13
( The Flacebo Effect Of Gabbage Sponge To Reduce The Breast Enggorgement
In Postpartum Mother)
Deswani, Gustina, Rochimah
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Email: desika_64@yahoo.co.id ABSTRAK
Pembengkakan payudara merupakan hambatan dalam pemberian ASI, masalah ini semakin meningkat kejadiannya sehingga diperlukan tehnologi yang lebih nyaman bagi ibu dalam mengatasi masalah ini. Diperlukan metode yang efektif dalam mengatasi masalah ini agar ibu dapat memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan kompres kol dalam mengatasi pembengkakan payudara dibandingkan dengan tehnik rangsangan oksitosin yang telah dilaksanakan secara rutin di Rumah Sakit. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan jumlah sampel sebanyak 65 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisa menggunakan model analisis Chi-square pada taraf kesalahan 5%. Rumusan masalah penelitian ini adalah kompres kol sama efektifnya dengan metode rangsang oksitosin dalam mengatasi masalah pembengkakan payudara. uji coba instrumen untuk pengukuran validitas dan reabilitas digunakan uji Cronbach’s alpha. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consequtive sampling. Dari hasil uji kesetaraan karakteristik responden didapatkan semua nilai p lebih besar dari alpha (p > alpha, alpha= 0,05). Yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil penelitian 22 dari 27 orang (81,5%) responden yang tidak mendapatkan perlakuan kompres kol menyatakan adanya pengurangan pembengkakan payudara. Walaupun secara statistik menunjukkan sama efektifnya pengaruh kompres kol terhadap pembengkakan payudara (nilai p 0,266) dengan rangsang oksitocyn
Kata kunci : Efektifitas, kompres kol, pembengakakan payudara
ABSTRACT
The breast engorgement is an obstacle for giving breastfeeding. This problem has highly increased thus there is a need to use the new technology and method which are more convenient for mothers to use. Therefore, it is needed an effective method to encourage mothers for giving breastfeeding successfully. This research aimed to determine the use of cabbage sponge to reduce the breast engorgement effectively compared to the oxytocin stimulation techniques which has been implemented regularly in hospitals. This study used a quasi-experimental design with a sample size of 65 respondents. The instrument had used a questionnaire. Data analysis was used the analysis model Chi - square at 5% error level. The research problem was the cabbage sponge as effective as oxytocin stimulation methods in addressing the problem of breast engorgement. The instrument test used for measuring the validity and reability was Cronbach's alpha test. Sampling had done by sampling consequtive. From the test results obtained equality respondent characteristics all p values greater than alpha (p> alpha, alpha = .05), which means that there is no significant difference between the intervention group and the control group. The result was 22 of 27 respondents (81.5%) who did not get a cabbage compress treatment suggested a reduction of breast
engorgement. However, the statistical test results showed no effect of cabbage sponge to the breast swelling (p value 0.266).
Keywords: Effectiveness, cabbage compress, Breast engorgement
PENDAHULUAN
WHO/UNICEF (2002) dalam dokumen Global Strategy for Infant and
Young Child Feeding (IYCF)
merekomendasikan pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sampai usia 2 tahun adalah : 1) Memberi kesempatan pada bayi untuk melakukan inisiasi menyusu dini dalam 1 jam setelah lahir; 2) Menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan; 3) Mulai memberi makanan pendamping ASI yang bergizi sejak bayi berusia 6 bulan; dan 4) Meneruskan menyusui sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Dalam rangka mencapai derajat kesehatan anak yang optimal, semua negara di dunia diharapkan mengimplementasikan rekomendasi tersebut sesuai dengan kondisi masing-masing negara. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah menindaklanjuti rekomendasi tersebut dengan menerbitkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan nomor:
450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia, yang menetapkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia adalah sejak
lahir sampai bayi berusia 6 bulan, dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikanya kepada semua ibu yang baru melahirkan.
