• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PETUGAS KEBERSIHAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti DI UNIVERSITAS PADJADJARAN TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PETUGAS KEBERSIHAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti DI UNIVERSITAS PADJADJARAN TAHUN 2017"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Dies Natalis ke-16 STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | ISSN 2654-5411

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PETUGAS KEBERSIHAN

DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti DI UNIVERSITAS

PADJADJARAN TAHUN 2017

Yukan Niko Agrianfanny 1, Ruhyandi 2, Ike Hermawati2, Lia Faridah1 Divisi Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran,

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi.

ABSTRAK

Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penyebar penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi masalah utama bagi kesehatan. Keberadaan jentik Aedes aegypti dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku petugas kebersihan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Universitas Padjadjaran tahun 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah crossectional. Sampel merupakan petugas kebersihan di Universitas Padjadjaran Jatinangor yang dipilih secara Proportional systematic random sampling. Keberadaan jentik Aedes aegypti diobservasi pada wilayah kerja responden. Variabel pengetahuan diukur menggunakan kuesioner, sedangkan variabel perilaku diukur dengan wawancara dan observasi. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis menggunakan uji korelasi Chi-square. Hasil uji statistik menunjukkan pada α= 5% terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku dengan keberadaan jentik Aedes aegypti (p-value 0,0001), dan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti (p value =0,906) di Universitas Padjadjaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perlu dilakukan sosialisasi dengan memberikan edukasi kepada petugas kebersihan dan menyediakan fasilitas seperti larvasida untuk meningkatkan peran serta dalam pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan Universitas Padjadjaran.

Kata kunci : Aedes aegypti, Pemberantasan Sarang Nyamuk, Universitas Padjadjarann

ABSTRACT

Aedes aegypti mosquito is a vector spreader of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) which is still a major problem for health. The presence of larva Aedes aegypti can be influenced by the knowledge and behavior of community about Mosquito breeding sites eradication. The purpose of this study is to determine the relationship of janitor‘s knowledge and behavior with the Aedes aegypti larvae existance at Padjadjaran University in 2017.This research used crossectional method. The sample are janitor at Padjadjaran University Jatinangor which is chosen by Proportional systematic random sampling. The presence of Aedes aegypti larvae are observed in the respondent's work area. The knowledge variable are measured using questionnaire, while the behavioral variable data are measured using interview and observation. The data obtained then analized using Chi-square correlation test. Analysis result shows that there is a significant correlation between behavior with Aedes aegypti larvae existance (p-value 0.0001), and there is no correlation between knowledge with Aedes aegypti larva existence (p value = 0,906) at Padjadjaran University. Based on the results of this study, it is necessary to socialize by providing education to janitors and providing facilities such as larvacide to increase participation in the implementation of mosquito breeding site eradication in Padjadjaran University.

Keywords: Aedes aegypti larvae, breeding sites eradication, Padjadjaran University

PENDAHULUAN

Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penyebar penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Sampai saat ini penyakit DBD menjadi masalah utama bagi kesehatan masyarakat karena belum tersedianya obat dan vaksin yang efektif untuk mencegah penyakit tersebut, padahal virus dengue dapat ditularkan secara

cepat oleh nyamuk Aedes aegypti betina sehingga berpotensi menimbulkan wabah DBD. 1,2

Universitas Padjadjaran adalah salah satu Perguruan Tinggi di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Data rekam medis Klinik Padjadjaran Jatinangor menunjukkan

(2)

bahwa dalam kurun waktu 4 tahun (2012 s.d 2016) tercatat 129 mahasiswa terkena suspek DBD dan 45 orang diantaranya merupakan mahasiswa Universitas Padjadjaran.3 Hasil penelitian tahun 2017 menunjukkan bahwa Karakteristik lingkungan di Universitas Padjadjaran yang bervariasi dan keanekaragaman ekosistem didalamnya

berpotensi untuk menjadi tempat

perkembangbiakan Aedes aegypti.4 Oleh karena hal tersebut, keberadaan kasus DBD dan Vektor penyebarnya di Universitas Padjadjaran dapat menjadi faktor risiko terjadinya penularan DBD.

