• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

45

BAB 4

ANALISIS DAN BAHASAN

4.1 Lokasi Proyek

Lokasi proyek Rumah Susun dalam penelitian ini adalah lokasi yang sama dengan lokasi Rumah Susun Kebon Kacang saat ini. Lokasi berada di Jalan Kebon Kacang XI, Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Rumah susun ini berada dikawasan padat penduduk Tanah Abang, yang strategis di pusat kota Jakarta.

Lokasi Rumah Susun EX Plaza

Sarinah

Wisma Nusantara Gambar 4.1 Lokasi Proyek

(2)

Data Tapak

Luasan Tapak : ± 11.000 m2

GSB : 3 meter (sisi timur)

KDB : 55 %

Luas lantai yang boleh dibangun :

KDB x Luas lahan = 55 % x 11.000 m2 = 6.050 m2

KLB : 3

Luas total yang boleh dibangun :

KLB x Luas lahan = 3 x 11.000 m2 = 33.000 m2

Ketinggian Bangunan : 8 lantai

Peruntukan Lahan : Wsn (Wisma Susun) Batasan Wilayah :

Gambar 4.2 Peta Rencana Kota - Kebon Kacang sumber : Dinas Tata Kota DKI Jakarta (2013)

(3)

Utara Perumahan penduduk dan sekolah dasar Timur Kali Cideng dan Perkantoran Thamrin Selatan Tanah kosong milik swasta PT Asia Trioka Barat Jalan Kebon Kacang 11 dan perumahan

penduduk

Sekilas Rumah Susun Kebon Kacang

Rumah Susun Kebon Kacang merupakan rumah susun yang dibangun oleh pemerintah DKI Jakarta sebagai pemilik lahan dan Perumnas sebagai pemilik hak guna bangunan. Rumah susun ini dibangun pada tahun 1985, sehingga saat ini sudah berumur 28 tahun. Rumah Susun Kebon Kacang tidak pernah mengalami peremajaan atau renovasi dari pertama kali berdiri. Rumah Susun Kebon Kacang terdiri dari delapan blok dengan luas ± 17.000 m2 dimana terdapat tiga tipe unit yaitu tipe 21, tipe 42, dan tipe 51, dengan total unit sebanyak 600 unit dan jumlah 8 blok bersusun 4.

Keterangan :

1 : Rumah Susun Blok 1 6 : Rumah Susun Blok 6 sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013)

Gambar 4.3 Site Plan Rumah Susun Kebon Kacang sumber : Andhika (2009)

(4)

2 : Rumah Susun Blok 2 7 : Rumah Susun Blok 7

3 : Rumah Susun Blok 3 8 : Rumah Susun Blok 8

4 : Rumah Susun Blok 4 9 : Gedung Serba Guna

5 : Rumah Susun Blok 5 10 : Sekolah Dasar

Lingkup Perancangan

Pada perancangan ini lahan yang akan dirancang untuk peremajaan adalah lahan pada blok 1-7 seluas 11.000 m2. Namun kapasitas rumah susun yang akan dirancang tetap memenuhi kapasitas 8 blok. Dengan spesifikasi unit sebagai berikut :

1) Blok 1-4

Tipe unit 42m2 dan 51m2 dengan jumlah 52 unit disetiap blok. Sehingga terdapat 208 unit. Tipe 42m2 dan 51 m 2 adalah tipe 2-3 kamar tidur yang dapat menampung 4 anggota keluarga. Sehingga banyak penghuni pada blok 1-4 adalah 832 orang.

2) Blok 5-7

Tipe unit 21 m2 dengan jumlah 104 unit disetiap blok. Sehingga totalnya terdapat 312 unit. Tipe 21 m2 merupakan tipe kamar studio yang dapat menampung 2 orang. Sehingga banyak penghuni pada blok 5-7 adalah 624 orang.

3) Blok 8

Tipe unit 42 m2 dan 51 m2 dengan jumlah 80 unit. Sehingga banyak penghuni pada blok 8 adalah 320 orang.

Dari segi fasilitas Rumah Susun Kebon Kacang belum memiliki fasilitas yang memadai. Rumah Susun ini belum dilengkapi dengan

(5)

fasilitas olah raga, unit kesehatan, ataupun tempat bermain anak-anak. Penghuni sudah mulai mengeluhkan bahwa banyak kerusakan pada fisik bangunan, seperti dinding yang sudah retak dan tangga yang sudah terasa tidak kokoh. Direktur utama Perum Perumnas, Himawan Arief Sugoto menyatakan bahwa Perumnas akan membangun rusun baru dilokasi yang sama guna memaksimalkan aset dan meremajakan bangunan. Direktur Pemasaran Perum Perumnas, Teddy Robinson, juga menyatakan bahwa Perum Perumnas akan menjamin biaya relokasi warga Rumah Susun Kebon Kacang.

4.2 Analisa Manusia 4.2.1 Program Ruang

Dalam perancangan Rumah Susun Kebon Kacang ini, banyaknya unit rumah susun yang dibangun adalah sebanyak 600 unit, sesuai dengan jumlah unit sebelumnya. Tipe-tipe ini terdiri dari tipe 21 (studio), tipe 42 (dua kamar tidur), dan tipe 50 (tiga kamar tidur). Fasilitas eksisting dari Rumah Susun Kebon Kacang yang masih layak dan dipertahankan adalah fasilitas pendidikan dan pelayanan umum seperti gedung serbaguna, sekolah dasar, dan masjid. Sehingga fasilitas ini tidak dimasukkan ke dalam kebutuhan ruang dalam program ruang. Letak eksisting PAUD berada di dalam lahan yang akan dirancang, sehingga fasilitas ini harus dimasukan dalam program ruang perancangan ini. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia mengenai Perancangan Rumah Susun, kebutuhan fasilitas lingkungan yang menjadi kebutuhan ruang dalam perancangan ini

(6)

adalah lapangan olah raga, parkir, ruang komunal / tempat bermain, unit kesehatan, kantor pengrlola, PAUD, dan taman.

Pada tabel 4.2 terlihat program ruang yang digunakan dalam perancangan Rumah Susun Kebon Kacang ini.

Jenis Ruang Akupansi Standar Ukuran

Kapa-sitas Perhitungan Luas Min. (m²) Unit Tipe Studio - 21 m2

(sumber : Rosfian, 2009) 312 unit 312 x 21 m 2

6.552 Unit Tipe 2

Kamar -

42 m2

(sumber : Rosfian, 2009) 144 unit 144 x 42m 2

6.048 Unit Tipe 3

Kamar -

50 m2

(sumber : Rosfian, 2009) 144 unit 144 x 50m 2 7.200 Kios - 36 m2 (sumber : SNI-03-7013-2004) 12 unit 12 x 36 m2 432 PAUD - 250 m2 (sumber : SNI-03-7013-2004) 1 1 x 125 m2 125 Balai Pengobatan - 150 m2 (sumber : SNI-03-7013-2004) 1 1 x 150 m2 150 Kantor RW - 36 m2 (sumber : SNI-03-7013-2004) 1 1 x 36 m2 36 Kantor RT - 36 m2 (sumber : SNI-03-7013-2004) 1 1 x 36 m2 36 Kantor Pengelola - 36 m2 (sumber : SNI-03-7013-2004) 1 1 x 36 m2 36 Kapel - 9 m x 6 m 1 1 x 54 m2 54 Ruang Bersama - 16 m x 6 m 22 22 x 96 m2 x (0,5) 1.056 Koperasi Tani Kursi tunggu 0,45m x 0,5m (sumber : Data Arsitek 1,

hal : 7) 300 300 x 0,225m2 67,5 Etalase / Rak display 0,6m x 1,2m (asumsi) 10 10 x 0,72 m 2 7,2 Kursi kantor 0,45m x 0,5m (sumber : Data Arsitek 1,

hal : 7)

6 6 x 0,225m2 1,35

Meja kantor

1,3m x 0,7m (sumber : Data Arsitek 1,

hal 7)

2 2 x 0,91 m2 1,82 Tabel 4.2 Program Ruang

(7)

