• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. 1. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. 1. Latar Belakang Masalah"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Ini mengisyaratkan bahwa pendidikan yang baik akan didukung oleh sumber daya manusia dengan prestasi yang dimiliki oleh mahasiswa. Prestasi belajar mahasiswa dalam bidang akademik, dapat dilihat melalui Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), yang disajikan dalam Kartu Hasil Studi (KHS). Setiap mahasiswa harus memiliki prestasi belajar yang baik, karena setiap perguruan tinggi memiliki standar kelulusan yang harus dicapai oleh mahasiswanya. Dalam kerangka itulah, maka harus ditunjang dengan berbagai faktor yang dimiliki. Diantaranya kecerdasan emosional dan dukungan sosial teman sebaya ditinjau dari jenis kelamin. Dengan demikian, maka mahasiswa akan merasa memiliki prestasi yang baik dari yang dicapai sebelumnya. Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang yang di dalamnya terdapat fenomena-fenomena munculnya masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian yang melatarbelakangi penulisan ini.

(2)

2

1. 1. Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan teknologi informasi merupakan salah satu ciri utama perkembangan global di abad 21 secara menyeluruh dari berbagai dimensi, dan perkembangan ini pun telah memasuki ranah pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi kehidupan seorang manusia dan bangsa secara luas (Metronews.com, 2013). Pendidikan yang berjalan baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermutu, sehingga membawa bangsa menuju ke arah kemajuan. Oleh karena itu, pendidikan memerlukan perhatian dan penanganan yang serius dari berbagai elemen, baik dari pemerintah maupun masyarakat.

Atas dasar pemahaman tersebut, terdapat tekad untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2003), mencantumkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(3)

3

Pernyataan yang dikemukakan tersebut sebagai dasar bahwa pendidikan menjadi salah satu bagian yang penting di negeri ini. Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 mencantumkan kenaikan anggaran pendidikan itu sesuai amanat konstitusi bahwa persentase anggaran pendidikan adalah sebesar 20% terhadap total Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Berbagai rancangan untuk menunjukkan pendidikan di Indonesia selalu diusahakan untuk pendidikan. Namun pada kenyataannya, kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Kualitas pendidikan yang masih rendah dapat berdampak terhadap prestasi belajar. Salah satu fenomena rendahnya prestasi belajar dapat dilihat dari hasil Ujian Nasional (UN). Mendikbud memaparkan bahwa jumlah peserta UN SMA/MA tahun ajaran 2012-2013 adalah 1.581.286 siswa, dan siswa yang dinyatakan lulus UN berjumlah 1.573.036 siswa, sedangkan yang tidak lulus berjumlah 8.250 siswa. Hal itu, menunjukkan tingkat kelulusan UN SMA/MA tahun ini mencapai 99,48%, dan persentase ketidaklulusannya adalah 0,52%. Ini berarti bahwa persentase kelulusan tahun 2013 ini turun 0,02% dari tahun sebelumnya yang mencapai 99,5%. (Metronews.com, 2013).

Prestasi belajar tidak hanya dialami oleh siswa, mahasiswa juga mengalami hal yang sama. Universitas Kristen Indonesia Maluku sebagai salah satu penyelenggara pendidikan memiliki tanggung jawab. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan demi terbentuknya peserta didik dengan sumber daya manusia berkualitas yang ditunjukkan melalui berbagai prestasi yang dicapai oleh mereka. Peningkatan kualitas pendidikan berkaitan

(4)

4

dengan komponen mahasiswa, dosen, tujuan, kurikulum, dan sarana-prasarana. Mahasiswa sebagai salah satu komponen dari pendidikan tinggi akan berupaya meningkatkan kualitas belajar agar memperoleh prestasi yang optimal. Prestasi belajar dari setiap mahasiswa turut berpengaruh pada persaingan antar perguruan tinggi, untuk menunjukkan kualitasnya dari sisi intelektualitas. Dengan kesadaran akan peningkatan kualitas dalam era persaingan bebas, maka pencapaian penilaian hasil belajar yang optimal merupakan keinginan dari setiap usaha belajar yang dilakukan oleh mahasiswa. Secara akademik, penilaian hasil belajar pada UKIM, dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E. Untuk mahasiswa berprestasi, kriteria yang digunakan adalah mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif 3,00 ke atas, serta memenuhi atau melewati beban maksimum SKS. Untuk mahasiswa yang dikeluarkan atau mendapat DO (droup out), IPK mereka berada di bawah 2,00 serta jumlah SKS mereka tidak mencapai beban minimum (Peraturan UKIM, 2008).

