• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ) KEPALA DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN Pemerintah Kabupaten Malang Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ) KEPALA DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN Pemerintah Kabupaten Malang Tahun 2013"

Copied!
495
0
0

Teks penuh

(1)

[

LAPORAN KETERANGAN

PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ)

KEPALA DAERAH KABUPATEN MALANG

TAHUN 2012

Pemerintah Kabupaten Malang Tahun 2013

(2)

D A F T A R I S I

BAB I PENDAHULUAN I - 1

A. Dasar Hukum I - 3

B. Gambaran Umum I - 4

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH II - 1

A. Visi dan Misi II - 1

B. Strategi dan Arah Kebijakan Daerah II - 4

C. Prioritas Pembangunan II - 22

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH III - 1 A. Pengelolaan Pendapatan Daerah III - 3 B. Pengelolaan Belanja Daerah III - 24 BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH IV - 1 A. Urusan Wajib yang Dilaksanakan IV - 1 B. Urusan Pilihan yang Dilaksanakan IV - 206 BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN V - 1 A. Tugas Pembantuan yang Diterima V - 2 B. Tugas Pembantuan yang Diberikan V - 29 BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN VI - 1

A. Kerjasama Antar Daerah VI - 1

B. Kerjasama Daerah Dengan Pihak Ketiga VI - 16 C. Koordinasi Dengan Instansi Vertikal Daerah VI - 37

D. Pembinaan Batas Wilayah VI - 59

E. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana VI - 67 F. Pengelolaan Kawasan Khusus VI - 80 G. Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum VI - 94

(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

Pemerintah Kabupaten Malang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah

Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Timur, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965; dengan pusat pemerintahan berada di Kota Malang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Malang dari Wilayah Kota Malang ke Wilayah Kecamatan Kepanjen yang sekaligus menjadi Ibukota Kabupaten Malang.

Pemerintah Kabupaten Malang periode tahun 2010-2015 adalah hasil pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tahun 2010 yang disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri

Nomor 131.35-803 Tahun 2010 tentang Pengesahan Pemberhentian dan Pengesahan Pengangkatan Bupati Malang Provinsi Jawa Timur, serta Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132.35-804 Tahun 2010 tentang Pengangkatan Wakil Bupati Malang Provinsi Jawa Timur.

Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah ditetapkan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Malang Tahun 2010-2015 berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Malang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Malang Tahun 2010-2015 sebagai arahan rencana pembangunan tahun 2010-2015 yang dalam implementasinya dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).

(5)

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah

Akhir Tahun Anggaran merupakan amanah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang telah diubah kedua kalinya

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyebutkan bahwa Kepala Daerah mempunyai kewajiban untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, dan memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), serta menyampaikan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) kepada masyarakat.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat; pada pasal 17 ayat (1) dijelaskan lebih lanjut bahwa LKPJ Akhir Tahun Anggaran disampaikan kepada DPRD paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Tahun Anggaran pada dasarnya merupakan progress report atas kinerja pembangunan selama satu tahun dan menjadi kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pembangunan jangka menengah daerah. Kegagalan dan keberhasilan pencapaian indikator kinerja akan dijadikan sebagai acuan tindakan perbaikan dalam pelaksanaan pembangunan Kabupaten Malang di tahun mendatang dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan. Sedangkan mengenai muatan LKPJ dijelaskan pada pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa sekurang-kurangnya menjelaskan: a) Arah kebijakan umum pemerintahan daerah; b) Pengelolaan keuangan daerah secara makro, termasuk pendapatan dan belanja daerah; c) Penyelenggaraan urusan desentralisasi; d) Penyelenggaraan tugas pembantuan; dan e) Penyelenggaraan tugas umum.

(6)

A. DASAR HUKUM

Landasan hukum sebagai dasar penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati adalah:

1. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah–Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur (Berita Negara Tahun 1950);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004;

3. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

4. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Tanggal 4 Januari 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

(7)

10. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Malang Tahun 2010-2015;

11. Peraturan Bupati Malang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Malang Tahun 2012.

12. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2013;

13. Peraturan Bupati Malang Nomor 56 Tahun 2012 tentang Penjabaran

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Malang Tahun 2013;

B. GAMBARAN UMUM

1. Kondisi Geografis Daerah

Wilayah Kabupaten Malang terletak antara 112O17’10,90” – 112O57’00,00” Bujur Timur, 7O44’55,11” – 8O26’35,45”

Lintang Selatan. Dengan batas wilayah administrasi terdiri dari: Sebelah Utara: Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang; Sebelah Timur: Kabupaten Lumajang; Sebelah Selatan: Samudera Indonesia; Sebelah Barat: Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri. Sedangkan di bagian tengah wilayah Kabupaten Malang berbatasan dengan Kota Malang dan Kota Batu. Luas wilayah

Kabupaten Malang 353.486 hektar, yang secara administratif terdiri dari

33 kecamatan, 12 kelurahan, 378 desa, 3.147 Rukun Warga (RW) dan 14.700 Rukun Tetangga (RT).

Topografi Kabupaten Malang meliputi dataran rendah, dataran tinggi, gunung-gunung yang aktif maupun tidak aktif serta sungai-sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Malang, dimana faktor sumberdaya alam tersebut mencakup aspek kondisi topografi yang besar pengaruhnya terhadap proses pembangunan. Wilayah Kabupaten Malang bagian barat, bagian timur dan utara dikelilingi oleh pegunungan, sehingga daerahnya

(8)

cenderung terjal atau bergelombang dengan kelerengan diatas 40%, meliputi wilayah Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang, Kecamatan Kasembon, Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Jabung, Kecamatan Wajak, Kecamatan Ampelgading dan Kecamatan Tirtoyudo. Dengan kondisi topografi tersebut, maka wilayah Kabupaten Malang mempunyai potensi sebagai kawasan lindung khususnya bagi kawasan yang ada dibawahnya. Hal ini berdampak positif karena kelestarian tanah dan air dapat terjaga dengan baik. Selain itu wilayah Kabupaten Malang mempunyai potensi pengembangan dibidang pertanian dan pariwisata. Untuk pengembangan dibidang pertanian lebih diutamakan pertanian hortikultura dan perkebunan, karena umumnya daerah-daerah dengan kelerengan tersebut mempunyai iklim (suhu) yang lebih sejuk dan sangat cocok untuk jenis tanaman sayuran dan tanaman perkebunan.

Struktur penggunaan lahan meliputi: permukiman/kawasan terbangun 22,76%; industri 0.17%; sawah 13,04%; pertanian lahan kering 23,65%; perkebunan 6,10%; hutan 28,59%; rawa/waduk 0,20%; tambak/kolam 0,03% padang rumput/tanah kosong 0,29%; tanah tandus/tanah rusak 1,54%; tambang galian C 0,26%; lain-lain 3,26%.

2. Kondisi Demografis

Perkembangan penduduk Kabupaten Malang (berdasarkan BPS); pada tahun 2012 sebesar 2.487.120 jiwa atau rata-rata pertumbuhan

0,85% per tahun terdiri dari laki-laki 1.247.180 (50,15%) dan perempuan 1.239.940 (49,85%) dengan rata-rata kepadatan 704 jiwa/km2. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil hasil penghitungan akhir tahun 2012 adalah sebesar 3.022.141 jiwa terdiri dari laki-laki 1.513.817 jiwa (50,09%) dan perempuan 1.508.324 jiwa (49.91%). Terjadinya perbedaan angka antara versi BPS dengan versi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil disebabkan adanya pendekatan/metoda perhitungan yang berbeda. Versi BPS menganggap penduduk Kabupaten Malang adalah orang-orang yang

(9)

secara riil pada saat sensus dan atau sudah 6 bulan berdomisili di Kabupaten Malang, sedangkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil berdasarkan jumlah Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) yang diterbitkan.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Sebaran Kelompok Umur Tahun 2012

