• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

261

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

BAB VI

KAPASITAS KEUANGAN

DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN

6.1 Gambaran Umum Keuangan Daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah, maka pada hakekatnya APBD mencerminkan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kurun waktu satu tahun.

Selain sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah daerah, APBD merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara, disamping sebagai instrumen untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan pemborosan sumberdaya serta pengembangan investasi daerah. Oleh karena itu, sebagai instrumen kebijakan fiskal daerah, APBD memiliki peranan sangat penting dalam penyediaan anggaran untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah,

disamping alokasi anggaran untuk tujuan peningkatan

pertumbuhan distribusi pendapatan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat serta stabilitas ekonomi makro daerah.

Sehubungan peranannya yang sangat strategis tersebut dan sejalan dengan arah kebijakan ekonomi daerah, maka strategi kebijakan fiskal daerah masih tetap konsisten diarahkan untuk melanjutkan dan memantapkan langkah-langkah konsolidasi fiskal guna mewujudkan kesinambungan fiscal dalam pembiayaan

(2)

262

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan umum, disamping sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kemandirian daerah. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kebutuhan pembiayaan anggaran yang semakin besar seiring dengan dinamika tuntutan pembangunan daerah.

Dalam upaya memantapkan proses konsolidasi fiscal daerah, maka prioritas kebijakan fiscal daerah lebih diarahkan dan diorientasikan untuk : (1) meningkatkan pendapatan daerah, baik pendapatan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan serta Pendapatan Daerah lainnya yang sah; (2) mengendalikan dan mempertajam prioritas alokasi dan pemanfaatan anggaran belanja daerah dengan tetap menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat; (3) meningkatkan pengelolaan keuangan daerah agar lebih efektif, efisien dan berkesinambungan melalui perbaikan manajemen keuangan daerah dengan mengacu pada paket Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara.

Berdasarkan perkembangan anggaran pendapatan daerah dan volume anggaran belanja daerah, yang konsisten dengan langkah-langkah konsolidasi fiskal sebagaimana diuraikan diatas, maka dalam kurun waktu 3 tahun terakhir rasio defisit anggaran terhadap PRBD dapat dikendalikan, dari semula 6,43 % terhadap PDRB pada tahun 2009 menjadi 4,58% terhadap PDRB pada tahun 2010, serta pada tahun 2011 rasio defisit anggaran terhadap PDRB sebesar 0,90 %.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, maka Kebijakan Anggaran Kota Magelang Tahun 2014 diarahkan :

(3)

263

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

a. Untuk dapat membiayai pengeluaran dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang efektif dan efisien serta bebas dari pemborosan;

b. Untuk turut serta dalam memelihara dan memantapkan stabilitas perekonomian daerah dan berperan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi;

c. Untuk dapat mengatasi masalah-masalah mendasar yang menjadi prioritas pembangunan tahun 2014, yaitu : (1)

Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran; (2)

Peningkatan investasi daerah dan kesempatan kerja; (3) Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan

kesehatan; (4) Penegakan Hukum dan HAM serta

pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi; (5) Peningkatan stabilitas Keamanan dan Ketertiban Masyarakat serta mencegah munculnya konflik vertikal maupun horisontal; dan (6) Peningkatan daya saing daerah melalui pemanfaatan potensi wilayah.

d. Untuk mendukung keberlanjutan proses konsolidasi fiskal dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.

6.1.1 Komponen Keuangan Daerah

6.1.1.1 Kebijakan Anggaran Pendapatan

Pendapatan daerah mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kapasitas fiskal, baik dalam membiayai anggaran belanja daerah, mengendalikan defisit anggaran maupun memelihara dan memantapkan ketahanan fiskal daerah yang berkelanjutan.

Sejalan dengan perkembangan kegiatan perekonomian daerah serta berbagai langkah kebijakan optimalisasi

sumber-sumber pendapatan daerah dalam rangka pembiayaan

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan umum, pendapatan asli daerah dalam beberapa tahun terakhir

(4)

264

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

telah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini antara lain ditunjukkan pada perkembangan pendapatan daerah dalam tiga tahun terakhir, yang mengalami peningkatan rata-rata

33,49 % per tahun, yaitu dari Rp. 380.464.679.377,- pada tahun

2009 menjadi Rp. 401.911.33.532,- pada tahun 2010 dan menjadi Rp. 505.438.974685pada tahun 2011,- . Dengan perkembangan kinerja pendapatan daerah tersebut, maka kemampuan fiscal daerah dalam pembiayaan belanja dalam periode yang sama juga mengalami peningkatan.

Meskipun dari sisi kemampuan fiscal daerah telah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, akan tetapi secara umum struktur pendapatan daerah masih didominasi oleh sumber pendapatan dari Dana Perimbangan, sehingga dalam rangka membentuk landasan yang kuat bagi proses konsolidasi fiscal daerah, khususnya dalam mendorong peningkatan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan daerah, maka

Pemerintah Kota Magelang selalu berupaya untuk

mengembangkan dan menggali potensi pendapatan yang ada. Untuk mengetahui perkembangan Pendapatan Daerah dalam tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 6.1 sebagai berikut :

Tabel 6.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Tahun 2009 – 2011

NO SUMBER PENDAPATAN 2008 2009 2010 2011

1 PAD 185,630,270,000.00 47.704.618.780 59.546.717.600 63.557.701.976

a. Pajak Daaerah 5.969.582.485 6.717.893.095 9.463.834.368 b Retribusi Daerah 4.489.923.608 18,675,813.00 5.281.990.063 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah Yang dipisahkan 2.984.760.553 3.143.872.745 3.112.554.238 d. lain-lain Penerimaan Yang Sah 34.260.352.134 45.067.478.103 45.699.323.307

2 DANA PERIMBANGAN 307.435.557.554 298.383.144.888 340.256.009.361

a. Bagi Hasil Pajak 17.420.842.921 23.223.352.888 23.333.614.361 b Bagi Hasil Bukan Pajak / Sumber

(5)

265

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

NO SUMBER PENDAPATAN 2008 2009 2010 2011

c. DAU 256.728.827.000 260.112.799.000 292.580.295.000 d. DAK 29.932.000.000 15.046.993.00 24.342.100.000

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 25.324.503.043 43.980.089.544 101.625.263.348

a. Hibah 0 0 0

b Dana Darurat 0 0 0

c.

