• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN SISTEM PENAMPIL DIGITAL PENCACAH LUDLUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANG BANGUN SISTEM PENAMPIL DIGITAL PENCACAH LUDLUM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN SISTEM PENAMPIL DIGITAL PENCACAH

LUDLUM 177-50

T

OTO

T

RIKASJONO

,

M

UHAMAD

J

AFAR

,

N

UGROHO

T

RI

S

ANYOTO

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-Badan Tenaga Nuklir Nasional

Jl. Babarsari P.O.Box 6101 YKBB Yogyakarta 55281 Telp : (0274)48085, 489716 ; Fax : (0274)489715

E-mail : tototrikasjono@yahoo.com

Abstrak

Rancang bangun sistem penampil digital pencacah ludlum 177-50 merupakan penambahan suatu sistem dari alat yang sudah ada, yaitu pencacah Ludlum 177-50. Inti dari pembuatan alat ini adalah mengubah hasil cacahan yang ditampilkan pada sistem pencacah yang berupa analog menjadi digital. Dalam pembuatan tampilan digital tersebut diperlukan IC mikrokontroler AT89S52 yang berisi program untuk mengolah pulsa dari sistem pencacah, LCD 16x2 sebagai media penampil dan tombol push-on sebagai masukan perintah untuk mikrokontroler. Dalam sistem tampilan yang dibuat ini hasil cacahan ditampilkan dengan satuan cps, cpm dan juga dikonversikan ke mR/jam dan mSv/jam. Dengan nilai pengkonversiannya 1 cacah = 0,01836 mR/jam. Pada sistem penampil ini juga telah dilakukan pengujian secara statis dengan nilai penyimpangan 1,99%; 3,74%; dan 2,37%. Selain itu juga dilakukan pengujian dinamis dengan sumber radioaktif dan didapatkan nilai chi square test 14,77 dengan tingkat keyakinan 95%. Berdasar hal tersebut, maka sistem penampil yang telah dibuat ini dapat dikatakan dapat diandalkan secara statistik.

Kata kunci : Sistem pencacah Ludlum177-50, Mikrokontroler AT89S52, LCD 16x2, tombol push-on.

Abstract

Design and construct digital displayed ludlum 177-50 counter is the addition of a system of tools that already exist, namely Ludlum 177-50 counter system. The purpose of the tool is to change the results of the digital display on the counter system in the form of analog into digital. In the view of making the digital IC is needed microcontroller AT89S52 that contains the program to process credit system counter, LCD 16x2 as media and a push-button on the command as an input to microcontroller. In view of the system made this result with digital display unit cps, cpm, and also converted to mR/hr and mSv/hr. With the value of convertion 1 count = 0.01836 mR / hr. On a system this has also done a static test with a value of 1.99% aberration; 3.74% and 2.37%. In addition, dynamic testing is also done with the radioactive source was found and chi square test value of 14.77 with 95% confidence level. By doing so, then a system that has been created it can be said this can be statistically reliable.

Keywords : Ludlum 177-50 counter system, Microcontroller AT89S52, 16x2 LCD,

Push the button-on.

PENDAHULUAN

Seperti telah diketahui bahwa suatu zat radioaktif mempunyai suatu pancaran radiasi

nuklir berbahaya yang tidak dapat

diketahui/dideteksi secara langsung

menggunakan panca indera manusia, oleh

karena itu maka diperlukannya suatu peralatan untuk mengetahui ada tidaknya suatu pancaran radiasi dari zat radioaktif. Peralatan yang dimaksud mutlak diperlukan untuk hal-hal yang berkaitan dengan bahan radioaktif dan juga

hal-hal lain yang berhubungan dengan

(2)

radiasi dan tingkat kontaminasi, baik dari sumber alfa, beta, gamma/sinar-X maupun neutron.

Salah satu dari beberapa alat untuk mendeteksi adanya zat radioaktif tersebut diatas adalah sistem pencacah (counter), yaitu jenis alat pantau kontaminasi yang dirancang untuk maksud-maksud tertentu, misalnya dirancang untuk pemantauan kadar kontaminasi zat radioaktif dalam udara yang dipasang secara tetap (fix monitor) atau dirancang khusus untuk pemantauan kontaminasi permukaan.