Fakultas Teologi adalah salah satu dari lima fakultas yang ada yang di Universitas Kristen Indonesia Maluku. Sejumlah kegiatan baik secara internal dan eksternal diikuti oleh mahasiswa, dalam meningkatkan prestasi mereka. Hal ini dibuktikan dalam beberapa tahun terakhir ini mahasiswa Fakultas Teologi berhasil memperoleh prestasi yang baik. Hal ini dibuktikan dengan menjuarai debat bahasa inggris di Kota Ambon, pernah menjadi peserta terbaik dalam kegiatan yang diadakan PERSETIA se-Indonesia. Fenomena ini memperlihatkan sisi positif. Namun, pada kenyataannya ada

(5)

5

mahasiswa juga yang tidak mampu mempertahankan pretasi mereka sehingga memiliki prestasi belajar yang rendah. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan bidang akademik tanggal 11 Oktober 2013. Hal ini bisa diidentifikasikan melalui pencapaian Indeks prestasi komulatif (IPK) mahasiswa, ketika awal masuk perkuliahan memiliki nilai yang baik. Namun pada perjalanan semester berikutnya menunjukkan IPK yang buruk, sehingga mendapat peringatan tetapi ada juga ada yang mengalami drop Out (DO). Hal tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi proses belajar mengajar pada semester Gasal 2011/2012 pada tabel sebagai berikut.

Tabel 1.1

Hasil Evaluasi Proses Belajar Mengajar Semester Gasal 2011/2012 Semester 1

No Mata Kuliah Jumlah Siswa Nilai A B C D E T K 1 Pendidikan Agama 89 6 32 50 - 1 2 Pendidikan Kewarganegaraan 90 76 6 7 - 1 3 Bahasa Ibrani 105 9 23 35 33 5 4 Bahasa Inggris 92 20 62 9 - - 1 5 Pengantar Perjanjian Baru 125 20 34 49 8 14 6 Pengantar Ilmu Teologi 92 15 32 34 8 3 7 Bahasa Indonesia 125 18 64 36 - 7 8 Pengantar Perjanjian Lama 94 11 40 35 3 5 9 Bahasa Yunani 1 1 - - 1 - Jumlah 813 175 293 256 52 36 1

(6)

6

Tabel 1.1 Semester 1, menunjukkan mata kuliah yang paling banyak mendapat nilai “A” adalah Bahasa Inggris dan Bahasa Ibrani 20 orang dari 92 mahasiswa. Nilai “B” pada mata kuliah Bahasa Indonesia 64 orang dari 125 mahasiswa. Nilai “C” pada mata kuliah Pengantar Perjanjian Baru 49 orang dari 125 mahasiswa. Sementara yang mendapat Nilai “D” pada mata kuliah Bahasa Ibrani 33 orang dari 105 mahasiswa, dan mendapat nilai “E” pada mata kuliah Pengantar Ilmu Teologi 14 orang dari 125 mahasiswa, serta nilai T adalah 1 orang dari 92 mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa dari 813 terdapat 724 mahasiswa (89.1%) memiliki nilai yang baik sedangkan 89 mahasiswa (10.9%) belum mendapat nilai yang memuaskan dan ini akan memengaruhi prestasi belajar mereka. Sementara itu, perlu dibandingkan dengan data dari Tabel 1.2 berikut ini

Tabel 1.2

Hasil Evaluasi Proses Belajar Mengajar Semester Gasal 2011/2012

Semester 3

No Mata Kuliah Jumlah Siswa Nilai A B C D E T K 1 Hermeneutik Perjanjian Baru 1 93 11 56 15 1 10 2 Teologi Kontekstual 71 28 22 21 - - 3 Hermeneutik Perjanjian Baru 1 93 6 11 38 32 6