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah

lainya

11.261.078.043 11.345.174.144 15.895.218.628

d. Dana Penyesuaian dari Otonomi

Khusus 5.015.325.000 23.072.768.400 50.379.975.720 e. Bantuan Keuangan dari Provinsi

atau Pemerintah Daerah Lainnya 9.048.100.000 9.562.147.000 35.350.069.000

Jumlah 380.464.679.377 401.911.336.532 505.438.974.685

*) RAPBD Tahun 2009-2011

Peranan penerimaan pajak daerah sebagai salah satu sumber penting pendapatan asli daerah telah dan akan terus diupayakan peningkatannya, dengan melakukan berbagai kebijakan penyempurnaan dan evaluasi terhadap kinerja penerimanaan pajak daerah dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar dicapai hasil guna dan daya guna yang maksimal dari penarikan pajak daerah dari tahun ke tahun, sejalan dengan perkembangan tuntutan pembangunan yang menuntut daya saing yang tinggi daerah. Dengan demikian, diharapkan prinsip-prinsip perpajakan yang sehat prinsip persamaan (equality), kesederhanaan (simplicity) dan keadilan (fairness) dapat tercapai, sehingga tidak hanya diorientasikan pada peningkatan kapasitas fiscal daerah semata, namun juga harus mempertimbangkan dampaknya terhadap perkembangan kondisi ekonomi makro daerah.

Langkah-langkah penyempurnaan dan evaluasi di bidang perpajakan daerah, telah berhasil menunjukkan hasil yang cukup signifikan, meskipun masih banyak kendala terutama berkaitan

(6)

266

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

gambaran, dalam empat tahun terakhir, penerimaan pajak daerah mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 16,5%, yaitu dari Rp.5.969.582.485 ,- pada tahun 2009 menjadi Rp. 6.717.893.095,- dalam tahun 2010, dan dalam tahun 2011 meningkat menjadi menjadi Rp. 9.463.834.368,-

Sejalan dengan hal tersebut, maka berbagai upaya perbaikan administrasi pemungutan pajak daerah telah dilakukan akan terus dilanjutkan antara lain melalui : (1) program ekstensifikasi bagi wajib pajak, (2) program intensifikasi pemungutan pajak daerah melalui penegakan hukum secara tegas dan konsisten, (3) peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak dalam rangka mendorong kepatuhan dalam membayar pajak, dan (4) upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam menunaikan kewajibannya dalam membayar pajak.

Retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam pendapatan asli daerah. Dalam tiga tahun terakhir, realisasi pendapatan dari retribusi daerah tersebut menunjukkan peningkatan rata-rata per tahun sebesar 15,66%, yaitu dari Rp. 4.489.923.608,- pada tahun 2009 menjadi Rp. 4.618.858.157,- dalam tahun 2010, dan dalam tahun 2011 sebesar Rp. 5.281.990.063,-.

Dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah dari retribusi daerah, berbagai kebijakan di bidang pendapatan retribusi daerah yang telah ditempuh, terus diupayakan perbaikan dan penyempurnaan melalui : (1) Intensifikasi dan ekstensifikasi penarikan retribusi daerah, (2) peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat, (3) peningkatan SDM dalam pengelolaan pendapatan daerah, (4) peningkatan koordinasi antara unit penghasil dalam pelaksanaan pemungutan retribusi daerah, dan (5) peningkatan sarana dan prasarana penunjang operasional.

Salah satu komponen yang menjadi sumber pendapatan asli daerah yang juga memberikan kontribusi dalam peningkatan

(7)

267

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

kapasitas fiskal daerah adalah hasil perusahaan milik daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Besarnya penerimaan dari BUMD tentunya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : (1) laba bersih setelah pajak, (2) rencana strategis BUMD dalam melakukan ekspansi usaha, (3) kondisi perekonomian yang mempengaruhi kinerja BUMD, disamping (4) langkah-langkah kebijakan yang ditempuh dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kinerja BUMD, melalui berbagai langkah penyempurnaan, baik yang menyangkut organisasi, manajemen maupun operasionalnya.

Selanjutnya Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah antara lain berasal dari penerimaan yang diperoleh pengelolaan asset daerah. Dalam tiga tahun terkahir lain-lain pendapatan asli daerah yang sah mengalami kenaikan rata-rata sebesar 39,32%, yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp. 34.260.352.134.000,-, pada tahun 2010 sebesar Rp. 45.067.478.103,-, dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 45.699.323.307,- .

Mengingat kebijakan anggaran pendapatan pada

hahekatnya merupakan rencana tahunan sebagai upaya pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang diinginkan di

bidang pendapatan daerah dalam rangka memperkuat

pelaksanaan otonomi daerah, maka secara umum kebijakan anggaran pendapatan pada tahun anggaran 2014 diarahkan untuk memberdayakan potensi pendapatan daerah, melalui:

a. Intensifikasi dan ekstensifikasi pelaksanaan pemungutan pendapatan daerah;

b. Peningkatan pengendalian dan pengawasan pengelolaan asset daerah yang berdaya guna dan berhasil guna untuk meningkatkan pendapatan daerah;

c. Peningkatan kesehatan dan kinerja BUMD yang telah ada disertai dengan langkah-langkah penerapan good corporate

(8)

268

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

d. Peningkatan efisiensi dan efektifitas unit pelayanan teknis daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat;

e. Peningkatan profesionalisme sumber daya manusia dalam pengelolaan pendapatan daerah;

f. Peningkatan koordinasi dengan unit-unit penghasil PAD;

g. Pengembangan fasilitas sarana dan prasarana sumber pendapatan daerah;

h. Peningkatan pengawasan di dalam pelaksanaan pemungutan sumber-sumber PAD dan penyetorannya ke kas daerah.