Hal-hal yang berkaitan dengan zat radioaktif dan pemanfaatannya terus mengalami

kemajuan seiring dengan perkembangan

teknologi yang semakin pesat yang tentunya akan lebih memudahkan manusia dalam mencari atau menerima informasi berkaitan dengan zat radioaktif tersebut. Kemajuan

teknologi tersebut salah satunya dapat

diterapkan pada alat ukur pendeteksi radiasi yaitu berupa tampilan digital hasil cacahan dari sistem pencacah. Inovasi atau pengembangan merupakan suatu cara untuk meningkatkan kualitas dan menjawab tuntutan jaman. Inovasi yang dilakukan adalah melengkapi peralatan yang sudah ada dengan komponen baru, sehingga dihasilkan unjuk kerja yang lebih baik serta sesuai dengan kebutuhan saat ini. Dalam penelitian ini dirancang suatu penampil digital dari sistem pencacah Ludlum model 177-50

yang masih berupa analog dan juga

penambahan sistem pewaktu (timer) semi otomatis.

Proses pengkonversian sistem penampil

analog ke digital yaitu menggunakan

mikrokontroler AT89S52 yang akan

ditampilkan pada LCD (Liquid Crystal Display)

begitu juga untuk sistem pewaktunya

menggunakan mikrokontroller yang sama. Di dalam sebuah AT89S52 sudah terdapat fasilitas

counter sebagai pencacah dan timer sebagai

pewaktunya, sehingga untuk merancang

penampil pencacah ke LCD beserta pewaktunya

cukup dengan menggunakan sebuah

mikrokontroler AT89S52. Penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan unjuk kerja alat, juga dapat memudahkan dalam pembacaan hasil cacahan dari sistem pencacah Ludlum 177-50 dan mengurangi tingkat kesalahan yang terjadi pada saat pembacaan dengan tampilan analog.

DASAR TEORI Sistem Pencacah

Sistem pencacah nuklir merupakan

peralatan pengukur radiasi yang sangat mutlak diperlukan pada suatu fasilitas nuklir, yaitu suatu alat yang dipakai untuk mengukur intensitas radiasi beta dan gamma. Pada dasarnya yang diukur oleh sistem pencacah adalah intensitas radiasi yang memasuki

detektor, jadi bukan aktivitas sumber

sebenarnya[1].

a. Detektor

Detektor radiasi bekerja dengan cara mendeteksi perubahan yang terjadi di dalam bahan penyerap, karena adanya perpindahan energi ke bahan tersebut. Setiap jenis radiasi mempunyai cara berinteraksi yang berbeda-beda terhadap detektor, sehingga suatu bahan yang sensitif terhadap suatu jenis radiasi belum tentu sensitif terhadap jenis radiasi yang lain[2].

Detektor akan bekeja secara optimum jika beroperasi pada tegangan kerja yang menjadi spesifikasinya. Pada detektor Geiger Muller tegangan kerja yang demikian disebut daerah plato. Dari gambar 1 tegangan kerja detektor V0 dipilih pada daerah plato V2-V1 atau tepatnya pada 1/3 sampai 1/2 lebar plato[3].

(3)

Gambar 1. Kurva Plato Detektor GM

b. HV (High Voltage)

Rangkaian ini berfungsi sebagai pencatu

daya untuk detektor. Setiap detektor

memerlukan tegangan searah (DC) yang cukup

tinggi dengan nilai yang berbeda-beda

tergantung dari tegangan kerja dari detector yang dipakai. Sumber tegangan ini dapat memberikan tegangan searah yang dapat diatur (variabel) sesuai tegangan kerja dari detector yang dipakai.

c. Pre amp (penguat awal)

Oleh karena daya dari pulsa listrik yang dihasilkan sebagian besar detektor masih terlalu lemah, maka diperlukan rangkaian penguat awal ini untuk menghindari hilangnya pulsa tersebut pada “transfer impedance” dengan rangkaian berikutnya.