Front Desk 1,5m x 0,6m (asumsi) 1 1 x 0,9 m 2 0,9 Manusia 0,37m x 0,87 m (sumber : Data Arsitek 1,

hal 27) 110 310 x 0,32m2 99,2 TOTAL 177,97 SIRKULASI (20%) 213.56 Gudang Tani - 18m x 16m 1 1 x 288 m2 288 Lapangan Olahraga Lapangan Bulutangkis 6,1 m x 13,4 m (sumber : standard ukuran lapangan) 2 2 x 81,74 m2 163,48 TOTAL 22.390,0 4 SIRKULASI (30%) 6.717,01 TOTAL 29.107,0 5

4.2.2 Luasan Lahan Tanam

Sebelum menghitung luasan lahan tanam, diperlukan dulu jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengetahui tanaman apa saja yang akan ditanam pada lahan tanam, maka perlu diketahui jenis tanaman yang dapat hidup di alam Jakarta. Menurut data Badan Pusat Statistik, Jakarta memiliki suhu rata-rata 27,35% dan rata-rata kelembaban sebesar 74,25%. Dengan membandingkan persyaratan tumbuh tanaman pangan rumah tangga dengan kondisi iklim di Jakarta, maka terdapat 11 tanaman yang dapat dibudidayakan di Jakarta. Dari seluruh tanaman tersebut, rata-rata membutuhkan cahaya yang penuh agar dapat tumbuh optimal. Dalam ilmu pertanian, yang dimaksud dengan intensitas cahaya penuh adalah penyinaran 6-8 jam per hari, sedangkan matahari cukup adalah 4-6 jam per hari.

(8)

No Jenis Tanaman Suhu

(oC) Kelembaban

Intensitas Cahaya 1 Cabai Besar 18 - 30 60 - 80 4-6 jam 2 Cabai Rawit 18 - 30 60 - 80 4-6 jam

3 Terong 20 - 30 - 6-8 jam

4 Mentimun 21 - 30 80 - 85 4-6 jam 5 Kacang Panjang 20 - 35 - 6-8 jam

6 Paprika 21-27 80 4-6 jam

7 Kangkung 20 - 32 80-90 6-8 jam

8 Bawang Merah 30 70 6-8 jam

9 Kunyit 19 - 30 60 - 80 6-8 jam 10 Kencur 19 - 30 60 - 80 6-8 jam 11 Lengkuas 25 - 29 60 - 80 6-8 jam

Untuk mendapatkan luasan lahan tanam vertilkultur yang dibutuhkan, variabel yang dipakai adalah : jumlah hasil produksi tanaman, konsumsi tanaman, dan banyaknya penghuni rumah susun. Dari data yang didapatkan peneliti banyaknya unit di Rumah Susun Kebon Kacang yang akan dilakukan peremajaan adalah sebanyak 600 unit dengan penghuni sebanyak 1.776 orang.

Dalam data konsumsi sayuran yang paling umum dikonsumsi rumah tangga, yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertanian, dari sebelas jenis sayuran di Tabel 4.3 hanya ada 6 jenis sayuran yang paling umum dikonsumsi rumah tangga. Sayuran tersebut adalah cabai besar, terong, mentimun, kacang panjang, kangkung, dan bawang merah.Dapat dilihat detail produksi dan konsumsi sayuran tersebut pada Tabel 4.4

Jenis Tanaman Kelompok

Tanaman Konsumsi per Kapita / tahun (kg) Hasil Produksi (kg/m2/tahun) Cabai Besar Sayuran Buah 1,5 27,2

Terong Sayuran Buah 2,55 35,2

Mentimun Sayuran Buah 1,77 18,4 Kacang Panjang Sayuran Buah 3,4 14,6

sumber : berbagai buku pertanian

Tabel 4.3 Tanaman Pangan yang Tumbuh di Jakarta

(9)

Kangkung Sayuran Daun 4,3 10,4 Bawang Merah Sayuran Umbi 2,36 38,4

Dalam penelitian ini akan diambil 3 sampel tanaman sayuran yang dapat dibudidayakan di lahan vertikultur Rumah Susun Kebon Kacang. Pemilihan tersebut diambil dari tingkat konsumsi tertinggi dari masing-masing kelompok tanaman. Sehingga hasil panen dapat lebih beragam. Dapat dilihat dari Tabel 4.4 bahwa konsumsi tertinggi dari tiap kelompok tanaman adalah kacang panjang (sayuran buah), kangkung (sayuran daun), dan bawang merah (sayuran umbi). Sehingga akan dihitung luasan lahan tanam yang dibutuhkan untuk menanam ketiga jenis sayuran agar dapat menunjang seluruh penghuni rumah susun.

Jenis Tanaman

Kebutuhan Penghuni Lahan yang Dibutuhkan Konsumsi per Kapita (kg) (1) Banyak Penghuni (2) Hasil Panen (kg/tahun/m2) (3) Luas Lahan (m2) [(1)x(2)] : (3) Kacang Panjang 3,4 1.776 14,6 413,5 Kangkung 4,3 1.776 10,4 734,4 Bawang Merah 2,36 1.776 38,4 109,5 TOTAL 1.257,4

Jumlah tersebut merupakan luasan minimal yang dibutuhkan masing-masing jenis tanaman untuk mencukupi kebutuhan konsumsi pangan penghuni rumah susun.

Manajemen Tani

Untuk menjamin ketersediaan hasil tani yang konsisten untuk penghuni rumah susun, maka harus dilakukan manajemen jadwal bercocok

Sumber : Badan Pusat Statistik (2012), Latiffah (2012), dan Kementrian Pertanian (2012)

sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013) Tabel 4.5 Luas Lahan Tanam Vertikultur Tabel 4.4 Produksi dan Konsumsi Sayuran

(10)

tanam. Dengan mempertimbangkan umur panen dari setiap tanaman yang akan ditanam, dapat ditemukan jadwal yang tepat untuk menanam tanaman tertentu dan jadwal panennya. Pada Tabel 4.6 dapat terlihat umur panen dari masing-masing tanaman yang akan ditanam pada lahan tanam Rumah Susun Kebon Kacang.

No Jenis Tanaman Panen Pertama Umur Produktif

Intensitas Cahaya 1 Kacang Panjang 45 hari 3 bulan 6-8 jam 2 Kangkung 30 hari 1 tahun 6-8 jam 3 Bawang Merah 60 hari 2 bulan 6-8 jam

Dari data umur panen tersebut dapat disusun sebuah timeline bertani yang dapat dilakukan untuk menjamin ketersediaan hasil panen.

Tanaman Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

Kacang Panjang Kangkung Bawang Merah TOTAL TANAMAN PANEN - 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 3

Dengan adanya manajemen tersebut maka tiap bulannya kegiatan urban farming ini akan menghasilkan panen yang dapat dibagikan ke penghuni rumah susun.

Tabel 4.6 Umur Panen Tanaman Vertikultur

: Bulan Panen : Masa Tanam Tabel 4.7 Timeline Panen

Sumber : Hasil Olahan Sendiri (2013) Sumber : Berbagai sumber buku pertanian (2013)

(11)

Sistem Pengelolaan Lahan Tani

Sistem pengelolaan lahan tanam ini dapat dikelola dengan sistem koperasi tani, seperti yang diterapkan di Koperasi Jardin du Chorrotos, Jenewa, Swiss yang telah dijelaskan dalam BAB 2. Penghuni akan menjadi anggota koperasi yang diwajibkan membayar iuran dan resiko hasil pertanian akan ditanggung bersama. Bila menghasilkan panen yang banyak maka akan mendapat lebih banyak, namun bila hasil panen sedikit hasil yang didapat penghuni juga sedikit. Sehingga segala sesuatu ditanggung bersama.

Sistem koperasi ini akan tepat diterapkan pada rumah susun dikarenakan penghuni akan untung maupun rugi akan ditanggung bersama oleh seluruh anggota koperasi, sehingga segala sesuatu akan terasa lebih ringan dari biaya operasional ataupun apabila mengalami kerugian. Dengan menerapkan sistem ini, juga akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi penghuni yang membutuhkan pekerjaan, mereka dapat bekerja sebagai pengelola lahan tanam dan koperasi. Dan bagi penghuni yang memiliki kesibukan lain dan tidak memiliki waktu merawat tanaman, mereka tetap dapat menikmati hasil dari fasilitas bersama ini.

4.2.3 Hubungan Antar Ruang

Pada diagram dibawah ini, terlihat hubungan antar ruang dari kebutuhan ruang yang telah dijelaskan sebelumnya. Gambar 4.4 merupakan diagram hubungan antar ruang pada lantai dasar.