Dengan memperhatikan uraian-uraian tersebut diatas di bidang pendapatan daerah, maka pendapatan daerah tahun 2014 diprediksikan sebagai berikut :

Tabel 6.2

Prediksi Pendapatan Daerah Tahun 2014 (Dalam ribuan rupiah)

NO SUMBER PENDAPATAN 2014

1 PAD 79,413,460,000.00

a. Pajak Daaerah 12,672,200,000.00 b Retribusi Daerah 7,587,899,750.00 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan 3,467,675,000.00 d. lain-lain Penerimaan Yang Sah 55,685,685,250.00

2 DANA PERIMBANGAN 454,715,290,950.00

a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 33,678,875,550.00

b DAU 374,578,565,300.00

c. DAK 46,457,850.100.00

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 188,786,583,850.00

a. Hibah

b Dana Darurat

(9)

269

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

NO SUMBER PENDAPATAN 2014

lainya

d. Dana Penyesuaian dari Otonomi Khusus 120,575,980,750.00 e. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 50,334,053,000.00

Jumlah 722,915,334,800.00

Sumber : APBD Kota Magelang Tahun 2013, diolah 6.1.1.2 Kebijakan Anggaran Belanja

Kebijakan Anggaran Belanja merupakan salah satu piranti kebijakan fiscal daerah, sehingga pengalokasian anggaran belanja daerah senantiasa diarahkan untuk mendukung upaya konsolidasi fiscal dalam pembiayaan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Langkah-langkah konsolidasi fiscal daerah diupayakan melalui

pengalokasian anggaran secara efisien dan efektif agar dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan skala prioritas serta kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang baik.

Sesuai dengan arah kebijakan fiskal daerah sebagaimana diuraikan diatas, maka fokus pengelolaan kebijakan alokasi anggaran belanja daerah selain diarahkan untuk mendukung proses konsolidasi fiskal daerah, juga ditujukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi daerah melalui upaya pemberian stimulus fiskal dalam batas-batas kemampuan keuangan daerah dengan tetap menjaga kelancaran penyelenggaraan berbagai fungsi pemerintahan. Hal ini dilakukan, oleh karena sebagai salah satu instrumen fiskal, anggaran belanja daerah mempunyai peranan yang sangat strategis dalam mendukung upaya memperkuat kerangka ekonomi makro daerah yang kokoh dan berkelanjutan.

Dukungan terhadap langkah-langkah konsolidasi fiskal tersebut pada sisi belanja daerah diupayakan melalui pengalokasian anggaran secara efisien dan efektif agar dapat

(10)

270

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

memberikan hasil yang optimal sesuai dengan skala prioritas, sementara itu, pemberian stimulus fiskal di bidang belanja daerah dilakukan antara lain melalui pengeluaran investasi daerah dengan prioritas pada pembangunan infrastruktur dan berbagai program pemberdayaan ekonomi kerakyatan serta program yang langsung bersentuhkan dengan kebutuhan masyarakat.

Selanjutnya, dalam rangka mendukung kelancaran penyelenggaraan fungsi pemerintahan, pembangunan dan pelayanan umum, maka kebijakan alokasi anggaran belanja daerah diprioritaskan untuk : (1) pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yaitu urusan wajib dan pilihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan; (2) belanja daerah dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta pengembangan sistem jaminan sosial; serta (3) menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggungjawabnya, dengan berpegang pada prinsip penganggaran sebagai berikut :

a. Partisipasi Masyarakat

Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD sedapat

mungkin melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga

masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.

b. Transparansi dan akuntabilitas Anggaran

APBD yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat meliputi tujuan,

(11)

271

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/obyek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan.

Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus

bertanggungjawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.

c. Disiplin Anggaran

Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang harus diperhatikan antara lain: (1) pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; (2) penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APBD; (3) semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas umum daerah.

d. Keadilan Anggaran

Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan

kemampuan untuk membayar, disamping itu dalam

mengalokasikan belanja daerah harus mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan. e. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran

Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteran yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efisensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan anggaran

(12)

272

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

harus memperhatikan (1) penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat serta indikator kinerja yang ingin dicapai; (2) penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja, serta penetapan harga satuan yang rasional.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2009-20011), anggaraan belanja daerah mengalami peningkatan rata-rata 26,92% per tahun, yaitu dari Rp. 412.723.983.672,- dalam tahun 2009 menjadi sebesar Rp. 401.911.336.532,- dalam tahun 2010 serta dalam RAPBD tahun 2011 sebesar Rp. 469.411.611.855,- dan pada tahun 2014 direncanakan sebesar Rp 722,915,334,800.-

Perkembangan volume anggaran belanja daerah dalam kurun waktu tersebut, disamping dipengaruhi oleh perkembangan berbagai indikator ekonomi makro, juga sangat ditentukan oleh berbagai kebijakan strategis yang diambil oleh pemerintah baik pusat, propinsi maupun daerah.

Berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah tersebut, antara lain : (1) kenaikan gaji pokok PNS dan TNI/Polri serta pensiun pokok bagi penerima pensiun; (2) pemberian tunjangan umum bagi pada pegawai yang tidak menjabat sehingga penghasilan pegawai golongan terendah menjadi minimum Rp. 1 juta per bulan; (3) kenaikan tunjangan fungsional bagi pejabat yang memegang jabatan fungsional dan kenaikan tunjangan struktural bagi para pejabat struktural; (4) pemberian gaji bulan ke 13; (5) pemberian uang makan bagi TNI/Polri maupun pemberian uang makan bagi PNS; serta (6) pemberian tambahan kesejahteraan bagi PNS daerah yang telah berlangsung selama 2 tahun terakhir, disamping kebijakan-kebijakan strategis daerah lainnya dalam rangka mengakomodir dinamika kebutukan riil pembangunan dan masyarakat yang membutuhkan dukungan pembiayaan daerah.

(13)

273

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

Untuk mengetahui perkembangan belanja daerah akan disajikan dalam tabel yang terpisah, yaitu perkembangan belanja daerah tahun 2009-2011 dalam Tabel 6.3

Tabel 6.3

Perkembangan Belanja Daerah Tahun 2009-2011

( Dalam ribuan rupiah )

NO BELANJA DAERAH 2008 2009 2010 2011 1 Belanja Tidak Langsung 185,630,270,000.00 221.415.15.434 252.918.800.003 265.348.345.776

a. Belanja Pegawai 197.634.323.929 234.751.485.929 251.474.250.776 b Belanja Hibah 17.741.500.405 9.866.980.290 5.960.866.000 c. Belanja Bantuan Sosial 5.552.154.100 6.571.873.360 6.769.465.200 d. Belanja Bagi Hasil dari Provinsi

/Kota & Pemerintah Desa 0 0 0

e. Belanja Tak Terduga 487.147.000 1.290.654.024 687.036.000

f. Belanja Bunga 0 0

g. Belanja Subsidi 0 0

h.

