• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. KONSEP PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. KONSEP PERANCANGAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

3. KONSEP PERANCANGAN

3.1 Konsep Kreatif 3.1.1 Tujuan Kreatif

Stay at home dad merupakan sebuah profesi baru yang ada di masyarakat, baik itu di Indonseia maupun diluar negeri. Budaya patriarki yang kental di Indonesia menjadikan pria yang memilih menjadi stay at home dad seringkali dipandang sebelah mata oleh banyak masyarakat. Perancangan buku ini diharapkan dapat mengangkat permasalahan stay at home dad dalam sebuah wacana yang berbentuk cerita fiksi yang terinspirasi dari kisah nyata pengalaman seorang stay at home dad, sehingga diharapkan dapat memicu suatu pemikiran dari sudut pandang lain dalam melihat permasalahan ini. Buku ini juga diharapkan dapat membuka wawasan bahwa tidak ada “ayah” dan “ibu” dalam urusan rumah tangga karena hal tersebut merupakan tanggung jawab yang harus dipikul bersama.

3.1.2 Strategi Kreatif 3.1.2.1 Target Audience

Perancangan difokuskan pada pemberian informasi dan edukasi mengenai mitos kekuatan pria dengan kaitanya terhadap pemilihan peran pria sebagai stay at home dad, dengan menggunakan media-media yang menarik, dan mudah dipahami oleh target audience.

Demografis

Secara spesifik target audience merupakan remaja pria dan wanita usia 20-30 tahun. Dari segi kelas sosial dibatasi pada kelas sosial A dan B yang telah memiliki pengertian yang cukup mengenai kesetaraan peran ayah dan ibu dalam keluarga modern.

(2)

Geografis

Secara fisik, ruang lingkup perancangan dibatasi pada area perkotaan yang banyak dihuni oleh keluarga modern, lebih spesifik lagi di area Surabaya. Namun digunakan internet sebagai perluasan secara maya.

Psikografis

Target audience merupakan golongan masyarakat yang memiliki pandangan yang luas dan terbuka, mau menerima hal yang baru, dan memiliki rasa toleransi yang tinggi.

Behavioristik

Target audience mempunyai pekerjaan tetap dengan rutinitas yang sudah terjadwal, sering membaca majalah tematik, suka mencoba hal baru, dan sering menggunakan internet.

3.1.2.2 Format dan Ukuran Buku

Buku mempunyai ukuran panjang 22 cm dan lebar 20 cm dengan jumlah halaman 40 lembar. Ukuran tersebut dipilih karena sesuai dengan jenis buku yang lebih menekankan pada sisi visual yang membutuhkan ruang yang besar agar gambar dapat dilihat dengan lebih jelas. Buku dijilid soft cover dan diberi laminasi doff untuk sampulnya

3.1.2.3 Isi dan Tema Cerita Buku

Buku bergenre fiksi yang tersinpirasi dari kisah pengalaman seorang stay at home dad, dengan penekanan hiperbol pada pengalaman dan perasaan seorang stay at home dad. Alur cerita dimulai dari kebingungan dan keresahan sang tokoh yang berangsur-angsur berubah menjadi lebih tenang di akhir cerita.

Tokoh utama dalam cerita ini adalah pasangan suami-istri dan seorang anaknya, dimana sang suami memilih untuk mengundurkan diri dari pekerjaanya untuk mengurus anaknya, sedangkan istrinya memiliki karir cemerlang dengan pemasukan yang stabil.

(3)

Buku juga berisi penjelasan seputar keluarga, peran suami-istri serta penjelasan mengenai stay at home dad, tujuannya agar buku juga dapat dijadikan media pembelajaran

3.1.2.4 Jenis Buku

Perancangan buku berupa cerita bergambar dengan menggunakan pendekatan digital imaging dalam pembuatan gambarnya. Cerita dituliskan dalam bentuk teks narasi dan didukung dengan visualisasi kreatif menggunakan teknik digital imaging untuk menggambarkan suatu hiperealitas dari kejadian sehari-hari yang dialamai oleh sang tokoh.

