• Tidak ada hasil yang ditemukan

T PK 1200922 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T PK 1200922 Chapter1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Iyus Hermansyah, 2015

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BOGA BAGI SISWA TUNAGRAHITA JENJANG SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SKh NEGERI 01 PEMBINA PANDEGLANG BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Undang-undang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

mengamanatkan bahwa: ″Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.” Tersirat makna dalam tujuan ini, bahwa proses

pendidikan dan pembelajaran harus mampu memanusiakan manusia

Indonesia agar berbudaya dan beradab sehingga mampu menghadapi

tantangan kehidupan yang kian kompetitif.

Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan anak seoptimal mungkin dalam berbagai aspek,

baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor sesuai dengan kapasitas yang

dimilikinya. Pemerintah telah menerbitkan pula Peraturan Pemerintah No. 72

Tahun 1991, sebagai landasan operasional yang mengatur secara rinci

pelaksanaan pendidikan luar biasa di Indonesia, selain itu juga untuk

memenuhi kebutuhan pendidikan anak luar biasa agar tiap orang dapat

(2)

Iyus Hermansyah, 2015

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BOGA BAGI SISWA TUNAGRAHITA JENJANG SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SKh NEGERI 01 PEMBINA PANDEGLANG BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimilikinya secara optimal. Tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 72

Tahun 1991 tentang pendidikan luar biasa sebagai berikut:

Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang

menyandang kelainan fisik dan atau mental agar mampu

mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.

Pendidikan khusus melayani seluruh siswa yang memiliki permasalahan

dan kebutuhan khusus dalam belajar. Menurut Shea & Bauer (1997) siswa

berkebutuhan khusus dipilah berdasarkondisi kekhususannya, yaitu: (1)

learner who vary in their interactions; (2) learnerwho vary in accessing the

enviroment; (3) learner who vary in their learning styles and rates.

Masing-masing kekhususan tersebut dipilah-pilah lagi sesuai hambatan yang

disandangnya(antara lain: anak dengan hambatan perilaku, anak dengan

hambatan pengelihatan dan anak dengan hambatan mental). Adanya variasi

kekhususan Polloway & Patton (1993) mengemukakan bahwa layanan

pendidikan untuk ABK disesuaikan dengan kebutuhan anak. Jika sekolah

tidak dapat memberikan layanan seluruh program kebutuhan anak, maka

harus bekerjasama dengan lembaga lain namun masih menjadi

tanggungjawab sekolah ditempat ABK terdaftar sebagai murid. Dengan

demikian pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah

khusus (SKh), hakekatnya untuk membantu anak mengembangkan

(3)

Iyus Hermansyah, 2015

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BOGA BAGI SISWA TUNAGRAHITA JENJANG SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SKh NEGERI 01 PEMBINA PANDEGLANG BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan pembelajaran keterampilan untuk membekali anak berkebutuhan

khusus agar memiliki keterampilan kerja yang bermanfaat pasca sekolah.

Menurut Kirk dan Gallangher dalam Hernawati T (2000) “anak luar biasa

merupakan anak yang mengalami penyimpangan rata-rata normal dalam

karakteristik mental, kemampuan sensoris, karakteristik neuromotor atau

fisik, perilaku sosial, kemampuan berkomunikasi atau gabungan dari berbagai

variabel tersebut. Karena adanya penyimpangan, maka anak luar biasa

memerlukan modifikasi pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk pelayanan

pendidikan kebutuhan khusus atau pendidikan luar biasa.”

Tuntutan untuk memiliki keterampilan ini tidak hanya berlaku bagi

sumber daya manusia secara umum, tetapi anak berkebutuhan khusus

yang menjadi bagian dari masyarakat Indonesia juga termasuk. Agar para

anak berkebutuhan khusus itu dapat ikut serta dalam persaingan di era

globalisasi ini, anak berkebutuhan khusus pun harus memiliki keterampilan.

Salah satu bentuk keterampilan yang kini sedang banyak dilakukkan oleh

Sekolah khusus dalam memberikan layanan keterampilan adalah

keterampilan tata boga.