Keberadaan jentik Aedes aegypti dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). 6,7 Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang yang akan menjadi dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Kurangnya pengetahuan mengenai hal yang berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk dapat berpengaruh pada tindakan yang

akan dilakukan karena pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk terjadinya perilaku.8

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan desain cross sectional yang dilaksanakan bulan Juni hingga Agustus tahun 2017 pada fakultas-fakultas di Universitas Padjadjaran Jatinangor. Variabel penelitian ini adalah keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti, pengetahuan, dan perilaku petugas kebersihan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kebersihan dan jentik nyamuk Aedes aegypti yang berada pada setiap fakultas di Universitas Padjadjaran Jatinangor.

Tabel 1. Lokasi penelitian

No Fakultas

Kedokteran Kedokteran Gigi

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Peternakan

Farmasi

Perilaku melakukan PSN merupakan cara pengendalian vektor yang paling efektif untuk menghindari penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Kegiatan PSN ini dikenal dengan istilah “3M PLUS”. Prinsip dari kegiatan 3M PLUS yaitu meminimalkan Tempat Penampungan Air (TPA) yang menjadi habitat perkembangbiakan vektor dengan upaya-upaya yang mudah dilakukan seperti menguras dan menyikat TPA, menutup rapat-rapat TPA, serta memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan dan kegiatan lainnya 9.

Tingkat pengetahuan dan perilaku petugas kebersihan di Universitas Padjadjaran dalam praktek PSN dapat mempengaruhi keberadaan jentik Aedes aegypti. Berdasarkan paradigma tersebut, maka peneliti menganalisis tingkat pengetahuan dan perilaku PSN pada petugas kebersihan dan menganalisis hubungan antara keduanya sebagai studi awal dalam upaya menentukan intervensi dan pencegahan penularan penyakit DBD serta menekan pertumbuhan nyamuk Aedes aegypti di Universitas Padjadjaran.

No Fakultas

Hukum

Perikanan dan Ilmu Kelautan Teknologi Industri Pertanian Ilmu Budaya Psikologi Ilmu Komunikasi MIPA Pertanian Keperawatan Teknik Geologi

Sampel petugas kebersihan dipilih secara proportional systematic random sampling sebanyak 113 orang sedangkan sampel jentik nyamuk diambil secara incidental sampling. Petugas kebersihan yang dijadikan sampel memiliki tanggung jawab untuk membersihkan gedung/lantai yang memenuhi kualifikasi 3M PLUS, artinya di gedung

(3)

Universitas Padjadjaran Tahun 2017

tersebut terdapat tempat-tempat yang perlu dilakukan tindakan menguras, menutup, mengubur/mendaur ulang dan kegiatan lainnya seperti mengganti air vas bunga, mengeringkan atau membersihan penampung tetesan air pada dispenser, membersihkan talang air, dsb. Izin penelitian telah disetujui oleh masing-masing fakultas.

Data pengetahuan didapatkan dengan pengisian kuesioner oleh petugas kebersihan. Sebelum digunakan, kuesioner telah diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan uji reabilitas. Kuesioner tersebut memiliki 15 pertanyaan mengenai ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti, perilaku nyamuk dan praktek pemberantasan sarang nyamuk yang baik dan benar. Masing masing pertanyaan terdapat 4 pilihan jawaban dan satu diantaranya adalah jawaban yang paling benar. Setiap jawaban benar pada kuesioner pengetahuan diberi skor 1 (satu) sedangkan jawaban salah memiliki skor 0 (nol). Total skor yang didapat kemudian dihitung menjadi satuan persen yang akhirnya dibandingkan dengan ketentuan kategori tingkat pengetahuan pada tabel berikut:

Tabel 2. Penentuan Kategori Pengetahuan10 Skor Kategori akhir 0 – Pengetahuan 75 % Kurang Baik 76 – Pengetahuan 100 % Baik

Data perilaku didapatkan dengan melakukan observasi secara langsung ke lokasi penelitian dan memeriksa dokumen atau catatan yang merekam kegiatan petugas kebersihan. Apabila dokumen tidak ada, maka

HASIL PENELITIAN

Responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini berada pada rentang usia 20-56

dilakukan wawancara kepada petugas kebersihan untuk mengetahui apakah kegiatan 3M PLUS dilakukan atau tidak. Hasil observasi dicatat dalam lembar observasi dan dilakukan pengkategorian perilaku dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3. Penentuan Kategori Perilaku

Hasil observasi perilaku Kategori

Petugas kebersihan tidak Perilaku Kurang melakukan salah satu atau Baik seluruh Kegiatan 3M PLUS

yang seharusnya dilakukan

Petugas kebersihan Perilaku Baik melakukan seluruh kegiatan

3M PLUS yang seharusnya dilakukan

Data keberadaan jentik Aedes aegypti diperoleh dengan cara mengobservasi setiap tempat penampungan air yang berada di lokasi penelitian baik didalam maupun diluar gedung. Keberadaan jentik dilihat secara langsung dengan bantuan senter. Apabila terdapat jentik pada tempat penampungan air tersebut, maka jentik dikoleksi dengan teknik one grab sampling dan diidentifikasi spesiesnya di laboratorium.

Seluruh data yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi jentik, tingkat pengetahuan, dan tingkat perilaku. Hubungan antar 2 variabel (variabel independen dengan variabel dependen) dilakukan uji statistik Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).

tahun dengan kelompok usia paling banyak adalah 20-30 tahun (47,8%). Tingkat

(4)

pendidikan responden berada pada tingkat pendidikan dasar dan menengah dengan proporsi SD 15,9%, SMP 26,5% dan SMA 57,5%. Hasil analisis univariat dan bivariat pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis univariat

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 113 wilayah yang menjadi tanggungjawab petugas kebersihan terdapat 38 (33,6%) wilayah yang ditemukan jentik nyamuk Aedes aegypti. Pada variabel pengetahuan diperoleh bahwa sebagian besar petugas kebersihan memiliki pengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 93 (82,3%) dan Perilaku yang kurang baik pula, yaitu sebanyak 71 (62,8%) orang.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Keberadaan Jentik Aedes aegypti, Tingkat Pengetahuan

dan Perilaku Petugas Kebersihan di Universitas Padjadjaran tahun 2017 No Variabel Kategori n %

Keberadaan Ada

38 33,6 1 Jentik Aedes Tidak

75 66,4 aegypti Ada Kurang 93 82,3 2 Pengetahuan Baik 20 17,7 Baik Kurang 71 62,8 3 Perilaku Baik 42 37,2 Baik Total 100

Hasil observasi menunjukkan bahwa jentik Aedes aegypti ditemukan pada 32 gedung dari 61 gedung yang diperiksa, dan ditemukan pada 62 tempat penampungan air (TPA) dari total 448 TPA yang diperiksa. Dari data tersebut maka dapat diperoleh HI sebesar 52,4%, Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 47,6% dan nilai Container Index (CI) sebesar 13,8%.

2. Hubungan Pengetahuan Petugas Kebersihan Dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pengetahuan petugas kebersihan

dengan keberadaan jentik Aedes aegypti (tabel 5) diperoleh bahwa dari 93 responden yang memiliki pengetahuan kurang baik terdapat 32 (34,4%) yang ditemukan jentik Aedes aegypti di wilayah kerjanya. Sedangkan dari 20 responden yang memiliki pengetahuan baik, terdapat 6 (30%) responden yang ditemukan jentik Aedes aegypti di wilayah kerjanya. Hasil uji statistik didapatkan p value=0.906 (>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan petugas kebersihan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Universitas Padjadjaran.