3.1.2.5 Gaya Penulisan Naskah

Cerita memiliki alur maju dan diceritakan dari sudut pandang orang pertama. Karakter terkadang memecah dinding keempat, dengan berinteraksi langsung dengan pembaca buku.

3.1.2.6 Gaya Grafis

a. Simplicity

Simplicity mengedepankan permainan ruang kosong dan kesederhanaan untuk menyampaikan pesan yang ada. Pada perancangan layout dibuat dengan konsep sehingga illustrasi dapat lebih menonjol dan berbicara. Simplicity juga digunakan untuk menghadirkan nuansa ekslusif dalam desain.

b. Surealisme

Surealisme menggunakan unsur imajinasi, khayalan serta mimpi dalam sebuah karya. Surealisme berusaha untuk memvisualisasikan apapun yang terlintas dalam benak manusia melalui simbolisasi-simbolisasi abstrak. Pada perancangan ini surealisme digunakan untuk menggambarkan suatu kejadian surreal dan hiperbola untuk memberi penekanan pada perasaan-perasaan yang timbul baik itu senang maupun susah.

3.1.2.7 Teknik Visualisasi

Visualisasi pada cerpen menggunakan teknik digital imaging karena teknik tersebut dapat digunakan untuk menciptakan foto surealis dari situasi dan

(4)

perasaan tokoh utama dalam suatu adegan cerita. Visualisasi yang dbuat lebih menekankan pada perasaan abstrak dari sang tokoh daripada kejadian nyata dari kegiatan sehari-harinya.

3.1.2.8 Teknik Cetak

Buku dicetak menggunakan teknik cetak offset karena teknik cetak tersebut cocok digunakan untuk memproduksi buku dalam jumlah yang banyak dengan harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan teknik cetak digital.

3.1.3 Program Kreatif 3.1.3.1 Judul Buku

Buku yang dirancang diberi judul “Interchangeable[?]: the story of a stay at home dad” Kata interchangeable berarti dapat saling tukar, digunakan untuk mengekspresikan ide bahwa peran dalam rumah tangga dapat ditukar, namun hal ini masih sering menjadi pertanyaan, maka dari itu diberi tanda tanya diakhir kata.

3.1.3.2 Sinopsis

Setelah melahirkan, Anna mengambil cuti hamil untuk mengurus anaknya yang baru lahir, bahkan Anna berkeinginan untuk mengundurkan diri namun suaminya, Richard, menyadari potensi karir yang dimiliki. Richard menyenangi karirnya namun belakangan ini merasa jenuh dan mengalami stagnansi, memilih untuk mengundurkan diri dan mengurus anaknya karena pasangan tersebut memilih untuk tidak menggunakan asisten rumah tangga. Richard cukup mahir dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga tetapi mengalami kendala secara psikologis karena tetangganya menganggap dia pengangguran dan tega membiarkan istrinya bekerja keras diluar rumah.

3.1.3.3 Storyline

Hai, namaku Richard, dan ini istriku Anna. Sebagai suami yang baik, aku sayang banget sama istriku, apapun akan kulakukan demi melindunginya, tetapi bukan berarti aku mengurungnya dirumah agar terbebas dari bahaya dari luar. Aku melindungi Anna karena dia merupakan bagian vital dari tubuhku, tanpanya aku hanyalah sebuah cangkang kosong yang tidak berarti.

(5)

Sebagai pasangan muda yang baru saja menikah, kita masih mempertahankan pekerjaan kita. Aku bekerja sebagai marketing di sebuah perusahaan food & beverage, sedangkan Anna adalah sekretaris direktur dari sebuah perusahaan tekstile ternama. Aku dan Anna sama-sama menyenanangi pekerjaan kita masing-masing. Terkadang kita terlalu sibuk bekerja dan menyisakan sangat sedikit waktu untuk berduaan, tetapi berkat pekerjaan tersebut, kita dapat bertahan di zaman yang serba mahal ini, bahkan lebih dari cukup.