Belajar tata boga pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara

sadar oleh peserta didik yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada

dirinya sendiri dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap berkenaan

dengan tata boga. Pengetahuan tata boga meliput pengetahuan tentang menu,

resep masakan, resep kue,bahan makanan pokok, bahan makanan

(4)

Iyus Hermansyah, 2015

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BOGA BAGI SISWA TUNAGRAHITA JENJANG SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SKh NEGERI 01 PEMBINA PANDEGLANG BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengemas makanan. Keterampilan tata boga mulai dari membersihkan,

menyiangi, memotong dan iris mengiris dengan berbagai macam alat

pemotong atau pisau sesuai dengan pengolahan selanjutnya, melumatkan

bumbu ; selanjutnya keterampilan menyiapkan alat memasak sesuai dengan

fungsinya dalam mengolah makanan dengan memperhatikan jenis tehnik

memasak, apakah untuk merebus, menggoreng, dan mengetim. Keterampilan

menyajikan makanan atau hidangan, dilakukan dengan memperhatikan

jumlah jenis dan kondisi hidangan untuk siap dikonsumsi. Hidangan atau kue

yang siap dibawa untuk hadiah atau oleh-oleh ataupun untuk dijual sebagai

produk usaha diperlukan keterampilan mengemas makanan.

Perubahan perilaku dalam belajar tata boga dapat terlihat dalam bentuk

sikap seperti memperhatikan kebersihan, di samping ketelitian dalam memilih

makanan, mengolah bahan makanan; cermat dan teliti dalam mempersiapkan

alat dan bahan makanan, mengolah dan menyajikan makanan, kreatif dalam

mengolah menyajikan hidangan yang menarik selera.Belajar tata boga untuk

seni memasak dan tata hidang dapat memberikan nilai tambah baik dalam

memberikan kepuasan dalam kenikmatan suatu hidangan yang disajikan.

Gagne dalam teorinya mengenai belajar, menggambarkan

tahapan-tahapan belajar mulai dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.Belajar

tata boga dengan memperhatikan delapan jenjang kegiatan belajar menurut

Gagne(Sagala,2008:20), yaitu :

(5)

Iyus Hermansyah, 2015

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BOGA BAGI SISWA TUNAGRAHITA JENJANG SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SKh NEGERI 01 PEMBINA PANDEGLANG BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

produk makanan yang berkualitas. (2). Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan dalam Tata boga, misalnya peserta didik diberi tugas menyajikan makanan dengan baik dan menarik, setelah diberi pengarahan prinsip-prinsip cara menyajikan makanan (3).Belajar membentuk rangkaian yang melahirkan respon tertentu dalam jalinan interaksi pada tata boga, misalnya peserta didik dapat mencampur macam- macam bumbu untuk menghasilkan rasa tertentu setelah mendapat penjelasan resep masakan.(4).Belajar asosiasi verbal dalam tata boga, misalnya menyebutkan beberapajenis sayuran yang dapat dijadikan lalab mentah, setelah memahami syarat sayuran yang dapat digunakan untuk lalab mentah (5).Belajar membedakan dalam tata boga, misalnya membedakan tepung terigu dengan tepung tapioca, membedakan menggoreng dengan menumis (6).Belajar konsep sebagai kebulatan respon dari stimulus-stimulus pada tata boga. misalnya pengertian menu sehat seimbang yaitu menu yang terdiri dari hidangan nasi, sayuran, lauk pauk, buah-buahan dan susu dan banyaknya hidangan memenuhi zat yang diperlukan tubuh manusia.(7).Belajar prinsip dalam tata boga, misalnya prinsip sanitasi hygiene dalam mengolah makanan dalam menghindari kerusakan atau keracunan akibat ketidak hati-hatian , ketidak telitian atau kesalahan dalam mengolah (8).Belajar memecah masalah dalam tata boga misalnya mengolah makanan yang harganya dapat dijangkau masyarakat

Dari hasil observasi di SKh Negeri 01 Pembina Pandeglang,

keterampilan yang sedang dipelajari oleh anak-anak sangat beragam. Mulai

dari keterampilan tata boga, keterampilan otomotif, keterampilan tata busana,

keterampilan tata kecantikan, keterampilan akupresur, keterampilan hantaran,

keterampilan sablon, keterampilan kriya kramik, keterampilan kriya kayu,

keterampilan layang-layang, keterampilan komputer dan keterampilan

pertanian.