Namun pada kenyataannya, ibu yang memiliki bayi baru lahir tidak semua menyusui bayinya dengan baik oleh karena berbagai alasan seperti ASI belum keluar, bayinya terpisah karena mengalami kondisi risti, ibu merasa nyeri saat menyusui. Kondisi ini menyebabkan penundaan pemberian ASI, penundaan pemberian ASI dapat menimbulkan masalah pada ibu yaitu: terjadinya penumpukan ASI dalam payudara, sehingga menimbulkan pembengkakan. Pembengkakan payudara berdampak pada psikologis ibu: seperti rasa sakit, cemas karena tidak dapat menyusui. Kondisi ini akan menyebabkan masalah psikologis pada ibu yaitu ibu akan merasa tidak mampu menyusui bayi dan merasa cemas yang berdampak pada semakin menurunnya produksi ASI. Sebagai alternative ibu akan mengambil keputusan untuk memberikan susu formula pada bayinya untuk menggantikan ASI.
Masalah yang timbul selama masa menyusui dapat dimulai sejak masa pasca
persalinan dini (masa nifas atau laktasi) berupa payudara bengkak/bendungan ASI atau engorgement (Wisnuwardhani, 2005).
Engorgement kebanyakan terjadi pada hari
kedua sampai hari kesepuluh postpartum. Sebagian besar pasien merasakan payudara bengkak, keras, dan terasa panas (Sarwono, 2005). Perawatan payudara sering kali disebut Breast care bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara, memperbanyak atau memperlancar pengeluaran ASI sehingga tidak terjadi kesulitan dalam menyusukan bayinya. Prosedur dalam manajemen laktasi salah satunya adalah perawatan payudara dengan cara pengurutan (Anggreini, 2010). Manejemen laktasi adalah suatu tata laksana menyeluruh yang menyangkut laktasi dan pengguna ASI, yang menuju suatu keberhasilan menyusui untuk memelihara kesehatan ibu dan bayinya, meliputi persiapan dan pendidikan penyuluhan kesehatan tentang persiapan perawatan payudara dan puting susu, manfaat menyusui dan kasiat makanan yang baik bagi ibu (Saifudin, 2002). Agar dapat sukses dalam menyusui, maka perlu penanganan dan perhatian karena payudara bengkak menunjukkan adanya bendungan ASI dan jika tidak ditangani dengan baik sering kali
dapat berlanjut kearah mastitis. Kondisi ini terjadi akibat ibu yang tidak menyusui bayinya dan kurangnya pengetahuan tentang perawatan payudara (Wisnuwardhani, 2005)
Saat ini penanganan masalah pembengkakkan pada ibu dilaksanakan dengan cara perawatan payudara dengan melakukan pengurutan pada payudara ibu yang bengkak. Intervensi ini sering menyebabkan ibu merasa tidak nyaman dan rasa sakit yang luar biasa saat pemijatan dan dapat menyebabkan kerusakan pada anatomis payudara ibu. Beberapa ahli menyatakan bahwa prosedur ini kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan pada alveoli di payudara. Metode baru yang dilakukan pada pembengkakkan payudara adalah melakukan pemijatan pada sisi tulang belakang yang disebut dengan “Rangsang oksitosin”. Metode ini memfokuskan pada proses alami tubuh dengan merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Namun Metode ini memerlukan bantuan orang lain dalam melaksanakannya sehingga dirasakan kurang efisien. Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk menemukan metode yang lebih nyaman, dapat dilakukan secara mandiri, dan tidak menyakitkan ibu dalam mengatasi pembengkakkan payudara.
Kompres kol terbukti menurunkankan pembengkakan pada area tubuh yang mengalami bengkak (Roberts, 1995). Namun apakah kompres kol pada payudara yang bengkak juga sama efektifnya dalam menurunkan pembengkakan payudara dibandingkan dengan rangsang oksitosin belum dibuktikan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membandingkan kedua prosedur ini untuk membuktikan “Kompres kol sama efektifnya dalam mengatasi pembengkakan pada payudara pada ibu post partum dibandingkan dengan rangsang oksitosin”. Prosedur ini merupakan suatu prosedur yang menggunakan respon alami dari tubuh terhadap zat-zat yang terkandung dalam kol yang diabsorbsi oleh kulit dan efek dingin dari kol yang menyebabkan menurunnya rasa sakit dan pembengkakan pada payudara.
