• Tidak ada hasil yang ditemukan

L A P O R A N PETA KEKERINGAN DENGAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX) PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "L A P O R A N PETA KEKERINGAN DENGAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX) PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PETA KEKERINGAN DENGAN METODE SPI

(STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX)

PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG

Jl. Raya Kodam Bintaro No.82 Jakarta Selatan 12070

(2)

BMKG BMKG

Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

TIM PENYUSUN

Pengarah

: Dr. Widada Sulistya DEA

Dra.

Nurhaya , M.Sc

Penanggung Jawab

: Ir. ZS Handayani, MM

Ketua

: Triyogo Amberkahi, ST

Wakil Ketua

: Tina Kun Anggraeni, S.Kom

Sekretaris :

Tri

Nurmaya , S.Si

Anggota :

1.

RR

Kus ta Yus na, S.Si

2.

Devi

Febryan , ST

3. Yanuar Henry Pribadi, M.Si

4. Darman Mardanis, SE

5.

Kusairi,

S.Si

6.

Yuningsih,

Ah.MG

7. Tonny Satria Wijaya Kusuma, S.kom

8.

Diny

Fitriani

9.

Mikhson

(3)

KATA PENGANTAR

KEPALA UNIT PELAYANAN TEKNIS STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG

Puji dan syukur Kami ucapkan atas Rahmat dan Karunia Nya, Buku Peta Kekeringan Propinsi Banten

dan DKI Jakarta ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku ini memuat informasi hasil Analisis

Tingkat Kekeringan Propinsi Banten dan DKI Jakarta. Informasi ini merupakan hasil kegiatan Stasiun Klimatologi Pondok Betung tahun anggaran 2013.

Analisis kekeringan ini memberikan gambaran mengenai tingkat kekeringan berdasarkan nilai curah hujan dengan menggunakan metode Standardized Precipitation Index (SPI). Hasil analisis ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memonitor kejadian kekeringan meteorologis yang terjadi di Propinsi Banten dan DKI Jakarta. Sehingga diharapkan, melalui buku informasi ini pengguna (user) dapat mengetahui indikator tingkat defisit air serta dapat mengetahui kejadian penyimpangan curah hujan diatas normalnya di wilayah.

Kami ucapkan terima kasih atas kerjasama semua pihak terutama kepada seluruh staf Stasiun Klimatologi Pondok Betung yang telah bekerja keras dalam penyelesaian kegiatan ini.

Semoga buku ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam kegiatan di berbagai bidang khususnya di bidang pertanian.

Terima Kasih.

Tangerang, Oktober 2013 Kepala Stasiun Klimatologi Pondok Betung

Ir ZS Handayani MM NIP. 195710191979102001 , Oktobe oggggi Pondok BBBBetun Ir ZZZZS HaHaHaHandndndndndn ayani MM 1957101919791020

(4)

BMKG BMKG

Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

DAFTAR ISI

Halaman

TIM PENYUSUN ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ...iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ...iv

PENGERTIAN ...1

KEKERINGAN... 1

JENIS-JENIS KEKERINGAN ... 1

STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) ... 2

I. RINGKASAN ... 4

II. ANALISIS INDEKS KEKERINGAN SEPTEMBER 2013 ... 4

LAMPIRAN ...13

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Monitoring Tingkat Kekeringan berdasarkan Metode SPI ...6

Tabel 2. Monitoring Tingkat Kebasahan berdasarkan Metode SPI ...6

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1. Peta Monitoring Tingkat Kekeringan dan Kebasahan di Propinsi Banten dan DKI Jakarta Juli , Agustus - September 2013 ...5 Gambar II.2. Peta Monitoring Tingkat Kekeringan dan Kebasahan di Propinsi DKI Jakarta

Juli , Agustus - September 2013 ...8 Gambar II.3. Peta Monitoring Tingkat Kekeringan dan Kebasahan di Kabupaten Tangerang

Juli , Agustus - September 2013 ...9 Gambar II.4. Peta Monitoring Tingkat Kekeringan dan Kebasahan di Kabupaten Serang

Juli , Agustus - September 2013 ...10 Gambar II.5. Peta Monitoring Tingkat Kekeringan dan Kebasahan di Kabupaten Pandeglang