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi,Kota & Pemerintah Desa

0 437.806.400 456.727.800

2 Belanja Langsung 191.308.858.238 157.704.549.201 204.063.266.079

a. Beanja Pegawai 25.837.713..410 30.902.154.129 30.842.678.238 c. Belanja Barang dan Jasa 72.070.220.266 79.140.978.840 92.241.552.872 d. Belanja Modal 93.400.924.562 47.661.416.232 80.979.034.969

Jumlah 412.723.983.672 410.623.349.204 469.411.611.855

Sumber :DPPKD 2011

6.1.1.3 Kebijakan Pembiayaan

Pembiayaan merupakan transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Defisit atau surplus terjadi apabila ada selisih antara Anggaran Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah.

Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran

(14)

274

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Dalam menunjang pemantapan konsolidasi fiskal daerah, maka upaya yang dilakukan melalui peningkatan disiplin anggaran, defisit anggaran dan rasio terhadap PDRB perlu lebih dikendalikan agar mampu mendukung upaya pemantapan ketahanan fiscal daerah yang berkesinambungan.

Dalam tahun anggaran 2014, dari sisi kemampuan pendapatan daerah setelah paerubahan diperkirakan sebesar Rp. 655.249.818.000,- dan dari sisi belanja daerah sebesar Rp. 826.238.208.000,-, maka dalam RAPBD Perubahan Tahun Anggaran 2014 diperkirakan akan mengalami defisit Anggaran sebesar Rp. 160.988.390.000,-.

Selanjutnya dari sisi pengeluaran pembiayaan tahun 2014 direncanakan alokasi dana penyertaan modal daerah sebesar Rp. 2.488.000.000,-. Kebutuhan pembiayaan anggaran dalam RAPBD Tahun 2014 tersebut direncanakan akan dipenuhi dengan menggunakan sumber-sumber pembiayaan daerah, yaitu Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA) sebesar Rp. 63.755.599.000,- dan Transfer dari Dana Cadangan sebesar Rp. 44.532.791.000,-, sehingga penerimaan pembiayaan daerah tahun 2014 diperkirakan sebesar Rp. 160.988.390.000,-

Berdasarkan kebutuhan pembiayaan daerah dihadapkan dengan kemampuan sumber pembiayaan daerah, maka dalam tahun anggaran 2014, Pembiayaan Netto diperkirakan sebesar Rp. 160.988.390.000,-. Sedangkan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan nihil.

6.2 Profil Keuangan Kota Magelang 6.2.1 Keuangan Daaerah

Keuangan daerah Kota Magelang pada tahun 2009-2011 menunjukkan struktur penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang

(15)

275

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

tidak mencerminkan kondisi pertumbuhan yang menggembirakan, namun demikian kondisi tahun 2012 menunjukkan adanya perbaikan kemandirian daerah dibandingkan tahun sebelumnya, walau masih relatif kecil.

Struktur penerimaan yang bersumber dari Dana perimbangan mengalami penurunan rata-rata 1,5% pe tahun dari tital pendapatan Kota Magelang, walaupun nominal penerimaan dana perimbangan cenderung meningkat, Namur peningkatannya tidak significant dengan meningkatnya pendapatan daerah.

Struktur penerimaan yang bersumber pada lain-lain penerimaan yang sah menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan selama tiga tahun terakhir, walaupun kenaikan pada tahun 2010 relatif kacil dibandingkan lonjakan penerimaan tahun sebelumnya.

Dari sisi penerimaan tersebut, dapat dikatakan tingkat

kemandirian pendapatan Kota Magelang, masih harus

ditingkatkan tanpa menambah beban rutin masyarakat.

Tabel 6.4 Struktur Penerimaan Pendapatan Daerah Kota Magelang Tahun 2009-2011

NO SUMBER PENDAPATAN 2009 2010 2011

1 PAD 10.47 9.26 10.76

a. Pajak Daaerah 1.39 1.38 1.32 b. Retribusi Daerah 6.73 6.02 6.91 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah Yang dipisahkan 0.72 0.62 0.72 d. lain-lain Penerimaan Yang Sah 1.63 1.24 1.82

2 DANA PERIMBANGAN 89.43 86.97 84.88

a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan

Pajak 8.72 3.50 4.80

b. DAU 76.99 76.07 72.21

c. DAK 3.72 7.39 7.87

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 0.09 3.77 4.36

a. Hibah - - -

b. Dana Darurat - - -

(16)

276

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

NO SUMBER PENDAPATAN 2009 2010 2011

dan

Pemerintah Daerah lainya 0.09 2.94 2.86 d. Dana Penyesuaian dari Otonomi Khusus - - - e.

Bantuan Keuangan dari Provinsi

atau - - -

Pemerintah Daerah Lainnya - 0.83 1.50

jumlah 100.00 100.00 100.00

Sumber : APBD KOta magelang 2009-2011, diolah

Penerimaan daerah Kota Magelang diperkirakan akan semakian meningkat dengan struktur sebagai berikut :

Tabel 6.5

Trend Pendapatan Daerah Kota Magelang Tahun 2009-2015 TAHUN JUMLAH PERKIRAAN PENDAPATAN (JUTA Rp) PAD DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENERIMAAN YANG SAH 2009 397,425 10.31 82.54 4.88 2010 437,531 10.45 80.27 7.01 2011 477,637 10.59 77.99 9.14 2012 517,743 10.73 75.71 11.28 2013 557,849 10.88 73.44 13.41 2014 597,955 11.02 71.16 15.54 2015 638,061 11.16 68.89 17.68

Sumber : APBD Kota magelang, diolah

Penerimaan daerah Kota Magelang setiap tahun

diperkirakan akan meningkat sekitar 10,97% dengan struktur penerimaan PAD dan lain-lain penerimaan yang sah cenderung meningkat, sedangkan proporsi Dana perimbangan dalam menopang pendapatan Kota Magelang, akan semakin Turun.