METODE
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain kuasi eksperimen pre
dan post test design with control group,
yaitu suatu pengukuran hanya dilakukan pada sebelum dan saat akhir intervensi (Dahlan, 2008). Pengukuran ini dilakukan setelah kelompok intervensi diberikan kompres kol. Peneliti juga melakukan
perbandingan perbedaan penurunan pembengkakan payudara antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Populasi adalah keseluruhan obyek diteliti (Dahlan, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu post partum yang mengalami pembengkakan payudara selama dirawat di dua rumah sakit umum daerah di Jakarta. Pengambilan data dilakukan mulai bulan September sampai dengan Oktober 2012. Sampel nya adalah total sampel. Pada pelaksanaannya didapatkan 65 orang responden, yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 38 responden sebagai kelompok intervensi (mendapatkan intervensi berupa kompres kol) dan 27 responden (mendapatkan intervensi rangsang oksitosin) sebagai kelompok kontrol. Kriteria responden adalah ibu post partum baik seksio sesaria dan spontan, pada saat dilakukan pengumpulan data yang mengalami pembengakakan payudara, di rawat di rumah sakit di Jakarta, bersedia mengikuti penelitian dilakukan kompres kol atau rangsang oksitosin dan bayi hidup baik dirawat gabung maupun di rawat terpisah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran responden secara deskriptif didapatkan infromasi: Usia rata-rata responden adalah 26,94 tahun, dengan
median 26 tahun. Usia termuda responden adalah 18 tahun dan usia tertua 41 tahun. Hasil estimasi interval menunjukkan bahwa 95% diyakini rata-rata usia responden antara 25,62 tahun sampai dengan 28.26 tahun. Tingkat pendidikan terbanyak adalah 47.7% adalah SMA dan 30.8% adalah SMP. Mayoritas responden tidak bekerja sebesar 84.6%. Prosentasi paritas terbanyak responden adalah paritas kesatu yaitu sebesar 61.5%. Kebanyakan responden tidak
memiliki pengalaman menyusui sebelumnya yaitu sebesar 61.5%.
Responden menyatakan bahwa payudaranya mengalami pembengkakan disebabkan oleh berbagai faktor. Didapat tiga factor utama yang merupakan etiologi pembengkakan payudara yaitu: bayi tidak sering menyusui, bayi tidak lama menyusui, dan anatomi puting (rata, datar, dan masuk) untuk jelasnya dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Karakteristik responden menurut penyebab pembengkakan payudara
Berdasarkan perbedaan proporsi responden menurut indikator pembengkakan payudara pada kelompok intervensi (kompres kol) dan kelompok kontrol (intervensi rangsang oksitosin) setelah dilakukan intervensi.