Juli , Agustus - September 2013 ...11 Gambar II.6. Peta Monitoring Tingkat Kekeringan dan Kebasahan di Kabupaten Lebak

Juli , Agustus - September 2013 ...12

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Curah Hujan dan Indeks SPI Tiga Bulanan di Beberapa Tempat di Propinsi Banten dan DKI Jakarta ...13

(6)

BMKG BMKG

Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

PENGERTIAN

KEKERINGAN

Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan (slow-onset disaster), berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan merupakan fenomena alam yang dak dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu dipahami. Variasi alam dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad. Dengan melakukan penelusuran data cuaca dalam waktu yang panjang, akan dapat dijumpai variasi cuaca yang beragam, misalnya: bulan bulan kering, tahun tahun kering, dan dekade basah-dekade kering.

Berkurangnya curah hujan biasanya ditandai dengan berkurangnya air dalam tanah sehingga pertanian merupakan sektor pertama yang akan terpengaruh. Cukup sulit untuk mengetahui kapan kekeringan akan dimulai atau berakhir, dan kriteria apa yang digunakan untuk menentukannya. Apakah kekeringan itu berakhir ditandai dengan faktor-faktor meteorologi dan klimatologi atau ditandai dengan berkurangnya dampak nega f yang dialami oleh manusia dan lingkungannya.

JENIS-JENIS KEKERINGAN

A. Kekeringan Meteorologis

Kekeringan ini berkaitan dengan ngkat curah hujan yang terjadi berada dibawah kondisi normalnya pada suatu musim. Perhitungan ngkat kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama terjadinya kondisi kekeringan. Intensitas kekeringan berdasarkan defi nisi meteorologis adalah sebagai berikut:

1. kering: apabila curah hujan antara 70% - 85% dari kondisi normal (curah hujan dibawah normal) 2. sangat kering : apabila curah hujan antara 50% - 70% dari kondisi normal (curah hujan jauh

dibawah normal)

3. Amat sangat kering : apabila curah hujan < 50% dari kondisi normal (curah hujan amat jauh dibawah normal)

B. Kekeringan Pertanian

Kekeringan ini berhubungan dengan berkurangnya kandungan air dalam tanah (lengas tanah) sehingga dak mampu lagi memenuhi kebutuhan air bagi tanaman pada suatu periode tertentu. Kekeringan per-tanian ini terjadi setelah terjadinya gejala kekeringan meteorologis. Intensitas kekeringan berdasarkan defi nisi pertanian adalah sebagai berikut :

(7)

1. Kering : apabila 1/4 daun kering dimulai pada bagian ujung daun (terkena ringan s/d sedang) 2. Sangat kering : apabila 1/4 - 2/3 daun kering dimulai pada bagian ujung daun (terkena berat) 3. Amat sangat kering : apabila seluruh daun kering (terkena puso).

C. Kekeringan Hidrologis

Kekeringan ini terjadi berhubungan dengan berkurangnya pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan hidrologis diukur dari ke nggian muka air sungai, waduk, danau dan air tanah. Ada jarak waktu antara berkurangnya curah hujan dengan berkurangnya ke nggian muka air sungai, danau dan air tanah, sehingga kekeringan hidrologis bukan merupakan gejala awal terjadinya kekeringan. Intensitas kekeringan berdasarkan defi nisi hidrologis adalah sebagai berikut :

1. kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran dibawah periode 5 tahunan 2. sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh dibawah periode 25

tahunan

3. Amat sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran amat jauh dibawah periode 50 tahunan.

D. Kekeringan Sosial Ekonomi

Kekeringan ini terjadi berhubungan dengan berkurangnya pasokan komodi yang bernilai ekonomi dari kebutuhan normal sebagai akibat dari dari terjadinya kekeringan meteorologis, pertanian dan hidrologis.

STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI)

Standardized PrecipitaƟ on Index (SPI) adalah indeks yang digunakan untuk menentukan penyimpangan

curah hujan terhadap normalnya dalam susatu periode waktu yang panjang (bulanan, dua bulanan, ga bulanan dst). Nilai SPI dihitung menggunakan metode sta s c probabilitas distribusi gamma.

Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh SPI adalah : • SPI dapat dihitung untuk skala waktu yang berbeda • Dapat memberikan peringatan dini kekeringan

• Dapat membantu menilai ngkat keparahan kekeringan • SPI lebih sederhana daripada Palmer Drought Severity Index

(8)

BMKG BMKG

Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

Berdasarkan nilai SPI, ditentukan kategori ngkat kekeringan dan kebasahan sebagai berikut: a) Tingkat Kekeringan

1. Sangat Kering : Jika nilai SPI ≤ -2,00 dengan probabilitas 2,3%

2. Kering : Jika nilai SPI -1,50 s/d -1,99 dengan probabilitas 4,4% 3. Agak Kering : Jika nilai SPI -1,00 s/d -1,49 dengan probabilitas 9,2% b) Normal : Jika nilai SPI -0,99 s/d 0,99 dengan probabilitas 68,2%

c) Tingkat Kebasahan

1. Sangat Basah : Jika nilai SPI ≥ 2,00 dengan probabilitas 2,3% 2. Basah : Jika nilai SPI 1,50 s/d 1,99 dengan probabilitas 4,4% 3. Agak Basah : Jika nilai SPI 1,00 s/d 1,49 dengan probabilitas 9,2%

Curah Hujan Tiga Bulanan adalah jumlah curah hujan selama ga bulan, yang digunakan sebagai dasar

(9)

I. RINGKASAN

- Analisis ngkat kekeringan dan kebasahan dengan menggunakan Index SPI, untuk akumulasi curah hujan ga bulan yaitu periode Juli, Agustus - September 2013.

- Secara umum ngkat kekeringan dan kebasahan dengan periode tersebut berada pada nilai

normal, agak basah, basah dan sangat basah.

- Tingkat kekeringan dengan ngkatan normal terjadi di sebagian kecil wilayah utara dan sebagian besar wilayah selatan Propinsi Banten.

- Tingkat kebasahan dengan ngkatan agak basah, terjadi di sebagian besar wilayah DKI Jakarta, sebagian kecil wilayah Kota Tangerang dan sebagian wilayah Kabupaten Tangerang, sebagian besar wilayah Kabupaten Serang, sebagian kecil wilayah utara Kabupaten Pandeglang serta sebagian kecil wilayah Kabupaten Lebak..

- Tingkat kebasahan dengan ngkatan basah, terjadi di sebagian kecil wilayah utara DKI Jakarta, sebagian besar wilayah Kota Tangerang dan sebagian wilayah Kabupaten Tangerang serta sebagian wilayah utara Kabupaten Serang.

- Tingkat kebasahan dengan ngkatan sangat basah, terjadi di sebagian wilayah utara Kota Tangerang dan sebagian kecil wilayah mur Kabupaten Tangerang

II. ANALISIS INDEKS KEKERINGAN JUNI 2013

Berdasarkan pengamatan curah hujan pada bulan Juli, Agustus - September 2013 di seluruh Propinsi Banten dan DKI Jakarta, disampaikan analisis ngkat kekeringan dan Kebasahan periode ga bulanan Juli, Agustus - September 2013 ditampilkan pada tabel 1 dan tabel 2, sedangkan peta Monitoring Tingkat Kekeringan dan Kebasahan di Propinsi Banten dan DKI Jakarta periode tersebut dapat dilihat pada Gambar II.1.

Suatu wilayah diperingatkan akan mengalami kekeringan jika di wilayah tersebut pada bulan berikutnya turun hujan dengan jumlah kurang dari hujan minimum (batas jumlah curah hujan yang harus dicapai oleh suatu wilayah untuk dinyatakan mengalami kekeringan). Wilayah-wilayah yang diperingatkan mengalami kekeringan pada bulan Oktober 2013 disajikan pada tabel 3.