(17)

277

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

Proporsi penerimaan dana pemabntuan dari pemerintah atasan (pusat dan daerah) diharapkan akan semakin meningkat seiring, dengan proporsi dalam mendukung penerimaan/ pendapatan mencapai sekitar 13% pada tahun 2015.

6.2.2 Keuangan Perusahaan Daerah

Perusahaan Daerah sebagai Asset pemerintah Daerah yang dipisahkan diharapkan mampu sebagai penopang pendapatan Asli Daerah. Kota Magelang memiliki 6 Perusahaan daerah yaitu Perusahaan Daerah Air Minum, (PDAM); Perusda Taman Kyat Langgeng; Perusda Percetakan; Perusda Perbengkelan, Perusda BPR Bank Pasar, dan BPR Badan Kredit Kecamatan.

Pendapatan dari Perusahaan Daerah selama lima tahun terakhir menunjukkan adanya kecenderungan meningkat dengan rata-rata kenaikan sekitar 28,84% per tahun, dan pada tahun-tahun mendatang ingá tahun-tahun 2015 diperkirakan akan mampu meningkat 11,77% per tahun. Hal ini terjadi karena ketidakpastian nilai mata uang dan harga-harga serta berkembangnya pesaing dalam pasar yang sama, akan Sangat berpengaruh pada kinerja ekonomi perusahaan daerah.

Kontribusi Perusda terhadap PAD Kota Magelang selama tahun 2009-2011 adalah sebagai berikut

(18)

278

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

Tabel 6.6

Perkembangan Penerimaan PAD Dari Perusda Tahun 2009-2011 No Nama Perusda 2009 2010 2011 1 PDAM 360,710,000.00 471,820,000.00 399,650,000.00 2 Taman KL 450,050,000.00 434,730,000.00 232,690,000.00 3 Percetakan 16,660,000.00 19,540,000.00 42,390,000.00 4 Perbengkelan 1,850,000.00 1,780,000.00 13,130,000.00 5 Bank Pasar 316,810,000.00 342,090,000.00 315,140,000.00 6 BKK 43,710,000.00 63,370,000.00 35,780,000.00 Jumlah Penerimaan dari perusda 1,189,790,000.00 1,333,330,000.00 1,038,780,000.00

Sumber : Analisis Efectivitas Pengelolaan BUMD Kota Magelang Tahun 2012

Dari data tersebut diketahui bahwa Perusda Taman Kyai Langgeng merupakan perusda yang memiliki kontribusi tertinggi, diikuti PDAM dan Bank Pasar, sedangkan tiga BUMD yang lain belum memberikan kontribusi yang menggembirakan.

6.3 Permasalahan Dan Analisa Keuangan

6.3.1 Kondisi Keuangan Pemerintah Kota Magelang

Keuangan Pemerintah Kota Magelang didukung

pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil Peruda yang kekayaannya dipisahkan dan Lain-lain pendapatan Asli daerah yang sah.

Di Kota Magelang terdapat 8 pajak daerah pada tahun berkenaan dan penerimaan dari tunggakajn Pajak. Kedelapan Pajak tersebut adalah Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir dan Pajak Sarang Burung.

(19)

279

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

Tabel 6.7

Perbandingan Target dan Realisasi Pajak Daerah Kota Magelang Tahun 2009

Macam Pajak Daerah Target Realisasi %

Pajak hotel 300,000,000.00 329,450,146.00 109.82

Pajak Rstoran 600,000,000.00 794,188,562.00 132.36

Pajak Hiburan 450,000,000.00 459,836,400.00 102.19

Pajak Reklame 275,000,000.00 349,216,483.00 126.99

Pajak Penerangan Jalan 3,004,200,000.00 3,442,349,228.00 114.58

Pajak Parkir 15,000,000.00 18,100,000.00 120.67

Pajak Sarang Burung 12,000,000.00 12,350,000.00 102.92

Denda Pajak - 25,250.00 ~

Tunggakan pajak 16,000,000.00 16,329,300.00 102.06

Total 4,672,200,000.00 5,421,845,369.00 116.04

Sumber : laporan Realisasi Pajak dan Retribusi Daerah Kota Magelang tahun 2012

Sumber pendapatan Reteribusi Kota Mgaelang terdiri dari aretribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perijinan Tertentu. Masing-masing kelompok Retribusi memiliki beberapa unsur yang kesemuanya memiliki dasar hukum sebagai landasan operasional pelaksanaan pemungutan.

Dari tiga kelompok Retribusi, hanya retribusi jasa Umum yang mampu mencapai target anggaran 2010 (102,56%), Retribusi Jasa Usaha hanya 86,51% dan Retribusi Perijinan tertentu hanya 59,36%. Retribusi Jasa Rumah potong Hewan dan jasa Siaran Radio merupakan dua retribusi yang jauh tidak mencapai target untuk Retribusi usaha, masing-masing hanya 8,26% dan 4,17%) sedangkan retribusi lainnya mampu mencapai di atas 87%, seperti terlihat pada Tabel 6.8

(20)

280

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

Tabel 6.8

Perbandingan target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Kota Magelang Tahun 2012

RETRIBUSI Target Realisasi % Retribusi Jasa Umum 22,366,159,000.00 22,939,422,973.00 102.56