d. Amplifier (penguat utama)

Fungsi rangkaian ini adalah untuk memperkuat pulsa listrik sampai tingkat yang sesuai untuk proses selanjutnya.

e. Diskriminator

Rangkaian ini digunakan untuk

membedakan pulsa yang memasukinya

berdasarkan ketinggian pulsa.

f. Pencacah (counter)

Berfungsi untuk menghitung dan

menampilkan jumlah pulsa listrik yang

memasuki detektor dalam selang waktu

tertentu.

g. Timer

Rangkaian ini berfungsi untuk

menghentikan pencacahan bila selang waktu yang ditetapkan sudah tercapai.

h. Inverter

Rangkaian ini hanya digunakan pada detektor GM untuk membalik pulsa negatif yang dihasilkan detektor menjadi positif.

Sistem Pencacah Ludlum 177-50

Merupakan sistem pencacah dengan

alarm yang diproduksi oleh Ludlum

Measurements Inc,. Alat ini dirancang

multipurpose, yaitu dapat digunakan untuk

berbagai macam jenis detektor, seperti Geiger Muller (GM), sintilasi dan juga proporsional dengan tegangan kerjanya 200 sampai 2500 volt. Pencacah model ini menggunakan sumber tegangan listrik 220 volt AC atau 6 volt DC dari baterai. Jenis pencacah ini mempunyai tampilan

(4)

hasil cacah dalam meteran analog dengan satuan cpm yang jangkauannya 10 – 1M cpm.

Gambar 2. Tampilan Pencacah Ludlum 177-50

Dalam pencacah ini terdapat beberapa panel di bagian depan maupun belakangnya dengan fungsi masing-masing. Seperti untuk pengaturan HV, pengaturan alarm, pengecekan catu daya, dan sebagainya.

Mikrokontroler AT89S52

Mikrokontroler AT89S52 memiliki 40 kaki dan dilengkapi dengan 8K byte memori flash internal, 256x8 bit RAM internal, serta tiga buah timer/counter 16 bit. Dari 40 kaki tersebut 2 kaki adalah sumber daya, 2 kaki dihubungkan ke Kristal, 1 kaki untuk reset, 3 kaki untuk fungsi kontrol yang meliputi EA, ALE dan PSEN, 32 kaki sisanya merupakan bagian yang paling penting dari mikrokontroler yang dinamakan port. Masing-masing port memiliki 8 jalur yaitu : port 0, port 1, port 2 dan port 3.

Liquid Crystal Display (LCD)

LCD merupakan suatu modul display yang tersusun dari susunan dot matrik kristal cair. Suatu LCD tersusun dari dot matrix LCD

Controller, segment driver, serta LCD Panel.

Dimana controller LCD telah terintegrasi dengan RAM/ROM pembangkit karakter atau CGRAM (Character Generator RAM) dan DDRAM (Display Data RAM). CGRAM merupakan memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter di mana bentuk dari karakter dapat diubah-ubah sesuai keinginan.

Bahasa Pemrograman

Dalam penelitian ini, program pada mikrokontroler dibuat menggunakan software BASCOM 8051, yaitu software untuk membuat program mikrokontroler dengan bahasa BASIC. Didalam software BASCOM 8051 ini terdapat fasilitas compile untuk mengkompilasi menjadi file-file dengan ekstensi .HEX dan .BIN. salah satu file tersebut nantinya akan ditanamkan (didownload) ke dalam IC mikrokontroler AT89S52 menggunakan downloader.

Konversi Satuan Radiasi

Berdasarkan teorinya, hasil cacahan (cps atau cpm) yang didapatkan dari suatu pencacah dapat dikonversikan ke satuan laju paparan (mR/jam). Dengan menggunakan beberapa persamaan berikut.

p

At

R

Eff

.

