HUBUNGAN NAFSU MAKAN, PENGETAHUAN GIZI DENGAN ASUPAN ENERGI,
PROTEIN DAN STATUS GIZI DI RUMKITAL Dr. MINTOHARDJO TAHUN 2015
Meylina Djafar* Heny Sulistyowati*,
*Dosen Program Studi Ilmu Gizi STIKes Binawan
**Alumni Mahasiswa Program Studi Gizi STIKes Binawan
Email Korespodensi: meylina@binawan-ihs.ac.id
ABSTRAK
Pendahuluan: Banyak faktor yang mempengaruhi asupan energi dan protein antara lain adalah nafsu
makan dan pengetahuan gizi. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan nafsu makan,
pengetahuan gizi dengan asupan energi, protein dan status gizi pasien perawatan hemodialisis.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan desain cross-sectional,
yang dilaksanakan di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo pada bulan Maret-April 2015.
Populasi penelitian adalah 37 pasien dengan penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dan
memenuhi kriteria inklusi, yaitu melakukan rawat jalan, berusia ≥ 18 tahun, HD rutin setidaknya dua
kali per minggu, dapat berkomunikasi baik, bisa ditimbang dan bersedia menjadi responden. Sampel
penelitian dengan menggunakan total populasi. Data yang dikumpulkan adalah nafsu makan,
pengetahuan gizi, asupan energi dan protein asupan tiga hari dalam 24 jam recall dan record, dan
nilai BMI untuk status gizi. Analisis hubungan dilakukan dengan uji Chi-square. Hasil: Subyek
terdiri dari 37 pasien, 54,1% dengan BMI <20 kg/m
2
(kurang gizi); 40,5% kurang nafsu makan;
43,2% memiliki pengetahuan gizi kurang; 64,9% kurang asupan energi dan 62,2% kurang asupan
protein. Asupan energi rata-rata adalah 23,89 ± 5,43 kkal/kg/hari, sedangkan asupan protein rata-rata
0,85 ± 0,18 g/kg/hari. Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan status gizi
namun tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan status gizi.
Kata Kunci: Nafsu Makan, Asupan Energi, Pengetahuan Gizi, Status Gizi, Asupan Protein.
THE CORRELATION AMONG PATIENT APPETIVE, NUTRITION KNOWLEDGE AND
ENERGY INTAKE PROTEIN AND NUTRITION STATUS AT DR. MINTOHARDJO TAHUN
2015
ABSTRACT
Introduction: There are many factors influencing energy and protein intake such as appetite and
nutritional knowledge. The objective of this study is to identify the relationship between appetite,
nutrition knowledge and energy intake, protein and nutritional status of maintenance hemodialysis
patients. Methods: This research is quantitative descriptive with cross-sectional design, which is
implemented in Dr. Mintohardjo Naval Hospital from March to April 2015. The subjects of the study
were 37 patients with chronic kidney disease on hemodialysis who met the inclusion criteria which
outpatients, aged ≥ 18 years, HD routine at least two times per week, can communicate well, can be
weighed and are willing to become respondents. The data collected is the nutritional status of BMI,
appetite, nutritional knowledge, a three-day energy and protein intake with 24 hour dietary recall and
record . The analysis of the relationship was done with chi-square test. Results: The subjects consisted
of 37 patients, 54,1% with a BMI <20 kg/m
2
(under nutrition); 40,5% lack of appetite; 43,2% less
nutrition knowledge; 64.9% less energy intake and 62,2% less protein intake. The average energy
intake was 23,89 ± 5.43 kcal/kg/day, while the average protein intake was 0.85 ± 0.18 g/kg/day.
Conclusion: There is significant relationship between energy intake and nutritional status but there is
no significant relationship between nutritional status and protein intake.
PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan
salah satu penyakit tidak menular dan menjadi
masalah kesehatan di dunia. Prevalensi PGK
di Amerika meningkat dari 12% pada dekade
tahun 1988-1994 menjadi 14% pada dekade
tahun 2007-2012 (USRDS Report, 2014).
