• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR POPULASI PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) DI JORONG PINANG NAGARI DURIAN GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR POPULASI PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) DI JORONG PINANG NAGARI DURIAN GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR POPULASI PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) DI JORONG PINANG NAGARI DURIAN GADANG

KABUPATEN SIJUNJUNG Anti Mashita Sari, Rizki, Elza Safitri

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

e-mail: mashitaantie@yahoo.com

ABSTRACT

Jorong Pinang is one of corner that contained in the Durian Gadang villages Sijunjung that in the area there are plants of the pasak bumi (E. longifolia).The profit plants in Jorong Pinang pasak bumi has been used as traditional medicine and in traded in the market. The existence of these activities is missing or feared could cause the extinction of pasak bumi in their natural habitat. Therefore, it has done a study entitled the population stucture of the pasak bumi in Jorong Pinang Durian Gadang villages Sijunjung. This research was conducted in order to determine the population structure of the pasak bumi on seedling,sapling, pole and to determine the age of population pyramid shape of the pasak bumi in Jorong Pinang Village Durian Gadang Sijunjung. This research is a descriptive survey research methods used the method of double plots by placing the 60 plots in scattered randomly at 40 research sites in the natural forrest plots and 20 plots in foresst plantations. Observation were done covering the number of pole, sapling, seedling. Population age pyramid shape of the pasak bumi in Jorong Pinang Durian Gadang Village Sijunjung. Population age pyramid shape of the pasak bumi in Jorong Pinang Durian Gadang Village Sijunjung. The results showed the population structure of the pasak bumi in Jorong Pinang Village Durian Gadang Sijunjung with a total of 3621 individuals which consists of 2 poles, 44 sapling and 3575 seedling. Pegs population pyramid shape of the pasak bumi is a pyramid with a wide base and significant population of the pasak bumi in the study is growing areas.

Key Word: Population structure, age pyramid, E. longifolia.

PENDAHULUAN

Hutan sebagai salah satu sumber daya alam dapat dialokasikan pemanfaatannya untuk manfaat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung dari hutan adalah hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan bukan kayu. Hasil hutan bukan kayu adalah beberapa tumbuhan yang bisa dimanfaatkan atau bernilai ekonomis tinggi seperti tumbuhan pasak bumi (E. longifolia).

Pasak bumi (E. longifolia) beberapa tahun belakangan ini banyak dicari oleh masyarakat untuk diperjualbelikan di pasaran. Hal ini dilakukan karena hampir keseluruhan bagian tumbuhan pasak bumi

dapat digunakan sebagai obat (Handayani, 2013).

Pengambilan tumbuhan pasak bumi (E. longifolia) di habitat alamnya juga terjadi di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung. Hal ini dilakukan masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Masyarakat sekitar Jorong Pinang masih tradisional dan masih memanfaatkan sumber daya alam. Hal ini terbukti dengan kebiasaan masyarakat yang sudah dari dahulunya mengambil pasak bumi di hutan untuk dimanfaatkan sebagai obat. Selain itu pasak bumi di Jorong Pinang dikhawatirkan akan berkurang karena adanya aktivitas illegal logging serta pembukaan hutan menjadi lahan karet dan

(2)

lahan sawit yang cenderung membakar hutan sebelum di tanami.

Aktivitas pengambilan tumbuhan pasak bumi dan alih fungsi hutan oleh penduduk jika terus berlanjut tentunya dikhawatirkan akan menyebabkan hilang atau punahnya tumbuhan pasak bumi di kawasan hutan tersebut. Oleh karena itu penulis telah melakukan penelitian tentang Struktur Populasi Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur populasi pasak bumi

(E. longifolia) pada tingkai semai

(seedling), sapihan (sapling) dan tiang (poles) serta untuk mengetahui bentuk piramida umur populasi pasak bumi (E. longifolia) di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung.

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini diantaranya: sebagai informasi ilmu pengetahuan khususnya dibidang ekologi tumbuhan terutama bagi peneliti dan pembaca, meningkatkan pengetahuan dan wawasan pembaca serta sebagai salah satu referensi atau informasi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan dan sebagai informasi bagi lembaga pemerintahan terkait untuk bisa melindungi tumbuhan pasak bumi maupun habitat alamnya.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei 2016. Sampel diambil di kawasan hutan alami dan hutan tanaman Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung.

Alat dan Bahan

Alat yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah: meteran, kompas, parang, tali plastik, pisau, gunting tanaman, pancang, kamera digital, alat-alat tulis serta alat untuk pengukuran faktor lingkungan (thermohigrometer, anemometer dan soil tester) dan bahan yang digunakan adalah pasak bumi yang ditemukan di lapangan.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif, penelitian ini dilakukan dengan metode petak ganda secara acak.