No Umur Kel. JENIS KELAMIN

(Tahun) Laki-laki % Perempuan % JUMLAH %

1. 0 – 4 106.675 4,29 102.437 4,12 209.112 8,41 2. 5 – 9 97.009 3,90 93.794 3,77 190.803 7,67 3. 10 – 14 103.930 4,18 99.430 4,00 203.360 8,18 4. 15 – 19 102.423 4,12 96.891 3,90 199.314 8,01 5. 20 – 24 95.846 3,85 90.840 3,65 186.686 7,51 6. 25 – 29 96.476 3,88 94.098 3,78 190.574 7,66 7. 30 – 34 100.307 4,03 96.631 3,89 196.938 7,92 8. 35 – 39 95.889 3,86 95.121 3,82 190.010 7,68 9. 40 – 44 95.154 3,83 95.281 3,83 190.435 7,66 10. 45 – 49 87.058 3,50 90.016 3,62 177.074 7,12 11. 50 – 54 76.847 3,09 75.778 3,05 152.625 6,14 12. 55 - 59 62.023 2,49 58.948 2,37 120.971 4,86 13. 60 – 64 44.587 1,79 44.883 1,80 89.470 3,60 14. 65 – 69 33.321 1,34 37.438 1,51 70.759 2,85 15. 70 – 74 23.569 0,95 29.156 1,17 52.725 2,12 16. 75> 26.066 1,05 39.198 1,58 65.264 2,62 TOTAL 1.247.180 50,15 1.239.940 49.85 2.487.120 100

(10)

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk per Kecamatan Tahun 2012

NO KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JENIS KELAMIN PENDUDUK JUMLAH

1. Ampelgading 33.091 33.111 66.202 2. Bantur 42.560 44.555 87.115 3. Bululawang 39.208 39.500 78.708 4. D a u 37.857 36.834 74.691 5. Dampit 75.825 76.840 152.665 6. Donomulyo 41.048 40975 82.023 7. Gedangan 33.446 33.814 67.260 8. Gondanglegi 57.320 59.581 116.901 9. Jabung 36.706 35.249 71.955 10. Kalipare 41.896 42.531 84.427 11. Karangploso 44.702 43.625 88.327 12. Kasembon 18.210 17.627 35.837 13. Kepanjen 62.861 62.735 125.596 14. Kromengan 25.194 25.186 50.380 15. Lawang 62.396 62.975 125.371 16. Ngajum 29.489 29.068 58.557 17. Ngantang 35.519 34.928 70.447 18. P a g a k 29.202 29.707 58.909 19. P a k i s 78.079 76.076 154.155 20. P u j o n 36.245 34.800 71.045 21. Pagelaran 46.560 48.023 94.583 22. Pakisaji 49.751 48.731 98.482 23. Poncokusumo 56.877 56.429 113.306 24. Singosari 95.818 93.677 189.495 25. Sumbermanjingwetan 59.051 59.262 118.313 26. Sumberpucung 35.631 35.969 71.600 27. T u r e n 67.759 67.577 135.336 28. Tajinan 31.453 31.105 62.558 29. Tirtoyudo 38.909 39.005 77.914 30. Tumpang 41.381 40.953 82.334 31. W a g i r 50.619 48.849 99.468 32. W a j a k 51.498 51.601 103.099 33. Wonosari 27.656 27.426 55.082 TOTAL 1.513.817 1.508.324 3.022.141

(11)

3. Kondisi Ekonomi

a. Potensi Unggulan Daerah

1) Potensi Pertanian

Potensi pertanian di wilayah Kabupaten Malang sangat beraneka-ragam dan tersebar di seluruh kecamatan. Bidang

pertanian unggulan meliputi tanaman pangan, sayuran, hortikultura dan perkebunan. Unggulan tanaman pangan di wilayah Kabupaten Malang lebih didominasi oleh komoditi jagung, padi, ketela pohon, ubi jalar, dan kacang-kacangan. Untuk komoditi sayuran, daerah yang potensial adalah Wilayah Pengembangan Ngantang dimana komoditi sayuran di wilayah ini pemasarannya telah menembus supermarket-supermarket di Kota Malang. Hortikultura unggulan yang memiliki ciri khas Kabupaten Malang adalah apel dan klengkeng di Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Tumpang dan Kecamatan Jabung. Sedangkan yang masih dalam taraf pengembangan adalah perkebunan apel di Kecamatan Pujon, salak Suwaru dan pengolahannya di Desa Suwaru Kecamatan Pagelaran, alpukat di Kecamatan Wajak dan pisang di seluruh kecamatan. Sedangkan perkebunan unggulan yang cukup tinggi produksinya terdapat di Wilayah Pengembangan Dampit (seluruh kecamatan) berupa cengkeh dan tebu. Dari komoditi-komoditi unggulan tersebut memungkinkan adanya peluang pengembangan

industri pengolahan, pengembangan pasar Mantung di Kecamatan Pujon sebagai sub terminal agribisnis serta penyulingan

minyak atsiri di Kecamatan Dampit. 2) Potensi Peternakan

Potensi peternakan di wilayah Kabupaten Malang meliputi ternak besar dan ternak kecil. Ternak besar yang dominan keberadaannya dan pengembangannya sesuai di seluruh wilayah kabupaten adalah sapi potong dan kambing. Sedangkan sapi perah pengembangannya sangat sesuai pada daerah berbukit atau

(12)

pegunungan dengan suhu yang relatif rendah seperti di Kecamatan Kasembon, Ngantang, Pujon, Tumpang, Poncokusumo,

Jabung dan Wajak.

Potensi pengembangan ternak kecil di Kabupaten Malang saat ini memungkinkan adanya pengembangan kawasan-kawasan peternakan pada areal-areal pertanian yang kurang produktif dengan skala besar melalui kerjasama antara pemilik modal (swasta) dan masyarakat (pemilik tanah pertanian) dengan sistem bagi hasil. Dilihat dari klimatologi, pengembangan ternak kecil dapat dialokasikan di seluruh kecamatan. Sedangkan kawasan peternakannya sendiri dapat dialokasikan pada areal pertanian yang kurang produktif seperti tegalan.

3) Potensi Perikanan

Pengembangan bidang perikanan darat dan laut sangat potensial dan prospektif karena dari segi hidrologi Kabupaten Malang banyak dilalui oleh sungai besar dan sungai kecil serta memiliki bendungan seperti Selorejo, Karangkates, Sengguruh, Lahor dan Kaligenteng (masih dalam tahap sosialisasi). Badan-badan air tersebut sangat potensial dan dapat dimanfaatkan untuk budidaya dan pengembangan perikanan darat dengan menggunakan keramba, jala apung dan sejenisnya. Sedangkan perikanan laut sangat potensial dikembangkan pada daerah pantai Sendangbiru karena saat ini di wilayah tersebut aktivitas nelayannya paling tinggi untuk kawasan pantai selatan. Pantai Sendangbiru merupakan pensuplai perikanan laut terbesar untuk daerah Malang dan wilayah Pasuruan. Dengan kondisi tersebut, maka di Sendangbiru sudah mulai dikembangkan sebagai pusat perikanan laut dan pusat aktivitas nelayan. Meskipun sudah mulai dikembangkan sebagai pusat perikanan laut dan pusat aktivitas nelayan, wilayah perairan ini juga harus tetap dijaga kelestariannya.

(13)

4) Potensi Industri

Bidang industri di Kabupaten Malang berkembang pesat seiring dengan kemudahan aksesibilitas. Bidang industri ini tumbuh pesat khususnya pada wilayah pengembangan lingkar Kota Malang seperti Kecamatan Pakisaji, Singosari, Karangploso, Pakis, Bululawang, Dau dan Wagir. Industri besar umumnya berlokasi pada jalan utama atau kolektor primer sedangkan industri kecil tersebar di kawasan permukiman penduduk. Untuk pengembangan industri pada tahun-tahun mendatang harus diprioritaskan pada kawasan Malang Selatan untuk memeratakan pertumbuhan dan perkembangan wilayah. Kegiatan industri nantinya dapat berupa pengolahan hasil tambang sebagai bahan dasar bangunan seperti semen, kapur dan marmer dimana bahan bakunya banyak tersedia di kawasan Malang Selatan.