Dengan :

Eff = Efisiensi detektor

R = Laju cacah (cpm atau cps)

At = Aktivitas sumber radioaktif (Ci)

P = Probabilitas sumber radioaktif 1

Selanjutnya ditentukan nilai laju

paparannya

2

d At

X 

Dengan : X = Laju paparan radiasi (mR/jam)

 = Faktor gamma sumber radioaktif (mR.m2/Ci.jam)

At = Aktifitas sumber radioaktif (Ci) d2 = Jarak pengukuran (m)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Pada penelitian ini merupakan

pengembangan dari peralatan yang sudah ada, maka dalam pelaksanaan penelitiannya sistem yang dibuat dijadikan satu atau digabung dengan peralatan yang sudah ada, yaitu sistem

pencacah Ludlum 177-50. Dalam

pelaksanaanya, pembuatan alat ini terdiri dari dua bagian yaitu rancang bangun rangkaian (hardware) dan pembuatan program penampil (software).

(5)

Gambar 3. Blok Diagram Penampil Digital Ludlum 177-50

Pembuatan Hardware

Gambar 4 merupakan konfigurasi

mikrokontroler dengan rangkaian LCD dan tombol. Port-port yang dihubungkan disini berpengaruh terhadap konfigurasi program yang

akan dimasukkan pada mikrokontroler

AT89S52, oleh karena itu pada program harus disesuaikan agar tombol dan LCD dapat match dengan sistem mikrokontrolernya.

Gambar 4. Rangkaian Minimum Sistem Penampil Digital

Dengan adanya mikrokontroler, dapat dibuat sistem pewaktuan pencacahan sesuai

dengan yang diinginkan, yaitu dengan

memasukkan program kedalam mikrokontroler tersebut. Selain itu, dalam mikrokontroler AT89S52 juga terdapat fasilitas counter yang digunakan untuk mencacah sinyal masukan dari sistem pencacah Ludlum 177-50. Untuk tampilan hasil cacahan dalam AT89S52 juga terdapat fasilitas keluarannya yaitu berupa

port-port I/O yang dapat dihubungkan dengan rangkaian LCD.

Rangkaian tombol berfungsi sebagai masukan perintah terhadap mikrokontroler untuk melakukan program tertentu yang sesuai dengan konfigurasi dari program yang diisikan ke dalam mikrokontrolernya. Sedangkan LCD adalah sebagai media penampil hasil cacahan terhadap pulsa masukan pada mikrokontroler,

adapun pulsa masukan dihubungkan ke

(6)

Pembuatan Software

Pembuatan software adalah program yang ditanamkan ke mikrokontroler, berupa program cacah yang diatur pewaktuannya selama selang waktu tertentu, setelah selesai akan ditampilkan hasil cacah tersebut dalam satuan cps dan cpm, dan jika ditekan tombol stop akan tertampil hasil konversi cacah tersebut menjadi laju dosis dengan satuan mR/jam dan mSv/jam. Untuk bahasa program yang digunakan adalah bahasa Basic dengan

software Bascom 8051, program yang akan

diisikan ke mikrokontroler didownload

menggunakan software ISP programmer. Cara

mendownloadnya adalah dengan

menghubungkan kaki MOSI, MISO dan SCK pada mikrokontroler dengan konektor DB25 pada komputer.

Didalam program yang diisikan juga terdapat pengaturan konfigurasi tombol dan

LCD yang terhubung dengan

mikrokontrolernya dan konfigurasinya dibuat sama agar komunikasi antara mikrokontroler dengan keduanya bisa dilakukan.

Adapun rangkaian tombol yang

dihubungkan ke mikrokontroler, pengaturan dalam programnya difungsikan sebagai :

1. Tombol Reset berfungsi untuk membuat mikrokontroler menjadi nol dari keadaan sebelumnya.

2. Tombol Time berfungsi sebagai

pengatur waktu, apakah manual atau diatur selang waktu tertentu. Penekanan tombol ini 1x berarti waktu diatur

manual, tekan 2x = waktu 10 detik, tekan 3x = waktu 1 menit, tekan 3x = waktu 10 menit, tekan 4x = 30 menit. 3. Tombol Rise berfungsi sebagai pelipat

dari waktu yang diatur pada tombol Time. Penekanan 1x berarti waktu dari Time dikali 1, begitu seterusnya hingga kelipatan 5x.