Responden yang masuk dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat pada table dibawah :
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Indikator Pembengkakan Payudara
Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Indikator pembengkakan payudara
(penurunan bengkak dan rasa sakit)
Kelompok intervensi (N = 38 orang)
Kelompok kontrol (N = 27 orang) Jumlah Persentase Jumlah Persentase Pengurangan bengkak/keras/penuh pada
payudara Ya Tidak 27 11 71,1 28,9 22 5 81,5 18,5 Pengurangan sakit pada payudara
Ya Tidak 36 2 94,7 5,3 22 5 81,5 18,5 Pengurangan sakit jika payudara disentuh
Ya Tidak 31 7 81,6 18,4 21 6 77,8 22,2 Pembesaran KGB berkurang Ya Tidak 1 37 2,6 97,4 1 26 3,7 96,3 Puting payudara mulai tertarik keluar
Ya Tidak 12 26 31,6 68,4 3 24 11,1 88,9 Berat payudara terasa berkurang
Ya Tidak 28 10 73,7 26,3 16 11 59,3 40,7 ASI mulai keluar
Ya Tidak 18 20 47,4 52,6 16 11 59,3 40,7 Demam/sakit ibu berkurang
Ya Tidak 7 31 18,4 81,6 2 25 7,4 92,6 Ketiak (sekitar payudara) ibu lebih nyaman
Ya Tidak 4 34 10,5 89,5 3 24 11,1 88,9 Berkurangnya kesulitan menyusu pada bayi
Ya Tidak 11 27 28,9 71,1 8 19 29,6 70,4 Pengaruh kompres kol terhadap
pembengkakan payudara berdasarkan hasil analisis terdapat perbedaan proporsi antara responden yang mendapatkan perlakuan kompres kol dengan responden yang tidak
mendapatkan perlakuan terhadap pembengkakan payudara, dimana 25 dari 38 orang (65,8%) responden yang mendapatkan perlakuan kompres kol menyatakan adanya pengurangan pembengkakan payudara,
sedangkan sebanyak 22 dari 27 orang (81,5%) responden yang tidak mendapatkan perlakuan kompres kol menyatakan adanya pengurangan pembengkakan payudara. Namun demikian, hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh
kompres kol terhadap pembengkakan payudara (nilai p 0,266). Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Perlakuan dan Pengurangan Keluhan terhadap
Payudara Perlakuan Pembengkakan payudara Jumlah RR 95% CI Nilai p Berkurang Tidak berkurang n % N % n % Kompres kol (intervensi)
Tidak dikompres kol (kontrol) 25 22 65,8 81,5 13 5 34,2 18,5 38 27 100,0 100,0 0,807 0,603 – 1,081 0,266 Jumlah 47 72,3 18 27,7 65 100,0 Hasil statistik menunjukan tidak ada
perbedaan antara kompres kol dengan rangsang oksitosin dalam mengurangi pembengkakan payudara pada ibu post partum. Namun analisa secara ekonomis dan kenyamanan dalam pelaksanaannya, dapat dikatakan bahwa penggunaan kompres kol untuk mengurangi pembengkakan payudara perlu dipertimbangkan juga. Keunggulan kompress kol dari aspek ekonomis, daun kol mudah didapat dan harga murah, ibu dapat mengerjakannya sendiri tidak memerlukan orang lain. Ditinjau dari aspek kenyamanan penggunaan daun kol yang ditempelkan di payudara ibu dan ditutupi oleh bra (kutang) walau akan meninggalkan sedikit noda dan
agak bau dan sedikit terlihat lucu bagi ibu-ibu dan ibu-ibu merasakan nyaman karena adanya efek dingin. Akan tetapi hal itu tak berarti mengurangi efek yang diberikan oleh daun kol dalam mengatasi pembengkakan payudara. Hasil penelitian Robert (1999) menunjukkan bahwa kompres daun kol efektif dalam mengurangi ketidaknyamanan pada payudara saat penuh dan bengkak. Pembengkakan dapat terjadi kapan saja seperti pada kondisi air susu
over-supply ketika bayi tidur lebih lama di
malam hari pada saat pagi hari ibu akan mengalami pembengkakan payudara. Pada kondisi ini kompres daun kol pada payudara
akan sangat membantu dalam mengurangi rasa nyaman pada ibu.
