• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN PELATIHAN INSTRUKTUR DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR GANESHA OPERATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PELAKSANAAN PELATIHAN INSTRUKTUR DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR GANESHA OPERATION"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

EVALUASI PELAKSANAAN PELATIHAN INSTRUKTUR

DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR

GANESHA OPERATION

Nyoman Nova Satriawan, I Wayan Bagia, Gede Putu Agus Jana Susila

Jurusan Manajemen

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

novaburunghantu@ymail.com, bagiaundiksha@yahoo.co.id,

janos_undiksha@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) reaksi peserta pelatihan terhadap materi pelatihan, metode pelatihan, instruktur pelatihan dan fasilitas pelatihan, (2) pembelajaran peserta pelatihan selama pelaksanaan pelatihan, (3) perilaku peserta pelatihan selama pelaksanaan pelatihan, dan (4) hasil pelaksanaan pelatihan. Lokasi penelitian dilaksanakan di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja, dengan jumlah populasi sebanyak 23 orang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan (1) pencatatan dokumentasi, (2) wawancara dan (3) observasi. Data dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan model evaluasi empat level Kirkpatrick. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) reaksi peserta terhadap materi pelatihan, metode pelatihan, instruktur pelatihan dan fasilitas pelatihan menunjukkan reaksi yang baik. (2) Pembelajaran peserta pelatihan selama mengikuti pelatihan menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran. (3) Perilaku peserta pelatihan selama pelaksanaan pelatihan menunjukkan perilaku yang baik, dan (4) Hasil dari keseluruhan peserta pelatihan berdasarkan hasil micro teaching menunjukkan kinerja mengajar yang baik.

Kata kunci: evaluasi pelaksanaan, pelatihan Abstract

This studi aims to describe (1) trainee Reaction to training material, the training method, instructors training and training facility, (2) Learning trainee during the training, (3) Behavior trainee during the training, and (4) implementation Results training. The location study was conducted in Tutoring Institutions Ganesha Operation Area Singaraja, the number of populations as many as 23 people. Data collection method in this research using (1) recording, documentation (2) interviews and (3) observation. Data analyzed used technique descriptive analysis quantitative with model evaluation kirkpatrick four level. The results showed that (1) trainee Reaction to training material, the training method, instructors training and training facility good show reaction, (2) Learning trainee during training show an increase of Learning, (3) Behavior trainee during the training show good behavior, and (4) The result of a whole trainee based on the micro teaching perform teaching good.

(2)

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

PENDAHULUAN

Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia menjadi suatu keniscayaan bagi organisasi, karena penempatan karyawan secara langsung dalam pekerjaan tidak menjamin mereka akan berhasil. Karyawan baru sering merasa tidak pasti tentang peranan dan tanggung jawab mereka. Permintaan pekerjaan dan kapasitas karyawan haruslah seimbang melalui program orietasi dan pelatihan, keduanya sangat dibutuhkan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pelatihan dan pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat atau akan dijabat ke depan. Meskipun para karyawan telah dilatih dan telah menguasai pekerjaannya, mereka membutuhkan pengembangan lebih jauh untuk menyiapkan tanggung jawab mereka di masa depan. Salah satu fungsi manajemen surmber daya manusia adalah pelatihan dan pengembangan (training and development) artinya bahwa untuk mendapatkan tenaga kerja pendidikan yang bersumber daya manusia yang baik dan tepat sangat perlu pelatihan dan pengembangan. Hal ini sebagai upaya untuk mempersiapkan para tenaga kerja pendidikan untuk menghadapi tugas pekerjaan jabatan yang dianggap belum menguasainya. Melalui pelatihan dan pengembangan, tenaga kerja akan mampu mengerjakan, meningkatkan, mengembangkan pekerjaannya.