Peneliti sangat tertarik dengan kerampilan tata boga karena keterampilan

tata boga merupakan salah satu keterampilan yang sangat membumi dan

hampir semua orang pernah melakukannya. Tata boga adalah

(6)

Iyus Hermansyah, 2015

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BOGA BAGI SISWA TUNAGRAHITA JENJANG SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SKh NEGERI 01 PEMBINA PANDEGLANG BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ruang lingkup makanan, mulai dari persiapan pengolahan sampai dengan

menghidangkan makanan itu sendiri yang bersifat tradisional maupun

Internasional. Pengetahuan ini sangat penting dimiliki oleh para siswa untuk

bekal dimasa depan. Pengetahuan ini dapat menunjang untuk memulai

usaha atau bekerja jika setelah tamat sekolah siswa tidak melanjutkan ke

perguruan tinggi dan minimalnya untuk dirinya sendiri. Ditengah

menjamurnya seni kuliner saat ini, pengetahuan tata boga akan sangat

membantu siswa untuk menjadi pribadi yang mandiri.

Pendidikan untuk siswa tunagrahita memiliki spesifikasi tersendiri,

karena fungsi intektualnya yang mengalami keterbatasan, maka

pengembangannya diarahkan pada potensi lain diantaranya potensi skill atau

keterampilannya. Melalui keterampilan diharapkan akan membantu

tunagrahita untuk mampu berkarya ditengah-tengah masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Keterbatasan yang dimiliki siswa tunagrahita menyebabkan siswa

tunagrahita tidak dapat belajar secara optimal. Dengan demikian dalam

pembelajaran keterampilan tata boga perlu adanya media yang memadai

dan dapat mengoptimalkan pembelajaran keterampilan tata boga anak

tunagrahita. Selain media, strategi guru dalam memberikan pelajaran

keterampilan tata boga menjadi perhatian yang khusus juga. Karena strategi

guru dalam memberikan pembelajaran keterampilan tata boga akan sangat

berpengaruh terhadap pengoptimalan kemampuan siswa dalam peroses

(7)

Iyus Hermansyah, 2015

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BOGA BAGI SISWA TUNAGRAHITA JENJANG SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SKh NEGERI 01 PEMBINA PANDEGLANG BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun hal yang patut disayangkan, proses pembelajaran keterampilan

tata boga dalam pelaksanaannya belum terprogam dengan baik seperti dalam

penetapan standar kompetensi, disini guru masih merasa kebingungan karena

pembelajaran keterampilan tata boga yang diberikan terlihat belum maksimal,

guru dalam pembelajarannya hanya bertumpu kepada modul-modul pelatihan

tanpa melihat yang dibutuhkan oleh siswa tunagrahita itu sendiri.

Hal lain yang menjadi perhatian adalah terkadang guru kebingungan

untuk menentukan materi apa yang harus diberikan setiap pertemuannya, hal

tersebut terjadi dikarenakan belum adanya rencana pelaksanaan pembelajaran

keterampilan tata boga. Berdasarkan hal tersebut siswa tidak dapat menguasai

standar kompetensi yang diharapkan, karena seharusnya kegiatan

pembelajaran yang dilakukan hendaknya mampu mengembangkan dan

meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas,

kepemimpinan, empati, toleransi, pada setiap peserta didik tunagrahita,

kemudian hal yang juga perlu dikoreksi adalah bentuk materi yang harusnya

beragam, karena perkembangan dunia kuliner/makanan akan selalu tumbuh

sesuai zaman dan atau berdasarkan keunikan dari makanan itu sendiri untuk

itu perlu juga kepada guru untuk memberikan keterampilan tata boga yang

beragam kepada siswa tunagrahita.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin melakukan sebuah

pengembangan terhadap program pembelajaran keterampilan tata boga,

(8)

Iyus Hermansyah, 2015

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BOGA BAGI SISWA TUNAGRAHITA JENJANG SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SKh NEGERI 01 PEMBINA PANDEGLANG BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterampilan Tata BogaBagi SiswaTunagrahitaJenjang Sekolah Menengah

Atas Luar Biasa (SMALB) di SKh Negeri 01 Pembina Pandeglang Banten”.