(10)

BMKG

Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

(11)

Tabel 1. Monitoring Tingkat Kekeringan berdasarkan Metode SPI DAERAH TINGKAT KEKERINGAN SANGAT KERING KERING AGAK KERING NORMAL

DKI Jakarta - - - DKI Jakarta bagian tenggara dan sebagian kecil wilayah barat DKI Jakarta

Tangerang - - - Sebagian kecil wilayah selatan Kab.Tangerang

Serang - - - Sebagian wilayah Kab.Serang

Pandeglang - - - Sebagian besar wilayah Kab.Pandeglang

Lebak - - - Sebagian besar wilayah Kab.Lebak

Tabel 2. Monitoring Tingkat Kebasahan berdasarkan Metode SPI

DAERAH

TINGKAT KEBASAHAN

SANGAT BASAH BASAH AGAK BASAH

DKI Jakarta - Sebagian kecil wilayah utara DKI Jakarta

Sebagian besar wilayah DKI Jakarta Tangerang Sebagian wilayah utara Kota Tangerang dan sebagian kecil wilayah timur Kab.Tangerang Sebagian besar wilayah Kota Tangerang dan sebagian wilayah Kab.Tangerang

Sebagian kecil wilayah Kota Tangerang dan sebagian wilayah Kab.Tangerang

Serang - Sebagian wilayah utara Kab.Serang

Sebagian besar wilayah Kab. Serang

Pandeglang - - Sebagian kecil wilayah utara Kab Pandeglang

Lebak - - Sebagian kecil wilayah

(12)

BMKG BMKG

Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

Suatu wilayah diperingatkan akan mengalami kekeringan jika di wilayah tersebut pada bulan berikutnya turun hujan dengan jumlah kurang dari hujan minimum, yaitu batas jumlah CURAH

HUJAN MINIMUM yang harus dicapai oleh suatu wilayah untuk dinyatakan TIDAK mengalami

kekeringan. Daerah-daerah yang diperingatkan mengalami kekeringan pada bulan Oktober 2013 disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3. Peringatan Kekeringan Meteorologis Oktober 2013

DAERAH WILAYAH HUJAN MINIMUM (mm) DKI Jakarta - -Tangerang - -Serang - -Pandeglang - -Lebak -

-Jika jumlah curah hujan bulan Oktober 2013 pada wilayah-wilayah yang diperingatkan mengalami kekeringan (Tabel 3) kurang dari hujan minimumnya, maka wilayah tersebut akan mengalami kekeringan. Pada bulan Oktober 2013 tidak ada peringatan kekeringan meteorologis.

Pada laporan edisi Oktober 2013 ini tidak ada evaluasi peringatan kekeringan meteorologis bulan September 2013 yang berisikan jumlah hujan minimum dan jumlah curah hujan pada bulan September 2013 di wilayah Banten dan DKI Jakarta, karena tidak ada peringatan kekeringan meteorologis pada bulan September 2013.

(13)
(14)

BMKG

Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

(15)
(16)

BMKG

Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

(17)
(18)

BMKG BMKG

Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

LAMPIRAN

Lampiran 1.

DATA CURAH HUJAN DAN INDEKS SPI TIGA BULANAN DI BEBERAPA TEMPAT DI PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

Jul 2013 Agt 2013 Sep 2013

1 Cengkareng 352 66 46 1.70 2 Curug 386 122 54 1.20 3 Halim 165 19 22 0.38 4 Kemayoran 256 36 50 1.10 5 Pondok Betung 348 129 32 0.88 6 Serang 244 122 35 1.20 7 Tangerang 311 155 90 1.80 8 Tanjung Priok 193 118 71 1.50 9 Karet 335 38 26 1.30 10 Kedoya 297 107 33 1.10 11 Manggarai 316 96 55 1.10 12 Pakubuwono 321 89 59 1.00 13 Pulogadung 424 53 70 1.50 14 Rorotan 220 0 5 1.10

15 Sunter III Rawabadak 304 153 46 1.90

16 Sunter Kodamar 200 33 42 1.20

17 BPP Caringin 460 133 94 0.65

18 Jatiwaringin Mauk 428 95 33 2.10

19 UPTD Balaraja 204 48 99 1.10

20 UPTD Benda Sukamulya 281 99 160 1.90

21 UPTD Bendung Ciputat 240 157 48 1.70

22 UPTD Cipondoh 330 47 69 1.30

23 UPTD Kresek 194 35 51 1.30

24 UPTD Kronjo 286 84 30 1.30

25 UPTD Rajeg Banyawakan 288 58 33 1.20

26 UPTD Sepatan 483 129 56 2.20

27 UPTD Serpong 313 97 103 1.20

28 UPTD Tegal Kemiri 334 182 112 2.50

29 Anyer 576 65 22 1.40 30 Baros 314 95 82 1.20 31 Carenang 380 45 10 1.80 32 Cinangka 188 16 57 0.73 33 Ciomas 380 66 132 1.20 34 Ciruas 286 0 30 1.30