Di tengah-tengah persaingan yang tajam dalam industri bimbingan belajar, pada tanggal 1 Mei 1984 Ganesha Operation pertama didirikan di Kota Bandung. Seiring dengan perjalanan waktu, berkat keuletan dan konsistensinya dalam menjaga kualitas, kini Ganesha Operation telah tumbuh bagai remaja tambun dengan 96 rayon yang tersebar di 40 kota besar se-Indonesia. Meskipun pada awalnya hingga tahun 1992 Ganesha Operation hanya ada di Bandung, pada tahun 1993 dibuka cabang pertama di Denpasar. Pengembangan secara serius dilakukan mulai tahun 1995. Sejak itu pertumbuhan cabang-cabang Ganesha Operation benar-benar tidak

terbendung. Citra Ganesha Operation yang sangat kuat telah merambah ke seluruh Nusantara sehingga setiap cabang baru dibuka langsung diserbu oleh para siswa. Kalau pada saat pertama kali berdiri siswa Ganesha Operation masih sedikit dan hanya mencakup program kelas 3 SMU, kemudian dari tahun ke tahun jumlah siswanya terus bertambah. Saat ini untuk satu tahun pelajaran jumlah seluruh siswa Ganesha Operation dapat mencapai sekitar 60.000 siswa, suatu jumlah yang sangat besar. Khusus untuk kelas 3 SMU, Ganesha Operation berhasil meluluskan lebih dari 6.000 siswanya setiap tahun di berbagai PTN terkemuka di Indonesia melalui SPMB.

Kesuksesan yang diraih oleh Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation tidak lepas dari pelatihan dan pengembangan SDM yang sering dilakukan untuk semakin meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Pelatihan tersebut diselenggarakan pada tanggal 17, 18, dan 19 Desember 2015. Ganesha Operation Rayon Singaraja bekerja sama dengan tim penilai evaluasi independen baik itu dosen atau pengajar senior yang didatangkan dari universitas terkemuka dan juga pengajar senior yang didatangkan dari luar Ganesha Operation Rayon Singaraja. Pelatihan ini dilakukan untuk

mematangkan pemahaman tenaga

pengajar mengenai konsep dan materi ajar yang akan dibawakan. Pelatihan sebagai suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan dari para karyawan sesuai kegiatan dari

perusahaan yang bersangkutan

(Nitisemito, 2002). Evaluasi pada pelatihan di Lembaga Bimbingan Ganesha Operation belum pernah dilaksanakan. Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation hanya telah melaksanakan evaluasi terhadap peserta pelatihannya saja. Evaluasi pelatihan menjadi sangat penting untuk dipelajari karena evalusi akan mengukur tingkat ketercapaian dari program pelatihan yang dilakukan sehingga akan memberikan feed back untuk kelangsungan program pelatihan

(3)

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

selanjutnya. Peserta merupakan objek dari

pelatihan dan akan merasakan hasil dari pelatihan sehinga evaluasi peserta

menjadi sangat menentukan

keberlangsungan pelatihan selajutnya. Selain peserta yang menjadi ujung tombak keberhasilan atau ketercapaian program pelatihan adalah instruktur yang memberikan materi pelatihan. Maka, evaluasi pelaksanaan pelatihan sangat perlu dilaksanakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian dari program pelatihan yang diselenggarakan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu: (1) Bagaimana reaksi (reaction) peserta pelatihan terhadap materi pelatihan, metode pelatihan, instruktur pelatihan, dan fasilitas pelatihan selama mengikuti pelatihan di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja?, (2) Bagaimana hasil pembelajaran (learning) peserta pelatihan selama mengikuti pelatihan di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja?, (3) Bagaimana perilaku (behavior) peserta pelatihan selama mengikuti pelatihan di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja?, dan (4) Bagaimana hasil (result) dari pelatihan yang dilakukan di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja?

Adapun tujuan dilakukannya evaluasi pelatihan adalah untuk memperoleh temuan deskriptif mengenai hal-hal sebagai berikut, (1) Reaksi (reaction) peserta pelatihan terhadap materi pelatihan, metode pelatihan, instruktur pelatihan, dan fasilitas pelatihan selama mengikuti pelatihan di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja, (2) Hasil pembelajaran (learning) peserta pelatihan selama mengikuti pelatihan di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja, (3) Perilaku (behavior) peserta pelatihan selama mengikuti pelatihan di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja, dan (4) Hasil (result) dari pelatihan yang dilakukan di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi instruktur dan bagi perusahaan, manfaat bagi instruktur sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki kinerja melalui pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia yang diberikan sehingga mampu memperbaiki faktor penghambat dalam memberikan bimbingan belajar yang optimal kepada para siswa, dan manfaat bagi perusahaan Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat yang dapat dijadikan landasan bagi instansi terkait untuk menentukan langkah mengenai evaluasi proses pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia yang telah dilaksanakan.