1 Ret. Pelayanan Kesehatan RSU

Tidar 20,000,000,000.00 20,505,142,583.00 102.53

2 Ret. Pelayanan Kesehatan (DKK) 464,242,000.00 542,016,250.00 116.75

3 Ret. Pelayanan

Persampahan/Kebersihan 240,000,000.00 207,344,300.00 86.39

4 Ret. Penggantian Biaya Cetak KTP &

Akta Capil 180,330,000.00 181,355,000.00 100.57

5 Ret. Pelayanan Pemakaman 12,000,000.00 12,130,000.00 101.08

6 Ret. Pelayanan parkir di Tepi Jalan

Umum 435,280,000.00 436,500,000.00 100.28

7 Ret. Pelayanan pasar 701,041,000.00 709,091,840.00 101.15

8 Ret Pelayanan Pengujian Kendaraan

Bermotor 333,266,000.00 345,843,000.00 103.77

Retribusi Jasa Usaha 1,269,493,000.00 1,098,280,250.00 86.51

1 Ret. Jasa Usaha Kekayaan Daerah 624,008,000.00 547,725,650.00 87.78

2 Ret. Jasa Usaha Terminal 498,720,000.00 494,830,100.00 99.22

3 Ret. Jasa Usaha Tempat parkir

Khusus 34,950,000.00 35,461,500.00 101.46

4 Ret. Jasa usaha Penyedotan kakus 12,500,000.00 12,550,000.00 100.40

5 Ret. Jasa usaha Rumah potong

Hewan 87,315,000.00 7,213,000.00 8.26

6 Ret. Jasa Siaran radio 12,000,000.00 500,000.00 4.17

Retribusi Perijinan Tertentu 1,045,625,000.00 620,729,553.00 59.36

1 Ret. Izin Mendirikan bangunan 960,000,000.00 495,333,500.00 51.60

2 Ret. Izin gangguan 55,500,000.00 81,826,053.00 147.43

3 Ret. Izin Trayek 6,125,000.00 8,090,000.00 132.08

4 Ret. Izin Ketenagakerjaan 6,500,000.00 4,460,000.00 68.62

5 Ret. Surat ijin Usaha Perdagangan - -

6 Ret. Tanda Daftar gudang 3,500,000.00 3,650,000.00 104.29

7 Ret. Surat ijin Usaha Jasa

konstruksi 6,000,000.00 19,000,000.00 316.67

8 Ret. Tanda Daftar Industri 8,000,000.00 8,370,000.00 104.63

TOTAL RETRIBUSI 24,681,277,000.00 24,658,432,776.00 99.91

Sumber : laporan Realisasi Pajak dan Retribusi Daerah Kota Magelang tahun 2012

Ketidaktercapaian retribusi perijinan tertentu, dipicu karena tidak tercapainya retribusi izin mendirikan Bangunan yang

(21)

281

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

ketenagakerjaan yang hanya 68,62%. Unsur retribusi lainnya mampu mencapai di atas 100%. Walaupun Inin Mendirikan Bangunan hanya mencapai 51,60%, namun pada hakekatnya telah jauh melampoi target anggaran tahun sebelumnya yang hanya Rp 325 juta rupiah, atau telah mencapai 52,41% di atas target tahun 2010.

Dalam pelaksanaan pemungutan retribusi dan pajak, telah mengacu pada Peraturan daerah dan petunjuk operasional yang berkenaan dengan jenis pajak daerah dan retribusi. Mekanisme pemungutan pajak-pajak daerah adalah sebagai berikut :

 Pajak Hotel, dipungut pada saat penggunaan jasa perhotelah

yang secara khusus pelaksnaan pemungutannya dilakukan oleh manajemen hotel dengan tariff tertentu dan secara akumulatif dihimpun oleh Dinas terkait dan disetorkan ke kas Daerah. Kelemahan dari pemungutan ini adalah kurangnya transparansi pendapatan hotel, yang akan berakibat kurangnya penerimaan pajak dari sub sector ini.

 Pajak Restoran, dipungut sejumlah prosen tertentu apda setiap

pengguna jasa restoran dan rumah/warung makan.

Sebagaimana halnya dnegan pajak Restoran, pajak ini dilakukan oleh manajemen rumah makan, secara kolektif dihimpun dinas terkait serta disetorkan ke kas Negara. Kendala dalam hal ini sama dengan kendala dalampajak restoran, yaitu transparansi penjualan akan menentukan sampai seberapa besar kebocoran pajak ini.

 Pajak Hiburan, tidak berbeda dengan pajak hotel dan restoran,

dipungut kepada penerima jasa tontonan, secara kumulasi dihimpun dinas terkait dan disetorkan ke kas daerah.

 Pajak Reklame, pajak reklame dipungut saat melaksnakan

(22)

282

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

 Pajak penerangan jalan, pajak ini pemungutannya dilakukan

melalui mekanisme pembayaran biaya listrik, dan dikenakan kepada seluruh masyarakat yang memiliki fasilitas instalasi listrik. Tingkat kebocoran dari pajak ini relative kecil, kendala pungutan hanya pada masalah adanya penduduk yang mempunyai tunggakan rekenig listrik atau hanya bersifat penerimaan yang tertunda.

 Pajak Sarang Burung, dipungut kepada para pengusaha sarang

burung di wilayah Kota Magelang dnegan tarip tertentu. Mekanisme pemungutan dilakukan oleh Dinas terkait, secara kolektif disetorkan ke Kas Daerah.

 Pemungutan Retribusi pelayanan dilakukan oleh dinas terkait

dengan tarip tertentu sesuai peraturan Daerah yang berkenaan, secara akumulatif SKPD terkait menyetorkan ke Kas Daerah. Kendala dari pemungutan retribusi adalah pada penyetorannya terutama untuk retribusi-retribusi yang jumlahnya sangat kecil namun secara rutin setiap hari harus disetorkan ke kas Daerah, dilihat dari efisiensi teknik semacam ini perlu mendapat pertimbangan.

 Pemungutan retribusi perizinan di Kota Magelang dilakukan

dengan manajemen One Stop Service atau pelayanan satu atap terhitung sejak tanggal 28 Juni 2007. Dinas teknis perijinan terkait hanya menjalankan fungsi pembinaan, sedangkan penetapan dan pemungutan retribusi dilakukan oleh SKPD Perijinan, pembayarannya dilakukan secara langsung ke Bank yang ditunjuk. Kendala yang dihadapi dalam pegelollaan retribusi perijinan, sampai dnegan akhir tahun 2008, beban target berada pada instansi teknis, namun penentu dan pemungut pajak adalah SKPD perijinan.

(23)

283

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

Kendala pemungutan retribusi dan pajak daerah terletak pada komitmen pada peraturan yang berlaku, selam peraturan kurang ditegakkan kepedulian masyarakat akan semakin berkurang atas kewajiban pembayaran pajak dan retribusi, namun apabila peraturan benar-benar ditegakkan, akan ada efek jera untuk pelanggaran, sehingga pencapaian target pendapatan akan lebih mudah.

Selain Pajak dan retribusi, penpang PAD yang cukup diandalkan adalah Penerimaan lain dari pendapatan daerah bersumber pada Hasil perusahaan milik Daerah dan hasil Pengolahan kekayaan Daerah yang dipisahkan, yang terdiri dari Bagian laba Perusahaan Milik Daerah, Bagian laba lembaga Keuangan Daerah dan Bagian laba atas Penyertaan Modal / Investasi kepada Pihak ketiga.

