REVISED TRAUMA SCORE DENGAN KEJADIAN MORTALITAS PADA PASIEN CEDERA KEPALA
Rizal Wahyudianto1, Sri Haryuni2, Erik Irham Lutfi3
Abstract: Head injury is health problem that cause of phisyc problem and mental complexs. Mortality in Indonesia is one of highest caused by head injury. Triage of head injury is important to mortality prediction, and one of the methode is Revised Trauma Score. The purpose of research is to know correlate between Revised Trauma Score with patient’s mortality of head injury in Gambiran Hospital Kediri at 2014. This was an analytic research with cross sectional design. Methode of sample selection use simple random sampling (n = 76) on January to March 2014. Independent variable is Revised Trauma Score and dependent variable is Mortality. The data analyze use computerize with Coefficient Contingency, with α= 0,05. The result of research from 76 respondents achived totaly mortality is 5 people (6,6%) with most mortality in middle level RTS achived 4 people (5,26%). While in non mortality is 71 people (93,41%) with most non mortality in middle level RTS achived 35 people (46,05%). Statistical test show that P value = 0,31. So, it can be concluted that not significant relation betwen Revised Trauma Score with Mortality to head injury patiens in Gambiran Hospital Kediri at January to March 2014.
Keywords: Head Injury, Revised Trauma Score, Patien’s mortalitity
PENDAHULUAN
Cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan gangguan fisik dan mental yang kompleks. Gangguan yang ditimbulkan dapat bersifat sementara maupun menetap, seperti defisit kognitif, psikis, intelektual, serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan karena cedera kepala dapat mengenai berbagai komponen kepala mulai dari bagian terluar hingga terdalam, termasuk tengkorak dan otak (Soertidewi, dkk. 2006).
Angka kejadian cedera kepala di dunia secara global sangat banyak, menurut The Traumatic Brain Injury Model Systems National Data and Statistical Center (TBINDSC) yang berlokasi di Craig Hospital, Englewood, Colorado ada sekitar 11.772 ribu paien cedera kepala pada tahun 2012-2013. Di Amerika Serikat insiden cedera kepala adalah 200 per 100.000 orang per tahun
(Wagner, 2006). Di Indonesia, walaupun belum tersedia data secara nasional, cedera kepala juga merupakan kasus yang sangat sering dijumpai di setiap Rumah Sakit (Soertidewi, dkk. 2006). Pada tahun 2005, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta terdapat 434 pasien cedera kepala ringan, 315 pasien cedera kepala sedang dan 28 pasien cedera kepala berat, total ada 777 pasien, sedangkan di RS Swasta Siloam Gleaneagles terdapat 347 kasus cedera kepala secara keseluruhan (Soertidewi, dkk. 2006).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota Kediri, pada bulan Januari sampai Agustus tahun 2013, jumlah pasien cedera kepala ringan sebanyak 649 orang dengan angka kematian sebanyak 3 orang (0,46%). Cedera kepala sedang tercatat 124 orang dengan angka kematian sebanyak 5 orang
(4%). Cedera kepala berat tercatat 179 orang dengan angka kematian sebanyak 64 orang (35%). Berdasarkan data tersebut, dapat kita lihat bahwa masih tingginya angka kejadian cedera kepala dan kematian atau mortalitas pada pasien cedera kepala, khususnya pada cedera kepala sedang sampai berat. Penyebab teoritis pada kasus cedera kepala yang tertinggi adalah kecelakaan lalu lintas dan terjatuh (Langlois dkk, 2006).
Penyebab praktis tingginya angka kematian adalah tingginya kejadian kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan cedera kepala khususnya cedera kepala sedang-berat. World Health Organization (WHO) telah mengumumkan kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga pada tahun 2020.
Penskoran pada pasien trauma telah
lama dihormati sebagai komponen yang terintegrasi dari triage prehospital, memprediksi kemungkinan dari keparahan dan kematian pada pasien cedera atau trauma serta menjadi alat bantu tenaga medis dalam memutuskan fasilitas pelayanan yang tepat (Jennings, 2012). Revised Trauma Score telah digunakan secara umum pada bidang pre-hospital dan menyediakan sebuah gambaran kondisi fisiologis dari pasien Cedera kepala. Beberapa penelitian menunjukkan kemampuan Revised Trauma Score dalam memprediksi
mortalitas pada pasien cedera kepala.