Tabel 5 Hubungan pengetahuan PSN petugas kebersihan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti

di Universitas Padjadjaran tahun 2017 Keberadaan

Pengeta- Aedes aegypti TOTAL P huan Ada Tidak ada

value n % n % n % Kurang 32 34,4 61 65.6 93 100 Baik 0.906 Baik 6 30 14 70 20 100 Total 38 33,6 75 66.4 113 100

Hubungan Perilaku Petugas Kebersihan Dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara perilaku petugas kebersihan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti (tabel 6) diperoleh bahwa dari 71 responden yang memiliki perilaku kurang baik terdapat 38 (53,5%) yang ditemukan jentik Aedes aegypti di wilayah kerjanya. Sedangkan dari 42 responden yang memiliki pengetahuan baik, tidak terdapat responden yang ditemukan jentik Aedes aegypti di wilayah kerjanya. Hasil uji statistik didapatkan p-value=0.0001 (<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Universitas Padjadjaran.

(5)

Universitas Padjadjaran Tahun 2017

Tabel 6 Hubungan Perilaku petugas kebersihan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Universitas Padjadjaran tahun 2017

Keberadaan Aedes aegypti TOTAL P value

Perilaku Ada Tidak Ada

N % n % N %

Kurang Baik 38 53,5 33 46.5 71 100

Baik 0 0 42 100 42 100 0.0001

Total 38 33,6 75 66.4 113 100

PEMBAHASAN

Gambaran Keberadaan Jentik Aedes aegypti, Pengetahuan dan Perilaku Petugas Kebersihan di Universitas Padjadjaran

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 33,6% wilayah yang positif jentik Aedes aegypti dan 66,4% tidak ditemukan jentik. Artinya, tempat yang potensial untuk perkembangan nyamuk Aedes aegypti di Universitas Padjadjaran lebih sedikit. Namun hal ini tetap perlu diwaspadai karena pergerakan nyamuk yang dapat terbang memungkinkan perkembangan nyamuk akan meluas ke tempat lainnya. Dari total gedung yang diperiksa dan data wilayah yang positif jentik tersebut dapat diperoleh nilai House index (HI), Angka Bebas Jentik (ABJ) dan Container Index (CI).

House Index merupakan indeks yang menggambarkan presentase rumah positif jentik dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat infestasi jentik Aedes aegypti. Angka House Index (HI) yang lebih dari 5% menunjukan bahwa suatu daerah merupakan daerah yang sensitif dan rawan DBD11, sehingga dapat dikatakan Universitas Padjadjaran termasuk daerah yang rawan DBD karena memiliki nilai HI sebesar 52,4%.

Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah persentase rumah yang tidak ditemukan jentik. ABJ digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan PSN, apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% maka

diharapkan penularan penyakit dapat dicegah atau dikurangi.11 Pada penelitian ini, nilai ABJ belum sesuai dengan indikator yang ditetapkan karena nilainya kurang dari 95%. Nilai ABJ tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk mengukur tingkat keberhasilan pengendalian vektor di Universitas Padjadjaran.

Pada hasil observasi ditemukan 62(13,8%) tempat penampungan air (TPA) yang positif jentik Aedes aegypti dari total 448 TPA yang diperiksa, artinya, nilai Container Index (CI) pada penelitian ini sebesar 13,8%. Container Index merupakan persentase tempat penampungan air yang terisi larva atau pupa. Secara epidemiologi index ini kurang bermakna karena suatu wilayah tertentu mungkin memiliki sedikit wadah yang positif, tetapi di dalam wadah tersebut bisa saja menghasilkan banyak jentik nyamuk, dan begitu pula sebaliknya.11

Penelitian ini menunjukkan bahwa jenis TPA yang ditemukan positif jentik Aedes aegypti adalah TPA yang digunakan sehari-hari dan tidak digunakan sesehari-hari-sehari-hari seperti ember, bak, gentong, dispenser, vas bunga, galon bekas, aquarium, waterbath, baskom bekas dan genangan air pada lantai. Dari seluruh TPA yang diperiksa, jentik Aedes aegypti paling banyak ditemukan pada ember, dispenser dan vas bunga. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Ambarita (2016) di Provinsi Sumatera Selatan yang menemukan jentik

