• Tidak ada hasil yang ditemukan

Journal. Analisis Isu Strategis Sawit Vol. I I, No.11/03/2021 APAKAH DEFORESTASI MERUPAKAN FENOMENA NORMAL DALAM PROSES PEMBANGUNAN?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Journal. Analisis Isu Strategis Sawit Vol. I I, No.11/03/2021 APAKAH DEFORESTASI MERUPAKAN FENOMENA NORMAL DALAM PROSES PEMBANGUNAN?"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

APAKAH DEFORESTASI MERUPAKAN FENOMENA NORMAL DALAM

PROSES PEMBANGUNAN?

Oleh

PASPI-Monitor

RESUME

Deforestasi telah menjadi perhatian masyarakat dunia khususnya dalam dua dekade terakhir ini. Isu deforestasi yang sebelumnya merupakan isu lingkungan semata, kini berubah menjadi basis kebijakan proteksi perdagangan antara negara maju dengan negara berkembang. Hal ini mengundang pertanyaan terkait sejarah deforestasi global dan apakah deforestasi hanya terjadi di negara berkembang?

Berdasarkan studi empiris menunjukkan bahwa deforestasi global merupakan fenomena normal yang terjadi dalam sejarah pembangunan dunia. Deforestasi global terjadi sejak tahun sebelum tahun 1700 dan sebagian besar berada di hutan non tropis (temperate forest) seperti Eropa dan Amerika Serikat. Kemudian deforestasi tersebut menjalar ke daerah hutan tropis. Artinya deforestasi adalah suatu proses awal pembangunan yang dilakukan oleh seluruh negara untuk memanfaatkan sumberdaya alam hutan sehingga kebutuhan pangan dan ketersediaan lahan perumahan dapat tercukupi seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia.

Mungkin banyak yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut, terutama generasi milineal dunia. Ini bukan soal setuju atau tidak setuju. Tampaknya tidak ada pilihan untuk membangun waktu itu tanpa deforestasi. Tidak seperti Eropa dan Amerika Utara yang melakukan deforestasi total sehingga menyebabkan hilangnya biodiversitas asli kawasan tersebut, negara-negara berkembang juga melakukan deforestasi untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya yang makin meningkat namun dengan tidak mengadopsi deforestasi total dan tetap menyisakan virgin forest sebagai “rumah” biodiversity asli.

Palm

Journal

(2)

PENDAHULUAN

Deforestasi telah menjadi perhatian masyarakat dunia khususnya dalam dua dekade terakhir ini. Deforestasi menyebabkan berbagai masalah lingkungan seperti menjadi ancaman bagi kelestarian biodiversity alamiah hingga berkontribusi pada emisi GHG (Greenhouse Gases) global sehingga memicu pemanasan global dan perubahan iklim global.

Meskipun deforestasi telah ada sejak peradaban dimulai di planet bumi, namun isu deforestasi menjadi perdebatan publik global. Hal ini dikarenakan ketika deforestasi dikaitkan dengan kebijakan perdagangan yang diimplementasikan oleh negara maju ditujukan kepada negara berkembang. Isu Embodied Deforestation, Renewable Fuel Standar, Renewable Energy Directives dan Indirect Land Use Change merupakan instrumen kebijakan negara-negara maju terhadap komoditas ekspor dari negara-negara berkembang terkait dengan isu deforestasi.

Isu deforestasi yang sebelumnya merupakan isu lingkungan semata, kini berubah menjadi basis kebijakan proteksi perdagangan antara negara maju dengan negara berkembang. Untuk mendukung kebijakan proteksi perdagangan, negara-negara maju tersebut juga menggunakan dan membiayai NGO untuk menghentikan deforestasi di negara-negara berkembang sehingga ekspor dan perdagangan komoditasnya menjadi terhambat. Deforestasi yang dilakukan negara berkembang dalam rangka membangun perekonomiannya, seakan-akan tidak pernah dilakukan negara-negara maju.

Hal-hal diatas mengundang pertanyaan. Apakah deforestasi hanya terjadi (uniqueness) di negara-negara berkembang? Dan apakah ketika negara-negara maju membangun ekonominya pada masa awal pembangunanya tidak terjadi deforestasi? Artikel ini akan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dan untuk menjawab pertanyaan tersebut juga akan didukung dan digunakan berbagai literatur atau hasil riset secara internasional.

STAGES OF DEVELOPMENT

Seluruh negara dan masyarakat dunia berada dan hidup pada atmosfir planet Bumi yang sama baik masa lalu, masa kini dan masa depan. Proses pembangunan peradaban dan pertumbuhan jumlah penduduk di planet Bumi sejak era pre-pertanian, revolusi industri, revolusi hijau yang dimulai dari daratan Eropa dan Amerika Utara kemudian meluas ke seluruh dunia, ternyata telah menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem planet Bumi.

Model atau paradigma pembangunan yang umum ditempuh oleh Eropa dan Amerika Utara yang kemudian diikuti hampir seluruh negara adalah bertumpu pada model Stages of Development dari WW. Rostow (1960). Proses pembangunan yang secara by design melakukan perubahan struktural dari membangun sektor pertanian, ke sektor industri dan kemudian ke sektor jasa. Menurut model tersebut, pada awal pembangunan (early stages development) untuk memproduksi bahan pangan, perumahan dan menciptakan pendapatan yang digerakkan (driver) oleh kelimpahan sumberdaya alam yang dimiliki suatu negara (endowment factor) dan tenaga kerja atau factor-driven (Walker, 1993; Porter, 2009).

Fenomena keterkaitan antara tahapan pembangunan dengan mutu lingkungan hidup telah lama menjadi perhatian para ahli yang dikenal dengan Environmental Kuznet Curve (EKC) yang berbentuk inverted “U”

shape (Panoyotou, 2003). Pada awal

pembangunan (pre-industrial economy) yang dimulai dengan memanfaatkan sumberdaya alam (hutan) untuk produksi pangan, menciptakan pendapatan dan menggerakkan perekonomian yang akan disertai dengan meningkatnya degradasi mutu lingkungan hidup (deforestasi) sampai pada fase industrial economy. Pada fase service economy, laju deforestasi akan menurun dan digantikan dengan reforestasi/aforestasi(Gambar 1).

(3)

Gambar 1. Enviromental Kuznet Curve (Sumber : Panayotou, 2003) Fenomena EKC tersebut terjadi hampir

di seluruh negara yang dimulai pada negara-negara Eropa, Amerika Utara dan kemudian meluas ke negara lain (Walker, 1993; Egli, 2001; Bhattarai, et al., 2001; Kaplan et al., 2017).

Studi Keenan et al. (2015) juga mengungkapkan bahwa pada periode 1990-2015, negara-negara yang tergolong berpendapatan menengah ke bawah (di bawah USD 12 ribu/kapita) memiliki laju deforestasi yang masih meningkat, sedangkan negara-negara tergolong

berpendapatan tinggi (lebih dari USD 12 ribu/kapita) memiliki laju deforestasi yang menurun drastis bahkan berubah menjadi reforestasi.

Selain untuk tujuan pembangunan ekonomi, laju deforestasi juga dipicu oleh pertumbuhan jumlah penduduk dunia baik untuk pemukiman maupun untuk penyediaan infrastruktur (USDA, 2014). Semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia menyebabkan luas deforestasi juga terus meningkat dalam periode 1800-2010 (Gambar 2).

Gambar 2. Hubunga Pertumbuhan Penduduk Dunia dan Deforestasi (Sumber : UN, 1999; Williams, 2002; FAO; 2010; USDA, 2014)

JEJAK DEFORESTASI

Kaitan fase pembangunan global dengan deforestasi tersebut terkonfirmasi juga dengan jejak deforestasi global (Gambar 3). Proses pembangunan yang berlangsung di daerah sub tropis (seperti daratan Eropa, Amerika Utara) menyebabkan terjadinya deforestasi hutan sub tropis (temperate forest) lebih awal yakni sebelum tahun

1990-an. Puncak deforestasi di temperate forest terjadi pada periode tahun pre-1700. Kemudian negara-negara daerah tropis yang baru belakangan ini mulai membangun perekonomiannya, sehingga deforestasi hutan tropis (tropical forest) mulai intensif terjadi sejak tahun 1900-an. Puncak deforestasi hutan tropis terjadi pada periode tahun 1950-1979 (FAO, 2012; Roser, 2012).

Pre-Industrial economies Industrial economies Post-industrial economies (service economy) Turning point Environtmental degradation (pollution/

Stage of Economic Development Income per capita (growth)

(4)

Gambar 3. Estimasi Deforestasi Berdasarkan Tipe Hutan pada Periode Pre-1700 hingga 2000 (Sumber: FAO, 2012)

Jejak deforestasi tropical forest dan non-tropical forest tersebut juga diperkuat oleh studi Matthew (1983). Pada periode pre-pertanian sampai tahun 1980 (Tabel 1)

deforestasi hutan dunia telah mencapai 701 juta hektar yang terdiri dari deforestasi hutan non tropis (653 juta hektar) dan deforestasi hutan tropis (48 juta hektar). Table 1. Perubahan Hutan (Deforestasi) Dunia masa Pre-Pertanian hingga tahun 1980

Vegatasi Pra-Pertanian

Vegetation

1980 Penurunan Ekosistem Juta hektar Juta hektar Juta hektar Persentase

Total hutan dunia 4,628 3,927 701 15.15

Hutan hujan tropis 1,277 1,229 48 3.75

Hutan non-tropis 3,351 2,698 653 19.50 Woodland 1,523 1,310 213 13.80 Semak Belukar (Shrubland) 1,299 1,212 87 6.70 Padang Rumput (Grassland) 3,309 2,743 647 19.10 Tundra 734 734 - - Gurun (Desert) 1,582 1,557 25 1.60 Tanaman Budidaya (Cultivation) 93 1,756 -1663 - Sumber : Matthew (1983)

Sebagian besar deforestasi hutan non tropis terjadi di daratan Eropa dan Amerika Utara. Hal ini tercermin dari penurunan forest cover di negara-negara Eropa sebelum tahun 1800 (Kaplan et al., 2017) dan di Amerika Utara (USDA, 2014). Hal ini juga terkonfirmasi oleh hilangnya hutan asli (virgin forest) di daratan Eropa. Studi Sabatini et al. (2017) mengungkapkan bahwa luas hutan primer Eropa saat ini hanya tersisa 1.4 juta hektar yang tersebar di di Finlandia, Ukrania, Bulgaria dan Rumania.

Fakta empiris yang menyebutkan hilangnya virgin forest di daratan Eropa

maupun di Amerika Utara menunjukkan bahwa negara-negara tersebut melakukan deforestasi total pada masa awal pembangunanya. Deforestasi total tersebut menyebabkan hilangnya biodiversity asli. Dimanakah biodiversity khas daratan Eropa dan Amerika Utara saat ini?

Studi Houghton (1996) juga mengkonfirmasi pola deforestasi global tersebut. Dalam periode tahun 1850-1990, luas area lahan global yang telah dibuka meningkat dari 289 juta hektar menjadi 2.52 miliar hektar, terdiri dari temperate grass land seluas 1.6 miliar hektar, hutan tropis seluas 508 juta hektar, hutan temperate

(50) 50 150 250 350 450 pre-1700 1700-1849 1850-1919 1920-1949 1950-1979 1980-1995 1996-2010 mi lio n h ect ar es

(5)

seluas 91 juta hektar dan hutan boreal seluas 4 hektar.

Selama periode tahun 1850-1990, volume logging dari hutan boreal dan

temperate meningkat dari 1 juta

hektar/tahun menjadi 3.5 juta hektar/tahun. Peningkatan volume logging juga terjadi dari

temperate forest yaitu dari 3 juta

hektar/tahun menjadi 6 juta hektar/tahun. Sementara itu, volume logging dari hutan tropis pada tahun 1850 masih sangat kecil yaitu kurang 0.5 juta hektar/tahun dan kemudian meningkat menjadi 2 juta hektar/tahun tahun 1950 dan menjadi 8 juta hektar/tahun tahun 1980. Dengan demikian, selama periode tersebut sekitar lebih dari 1 miliar juta hektar hutan dunia telah mengalami logging atau sekitar 77 persen lebih tinggi dari konversi forest menjadi lahan pertanian.

Dengan fakta-fakta empiris diatas cukup meyakinkan bahwa deforestasi merupakan fenomena normal yang lumrah terjadi di setiap negara. Model stages of development yang dianut hampir seluruh negara dunia dan akibat pertumbuhan populasi penduduk dunia berimplikasi pada fenomena deforestasi yang telah menjadi bagian proses pembangunan yang terjadi di setiap negara/kawasan.

Mungkin banyak yang tidak setuju dengan jalan deforestasi tersebut terutama generasi milineal dunia. Ini bukan soal setuju atau tidak setuju. Faktanya negara-negara maju saat ini seperti di Eropa dan Amerika Utara mengawali proses pembangunannya dari hasil deforestasi. Tampaknya tidak ada pilihan untuk membangun waktu itu tanpa deforestasi. Kemajuan dan kekayaan yang dinikmati saat ini di dua kawasan negara tersebut juga merupakan hasil dari deforestasi yang terjadi sejak tempo dulu.

Negara-negara berkembang saat ini juga mengadopsi model pembangunan yang sama. Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan pangan yang makin meningkat tidak mungkin terpenuhi tanpa deforestasi. Sebagai pengikut model pembangunan negara-negara maju, deforestasi yang terjadi di negara-negara berkembang mungkin banyak belajar dari sejarah deforestasi negara maju untuk tidak mengadopsi deforestasi total dan tetap menyisakan

virgin forest sebagai “rumah” biodiversity asli.

KESIMPULAN

Deforestasi global merupakan fenomena normal yang terjadi dalam sejarah pembangunan dunia. Deforestasi global terjadi sejak tahun sebelum tahun 1700 dan sebagian besar berada di hutan non tropis (temperate forest) seperti Eropa dan Amerika Serikat. Kemudian deforestasi tersebut menjalar ke daerah hutan tropis.

Berdasarkan model pembangunan global yang dianut selama ini, deforestasi merupakan awal proses pembangunan suatu negara/kawasan untuk memanfaatkan sumberdaya alam hutan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan ketersediaan lahan perumahan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia. Hal ini menunjukkan bahwa deforestasi adalah suatu fenomena yang wajar dalam proses pembangunan yang dilakukan oleh seluruh negara dan tidak dapat dihindarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bhattarai M, Haming M. 2001. Institution and The Environmental Kuznet Curve for Deforestation : A Cross Country Analysis for Latin America, Africa and Asia. World Development. 29(6): 995-1010.

Egli H. 2001. Area Cross Country Studi of the Environmental Kuznet Curve Misleading? New evidence from time series data to Germany. Universiteit Greifswald. [FAO] Food Agricultural Organization. 2012.

State of the World Forest. Rome.

Houghton RA. 1999. Land Use Change and Teristerial Carbon: The Temporal Record in Forest Ecosystem, Forest Management and the Global Carbon Cycles (ed. MJ Apps & D.T. Price).

Kaplan JO. 2017. Constraining the Deforestation History of Europe: Evaluation of Historical Land Use Scenarios with Pollen-Based Land Cover Reconstructions. Land. 1-20

Keenan RJ. 2015. Dynamics of Global Forest Area: Results from the FAO Global

(6)

Forest Resources Assessment 2015. Forest Ecology and Management. 352:9-20

Matthew E. 1983. Global Vegetation and Land Use: New High Resolution Data Based for Climate Study. Journal of climate change and applied Meteorology. 22:474-487.

Panayotou, T. 2003. Economic Growth and the Environment. Harvard University and Cyprus International Institute of Management.

Rostow WW. 1960. The Stages of Economic Growth: a Non Comunist Manifesto. Cambridge University.

[USDA] United States of Departement Agriculture. 2014. US Forest Resource Facts and Historical Trend. Washington DC.

Walker. 1993. Deforestation and Economic Development.

Gambar

Gambar 1. Enviromental Kuznet Curve (Sumber : Panayotou, 2003)   Fenomena EKC tersebut terjadi hampir
Table 1.  Perubahan Hutan (Deforestasi) Dunia masa Pre-Pertanian hingga tahun 1980  Vegatasi

Referensi

Dokumen terkait

Selanjunya, lingkungan sosial merupakan sesuatu yang ada disekitar wajib pajak yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada wajib pajak yang dapat memberikan dorongan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan Judul “Pengaruh

Setelah memperoleh hasil analisis yang diyakini telah dilaksanakan dengan cara yang benar, maka auditor kemudian harus melakukan pembandingan antara hasil analisis dengan

Apabila merujuk pada kategori dikeseluruhan parameter, konsentrasi 1% merupakan yang terbaik dan optimal, karena pada parameter tekstur, warna dan kekenyalan

Oleh karena itu, dalam tulisan ini diberikan suatu masukan bagi semua pihak (terutama Bank Indonesia) agar pelaksanaan Internet Banking dalam penerapannya tidak hanya

Surat keterangan yang menyatakan bahwa calon yang bersangkutan bukan sebagai pelaku kejahatan berulang dari kepolisiaan daerah untuk Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur

Namun, jika yang diperlukan dalam pengelolaan kawasan hutan adalah bagaimana menghasilkan energi yang lebih efisien, menyerap karbon dioksida yang lebih banyak

Berdasarkan data penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) Kabupaten / Kota Banyumas tahun 2011, jumlah keluarga fakir miskin mencapai 94.451 KK dan baru 1.250 yang