Penelitian yang dilakukan oleh Robert (1999) melaporkan bahwa penggunaan daun kol untuk mengurangi pembengkakan payudara pada ibu post partum yang melibatkan 120 ibu, 60 orang diberi intervensi kompres kol membiarkan daun kol sampai cukup layu dan suhunya mencapai suhu tubuh kemudian diganti dengan daun kol yang baru . Proses ini diulang untuk total 4 kali dan setelah di intervensi setiap wanita diminta untuk melaporkan apakah mereka merasa payudara mereka berkurang pembengkakannya. Sedangkan pada kelompok kontrol dari 60 perempuan, yang tidak menggunakan daun kol, juga diminta untuk melaporkan apakah payudara mereka membesar. Daun kol memiliki efek langsung pada pembengkakan payudara, dan bahwa hal ini mungkin telah berkontribusi terhadap keberhasilan menyusui meningkat pada kelompok eksperimen. Namun, efek positif lebih mungkin telah dimediasi oleh mekanisme psikologis, daun kol mengandung sesuatu yang mendorong atau memungkinkan perempuan untuk menyusui lebih lama (tingkat pemberian ASI eksklusif pada kedua kelompok yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan rekomendasi saat ini), perbedaan itu mungkin ke psikologis merasa baik faktor telah menerima pengobatan
Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh ahli seperti hasil penelitian Robert (1995) tentang percobaan pendinginan kol yang membandingkan pendinginan kol suhu dengan ruangan dan pendinginan kol di dalam kulkas sama efektifnya dalam menurunkan sakit pada pembangkakkan Pada kedua kelompok baik intervensi maupun kontrol dalam penelitian ini melaporkan bawah penurunan pembengkakan relative kecil. Laporan subjektif responden dalam penelitian tentang menurunan rasa sakit lebih karena efek dingin daun kol secara placebo. Sedangkan penurunan ukuran pembengkakan payudara secara objektif lebih kecil. Roberts, Reiter, & Schuster (1998), melakukan penelitian tentang ekstrak kol dan melaporkan bahwa nilai efektivitas ekstrak daun kol, dengan hasil dua jenis krim, satu berisi ekstrak daun kol dan satunya bertindak sebagai kontrol, hasil penelitian , responden melaporlan bahwa tidak ada perbedaan rasa sakit dan kekerasan jaringan payudara (pembengkakan). Dengan demikian penelitian itu membuktikan tidak ada
perbedaan antara kelompok intervensi dan kontrol. Jadi bukti ilmiah efektifitas dari daun kol secara nyata tidak terlihat, belum ada yang benar-benar bisa membuktikan secara ilmiah, bahwa kol efektif secara ilmiah dalam mengurangi pembengkakan dan rasa sakit pada payudara. Efek yng dilaporkan lebih ke arah efek placebo dari daun kol yang dingin.
Walaupun secara Hasil statistik menunjukan tidak ada perbedaan antara kompres kol dengan rangsang oksitosin, ditinjau dari aspek ekonomis dan kenyamanan dalam pelaksanaannya, maka penggunaan kol sebagai cara untuk menurunkan pembengkakan payudara perlu dipertimbangkan. Ditunjang oleh hasil
Biancuzzo (1999), menunjukkan bahwa kompres daun kol efektif dalam mengurangi ketidaknyamanan pada payudara saat penuh dan bengkak. Dengan demikian metode kompres kol secara tepat akan mengatasi masalah pembengkakan payudara, sehingga laktasi tetap bisa berjalan dengan sukses.
SIMPULAN
Kompres kol sama efektifnya dengan rangsang oksitosin dalam mengatasi pembangkakan payudara. Namun kompres kol memiliki keunggulan secara sosial, ekonomi dan psikologis. Ibu dapat
mengatasi pembengkakan payudara secara mandiri, bahan yang digunakan murah didapat dan secara psikologis kompres daun kol pada payudara akan sangat membantu dalam mengurangi rasa nyaman pada ibu.
Pihak rumah sakit diharapkan dapat terus mengembangkan kebijakan yang ada di rumah sakit mengenai rawat gabung dan inisiasi menyusui dini, karena semakin dini perangsangan terhadap hormon oksitosin akan semakin meningkatkan pengeluaran ASI. Sehingga tidak terjadi pembengkakan. Prosedur kompres kol ini dapat digunakan oleh rumah sakit sebagai bentuk intervensi yang membantu ibu dengan seksio sesarea dalam mengatasi masalah menyusui. Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode penelitian penggabungan metode kualitaif dan kuantitatif sehingga hasilnya diharapkan dapat mendukung penelitian eksperimen dengan meneliti kadar oksitoksin dan endrophine dalam darah ibu sebelum dan sesudah intervensi kompres kol.