5) Potensi Pertambangan

Kabupaten Malang memiliki potensi pertambangan yang cukup besar dan terdapat di Kawasan Malang Selatan. Dari segi geologis dan beberapa studi menyimpulkan bahwa potensi pertambangan yang ada di Malang Selatan memang cukup besar yaitu emas, batu kapur, pasir kuarsa, pasir batu, kalsit, trass, kaolin, bentoit, marmer, zeolit, toseki, feldspar, piropilit dan fosfat. Namun demikian potensi tambang yang cukup besar ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan manfaat bagi masyarakat Kabupaten Malang serta tidak mengabaikan fungsi kelestarian lingkungan hidup. Adapun kecamatan yang menyimpan potensi

tambang dan perlu penelitian lebih lanjut adalah: Kecamatan Donomulyo, Pagak, Gedangan, Dampit, Ampelgading,

(14)

6) Potensi Pariwisata

Kabupaten Malang memiliki geomorfologis yang terdiri dari wilayah pegunungan dan dataran serta perairan pantai, sehingga membentuk bentangan-bentangan alam yang indah dengan patahan-patahan yang menyebabkan terjadinya air terjun, hamparan pantai yang luas dan berpasir putih. Selain itu Kabupaten Malang juga kaya akan peninggalan sejarah yang memungkinkan pertumbuhan dan pengembangan wilayah Kabupaten Malang yang berbasis pada pariwisata, dengan ditunjang oleh sumberdaya alam dan bidang-bidang unggulan seperti pertanian, peternakan, perikanan, industri, pertambangan dan bidang pariwisata itu sendiri. Pengembangan pariwisata dapat ditempuh melalui pengadaan paket wisata, pengembangan jalur wisata, pengadaan sarana dan prasarana penunjang seperti hotel dan penginapan serta meningkatkan aksesibilitas dengan meningkatkan kondisi jalan dan menyediakan sarana transportasi menuju obyek wisata.

b. Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas

Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) tahun 2011 sebesar Rp. 35.762.497.970.000,- tahun 2012 menjadi sebesar Rp. 40.714.733.950.000,- atau terjadi kenaikan 13,85%; sedangkan

PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) tahun 2011 sebesar

Rp. 15.662.096.520.000,- dan tahun 2012 menjadi sebesar Rp. 16.827.450.840.000,- atau kenaikan 7,44%.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sebesar 7,17%, tahun 2012 sebesar 7,44%. Dari sisi lain pertumbuhan ekonomi juga menggambarkan penguatan struktur perekonomian secara keseluruhan. Secara gradual terjadi pergeseran sektor pertanian primer tahun 2011 sebesar 29,38% pada tahun 2012 menjadi sebesar

28,59%; industri pengolahan tahun 2011 sebesar 18,58% pada tahun 2012 menjadi 18,86%; perdagangan, hotel dan restoran pada

(15)

tahun 2011 sebesar 26,28% pada tahun 2012 menjadi 26,68%; jasa-jasa pada tahun 2011 sebesar 12,95% dan pada tahun 2012 menjadi

sebesar 12,91% serta 5 sektor lainnya pada tahun 2011 sebesar 12,80% pada tahun 2012 menjadi sebesar 12,96%. Inflasi

pada tahun 2011 sebesar 6,05% dan tahun 2012 sebesar 5,96%.

Selanjutnya pendapatan perkapita tahun 2011 sebesar Rp. 14.537.725,- dan tahun 2012 sebesar Rp. 16.508.581,-.

Berdasarkan data Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi Jawa Timur tingkat kemiskinan Kabupaten Malang tahun 2011 sebesar 11,67%, pada saat yang sama tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Timur 13,85% dan Nasional sebesar 12,36%. Sejalan dengan target penurunan kemiskinan Kabupaten Malang tahun 2012 sebesar 1,5% maka dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yaitu 7,44% dan program-program pengentasan kemiskinan baik yang dilaksanakan oleh Kabupaten Malang maupun Provinsi Jawa Timur dan Nasional di Kabupaten Malang maka tingkat kemiskinan Kabupaten Malang tahun 2012 berdasarkan angka perhitungan sementara sebesar 10,17%; dimana pada saat yang sama berdasarkan angka sementara TKPK Provinsi Jawa Timur tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Timur sebesar 13,08% dan Nasional 11,66%. Dengan demikian dalam 2 tahun terakhir Kabupaten Malang mampu mencapai penurunan tingkat kemiskinan hingga berada dibawah rata-rata Provinsi Jawa Timur maupun Nasional.

Sedangkan untuk desa tertinggal yang semula sebanyak 110 desa tertinggal dari hasil verifikasi pada akhir tahun 2012 jumlah

desa tertinggal di Kabupaten Malang tersisa 51 desa tertinggal dimana ditargetkan pada akhir tahun 2014 seluruh desa di Kabupaten Malang menjadi desa maju atau sangat maju berdasarkan kriteria Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Untuk itu kegiatan pembangunan akan terus difokuskan dalam rangka pemberdayaan dan penguatan sarana dan prasarana perdesaan di lokasi desa tertinggal.

(16)
(17)

BAB II

KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

LKPJ Bupati Malang tahun 2012 adalah laporan penyelenggaraan program pembangunan pemerintahan daerah tahun 2012 yang merupakan tahun kedua dalam periode RPJMD Kabupaten Malang tahun 2010–2015. Prioritas dan sasaran pembangunan daerah tahun 2012 merupakan rumusan kebijakan pembangunan daerah yang merupakan hasil kajian dari evaluasi hasil kinerja pembangunan pada tahun sebelumnya, aspirasi masyarakat dalam Musrenbang tahunan, perkiraan kemampuan keuangan daerah dan kebijakan pembangunan tahunan pemerintah dengan mengacu kepada arahan RPJMD Kabupaten Malang tahun 2010–2015 yang memiliki Visi, Misi, Strategi dan Arah Kebijakan Daerah serta Prioritas Pembangunan sebagai berikut:

A. VISI dan MISI 1. Visi

Semangat pembangunan Kabupaten Malang dilandasi dengan pesan filosofi yang termuat dalam sesanti lambang Kabupaten Malang yaitu Satata Gama Karta Raharja, yang berarti masyarakat adil dan makmur material dan spiritual yang disertai dasar kesucian yang langgeng. Oleh karena itu tujuan pembangunan Kabupaten Malang pada setiap periode kepemerintahan mengacu pada tujuan luhur tersebut. Berdasarkan kondisi masyarakat Kabupaten Malang saat ini, permasalahan dan tantangan yang dihadapi di masa depan, serta dengan memperhitungkan faktor strategis dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, pemangku kepentingan, serta pemerintah daerah, maka

dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan untuk periode tahun 2010-2015, dicanangkan Visi Pembangunan Kabupaten Malang

(18)

“Terw ujudnya Masyarakat Kabupaten Malang yang Mandiri, Agamis, Demokratis, Produktif, Maju, Aman, Tertib dan

Berdaya Saing atau MADEP MANTEB”

Pada visi tersebut terdapat 8 kata kunci yaitu mandiri, agamis, demokratis, produktif, maju, aman, tertib dan berdaya saing artinya dalam rangka mencapai tujuan umum pembangunan Kabupaten Malang yaitu masyarakat sejahtera maka dalam 5 tahun yang akan datang ini diperlukan upaya mewujudkan:

a. Mandiri, yang dimaknai dengan pertama: kemandirian pengelolaan daerah berupa kebijakan pemerintah daerah yang mengutamakan kemampuan daerah dalam rangka mengelola potensi sumber daya alam dan buatan yang didukung oleh kemampuan sumber daya manusia, energi, infrastruktur dan pelayanan publik. Kedua: Kemandirian Masyarakat berupa sikap dan kondisi masyarakat yang memiliki semangat entrepreneurship untuk semakin mampu memenuhi kebutuhan dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. Inti dari pengertian kemandirian adalah semakin berkembangnya jiwa leadership dikalangan pemerintahan dan semangat entrepreneurship di kalangan masyarakat luas;

b. Agamis, yang dimaknai dengan kondisi masyarakat yang senantiasa menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari dan senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia yang berdampak terhadap keamanan, ketertiban dan produktivitas tinggi;

c. Demokratis, yang dimaknai dengan kondisi penyelenggaraan pemerintahan yang senantiasa melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan hukum dan keadilan; sedangkan dari sisi masyarakat terwujudnya suatu kondisi masyarakat yang modern dan majemuk, menjalani kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan falsafah Negara Pancasila, ditandai dengan perilaku bijaksana, dan

(19)

d. Produktif, yang dimaknai dengan semakin meningkatnya kualitas kinerja masyarakat sebagai pilar utama peningkatan perekonomian daerah;

e. Maju, yang dimaknai dengan semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia dan hasil-hasil pembangunan yang ditandai dengan semakin meningkatnya indeks pembangunan manusia;

f. Aman, yang dimaknai dengan semakin meningkatnya keamanan masyarakat dan terlaksananya penegakan hukum yang berkeadilan tanpa memandang kedudukan, pangkat, jabatan seseorang serta terciptanya penghormatan pada hak-hak asasi manusia;

g. Tertib, yang dimaknai dengan semakin meningkatnya kepatuhan masyarakat terhadap berbagai peraturan hukum yang berlaku;

h. Berdaya Saing, yang dimaknai dengan semakin meningkatnya kualitas produk usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi untuk bersaing di pasar lokal maupun nasional serta semakin meningkatnya daya saing daerah dalam rangka menarik minat investor.