Pelatihan digunakan untuk memperoleh keunggulan bersaing yang kalau dikaji secara lebih luas untuk menciptakan modal intelektual, yang meliputi keterampilan dasar yaitu keterampilan yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan oleh seseorang, keterampilan lanjutan (advance skill) yaitu keterampilan menggunakan teknologi untuk berbagai informasi dengan karyawan lain, keterampilan memahami pelanggan atau sistem manufaktur dan keterampilan kreatifitas memotivasi diri sendiri (self motivared creativity). Pelatihan sebagai suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan dari para karyawan sesuai kegiatan dari perusahaan yang bersangkutan (Nitisemito, 2002). Pelatihan adalah proses yang sistematis dalam mengubah tingkah laku karyawan untuk mencapai tujuan organisasi (Rivai, 2004). Pelatihan merupakan suatu usaha meningkatkan knowledge dan skill seseorang karyawan untuk menerapkan aktivitas kerja tertentu (Flippo dalam Suwanto dan Priansa, 2011). Dengan pelatihan perusahaan memperoleh masukan yang baik dalam menghadapi tantangan-tantangan manajemen yang terus berkembang dengan memiliki karyawan yang dapat memenuhi penyelesaian masalah-masalah yang ada. Pelatihan merupakan salah satu faktor

7

(4)

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

yang penting dalam pengembangan SDM

dimana pelatihan tidak hanya menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja maupun meningkatkan prestasi kerja (Sumarsono,2009). Pelatihan merupakan pembelajaran yang dipersiapkan agar pelaksanaan pekerjaan sekarang meningkat (prestasi kerjanya) (Atmodiwirio, 2002).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek yang mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawab dengan semakin baik dan pada akhirnya pelatihan tersebut dapat menunjuang tercapainya tujuan perusahaan.

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk

membantu membuat keputusan,

membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena (Stufflebeam & Shinkfield, 1985:159). Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil

keputusan.

Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya (Stark & Thomas, 1994:12). Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian (assessment) merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku (Griffin & Nix, 1991:3).

Sementara itu Edratna (2013)

mengemukakan beberapa tujuan

dilaksanakannya evaluasi pelatihan yaitu: (1) Untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana meningkatkan program di masa yang akan datang, (2) Untuk memutuskan atau menentukan apakah program pelatihan tersebut dapat dilanjutkan atau tidak, dan (3) Untuk menilai keberadaan departemen penyelenggara pelatihan, yakni dengan menunjukkan bagaimana ia memberikan kontribusi terhadap sasaran dan tujuan dari organisasi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun penyusunan program selanjutnya. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program.

Bagi perusahaan, program pelatihan merupakan suatu investasi. Perusahaan meyakini bahwa dengan pemberian program pelatihan bagi anggota yang membutuhkan, mereka dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya. Pada akhirnya juga menigkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Namun disisi lain, program pelatihan biasanya menghabiskan banyak dana yang tidak kecil jumlahnya. Pelatihan juga mengeluarkan biaya-biaya yang sifat nya tidak langsung seperti gaji yang tetap dibayarkan pada karyawan ketika mereka tidak bekerja karena mengikuti satu pelatihan dan waktu kerja yang tidak digunakan untuk bekerja ketika mereka menghadiri pelatihan. Untuk sementara waktu produktivitas kerja pun menjadi hilang karena pelatihan. Untuk

(5)

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

meyakinkan bahwa program pelatihan

yang diselenggarakan tidak sia-sia, maka perlu dilakukan evaluasi program pelatihan (Noe, 2010).