(6)

Aedes aegypti pada TPA serupa, yaitu dari 4332 TPA ditemukan pada ember sebanyak 141 (18,2 %) buah, dispenser 31 (4%) buah dan vas bunga 18 (2,3%) buah. Ketiga jenis TPA tersebut umumnya berbahan dasar plastik dan menjadi potensial untuk memfasilitasi perkembangbiakan nyamuk karena jarang dibersihkan12.

Keberadaan jentik dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan tindakan masyarakat dalam pelaksanaan PSN. Hasil analisis pengetahuan PSN pada petugas kebersihan di Universitas Padjadjaran menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 93 orang (82.3%) sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 20 orang (17,7%).

Hasil penilaian kuesioner pengetahuan diperoleh 61.30% pertanyaan dijawab dengan jawaban benar dan 38.70% pertanyaan dijawab dengan jawaban salah. Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah mengenai cara PSN pada barang bekas, waktu fogging, waktu menggigit nyamuk dan karakteristik perkembangbiakan nyamuk. Kurangnya pengetahuan PSN dapat disebabkan karena tingkat pendidikan petugas kebersihan di Universitas Padjadjaran berada pada kategori pendidikan rendah dan menengah (SD 15,9%, SMP 26,5% dan SMA 57,5%). Achmadi (2013) berpendapat bahwa pendidikan akan memengaruhi proses belajar. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka orang tersebut semakin mudah untuk menerima informasi sehingga banyak informasi yang masuk, dan semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang selain tingkat pendidikan, yaitu usia, pengalaman,

ketersediaan media informasi, lingkungan, dan budaya.14

Hasil analisis perilaku PSN menunjukkan bahwa sebagian besar pertugas kebersihan di Universitas Padjadjaran yang dijadikan responden memiliki perilaku PSN dengan kategori kurang baik. Kurangnya perilaku PSN pada petugas kebersihan di Universitas Padjadjaran dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai PSN. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengukuran pengetahuan pada penelitian ini yang menunjukkan bahwa 82,3% responden memiliki pengetahuan PSN kurang baik. Menurut Green (1980) yang dikutip dari Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk terjadinya perilaku. Kurangnya pengetahuan dapat berpengaruh pada tindakan yang dilakukan, sehingga kurangnya pengetahuan petugas kebersihan mengenai PSN menyebabkan perilaku PSN dilakukan dengan kurang baik.8

Hubungan Pengetahuan PSN Petugas Kebersihan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Universitas Padjadjaran Hasil univariat variabel pengetahuan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang baik dan keberadaan jentik Aedes aegypti mencapai 38%, namun hasil uji bivariat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan PSN dengan keberadaan jentik Aedes aegypti pada wilayah kerja yang menjadi tanggungjawab petugas kebersihan di Universitas Padjadjaran.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ekaputra (2011) yang melakukan penelitian mengnai analisis faktor yang berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di puskesmas Denpasar Selatan, bahwa hasil uji bivariat dalam tingkat kemaknaan 95% didapatkan p-value

(7)

Universitas Padjadjaran Tahun 2017

sebesar 0,886 (<0,05) sehingga disimpulkan tidak ada hubungan antara pengetahuan PSN dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.16 Penelitian serupa juga dilakukan oleh Nasir (2014) yang menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di wilayah endemis DBD kota Makassar.17

Pada penelitian ini terdapat 65,6% wilayah yang tidak ditemukan jentik Aedes aegypti meskipun petugas kebersihan memiliki pengetahuan kurang baik. Hal tersebut diduga karena adanya faktor sosial dan budaya. Pendapat Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa cara berpikir dan bertindak seseorang bukan hanya ditentukan oleh pendidikan formal saja akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, pengalaman pribadi dan pengaruh lingkungan.8 Setiap bekerja, petugas kebersihan di Universitas Padjadjaran dituntut untuk menerapkan budaya membersihkan dan membuang sampah setiap hari. Secara tidak langsung petugas kebersihan tersebut telah melakukan kegiatan PSN yang mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Perilaku PSN tersebut dilakukan bukan karena pengetahuan yang dimilikinya melainkan karena tuntutan pekerjaan yang diterapkan pada lingkungan kerjanya.