(12)

Pada lantai dasar terletak seluruh fasilitas umum yang menunjang kehidupan rumah susun. Kios-kios yang merupakan fasilitas niaga dalam rumah susun diletakan dibagian muka bangunan berdekatan dengan jalan umum karena sifat ruang yang publik. Letak ini memudahkan pengunjung mengakses kios-kios untuk transaksi tanpa mengganggu privasi penghuni. Sebelum memasuki wilayah rumah susun yang lebih bersifat private,

Gambar 4.4 Hubungan Antar Ruang Lantai Dasar sumber : hasil olahan pribadi (2013)

jalan kebon kacang

parkir mobil parkir motor exit lobby kios kios kantor RW kantor RT kantor RT kantor PKK PAUD unit kesehatan lift lift taman lapangan olahraga unit unit lift lift plaza

(13)

pengunjung diterima terlebih dahulu di lobby. Selanjutnya lobby menghubungkan ruang publik ke ruang yang semi publik, yaitu kantor pengelola, kantor RT, kantor RW, kantor PKK, unit kesehatan, dan PAUD. Untuk menciptakan ruang dalam yang lebih private, sebelum memasuki area unit tinggal terdapat taman dan lapangan olahraga. Dengan hubungan ruang seperti ini terciptalah lapisan sifat privasi ruang. Ruang-ruang disusun dari yang paling bersifat umum hingga bersifat private.

Sedangkan pada Gambar 4.5 tergambar diagram hubungan antar ruang untuk lantai-lantai tipikal. Lantai tipikal ini adalah lantai yang memuat unit-unit rumah susun.

Pada lantai ini tersedia tangga darurat untuk keamanan dan keselamatan. Selain itu untuk kemudahan sirkulasi antar unit, dibuatlah jembatan penghubung yang dapat menjadi akses antar bangunan.

Gambar 4.5 Hubungan Antar Ruang Lantai Tipikal sumber : hasil olahan pribadi (2013)

lift tangga darurat tangga darurat unit unit tangga darurat tangga darurat lift jembatan penghubung

(14)

Selain lantai tipikal terdapat hubungan antar ruang lain yang perlu diperhatikan demi kenyamanan manusia didalamnya, yaitu hubungan antara area pertanian dan area hunian. Pada Gambar 4.6 terlihat hubungan antar ruang tersebut.

Area tani terdiri dari koperasi tani, gudang tani, dan lahan tanam. Koperasi tani adalah tempat dimana penghuni dapat mengambil hasil panen mereka, sehingga perletakan koperasi tani harus strategis oleh area hunian. Untuk tetap menjaga suasana private para penghuni, sebelum memasuki koperasi tani dibuat ruang transisi terlebih dahulu yang berupa patio. Patio ini dapat menjadi buffer tingginya aktivitas koperasi di masa-masa panen. Untuk menjaga sirkulasi kegiatan tani yang efektif, maka akes ke gudang tani dan lahan tanam berhubungan langsung dengan koperasi tani. Hal ini juga menjadikan kegiatan tani tidak bersinggungan langsung dengan kegiatan para penghuni di area hunian.

4.3 Analisa Lingkungan 4.3.1 Analisa Tapak lift unit patio koperasi gudang tani lahan tanam

Gambar 4.6 Hubungan Antar Area Hunian dan Area Tani sumber : hasil olahan pribadi (2013)

(15)

Analisa Pencapaian dan Potensi Tapak

Rumah Susun Kebon Kacang memang berlokasi di pusat kota yang memiliki aktivitas ekonomi dan bisnis. Namun, lokasi ini terdapat pada wilayah padat penduduk di Kecamatan Tanah Abang. Dari gambar dibawah ini, dapat terlihat pencapaian tapak dan potensinya.

Pada Gambar 4.7 dapat terlihat potensi yang dimiliki tapak, terdapat beberapa titik yang dapat menjadi keuntungan bagi target penghuni, yaitu masyarakat menengah kebawah. Berikut ini penjelasan mengenai gambar skematik pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Pencapaian dan Potensi Tapak sumber : Google Maps (2013)

Lokasi Rumah Susun Kebon Kacang

Pendidikan

Dengan menempuh jarak 750 meter dari lokasi rumah susun, dapat diakses sekolah negeri yang terdiri dari SD dan SMP. Perekonomian

Pusat perekonomian grosir seperti Pasar Tanah Abang dan Thamrin City berada pada radius 1-2 km.

Kesehatan

3,1 km dari rumah susun terdapat pusat kesehatan yaitu Puskesmas Kebon Kacang

(16)

Selain titik tersebut juga terdapat tempat rekreasi yang dapat menjadi pilihan lokasi hiburan warga, yaitu Monumen Nasional. Untuk mencapai Monumen Nasional hanya dengan jarak 2,3 km dari lokasi rumah susun.

Banyak kendaraan umum yang melewati jalan besar menuju lokasi rumah susun. Seperti contohnya angkutan umun, kopaja, ojek, dan bajaj. Pada jalan besar Thamrin juga terdapat fasilitas transportasi DKI yaitu TransJakarta.

Analisa Vegetasi pada Tapak

Vegetasi eksisting yang berada di tapak terdapat disepanjang Jalan Kebon Kacang 11. Disepanjang jalan ini terdapat pohon-pohon besar dan rindang yang membuat lingkungan sejuk dan menahan terik matahari. Namun, dikarenakan jumlah pohon yang cukup banyak dan kurang tertata, hal ini menyebabkan kesan kurang cahaya disepanjang jalan, juga menghalangi view dari luar kedalam tapak. Pengaturan pepohonan ini diperlukan dalam perancangan, sehingga tapak akan lebih terlihat lapang dan terbuka dari jalan utama

U

Gambar 4.8 Analisa Vegetasi Eksisting

(17)

Analisa Sirkulasi pada Tapak

Tapak memiliki akses dari empat sisinya, yaitu sisi barat, selatan, utara, dan timur. Walaupun terdapat banyak akses jalan di sekitar tapak, namun tingkat kepadatan dan kebisingan dari kendaraan maupun manusia tidak terlalu tinggi.

Jalan Kebon Kacang 11 memiliki lebar 12 meter, sehingga sirkulasi kendaraan pada jalan ini cukup ramai dan padat. Namun, kepadatan ini tidak sampai menyebabkan kemacetan yang berarti. Hanya pada saat jam berangkat kantor (pagi) dan pulang kantor (sore) banyak mobil yang menggunakan jalan ini. Kendaraan yang biasa melintasi jalan ini adalah mobil, motor, dan bajaj. Sedangkan jalan-jalan di sisi utara, timur, dan

Gambar 4.9 Jalan Kebon Kacang 11 sumber : dokumentasi peneliti (2013)

U

Gambar 4.10 Analisa Sirkulasi Kendaraan sumber : hasil olahan pribadi (2013)

: arah sirkulasi kendaraan

(18)

selatan tapak merupakan jalan kecil yang hanya diakses oleh penghuni rumah susun. Karena jalan-jalan ini merupakan jalan yang mengelilingi tapak, sehingga tidak ada sirkulasi kendaraan lain, selain kendaraan milik penghuni

Sedangkan untuk sirkulasi manusia, tapak juga dapat diakses dari ketiga sisinya. Sirkulasi yang ramai dilalui manusia adalah Jalan Kebon Kacang 11, sedangkan jalan di tiga sisi lainnya hanya diakses sedikit manusia, sebatas penghuni rumah susun saja. Namun, tidak ada fasilitas penunjang bagi pejalan kaki di Jalan Kebon Kacang 11, sehingga kenyamanan para pejalan kaki kurang tercapai.

Sehingga dapat disimpulkan, tingkat kebisingan yang paling tinggi adalah pada Jalan Kebon Kacang 11 yang merupakan jalan utama. Namun, kebisingan ini juga tidak sampai level mengganggu, hanya saja dibanding dua jalan lainnya kebisingan di Jalan Kebon Kacang 11 lebih tinggi. Kebisingan juga tidak bersumber dari bangunan-bangunan sekitar, karena wilayah ini memang wilayah permukiman penduduk, sehingga aktivitas yang ada sebatas aktivitas rumah tangga.