4 Ilmu Kealaman Dasar 79 23 56 - - - 5 Apresiasi Sastra 70 12 41 13 - 4 6 Etika Kristen 114 12 41 50 10 1

7 Sosiologi 82 21 53 5 3 -

8 Sejarah Agama Kristen 2 73 11 37 20 3 1 1

9 Musik Gereja 88 3 44 35 3 2 1

10 Sejarah dan Teologi PAK 87 20 30 26 11 0

11 Sejarah Islam 76 27 45 - 1 3

(7)

7

Tabel 1.2 Semester 3, menunjukkan mata kuliah yang paling banyak mendapat nilai “A” adalah Teologi Kontekstual 28 orang dari 71 mahasiswa. Nilai “B” pada mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar 56 orang dari 79 mahasiswa. Nilai “C” pada mata kuliah Etika Kristen 50 orang dari 114 mahasiswa. Kemudian yang mendapat Nilai “D” pada mata kuliah Hermeneutik Perjanjian Lama 32 orang dari 93 mahasiswa, dan mendapat nilai “E” pada mata kuliah Hermeneutik perjanjian Baru 1 yaitu 10 orang dari 93 mahasiswa, serta nilai T 1 orang dari 73 mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa dari 928 terdapat 884 mahasiswa (8.9%) mendapat nilai yang memuaskan, sedangkan 82 mahasiswa (8.9%) mendapat nilai yang belum memuaskan dan ini akan memengaruhi prestasi belajar mereka. Kemudian, perlu dibandingan dengan Tabel 1.3 berikut ini

Tabel 1.3

Hasil Evaluasi Proses Belajar Mengajar Semester Gasal 2011/2012 Semester 5

No Mata Kuliah Jumlah Siswa Nilai A B C D E T K 1 Pastoral 1 69 17 39 13 - - 2 Homiletika 2 60 7 40 7 - 6 3 Teologi Kontekstual Alkitabiah 2 66 8 25 33 - -

4 Teologi dan Avokasi Hukum 55 7 23 21 4 - 5 Kristologi 88 21 18 34 6 4 6 Teologi Gender 86 26 57 3 - - 7 Metode Penelitian Teologi 84 5 51 14 5 9

8 Agama dan Masyarakat 60 12 21 14 4 - - 9 9 Teologi Agama-agama 98 6 17 71 3 1 10 Analisa Sosial 28 4 20 4 - 11 Teologi Sosial 75 12 39 21 - 2 1 12 Eklesiologi 65 7 15 43 - - 13 Bacaan Skripsi 33 15 8 - - 10 Jumlah 862 108 246 204 18 26 1 9

(8)

8

Tabel 1.3 Semester 5, menunjukkan mata kuliah yang paling banyak mendapat nilai “A” adalah Teologi Gender 26 orang dari 86 mahasiswa. Nilai “B” pada mata kuliah Homiletika 2, yaitu 40 orang dari 60 mahasiswa. Nilai “C” pada mata kuliah Teologi Agama-agama 71 orang dari 125 mahasiswa. Sementara itu, yang mendapat Nilai “D” pada mata kuliah Kristologi 6 orang dari 88 mahasiswa, dan mendapat nilai “E” pada mata kuliah Bacaan skripsi 10 orang dari 125 mahasiswa, serta nilai T 1 orang dari 75, Juga ada yang mendapat nilai K 9 orang dari 60 mahasiswa Ini menunjukkan bahwa dari 862 terdapat 844 mahasiswa (91.1%) mendapat nilai yang baik, sedangkan 82 mahasiswa (8.9%) belum mendapat nilai yang memuaskan dan ini akan memengaruhi prestasi belajar mereka. Selanjutnya, data tersebut perlu dibandingkan dengan data mahasiswa Fakultas Teologi UKIM yang dapat dilihat dari Tabel 1.4