Tingkatan pengetahuan dalam diri seseorang terbagi menjadi enam tingkatan, yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).8 Dalam penelitian ini terdapat 30% responden yang memiliki pengetahuan baik namun tetap ditemukan jentik Aedes aegypti di wilayah kerjanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan PSN responden berada pada tingkat memahami namun belum mencapai tahap aplikasi dalam pekerjaan sehingga

terdapat jentik Aedes aegypti di wilayah kerjanya dan menyebabkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan sosialisasi untuk memberikan edukasi atau pelatihan kepada petugas kebersihan di Universitas Padjadjaran mengenai hal yang berhubungan dengan tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) khususnya di lingkungan kerja. 3. Hubungan Perilaku PSN Petugas

Kebersihan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Universitas Padjadjaran Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku PSN petugas kebersihan dengan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Universitas Padjadjaran Jatinangor karena didapatkan p-value sebesar 0,0001 (<0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan dua penelitian di kelurahan Kassi-Kassi Kota Makassar dan Pelabuhan Pulang Pisau, bahwa hasil uji bivariat dalam tingkat kemaknaan 95% didapatkan p-value sebesar 0.0001 (<0,05) sehingga disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku PSN dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.18,19

Menurut Lawrence Green (1980) yang dikutip dalam buku Notoatmojo (2010), menyebutkan bahwa perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu faktor predisposisi (predisposing), pemungkin (enabling), dan penguat (reinforcing).8 Faktor Perilaku kurang baik pada petugas kebersihan di Universitas Padjadjaran dapat disebabkan karena tidak terpenuhinya seluruh atau salah satu faktor tersebut.

Faktor predisposing adalah hal yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku, misalnya adalah pengetahuan dan sikap seseorang terhadap sesuatu yang akan dilakukan. Apabila

(8)

sesorang memiliki sikap positif terhadap pengetahuan yang dimiliki, maka orang tersebut akan melakukan hal yang positif, begitu juga sebaliknya.8 Dalam penelitian ini sikap responden terhadap pemberantasan nyamuk tidak diteliti sehingga tidak dapat menganalisis faktor sikap yang dapat menyebabkan pengetahuan tidak berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.

Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) terhadap perilaku PSN adalah tersedianya fasilitas, sarana atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi kegiatan PSN tersebut. Berdasarkan hasil wawancara kepada petugas kebersihan menunjukkan bahwa selama mereka bekerja belum pernah menggunakan abate di lingkungan kerja karena belum

tersedianya abate/larvasida untuk digunakan pada penampungan air yang sulit untuk dikuras.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi UF. Kesehatan Masyarakat (Teori dan Aplikasi). 1 ed. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2013.

Alupaty SM. Pemetaan Distribusi Densitas Larva Aedes aegypti dan Pelaksanaan 3M dengan Kejadian DBD di Kelurahan Kalukuang Kecamatan Tallo Kota Makasar Tahun 2012. 2013.

Ambarita LP. Habitat Aedes Pradewasa dan Indeks Entomologi di 11 Kabupaten / Kota Provinsi Sumatera Selatan. 2016:111–120.