U

Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi Manusia sumber : hasil olahan pribadi (2013)

: jarak pergerakan manusia

(19)

Melihat kondisi tersebut, maka kebisingan yang timbul di Jalan Kebon Kacang 11 dapat dikurangi dengan adanya vegetasi yang berperan sebagai buffer. Dengan pertimbangan kebisingan dan akses kendaraan yang cukup banyak di Jalan Kebon Kacang 11 maka entrance tapak dapat diletakan dari Jalan Kebon Kacang 11.

Analisa Bangunan Sekitar

Gambar 4.12 Analisa Kebisingan sumber : hasil olahan pribadi (2013)

KALI CIDENG

SITE

1

2

3

4

5

Gambar 4.13 Analisa Bangunan Sekitar sumber : hasil olahan pribadi (2013)

(20)

Bangunan sekitar tapak adalah bangunan rumah dan perkantoran. Skema bangunan sekitar dapat dilihat dari Gambar 4.13 di atas. Keterangan dari gambar tersebut adalah sebagai berikut.

Analisa Matahari

Ketinggian bangunan disekitar tapak memiliki ketinggian yang berbeda-beda. Hal ini mempengaruhi pencahayaan yang masuk ke dalam

3. Deretan Ruko

Sisi ini merupakan deretan ruko yang menghadap ke jalan KH Mas Mansyur. Deretan ruko ini

memiliki ketinggian 4-5 lantai. 2. Pemukiman Penduduk Sisi Jalan Kebon Kacang 11 adalah deretan rumah penduduk yang memiliki ketinggian bangunan 1-2 lantai.

4. Perkantoran

Merupakan deretan perkantoran yang menghadap ke Jalan Thamrin. Deretan kantor ini memiliki ketinggian 10-20 lantai. 5. Lahan Kosong

Sisi ini merupakan tanah kosong milik swasta yang dipagari oleh dinding dengan ketinggian ± 2 meter.

1. Wilayah Eksisting Rusun Bagian Rumah Susun Kebon Kacang yang merupakan banguan blok 8, kantor pengelola, sekolah dasar, dan masjid. Ketinggian 2-4 lantai

(21)

tapak. Pada Tabel 4.8 dapat terlihat pencahayaan matahari dalam tapak dari pukul 07.00 sampai 17.00.

07.00

08.00

10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

15.00

16.00

09.00

(22)

Matahari pagi datang dari arah Kali Cideng yang berada di sisi Timur Tapak. Dapat terlihat bahwa pencahayaan di dalam tapak cukup maksimal dan jatuh bayangan bangunan sekitar tidak mengganggu pencahayaan pada tapak. Hanya terjadi pembayangan di dalam tapak akibat bangunan sekitar pada jam 07.00 - 08.00, selebihnya pencahayaan dalam tapak dapat dikatakan maksimal.

Dari melihat Tabel 4.8 maka jatuhnya pembayangan akibat sinar matahari adalah dalam rentang timur-barat. Sehingga dalam meletakan masa bangunan pada tapak perlu dihindari perletakan yang membentang dari utara ke selatan karena akan terjadi pembayangan yang berlebih di dalam tapak akibat blocking sinar matahari, sedangkan pada perancangan ini diperlukan penyinaran maksimal untuk pertumbuhan tanaman.

4.3.2 Zoning

Dari hasil analisa tapak sebelumnya, maka didapat beberapa kesimpulan yang dapat digunakan dalam perancangan. Kesimpulan tersebut tergambar dalam penzoningan tapak seperti Gambar 4.14.

sumber : hasil olahan pribadi (2013)

17.00

(23)

Entrance dan Exit

Dengan pertimbangan akses Jalan Kebon Kacang 11 yang mudah dan merupakan jalan utama pada tapak ini, maka perletakan main entrance diletakan pada jalan ini. Selain itu dengan meletakan entrance pada sisi ini, maka bangunan rumah susun ini lebih terbuka dan terlihat dari luar tapak, tidak seperti keadaan eksisting yang terkesan tertutup karena letak entrance terletak disamping tapak (sisi utara). Diletakannya entrance pada

parkir

unit

taman

entrance

Gambar 4.14 Zoning Tapak sumber : hasil olahan pribadi (2013)

Gambar 4.15 Zoning Enterace sumber : hasil olahan pribadi (2013)

exit

area publik taman akses pejalan kaki area tanam

parkir pejalan parkir kaki

(24)

sisi ini, maka perletakan bangunan unit akan lebih menjorok ke dalam (arah timur) karena adanya kebutuhan ruang seperti lapangan parkir dan kios untuk umum yang harus berdekatan dengan letak entrance. Dengan perletakan bangunan unit yang lebih menjorok ke dalam dan menjauhi Jalan Kebon Kacang 11, maka tingkat kebisingan yang diterima di bangunan unit akan rendah, sehingga penghuni akan mendapatkan ketenangan.

Seluruh akses masuk tapak besinggungan langsung dengan Jalan Kebon Kacang 11 agar sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki dapat efektif dan mudah. Tingkat kendaraan yang keluar masuk rumah susun juga tidak terlalu tinggi sehingga dengan sistem parkir yang langsung bersinggungan dengan jalan tidak terlalu mengganggu lalu lintas Jalan Kebon Kacang 11. Terlebih lagi dengan kondisi lalu lintas pada jalan ini yang tidak padat.

Bagi pejalan kaki juga disediakan akses langsung ke dalam tapak dari Jalan Kebon Kacang 11, sehingga para pejalan kaki dapat lebih nyaman karena memiliki jalan khusus tanpa harus melewati lapangan parkir terlebih dulu.

Jalan Kebon Kacang 11

IN OUT

Gambar 4.16 Konsep Parkir dan Akses Pejalan Kaki sumber : hasil olahan pribadi (2013)

(25)

Area Publik

Area publik meliputi kios-kios, kantor pengelola, kantor RT, kantor RW, kantor PKK, PAUD, dan unit kesehatan. Area ini diletakan dibagian muka tapak untuk memudahkan akses para pengunjung non-penghuni datang ke area ini. Namun dari sisi penghuni rumah susun pun juga dapat mudah mengakses area ini. Dengan begitu privasi para penghuni akan lebih terjaga karena untuk mengakses area ini tidak harus melewati area hunian rumah susun. Dengan penempatan area publik dimuka tapak juga dapat menjadi buffer kebisingan Jalan Kebon Kacang 11 dengan area hunian rumah susun yang berada di dalam tapak.

Unit

Gambar 4.18 Zoning Unit sumber : hasil olahan pribadi (2013)

area publik

Gambar 4.17 Ilustrasi Zoning Area Publik sumber : hasil olahan pribadi (2013)

(26)

Bangunan unit diletakan di tengah tapak agar didapatkan lahan yang terbuka di sisi timur dan barat untuk wilayah tanam, ruang hijau, dan ruang terbuka lainnya seperti lahan parkir, lapangan olahraga. Dengan adanya lahan terbuka di dua sisi yang berbeda dengan dibatasi bangunan unit, maka di dapat dua lahan terbuka yang memiliki sifat yang berbeda. Lahan terbuka di sisi barat yang berada di sisi entrance tapak merupakan lahan terbuka yang bersifat publik, sedangkan lahan terbuka di sisi timur dapat menjadi lahan terbuka yang lebih bersifat privat. Selain itu dengan letak yang berada di tengah tapak, maka kebisingan yang diterima pada area unit dapat diminimalisir karena adanya jarak dari sumber bising (Jalan Kebon Kacang 11), sehingga akan didapat suasana yang lebih tenang dan privat.

Area Tanam

Area tanam ini dapat juga berguna sebagai area terbuka hijau untuk berkumpul bagi penghuni rumah susun. Area tanam ini dizoning disisi barat dan timur dengan pertimbangkan bahwa matahari bergerak dari timur ke barat sehingga pencahayaan dapat maksimal di kedua sisi tersebut. Dari hasil analisa matahari yang sebelumnya dilakukan, kedua sisi ini juga

Gambar 4.19 Zoning Lahan Terbuka sumber : hasil olahan pribadi (2013)

unit

lahan terbuka publik lahan terbuka

(27)

mendapatkan pencahyaan yang maksimal tanpa ada pembayangan dari bangunan disekitarnya. Cahaya matahari merupakan suatu syarat mutlak tumbuhan untuk tumbuh, sehingga penyinaran matahari menjadi pertimbangan dalam menentukan zoning lahan tanam.