4. Tombol Start berfungsi untuk memulai pencacahan sesuai dengan waktu yang sudah diatur pada tombol sebelumnya.

5. Tombol Stop berfungsi untuk

menghentikan proses pencacahan,

penekanan tombol stop saat pencacahan akan menghentikan waktu pencacahan pada tampilan LCD dan kemudian akan berganti menjadi hasil cacahan dengan satuan cps dan cpm. Jika penekanan tombol Stop dilakukan satu kali lagi maka akan tertampil hasil laju dosis dalam satuan mR/jam dan juga mSv/jam, nilai tersebut merupakan hasil konversi dari besar cacahan yang didapat.

PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian Statis

Pengujian dilakukan dengan

membandingkan respon sistem penampil

dengan frekuensi masukan yang dapat diatur nilainya seperti pada function generator. 1.

Waktu 10 detik

Tabel 1. Hasil cacahan untuk t =10 detik

No Frekuensi (Hz) Cacah (cps) Cacah (cpm) Error (%)

1 100 101 6090 1 2 200 205 12288 2,5 3 403 412 24750 2,23 4 599 610 36617 1,83 5 801 817 49074 1,99 6 1001 1021 61301 1,99 7 1200 1224 73464 2 8 1400 1427 85638 1,93 9 1700 1740 104406 2,35 10 2000 2042 122568 2,1

Rata-rata penyimpangan (error) 1,99

(7)

waktu 10 detik

y = 1.0217x - 0.8872 R2 = 1 0 500 1000 1500 2000 2500 0 500 1000 1500 2000 2500 cacah LDC c a c a h s is te m

Gambar 5. Grafik Kelinieritasan Pencacah dengan t =10 detik

2.

Waktu 1 menit

Tabel 2. Hasil cacahan untuk t =1 menit

No Frekuensi (Hz) Cacah (cps) Cacah (cpm) Error

1 101 105 6319 3,9 2 200 207 12454 3,5 3 400 415 24936 3,75 4 601 623 37426 3,66 5 800 830 49822 3,75 6 1003 1039 62345 3,59 7 1204 1251 75093 3,9 8 1400 1454 87262 3,85 9 1701 1765 105918 3,76 10 2001 2077 124627 3,79

Rata-rata penyimpangan (error) 3,74

(8)

3.

Waktu 10 menit

Tabel 3. Hasil cacahan untuk t = 10 menit

No Frekuensi (Hz) Cacah (cps) Cacah (cpm) Error (%)

1 101 103 6179 1,98 2 200 204 12240 2 3 401 411 24664 2,49 4 604 617 37061 2,15 5 801 819 49147 2,25 6 1000 1024 61493 2,4 7 1200 1230 73806 2,5 8 1400 1438 86311 2,71 9 1701 1746 104806 2,64 10 2002 2054 123261 2,6

Rata-rata penyimpangan (error) 2,37

waktu 10 menit

y = 1.027x - 1.8395 R2 = 1 0 500 1000 1500 2000 2500 0 500 1000 1500 2000 2500 cacah LDC c a c a h s is te m

Gambar 7. Grafik Kelinieritasan dengan t = 10 menit

Berdasarkan dari ketiga grafik yang diperoleh, diketahui bahwa sistem pencacah mikrokontroler mempunyai kelinieran yang cukup bagus terhadap perubahan frekuensi, begitu juga untuk penyimpangan yang terjadi tidak terlalu besar.

Pengujian Dinamis

sistem mikrokontroler terhadap cacahan

pencacah Ludlum 177-50. Sumber radiasi yang digunakan Cs-137, dengan jarak pengukuran 5 cm dan waktu cacah 10 detik. Detektor yang digunakan adalah detektor jenis Geiger Muller merk Ludlum 44-7.