Secara khusus, (Kirkpatrick, 1998) mengemukakan alasan mengapa suatu pelatihan perlu dievaluasi. Pertama, evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pelatihan dapat memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan-tujuan organisasi atau tidak. Tidak hanya itu, pelatihan juga perlu dievaluasi untuk memutuskan apakah program pelatihan tersebut perlu dilanjutkan atau tidak, yang terakhir adalah evaluasi pelatihan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana meningkatkan dan mengembangkan program pelatihan yang akan datang.

Jadi evaluasi pelatihan memberikan suatu cara untuk memahami investasi yang dihasilkan dari pelatihan dan memberikan informasi yang diperlukan untuk meningkatkan pelatihan. Jika perusahaan tidak mendapatkan tingkat pengambilan yang cukup dari investasi itu, maka perusahaan berkemungkinan akan mengurangi investasi program pelatihan itu atau mencari cara-cara untuk memperbaiki program pelatihan tersebut. Dengan demikian, penyelenggaraan pelatihan tidak hanya sekedar penyelenggaraan saja tetapi dengan jutaan dana yang telah dikeluarkan pelatihan dapat memberikan manfaat bagi individu yang mengikutinya juga bagi kinerja perusahaan.

Model evaluasi yang sering dipakai adalah model 4 Level Evaluasi Pelatihan yang dikembangkan oleh Kirkpatrick (1988) yang sering dikenal dengan Evaluating Training Programs: The Four Levels atau Kirkpatrick’s evaluation model. Dalam model ini, evaluasi terhadap program training dibedakan dalam empat level evaluasi, yaitu: reaction, learning, behavior, dan result. Setiap level evaluasi memiliki alatnya masing-masing, dan juga memiliki level kesulitan yang berbeda dalam pelaksanakan. Keempat level tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

(1) Reaksi (reaction)

Evaluasi terhadap reaksi peserta pelatihan ditujukan untuk mengukur

tingkat reaksi peserta terhadap pelaksanaan pelatihan. Pelatihan dianggap berkualitas apabila pelatihan dapat memuaskan dan memenuhi harapan peserta peserta sehingga mereka mempunyai motivasi dan merasa nyaman untuk belajar. Indikator Reaksi (reaction) menurut Kirkpatrick (1998) yaitu sebagai berikut.

a. Materi Pelatihan

Materi pelatihan meliputi elemen yaitu, kesesuaian materi pelatihan terhadap kebutuhan kerja, kesesuaian materi pelatihan dengan tujuan pelatihan, dan dampak materi pelatihan terhadap praktik kerja.

b. Metode Pelatihan

Metode pelatihan meliputi elemen yaitu, kesesuaian pelaksanaan pelatihan dengan jadwal yang telah ditetapkan, ketepatan waktu

dalam pelaksanaan

pelatihan, dan kesigapan panitia dalam membantu peserta pelatihan

c. Instruktur Pelatihan

Instruktur pelatihan meliputi elemen yaitu, kemampuan instruktur dalam penguasaan materi, dan kemampuan instruktur dalam teknik

penyampaian materi

pelatihan

d. Fasilitas Pelatihan

Fasilitas pelatihan meliputi elemen yaitu, kelengkapan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan pelatihan, dan

kenyamanan ruangan

pelatihan pada saat

pelaksanaan pelatihan.

(2) Pembelajaran (learning)

Konsep pembelajaran dapat didefinisikan sebagai peningkatan pengetahuan, kenaikan ketrampilan dan perubahan sikap peserta setelah selesai mengikuti program pelatihan (Kirkpatrick, 1998). Peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila pada

(6)

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

dirinya telah mengalami perubahan

sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan ketrampilan. Salah satu cara yang sering

dilakukan adalah dengan

membandingkan hasil pre-test dengan post test, yang dapat berupa tes tertulis maupun tes praktikum (performance test), sehingga jelas hasilnya (Cox J, 2012).

Jika kemampuan peserta setelah

mengikuti pelatihan meningkat

secara signifikan, artinya program

secara aktual menyebabkan

terjadinya perbedaan kemampuan dan dikatakan proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai tujuan pembelajaran.