Taman

Taman merupakan tempat para penghuni untuk dapat berinteraksi dan terhubung. Taman ini juga berguna bagi tempat bermain anak-anak. Letak taman berada di sisi timur tapak dengan pertimbangan privasi, keamanan, dan juga adanya Kali Cideng di bagian timur tapak. Dengan meletakan

Gambar 4.21 Zoning Taman sumber : hasil olahan pribadi (2013)

Gambar 4.20 Zoning Area Tanam sumber : hasil olahan pribadi (2013)

area tanam

taman kali cideng

(28)

taman dan lahan tanam pada sisi ini maka keberadaan Kali Cideng tidak terabaikan karena area ini akan menjadi halaman bermain dan berinteraksi para penghuni. Sehingga mereka akan lebih memperhatikan dan melestarikan Kali Cideng yang saat ini terlupakan oleh penghuni rumah susun.

4.4 Analisa Bangunan 4.4.1 Gubahan Masa

Setelah mendapatkan kebutuhan ruang, hubungan antar ruang, dan analisa lingkungan sekitar tapak, maka dapat diperoleh gubahan masa yang tepat untuk perancangan rumah susun ini. Dengan mempertimbangkan berbagai hal pada analisa sebelumnya, berikut ini merupakan proses pembentukan masa bangunan pada perancangan rumah susun ini.

No. Proses Gubahan Masa Keterangan

1.

Gambaran lahan kosong proyek Rumah Susun Kebon Kacang terhadap bangunan sekitar. Tabel 4.9 Proses Gubahan Masa

(29)

2.

Bentuk dasar bangunan adalah persegi panjang, yang diambil dari bentuk lahan. Selain itu bentuk persegi panjang adalah bentuk yang paling ideal untuk bangunan residensial seperti rumah susun, sehingga penyusunan dan fungsi ruangnya akan lebih maksimal.

3.

Guna mendapatkan sirkulasi dan pencahayaan maksimal, maka masa persegi panjang yang tebal diiris menjadi beberapa masa bangunan yang lebih tipis. Selain itu dengan mengiris dari sisi timur ke barat pencahayaan dan penghawaan kedalam bangunan dapat lebih optimal.

4.

Karena kebutuhan ruang yang ada, maka ditambah satu masa bangunan. Masa bangunan ini disusun tegak lurus dengan masa bangunan lainnya agar dapat memberikan kesan kesatuan dari seluruh masa bangunan. Sehingga suasana lingkungan yang tercipta akan lebih intim antar masa bangunannya.

5.

r

Karena kebutuhan luasan ruang maka tiap bangunan disesuaikan dimensi dan bentuknya. Penyesuaian dimensi dan bentuk ini menciptakan ruang-ruang terbuka yang dibutuhkan sesuai analisa. Seperti yang berada disisi timur yang menghadap Kali Cideng.

(30)

6.

Dilakukan juga penyesuaian ketinggian bangunan sesuai kebutuhan. Sehingga didapatkan tampak yang dinamis. Maksimal tinggi bangunan adalah 8 tingkat.

7.

Fungsi bangunan yang juga untuk kegiatan urban farming membuat bertambahnya kebutuhan ruang dengan fungsi yang berbeda dari hunian. Untuk itu modifikasi bentuk terjadi guna memenuhi kebutuhan ruang tersebut.

Gubahan Masa (Akhir)

4.4.2 Satuan Unit Rumah Susun

Dalam merancang satuan unit rumah susun perlu diperhatikan juga perilaku manusia yang akan tinggal didalamnya, layaknya memperhatikan

(31)

perilaku keluarga saat ingin merancang rumah tinggal biasa. Rumah Susun Kebon Kacang merupakan rumah susun yang diperuntukan bagi masyarakat menengah bawah. Masyarakat menengah bawah pada umumnya tinggal di landed house di perkampungan atau pemukiman padat penduduk. Sehingga kebiasaan mereka tinggal di hunian yang horisontal akan berbeda dengan tinggal di hunian vertikal. Oleh karenanya, dalam merancang rumah susun yang diperuntukan bagi masyarakat menengah bawah, penyesuaian-penyesuaian desain dengan kebiasaan hidup penghuni perlu dipertimbangkan.

Menurut Purwanto dalam Jurnal Dimensi (2012), penghuni rumah susun menengah-bawah sering kali melakukan perubahan luas ruang unit mereka dengan memanfaatkan koridor, balkon, maupun balkon dan koridor. Mereka melakukan perubahan ruang yang merupakan fungsi ruang bersama menjadi ruang tamu, ruang kerja, ruang jemur, ruang nonton, dan ruang penyimpanan. Hal ini menyebabkan lebar koridor menyempit.

Masyarakat perkampungan menyukai berkumpul di teras rumah dan gang-gang jalanan depan rumah mereka. Mereka sering berinteraksi dengan tetangga, oleh karenanya mereka membutuhkan tempat semacam itu saat

koridor

penambahan ruang unit

Gambar 4.22 Penambahan Luas Ruang sumber : hasil olahan pribadi (2013)

(32)

pindah ke rumah susun. Sering sekali mereka menggunakan koridor sebagai tempat berinteraksi, namun karena perancangan rumah susun pada umumnya tidak dirancang koridor yang memfasilitasi mereka berinteraksi, mereka membentuk ruang penerimaan sendiri di koridor secara ilegal.

Dalam perancangan Rumah Susun Kebon Kacang ini, setiap satuan unit rumah susun diberikan space tambahan didepan pintu unit mereka. Sehingga space ini dapat mereka gunakan sebagai teras 'rumah' mereka tanpa mengganggu sirkulasi koridor bersama.

Pemanfaatan balkon juga kerap kali dilakukan oleh penghuni untuk menjemur pakaian. Masyarakat menengah bawah membutuhkan space untuk penjemuran dikarenakan mereka tidak menggunakan jasa laundry. Pemanfaatan balkon sebagai tempat penjemuran mengakibatkan efek visual yang tidak baik dari tampak bangunan. Untuk itu dirancanglah balkon yang memungkinkan mereka untuk dapat menjemur pakaian tanpa terlihat dari luar, namun cahaya tetap dapat masuk ke dalam unit dengan baik. Dalam

Gambar 4.23 Perancangan Teras Pada Satuan Unit sumber : hasil olahan pribadi (2013)

(33)

perancangan ini maka dirancang sebuah kisi-kisi yang dapat menutupi sebagian dari balkon yang ada, sehingga cahaya tetap bisa masuk.

Gambar 4.24 Perancangan Kisi-Kisi Pada Balkon Satuan Unit sumber : hasil olahan pribadi (2013)

kisi-kisi besi

railing balkon

Gambar 4.25 Desain Balkon Unit sumber : hasil olahan pribadi (2013)

(34)

4.4.3 Dimensi Masa Bangunan

Masa bangunan yang terbentuk adalah akibat besaran ruang-ruang di dalamnya sehingga dapat terbentuk bentukan masa seperti yang terlihat pada Tabel 4.9. Dari program ruang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat terbentuk luasan-luasan unit rumah susun yang terdiri dari Tipe 21, Tipe 42, dan Tipe 52.

Penyusunan unit di dalam bangunan disusun secara double loaded. Modul yang digunakan adalah 6 meter x 6 meter. Terdapat 6 gedung yang tersusun di dalam tapak. Di tiap gedung tersusun tipe unit yang sama untuk memudahkan penyusunan modul dan sistem utilitasnya. Dari Gambar 4.26 terlihat penyebaran unit ditiap gedung rumah susun.

Gambar 4.26 Tipe-Tipe Bangunan Unit sumber : hasil olahan pribadi (2013)

TIPE BANGUAN A 7 lantai 77 unit tipe 52 TIPE BANGUAN B 8 lantai 80 unit tipe 42

TIPE BANGUAN B TIPE BANGUAN A

TIPE BANGUAN C

6 lantai

153 unit tipe 21

(35)

Tipe Bangunan A

Tipe bangunan A merupakan bangunan yang menampung unit tipe terbesar yaitu tipe 52. Tipe 52 merupakan unit 3 kamar tidur yang ditinggali oleh keluarga. Oleh karena itu perletakan bangunan tipe ini berada lebih kedalam tapak dengan pertimbangan dekat dengan taman sehingga anak-anak lebih dekat dengan taman bermain.