(9)

Tabel 4. Hasil pengujian dengan t = 10 detik

No Xi = Cacah mikro (cpm) Xii = Cacah alat (cpm) E = Error (%) Xi2

1 2244 2300 2,49 5035536 2 2220 2200 0,9 4928400 3 2297 2300 0,13 5276209 4 2226 2200 1,17 4955076 5 2274 2300 1,14 5171076 6 2304 2300 0,17 5308416 7 2238 2200 1,69 5008644 8 2220 2200 0,9 4928400 9 2280 2300 0,87 5198400 10 2238 2200 1,69 5008644 11 2322 2300 0,95 5391684 12 2310 2300 0,43 5336100 13 2334 2300 1,45 5447556 14 2364 2400 1,52 5588496 15 2322 2300 0,95 5391684 16 2334 2300 1,45 5447556 17 2273 2300 1,18 5166529 18 2306 2300 0,26 5317636 19 2281 2300 0,83 5202961 20 2293 2300 0,3 5257849 N=20  Xi = 45680

E

= 1,02  Xi2 = 104366852

Dari data pada Tabel 4, dapat ditentukan nilai chi square test untuk mengetahui kestabilan dari sistem penampil. Harga Chi

square test (X2) didefinisikan sebagai :

Xi

N

Xi

Xi

X

2 2 2

)

(

N = 20 Xi = 45680 Xi2 = 104366852

Xi

2284 (Xi)2 = 2086662400

2284

20

0

4208666240

104366852

2

X

2284 104333120 104366852 2   X

= 14,77

Didapatkan harga Chi square test = 14,77 Untuk tingkat keyakinan (Confidence

level) sebesar 95%, harga X2 harus terletak diantara dua batas yang ditentukan oleh jumlah pengukuran (N)[7]. Harga batas X2 dengan beberapa harga N dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Beberapa harga batas Chi square test[7] Jumlah pengukuran (N) Harga batas X2

Minimum Maksimum

10 3,3 16,9

20 10,1 30,2

30 17,7 42,6

Jika dari nilai Chi square test yang didapat diatas dibandingkan dengan harga batas pada tabel 5, maka ternyata 14,77 terletak pada

jangkauan yang baik (10,1 – 30,2). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem

(10)

penampil yang dibuat dapat diandalkan secara statistik.

PEMBAHASAN

Untuk satuan hasil dari cacahan dalam sistem yang dibuat terdapat satuan cps dan cpm,

sedangkan dari sistem pencacahnya

menggunakan satuan cpm. Dalam sistem yang dibuat, hasil cacahan juga dikonversikan ke satuan laju dosis yaitu mR/jam dan mSv/jam. Pengkonversian yang dilakukan adalah dengan mengacu dari tampilan skala logaritmik model lain pada tipe pencacah yang sama. Seperti yang terlihat dalam Gambar 8.

Gambar 8. Tampilan skala logaritmik

Dengan jenis tampilan tersebut diatas, dapat diketahui nilai korelasi antara cpm dengan mR/jam, yaitu dengan melihat skala pada posisi full scale. Penghitungan nilai konversi yang didapat adalah :

Posisi full scale  0,2 mR/h = 660 cpm 0,003 mR/m = 660 c/m

1 c = 5 x 10-6 mR x 3600

maka : 1 c = 0,01836

Nilai tersebut dimasukkan ke dalam program yang akan didownload ke sistem mikrokontroler, sehingga setiap hasil cacahan

yang diproses dapat terkonversi secara

langsung.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Dari sistem penampil yang telah dibuat beserta pengujian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal antara lain

2. Dari pengujian statis yang dilakukan, didapatkan persentase penyimpangan 1,99% untuk waktu 10 detik, 3,74% untuk waktu 1 menit, dan 2,37% untuk

untuk ketiga waktu pencacahan tersebut = 1.

3. Dari pengujian dinamis, didapatkan nilai

Chi square test = 14,77. Untuk tingkat

keyakinan (confidence level) 95%, nilai tersebut sudah memasuki range yang ditentukan, yaitu 10,1  14,77  30,2. Dengan demikian sistem yang dibuat dapat diandalkan secara statistik.