(3) Perilaku (behavior)

Penilaian perilaku difokuskan pada perilaku peserta pelatihan yang terjadi pada saat pelaksanaan pelatihan. Pada dimensi Perilaku (behavior) terdapat instrumen penilaian perilaku yang terdiri dari, (1) Rasa hormat peserta pelatihan kepada instruktur, panitia pelaksanaan, dan sesama peserta pelatihan, (2) Ketepat waktu peserta pelatihan selama mengikuti pelatihan, (3) Kesopanan peserta pelatihan dalam berpakaian selama pelaksanaan pelatihan, (4) Kepedulian peserta pelatihan dalam

menjaga kebersihan dan

kenyamanan selama pelaksanaan pelatihan, dan (5) Keseriusan peserta pelatihan dalam menerima penjelasan materi dari instruktur. Evaluasi perilaku dilakukan dengan menggunakan formulir penilaian untuk menilai perilaku peserta pelatihan pada saat pelasanaan pelatihan (Jonatan S, 2012).

(4) Hasil (result)

Evaluasi hasil dalam level 4 ini difokuskan pada kinerja atau kemampuan peserta pelatihan. Peserta pelatihan merupakan tenaga pengajar maka yang dinilai adalah

Micro Teaching yaitu praktik

mengajar peserta pelatihan sebelum terjun ke lapangan. Indikator Micro Teaching terdiri dari elemen yaitu:

(1) Awal Pembelajaran, dimana pada elemen ini terdapat instrumen

mengenai kemampuan dalam

membuka pelajaran, (2) Inti Pembelajaran, dimana pada elemen ini terdapat instrumen yaitu, kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran, kemampuan dalam pemanfaatan media/sumber pembelajaran, kemampuan dalam interaksi terhadap siswa, dan kemampuan dalam penampilan di depan kelas, dan (3) Akhir Pembelajaran, dimana pada elemen ini terdapat instrumen mengenai

kemampuan dalam menutup

pelajaran. METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif, yaitu desain penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan serta mendeskripsikan bagaimana proses evaluasi pelaksanaan pelatihan yang dilakukan di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dari Kepala Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta pelatihan dengan jumlah 23 orang. Dalam penelitian ini semua populasi diteli agar mendapatkan informasi yang akurat tentang evaluasi pelaksanaan pelatihan instruktur di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja. Metode

pengumpulan data menggunakan

pencatatan dokumentasi, wawancara, dan observasi. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan model evaluasi empat level Kirkpatrick.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan hasil pengumpulan data berupa kuesioner dan penilaian langsung terhadap peserta pelatihan mengenai Reaksi (reaction) peserta pelatihan terhadap materi pelatihan, metode pelatihan, instruktur pelatihan, dan

(7)

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

fasilitas pelatihan, hasil Pembelajaran

(learning) peserta pelatihan selama mengikuti pelatihan, Perilaku (behavior) peserta pelatihan selama mengikuti

pelatihan, dan Hasil (result) dari pelaksanaan pelatihan dapat ditampilkan pada Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1 Hasil Keseluruhan Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Ganesha Operation Rayon Singaraja

Dimensi Hasil Kategori Pelatihan

Reaksi (reaction) Rata-rata Jumlah 74,3

Efektif

Kriteria Baik

Pembelajaran (learning) Rata-rata Selisih 2,1

Kriteria Meningkat

Perilaku (behavior) Jumlah total 410

Kriteria Baik

Hasil (result) Rata-rata 80

Kriteria Baik

Berdasarkan Tabel 1 keseluruhan tingkat reaksi peserta pelatihan terhadap pelaksanaan pelatihan instruktur di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja menunjukkan bahwa, rata-rata tingkat reaksi peserta pelatihan terhadap terhadap pelaksanaan pelatihan sebesar 74,3 dengan kriteria tingkat reaksi “Baik”. Hal ini berarti, bahwa pelaksanaan pelatihan yang telah diselenggarakan oleh Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja telah berjalan dengan baik dan efektif. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kirkpatrik (1998) bahwa program pelatihan dianggap efektif apabila proses pelatihan dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta pelatihan sehingga mereka tertarik termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain peserta pelatihan akan termotivasi apabila proses pelatihan berjalan secara memuaskan bagi peserta yang pada akhirnya akan memunculkan reaksi dari peserta yang menyenangkan.