Budiman. Kapita Selekta Kuesioner. Jakarta: Salemba Medika; 2013.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2013. Ekaputra I. Analisis Faktor-faktor yang

Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Puskesmas III Denpasar Selatan. 2011

Faktor Penguat (Reinforcing factors) merupakan hal yang dapat memperkuat untuk terjadinya perilaku, misalnya tokoh masyarakat, keputusan dari pejabat pemerintahan atau instansi merupakan faktor penguat perilaku. Di Universitas Padjadjaran telah memiliki sistem pengawasan terhadap kinerja petugas kebersihan, namun belum memiliki peraturan atau program yang mendukung kegiatan PSN secara khusus, misalnya melakukan program penghargaan bagi gedung yang bebas jentik maka hal ini dapat menjadi motivasi yang menguatkan terlaksananya PSN di Universitas Padjadjaran. Selain itu, untuk mengoptimalkan praktek PSN pada tempat-tempat penampungan air yang besar dan sulit dikuras, perlu dilakukan pengadaan larvasida di Universitas Padjadjaran.

Faridah L, Hamda ME, Syafei NS, Agrianfanny YN. Gambaran Kontainer Potensial dan Kondisi Lingkungannya Sebagai Tempat Perindukan Nyamuk di Universitas Padjadjaran Jatinangor. Maj Kedokt Bandung. 2018;50(2):116–119. Kemenkes RI. Petunjuk Teknis

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue Oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Jakarta: Klinik Padjadjaran. Rekam Medis Demam

Berdarah Dengue Pasien Klinik Padjadjaran Jatinangor. 2016.

Nahumarury NA, Ibrahim E, Selomo M. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes Aegypti Dengan Keberadaan Larva Di Kelurahan Kassi-Kassi Kota Makassar. 2012:1–10. Nani. Hubungan Perilaku PSN dengan

(9)

Universitas Padjadjaran Tahun 2017

Pelabuhan Pulang Pisau. 2017; (January 2017). doi:10.20473/ jbe.v5i1.2017.1-12. Nasir AR. Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Masyarakat dengan Tingkat Kepadatan Larva Aedes aegypti Di Wilayah

Endemis DBD Kota Makassar. 2014;234:1–12.

Natadisastra D. Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC; 2014. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi). edisi revi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.

Riyadi A. Jurnal Pemetaan Densitas Larva Aedes Aegypti Berdasarkan Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN )

DBD Di Kelurahan Ballaparang Kecamatan Rappocini Kota Makassar Tahun 2012. 2012.

Soedarto. Demam Berdarah Dengue. 1 ed. Jakarta: CV Agung Seto; 2011.

Sucipto CD. Manual Lengkap Malaria. Yogyakarta: Gosyen Publishing; 2015. Syahribulan. Waktu Aktivitas Menghisap

Darah Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus di Desa Pa’Lanassang Kelurahan Barombong Makassar Sulawesi Selatan. J Ekol Kesehat. 2012;11(4):306–314.

WHO. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. World Health Organization, Regional Office for

South-East Asia; 2011.

(10)
(11)

Gambar

Tabel 6 Hubungan Perilaku petugas kebersihan dengan keberadaan jentik  Aedes aegypti di Universitas Padjadjaran tahun 2017

Referensi

Dokumen terkait

Dengan bercermin pada perilaku kolektif semua investor di pasar, ternyata hasil perhitungan berupa tingkat pengembalian dan risiko dari masing - masing saham dapat digunakan

Berdasarkan permasalahan tersebut, tim peneliti PTK yang dimodelkan oleh guru bahasa Inggris pada MTS Model 1 Palu menerapkan model pembelajaran discovery

Berdasarkan Berdasarkan hasil pemeriksaan sitologi serviks wanita pekerja seksual tidak langsung (WPS-TL) pada hotspot X Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru, maka

Berdasarkan penelitian penerapan pendekatan saintifik berdasarkan pada urutan langkah yang teruraikan dari penjelasan di atas, ditemukan hasil bahwa penugasan yang

[r]

[r]

Experiential Learning melalui Media Audio Visual Berbasis Budaya Lokal dalam Pembelajaran Menulis Narasi (Kuasi Eksperimen terhadap Warga Belajar Kelas. III Kejar Paket A

We serve millions of customers throughout Indonesia with a complete range of telecommunications services that include fixed line and fixed wireless telephone connections,