Dimensi bangunan terbentuk dari susunan satuan unit yang tergambar pada Gambar 4.27, tangga kebakaran dan lift. Di satu lantai bangunan terdapat 11 unit tipe 52. Sehingga dimensi bangunan tipe A yang tersusun adalah 14 meter x 54 meter seperti pada Gambar 4.28.

9 M 6 M

Gambar 4.27 Unit Tipe 52 sumber : hasil olahan pribadi (2013)

6 M 1.8 M 6 M 54 M unit unit koridor

Gambar 4.28 Dimensi Denah Bangunan Tipe A sumber : hasil olahan pribadi (2013)

(36)

Tinggi bangunan mencapai 7 lantai dengan tinggi antar lantainya adalah 3,50 meter. Peil lantai dasar bangunan dinaikan sampai 1,00 meter guna memberikan privasi bagi penghuni unit lantai dasar.

Sehingga bangunan tipe A memiliki dimensi bangunan seperti pada Gambar 4.30.

Bangunan Tipe B

Bangunan tipe B merupakan bangunan yang menampung unit tipe sedang yaitu tipe 42. Unit tipe 42 adalah tipe satuan unit rumah susun dengan 2 kamar tidur. Tipe ini diperuntukan bagi keluarga kecil

Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Tanah Urug 1,0 m 24,5 m

Gambar 4.29 Dimensi Vertikal Unit Tipe 52 sumber : hasil olahan pribadi (2013)

25,5 m

54 m 13,8 m

Gambar 4.30 Dimensi Bangunan Tipe A sumber : hasil olahan pribadi (2013)

(37)

beranggotakan 3-4 anggota keluarga. Sama seperti perletakan bangunan tipe A, bangunan tipe B diletakan lebih kedalam tapak dengan pertimbangan dekat dengan taman dan fasilitas bermain maupun ruang komunal lainnya. Sehingga anak-anak dapat lebih dekat dengan area bermain dan lebih aman saat bermain.

Dimensi bangunan terbentuk dari susunan satuan unit yang tergambar pada Gambar 4.31, tangga kebakaran, dan lift. Di satu lantai bangunan terdapat 10 unit tipe 52. Sehingga dimensi bangunan tipe A yang tersusun adalah 18,8 meter x 36 meter seperti pada Gambar 4.32.

unit unit koridor 1,5 m 6 m 1 m 6 m

Gambar 4.31 Unit Tipe 42 sumber : hasil olahan pribadi (2013)

1.8 M 8,5 M

36 M

Gambar 4.32 Dimensi Denah Bangunan Tipe B sumber : hasil olahan pribadi (2013)

(38)

Tinggi bangunan mencapai 8 lantai dengan tinggi antar lantainya adalah 3,50 meter. Peil lantai dasar bangunan dinaikan sampai 1,00 meter guna memberikan privasi bagi penghuni unit lantai dasar.

Sehingga bangunan tipe A memiliki dimensi bangunan seperti pada Gambar 4.34.

Bangunan Tipe C

Bangunan tipe C menampung unit-unit tipe kecil yaitu unit tipe 21. Unit ini merupakan unit studio yang hanya dapat ditinggali penghuni yang

Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Tanah Urug 1,0 m 28 m

Gambar 4.33 Dimensi Vertikal Unit Tipe 42 sumber : hasil olahan pribadi (2013)

18,8 m 36 m

29 m

Gambar 4.34 Dimensi Bangunan Tipe B sumber : hasil olahan pribadi (2013)

(39)

belum berkeluarga atau pasangan suami istri, karena kapasitasnya hanya untuk 1-2 orang. Dengan mempertimbangkan efisiensi pencapaian unit maka unit-unit ini diletakan dekat dengan pintu masuk rumah susun.

Dimensi bangunan terbentuk dari susunan satuan unit yang tergambar pada Gambar 4.35, tangga kebakaran, dan lift. Di satu lantai bangunan terdapat 32 unit tipe 21. Sehingga dimensi bangunan tipe A yang tersusun adalah 17,8 meter x 54 meter seperti pada Gambar 4.36.

6 m

1 m 1 m

3 m

Gambar 4.35 Unit Tipe 21 sumber : hasil olahan pribadi (2013)

8 M 1.8 M 8 M 54 M unit unit koridor

Gambar 4.36. Dimensi Denah Bangunan Tipe C sumber : hasil olahan pribadi (2013)

(40)

Tinggi bangunan mencapai 6 lantai dengan tinggi antar lantainya adalah 3,50 meter. Karena letaknya yang berada dimuka tapak, maka lantai dasar dari bangunan tipe C ini digunakan sebagai kios-kios yang disewakan dan fasilitas-fasilitas publik lainnya, seperti unit kesehatan, PAUD, kantor pengelola, dan lain-lain.

Sehingga bangunan tipe A memiliki dimensi bangunan seperti pada Gambar 4.38.

Dimensi-dimensi bangunan ini akan digunakan untuk penelitian penyinaran lahan tanam yang dilakukan dengan simulasi menggunakan software SketchUp. Unit Unit Unit Unit Unit

Kios dan Fasilitas Umum

21 m

Gambar 4.37 Dimensi Vertikal Unit Tipe 21 sumber : hasil olahan pribadi (2013)

21 m

17,8 m 54 m

Gambar 4.38 Dimensi Bangunan Tipe C sumber : hasil olahan pribadi (2013)

(41)

4.4.4 Struktur dan Utilitas Bangunan Struktur Bangunan

Sistem struktur yang digunakan dalam perancangan rumah susun ini tidak terlalu rumit, dikarenakan bentuk bangunan yang merupakan bentuk dasar yaitu persegi. Sehingga sistem struktur yang digunakan dapat menggunakan sistem portal. Pada beberapa tipe bangunan, seperti tipe bangunan B dan tipe bangunan C, digunakan sistem overstek dikarenakan kebutuhan luas ruang dari tiap unitnya.

Pada Gambar 4.39 terlihat sistem struktur portal yang digunakan. Dimensi kolom adalah 50 x 50 centimeter dengan jarak bentang dan trave sepanjang 6 meter. Terdapat balok anak yang diletakan antar trave sebagai pengokoh dan menghindari efek flattered.

Dimensi balok utama adalah sebesar 30 x 50 centimeter, dari hasil perhitungan sebagai berikut :

_1_ _1_ 12 12 _3_ _3_ 5 5

Gambar 4.39 Gambaran Sistem Struktur Portal sumber : hasil olahan pribadi (2013)

x panjang bentang =

Tinggi balok = x 600 cm = 50 cm

x tinggi balok =

(42)

Sedangkan balok anak yang akan membentang antar trave adalah sebesar 43 x 22 cm, dari hasil perhitungan sebagai berikut :

_1_ _1_ 14 14

_1_ _1_ 2 2

Pada Gambar 4.40 dapat terlihat jelas gambaran balok utama dan balok anak pada sistem portal perancangan rumah susun ini.

Utilitas Bangunan

Yang dimaksud dengan utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan, kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan (Joni, 2012 : 15). Perancangan sistem utilitas dalam proyek rumah susun ini meliputi :

1. Tangga Kebakaran

Menurut Jimmy (2005 : 79), jarak maksimum tangga kebakaran adalah 30 meter (untuk bangunan tanpa sprinkler) dan 45 meter (untuk bangunan dengan sprinkler). Artinya tangga kebakaran harus dapat diakses penghuni dengan jarak maksimum 30 meter.

x lebar bentang =

Tinggi balok = x 600 cm = 42,8 cm

x Tinggi balok =

Lebar balok = x 42,8 cm = 21,4 cm

Gambar 4.40 Detail Balok Utama dan Balok Anak sumber : hasil olahan pribadi (2013) Balok utama 50/30

Balok anak 43/22

(43)

Untuk bangunan dengan ketinggan delapan lantai tangga sirkulasi dapat dipergunakan sebagai tangga kebakaran (Jimmy, 2005 : 80). Pada perancangan rumah susun ini, terdapat dua tangga kebakaran ditiap bangunan, sehingga radius pencapaian tangga kebakaran dapat memenuhi syarat.