Tabel 1.4

Mahasiswa Fakultas Teologi UKIM (2013) yang drop out atau yang berhenti kuliah Tahun Jumlah 2008 8 orang 2009 5 orang 2010 11 orang 2011 32 orang Jumlah 56 orang

(9)

9

Pada Tabel 1.4 dijelaskan secara keseluruhan mahasiswa bahwa sebanyak 43 orang yang mendapat droup out atau berhenti kuliah akibat dari IPK yang tidak mencukupi standar yang diberikan. Berikut ini juga, data tersebut perlu dibandingkan dengan Tabel 1.5 berikut ini:

Tabel 1.5

Penyebab Droup Out

Berhenti Kuliah 31 orang

IPK Rendah 15 orang

Sanksi Disiplin 10 orang

Jumlah 56 orang

Pada Tabel 1.5 dijelaskan Penyebab dari 56 mahasiswa yang di droup out akibat dari berhenti kuliah 31 orang, IPK Rendah 15 orang, dan Sanski Disiplin 10 orang.

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku mengalami masalah dalam prestasi belajar mereka. Pikiran-pikiran yang tidak memfokuskan diri untuk berkompetisi di dunia perguruan tinggi sepertinya dapat dilihat sebagai alasan lain yang melatarbelakangi terjadinya rendahnya prestasi belajar dari beberapa mahasiswa yang berkuliah pada Fakultas Teologi UKIM. Tersirat dalam kehidupan mereka ketika menjalani kuliah sangat dipengaruhi dengan perilaku dengan dunia SMA yang seakan menjadikan mahasiswa nampak dari acuh tak acuh terhadap proses belajar itu sendiri. Hal tersebut mungkin saja dalam pikiran mereka tidak

(10)

10

memacu diri dalam kompetisi, sehingga pasti akan tetap lulus sekalipun standar nilai kurang baik.

Oleh sebab itu, penelitian tentang prestasi belajar perlu dilakukan. Hal ini juga dapat dilihat dari berbagai data hasil penelitian tentang prestasi. Nurhidayati (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hal yang penting untuk diperhatikan saat ini. Hal ini disebabkan karena prestasi belajar merupakan gambaran kemampuan yang dimiliki siswa, setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa akan membentuk pola pikir (kognitif) yang kemudian akan memberikan pengaruh terhadap perilaku siswa dalam kehidupan masyarakat. Sejalan dengan itu, Puspasari (2013), mengatakan bahwa prestasi belajar bagi mahasiswa sangat penting karena prestasi belajar merupakan suatu gambaran tingkat keberhasilan dari kegiatan selama mengikuti perkuliahan. Sementara itu, Syah (Sunarsih, 2009) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dianggap penting dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa. Lebih lanjut, Sunarsih mengatakan bahwa untuk mengetahui prestasi belajar perlu diadakan eveluasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah proses pembelajaran terhadap kemampuan mahasiswa.

Proses perkuliahan yang berlangsung tersebut, seharusnya menjadi tanggung jawab mahasiswa untuk terus menerus mengasah kemampuan berpikirnya secara logik, sistematik dan memiliki daya kritis serta analisis yang tajam. Kemampuan analisis mahasiswa merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi mereka yang baru

(11)

11

beralih dari jenjang pendidikan menengah menuju jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa harus menemukan pola-pola studi sesuai dengan lingkungan akademik perguruan tinggi, sehingga mampu mencapai prestasi yang optimal. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar memiliki dampak bagi peserta didik karena prestasi belajar merupakan tolak ukur keberhasilan seseorang dalam menempuh studinya. Muzakki (2012) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dibutuhkan siswa untuk mengetahui kemampuan yang diperolehnya dari suatu kegiatan belajar. Azhar (2012), mengatakan bahwa hasil belajar adalah pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipahami, dan diterapkan. Karena prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator dalam keberhasilan proses belajar. (Stracuzzi & Mills, 2010), menunjukkan bahwa ketika siswa merasa dirinya dihargai, didukung, dan diterima dalam lingkungan sekolahnya, maka akan terjadi peningkatan dan perkembangan yang positif secara emosional maupun kualitas hidup siswa tersebut termasuk di dalamnya prestasi belajar.