2. Misi

Dalam rangka mencapai visi dimaksud dirumuskan misi yang berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang diberikannya. Adapun misi pembangunan Kabupaten Malang untuk 5 tahun kedepan adalah sebagai berikut:

a. Mewujudkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama, adat-istiadat dan budaya;

b. Mewujudkan pemerintahan good governance (tata kelola kepemerintahan yang baik), clean government (pemerintah yang bersih), berkeadilan, dan demokratis;

c. Mewujudkan supremasi hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM); d. Mewujudkan kondisi lingkungan yang aman, tertib, dan damai; e. Mewujudkan peningkatan ketersediaan dan kualitas infrastruktur;

(20)

f. Mewujudkan sumber daya manusia yang produktif dan berdaya saing; g. Mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berbasis

pertanian dan pemberdayaan masyarakat perdesaan;

h. Mewujudkan peningkatan kualitas dan fungsi lingkungan hidup, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan.

B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH 1. Strategi

Strategi merupakan kebijakan-kebijakan yang diambil dalam rangka mengimplementasikan tujuan dan sasaran pembangunan sebagai penjabaran visi dan misi sebagai berikut:

a. Peningkatan akhlak mulia dan kesholehan sosial; strategi diarahkan melalui penguatan lembaga/tokoh agama, sosial budaya dengan memberikan bantuan pembinaan dan pemberdayaan yang sinergi dengan program-program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah/pemerintah daerah. Dengan penguatan lembaga/tokoh ini diharapkan peran dan fungsi lembaga/tokoh dalam rangka pembinaan umat dan masyarakat pada umumnya dapat lebih optimal, sehingga akan terwujud masyarakat Kabupaten Malang yang berakhlak mulia dan berkesalehan sosial sebagai modal dasar pembangunan;

b. Peningkatan kelembagaan SKPD dan profesionalisme aparatur; strategi diarahkan melalui penguatan wewenang, tugas pokok dan fungsi SKPD, peningkatan profesionalisme aparatur termasuk peningkatan leadership, peningkatan sarana dan prasarana kerja serta penguatan anggaran SKPD. Diharapkan dengan kuatnya SKPD maka akan meningkatkan pula kemampuan melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat;

(21)

c. Peningkatan sistem informasi hukum dan komunikasi publik; strategi diarahkan melalui penguatan jejaring informasi hukum dan informasi pembangunan termasuk peningkatan pengetahuan masyarakat dibidang hukum dan Hak Asasi Manusia melalui penyuluhan hukum dan deseminasi produk-produk hukum daerah untuk disebarluaskan kepada masyarakat;

d. Peningkatan keamanan dan ketertiban masyarakat; strategi diarahkan melalui penguatan pengamanan swakarsa dengan memperkuat peran dan fungsi satuan perlindungan masyarakat, termasuk sosialisasi mitigasi bencana dan kerjasama bidang keamanan antara pemerintah daerah dengan aparat keamanan;

e. Peningkatan ketersediaan dan kualitas infrastruktur; strategi diarahkan melalui pemeliharaan dan pembangunan sarana kebinamargaan, pengairan, keciptakaryaan dan tata ruang serta permukiman dengan mengutamakan infrastruktur yang secara langsung berdampak pada perekonomian masyarakat yaitu peningkatan produksi dan ketahanan pangan, pengembangan industri, lokasi dan paket wisata, serta desa tertinggal dan sentra kemiskinan. Selain daripada itu dalam rangka mendukung pemanfaatan ruang secara lebih optimal akan ditetapkan ruang terbuka hijau, kawasan industri dan kawasan khusus lainnya. Berkaitan dengan penyediaan infrastruktur strategis seperti jalan tol Pandaan–Malang, Jalan Lintas Selatan Jawa Timur, Bandar Udara Abdulrachman Saleh dan Pelabuhan Perikanan Nusantara Sendang Biru dalam 5 tahun ke depan terus akan didorong pembangunannya. Khusus untuk transportasi akan dilakukan penataan ulang manajemen transportasi sesuai dengan trend kebutuhan setelah berfungsinya infrastruktur strategis tersebut, seperti jalan-jalan sirip dan jalan antar kota kecamatan di wilayah Malang Raya termasuk kawasan-kawasan permukiman, dimana wilayah Kabupaten Malang merupakan wilayah tampungan bagi kota Malang dan kota Batu. Untuk percepatan pembangunan prasarana perdesaan dilakukan kemitraan bersama pemerintahan desa dan masyarakat;

(22)

f. Peningkatan mutu dan daya saing sumber daya manusia; strategi diarahkan melalui penguatan lembaga pendidikan guna kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan fasilitas pendidikan yang murah dan bermutu, penguatan lembaga pelayanan kesehatan untuk kemudahan masyarakat mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau serta penguatan lembaga dan sarana prasarana olah raga dan seni budaya dalam rangka menunjang olah raga prestasi maupun olah raga masyarakat guna menciptakan masyarakat sehat dan produktif. Selain daripada itu dilakukan pula kemitraan dengan lembaga perguruan tinggi terutama dibidang penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat; g. Peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi; strategi diarahkan

melalui peningkatan produksi komoditas andalan seperti pertanian pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, industri pengolahan, perdagangan dan jasa, serta mendorong pengembangan produk potensial seperti pertambangan dan pariwisata. Selain itu juga diarahkan melalui peningkatan investasi dan pengembangan produk industri untuk tujuan ekspor. Dari aspek sumberdaya manusia dilakukan pula peningkatan dan pengembangan semangat entrepreneurship terutama pada generasi muda dan angkatan kerja agar mampu menciptakan lapangan kerja lokal. Strategi lainnya ialah mengembangkan produk unggulan 1 desa/kelurahan 1 produk unggulan utama dan 1 kecamatan 1 produk unggulan utama dengan memperkuat basis pasar lokal melalui gerakan “Cinta dan Bangga Mengkonsumsi Produk Lokal”;

h. Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan; strategi diarahkan melalui penataan tata ruang pertambangan, selektif dalam memberikan izin pengelolaan sumberdaya alam yang rentan pencemaran, menata kembali ruang terbuka hijau dan melaksanakan gerakan penghijauan dan penghutanan kembali bersama masyarakat.

(23)

2. Arah Kebijakan Daerah

Dalam rangka melaksanakan strategi pembangunan sebagaimana tersebut di atas dirumuskan arah kebijakan umum sebagai berikut: a. Mendorong maju dan berkembangnya lembaga keagamaan, lembaga

pendidikan keagamaan dan sosial budaya dengan mengajak serta tokoh agama dan budaya dalam merumuskan kebijakan pembangunan dan mensosialisasikannya kepada masyarakat, dengan rincian:

1). Meningkatkan kualitas pendidikan agama dan pendidikan keagamaan pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan; 2). Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar zakat,

wakaf, infaq, dan shodaqoh;

3). Meningkatkan kualitas penataan dan pengelolaan serta pengembangan fasilitas ibadah, dengan memperhatikan kepentingan seluruh lapisan umat beragama dengan akses yang sama bagi seluruh pemeluk agama;

4). Meningkatkan pembinaan keluarga harmonis untuk menempatkan keluarga sebagai pilar utama pembentukan moral dan etika;

5). Meningkatkan pemberdayaan organisasi kemasyarakatan, sosial keagamaan, dan lembaga swadaya masyarakat dalam mencegah dan mengevaluasi ketidak adilan, diskriminasi dan ketimpangan sosial sebagai bagian penting dari upaya pembangunan masyarakat sipil yang kokoh;

6). Meningkatkan kerjasama intern dan antar umat beragama di bidang sosial ekonomi;

7). Mereaktualisasi nilai-nilai budaya daerah sebagai salah satu dasar pengembangan etika sosial;

8). Meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya daerah; 9). Mengembangkan potensi ekonomi lokal yang berbasiskan

(24)

b. Memperkuat kelembagaan, tugas pokok, fungsi serta norma standar pelayanan SKPD, meningkatkan kesejahteraan pegawai dan melengkapi prasarana dan sarana kerja, meningkatkan diklat aparatur, memberikan penghargaan dan sanksi kepada pejabat dan pegawai secara konsisten dengan rincian:

1). Menerapkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) pada semua tingkat dan lini pemerintahan di

semua kegiatan;

2). Menyusun rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan tahunan secara partisipatif;

3). Menata kelembagaan pemerintahan yang lebih efektif;

4). Meningkatkan efektifitas dan efisiensi ketatalaksanaan dan prosedur pada semua lini pemerintahan;

5). Mengoptimalkan pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (e-Government) dalam penyelenggaraan pemerintahan;

6). Meningkatkan pelayanan publik terutama pelayanan dasar, pelayanan umum dan pelayanan unggulan;

7). Memperkuat peran masyarakat sipil (Civil Society); 8). Memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi;

9). Memberikan jaminan bagi pengembangan media dan kebebasan media dalam mengkomunikasikan kepentingan masyarakat. c. Membangun sistem informasi dan komunikasi publik, sosialisasi dan

deseminasi produk hukum serta kunjungan ke desa dan dusun terpencil dalam rangka dialog pembangunan dengan rincian:

1). Menata kembali substansi hukum melalui peninjauan dan penataan kembali produk hukum untuk mewujudkan tertib perundang-undangan dengan memperhatikan asas umum dan hirarkhi perundangan-undangan dan menghormati serta memperkuat kearifan lokal;

(25)

2). Membenahi struktur hukum melalui penguatan kelembagaan dengan meningkatkan profesionalisme aparat hukum;

3). Meningkatkan budaya taat hukum pada masyarakat; 4). Meningkatkan hukum secara adil dan tidak diskriminatif;

5). Meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas dan taraf hidup perempuan;

6). Meningkatkan kampanye anti trafficking dan anti kekerasan perempuan dan anak;

7). Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan bagi perempuan dan anak;

8). Meningkatkan kelembagaan dan pemberdayaan perempuan. d. Mendorong terwujudnya pengamanan swakarsa, menggalakkan

kembali pos keamanan lingkungan dan kerjasama dengan aparat keamanan dalam membangun sistem keamanan dan ketertiban masyarakat terpadu dan komprehensif dengan mengajak serta tokoh agama, sosial, budaya dan tokoh masyarakat, dengan rincian:

1). Meningkatkan kemampuan mencegah, menangkal dan menindak kejahatan melalui deteksi dini dan keterlibatan para tokoh masyarakat;

2). Meningkatkan upaya sinergis komprehensif dalam menyeimbangkan dan memadukan pengurangan pemasokan dan permintaan narkoba;

3). Meningkatkan profesionalisme aparat Satuan Polisi Pamong Praja melalui pembinaan kinerja dengan meningkatkan sumberdaya organisasi dan manajemen serta pemantapan struktur organisasi Satuan Polisi Pamong Praja;

4). Meningkatkan kerjasama dengan Kepolisian dalam upaya menciptakan ketentraman dan ketertiban;

(26)

e. Membangun dan memelihara infrastruktur perhubungan, kebinamargaan, pengairan, keciptakaryaan/permukiman, energi dengan memprioritaskan untuk kepentingan mendorong perekonomian pariwisata dan pengentasan kemiskinan; dengan rincian:

1). Menangani seluruh ruas jalan dengan mengutamakan pemeliharaan rutin dan berkala;

2). Meningkatkan daya dukung dan kapasitas jalan dan jembatan untuk mengantisipasi pertumbuhan lalu lintas;

3). Membangun sistim jaringan jalan yang mendukung kawasan strategis potensial;

4). Meningkatkan sikap profesionalisme dan kemandirian institusi dan sumber daya manusia bidang penyelenggaraan prasarana jalan;

5). Meningkatkan peran serta aktif masyarakat dan swasta untuk pembiayaan pembangunan prasarana jalan;

6). Mengelola sumber daya air yang dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir, antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara pengelolaan demand dan pengelolaan supply, serta antara pemenuhan kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang;

7). Mendayagunakan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi, yang 5 tahun ke depan difokuskan pada upaya peningkatan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun tapi belum berfungsi, rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan, dan peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan;

(27)

8). Mendayagunakan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di wilayah rawan defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis;

9). Mengembangkan dan mengelola sumber daya air dan penataan kelembagaan melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan;

10). Menata dan memperkuat sistem pengolahan data dan informasi sumber daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara berkesinambungan sehingga tercipta basis data yang dapat dijadikan dasar acuan perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air;

11). Memantapkan rencana detail tata ruang kota, kecamatan dan kawasan strategis;

12). Menyelesaikan pembangunan gedung perkantoran, dan sarana prasarana pemerintahan terutama di Ibukota Kepanjen;

13). Memberikan dukungan pada Gerakan Nasional Pembangunan Sejuta Rumah (GNPSR) melalui penyediaan hunian rumah sederhana sehat, rumah susun sewa dengan melibatkan semua stakeholders;

14). Memberikan dorongan pada pembangunan perumahan yang bertumpu pada kemandirian (swadaya) kelompok masyarakat; 15). Menciptakan pola subsidi baru pembangunan perumahan yang

tepat sasaran;

16). Meningkatkan pemahaman peraturan jasa konstruksi dan pembinaan teknis pengelolaan/pembangunan gedung negara; 17). Mengembangkan teknologi pembangunan bidang perumahan

permukiman;

18). Meningkatkan peran serta seluruh stakeholders dalam upaya mencapai sasaran target cakupan pelayanan air minum di perkotaan dan perdesaan;

(28)

19). Menunjang pelaksanaan pengendalian kebocoran air minum; 20). Mendorong terbentuknya regionalisasi pengelolaan air minum; 21). Meningkatkan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah di

perkotaan dan perdesaan;

22). Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat dalam pelestarian sumber air serta dalam pemeliharaan dan pengelolaan sarana air minum dan air limbah;

23). Mendorong upaya realisasi pembangunan dan pengelolaan sarana air minum dan air limbah dengan mitra usaha swasta; 24). Mendorong terwujudnya sistem pembuangan air limbah terpusat

terutama di perkotaan;

25). Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana sanitasi di perdesaan;

26). Meningkatkan peran serta seluruh stakeholders dalam mencapai sasaran pembangunan persampahan dengan prinsip 3R;

27). Meningkatkan upaya realisasi pembangunan dan pengelolaan sampah dengan mitra usaha swasta;

28). Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan sarana persampahan dan drainase serta peningkatan kesadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS);

29). Mengarahkan kebijakan pembangunan energi pada pemerataan dan pemenuhan distribusi energi yang tepat dan efisien khususnya pada bagian hilir, serta pengembangan dan pemanfaatan potensi energi baru terbarukan.

f. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan, mengembangkan sekolah kejuruan yang mampu menghasilkan SDM yang memiliki daya saing tinggi, mengembangkan Puskesmas sebagai pusat informasi masyarakat sehat, sekolah dan pelayanan kesehatan gratis bagi keluarga miskin, dengan rincian:

(29)

1). Meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi bidang pendidikan antara Kabupaten, Provinsi dan Nasional;

2). Meningkatkan kualitas lulusan melalui peningkatan kualitas pendidikan yang bermuara pada peningkatan kualitas sumber daya yang mampu mengakomodasikan kepentingan pembangunan dengan cara meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik maupun peningkatan sarana dan prasarana pendidikan;

3). Memberdayakan orang tua siswa dan masyarakat sebagai stakeholders sekolah dalam mewujudkan peningkatan mutu pendidikan yang berbasis sekolah, dengan menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif yang memungkinkan terciptanya sekolah yang mandiri dan memiliki akuntabilitas yang baik; 4). Meningkatkan layanan pendidikan ketrampilan bagi anak luar

biasa agar dapat hidup mandiri;

5). Mengoptimalkan peran komite sekolah;

6). Meningkatkan penyelenggaraan Pendidikan yang Berorientasi Kecakapan Hidup (PBKH) atau life skill berdasarkan paradigma Broad Based Education (BBE);

7). Meningkatkan kompetensi pendidikan kejuruan untuk

meningkatkan kualitas lulusan dalam rangka memasuki dunia kerja;

8). Memanfaatkan sistem pendidikan jarak jauh/terbuka dengan mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi pendidikan;

9). Mendorong terwujudnya upaya-upaya ke arah pemberdayaan budaya lokal dan tradisional untuk meningkatkan fungsinya sebagai asset pendidikan, maupun ilmu pengetahuan;