Hasil Pre-Test dan Post-Test peserta pelatihan Ganesha Operation dapat dilihat dari perbandingan antara rata-rata hasil pre-test dan rata-rata hasil post-test yaitu 6,5 berbanding 8,6 dengan selisih rata-rata 2,1. Jadi, dengan hasil post-test lebih besar dari hasil pre-test maka, keseluruh peserta pelatihan telah mengalami perubahan yaitu peningkatan

dalam pengetahuan materi ajar sesuai dengan bidang studi yang diampu. Hal ini berarti, pelaksanaan pelatihan dalam program penyetaraan materi ajar yang dilakukan oleh Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation dapat dikatakan berhasil. Hasil ini didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Kirkpatrik (1998) bahwa peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap, peningkatan pengetahuan maupun perbaikan keterampilan. Tanpa adanya

perubahan sikap, peningkatan

pengetahuan maupun perbaikan

keterampilan pada peserta pelatihan maka program dapat dikatakan gagal.

Hasil keseluruhan penilaian perilaku peserta pelatihan selama mengikuti pelatihan instruktur di Lembaga Bimbingan Blajar Ganesha Operation Rayon Singaraja menunjukkan jumlah penilaian perilaku sebesar 410 dengan kriteria perilaku “Baik”. Hal ini berarti, keseluruhan peserta pelatihan telah mengikuti proses pelaksanaan pelatihan dengan baik. Hasil ini sesuai dengan temuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Haris Pranowo (2011) bahwa keberhasilan proses kegiatan pelatihan tidak terlepas dari minat, perhatian, dan motivasi peserta pelatihan dalam mengikuti jalannya kegiatan pelatihan. Orang akan belajar lebih baik

(8)

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

manakala mereka menunjukkan perilaku

positif terhadap lingkungan belajar.

Hasil penilaian micro teaching keseluruhan peserta pelatihan dapat disimpulkan bahwa, rata-rata hasil penilaian micro teaching keseluruhan peserta pelatihan sebesar 1842 dan rata-rata jumlah sebesar 80 dengan kriteria “Baik”. Hasil ini dapat dikatakan bahwa, program micro teaching atau simulasi mengajar terbimbing dalam pelaksanaan pelatihan instruktur di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja telah berhasil menghasilkan kemampuan kinerja pengajar yang baik, dengan kesiapan pengetahuan atau penguasaan materi ajar yang meningkat sebagai modal kerja ketika kembali mengajar nantinya. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Atmodiwirio (2002) bahwa Pelatihan merupakan pembelajaran yang dipersiapkan agar pelaksanaan pekerjaan sekarang meningkat (prestasi kerjanya).

Pembahasan

Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja dalam menciptakan tenaga pengajar yang berkualitas, maka diperlukan peningkatan kinerja yang maksimal. Hal ini mendorong perusahaan memberikan pelatihan untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan dari tenaga pengajarnya. Dalam pelaksanaan pelatihan, perlu adanya dilakukan evaluasi terhadap peserta pelatihan untuk mengetahui seberapa efektif program pelaksanaan pelatihan tersebut berjalan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, pelaksanaan pelatihan yang telah diselenggarakan oleh Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja telah berjalan dengan baik dan efektif. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kirkpatrik (1998) bahwa program pelatihan dianggap efektif apabila proses pelatihan dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta pelatihan sehingga mereka tertarik termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain peserta pelatihan akan termotivasi apabila proses

pelatihan berjalan secara memuaskan bagi peserta yang pada akhirnya akan memunculkan reaksi dari peserta yang menyenangkan.