Pada beberapa penelitian yang mempelajari hubungan Revised Trauma
Score dengan mortality dalam 24 jam
pertama di rumah sakit didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan. Pada penelitian tahun 2013 oleh Heydari dkk, Revised Trauma Score memiliki sensitivitas 88 % dan spesifiksitas 90 % (Heydari, 20013). Penilaian Revised
Truama Score sendiri terdiri dari Glascow Coma Scale, Respiratory Rate, Sistole Blood Preassure. Masing-masing
faktor memiliki score terendah 0 dan
tertinggi 4 sehingga total score 12 (Champion, 1989). Pada tahun 2004, sebuah penelitian telah dilakukan di Pakistan untuk menaksir Revised Trauma
Score pada pasien dengan cedera mulitple. Pada penelitian ini, 30 pasien
muda dengan cedera multisystem yang disebabkan kecelakaan lalu lintas.
Dampak dari kasus cedera kepala adalah penurunan kesadaran (koma) sampai beberapa minggu, kejang pada minggu pertama dan dapat berkembang menjadi epilepsi, infeksi yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak yang terbuka dapat merobekkan membran meningen sehingga kuman dapat massuk. Infeksi meningen ini berbahaya karena berpotensi menyebar ke sistem saraf lain. Selain itu, cedera kepala juga menyebabkan penyakit alzheimer dan parkinson, dan hilangnya kemampuan kognitif. Cedera kepala memiliki dampak yang lebih berat yaitu kematian yang menyababkan berkurangnya sumber daya manusia (SDM).
Penilaian atau prediksi kematian pasien pada trauma merupakan aspek penting dari perawatan trauma yang merupakan bagian dari fase triage. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Revised Trauma Score dengan kejadian kematian atau mortalitas pasien cedera kepala. (Özlem KÖKSAL, 2009). Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan Revised Trauma Skore dengan kejadian mortalitas pada pasien cedera kepala di RSUD Gambiran Kota Kediri tahun 2013.
METODE
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan lingkup penelitian termasuk inferensial
(kuantitatif). Berdasarkan tempat penelitian termasuk penelitian klinik. Berdasarkan waktu pengumpulan data
termasuk jenis rancangan cross sectional. Berdasarkan ada tidaknya perlakuan termasuk expost facto (mengungkap fakta). Berdasarkan cara pengumpulan data termasuk penelitian survey.
Berdasarkan tujuan penelitian termasuk
korelasi. Berdasarkan sumber data termasuk penelitian data sekunder.
Dalam penelitian ini, populasinya adalah semua pasien dengan cedera kepala di ruang IRD, RSUD Gambiran Kota Kediri pada bulan Januiari – Maret tahun 2014, derajat sedang sampai berat sebanyak 95 orang. Besar sampel n =
N
1+N (d²) didapatkan bessar sampel 76
orang.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Revised Trauma
Score. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian kematian pasien cedera kepala. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis
Inferensial. Data yang telah terkumpul
dianalisa dengan menggunakan analisa bivariat dengan skala data ordinal-nominal. Uji yang digunakan adalah uji koefisiensi Kontingensi.
Parameter Nilai Interpretasi Kekuatan korelasi (r) 0,0 - < 0,2 Sangat lemah 0, 2 - < 0,4 Lemah 0,4 - < 0,6 Sedang 0,6 - < 0,8 Kuat 0,8 - 1 Sangat Kuat Sumber: Sopiyudin, 2012
Hasil uji kompetensi berdasarkan nilai p, jika p < 0,05 maka terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji sedangkan arah korelasi jika + (positif) maka hasil interpretasinya searah, semakin bessar suatu nilai variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya dan apabila – (negatif) maka berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel maka semakin
kecil nilai variabel lainnya (Sopiyudin, 2012).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014 bulan Januari – Maret Usia Frekuensi Prosentase (%) < 20 tahun 14 18,4 20-45 tahun 36 47,4 > 45 tahun 26 34,2 Jumlah 76 100
Sumber: Rekam Medik RSUD Gambiran, 2014
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Kardiovaskuker Responden RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014 bulan Januari – Maret
Usia Frekuensi Prosentase (%)
Ada 0 0
Tidak Ada 76 100%
Jumlah 76 100
Sumber: Rekam Medik RSUD Gambiran, 2014