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada program pembelajaran keterampilan tata

boga bagi siswa tunagrahita. Diatas dikemukakan bahwa program

pembelajaran keterampilan tata boga belum tersusun dengan baik, sehingga

berdampak pada proses pembelajaran dan pengembangan kompetensi

keterampilan siswa tunagrahita tidak optimal. Penelitian ini mencoba akan

merumuskan sebuah program pembelajaran keterampilan tata boga bagi siswa

tunagrahita jenjang SMALB.

Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalahsebagai

berikut :

1. Bagaimana kondisi faktual program pembelajaran keterampilan tata boga

bagi siswa tunagrahita jenjang SMALB?

2. Apayang dibutuhkan untuk pengembangan program pembelajaran

keterampilan tata boga bagi siswa tunagrahita jenjang SMALB?

3. Bagaimana program pembelajaran keterampilan tata boga bagi siswa

tunagrahita jenjang SMALB?

4. Bagaimana efektivitas hasil uji coba program pembelajaran keterampilan

(9)

Iyus Hermansyah, 2015

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BOGA BAGI SISWA TUNAGRAHITA JENJANG SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SKh NEGERI 01 PEMBINA PANDEGLANG BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk

mengembangkan “Program Pembelajaran Keterampilan Tata Boga Bagi

Siswa Tunagrahita Jenjang SMALB”. Program tersebut dikembangkan

berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dianalisis berdasarkan konsep

serta dilakukan validasi sampai akhirnya akan diuji coba keefektivan

program tersebut.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui kondisi faktual program pembelajaran keterampilan tata

boga bagi siswa tunagrahita jenjang SMALB.

b. Mengetahui kebutuhan apa saja yang diperlukan dalam

pengembangan program pembelajaran keterampilan tata boga bagi

siswa tunagrahita jenjang SMALB.

c. Mengetahui program pembelajaran keterampilan tata boga bagi siswa

tunagrahita jenjang SMALB.

d. Mengetahuiefektifitas hasil uji coba program pembelajaran

(10)

Iyus Hermansyah, 2015

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BOGA BAGI SISWA TUNAGRAHITA JENJANG SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SKh NEGERI 01 PEMBINA PANDEGLANG BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Dinas Pendidikan

Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan pelaksanaan

program kegiatan yang ditujukan untuk sekolah khusus dalam memasukan

materi keterampilan tata boga yang disesuaikan dengan kebutuhan anak

berkebutuhan khusus dalam perencanaan program pembelajaran

keterampilan disekolahnya.

2. Guru

Sebagai bahan acuan untuk pengembangan diri dalam memberikan

layanan pembelajaran keterampilan tata boga yang disesuaikan dengan

kebutuhan dan kemampuan anak berkebutuhan khusus.

3. Siswa

Memiliki keterampilan yang sesuai dengan potensinya sebagai bekal

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

terdapat pada jalur pendidikan luar sekolah. 20/2003 tentang Sisdiknas) menjelaskan pula bahwa pendidikan anak usia.. dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Keterampilan vokasional yang diberikan pada jenjang sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas merupakan persiapan peserta didik untuk meningkatkan kreatifitas diri dan

Ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman dengan model pembelajaran biasa dalam meningkatkan hasil

kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan. kelas yang menggunakan pembelajaran diskusi

Badan Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas (2006), Panduan Penyusunanan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidilan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.. Bisri,

Program Keterampilan Kriya Kayu yang diterapkan dalam Pembelajaran Saat Ini di sentra PK-LK SKh Negeri 01 Pandeglang.. Kemampuan Faktual Siswa Yang belajar

Adapun judul dari karya ilmiah yang peneliti susun adalah “Pengembangan Program ketrampilan Pembuatan kriya Kayu Pada Anak Tunagrahita Ringan di SKh Negeri 01

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran PAI di SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta pada jenjang Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB-A)