Berdasarkan perbandingan hasil pre-test dan post-test keseluruh peserta pelatihan telah mengalami perubahan yaitu peningkatan dalam pengetahuan materi ajar sesuai dengan bidang studi yang diampu. Hal ini berarti, pelaksanaan pelatihan dalam program penyetaraan materi ajar yang dilakukan oleh Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation dapat dikatakan berhasil. Hasil ini didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Kirkpatrik (1998) bahwa peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap, peningkatan pengetahuan maupun perbaikan keterampilan. Tanpa adanya

perubahan sikap, peningkatan

pengetahuan maupun perbaikan

keterampilan pada peserta pelatihan maka program dapat dikatakan gagal.

Berdasarkan hasil penilaian perilaku, keseluruhan peserta pelatihan telah mengikuti proses pelaksanaan pelatihan dengan baik. Hasil ini sesuai dengan temuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Haris Pranowo (2011) bahwa keberhasilan proses kegiatan pelatihan tidak terlepas dari minat, perhatian, dan motivasi peserta pelatihan dalam mengikuti jalannya kegiatan pelatihan. Orang akan belajar lebih baik manakala mereka menunjukkan perilaku positif terhadap lingkungan belajar.

Hasil penilaian pada micro teaching menunjukkan bahwa, program simulasi mengajar terbimbing dalam pelaksanaan pelatihan instruktur di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja telah berhasil menghasilkan kemampuan kinerja pengajar yang baik, dengan kesiapan pengetahuan atau penguasaan materi ajar yang meningkat sebagai modal kerja ketika kembali mengajar nantinya. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Atmodiwirio (2002) bahwa Pelatihan

merupakan pembelajaran yang

dipersiapkan agar pelaksanaan pekerjaan sekarang meningkat (prestasi kerjanya).

(9)

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

Dalam penelitian ini, tentunya ada

beberapa keterbatasan atau kelemahan dari hasil penelitian ini di antaranya adalah (1) hasil penelitian ini hanya dapat digunakan pada satu periode pelaksanaan pelatihan, diharapkan pada peneliti berikutnya untuk mengevaluasi lebih dari satu periode pelaksanaan pelatihan, (2) jumlah variabel operasional terbatas, yaitu hanya evaluasi pelaksanaan pelatihan, dan (3) populasi penelitian masih sedikit sehingga diharapkan menggunakan sampel penelitian yang lebih banyak lagi. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa simpulan yaitu (1) Hasil keseluruhan tingkat reaksi peserta pelatihan terhadap pelaksanaan pelatihan instruktur di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja menunjukkan bahwa, rata-rata tingkat reaksi peserta pelatihan terhadap terhadap pelaksanaan pelatihan sebesar 74,3 dengan kriteria tingkat reaksi “Baik”. Hal ini berarti, bahwa pelaksanaan pelatihan yang telah diselenggarakan oleh Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja telah berjalan dengan baik dan efektif., (2) Hasil Pre-Test dan Post-Test peserta pelatihan Ganesha Operation dapat dilihat dari perbandingan antara rata-rata hasil pre-test dan rata-rata hasil post-test yaitu 6,5 berbanding 8,6 dengan selisih rata-rata 2,1. Jadi, dengan hasil post-test lebih besar dari hasil pre-test maka, keseluruh peserta pelatihan telah mengalami perubahan yaitu peningkatan dalam pengetahuan materi ajar sesuai dengan bidang studi yang diampu, (3) Hasil keseluruhan penilaian perilaku peserta pelatihan selama mengikuti pelatihan instruktur di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja menunjukkan jumlah penilaian perilaku sebesar 410 dengan kriteria perilaku “Baik”. Hal ini berarti, keseluruhan peserta pelatihan telah mengikuti proses pelaksanaan pelatihan dengan baik. dan (4) Hasil penilaian micro teaching keseluruhan peserta pelatihan dapat disimpulkan bahwa, rata-rata hasil penilaian micro teaching keseluruhan

peserta pelatihan sebesar 1842 dan rata-rata jumlah sebesar 80 dengan kriteria “Baik”. Hasil ini dapat dikatakan bahwa, program micro teaching atau simulasi mengajar terbimbing dalam pelaksanaan pelatihan instruktur di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja telah berhasil menghasilkan kemampuan kinerja pengajar yang baik, dengan kesiapan pengetahuan atau penguasaan materi ajar yang meningkat sebagai modal kerja ketika kembali mengajar nantinya.