10). Memperbanyak penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kecil di Pondok Pesantren;

(30)

11). Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh masyarakat menuju tercapainya manusia berkualitas tinggi dengan meningkatkan anggaran pendidikan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah;

12). Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan kecakapan hidup secara terarah, terpadu dan menyeluruh, melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen masyarakat, agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya; 13). Meningkatkan efisiensi penyelenggaran pendidikan dengan

memberdayakan dan meningkatkan kualitas lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat, didukung oleh sarana dan prasarana untuk menciptakan sistem pendidikan yang efektif dan efisien; 14). Mewujudkan iklim dan sistem pendidikan yang demokratis dan

bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketrampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia;

15). Mewujudkan suatu sistem pendidikan yang terpadu sesuai dengan tuntutan dunia kerja yang mengutamakan kerjasama sinergi dengan masyarakat;

16). Mengembangkan dan melembagakan pendidikan kecakapan hidup pada berbagai lembaga dan satuan pendidikan baik pada jalur pendidikan sekolah maupun pada jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat dan pemerintah;

(31)

17). Mengembangkan program pendidikan kecakapan hidup yang difokuskan pada menyiapkan warga belajar untuk usaha mandiri dan permintaan pasar kerja;

18). Mengembangkan program pendidikan kecakapan hidup yang diorientasikan dan diintegrasikan dengan pengembangan industri dan ekonomi masyarakat tingkat lokal, dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan lokal;

19). Memanfaatkan seoptimal mungkin berbagai potensi dari elemen masyarakat, prasarana dan sarana yang ada di masyarakat untuk pengembangan penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup;

20). Memberikan fasilitas dan insentif pada daerah untuk meningkatkan penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup; 21). Mengintegrasikan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup

dengan berbagai program pembangunan yang dilaksanakan bagi masyarakat desa, kota dan masyarakat terasing;

22). Melakukan sosialisasi program pendidikan keaksaraan kepada masyarakat luas terutama pada masyarakat pedesaan, baik melalui media cetak atau elektronik maupun wadah-wadah pertemuan kegiatan sosial kemasyarakatan. Meningkatkan kualitas pelayanan pada setiap strata pelayanan;

23). Mengembangkan jaminan kesehatan bagi penduduk terutama keluarga miskin;

24). Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pendayagunaan tenaga kesehatan;

25). Meningkatkan kualitas lingkungan sehat dan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta mendorong pemberdayaan masyarakat;

26). Meningkatkan pembinaan dan pengawasan obat dan perbekalan kesehatan:

(32)

a). Meningkatkan pemerataan fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan;

b). Mengembangkan manajemen dan regulasi bidang kesehatan;

c). Mempertajam prioritas penelitian, pengembangan dan rekayasa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berorientasi pada permintaan dan kebutuhan masyarakat dan dunia usaha dan serta berbagai masukan dalam pembuatan kebijakan Pemerintah Daerah;

d). Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas IPTEK dengan memperkuat kelembagaan, sumberdaya dan jaringan;

e). Menciptakan fleksibilitas pasar kerja dengan memperbaiki aturan main ketenagakerjaan yang berkaitan dengan recruitment, outsourcing, pengupahan, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), serta memperbaiki aturan main yang mengakibatkan perlindungan yang berlebihan; f). Menciptakan kesempatan kerja melalui investasi. Dalam hal

ini Pemerintah akan menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan peningkatan investasi. Iklim usaha yang kondusif memerlukan stabilitas ekonomi, politik dan keamanan, biaya produksi yang rendah, kepastian hukum serta peningkatan ketersediaan infrastruktur;

g). Memperbarui program-program perluasan kesempatan kerja yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain adalah program pekerjaan umum, kredit mikro, pengembangan UMKM dan Koperasi, serta program-program pengentasan kemiskinan; h). Menyempurnakan kebijakan program pendukung program

penempatan dan pengembangan kesempatan kerja dengan mendorong terbentuknya jejaring informasi ketenagakerjaan dan informasi pasar kerja serta Perencanaan Tenaga Kerja Daerah;

(33)

g. Memacu pertumbuhan sektor andalan pertanian tanaman pangan,

perkebunan, peternakan, perikanan, industri, perdagangan dan jasa-jasa; serta mendorong pertumbuhan sektor potensi seperti

pariwisata, pertambangan dan jasa kontruksi/bangunan dengan mengarusutamakan peran usaha mikro kecil menengah dan koperasi dan pengentasan kemiskinan dengan rincian:

1). Mendorong pemerataan pembangunan dengan percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah tertinggal, strategis dan cepat tumbuh yang mempunyai potensi sumber daya alam dan lokasi yang strategis dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antar sektor, dunia usaha, dan masyarakat guna mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah termasuk kerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota, provinsi dan pihak-pihak lainnya;

2). Menciptakan kawasan ekonomi terpadu yang didasarkan pada keterkaitan antar sektor ekonomi dan kawasan sentra produksi melalui pengembangan sektor unggulan dan potensial serta menciptakan pusat pengembangan baru yang berorientasi pada sektor primer. Kebijakan dalam pengamanan ketahanan pangan diarahkan untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dan meningkatkan ketersediaan pangan hasil ternak dan ikan. Kebijakan pengembangan peternakan diarahkan untuk meningkatkan populasi ternak dan produksi hasil ternak agar ketersediaan dan keamanan pangan hewani dapat lebih terjamin untuk mendukung peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM); melakukan penganekaragaman pangan untuk menurunkan ketergantungan pada beras dengan melakukan rekayasa sosial terhadap pola konsumsi masyarakat;

(34)

3). Mendorong peningkatan produksi sektor andalan: pertanian dalam arti luas, industri, perdagangan, pariwisata, dan jasa serta mendorong percepatan pengembangan sektor potensi seperti kelautan dan perikanan, pertambangan, bangunan dan konstruksi;

4). Mewujudkan peningkatan produksi, efisiensi, produktivitas, daya saing dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan diarahkan untuk a) Pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan kewilayahan terpadu dengan konsep Cooperative Farming. Pendekatan ini akan meningkatkan kelayakan dalam pengembangan/skala ekonomi, sehingga akan lebih meningkatkan efisiensi dan nilai tambah serta mendukung

pembangunan pedesaan dan perekonomian daerah; b) Peningkatan daya saing produk pertanian dan perikanan,

melalui dorongan dan insentif untuk peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian dan perikanan, peningkatan standar mutu komoditas pertanian dan keamanan pangan serta mengupayakan perlindungan petani dan nelayan dari persaingan yang tidak sehat; c) Penguatan sistem pemasaran dan manajemen usaha untuk mengatasi resiko usaha pertanian

maupun dalam mendukung pengembangan agroindustri; d) Peningkatan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan

kelautan dalam mendukung ekonomi dan tetap menjaga kelestariannya, melalui: penataan dan perbaikan lingkungan perikanan budidaya; penataan industri perikanan dan kegiatan ekonomi masyarakat di wilayah pesisir; perbaikan dan peningkatan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap, terutama di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE); peningkatan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan; peningkatan kualitas pengolahan dan nilai tambah produk perikanan melalui pengembangan teknologi pasca tangkap/panen; dan peningkatan kemampuan SDM, penyuluh, dan pendamping perikanan;

(35)

5). Kebijakan dalam meningkatkan kemampuan petani dan nelayan serta pelaku pertanian dan perikanan lain serta penguatan lembaga pendukungnya, diarahkan untuk: a) Revitalisasi penyuluhan dan pendampingan petani, termasuk peternak, nelayan, dan pembudidaya ikan; b) Menghidupkan dan memperkuat lembaga pertanian dan perdesaan untuk meningkatkan akses petani dan nelayan terhadap sumberdaya produktif; c) Peningkatan kemampuan/kualitas SDM pertanian/ perikanan;

6). Kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan diarahkan untuk: a) Optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan hutan tanaman dan hasil hutan non kayu secara berkelanjutan; b) Peningkatan nilai tambah dan manfaat hasil hutan kayu; c) Peningkatan partisipasi kepada masyarakat luas dalam pengembangan hutan tanaman; d) Peningkatan produksi hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan; e) Pengawasan peredaran hasil hutan untuk menjamin kelangsungan sistem distribusi legal; f) Akselerasi rehabilitasi hutan dan lahan didalam dan diluar kawasan hutan;