Menjadi seorang marketing sangat menyenangkan, terutama saat aku berhasil mencapai target penjualan. Plus, kondisi kerja diperusahaanku sangat kondusif sehingga aku semakin menyukai pekerjaanku. Sewaktu membantuku menyusun strategi marketing, Anna berpendapat kalo pekerjaanku sekarang ini susah untuk berkembang, dan beresiko besar mengalami stagnansi. Memang sih hingga saat ini aku belum pernah naik jabatan, tetapi menurutku jabatan tidaklah penting, biarpun harus bekerja diposisi rendah yang penting bisa menghasilkan uang untuk keluargaku.

Beberapa bulan kemudian, Anna mendapatkan promosi yang telah lama didambakannya. Bossnya senang dengan pekerjaannya dan berpendapat bahwa belum ada orang yang sehebat Anna dalam pekerjaan yang dilakukannya. Medapatkan promosi berarti pekerjaan yang menanti Anna akan lebih berat, sehingga Anna tidak bisa lagi membantuku menyusun strategi marketing. Akibatnya perlahan-lahan pekerjaanku mulai berantakan, bukannya aku tidak kompeten dalam tetapi selalu saja terasa kurang sesuatu.

Beberapa minggu kemudian Anna dinyatakan hamil, dan kami berdua senang sekali akan kedatangan anak kami yang pertama di hidup kami. Anna mulai memikirkan kedepannya, dimana dia harus mengurus anak di rumah sedangkan aku harus bekerja menafkahi keluarga, dimana hal itu agak susah melihat karirku yang mulai menujukkan tanda-tanda stagnansi.

Suatu hari dengan wajah sedih, Anna berkata kepadaku ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya untuk mulai fokus mengurus anak dan rumah tangga, disatu sisi aku senang mendengar keinginan Anna untuk fokus pada urusan rumah tangga, namun disisi lain aku sedih melihat Anna melepaskan

(6)

pekerjaan impiannya dan juga sedikit khawatir dengan keuangan kita, jika Anna melepaskan pekerjaannya maka sama saja dengan membiarkan uang terbang begitu saja, terlebih lagi aku ragu pekerjaanku mampu mencukupi keluargaku. Anna dengan raut muka yang sedih mengatakan kalau aku tidak perlu memikirkan masalah pekerjaannya dan fokus saja utntuk lebih giat bekerja.

Seperti kata Anna, aku lebih giat lagi bekerja, tapi sayangnya pekerjaanku tetap begitu-begitu saja. Lewat beberapa minggu, aku mendapat ide cemerlang, setelah Anna melahirkan maka dia tetap bekerja di kantornya sementara aku yang mengurus rumah dan membesarkan anak, alias jadi stay at home dad, yang saat ini lagi ngetrend di negara barat, dengan begitu Anna dapat mempertahankan pekerjaan impiannya, keuangan keluarga kita tetap terjamin, dan anak kita terurus dengan baik. Anna hanya bisa mengeryitkan dahi dan berkata bahwa itu adalah ide yang gila, karena orang-orang di sekitar kami akan langsung berpandangan miring. Aku sih tidak terlalu peduli sama orang lain, yang penting keluargaku bisa hidup dengan baik dan sejahtera.

Hari demi hari berlalu dan diskusi kami terasa tidak ada akhirnya, berputar disitu-situ saja, alasan demi alasan saling dilontarkan. Sebenarnya aku juga tidak mau membiarkan Anna yang mencari nafkah di luar rumah, tetapi jika tidak maka hidup kami akan terbebani karena pekerjaanku yang kurang menghasilkan. Argumen pertama yang muncul adalah stigma masyarakat terhadap peran suami dan istri dalam rumah tangga. Seorang selalu selalu dianggap sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah, sedangkan istrinya melayani suaminya dan bekerja hanya untuk mencari tambahan penghasilan. Argumen ini kubantah secara mentah-mentah dan berkata bahwa suami-istri harus saling melayani dan sudah bukan zamannya lagi untuk seorang wanita untuk dirampas atau menyerahkan kebebasannya untuk bekerja diluar rumah.