Cara Kerja

Peninjaun atau survey lokasi secara umum untuk mengetahui kedaan lapangan dengan pengamatan sepintas mengenai vegetasi daerah tersebut. Selanjutnya dibuat petak contoh untuk tiang 10 m x 10 m dan didalam petak tersebut dibuat petak contoh untuk sapling 5 m x 5 m dan seedling 2 m x 2 m lalu di pasang pancang di keempat sisinya dan diikatkan tali sebagai penanda. Petak contoh tersebut berjumlah 60 dan disebar secara acak 40 dalam hutan alami dan 20 di hutan tanaman. Catat jumlah semai (seedling), sapihan (sapling) dan tiang (poles) pada tiap plot pengamatan, selanjutnya konversikan jumlah sampel yang didapatkan pada tiap fase pertumbuhannya dalam luas 100 m2. Kemudian lakukan pengukuran faktor lingkungan.

Analisis Data

Menghitung jumlah pasak bumi yang ditemukan pada tiap tahapan pertumbuhan seperti tiang (poles), sapihan (sapling) dan semai (seedling) yang terdapat dalam tiap plot pengamatan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan rumus berikut : Kerapatan =

Frekuensi = Menetapkan bentuk piramida umur populasi berdasarkan Odum (1998) yaitu bentuk piramida, polygon, pasu atau kendi. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian mengenai struktur populasi pasak bumi (E. longifolia) pada 60 plot di Jorong Pinang Nagari Durian

(3)

Gadang Kabupaten Sijunjung akan disajikan dalam tabel dan gambar berikut :

Tabel 1: Struktur populasi pasak bumi (E. longifolia) pada 60 plot di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung.

No Struktur Populasi Jumlah Individu (100 m2) Kerapatan (individu/Ha) Frekuensi 1 Poles 2 3,33 0,033 2 Sapling 44 73,33 0,166 3 Seedling 3575 5958,33 0,75 Total 3621 6.034,99 0,949

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa jumlah seedling lebih banyak dibandingkan dengan jumlah poles dan sapling. Distribusi

umur berdasarkan Odum (1998) dapat digambarkan seperti Gambar 1 berikut:

2 44 3575

Gambar 1. Bentuk piramida umur populasi pasak bumi (E. longifolia) di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung dalam 100 m2.

Penelitian struktur populasi pasak bumi (E. longifolia) di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung ini dilakukan di dua tempat. Pertama pada hutan alami di Jorong Pinang

Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung dan diperoleh pasak bumi sebanyak 1237 individu dengan struktur populasi seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Struktur populasi pasak bumi (E. longifolia) pada hutan alami di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Siujunjung.

No Struktur Populasi Jumlah Individu (100 m2) Kerapatan (individu/Ha) Frekuensi 1 Poles 1 2,5 0,025 2 Sapling 36 90 0,2 3 Seedling 1200 3000 0,675 Total 1237 3092,5 0,9

Berdasarkan Tabel 2. Terlihat jumlah seedling lebih banyak dibandingkan jumlah poles dan sapling. Distribusi umur populasi pasak bumi berdasarkan Odum (1998)

dapat digambarkan seperti Gambar 2 berikut.

Keterangan : = Poles

= Sapling

(4)

1 36 1200

Gambar 2. Bentuk piramida umur populasi pasak bumi (E. longifolia) pada hutan alami di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung dalam 100 m2.

Pengamatan yang ke-2 telah dilakukan pada pada hutan tanaman di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung dan diperoleh pasak bumi (E.

longifolia) sebanyak 2384 individu dengan struktur populasi seperti yang terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Struktur populasi pasak bumi (E. longifolia) pada hutan tanaman di Jorong Pinan Nagari Durian Gadang Kabupaten Siujunjung.

No Struktur Populasi Jumlah Individu (100 m2) Kerapatan (individu/Ha) Frekuensi 1 Poles 1 5 0,05 2 Sapling 8 40 0,1 3 Seedling 2375 11875 0,9 Total 2384 11920 1,05

Berdasarkan Tabel 3 terlihat jumlah seedling lebih banyak dibandingkan dengan jumlah poles dan sapling. Distribusi umur populasi pasak bumi berdasarkan

Odum (1998) dapat digambarkan seperti Gambar 3 berikut. 1 8 2375

Gambar 3. Bentuk piramida umur populasi pasak bumi (E. longifolia) pada hutan tanaman di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung dalam 100 m2.