Dengan adanya fenomena dan hasil penelitian tentang prestasi belajar, maka dapat berdampak secara positif atau negatif. Prestasi belajar yang baik akan dapat memberikan dampak yang positif terbukti dalam peningkatan prestasi belajar, juga dalam perkembangan pengetahuan mahasiswa. Hal ini nyatanya belum sejalan dengan apa yang dialami mahasiswa Fakultas Teologi UKIM. Atas dasar hasil observasi penulis tahun 2005 sampai 2011

(12)

12

ketika penulis melakukan perkuliahan pada lembaga tersebut. Ditemukan bahwa masih ada mahasiswa yang memiliki pretasi belajar rendah sehingga dapat mengakibatkan mahasiswa mengalami droup out. Sementara itu ditemukan bahwa mahasiswa yang kritis dalam membuat konsep studi dapat meningkatkan prestasi belajar mereka. Kondisi ini menunjukkan bahwa menurunnya prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi UKIM merupakan persoalan penting dan perlu mendapat perhatian pihak penyelenggara pendidikan, sehingga prestasi yang dihasilkan juga akan bermanfaat bagi mahasiswa tersebut.

Berdasarkan fenomena di atas, maka menurut penulis prestasi belajar merupakan hal penting untuk diteliti. Prestasi belajar merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat pengetahuan siswa. Steinberg & Merriam (dalam Mishra, 2012) mengatakan prestasi belajar meliputi yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia dan kognitif, emosional, sosial, dan fisik, melalui kehidupan siswa di sekolah. Lebih lanjut Mishra (2012) mengatakan bahwa prestasi belajar tidak hanya diinterpretasikan dalam kecerdasan intelektual saja tetapi juga faktor-faktor lain seperti kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, spiritual dan kreativitas. Menurut Walgito (2004) prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdiri dari: kesehatan fisik, kelelahan, motivasi minat, konsentrasi, natural curiosity, self confidence, self control, intellegensi, ingatan, tempat, peralatam belajar, suasana, waktu belajar, kedisiplinan, dukungan sosial, dan pergaulan.

(13)

13

Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang turut memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Ini berarti bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang penting untuk diteliti dalam hubungannya dengan prestasi siswa. Oyinloye (2005) mengatakan bahwa tinggi rendahnya prestasi akademik yang dimiliki siswa itu bergantung pada kecerdasan emosional yang dimilikinya. Siswa yang sedikit atau tidak memiliki kecerdasan emosional akan berdampak pada prestais belajarnya. Epstain & Le Doux (dalam Nwadinigwe & Obieke, 2010) juga mengatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pengembangan prestasi belajar siswa sebab kecerdasan emosional dianggap melibatkan kemampuan memonitor perasaan orang lain, serta berpikir. Preeti (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.

Penelitian yang dilakukan oleh Nwadinigwe & Obieke (2010), menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara keterampilan kecerdasan emosional dan prestasi belajar Cherniss (dalam Nwadinigwe & Obieke, 2010) juga menyatakan pentingnya kecerdasan emosional yang diperlukan untuk peningkatan dalam prestasi di sekolah. Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Azizi et al. (2012), dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Hal ini terlihat pada tingkat signifikan hubungan antara kesadaran diri (r = 0,21), manajemen emosional (r = 0,21) dan empati (r = 0,21) pada tingkat p 0.000<0.05 dengan prestasi akademik. Penelitian lain juga dilakukan oleh Mishra

(14)

14

(2012) menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Kelemahan emosional menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik dan mental yang secara langsung berdampak pada prestasi belajar. Menurutnya, pendidikan menyampaikan informasi dan pengetahuan untuk daerah tertentu yang berorientasi karir. Aspek emosional yang kurang dalam sistem pendidikan akan menyebabkan prestasi belajar yang buruk. Preeti (2013), mengatakan prestasi belajar tanpa kecerdasan emosional tidak menunjukkan keberhasilan masa depan dan adanya kecerdasan emosional juga menunjukkan kepribadian dan kemampuan untuk membangun hubungan di tempat kerja serta sekolah dan untuk meningkatkan pendidikan yang berkualitas dan sangat berkaitan dengan kepribadian. Wahyuningsih (2004), dalam penelitiannya juga menemukan adanya hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.