Anna berkata bahwa kita bisa memanggil baby-sitter untuk menjaga anak kita selama kita bekerja dikantor dengan begitu kita bisa mempertahankan pekerjaan kita, tetapi aku tak ingin anak pertama kita jadi “anak baby-sitter” dan yang lebih bikin paranoid adalah maraknya pemberitaan pengaush anak yang seringkali terbawa emosi dan malah melakukan tindak kekerasan pada anak yang

(7)

diasuhnya. Anna merasa kalo aku terlalu berlebihan, tidak semua baby-sitter seperti itu. Aku bersikukuh kalo hal itu tetap bisa terjadi. Pada akhirya Anna juga merasa tidak rela jika anak pertama kita dirawat dan dibesarkan oleh orang lain.

Opsi lain yang bisa kita lakukan adalah menitipkan anak kita pada kakek-neneknya, tetapi rumah orang tuaku berada jauh dari rumahku, masa aku harus bolak balik mengantar anakku ke rumah orang tuaku dan menjemputnya lagi setelah pulang kerja. Orang tua Anna tinggal diluar kota, sehingga tidak mungkin untuk menitipkan anak kita pada mereka. Tidak mungkin juga mereka diajak tinggal bersama kita karena rumahku sekarang ini hanyalah kontrakan kecil dan tidak memiliki kamar kosong yang bisa digunakan untuk tidur disini.

Setelah panjang lebar berdiskusi akhirnya Anna menerima ideku ini, dengan syarat apabila kedepannya aku mengalami kesulitan, aku tidak boleh segan-segan bercerita pada Anna, dan juga jika ideku ini tidak berjalan dengan baik maka Anna yang akan turun tangan mengurus rumah tangga dan aku harus mencari pekerjaan baru, meskipun gajinya tidak sebesar yang diinginkan. Anna menambahkan bahwa, meskipun aku yang bekerja mengurus rumah, tetapi bukan berarti aku tidak lagi menjadi kepala keluarga. Seorang suami tetap harus menjadi kepala keluarga dan bertugas menjaga dan mengarahkan jalan hidup keluarganya. Akupun menyanggupi persyaratan Anna tersebut.

Sewaktu anak pertama kami lahir, Anna mengambil cuti hamil untuk merawat anak kami selama dua belas minggu, sebagai gantinya aku harus bekerja lembur untuk mencukupi kebutuhan anakku yang baru lahir. Tiap hari aku harus bekerja hingga larut malam, rasanya stress banget, kalo bisa aku pengen teriak sekencang-kencangnya buat menghilangkan rasa stress ini. Anna merasa kasihan kepadaku tetapi aku tidak menunjukkan perasaan lelah supaya Anna bisa fokus merawat anak kami dalam masa-masa awal pertumbuhannya. Selain itu, Anna juga cukup kebingungan karena bossnya memanggil Anna untuk cepat-cepat kembali bekerja, alasannya si karena tak ada yang bisa menggantikan pekerjaan Anna..

Dua belas minggu telah berlalu, cuti hamil Anna sudah berakhir tetapi Anna masih belum ingin kerja dan meninggalkan anak kita. Anna memutuskan

(8)

untuk meminta perpanjangan cuti selama seminggu. Bosnya berkata bahwa cuti hamil tidak bisa diperpanjang, jika Anna memperpanjang cuti hamilnya maka perpanjangan tersebut akan diambil dari jatah cuti tahunan. Aku menyarankan Anna untuk masuk daripada menghabiskan jatah cuti, lagipula kita sudah sepakat diawal mengenai tanggung jawab masing-masing. Jika Anna memperpanjang cutinya bukankah itu sama saja dengna lari dari tanggung jawab?