Prevalensi penyakit gagal ginjal kronik sebesar
0,2% dan termasuk dalam 10 besar penyakit
tidak menular terbesar di Indonesia (Kemenkes
RI, 2013). Penyakit ginjal kronik bila tidak
ditangani dengan baik akan berlanjut menjadi
gagal ginjal terminal atau End-Stage Renal
Disease (ESRD) yang memerlukan terapi
pengganti
ginjal
berupa
dialisis
atau
transplantasi ginjal (Suwitra, 2009). Metode
yang umum digunakan adalah hemodialisis
(HD) (Prodjosudjadi
dkk, 2009). Malnutrisi
merupakan masalah yang umum terjadi pada
pasien PGK dengan HD dan berhubungan
dengan tingginya angka
morbiditas dan
mortalitas
(Jahromi
dkk, 2010).
Menurut
Pernefri
(2011),
pasien
yang
mengalami
penyakit ginjal tahap akhir
yang diawal
hemodialisis rutin berada pada keadaan gizi
kurang sebesar 40%.
Berdasarkan
parameter
Indeks
Massa
Tubuh (IMT) penelitian di RS Dr. Sardjito
Yogyakarta didapatkan sebanyak 43% pasien
mempunyai status gizi kurang dan buruk
(Susetyowati,
2002).
Kemudian
pada
penelitian di RS Tugurejo Semarang diperoleh
sebesar 28,6% pasien PGK yang mengalami
status gizi kurang atau underweight (Nura dkk,
2014). Penyebab kurang energi protein (KEP)
ini bersifat multifaktorial. Asupan energi pada
pasien hemodialisis umumnya rendah yaitu
sekitar 20-25 kkal/kg/hari (Carrero et al.,
2013). Hal ini dikarenakan nafsu makan pasien
yang menurun dan adanya gangguan saluran
cerna akibat uremia (Katsilambros et al.,
2013). Pengaturan makan pada pasien penyakit
ginjal sangat komplek sehingga
diperlukan
pengetahuan
gizi
yang
baik
dalam
penerapannya sehari-hari.
Berdasarkan survei awal pada pasien PGK
yang
menjalani
HD
di
Rumkital
Dr.
Mintohardjo diketahui 30% berstatus gizi
kurang berdasarkan parameter IMT dan 40%
mengalami nafsu makan kurang. Oleh karena
itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan
mengetahui hubungan antara nafsu makan,
pengetahuan
gizi
dengan
asupan
energi,
protein dan status gizi pasien PGK dengan HD
di Rumkital Dr. Mintohardjo tahun 2015.
BAHAN DAN METODE
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan
desain
cross
sectional.
Penelitian
ini
dilaksanakan pada tanggal 27 Maret - 21
April 2015 di Rumkital Dr. Mintohardjo.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien PGK yang menjalani HD di Rumkital
Dr. Mintohardjo, dengan sampel penelitian
adalah
seluruh
populasi
yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
meliputi pasien rawat jalan, berumur ≥ 18
tahun, rutin HD minimal dua kali perminggu,
sudah menjalani HD minimal 3 bulan dan
maksimal
5 tahun, dapat berkomunikasi
dengan baik, dapat ditimbang dan
bersedia
menjadi responden dengan mengisi informed
consent, sedangkan
kriteria eksklusi yaitu
pasien yang mengalami diare kronik >7 hari
dengan frekuensi ≥3 kali sehari dan menderita
penyakit keganasan, TBC paru, sirosis hati dan
HIV.
Pengambilan
sampel
penelitian
ini
menggunakan
teknik
non-probabilistik
sampling, dimana dalam pengambilan sampel
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
sebanyak 37 orang dari 76 orang total populasi
PGK yang menjalani HD. Variabel bebas
penelitian ini
adalah nafsu makan
dan
pengetahuan gizi; variabel antara yaitu asupan
energi dan asupan protein sedangkan variabel
terikat
adalah
status
gizi.
Data
yang
dikumpulkan
dalam
penelitian
meliputi
identitas
responden,
nilai
IMT
sebagai
parameter status gizi, nafsu makan responden
selama PGK menjalani HD, pengetahuan gizi
dan
asupan
energi
serta asupan
protein.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner,
formulir
food
recall dan food record,
timbangan berat badan digital, dan pengukur
tinggi
badan
(mikrotoa).
Karakteristik
responden yang meliputi nama, jenis kelamin,
umur, pendidikan,
pekerjaan, dan lama
melakukan HD.
Data status gizi parameter IMT diperoleh
dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan
setelah
HD (berat
badan kering),
selanjutnya dikategorikan menjadi status gizi
kurang (<20 kg/m
2
), status gizi baik (20-25
kg/m
2
) dan status gizi lebih (>25 kg/m
2
).
Nafsu makan diukur menggunakan kuesioner
yang diadaptasi
dari
SNAQ
(Simplified
Nutritional
Appetite
Questionnaire)
dan
(skor ≤14) dan nafsu makan baik (skor >14).
Pengetahuan
gizi
diukur
menggunakan
kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan dan
hasilnya setelah dilakukan uji normalitas data
dengan uji Kolmogorov-Smirnov terdistribusi
normal sehingga menggunakan cut of point
mean. Pengetahuan dikategorikan “kurang” (<
mean) dan “baik” (≥ mean). Asupan energi dan
asupan protein diambil selama tiga hari yaitu
sehari sebelum HD dengan formulir food
recall; asupan pada hari berlangsungnya HD
dan sehari setelah HD dengan formulir food
record. Hasil food recall dan food record
dianalisis menggunakan program Nutrisurvey,
hasil rata-rata tiga hari asupan dibandingkan
dengan
kebutuhan
energi
dan
protein.
Kebutuhan energi responden dihitung 35
kkal/kgBBI/hari
sedangkan
protein
1,2
gr/kgBBI/hari. Kategori asupan kurang asupan
kurang jika <80% kebutuhan; asupan baik jika
80% - 110% kebutuhan; dan asupan lebih jika
>110%
kebutuhan.
Analisis
data
hasil
penelitian diolah menggunakan program SPSS
versi 22 dengan menggunakan uji statistik
Chi- Square pada selang kepercayaan 95% (α
0,05).
HASIL
Karakteristik Responden
Sebaran
distribusi
penelitian
ini
berdasarkan
kategori
jenis
kelamin
menunjukkan bahwa sebanyak 73% responden
laki-laki dan 27% responden perempuan.
Responden
berumur
antara 28-74
tahun
dimana responden terbanyak pada kategori
45-54
tahun
(43,3%).
Tingkat
pendidikan
responden
terbanyak
pada kategori
SMA
(56,8%) dan pekerjaan responden terbanyak
pada
kategori
purnawirawan/pensiunan,
PNS/TNI/Polri
(29,7%).
Hitungan
lama
menjalani HD dihitung sejak pasien rutin
menjalani HD dua kali perminggu, minimal 3
bulan dan maksimal 60 bulan dengan lama HD
terbanyak responden pada kategori 12-35
bulan
(45,9%).
Distribusi
karakteristik
responden pasien
HD
di Rumkital Dr.
Mintohardjo tahun 2015 tedapat pada Tabel 1
berikut.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik
Responden Pasien Hemodialisis
Karakteristik
Frekuensi
Presentasi
(%)
Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
27
10
73,0
27,0
Umur (tahun)
a. <35
b. 35-44
c. 45-54
d. 55-64
e. ≥ 65
3
2
16
11
5
8,1
5,4
43,3
29,7
13,5
Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan Tinggi
1
5
21
10
2,7
13,5
56,8
27,0
Tabel 2. Distribusi karakteristik responden
pasien hemodialisis
Karakteristik
Frekuensi
Presentase
(%)
Pekerjaan
a. PNS/TNI/Polri
b. Pegawai swasta
c. Wiraswasta
d. Purn
PNS/TNI/Polri
e. Tidak bekerja
7
4
5
11
10
18,9
10,8
13,5
29,7
27,0
Lama HD (bulan)
a. 3-12
b. 12-35
c. 36-60
16
17
4
43,3
45,9
10,8
Analisis
univariat
dilakukan
untuk
mengetahui gambaran variabel penelitian yaitu
status gizi, nafsu makan, pengetahuan gizi,
asupan energi, dan asupan protein. Tabel 2
menyajikan analisis univariat distribusi status
gizi, nafus makan, pengetahuan gizi, asupan
energi dan protein.
Tabel 3. Distribusi status gizi, nafsu makan,
pengetahuan gizi, asupan energi dan asupan
protein
Variabel Frekuensi Presentase
(%) Status Gizi (IMT)
a. Kurang b. Baik c. Lebih 20 12 5 54,1 32,4 13,5 Nafsu Makan a. Kurang b. Baik 15 22 40,5 59,5 Pengetahuan Gizi a. Kurang b. Baik 16 21 43,2 56,8 Asupan Energi a. Kurang b. Baik 24 13 64,9 35,1
c. Lebih 0 0 Asupan protein a. Kurang 23 62,2 b. Baik c. Lebih 14 0 37,8 0