Selain kecerdasan emosional, dukungan sosial juga turut berpengaruh terhadap prestasi belajar. Stracuzzi & Mills (2010), mengatakan lingkungan sekolah merupakan salah satu lingkungan utama selain keluarga ketika anak berada pada usia anak. Oleh karena itu, ketika sekolah bisa menjadi salah satu lingkungan yang memberikan efek positif pada siswanya, maka siswa itu sendiri akan memiliki pemahaman yang positif dan terhindar dari perilaku-perilaku negatif karena pengajaran, pengetahuan dan nilai-nilai moral yang ditanamkan dalam pengalaman nyatanya ketika bersekolah. Pengalaman nyatanya yang positif ketika berada di lingkungan sekolah akan membuat anak merasa menjadi bagian dari sekolah.

(15)

15

Dengan demikian, anak akan merasa bahwa hubungannya dengan sekolah memberikan dampak positif yang membawa pada kebahagiaan dan kenyamanan dirinya. sekolah. Ketika siswa merasa dirinya dihargai, didukung, dan diterima dalam lingkungan sekolahnya, maka akan terjadi peningkatan dan perkembangan yang positif secara emosional maupun kualitas hidup siswa tersebut. Pada suatu kesempatan, Mead, Hilton & Curtis (dalam Solomon, 2004) telah jauh meneliti dukungan teman sebaya dan menyatakan bahwa dukungan teman sebaya merupakan sistem memberi dan menerima bantuan yang dibangun berdasar prinsip-prinsip kunci yang meliputi rasa hormat, berbagi tanggung jawab, dan persetujuan yang sama mengenai apa itu menolong. Melalui sistem ini individu merasa tertolong dan dapat saling berbagi dalam setiap hal, termasuk hal yang berkaitan dengan pendidikan misalnya membahas tugas atau materi pelajaran yang dipelajari di sekolah.

Berbagai penelitian tentang dukungan sosial teman sebaya dan prestasi belajar telah dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya Rosenfeld (2000) menemukan bahwa siswa dengan dukungan sosial yang tinggi dari teman sebaya, orang tua, dan guru memiliki nilai atau prestasi yang terbaik dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki dukungan sosial. Mackinnon (2008) menemukan bahwa dukungan sosial berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Sugiati & Rensi (2010), juga mengatakan ada hubungan antara dukungan sosial dengan prestasi belajar dengan nilai probabilitas signifikansi untuk variabel dukungan sosial terhadap prestasi belajar sebesar 0.04 (p<0.05). Jika dukungan sosial

(16)

16

dan konsep diri siswa ditingkatkan, maka prestasi belajar siswa pun dapat mengalami peningkatan. Penelitian berbeda juga ditemukan oleh Taylor (1998) yang menyatakan bahwa secara tidak langsung dukungan sosial teman sebaya berpengaruh pada prestasi belajar. Dengan kata lain, dukungan sosial juga secara tidak langsung berpengaruh terhadap prestasi belajar karena harus melalui persepsi dari pentingnya kemampuan akademis.

Pentingnya presetasi belajar mahasiswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya telah dijelaskan pada uraian-uraian di atas. Namun yang menjadi pertentangan hingga saat ini adalah prestasi belajar ditinjau dari jenis kelamin. Menurut Raheem (2012), bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa laki-laki dan siswa perempuan. Sejalan dengan itu, Adhiambo et al. (2011) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara prestasi siswa perempuan dan siswa laki-laki. Sebaliknya dalam penelitian yang dilakukan oleh Salami (2013), mengatakan ada kebanyakan penelitian yang menunjukkan bahwa rata-rata, anak perempuan lebih baik dalam sekolah dibandingkan anak laki-laki. Senada dengan itu Linver, Davis-Kean, & Eccles (2002), menunjukkan bahwa prestasi belajar laki-laki berada di tingkat yang lebih tinggi nilai matematika daripada perempuan yang mengikuti kursus di tempat yang sama.