(19)

Jul 2013 Agt 2013 Sep 2013 35 Kasemen Kilasah 330 38 8 1.80 36 Kragilan Kalenpetung 234 8 71 1.10 37 Kramatwatu Pegadingan 274 57 11.5 1.70 38 Mancak 281 10 6 0.68 39 Pabuaran 303 183 66 1.40 40 Pamarayan 232 68 122 1.00 41 Pontang 280 56 21 2.00 42 Ragas Hilir 304 181 38 2.10 43 Singamerta 319 12 47 1.50 44 Tirtayasa 212 92 20 0.77 45 Walantaka 295 0 0 0.83 46 Bd Ciliman 105 27 25 0.40 47 Cibaliung 187 133 4 0.57 48 Cikeusik 283 100 0 0.73 49 Cimanggu 151 169 13 0.98 50 Cimanuk 425 138 86 1.30 51 Jiput 391 85 95 0.92 52 Labuhan 255 141 96 1.00 53 Mandalawangi 333 82 61 0.76 54 Menes 338 41 82 0.70 55 Pandeglang 341 132 201 0.55 56 Bojong Leles 211 107 96 0.58 57 Bojong Manik 313 141 62 1.10 58 BPP Leuwidamar 376 40 105 0.76 59 BPP Sajira 318 201 57 1.10 60 Cijaku 488 153 85 0.17 61 Cijaura/ Cimesir 192 42 101 0.55 62 Cilaki/ Ciminyak 238 133 162 0.39 63 Cisangu Atas 312 89 190 0.85 64 Kecamatan Cimarga 212 81 153 0.91 65 Lebak Parahiang 395 65 141 1.10 66 Malingping Utara 595 104 16 1.40 67 Panyaungan 373 91 5 1.20

68 Pasir Ona Rangkas 276 30 156 0.45

69 Sampang Peundeuy 347 68 137 1.00

70 Warung Gunung 262 124 77 0.65

(20)

Gambar

Gambar  II.1
Tabel 1. Monitoring Tingkat Kekeringan berdasarkan Metode SPI
Tabel 3. Peringatan Kekeringan Meteorologis Oktober 2013
Gambar  II.2
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang pertama dilakukan adalah perhitungan hujan wilayah untuk menghitung indeks kekeringan dan ketajaman kekeringan SPI historis dan untuk input data

Data yang digunakan adalah data curah hujan bulanan dari 16 stasiun penakar hujan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015 yang dihitung menggunakan statistikan probabilitas distribusi

Analisis prakiraan ngkat kekeringan dan kebasahan dengan menggunakan indeks SPI untuk akumulasi curah hujan ga bulanan Maret - Mei 2015 di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Analisis tingkat kekeringan dan kebasahan dengan menggunakan indeks SPI untuk akumulasi curah hujan tiga bulanan Mei - Juli 2015 di wilayah Propinsi Banten dan DKI

Analisis prakiraan ngkat kekeringan dan kebasahan dengan menggunakan indeks SPI untuk akumulasi curah hujan ga bulanan Oktober - Desember 2014 di wilayah Propinsi Banten dan DKI

El-Nino yang terjadi pada tahun 2015 bukanlah satu-satunya penyebab kekeringan di sejumlah wilayah Indonesia, namun juga disebabkan oleh peristiwa IOD (+) pada bulan

Penelitian yang pertama dilakukan adalah perhitungan hujan wilayah untuk menghitung indeks kekeringan dan ketajaman kekeringan SPI historis dan untukinput data dalam

Berdasarkan pengamatan dari data presipitasi melalui data CHIRPS pada tabel 2, ditemukan bahwa wilayah Jawa Barat mengalami tingkat curah hujan yang sangat minimal pada periode Juli -