30 M 24 M

Gambar 4.41 Letak Tangga Darurat pada Bangunan Tipe A sumber : hasil olahan pribadi (2013)

21 M 15 M

Gambar 4.42 Letak Tangga Darurat pada Bangunan Tipe B sumber : hasil olahan pribadi (2013)

27 M 27 M

Gambar 4.43 Letak Tangga Darurat pada Bangunan Tipe C sumber : hasil olahan pribadi (2013)

(44)

2. Sistem Pemipaan Air Bersih dan Air Kotor Seperti bangunan tinggi pada umumnya, sistem pemipaan yang digunakan dalam perancangan rumah susun ini adalah dengan dibuat lubang shaft untuk pipa-pipa yang mengalirkan air bersih dari reservoir, maupun yang mengalirkan air kotor yang telah digunakan. Lubang shaft akan diletakan menerus ke kamar mandi antar lantai. Penyusunan lantai tipikal akan mempermudah sistem pemipaan pada rumah susun ini. l

Pada Gambar 4.44 dapat terlihat skema dari distribusi air bersih dalam bangunan rumah susun ini. Lubang shaft diletakan berdekatan dengan kamar mandi ditiap unitnya agar lebih efisien

LANTAI TERATAS

LANTAI TIPIKAL

LANTAI DASAR Gambar 4.44 Skema Distribusi Air Bersih

(45)

distribusi airnya. Dari lubang shaft inilah air bersih di alirkan langsung ke titik-titik yang membutuhkan air bersih. Aliran air bersih dimulai dari reservoir bawah yang telah menampung air PAM, lalu dipompa ke reservoir atas. Dari reservoir atas, air didistribusikan ke masing-masing lubang shaft untuk kemudian dialirkan ke tiap unitnya.

Untuk pembuangan limbah, cair ataupun padat, juga digunakan lubang shaft yang sama dengan pipa distribusi air bersih. Segala limbah dari tiap unitnya di alirkan ke pipa pembuangan yang ada di dalam shaft untuk kemudian di arahkan ke STP (Sewage Treatment Plant) dan dibuang ke riol kota.

4.5 Analisa Lahan Tanam

Setelah mendapatkan luasan lahan yang dibutuhkan untuk area menanam vertikultur, faktor lainnya yang harus diperhatikan adalah pencahayaan optimal bagi tanaman. Gubahan masa yang telah terbentuk di dalam tapak dapat mempengaruhi pencahayaan yang diterima oleh tanaman. Gubahan masa yang ada dapat mengakibatkan pembayangan yang jatuh ke area tanam. Sehingga untuk mengetahui letak optimal lahan tanam untuk tanaman tertentu, dilakukan simulasi pembayangan dengan menggunakan software SketchUp.

Persyaratan matahari untuk tumbuh tanaman berbeda-beda seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari daftar tanaman yang dapat ditanam di Jakarta rata-rata kebutuhan cahaya matahari yang dimiliki adalah lama penyimanaran penuh dan cukup. Penyinaran penuh adalah 6-8 jam, sedangkan penyinaran cukup adalah 4-6 jam. Sehingga perlu diperhatikan

(46)

dimana letak lahan tanam vertikultur yang optimal di dalam tapak sehingga dapat memenuhi syarat pencahayaan matahari dari tiap tanaman. Dengan menggunakan software SketchUp, pencahayaan dan pembayangan di dalam tapak dapat terlihat.

Simulasi penyinaran matahari ini untuk memastikan area yang akan menjadi lahan tanam dapat memenuhi persyaratan kebutuhan cahaya tanaman sepanjang tahun. Oleh karena itu, diambil beberapa sample bulan sebagai setting simulasi. Bulan-bulan yang diambil adalah bulan Maret, Juni, dan Desember. Sesuai dengan teori gerak semu matahari, posisi matahari pada bulan-bulan tersebut berada di posisi yang berbeda di sepanjang tahun. Sehingga posisi matahari pada bulan-bulan tersebut dapat mewakili penyinaran matahari terhadap bumi sepanjang tahun. Gambar 4.45 dapat menjelaskan posisi matahari terhadap bumi berdasarkan gerak semu matahari.

07.00 - 08.00

MARET JUNI DESEMBER

Gambar 4.45 Skema Gerak Semu Matahari sumber : Mikrajuddin (2006)

(47)

Barat :

Pembayangan yang terjadi di sisi barat pada kedua sisi masih dalam intensitas yang sama, dimana pembayangan terjadi akibat bayangan masa bangunan yang lebih tinggi dari sisi timur. Pembayangan ini hanya terjadi di bagian tengah bangunan.

Timur :

Pembayangan di bulan Maret dan Desember hanya terjadi dibagian timur laut. Namun, di bulan Juni, pembayangan terjadi diseluruh sisi timur tapak akibat dari bayangan gedung tinggi yang berada di seberang Kali Cideng.

08.00 - 09.00

Barat :

Pembayangan yang terjadi di jam sebelumnya telah berakhir pada ketiga bulan. Penyinaran matahari maksimal mulai berlangsung.

Timur :

Pembayangan mulai berkurang dari jam sebelumnya. Pembayangan di area timur laut masih terjadi pada bulan Maret dan Juni. Sedangkan pada bulan Desember sisi Timur mulai mengalami pencahayaan matahati yang maksimal.

09.00 - 10.00

Barat :

Di sisi barat penyinaran matahari masih terlihat maksimal di ketiga bulan.

Timur :

Pada sisi timur mulai terlihat penyinaran matahari sudah maksimal di ketiga bulan.

10.00 - 11.00

Barat :

Di sisi barat penyinaran matahari masih terlihat maksimal di ketiga bulan. Tidak ada

pembayangan yang jatuh di sisi ini.

Timur :

Di sisi timur penyinaran matahari masih terlihat maksimal di ketiga bulan. Tidak ada

pembayangan yang jatuh di sisi ini.

MARET JUNI DESEMBER

MARET JUNI DESEMBER

MARET JUNI DESEMBER

Tabel 4.10 Tabel Simulasi Pembayangan Matahari

(48)

11.00 - 12.00

Barat :

Di sisi barat penyinaran matahari masih terlihat maksimal di ketiga bulan. Tidak ada

pembayangan yang jatuh di sisi ini.

Timur :

Di sisi timur penyinaran matahari masih terlihat maksimal di ketiga bulan. Tidak ada

pembayangan yang jatuh di sisi ini. 12.00 - 13.00

Barat :

Di sisi barat penyinaran matahari masih terlihat maksimal di ketiga bulan. Tidak ada

pembayangan yang jatuh di sisi ini.

Timur :

Pada bulan Maret, sisi timur masih disinari matahari dengan baik. Namun, pada bulan Juni dan Desember, pembayangan mulai terjadi walaupun area yang disinari matahari masih lebih dominan.

13.00 - 14.00

Barat :

Di sisi barat penyinaran matahari masih terlihat maksimal di ketiga bulan. Tidak ada

pembayangan yang jatuh di sisi ini.

Timur :

Pembayangan mulai terjadi di sisi Timur di bulan Maret. Pembayangan yang terjadi di bulan Juni dan Desember semakin meluas.

14.00 - 15.00

MARET JUNI DESEMBER

MARET JUNI DESEMBER

MARET JUNI DESEMBER

(49)

Dari hasil sumulasi SketchUp diatas, maka kesimpulannya dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini.

Barat :

Di sisi barat penyinaran matahari masih terlihat maksimal di ketiga bulan. Tidak ada

pembayangan yang jatuh di sisi ini.

Timur :

Pembayangan yang terjadi di jam sebelumnya mengalami perluasan. Sehingga pada bulan Juni dan Desember seluruh area timur benar-benar mengalami pembayangan penuh.

15.00 - 16.00

Barat :

Di sisi barat penyinaran matahari masih terlihat maksimal di ketiga bulan. Tidak ada

pembayangan yang jatuh di sisi ini.

Timur :

Pembayangan yang terjadi di jam sebelumnya mengalami perluasan. Sehingga pada bulan Juni dan Desember seluruh area timur benar-benar mengalami pembayangan penuh, termasuk di bulan Maret.

16.00 - 17.00

Barat :

Di sisi barat, tidak terjadi pembayangan, namun penyinaran matahari sudah tidak maksimal karena matahari sudah mulai terbenam.

Timur :

Di ketiga bulan, seluruh area sisi timur mengalami pembayangan penuh.