7). Meningkatkan promosi dan pemasaran produk-produk pertanian dan perdesaan lainnya untuk meningkatkan kontinuitas pasokan, khususnya ke pasar perkotaan terdekat serta industri olahan berbasis sumber daya lokal;

8). Memperluas akses masyarakat, terutama kaum perempuan ke sumberdaya-sumberdaya produktif untuk pengembangan usaha seperti lahan, prasarana sosial ekonomi, permodalan, informasi, teknologi, dan inovasi; serta akses masyarakat ke pelayanan publik dan pasar;

9). Meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan melalui peningkatan kualitasnya, baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan, serta penguatan kelembagaan dan modal sosial masyarakat perdesaan berupa jaringan kerjasama untuk memperkuat posisi tawar;

(36)

10). Menyempurnakan berbagai kebijakan yang merintangi aksesibilitas dan lebih berpihak kepada rakyat miskin serta konsisten dalam pelaksanaannya;

11). Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha melalui kebijakan yang mampu mengentaskan kemiskinan;

12). Menajamkan program pembangunan lintas sektor dan lintas pelaku yang diarahkan pada desa-desa dan kantong-kantong komunitas miskin;

13). Meningkatkan pemenuhan dan aksesibilitas masyarakat miskin terhadap ketersediaan pangan yang memadai dan bermutu; 14). Menata dan mengembangkan sektor informal perkotaan melalui

penyediaan fasilitas tempat usaha yang strategis, sehat, dan tidak mengganggu sektor dan penyedia/pengguna jasa lainnya; 15). Meningkatkan akses dan layanan permodalan dan

pengembangan usaha bagi masyarakat miskin dengan memberikan skim khusus (bunga rendah) tetapi tetap memperhatikan mekanisme pasar yang ada;

16). Mengembangkan potensi wilayah dan cluster ekonomi perdesaan baik pada daerah pesisir, sekitar hutan, persawahan, pertambakan, dan daerah-daerah sekitar kawasan industri dengan mengembangkan produk unggulan yang spesifik dan kompetitif serta mempunyai dampak langsung terhadap

percepatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja;

17). Mengembangkan kapasitas yang berorientasi pada penguatan peran pemerintah sebagai fasilitator dan katalisator pembangunan serta mengembangkan secara sinergi dengan kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Perguruan Tinggi dalam rangka fasilitasi atas pemberdayaan masyarakat miskin;

18). Meningkatkan keterlibatan masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan pembangunan terutama yang secara langsung menyangkut kepentingan dan eksistensinya melalui forum dialog yang konstruktif.

(37)

h. Mengendalikan arahan perencanaan tata ruang, selektif dalam pemberian izin industri yang rawan pencemaran, penghutanan/ penghijauan lahan kritis dan pembuatan mitigasi bencana untuk antisipasi dini, dengan rincian:

1). Mengarahkan pembangunan kehutanan pada:

a). Memperbaiki sistem pengelolaan hutan termasuk meningkatkan pengawasan dan penegakan hukumnya;

b). Mengefektifkan sumber daya yang tersedia dalam pengelolaan hutan.

2). Mengarahkan pembangunan kelautan pada:

a). Membangun sistem pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut, yang disertai dengan penegakan hukum yang ketat;

b). Meningkatkan upaya konservasi pesisir dan laut, serta merehabilitasi ekosistem yang rusak seperti mangrove dan terumbu karang;

c). Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di wilayah pesisir, laut dan perairan tawar;

d). Menggiatkan kemitraan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut.

3). Mengarahkan pembangunan lingkungan hidup pada:

a). Mengarusutamakan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke seluruh bidang pembangunan;

b). Meningkatkan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup; c). Meningkatkan upaya penegakan hukum secara konsisten

kepada pencemar lingkungan;

d). Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola lingkungan hidup; e). Membangun kesadaran masyarakat agar peduli pada isu

lingkungan hidup dan berperan aktif sebagai kontrol sosial dalam memantau kualitas lingkungan hidup;

(38)

4). Kerjasama lintas wilayah dalam penanganan kawasan lindung, kawasan budidaya dan pemanfaatan struktur ruang yang berbatasan.

C. PRIORITAS PEMBANGUNAN TAHUN 2012

Dengan mengacu pada Rencana Kerja Pembangunan (RKP) tahun 2012 dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Timur tahun 2012, tema pembangunan Kabupaten Malang tahun 2012 adalah:

Percepatan Pembangunan Infrastruktur untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahateraan Rakyat serta

Meningkatkan Daya Saing Daerah” dengan prioritas pembangunan sebagai berikut:

1. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur meliputi kebinamargaan, pengairan, keciptakaryaan dan listrik perdesaan serta energi terbarukan;

2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui sektor andalan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, industri, perdagangan, pariwisata melalui pengembangan UMKM dan koperasi serta pemberdayaan masyarakat perdesaan;

3. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang produktif dan berdaya saing; 4. Meningkatkan kualitas dan kemudahan pelayanan kesehatan dalam

rangka mewujudkan sumber daya manusia yang produktif dan berdaya saing;

5. Meningkatkan pelayanan publik melalui pelayanan terpadu perijinan usaha dan pelayanan keliling;

6. Mewujudkan supremasi hukum dan HAM melalui penyuluhan hukum serta perlindungan perempuan dan anak;

7. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama, Pancasila, dan budaya lokal;

(39)

8. Meningkatkan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat melalui pengamanan swakarsa dan memperkuat peran dan fungsi perlindungan masyarakat di perdesaan;

9. Meningkatkan kualitas dan fungsi lingkungan hidup, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan.

(40)
(41)

BAB III

KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti dengan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan suatu subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Yang melatarbelakangi ditetapkannya peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara/daerah adalah adanya keinginan untuk mengelola keuangan negara dan daerah secara efektif dan efisien, dan tentunya dilaksanakan melalui tata kelola pemerintahan yang baik, yang memiliki tiga pilar utama yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.

Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan suatu rangkaian siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang pelaksanaannya dimulai dari perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pengawasan/pemeriksaan sampai dengan pertanggungjawaban keuangan daerah yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Tahun Anggaran 2012 penyusunan APBD Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2012 telah dilaksanakan dan ditetapkan tepat waktu dengan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 01 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2012, dan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 09 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2012.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang secara teknis mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 jo

(42)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang menyatakan bahwa

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran, yang terdiri atas Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah.

A. Pengelolaan Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah adalah semua penerimaan uang melalui Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar dan merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Dalam rangka peningkatan pendapatan daerah Pemerintah Kabupaten Malang secara kontinyu berupaya melakukan terobosan intensifikasi dan ekstensifikasi, sehingga apabila terjadi penurunan pada salah satu sektor pendapatan, dapat diupayakan untuk meningkatkan sektor lainnya yang memiliki potensi tinggi. Kebijakan pendapatan diarahkan untuk penggalian Pendapatan Asli Daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi dengan penuh kehati-hatian (karena sebagian besar sumber Pendapatan Asli Daerah merupakan pengusaha/wajib pajak golongan kecil menengah) dan optimalisasi dana perimbangan (DAU, DAK, dan bagi hasil pajak dan bukan pajak) sehingga lebih proporsional serta menggali potensi pendapatan lain yang sah.

Pendapatan Daerah terdiri atas 3 (tiga) kelompok yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Pendapatan Asli Daerah merupakan cerminan kemampuan dan potensi daerah, sehingga besarnya penerimaan PAD dapat mempengaruhi kualitas otonomi daerah. Semakin tinggi kualitas otonomi daerah, maka ketergantungan dengan Pemerintah Pusat semakin berkurang. Sedangkan Dana Perimbangan merupakan sumber Pendapatan Daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan.