Hasil pengukuran faktor lingkungan di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang

Kabupaten Sijunjung di tampilkan pada Tabel 4. Keterangan : = Poles = Sapling = Seedling Keterangan : = Poles = Sapling = Seedling

(5)

Tabel 4. Data hasil pengukuran faktor lingkungan di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung.

No Parameter Hutan Alami Hutan Tanaman

1 Suhu udara 220C-290C 240C-320C

2 Kelembaban Udara 63-82% 61-78%

3 pH Tanah 4,4-6,8 5,4-6,8

4 Kecepatan Angin 3,1 m/s 1,1 m/s PEMBAHASAN

Tumbuhan pasak bumi (E. longifolia) di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang memiliki kerapatan total 6034,99 individu/Ha. Pasak bumi di daerah penelitian masih tergolong tumbuhan diatas kriteria minimum jumlah tumbuhannyang bisa bertahan nhidup. Sesuai yang dikemukakan Tati dalam Wati (2010) bahwa kerapatan minimal suatu populasi berbeda tergantung tempat dan jenis tumbuhan tersebut. Untuk tumbuhan di daerah tropis jumlah minimal yang harus ditemukan pada kawasan 1 km2 adalah 25 individu agar populasi tumbuhan tersebut dapat mempertahankan keberadaanya dalam suatu kawasan.

Berdasarkan data pada Tabel 1. Menampilkan nilai frekuensi pasak bumi (E. longifolia) dimana total nilai frekuensi adalah 0,949 yang terdiri dari poles 0,033, sapling 0,166 dan seedling 0,75. Frekuensi paling tinggi yaitu fase seedling dan paling rendah fase sapling. Soerianegara dan Indrawan (2012) menyatakan nilai frekuensi yang tinggi menjelaskan tingkat penyebaran yang luas dari suatu tumbuhan. Penyebaran yang luas akan menyebabakan tingginya natalitas.

Hasil pengamatn terhadap struktur populasi pasak bumi (E. longifolia) menjelaskan adanya perbedaan jumlah yang cukup jauh. Jumlah tersebut memperlihatkan seedling lebih banyak dari sapling dan sapling lebih banyak dari poles. Dari data tersebut didapatkan gambaran yang jelas mengenai distribusi umur dalam bentuk piramida umur yaitu bentuk piramida dengan dasar yang lebar dengan ciri jumlah seedling lebih banyak. Hal ini sesuai pendapat Wati (2010) bahwa bentuk piramida umur dengan dasar yang lebar

menujukkan jumlah individu fase muda lebih besar. Ini menujukkan tumbuhan tersebut masih bisa bertahan hidup di tempat tersebut.

Penelitian yang dilakukan di hutan alami di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang didapatkan jumlah pasak bumi 1 poles, 36 sapling dan 1200 seedling. Ini menunjukkan adanya perbedaan jumlah individu antara fase poles, sapling, dan seedling. Hal ini terjadi diduga karen adanya aktivitas manusia yang cenderung lebih mengambil akar pasak bumi dari fase

poles dan sapling. Menurut Zulfahmi

(2015) faktor lain yang menjelaskan rendahnya jumlah pasak bumi fase sapling

dan poles karena besarnya minat

masyarakat terhadap pasak bumi yang berukuran besar karena semakin besar ukuran pasak bumi maka semakin besar maka semakin tinggi pula nilai jualnya.

Data hasil pengamatan terhadap struktur populasi pasak bumi (E. longifolia) pada hutan alami di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung di dapatkan gambaran yang jelas mengenai bentuk piramida umur yaitu piramida dengan dasar yang lebar dengan ciri jumlah pasak bumi fase seedling lebih banyak hal ini berarti pasak bumi masih berkembang dan masih bisa bertahan di daerah tersebut.

Penelitian yang telah dilakukan pada hutan tanaman di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung di dapatkan jumlah paska bumi 1 poles, 8 sapling dan 2375 seedling. Pengamatan di hutan tanaman juga memperlihatkan fase seedling lebih banyak dibandingkan dengan fase sapling dan poles. Menurut Zulfahmi (2015) ukuran tanaman akan mempengaruhi reproduksi tanaman, seperti perilaku polinator, tingkat perkawinan dan jumlah biji yang terbentuk.

(6)

Berdasarkan hasil pengamatan struktur populasi pasak bumi pada hutan tanaman di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung didapatkan gambran yang jelas mengenai bentuk piramida umur yaitu piramida dengan dasar yang lebar dengan ciri jumlah seedling lebih banyak dari fase sapling dan poles. Menurut Ningsih (2011) dalam keadaan normal yang lebih besar jumlah seedling kemudian sapling lalu tiang (poles) dan pohon berarti populais tersebut sedang berkembang.