Kondisi penerimaan dari sumber pendapatan ini pada tahun 2012 adalah sebagai berikut :

Tabel 6.9

Perbandingan Target Dan Realisasi

Hasil Perusda & Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Kota Magelang Tahun 2012

HASIL PERUSDA & KEKAYAAN YANG

DIPISAHKAN Target Realisasi %

Bagian laba Perusahaan milik Daerah 1,390,630,000.00 1,390,631,100.00 100.00

1 Perusda Air Minum 629,252,000.00 629,252,600.00 100.00

2 Perusda Taman Kyai langgeng 714,603,000.00 714,603,000.00 100.00

3 Perusda Percetakan 23,435,000.00 23,435,500.00 100.00

4 perusda Perbengkelan 23,340,000.00 23,340,000.00 100.00

Bagian laba Lembaga Keuangan bank 1,057,295,000.00 1,360,506,367.00 128.68

1 Bank jawa Tengah (Bank jateng) 700,000,000.00 1,003,211,709.00 143.32

2 Perusda Bank pasar 329,445,000.00 329,445,000.00 100.00

3 Perusda BKK 27,850,000.00 27,849,658.00 100.00

Bagian laba atas

Investasi/Penyertaan Modal Kepada

Pihak ketiga 106,933,000.00 154,463,544.00 144.45

1 Bagian Laba SHU Koperasi 79,033,000.00 112,886,239.00 142.83

(24)

284

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

HASIL PERUSDA & KEKAYAAN YANG

DIPISAHKAN Target Realisasi %

3 Penyertaan Modal Bergulir Hewan ternak 1,500,000.00 11,650,500.00 776.70

TOTAL RETRIBUSI 2,554,858,000.00 2,905,601,011.00 113.73 Sumber : laporan Realisasi Pajak dan Retribusi Daerah Kota Magelang tahun 2012

Pada tahun 2012 seluruh sumber pendapatan dari unsur Hasil Perusda dan Kekayaan Daerah yang dipisahkan mampu mencapai target. Capaian ekstrim diperoleh dari penyertaan Modal bergulir Hewan ternak (776,70%) diikuti bagian laba Bank jateng dan Bagian Laba SHU Koperasi.

6.3.2 Proyeksi Kemampuan Keuangan Pemerintah Kota Magelang

Kondisi kemmapuan keuangan pemerintah kota Magelang sangat tergantung pada besarnya sumber-sumber penerimaan dan kualitas pengelolaan keuangan daerah. Semakin effisien dan effektif dalam pengelollan keuangan daerah, akan semakin kuat kemampuan daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu dibutuhkan recondisi pola pengelolaan keuangan dari ineffisien menjadi effisien, ineffektif menjadi effektif.

Pada Rencana pembangunan Jangka Menengah kota Magelang Tahun 2008-2013, dengan asumsi nilai tukar rupiah sekitar Rp 9.925,- sampai Rp 10.000,-, perkiraan pendapatan daerah tahun 2014 diperkirakan sebesar Rp 590.826.154.000,- atau jika dinilai sekarang dengan kurs Rp 11.900,- sampai Rp 12.000,- , maka perkiraan sumber pendapatan Kota Magelang tahun 2014 berdasarkan prediksi dalam RPJM (ceteris paribus) sebesar Rp 754.434.872.000,- Namun mengingat perkembangan pada tahun-tahun setelah perencanaan terdapat capaian-capaian pendapatan yang melebihi target, ,maka pada perencanaan ini ada pergeseran, pendapatan 2014 yang sebelumnya disetarakan

(25)

285

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

dengan Rp 554.434.872.000,- ( $ 1 = Rp 11.900,- sampai dengan Rp 12.000,-) berubah menjadi Rp 697.425.000.000,- ( $ 1 = Rp 11.900 sampai dnegan Rp 12.000,-) Hal tersebut akan terus mengikuti tahun-tahun berikutnya.

Tabel 6.10

Proyeksi Kemampuan Keuangan Pemerintah Kota Magelang

Tahun 2014 – 2016 TAHUN JUMLAH PERKIRAAN PENDAPATAN (JUTA Rp) PAD (JUTA Rp) DANA PERIMBANGAN (JUTA Rp) LAIN-LAIN PENERIMAAN YANG SAH (JUTA Rp) 2014 597,425 60,957.67 328,044.13 19,380.03 2015 637,531 75,714.55 351,190.82 30,670.05 2016 677,637 80,585.77 372,511.96 43,671.31

Sumber : Hasil Analisis

Sebagaimana proyeksi kemampuan keuangan pemerintah kota Magelang sebagaimana tercantum dalam RPJM 2011-2015, proyeksi pengeluaran tahun 2014 juga telah tercover dengan perkiraan sebesar Rp 309.815.601.000,- atau setara dengan Rp 379.754.135.000,- nilai rupiah saat ini, dan mengingat berbagai perubahan pada harga-harga pasca tahun perencanaan yang

mengakibatkan anggaran dan realisasi berubah, maka

berdasarkan perkembangan data riil, prediksi pengeluaran tahun 2014 pun berubah menjadi Rp 603.060.990.000,-.

Perubahan tersebut, tentu akan berpengaruh pada angka proyeksi tahun-tahun berikutnya, sehingga angka proyeksi Belanja Kota Magelang hingga tahun 2016 adalah sebagai berikut :

(26)

286

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

Tabel 6.11

Proyeksi Belanja Pemerintah Kota Magelang Tahun 2014-2016 Uraian Belanja % Kenaikan Anggaran 2009-2011 % Proyeksi Pertumb uhan 2014