Setelah bulan-bulan yang penuh tantangan baru mengurus anak telah lewat, akhirnya Anna kembali bekerja. Sementara aku mengundurkan diri dari pekerjaan dan mulai fokus ke mengurus rumah. Di sini merupakan titik dimana aku tak akan bisa kembali ke waktu sebelumnya, aku akan berusaha sekuat mungkin untuk mengurus rumah tangga.

Aku tak menghadapi masalah dalam mengurus rumah tangga, entah mengapa aku rasa itu sudah merupakan hal yang natural, hanya saja menjaga bayi itu tidak mudah. Aku harus menyempatkan waktu kapan melihat kondisi bayi, kapan harus membersihkan rumah, kapan harus memberi makan bayi dan sebagainya. Tantangan yang paling melelahkan bagiku adalah sewaktu mengganti popok bayi, aku berulang kali melakukannya dan tetap saja berusaha keras agar popok itu terpasang baik pada bayiku.

Setelah beberapa minggu mengurus rumah tangga, tetangga di rumahku mulai mengenal aku sebagai satu-satunya stay at home dad yang ada di perumahanku. Awalnya tetangga-tetanggaku merasa aneh kenapa aku yang mengurus rumah, sedangkan istriku bekerja. Tanggapan yang munculpun bervariasi, ada yang memuji, ada yang skeptis, dan banyak yang mencela. Kadang rasanya bangga bisa jadi pembicaraan tetangga sekitar, apalagi ketika dipuji, tetapi juga rasanya menyebalkan jadi pembicaraan tetangga, kayak ga ada bahan gossip lain aja…

Belum selesai satu muncul lagi masalah lainnya, kali ini datang dari rekan kerja Anna dan membuatnya resah. Teman kantornya, Jane, mengatakan bahwa keputusan yang kita pilih itu salah, keluarga itu seharusnya di urus oleh ibu karena kasih saying ibu itu melebihi segalanya. Aku mengatakan agar tidak usah menghiraukan komentar itu, karena aku sudah bertekad, demi anakku, dan demi

(9)

Anna, karena aku tidak punya pilihan lain untuk membantu Anna dalam hidupnya.

Ada satu ibu muda yang benar-benar menyebalkan, namanya Monica. Monica mengejek-ejek ku akan pekerjaanku sebagai ayah rumah tangga. Ejekan-ejekannya terasa sangat pedas di telingaku. Aku pernah memberikan argumenku, tapi hal itu membuat ejekan yang diberikan tambah pedas. Ejekan-ejekan yang pedas serta pendapat orang, seperti Jane, yang terlalu dipaksakan, sukses membuatku kehilangan semangat, rasanya hal itu terus-menerus menggema di kepalaku.

Suatu hari Monica mengejekku yang betul-betul menusuk langsung ke diriku, dan aku mulai deperesi. Monica berkata bahwa aku cowok yang ngga becus, cuma bisa malas-malasan dan jadi penggangguran dirumah. Setelah capek seharian mengurus rumah, dan masih disebut pengangguran sukses menghacanurkan kesenanganku. Setalah dipikir-pikir perkataan Monica ada benarnya juga, kalo cuma dirumah harusnya aku bisa mencari kerjaan yang bisa aku lakukan sambil mengurus rumah.

Hari demi hari, aku mulai melakukan pekerjaan rumah dan menangani anakku dengan cepat sehingga aku punya waktu luang yang entah akan kuhabiskan dengan apa. Aku bisa saja mengisi waktuku dengan hobi, tetapi hobi yang seperti apa dapat mengisi waktuku yang seakan-akan bisa terambil oleh tangisan anakku. Aku memikirkan untuk mencoba mencari hobi yang menghasilkan seperti menjual barang agar aku bisa menjaganya dirumah saja. Tetapi itu berarti aku harus mulai dari nol untuk melakukan usaha sendiri. Aku tidak tahu harus melakukan apa, apa yang akan di urus, bagaimana di urusnya dan banyak hal lagi.

