Pengetahuan responden sesudah diberikan penyuluhan tentang MP-ASI pada umumnya baik sebanyak 26 orang (86.7%).

SARAN

1. Diharapkan kepada petugas gizi puskesmas dan semua pihak yang terkait untuk memberikan informasi kepada responden tentang pentingnya pemberian MP-ASI yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasminto W. (2008).Sistem Kesehatan. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada. Balitbangkes.(2010). Laporan Hasil Riset

Kesehatan Nasional 2010.Jakarta;

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes. (2003). Pedoman Umum Pemberian

Makanan Pendamping ASI Lokal (Mp-ASI) Lokal Tahun. Jakarta.

Depkes RI. (2006). Makanan Pendamping Air

Susu Ibu (MP-ASI)

Lokalhttp://.depkes.go.id/ASI/pedoman% 20MP-ASI%20Lokal.pdf diakses pada tanggal 6 Desember 2013).

Dewey R. (2003). Buku Terlengkap Bayi.

Jogjakarta: Flashbooks.

Falah Tatang S, dkk. (2000). Makanan

Pendamping Air Susu Ibu

(MP-ASI).Jakarta; Depertemen Kesehatan

dan Kesejahtraan Sosial.

Fanny Lydia, Amir Aswita, Dewi Thresia KB. (2009). Bahan Ajar Gizi dalam Daur

Kehidupan.Jurusan Gizi; Polteknik Kesehatan Makassar.

Khopiatuziadah.(2010). Perlindungan Terhadap Wanita Hamil dan Menyusui dalam Prespektif Perundang-Undangan Legislatif.Legislatif Indonesia.Volume 7(2).

Masniwati. (2012). Gambaran Pengetahuan

Ibu Tentang Pemberian Makanan

Pendamping ASI (Mp-ASI) Pada Bayi Usia 6-24 Bulan Kelurahan Sitampe Kecematan Tempe Kabupaten Wajo.

Karya Tulis. Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Makassar.

Notoatmodjo S. (2007). Kesehatan Masyarakat

Ilmu dan Seni.Jakarta; Rineka Cipta.

Nurlina A. (2011). Karakteristik Baduta yang

Mengalami Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Wajo Kota Makassar. Karya Tulis. Jurusan

Gizi Politeknik Kesehatan Makassar. Provewati A dan Kusumawati E. (2010).Ilmu

gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.Yogyakarta; Hura Medika.

Pudjiadi S. (1997). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak .Jakarta; Balai Penerbit FKUI.

Rohmatika Dheny. (2011). Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Bayi Usia 6-24 Bulan Di Posyandu Karyamulya Jetis Jaten.Karya Tulis. Jurusan Kebidanan

StiKes Kusuma Husada Surakarta. Saryono, (2003).Metodologi Penelitian

Kualitatif dalam Bidang

Kesehatan.Nuhab medika. Jakarta.

Suhardjo.(2010). Pemberian Makanan pada

Bayi dan Anak.Yogyakarta; Graha Ilmu.

Sulistyoningsi H. (2011). Gizi untuk Kesehatan

Ibu dan Anak.Yogyakarta; Graha Ilmu.

Yunita.( 2012). Gambaran Tingkat Pengetahuan Gizi ibu,Pemberian MP-ASI dan Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan di Puskesmas Sudiang Raya

Kecamatan Biringkanaya Kota

Makassar.Karya Tulis. Jurusan Gizi

Referensi

Dokumen terkait

Mengajar shooting dengan gaya komando yang dimaksud adalah, guru mengatur siswa sedemikian rupa agar dalam pelaksanaan shooting semua siswa memperoleh kesempatan

Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (independen) secara masing-masing parsial atau individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

(1) Pada saat Peraturan Rektor ini mulai berlaku, Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 535 Tahun 2O11, tentang Pengaturan Gerbang Masuk* Keluar dan Sistem

Prioritas utama bidang pertanian dalam rangka menjaga stabilitas pangan nasional yaitu peningkatan produksi padi. Salah satu masalah dalam produksi padi disebabkan

Hasil uji Friedman pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada perbedaan yang sangat nyata terhadap nilai tekstur tahu interaksi antara lama simpan dan jenis konsentrasi

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Surat Permohonan

En kertaakaan Harvemmin kuin kerran kuukaudessa Noin 1–3 kertaa kuu- kaudessa Noin kerran viikossa Päivittäin tai useita kertoja viikossa a) Vanhimmalle sisarukselleni ...

secara bahasa. Puasa yang seperti ini tidak hanya khusus di bulan Ramadhan saja tetapi untuk seterusnya sampai datang kematian dalam ketaatan pada Allah sehingga