( Juta ) ( Juta ) 2015 ( Juta ) 2016

Belanja Tidak Langsung

25.31 353,004,87 411,881.35 419,786,26

1 Belanja Pegawai 24.78 25.00 330,567.47 388,209.33 395,261.66

2 Belanja Bunga - - -

3 Belanja Subsidi - - -

4 Belanja Hibah ~ 15.00 7,295.25 7,624.54 8,193.22 5 Belanja Bantuan Sosial (34.21) 10.00 7.395.36 7,547.19 7,231.91

6 Belanja Bagi hasil kepada pemerintah desa/kelurahan

~ 15.00 529.25 593.63 667.68

7 Belanja Tidak Terduga 16.99 17.00 7,217.54 7,906.66 8,431.79

Belanja Langsung

59.55 250,056,12 373,520.56 458,285.09

1 Belanja Pegawai 41.96 42.00 40,596.59 57,647.16 81,858.97 2 Belanja Barang dan Jasa 54.69 55.00 114,234.64 170,391.09 189,106.19 3 Belanja Modal 69.59 70.00 95,224.89 145,482.31 187,319.93

JUMLAH 42.61 603,060,99 785,401.91 878,071.35 Sumber : Data APBD diolah

6.4 Peningkatan Kapasitas Pembiayaan

Peningkatan kapasitas pembiayaan pembangunan harus menyesuaikan kemampuan pembiayaan pembangunan Kota Magelang. Sehingga memerlukan usaha yang luar biasa berat untuk dapat meningkatkan kapasitas pembiayaan. Usaha tersebut dapat melalui :

a. Jalur Pemerintah Daerah dengan cara mendayagunakan biaya rutin dan intensifikasi serta ektensifikasi sumber-sumber pendapatan asli daerah dan penertiban penyusunan APBD.

(27)

287

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

b. Jalur Sektoral dengan cara koordinasi pelaksanaan antar sektoral secara tertib sehingga tercapai hasil guna dan daya guna hasil-hasil pembangunan.

c. Penggalian sumber-sumber pendapatan asli daerah sendiri yang potensial secara optimal terutama pajak dan retribusi daerah. d. Mengarahkan pengeluaran pemerintah yang dapat mendorong

dinamika masyarakat seperti memperluas lapangan kerja, memperkecil ketimpangan distribusi pendapatan dan lain-lain. e. Meningkatkan penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajak. f. Membina dan meningkatkan profesionalisme BUMD agar

semakin berkembang dan mandiri serta dapat lebih berperan dalam ikut membiayai pembangunan.

g. Mendorong dan mempermudah prosedur pihak swasta / masyarakat dalam rangka penanaman modal.

h. Lebih meningkatkan lagi partipasi masyarakat luas dalam beberapa sector kegiatan ekonomi yang bernilai tinggi.

i. Koordinasi pembangunan diperlukan agar pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan dapat mencapai sasaran dan dapat menghemat dana pembangunan.

j. Usaha penghematan dan pengamanan dana bantuan pemerintah pusat dan lembaga-lembaga asing, melalui koordinasi dan pengendalian proyek-proyek.

6.5 Konsepsi Tingkat Pembiayaan Kegiatan

Dalam rencana usulan kegiatan RPIJM Kota Magelang ini juga dipaparkan aspek pembiayaannya dari kegiatan yang di programkan pemerintah Kota Magelang. Pembiayaan proyek berdasarkan pada kekuatan keuangan Kota Magelang serta klasifikasi tanggung jawab masing-masing pemerintah Kota (APBD Kota Magelang / APBD II), pemerintah provinsi (APBD Provinsi Jawa Tengah / APBD I), dan pemerintah pusat (APBN).

(28)

288

DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 BAB VI KAPASITAS KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

Pada Kegiatan dengan pembiayaan yang bersumber dari dana APBN maupun APBD I Provinsi , Kedudukan Penambahan biaya yang diambil dari Sumber APBD II bersifat sebagai dana

Pendampingan saja.

Tingkat pembiayaan yang telah berlaku tersebut diterapkan pada seluruh komponen infrastruktur di RPIJM Kota Magelang ini. Tingkat pembiayaan dapat ditentukan sebagai berikut:

a. Pembiayaan yang melibatkan Pemerintah Kota ( APBD II ), Pemerintah Provinsi ( APBD I ) dan Pemerintah Pusat ( APBN) adalah :

 Pemerintah Kota (APBD Kota Magelang ) : 10%

 Pemerintah Provinsi (APBD Provinsi Jawa Tengah): 30%

 Pemerintah Pusat (APBN): 60%

b. Pembiayaan yang melibatkan Pemerintah Kota ( APBD II ) dengan Pemerintah Provinsi ( APBD I ) adalah :

 Pemerintah Kota (APBD Kota Magelang ) : 30%

 Pemerintah Provinsi (APBD Provinsi Jawa Tengah): 70%

c. Pembiayaan yang melibatkan Pemerintah Kota ( APBD II ) dan Pemerintah Pusat ( APBN) adalah :

 Pemerintah Kota (APBD Kota Magelang ) : 20%

 Pemerintah Pusat (APBN): 80%

Tingkat pembiayaan yang telah berlaku tersebut diterapkan pada seluruh komponen infrastruktur di RPIJM Kota Magelang ini.

Gambar

Tabel 6.1 Perkembangan Pendapatan Daerah   Tahun 2009 – 2011
Tabel 6.4 Struktur Penerimaan Pendapatan Daerah Kota  Magelang Tahun 2009-2011

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa layanan perpustakaan keliling yang ada di Dinas Perpustakaan dan

Mengingat bahwa cara yang dilakukan oleh auditor untuk mengevaluasi control terhadap sistem aplikasi adalah dengan menelusuri jenis – jenis transaksi pada sistem, maka untuk

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi perencanaan adalah sebagai alat untuk memilih, merencanakan untuk masa yang akan datang, cara untuk mengalokasikan sumber

Secara umum organisasi belum memiliki standar pengelolaan yang terorganisir dan terdokumentasi dengan baik, sehingga perlu ada pendekatan yang dilakukan untuk tiap

Dalam PPIP, jumlah yang diterima oleh peserta pada saat pensiun tergantung pada jumlah iuran dari pemberi kerja, atau iuran peserta dan hasil usaha. Kewajiban dari

Dapat kita lihat bahwa wanita yang sudah menikah memiliki peranan tinggi dalam ketenagakerjaan, dan tidak harus bekerja dalam rumah tangga yang selama ini

Perlu anda ketahui bahwa tekanan jantung sebelah kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung sebelah kanan, karena jantung kiri menghadapi aliran darah

adalah kerana ASPP yang berpolar lebih cenderung membentuk ,aglomerat dalam SMR-L yang tidak berpolar berbanding dengan ENR-. 25 yang