Aku memutuskan untuk membuka online shopping sebagai hal yang kulakukan dirumah. Aku pun menjadi fotografer dan juga writer sebagai pekerjaan yang kulakukan. Dengan itu aku bisa bekerja sambil mengurus rumah. Satu-satunya beban adalah orang-orang yang tidak bisa mendukungku dalam pekerjaanku sebagai ayah rumah tangga, tetapi itu justru membuatku akan

(10)

memperbaiki kekuranganku, kritik mereka aku pakai untuk memperbaiki apa yang kulakukan.

Pada awal kerja sampingan di rumah, aku malah semakin stress. Rasanya pekerjaanku semakin banyak, bersih-bersih rumah, menurus bayi dan sekarang ditambah dengan kerja sampingan, badanku serasa mau hancur. Aku pikir semua hal itu mustahil untuk diselesaikan, tetapi aku juga tak ingin membebani ekonomi keluarga hanya ke Anna sehingga aku berusaha sekuat mungkin. Meskipun kelihatannya sepele bekerja dari rumah tapi kenyataanya lebih banyak kendala yang harus dihadapi, jika tidak maka usahaku malah akan menjadi beban bukan pemasukan. Kesulitan yang awalnya aku alami dalam mempelajari membuka usaha sendiri, perlahan-aham terangkat ketika Anna mengatakan akan mendukungku dalam hal itu. Meskipun Anna berkata ingin menolongku tapi aku menolak, hanya dengan dukungannya saja aku sudah bersemangat lagi.

Melalui penghasilan dari pekerjaan-pekerjaanku itu aku mendapatkan banyak hasil yang bisa kubeli. Hal-hal yang dari dulu aku ingin beli tapi tidak memberitahukan kepada Anna karena aku tak ingin membebaninya lebih. Aku dapat membeli motor, membeli computer baru, beberapa alat bersih rumah tangga yang praktis. Dengan menjadi ayah rumah tangga juga membuatku dapat menjaga anakku dari bahaya babysitter yang dapat membahayakan kesehatan anak.

Saat ini aku telah menjadi seorang ayah tangga yang bangga dengan pekerjaannya di rumah. Ternyata mengurus rumah tangga tidak semudah yang dilihat, antara menunggu cucian kering, membersihkan kotoran di sudut-sudut ruangan, merespon setiap tangisan bayi, dan bekerja di rumah benar-benar membuatku ingin menduplikasi diriku menjadi banyak.

Saranku kepada para ayah yang ingin menjadi stay at home dad adalah 1. Jangan main-main, pertimbangakan matang-matang karena tidak semuda yang dibayangkan, 2. Pastikan kamu bisa melakukan pekerjaan rumah dengan baik karena semua itu sangat melelahkan jika kamu tidak sanggup. 3. Open-minded, mau belajar hal-hal baru, memilik pemikiran yang rasional dan dewasa, karena kamu akan banyak dikritik oleh orang-orang dan harus bisa memikirkan solusi dari kritik-kritik tersebut. 4. Ketahanan mental, karena antara mengurus rumah,

(11)

membuka usaha sendiri, dan komentar panas dari tetangga sangat berpotensi menimbulkan stress.

3.1.3.4 Deskripsi Karakter Tokoh Utama dan Tokoh Pendukung a. Tokoh Utama

a) Richard – seorang stay at home dad, bangga dengan istrinya, sangat memperhatikan tumbuh kembang anaknya, berusaha melakukan tugas rumah dengan baik tapi mengalami kesulitan di awalnya karena tidak terbiasa dengan banyak pekerjaan rumah meskipun begitu ternyata cukup mahir dengan pekerjaan rumah karena berbagi tugas dengan istrinya ketika belum punya anak. Mencari pekerjaan yang bisa dilakukan dirumah.

b) Anna – istri Richard, seorang wanita karir, khawatir dgn keputusan suaminya tapi tetap menghormati keputusannya, suka dengan pekerjaannya bahkan termasuk karyawan yang cemerlang.

b. Tokoh Pendukung

a) Monica – tetangga menyebalkan yang suka ikut campur urusan orang lain, berpikiran sempit, dan suka mengolok-ngolok.

b) Jane – teman kerja Istri yang berpikiran luas namun sering menanyakan keputusan keluarga Anna tentang bertukar peran.

3.1.3.5 Tone Warna

Tampilan visual dalam buku menggunakan warna hitam dan warna dingin yang dikurangi saturasinya, untuk menciptakan kesan kelam dan melodramatik sesuai dengan perasaan yang dialami tokoh utama.

3.1.3.6 Tipografi

Jenis media yang digunakan dalam sebuah desain berpengaruh terhadap penentuan jenis font. Media cetak lebih sering menggunakan font jenis serif, sedangkan media digital lebih sering menggunakan font jenis sans-serif. Keberadaan serif dalam sebuah font membantu mata pembaca untuk mengikuti alur tulisan, sekaligus mempermudah otak untuk menafsirkan suatu huruf. Oleh karena itu dalam perancangan ini jenis font yang digunakan adalah serif.

(12)

a. Font Teks Narasi

Font yang digunakan dalam teks narasi adalah Baskerville Old Face

AaBbCcDdEeFfGgHhIiJj

b. Font Judul

Font yang digunakan pada judul buku adalah Bordeaux Roman Bold LET

AaBbCcDdEeFfGgHhIiJj

3.1.4 Biaya Produksi

Buku diproduksi sebanyak 3000 eksemplar berukuran panjang 22 cm dan lebar 20 cm, lembaran isi menggunakan matte paper 150 gram, dan cover buku menggunakan art paper 210 gram, dijilid soft cover. Ukuran plat 40 x 60 cm @ Rp 200.000,- (CMYK). Film 1 cm2 @ Rp 150,-

Kertas = 30 rim x Rp 600.000,- = Rp 18.000.000,- Film = p x l x harga film/cm2 x jumlah plat

= 22 x 20 x Rp 150,- x 11 = Rp 726.000,- Plat = 11 x Rp. 200.000 = Rp 2.200.000,- Cover = 6 rim x Rp 850.000,- = Rp 5.100.000,- Film (Cover) = 24 x 20 x Rp 150,- = Rp 72.000,- Finishing = 3000 cover x 24 x 20 x Rp 10,- = Rp 14.440.000,- Jilid = 3000 buku x Rp 5000,- = Rp 15.000.000,- TOTAL = Rp 57.538.000,-

Referensi

Dokumen terkait

Moleküler asimetriler nedeniyle optikçe aktif olan, yapıları aynı olan fakat konfigürasyonları farklı maddelerdeki izomeridir.. Bir molekülün uzaysal yapısını ayna

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis yang berjudul: Konstruksi

Menurut pasal 2 ayat (1) Undang-undang Kepailitan dan PKPU di atas, supaya pasal 1131 dan 1132 KUHP berlaku sebagai jaminan pelunasan utang Kreditur, maka pernyataan pailit

Jika kuitansi sudah langsung diserahkan sekalian dengan invoice dan faktur pajak, maka dari bagian keuangan mengeluarkan tanda terima atas penye rahan kwitansi dan

Eksperimen mengenai kekuatan pelet maupun briket bijih besi berbinder organik dan inorganik telah banyak dilakukan, namun pengaruh binder terhadap sifat metalurgis

Jadi simpulannya adalah dari ketujuh puisi yang terdapat pada buku paket “Inilah Bahasa Indonesiaku” semuanya terdapat nilai pendidikan dan hal ini sangat aik

Siti Wulandari ‘Siwu’ sang pujaan hati yang selalu ada di setiap penulis mendapat kesulitan, selalu memberikan do’a, dorongan, semangat, motivasi serta cinta dan

Oleh itu, dalam konteks kajian pembangunan modul pedagogi kelas berbalik berasaskan pembelajaran reflektif untuk politeknik premier ini menggunakan pendekatan kajian reka bentuk dan