MARET JUNI DESEMBER

MARET JUNI DESEMBER

MARET JUNI DESEMBER

Sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013) Tabel 4.10 Tabel Simulasi Pembayangan Matahari

(50)

Waktu Bulan Sisi Timur Sisi Barat Hasil Penyinaran Barat Timur 07.00 - 08.00

Maret Pembayangan Pembayangan

× ×

Juni Pembayangan Pembayangan Desember Pembayangan Pembayangan 08.00 -

09.00

Maret Penyinaran Pembayangan

√ ×

Juni Penyinaran Pembayangan Desember Penyinaran Penyinaran 09.00 -

10.00

Maret Penyinaran Penyinaran

√ √

Juni Penyinaran Penyinaran Desember Penyinaran Penyinaran 10.00 -

11.00

Maret Penyinaran Penyinaran

√ √

Juni Penyinaran Penyinaran Desember Penyinaran Penyinaran 11.00 -

12.00

Maret Penyinaran Penyinaran

√ √

Juni Penyinaran Penyinaran Desember Penyinaran Penyinaran 12.00 -

13.00

Maret Penyinaran Penyinaran

√ √

Juni Penyinaran Penyinaran Desember Penyinaran Penyinaran 13.00 -

14.00

Maret Penyinaran Pembayangan

√ ×

Juni Penyinaran Pembayangan Desember Penyinaran Pembayangan 14.00 -

15.00

Maret Penyinaran Pembayangan

√ ×

Juni Penyinaran Pembayangan Desember Penyinaran Pembayangan 15.00 -

16.00

Maret Penyinaran Pembayangan

√ ×

Juni Penyinaran Pembayangan Desember Penyinaran Pembayangan 16.00 -

17.00

Maret Pembayangan Pembayangan

× ×

Juni Pembayangan Pembayangan Desember Pembayangan Pembayangan

Dari Tabel 4.11 dapat terlihat bahwa di sisi barat lama penyinaran matahari berlangsung selama 8 jam yaitu dari jam 08.00 - 16.00. Hal ini telah memenuhi persyaratan tumbuh tanaman yang optimal bagi tanaman-tanaman tertentu yang membutuhkan pencahayaan penuh. Tiga tanaman-tanaman sampel yang akan dibudidayakan adalah tanaman yang membutuhkan cahaya penuh, yaitu mendapatkan sinar matahari selama 6-8 jam. Sehingga area barat merupakan area optimal bagi pertumbuhan tanaman sampel yang dipilih. Sedangkan di sisi timur lama penyinaran berlangsung selama 4 jam yaitu dari jam 09.00 - 13.00. Empat jam merupakan persyaratan

sumber : hasil olahan pribadi (2013) Tabel 4.11 Kesimpulan Pembayangan Tapak

(51)

tumbuh tanam bagi tanaman yang membutuhkan matahari cukup (4-6 jam). Namun tanaman sampel yang digunakan tidak ada yang merupakan tanaman matahari cukup. Sehingga sisi ini bukan area optimal bagi tanaman sampel. Dapat disimpulkan bahwa lahan optimal untuk pertumbuhan tanaman vertikultur dalam penelitian ini berada pada sisi barat tapak.

4.5.1 Desain Pot Tanam Vertikultur

Teknik vertikultur adalah teknik bercocok tanam dalam pot yang disusun secara vertikal guna memaksimalkan lahan sempit menjadi lebih produktif. Setelah mengetahui letak area tanam yang tepat di dalam tapak perancangan ini, tahap selanjutnya adalah mendesain pot vertikal yang akan digunakan untuk bercocok tanam pada area tanam tersebut. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa area yang akan digunakan adalah area di sisi barat tapak, sehingga perlu dirancang pot vertikal yang digunakan sebagai media tanam di sisi ini.

Untuk mempermudah penyusunan pot dan juga penyesuaian luas pot dengan luas lahan tanam yang dibutuhkan, maka dirancang terlebih dahulu satuan pot yang akan digunakan. Adapun rancangan satuan pot tersebut tergambar dalam Gambar 4.46.

RANGKA BESI POLYPROPYLANE 1,00 M 0,5 M 0,5 M 0,5 M

Gambar 4.46 Satuan Pot Vertikultur sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013)

(52)

Satuan pot vertikultur pada Gambar 4.46 akan disusun vertikal membentuk sebuah modul pot. Sehingga luasan lahan tanam yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Modul ini akan mempermudah pengaturan lahan tanam dan pemilahan blok area tanam untuk tanaman-tanaman tertentu.

Gambar 4.47 adalah gambaran pot vertikultur yang akan dijadikan lahan tanam vertikultur tanaman sampel. Satu modul terdiri dari 40 pot satuan seluas 0,5 m2. Dengan begitu satu modul pot memiliki luas lahan tanam seluas 20 m2. Secara vertikal pot disusun dengan jarak 1,5 meter. Penyusunan pot secara vertikal dengan ketinggian 1,5 meter merupakan upaya untuk memungkinkan matahari memasuki pot yang berada di bagian bawah. Untuk melihat skema penyinaran pot sepanjang tahun dapat melihat Lampiran 1.

Dikarenakan besarnya luas lahan tanam yang harus disediakan guna memenuhi kebutuhan dapur, maka pot vertikultur didesain dua lapis secara vertikal. Akses pemeliharaan di pot bagian atas adalah dengan tangga dan disediakannya lantai kerja untuk memudahkan pemeliharaan. Lantai kerja ini didesain dari jaring besi sehingga cahaya matahari tetap masuk.

Gambar 4.47 Modul Pot Vertikultur sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013)

(53)

Sistem Irigasi Pot Tanam

Sesuai hasil analisa lahan tanam sebelumnya, bahwa area tapak yang digunakan adalah pada sisi barat. Dimana pada sisi barat merupakan area rooftop dari bangunan hunian yang ada. Sehingga aliran air yang digunakan untuk irigasi tanaman vertikultur berasal dari reservoir atas. Dari reservoir, air didistribusikan ke blok-blok lahan vertikultur. Dikarenakan model pot yang tersusun vertikal, maka diperlukan pompa air kecil untuk mengalirkan air langsung ke tiap pot yang ada. Lalu selanjutnya, air sisa penyiraman dialirkan ke pipa pembuangan yang selanjutnya dibuang ke STP (Sewage Treatment Plant). Skema irigasi dapat dilihat pada Gambar 4.49 dibawah ini.

Gambar 4.49 Skema Sistem Irigasi sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013) Gambar 4.48 Detail Modul Pot Vertikultur

sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013)

RESERVOIR

ATAS POMPA

POT TANAM POT TANAM

PIPA

(54)

Gambar

Gambar 4.2 Peta Rencana Kota - Kebon Kacang  sumber : Dinas Tata Kota DKI Jakarta (2013)
Tabel 4.1 Batasan Wilayah Tapak
Tabel 4.3  Tanaman Pangan yang Tumbuh di Jakarta
Gambar 4.5 Hubungan Antar Ruang Lantai Tipikal  sumber : hasil olahan pribadi (2013)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan verifikasi dokumen dengan cara memeriksa surat jalan (Delivery Note), Delivery Order, dan Invoice untuk diserahkan ke bagian Account Payable dan kegiatan

Lokasi tapak berada di Jalan William Iskandar, Medan Tembung, Medan dengan luas + 40.209 m 2 .Tapak memiliki beberapa kelebihan potensial antara lain

Jurnal diatas adalah jurnal untuk mangakui jumlah ujroh yang masih harus dibayar oleh peserta. Perusahaan telah mengakui piutang yang akan diterima dari

Bentuk dasar bangunan merupakan hasil penyesuaian terhadap bentuk dan posisi tapak. Lokasi tapak yang berada di sudut dan di apit oleh dua jalan tentunya

Selain itu lokasi tapak yang berada di persimpangan jalan utama akan sangat menguntungkan karena mudah terlihat dari jarak yang jauh sehingga mudah untuk menarik

Sumber kebisingan yang terjadi di kawasan Sekolah SMA-SMP Kartika I-1 Medan, 76 % responden menjawab sumber bising yang ada terdengar pada aktivitas transportasi di Jalan

Pertimbangan perletakkan masa karena fungsi bangunan harus dapat terhindar dari area kebisingan, diletakkan di bagian barat karena di sisi timur terdapat perumahan

Akses utama ( main entrance ) dan area public di letakan dibagian tapak yang berbatasan dengan jalan utama, guna dapat mempermudah pejalan kaki dan pengendara untuk masuk ke