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan saran yaitu sebagai berikut. (1) Bagi Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon Singaraja, pelaksanaan pelatihan hendaknya tetap dilakukan, agar tetap bisa mempertahankan kualitas dan kompetensi kinerja tenaga pengajar. Dalam proses penyampaian materi dan konsep pembelajaran yang digunakan lebih dikembangkan lagi, agar tidak mengurangi pengaruh ketertarikan peserta pelatihan untuk mengikuti dan memahami materi yang diberikan. Dan (2) Bagi para peneliti, khususnya yang tertarik dan berminat untuk mendalami tentang pelatihan maupun evaluasi pelaksanaan diharapkan untuk mengembangkan penelitian ini dengan mengevaluasi pelatihan lebih dari satu kali periode pelatihan untuk mendapatkan hasil evaluasi yang lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Atmodiwirio, S. 2002. Manajemen

Pendidikan Indonesia. Jakarta:

Ardadizya Jaya.

Cox, J. 2012. The Quality of An

Instructional Program. Alaska:

National Education Association. Edratna, Putri. 2013. Evaluasi

Pengembangan SDM dari hasil pelatihan. Jakarta.

Griffin, P. & Nix, P. 1991. Educational

Assessment and Reporting.

Sydney: Harcout Brace

Javanovich, Publisher.

Kirkpatrick, D. L. 1998. Evaluating Training Programs: The Four Levels. San Fransisco: Berret-Khoehler Publisher, Inc.

(10)

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

Nitisemito, Alex, S. 2002. Manajemen

Personalia (Manajemen Sumber

Daya Manusia). Edisi Revisi

Cetakan Kedelapan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Noe, Raymond A. 2010. Employee Training and Development. New York: McGraw-Hill, Inc.

Pranowo, Haris. 2011. Evaluasi

Pendidikan dan Pelatihan

Prajabatan Golongan III di

Kemdiknas. Skripsi (tidak

diterbitkan). Jakarta: Universitas Indonesia

Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Stark, J. S. & Thomas, A. 1994.

Assessment and Program

Evaluation. Needham Heights:

Simon & Schuster Custom Publishing.

Stufflebeam, D.L. & Shinkfield, A.J. 1985. Systematic Evaluation. Boston: Kluwer Nijhof Publishing.

Sumarsono, Sonny. 2009. Ekonomi

Manajemen Sumber Daya

Manusia Dan Ketanagakerjaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suwanto dan Priansa. 2011. Manajemen SDM Dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Gambar

Tabel 1 Hasil Keseluruhan Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan  Ganesha Operation Rayon Singaraja

Referensi

Dokumen terkait

LCA adalah teknik untuk melakukan assessment terhadap aspek lingkungan dan dampak potensial yang berhubungan dengan suatu produk, dengan menyusun atau menginventarisasi

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui profil industri minyak atsiri daun cengkeh di Kabupaten Purworejo. 2) mengetahui pelaksanaan (teknik) pengendalian

Wisata ini dapat dirancang hampir serupa dengan kegiatan safari malam (night safari) yaitu dengan melakukan perjalanan pada malam hari pada jalur pengamatan karena

Pajak penerangan jalan terbukti memberikan kontribusi yang mempunyai pengaruh cukup berarti terhadap peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten Banjarnegara,

Menanggapi Replik Penuntut Umum tentang uraian unsur “Dengan memakai tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan”yang dimaksud dengan “tipu muslihat” adalah suatu

" Melalui pembenaran yang dianugerahkan, mengalami hidup berdamai dengan Allah yang melahirkan sukacita. Orang Kristen mempercayai kemahakuasaan Allah dan men- egaskan

Kita berdiri ketika berdoa pada hari yang dikuduskan untuk kebangkitan bukan hanya untuk menyatakan bahwa kita bangkit bersama Kristus dan harus mencari tanah air

dan terdapat tiga subyek yang merasa puas dengan pekerjaannya karena bisa mengembangkan ilmu pengetahuan, bisa menyalurkan hobi menulis dan bercerita, dan pendidik adalah