Berdasarkan data pada Tabel 2. Kisaran suhu udara di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung yaitu 22-32 0C. Menurut Hadiah (2007) suhu rata-rata pasak bumi bisa bertahan hidup adalah 25 0C. Kelembaban udara di daerah penelitian berkisar 62-82 %. Ardhana (2012) menyatkan tinggi rendahnya kelembaban udara akan mempengaruhi suhu, dan begitu pula sebaliknya. pH tanah di daerah penelitian berkisar 4,4-6,8. Ini berarti Ph tanahnya asam sesuai pendapat Silalahi (2015) pasak bumi di temukan di daerah tanah berpasit dan bersifat asam. Kecepatan angin di daerah tersebut berkisar 1,1-3,1 m/s. Setiono (2015) menyatkan bahwa kecepatan angin berpengaruh terhadap perkembangbiakkan tumbuhan dan kerusakan fisik dari tumbuhan tersebut. PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: struktur populasi pasak bumi di Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung terdiri dari 2

poles, 44 sapling fan 3575 seedling.

Piramida umur populasi pasak bumi yaitu piramida dengan dasar yang lebar yang berarti pasak bumi di wilayah penelitian sedang berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, T. 2013. Apotek Hidup. Lampung: Padi.

Wati, I.L. 2010. Struktur Populasi

Tumbuhan Sungkai (Peronema

canescens Jack.) Di Desa Belangin

Kecamatan Aranio Kabupaten

Banjar Kalimantan

Selatan.Wahana-Bio I (3). Hlm. 60-71.

Soerianegara, I dan A. Indrawan. 2012. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Zulfahmi. 2015. Kepadatan dan Pola

Penyebaran Pasak Bumi

(Eurycoma longfolia Jack.) Di

Zona Alaman Kuyang, Hutan

Larangan Adat Kenegarian

Rumbio. Agroteknologi VI (I). Hlm. 41-46.

Silalahi, M. 2015. Etnobotani Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) Pada Etnis Batak, Sumatera Utara. Pros Sem Nas Mas Biodiv Indon I (IV). Hlm. 743-746.

Ningsih, N. 2011. Struktur Populasi Pohom Keruing (Dipterocarpus cornotus Dyer.) Pada Hutan Muara Kahung Di Desa Belangin Kecamatan

Aranio Kabupaten Banjar.

Gambar

Gambar 1. Bentuk piramida umur populasi pasak bumi (E. longifolia) di Jorong Pinang Nagari  Durian Gadang Kabupaten Sijunjung dalam 100 m 2
Gambar  2.  Bentuk  piramida  umur  populasi  pasak  bumi  (E.  longifolia)  pada  hutan  alami  di  Jorong Pinang Nagari Durian Gadang Kabupaten Sijunjung dalam 100 m 2
Tabel  4.  Data  hasil  pengukuran  faktor  lingkungan  di  Jorong  Pinang  Nagari  Durian  Gadang  Kabupaten Sijunjung

Referensi

Dokumen terkait

Setelah didapatkan hasil simulasi yang sesuai dengan spesifikasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan fabrikasi pada antena mikrostrip crown patch dengan

Jika Anda ingin situs web Anda untuk dapat menyimpan dan mengambil data dari database, server web Anda harus memiliki akses ke sistem database yang menggunakan bahasa SQL.. Jika

Berdasarkan data hasil penelitian, maka dapat didiskripsikan hubungan antara pengetahuan ibu balita usia 7-36 bulan tentang ASI Eksklusif dengan kegagalan ibu dalam

KESIMPULAN Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota berkewajiban dan mempunyai kewenangan untuk menciptakan ketenteraman dan ketertiban serta kesejahteraan masyarakat

Pemerintah Propinsi yang merupakan perwakilan pemerintah pusat di daerah (dekonsentrasi) menguasai basis pajak yang besar pula.Pajak yang dikelola pemerintah

Nilai amplitudo rata-rata gelombang P pada penelitian ini berada pada kisaran normal tersebut, menandakan tidak terdapat gangguan pada depolarisasi atrium dan tidak

Proses penyimpanan bahan baku yang dilakukan ber- dasarkan jenis/kategori bahan baku sudah dilaksanakan dengan efektif dan sesuai dengan prosedur mutu yang ada, akan tetapi

Pencapaian kualitatif merupakan kualitas yang dicapai dalam pelaksanaan program kerja, apakah program kerja tersebut berjalan dengan baik, konsep yang matang serta