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014 bulan Januari – Maret Jenis Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%) Pekerjaan kasar/ buruh 21 27,6 Kantoran 27 35,5 Pensiun/ tidak bekerja 28 36,8 Jumlah 76 100
Sumber: Rekam Medik RSUD Gambiran, 2014
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014 bulan Januari – Maret
Usia Frekuensi Prosentase (%) Laki-laki 61 80,3 Perempuan 15 19,7
Jumlah 76 100
Sumber: Rekam Medik RSUD Gambiran, 2014
Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Revised
Trauma Score Responden Di
RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014 Bulan Janiari – Maret
Kategori Frekuensi Prosentase (%) Sangat ringan 16 21,1 Ringan 21 27 Sedang 39 51,3 Berat 0 0 Jumlah 76 100
Sumber: Rekam Medik RSUD Gambiran, 2014
Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Mortalitas Responden Di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014 bulan Januari – Maret
Kategori Frekuensi Prosentase (%)
Mati 5 6,6
Tidak mati 71 93,4
Jumlah 76 100
Sumber: Rekam Medik RSUD Gambiran, 2014
Tabel 1.7 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Revised Trauma Score dengan
Mortalitas Responden di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014 bulan Januari – Maret RTS Mortalitas J u m la h Pr ose nta se (% ) Mati Tidak Mati f % f % Sangat ringan 1 1,3 1 1 5 19,7 3 1 6 21, 04 Ringa n 0 0 2 1 27,6 3 2 1 27, 63 Sedan g 4 5,2 6 3 5 46,0 5 3 9 51, 31 Berat 0 0 0 0 0 0 Jumla h 5 6,5 7 1 93,4 1 7 6 10 0 P value = 0,310 r = 0,173
Sumber: Rekam Medik RSUD Gambiran, 2014
Sebagian besar dari responden berusia 20-45 tahun, karena usia tersebut merupakan kelompok usia yang mempunyai mobilitas tinggi sehingga resiko terjadinya cedera kepala juga tinggi.
Semua responden tidak mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler, karena kebanyakan usia produktif sehingga regulasi tubuh masih bagus. Sebagian besar responden tidak bekerja, karena sebagian besar adalah pelajar. Sebagian besar responden adalah laki-laki, karena laki-laki mempunyai resiko cedera kepala yang disebabkan oleh aktifitas yang lebih banyak antara lain: berkendara, aktifitas berat, terlibat kekerasan dan alkoholik.
Sebagian besar responden tidak mati dalam 24 jam pertama, karena sebagian besar responden adalah usia produktif,
tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler.
Sebagian besar responden yang mengalami mortalitas didapatkan RTS dengan kategori sedang. Sedangkan responden yang tidak mengalami mortalitas juga didapatkan RTS dengan kategori sedang.
Berdasarkan uji Koefisiensi Kontingensi data yang diperoleh dari nilai p-value sebesar 0,310 sehingga p> 0,05 (α), maka Ho diterima dan H1 ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara Revised Trauma Score dengan kejadian Mortalitas pada pasien cedera kepala di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014. Dengan nilai
Correlation Coefisien sebesar 0,173, arah
hubungan termasuk positif artinya semakin berat RTS maka semakin tinggi angka mortalitas pada pasien cedera kepala dengan kekuatan korelasi sangat lemah.
Pembahasan
Revised Trauma Score adalah sistem penilaian fisiologis, dirancang untuk digunakan berdasarkan pada tanda-tanda vital awal pasien. Skor yang lebih rendah menunjukkan keparahan yang lebih tinggi pada cedera atau trauma (Champion HR., 1981). Nilai Revised
Trauma Score dipengaruhi oleh Glasgow Coma Scale, Respiratory rate, dan Sistole Blood Pressure. Faktor yang
paling dominan dalam memprediksi mortality pasien adalah GCS (Jenning, 2012).
Pada pasien trauma kepala, selama waktu-waktu awal adalah penting untuk mengatur, menilai, resusitasi dan menentukan perawatan. Penentuan perawatan diawal dapat menurunkan mortality.
Kematian pada pasien cedera kepala didefinisikan sebagai berhentinya semua fungsi vital tubuh meliputi detak jantung, aktifitas, otak, serta pernafasan (Singh et.
Al, 2005). Kematian dinyatakan terjadi ketika nafas dan denyut jantung telah berhenti selama beberapa waktu yang signifikan atau ketika seluruh aktifitas saraf di otak berhenti bekerja (Papalia et
al, 2002).