(43)

1. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah

Dalam rangka meningkatkan Pendapatan Daerah pada Tahun Anggaran 2012 dan sesuai dengan kebijakan teknis operasional di bidang pendapatan, maka dilakukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi yang antara lain sebagai berikut:

a. Mengoptimalkan penerimaan daerah dengan cara membenahi manajemen data penerimaan PAD, meningkatkan penerimaan pendapatan non-konvensional, melakukan evaluasi dan revisi terhadap Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang perlu disesuaikan, menetapkan target penerimaan berdasarkan potensi penerimaan, dan mengembangkan kelembagaan pengelolaan keuangan daerah sesuai kebutuhan daerah;

b. Membuat database dan pemetaan data tentang potensi pendataan daerah sebagai data dasar penghitungan PAD;

c. Menetapkan sumber pendapatan daerah unggulan yang bersifat elastis terhadap perkembangan basis pungutannya dan less distortive terhadap perekonomian;

d. Pemantapan kelembagaan dan sistem operasional pemungutan pendapatan daerah;

e. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang pendapatan daerah dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan SKPD penghasil; f. Mengoptimalkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah untuk memberikan

kontribusi secara signifikan terhadap pendapatan daerah;

g. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; dan

(44)

2. Target dan Realisasi Pendapatan

Target Pendapatan Pemerintah Kabupaten Malang pada Tahun Anggaran 2012 sebagaimana yang tertuang dalam APBD dianggarkan sebesar

Rp..2.188.888.436.055,64 dan dapat direalisasikan sebesar

Rp..2.218.926.449.767,46 atau mencapai sebesar 101,37%, dengan

perincian rencana dan realisasi pendapatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Komposisi Rekapitulasi Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2012

No Uraian Tahun Anggaran 2012 setelah perubahan Anggaran pendapatan Realisasi Pendapatan %

1 PAD 176.637.112.710,64 197.878.494.236,46,- 112,03 2 Dana Perimbangan 1.529.289.258.515,- 1.547.448.684.110,- 101,19 3 Lain-Lain Pendapatan daerah yang sah 482.962.064.830,- 473.599.271.421,- 98,06

Jumlah 2.188.888.436.055,64 2.218.926.449.767,46 101,37 *) Data sebelum dilakukan pemeriksaan BPK

Dari tabel tersebut terlihat bahwa realisasi PAD telah melampaui target yang diharapkan. Dalam hal ini PAD tahun 2012 realisasinya sebesar Rp..197.878.494.236,46 atau mencapai 112,03% dari target yang diharapkan. Untuk Dana Perimbangan realisasinya pada tahun 2012 sebesar Rp..1.547.448.684.110,- atau mencapai 101,19% dari target yang direncanakan dan realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah realisasinya sebesar Rp..473.599.271.421,- atau mencapai pada kisaran

98,06%.

Jika dilihat dari komposisi anggarannya, terlihat bahwa PAD menyumbang

8,92% dari total realisasi pendapatan Kabupaten Malang di tahun 2012.

Sedangkan untuk dana perimbangan memberikan kontribusi terbesar, yaitu

(45)

Kontribusi PAD Kabupaten Malang yang sebesar 8,92% di tahun 2012 ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan komposisi pendapatan rata-rata secara nasional yang berada di kisaran 19,82%, artinya bahwa kemampuan/kemandirian daerah masih tergantung dari dana Pusat.

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang berasal dari: (1) Pajak Daerah; (2) Retribusi Daerah; dan (3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; serta (4) Lain-Lain PAD yang Sah.

Penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Malang pada Tahun Anggaran 2012 direncanakan Rp. 176.637.112.710,64 dan dapat direalisasikan lebih besar dibandingkan target semua, yaitu sebesar Rp. 197.878.494.236,46 atau penerimaannya mencapai 112,03%. Sumbangan terbesar dari PAD Kabupaten Malang adalah berasal dari hasil pajak daerah, yaitu mencapai 129,15% dari target anggaran pendapatan pajak daerah.

Adapun perincian PAD Kabupaten Malang pada Tahun Anggaran 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Perincian Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2012

No Uraian Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan Anggaran Pendapatan Realisasi Pendapatan %

1 Pajak Daerah 55.207.000.000,- 71.301.888.447,01 129,15 2 Retribusi Daerah 50.433.899.316,- 42.776.587.434,95 84,82 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan 10.560.597.611,63 10.508.131.832,54 99,50 4 Lain - Lain PAD yang Sah 60.435.615.783,01 73.291.886.521,96 121,27

Jumlah 176.637.112.710,64 197.878.494.236,46 112,03 *) Data sebelum dilakukan pemeriksaan BPK

(46)

Terlihat dalam tabel tersebut di atas bahwa komponen hasil pajak daerah melampaui target realtif lebih besar dari yang direncanakan semula. Tingginya realisasi pajak daerah tahun 2012 ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi Kabupaten Malang terus mengalami kemajuan dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan usaha dalam menggali sumber-sumber potensial penerimaan pajak daerah. Tingginya realisasi dari hasil pajak daerah juga menunjukkan bahwa masyarakat dan dunia usaha Kabupaten Malang telah sadar dan berperan aktif dalam upaya pembangunan Kabupaten Malang. Melalui penguatan sumber-sumber pendapatan daerah (terutama pajak), maka diharapkan terdapat peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.

1). Pajak Daerah

Jenis pajak daerah yang direncanakan menjadi bagian Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Malang meliputi: (1) Pajak Hotel; (2) Pajak Restoran; (3) Pajak Hiburan; (4) Pajak Reklame; (5) Pajak Penerangan Jalan; (6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; (7) Pajak Parkir; (8) Pajak Sarang Burung; (9) Pajak Air Tanah; dan (10) Bea Per Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Penerimaan dari Pajak Daerah Kabupaten Malang pada Tahun Anggaran 2012 direncanakan Rp. 55.207.000.000,- dan dapat direalisasikan lebih besar dibandingkan target semua, yaitu sebesar Rp. 71.301.888.447,01 atau penerimaannya mencapai 129,15%. Hal ini disebabkan oleh semakin membaiknya kegiatan perekonomian di Kabupaten Malang yang berdampak terhadap meningkatnya kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Adanya kesadaran wajib pajak dalam melakukan pembayaran pajak daerah dan seringnya dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi yaitu dengan meninjau kembali terhadap obyek pajak yang belum dibayar sesuai dengan Perda dan melakukan pendataan terhadap obyek pajak yang belum terpungut. dengan rincian hasil pajak daerah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(47)

Tabel 3.3

Perincian Pendapatan Pajak Daerah Tahun Anggaran 2012

No Uraian

Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan Anggaran Pendapatan Realisasi Pendapatan %

1 Pajak Hotel 1.000.000.000,- 1.404.334.544,- 140,43 2 Pajak Restoran 1.000.000.000,- 1.187.235.660,- 118,72 3 Pajak Hiburan 5.000.000.000,- 5.816.167.110,- 116,32 4 Pajak Reklame 2.100.000.000,- 2.137.858.512,- 101,80 5 Pajak Penerangan Jalan 28.000.000.000,- 32.391.579.296,- 115,68 6 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 300.000.000,- 403.188.210,- 134,40 7 Pajak Parkir 190.000.000,- 258.092.700,- 135,84 8 Pajak Sarang Burung 17.000.000,- 17.178.750,- 101,05 9 Pajak Air Tanah 1.600.000.000,- 2.257.008.532,- 141,06 10 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) 16.000.000.000,- 25.429.245.133,- 158,93

Jumlah 55.207.000.000,- 71.301.888.447,01 129,15 *) Data sebelum dilakukan pemeriksaan BPK

Dari tabel di atas untuk Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) merupakan komponen terbesar dalam pendapatan pajak daerah Kabupaten Malang (158,93% dari target anggaran pendapatan BPHTB). BPHTB yang semula merupakan Pajak Pusat, telah beralih menjadi pajak daerah sejak 1 Januari 2011 sesuai dengan Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sehingga menjadi salah satu komponen potensial pendapatan daerah.

Pengalihan BPHTB ke dalam kas daerah diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi Pemerintah Daerah untuk membiayai pembangunan daerahnya. Adapun terjadinya over target pada penerimaan BPHTB lebih banyak didukung oleh kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Persoalan yang dikaji dalam tulisan ini difokuskan pada operator Bahasa Bima, yaitu bentuk dan fungsi operator bahasa Bima. Secara lintas bahasa, operator dikenal sebagai

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlambang (2010) di RSUD Kariadi Semarang mengatakan bahwa ODHA yang berpengetahuan cukup lebih patuh

Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan akan dapat memahami tentang prinsip-prinsip, teori, jenis-jenis dan bentuk-bentuk inovasi, makna

Kesimpulan penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Menjalani profesi sebagai guru selama pelaksanaan PPL telah memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa untuk menjadi seorang guru tidak hanya cukup dalam hal penguasaan materi

Yang pada prakteknya masih menggunakan, apa yang disebut dengan sistem pola administrasi hukum yang baik (legal administration procedure system), dan masih

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripri yang berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani Ubi Jalar

bahwa dengan berakhirnya penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2017, perlu disusun Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah yang