DAFTAR RUJUKAN
Ariawan, I. 1998. Besar dan metode sampel
pada penelitian kesehatan, jurusan statistik. Jurusan Biostatistik dan
Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia
Biro Pusat Statistik. 2008. Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia 2007.
BPSBKKBN-Depkes RI-UNFPA Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen,
M.D. 2005. Maternity nursing. 4th ed.(Wijayarini, M.A & Anugrah, P.I., Penerjemah) California: CV. Mosby (sumber asli diterbitkan tahun 1995). Chertok, I.R., & Vardi, I.S. 2008. Infant
hospitalization and breastfeeding post cesarean section. British Journal of
Nursing, 17(12), 786-791
Dahlan, M.S. 2008. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan, deskriptif, bivariat,dan multivariate, dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS.
Jakarta : Salemba Medika.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1991. Pedoman Pelayanan Rawat
Gabung di Rumah Sakit. Edisi I.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik dan Perkumpulan Perinatologi Indonesia.
Di, N. 2001. Hands off technique has many benefits for breastfeeding mothers.
British Medical Journal, 322, 929-930
Glauz Karen et.al. 1990. Health Behaviour
and Health Education.Theory Research and Practice. San Fransisco :
Jossey- Bas Publisher.
Hill PS, Humenick SS. The occurrence of breast engorgement. J HumLact. 1994;10:79-86.
Humenick SS, Hill PD, Anderson MA. Breast engorgement: patterns and selected outcomes. J Hum Lact. 1994;10:87-93.
Jensen, M.D. 1981. Maternity Care . 2nd ed. St. Louis : Mosby Company
Jones, D. L. 1983. Breast Feeding How to
Succeed. London : Fletcher and Son
Ladewig, P., London, M.L., & Olds, S.B. 2006. Maternity newborn nursing
care:the nurse, the family, and the community. California: Addison Wesley Longman.
Lawrence, R.A. 2004. Breastfeeding: A
Guide for the medical profession. 4th
ed. St Louis: Mosby Inc.
Lowdermilk, D.L., & Perry, S. 2006.
Maternity nursing. 7th ed. Mosby
Company.
Internatinal Lactation Consultant Association (ILCA). 2008. Core curriculum forlactation consultant practice. 2nd ed. Massachusetts: Jones
and Barlett Publisher.
Mathur, G. P. et al. 2003. Breastfeeding in babies delivered by cesarean section.
Indian Pediatrics. 30(11), 1285-1290
MenkoKesra. 2004. Program Peningkatan
Pemberian ASI (PP-ASI).
www.menkokesra.go.id. diakses tanggal 20 Desember 2008.
Mercer, R. T. 2004. Becoming a mother versus maternal role attainment.
Journal of Nursing Scholarship. 36(3).
Perinasia. 2004. Manajemen Laktasi.
Jakarta: Balai Pustaka.
Pillitteri, A. 2003. Maternal and childhealth
nursing. Care of the childbearing and childrearing family. 4th ed. Philadelphia: Lippincott.
Polit, B., & Hungler. 2001. Essential of
Nursing Research: Metodes appraisal and utilization. Philadelphia: J.B.
Lipincott.
Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. 2006. Maternity nursing: Family,newborn, and women’s health care. 8th ed. Philadelphia: Lippincott.
Riskesdas. 2007. Angka kesakitan dan
kematian bayi di Indonesia. http://old.depkominfo.go.id/portal/html
. Diakses pada tanggal 20 Februari 2013
Roesli, U. 2008. Inisiasi menyusui dini plus
ASI eksklusif. Cet I. Jakarta: Pustaka
Bunda
Roberts K. A 1995 comparison of chilled cabbage leaves and chilled gelpacks in
reducing breast engorgement.
JHumLact. 11:17-20.
Roberts KL, Reiter M, Schuster D. Effects of cabbage leaf extract on breast
engorgement. J Hum Lact.
1998;14:231-236.
WHO: /UNICEF (2002) dalam dokumen
Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (IYCF)