Penelitian ini menyarankan bahwa dalam rangka mendorong prestasi belajar perempuan dalam bidang matematika, sains, dan teknologi informasi, perlu dirancang untuk tidak berfokus pada prestasi akademik perempuan saja tetapi bagaimana membuat perempuan mencapai tingkatan tinggi sama dengan laki-laki. Hal ini

(17)

17

tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martono, Puspitasari & Rostikawati (2009), mengatakan bahwa ada perbedaan prestasi belajar mahasiswa laki-laki dan perempuan, dikatakannya lebih lanjut, secara umum prestasi perempuan lebih baik daripada laki-laki. Rentang IPK 3,00 sampai 4,00 didominasi perempuan. Mahasiswa perempuan memiliki masa studi yang lebih pendek daripada laki-laki.

Mengingat pendidikan itu penting, maka pendidikan di Fakultas Teologi UKIM mengalami masalah dalam hal prestasi belajar mahasiswa, sedangkan prestasi belajar itu dapat dipengaruhi oleh kecerdasan emosional, dukungan sosial teman sebaya dan jenis kelamin. Selanjutnya berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang menyelidiki faktor-faktor tersebut secara terpisah, maka penulis tertarik untuk menelaah faktor-faktor tersebut secara bersamaan dalam konteks yang berbeda. Jadi penulis tertarik untuk melihat hubungan kecerdasan emosional dan dukungan sosial teman sebaya terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis kelamin mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku.

(18)

18

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah hubungan kecerdasan emosional dan dukungan sosial teman sebaya terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku? 2. Apakah ada pegaruh interaksi kecerdasan emosional dan

jenis kelamin terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku? 3. Apakah ada pengaruh interaksi dukungan sosial teman

sebaya dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku?

4. Apakah ada perbedaan prestasi belajar ditinjau dari jenis kelamin mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dan dukungan sosial teman sebaya terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku.

(19)

19

2. Untuk mengetahui pengaruh interaksi kecerdasan emosional dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku.

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi dukungan sosial teman sebaya dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku.

4. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar ditinjau dari jenis kelamin mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku.

1.4 Manfaat Penelitian

Merujuk pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Kepada lembaga penyelenggara pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. b. Kepada mahasiswa, dapat memperkaya konsep

serta pola pikir kita tentang hubungan kecerdasan emosional dan dukungan sosial terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis kelamin secara pribadi. Selain itu kiranya penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

(20)

20

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Kepada lembaga penyelenggara pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku.

b. Kepada Mahasiswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagi acuan dalam meningkatkan kualitas dan hasil belajar secara pribadi.

c. Kepada lingkungan sosial teman sebaya agar dapat memberikan dukungan positif bagi peningkatan kualitas hasil belajar.

Gambar

Tabel 1.5  Penyebab Droup Out

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan agen, peserta dan pimpinan manajer pemasaran PT Asuransi Takaful Keluarga (RO) Sidoarjo untuk memperoleh penjelasan

Bila benih yang berasal dari pohon induk Parigi ditanam pada media dengan penambahan pupuk kandang maka daya berkecambah benih aren menurun (78.62%), dan daya berkecambah

Nyoto Widyo Astoro, Sp.PD-KHOM, FINASIM dr... Id%ntitas

Dengan demikian, pemain baru dengan modal kecil akan dapat masuk ke dalam bisnis ini dengan menjadi sub-agen, membeli waralaba dari usaha tour and travel besar atau

Laju pertumbuhan harian sangat dipengaruhi oleh bobot mutlak, dimana secara tidak langsung pakan yang diberikan juga memiliki pengaruh atau berdampak terhadap laju

* For further details on the basic setting mode and setting mode, see Chapter 14, “ Setup Items ” in the FX1000 User’s Manual, IM 04L21B01-01EN..

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa efektifitas penerapan sanksi terhadap pelanggaran penggunaan jalan umum untuk pelaksanaan pesta dalam mengurangi