4. Nilai konversi satuan cpm ke mR/jam

pada sistem ini adalah 0,01836,

berdasarkan pada korelasi skala tampilan yang lain pada jenis alat yang sama. 5. Berdasarkan analisa data dari hasil

pengujian yang dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa sistem penampil digital yang dibuat dapat mengkonversi hasil cacahan dari pencacah Ludlum 177-50 yang berupa skala logaritmik, sehingga

akan lebih memudahkan dalam

pembacaan.

Saran

1. Sistem tampilan digital yang dibuat ini masih terbatas pada hasil cacahan yang diubah ke digital, untuk ke depannya diharapkan semua nilai yang ditampilkan pada sistem pencacah Ludlum 177-50 dapat diubah ke digital, seperti untuk pengaturan HV, tes BAT, dan lain sebagainya.

2. Untuk kedepannya agar lebih dilengkapi dengan menambahkan mesin cetak untuk data yang diperoleh, sehingga data akan lebih dapat dipertanggung jawabkan dan dipercaya.

DAFTAR PUSTAKA

1. AKHADI, MUKHLIS, 1994, Monitor Radiasi, Diklat Petugas Proteksi Radiasi PUSDIKLAT BATAN, Jakarta.

2. PUSDIKLAT, 1991, Sistem Pengukuran Radiasi, Diklat Keahlian Dasar Bidang Tenaga Atom PUSDIKLAT BATAN, Jakarta.

3. STTN-BATAN, 2007, Alat Deteksi dan Pengukuran Radiasi, Petunjuk Praktikum ADPR, STTN BATAN Yogyakarta.

4.

(11)

Penampil Cacah Untuk Penentuan Plato Detektor Geiger muller Berbasis Personal Computer, Tugas Akhir STTN BATAN, Yogyakarta.

6.

HTTP://www.elektrolab.com/mengenal

-AT89S52

.

7. MURSITI, 2005, Pembuatan Sistem Pencacah Nuklir Berbasis Mikrokontroler AT89C51, Tugas Akhir STTN BATAN, Yogyakarta. 8. AMINJOYO, SURATMAN, 1997,

Pengukuran Radioaktivitas Beta, Pusat Penelitian Nuklir BATAN, Yogyakarta. 9.

HTTP://www.ludlum-measurements.com/model_177_ratem

eter

.

10.

HTTP://www.atmel.com/datasheet-AT89S52

.

(12)

Gambar

Gambar 1. Kurva Plato Detektor GM  b. HV (High Voltage)
Gambar 2. Tampilan Pencacah Ludlum 177-50  Dalam  pencacah  ini  terdapat  beberapa  panel  di  bagian  depan  maupun  belakangnya  dengan  fungsi  masing-masing
Gambar 4. Rangkaian Minimum Sistem Penampil Digital  Dengan  adanya  mikrokontroler,  dapat
Gambar 5. Grafik Kelinieritasan Pencacah dengan t =10 detik  2.  Waktu 1 menit
+3

Referensi

Dokumen terkait

adalah penelitian yang dilakukan oleh Retno Mardiana dengan judul “Pengaruh Risiko Usaha terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank-bank Swasta Nasional.. yang Go

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan secara langsung maupun tidak langsung terhadap keberhasilan penulis menyelesaikan

Tarif kapitasi adalah besaran pembayaran per bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS kesehatan kepada fasilitas tingkat pertama berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa

Artikel ini telah menunjukkan bahwa metode beda hingga memberikan hasil terbaik untuk penghitungan harga opsi, delta , dan gamma pada harga-harga saham di sekitar harga

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Minuman kopi sangat digemari oleh masyarakat luas, namun memiliki efek samping untuk kesehatan jika diminum secara berlebihan. Salah satu upaya untuk menghasilkan

Nilai Tobin’s Q atau Q ratio pada umumnya dapat dihitung dengan membagi nilai pasar suatu perusahaan (yang diukur dengan nilai pasar dari saham yang beredar dan hutang)