Rendahnya kejadian mortalitas pada 24 jam pertama disebabkan oleh multifaktor, yang pertama faktor usia, seperti data pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah usia remaja dan dewasa awal, dimana pada usia tersebut fungsi dari respondon cedera dan auotoregulasi tubuh masih berfungsi secara baik. Faktor yang kedua, lama trauma sebelum masuk rumah sakit, sesuai pada penelitian Champion (1981) menyatakan bahwa semakin cepat tindakan perawatan maka kejadian mortalitas semakin menurun, dengan begitu responden yang < 6 jam setelah cedera langsung mendapatkan perawatan akan menurunkan kejadian mortalitas, dan yang ketiga adalah riwayat medis pasien (penyakit koagulopati, profil lipit, atheroskerosis, gangguan kardiovaskuler) hal ini disebabkan karena dapat mempengaruhi penilaian awal dan kejadian mortalitas dan kondisi pasien. Faktor selanjutnya terdapat pada data khusus, Tekanan darah sistol pada penilaian RTS pada responden tidak ada yang < 90 mmHg, hal ini juga mempengaruhi tingkat mortalitas responden, sesuai dengan teori yang diungkapkan Grant (1999) dan Lenartova (2007) bahwa TDS <90 mmHg berasosiasi dengan tingkat mortalitas lebih tinggi dan lama perawatan di ICU yang lebih panjang. Penelitian lain oleh Rose (1977) juga menyatakan bahwa keadaan hipotensi <80 mmHg yang berlangsung lebih dari 15 menit dianggap faktor yang berkontribusi pada mortalitas yang terjadi setelah cedera kepala. Hal ini didukung teori dari Junger (1997) bahwa pada keadaan TDS rendah walaupun tidak terjadi pada semua
pasien, fungsi autoregulasi akan terganggu.
Sesuai dengan teori Champion (1989) bahwa semakin berat tingkat atau nilai RTS maka semakin tinggi kejadian mortalitas pada 24 jam pertama. Salah satu penyebab rendahnya kejadian mortalitas dalam 24 jam pertama padaresponden karena sebagian besar mempunyai nilai RTS ringan sampai sedang. Sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Hendry, dkk (2010)
Revised Trauma Score mudah dilakukan
dan dapat memperkirakan prognosis mortalitas dalam 24 jam pertama secara lebih akurat jika digunakan untuk pasien trauma kepala berat dan pasien dengan politrauma. Hal ini menunjukkan bahwa pasien dengan RTS berat mempunyai prognosis mortalitas yang lebih tinggi. Sedangkan responden pada penelitian ini tidak ada yang mempunyai RTS berat. Selain itu, penyebab sebagian besar responden mempunyai nilai RTS sedang dan ringan yaitu karakteristik responden yang tidak mempunyai riwayat penyakit kardiovaskular yang mempengaruhi kondisi responden (efek sekunder) dan penilaian awal, selanjutnya responden mendapatkan penanganan segera (< 6 jam) sebelum masuk rumah sakit, sehingga depat dengan cepat mengurangi efek sekunder yang bisa meningkatkan kejadian mortalitas, hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Nastaran (2013).Selain itu pemahaman yang berbeda-beda antar perawat dalam menilai RTS menyebabkan data yang kurang terstandar.
SIMPULAM
Sebagian besar responden mempunyai Nilai Revised Trauma Score sedang di RSUD Gambiran Kota Kediri bulan Januari – Maret tahun 2014. Sebagian besar responden tidak mengalami mortalitas di RSUD
Gambiran Kota Kediri bulan Januari – Maret Tahun 2014.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara Revised Truama Scoredan angka mortalitas Pada pasien cedera kepala di RSUD Gambiran Kota Kediri bulan Januari – Maret Tahun 2014.
DAFTAR RUJUKAN
Champion HR. 1989. A revision of the
Trauma Score. US National Library
of
Medicine.http://www.ncbi.nlm.nih. gov/pubmed/2657085. diakses pada tanggal 30 Oktober 2013
Dahlan, Muhammad Sopiyudin. 2013.
Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Jennings, Paul. 2012. A critical appraisal
of the Revised Trauma Score.
Australia: australasian Journal of Paramedicinne.
Langlois, Rutland-Brown, Thomas. 2006.
Incidence of traumatic brain injury in the United States, 2003. US
National Library of Madicine. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm ed/17122685. Diakses pada tanggal 30 oktober 2013.
Papalia, Diane E., Olds, Sally, Feldman ,Ruth Duskin, 2007. Human Development : 10th ed. New York McGraw-Hill Companies, Inc. Rekam Medik .2013. RSUD Gambiran
Periode Oktober-Desember.
Soertidewi L, Misbach J, et. Al. 2006.
Konsensus nasional penanganan trauma kapitis dan trauma spinal;
Wagner AK. 2006. Conducting research
in TBI: current concepts and issues. In: Zasler ND, Katz DI, Zafonte RD. Brain Injury Medicine. New York:
Demos Medical Publishing
1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri
2 Dosen Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri
3 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri