• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BENTUK TINDAK TUTUR ASERTIF DALAM DRAMA AHLUL KAHFI BAGIAN PERTAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II BENTUK TINDAK TUTUR ASERTIF DALAM DRAMA AHLUL KAHFI BAGIAN PERTAMA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

29

BENTUK TINDAK TUTUR ASERTIF DALAM DRAMA

AHLUL KAHFI BAGIAN PERTAMA

Seperti yang dijelaskan pada bab I sub bab landasan teori, bahwa tindak tutur asertif dapat berupa tindak tutur asertif dapat berupa affirm (menguatkan)/ assert (menegaskan), allege (menduga)/ forecast (meramalkan)/ predict (memprediksi), insist (mendesak), announce (mengumumkan)/reporting (melaporkan), claiming (mengakui), concluding (menutup/mengakhiri), dan stating (menyatakan). Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, mengenai bentuk tindak tutur asertif dalam drama Ahlul Kahfi bagian pertama. Untuk mengurangi adanya pengulangan kata yang berlebihan dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan singkatan AKbg1 untuk menggantikan kepanjangan dari “drama Ahlul Kahfi bagian pertama”. Dan untuk mempermudah dalam mengenali data diperlukan adannya kartu data, oleh karena itu penulis akan menyisipkan kartu data berupa (nama drama/tahun/hal/no data) “ (AKbg1/1932/30/33)”. Ditemukan beberapa bentukyang digunakan, di antaranya:

A. Affirm (menguatkan), assert (menegaskan);

Menegaskan adalah memberitahukan dengan sungguh-sungguh tentang sesuatu yang sudah pasti, jadi tindak tutur menegaskan merupakan pengulangan tentang apa yang dituturkan sebelumnya (Indriastuti, 2007: 8). Affirm atau affirmation dalam “dictionary of linguistic terms” diartikan oleh Baalbaki ke dalam bahasa Arab menjadi “

تابثإ

”„itsba>t‟ (1990: 34). Kamus

(2)

Bahasa Indonesia (KBI, 2008: 17) kata afirmatif bersifat menguatkan atau mengesahkan.

Shachrawi (2005: 206) menyepadankan makna kata affirmation dengan kata “at-ta’ki>d”. Adapun Baalbaki (1990: 58) menyepadankan kata “at-ta’ki>d” dengan assert (menegaskan). Dapat disimpulkan bahwa affirmation dan assert di dalam bahasa Arab mempunyai makna yang sama, yaitu “at-ta’ki>d” yang artinya menegaskan atau menguatkan.

Ghulayaini menjelaskan pengertian at-tauki>d di dalam kitabnya “Jami>’ud-Duru>si al-Ara>biyati”, yaitu:

ديكوتلا

( (

عماسلا سفن في رركلما رمأ تيبثت وب داري ريركت ))ديكأتلا وأ

.

At-tauki>d ( (au at-ta’ki>d)) takri>run yura>du bihi tatsbi>tu amril-mukarrari fi> nafsi’s-sa>mi’i

At-tauki>d atauat-ta’ki>d: pengulangan yang bermaksud untuk menguatkan pernyataan pada mitra tutur (Ghulayaini, 1993: 542).

Ditemukan 94 data tuturan menegaskan dalam naskah AKbg1. Sampel data yang akan dianalisis penulis sebanyak tujuh data. Sampel tersebut berdasarkan beberapa jenis tuturan menegaskan yang ditemukan di dalam AKbg1, sehingga dapat mewakili data-data lainnya. Tindak tutur menegaskan ditemukan pada data-data berikut ini:

شونرم

:

اينيلشم

! أ

ت

يغص

؟ليإ

اينيلشم

:

معن

شونرم

:

نإ

للها

دقو

قلخ

انل

ابولق

دق

لزن

نع

ضعب

وقح

انيلع

.

اينيلشم

( :

شونرم اي اذى في اقداص نوكت دق )حرف في حيصي نًكفت دعب

( . . .

)كش في

نكل

. . .

( AKbg1/1932/30/33 )

Marnu>sy: Misyli>niya>! Atushgi ilaiya? Misyli>niya>: na'am

(3)

Marnu>sy: inna'l-Laha waqad khalaqa lana> qulu>ban qad nazala 'an ba'dhi chaqqahu 'alaina>.

Misyli>niya>: (ba’da tafki>r yashi>chu fi> farach) qad taku>nu sha>diqan fi> hadza> ya> Marnu>sy… (fi> syak) lakin…

Marnusy : “Misyliniya! Apa kamu memperhatikanku?” Misyliniya: “iya”

Marnusy: "sesungguhnya Allah telah menciptakan untuk kita hati, dan telah menurunkan sebagian hakNya untuk kita"

Misyliniya: (setelah berfikir tiba-tiba berteriak) “dalam hal ini kita telah menjadi teman wahai Marnusy…” (ragu-ragu) “tapi…” ' Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menegaskan. Hal ini menyebabkan Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan menegaskan tersebut dilakukan untuk menegaskan pernyataan bahwa amanat yang disampaikan penutur itu agung (baik) ditandai dengan partikel inna (

ّنإ

) dan qad () .

دق

Percakapan ini terjadi ketika penutur bertanya kepada mitra tutur “Anushgi ilaiya?”. Mitra tutur menjawab “na'am”, mendengar jawaban mitra tutur tersebut penutur melanjutkan “inna'l-Laha waqad khalaqa lana> qulu>ban qad nazala 'an ba'dha chaqqihi 'alaina>” dengan maksud untuk menyimpulkan pembahasan sebelumnya.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada data tuturan menegaskan di atas menunjukkan penuturmenggunakan intonasi datar. Akan tetapi dengan adanya ada>tu tauki>d yang digunakan dalam tuturan tersebut membuat intonasi naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur menjadi bertekan.

(4)

Data tuturan menegaskan dalam naskah AKbg1 juga ditemukan pada data berikut:

اينيلشم

)

:

في

مكته

(

ول

نأ

يعارلا

انى

كبرخلأ

كنأ

ترفك

لع

ى

لقلأا

للهاب

يسلماو

ح

شونرم

:

لع

ى

؟لقلأا

اينيلشم

:

نيلأ ،معن

لا

دوأ

نأ

كركذأ

دحأب

رخآ

. . .

شونرم

:

كنإ

تيفل

س

ّيء

سفنلا

.

اينيلشم

:

!؟انأ

( AKbg1/1932/34/39 )

Misyli>niya>: (fi> tahkim) lau anna'r-ra>'i huna> la'ukhbiruka annaka kafarta 'ala>'l-aqal bi'l-Lahi wa'l-masi>chi.

Marnu>sy: 'ala'l-aqal?

Misyli>niya>: na'am, li'anni> la> awaddu an adzkuraka bi'achadin a>khar. . . Marnu>sy: innaka lafata> saiyi'i'n-nafsi

Misyli>niya>: ana>?!

„Misyliniya: (mengejek) “jika saja pengembala ini mengatakan kepadamu bahwasanya kamu telah ingkar, paling tidak kepada Allah dan al-Masih”

Marnusy : “paling tidak?”

Misyliniya: “benar, karena aku tidak akan mengingatmu sebagai seseorang. . . ”

Marnusy: "sesungguhnya kamu adalah seseorang yang berhati jahat" Misyliniya : “aku?!” '

Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menegaskan. Hal ini menyebabkan Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan menegaskan di atas ditandai dengan adanya partikel yaitu inna (

ّنإ

) pada kata innaka ()

كّنإ

.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tuturmenyatakan “lau anna'r-ra>'i huna> la'akhbiruka annaka kafarta 'ala>'l-aqal bi'l-Lahi wa'l-masi>chi” yang yang bermaksud untuk menduga sesuatu yang tidak terjadi. Mendengar hal

(5)

itu penutur pun terkejut dengan mengatakan “'ala'l-aqal?”, kemudian mitra tutur menjawab “na'am, li'anni> la> awaddu an adkurka bi'achadin a>khar. . . . . ”penutur tidak menyukai jawaban mitra tutur sehingga penutur dengan sengaja memotong tuturan mitra tutur dengan “innaka lafata> syai'u'n-nafsi”.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada data tuturan menegaskan di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar. Ada>tu tauki>d pada data tuturan menegaskan di atas menjadikan tuturan tersebut sedikit bertekan, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur menjadi bertekan. Melihat respon atau jawaban yang diberikan dapat diketahui bahwa mitra tutur memperhatikan dan terkejut dengan tuturan penutur.

Data tuturan menegaskan pada naskah AKbg1adalah sebagai berikut:

اخيليد

:

!كلىأ ّبتح مك

شونرم

:

املهو امبه ايحأ اّنّإ ّنيإ

( . . .

AKbg1/1932/22/100

)

Yimli>kha>: kam tuchibbu ahlaka!

Marnu>sy: inni> innama> achya> bihima> walahuma>

„Yimlikha: “seberapa besar kamu mencintai keluargamu!”

Marnusy: “sebenarnya diriku tiada lain hidup dengan mereka dan untuk mereka…”

Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menegaskan. Hal ini menyebabkan Marnusy sebagai penutur dan Yimlikha sebagai mitra tutur. Tuturan menegaskan ditandai dengan inna (

ّنإ

), innama> (

اّنّإ

) dan pengulangan ism dhamir huma> (

اهم

).

(6)

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bertanya kepada penutur mengenai besarnya perasaan cinta kepada keluarganya, kemudian penutur menjawab bahwa dia hidup tiada lain adalah dengan keluarganya dan untuk keluarganya. Tindak tutur menegaskan merupakan pengulangan tentang apa-apa yang dituturkan sebelumnya oleh seorang penutur (Indriastuti, 2007: 8). Begitu pula dalam bahasa Arab bahwa tuturan menegaskan dengan mengulangi satu lafadz sebelumnya disebut “taukid lafdzi” (Shachrawi, 2005: 210).

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar. Melihat dengan adanya ada>tu taukid pada tuturan di atas menyebabkan intonasi yang dituturkan menjadi naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah sedikit bertekan.

Selain data di atas tuturan menegaskan juga ditemukan dalam data berikut:

اينيلشم

:

؟لبق نم انتيأرأ

اخيليد

:

انًثك

شونرم

:

؟نيأ

اخيليد

:

عابّسلا ةعراصم ةحاس فى ،سوسرط ةنيدبم

.

،وتفرش في كللما ناطوتح امتنك

سمته هافّشلاو مكقمرت راظنلأاو

:

شونرمو اينيلشم ناذىو ،كللما اذى

.

( AKbg1/1932/16/60 )

Misyli>niya>: ara’aitana> min qabl? Yimli>kha>: katsi>ran

(7)

Yimli>kha>: bimadi>nati tharsu>s, fi> sa>chati musha>ra’ati’s-siba>’i. Kuntuma> tachu>tha>ni’l-Malika fi>syurfatihi, wal-anzha>ru tarmaqukum wa’sy-syafa>hu tahmus: hadza>’l Malik, wa hadza>ni Misyli>niya wa Marnu>sy.

„Misyliniya: “apakah sebelumnya kamu pernah melihat kita?” Yimlikha: “sering”

Marnusy: “dimana?”

Yimlikha : “di kota Tharsus, di arena pertandingan binatang liar. Kalian menjaga Raja di balkon, kalian menjadi pusat perhatian dan bibir berbisik: ini Raja dan keduanya ini adalah Misyliniya dan Marnusy”. ‟

Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menegaskan. Hal ini menyebabkan Yimlikha sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur pertama dan Marnusy sebagai mitra tutur kedua. Tuturan menegaskan ditandai dengan adanya charfu tanbih bersama ism isyarah, yaitu hadza> (

اذى

) dan hadza>ni (

ناذى

) yang merupakan salah satu ada>tu tauki>d.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur pertamabertanya kepada penutur “ara>’aitana> min qabl?”, kemudian penutur menjawab “katsi>ran”. Mendengar jawaban penutur, mitra tutur kedua segera bertanya “aina?”, maka penutur menjawab “bimadi>nati tharsu>s, fi> sa>chati musha>ra’ati’s-sa>bi’. Kuntuma> tachu>tha>ni’l-Malika fi>syurfatihi, wal-anzha>ru tarmaqukum wa’sy-syafa>hu tahmus: hadza>’l Malik, wa hadza>ni Misyli>niya wa Marnu>sy”. kalimat yang menunjukkan adanya tuturan menegaskan terdapat pada tuturan penutur “…hadza>’l Malik, wa hadza>ni Misyli>niya wa Marnu>sy”

Penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada data di atas,

(8)

menunjukkan bahwa penutur menggunakan intonasi datar. Melihat dengan adanya charfu tanbi>h pada tuturan di atas menyebabkan intonasi yang dituturkan menjadi sedikit naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah sedikit bertekan.

B. Allege (menduga), forecast (meramalkan), predict (memprediksi);

Kamus Bahasa Indonesia (KBI, 2008: 367) kata menduga diartikan sebagai (1) mengukur dalamnya laut (sungai dsb); (2) menyangka; memperkirakan (akan terjadi sesuatu); (3) hendak mengetahui (isi hati dsb). Jadi tindak tutur menduga adalah tindakan yang berwujud tuturan untuk memperkirakan atau menyangka sesuatu yang akan terjadi, memperhitungkan sesuatu dengan adanya pengamatan sebelumnya.

Kamus Bahasa Indonesia (2008: 1160) mengartikan kata meramalkan sebagai melihat, menduga keadaan yang akan terjadi. Memprediksi dapat diartikan sama seperti meramal. Dalam kamus, Ba‟albaki mengartikan prediction (memprediksi) menjadi

ؤبنت

tanabbu’, yaitu kemampuan mitra tutur atau penutur untuk memprediksi dengan menggunakan kalimat berimbuhan awal atau akhir dalam suatu keadaan (1990: 392). Ba‟albaki menyebutkan adanya prediction verb (kata kerja memprediksi), yaitu kata kerja yang bermanfaat untuk memprediksi sesuatu seperti: “will” „akan/mau/dapat/harus‟ atau “shall” „akan/dapat/boleh‟ dengan “fi’lu’t-ta>li” „kata kerja yang akan datang‟ (1990: 392). Beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa menduga, meramalkan dan memprediksi mempunyai makna dan maksud yang sama.

(9)

Partikel lau (

ول

) dan la’alla (

ّلعل

) merupakan salah satu partikel yang menandakan adanya maksud untuk menduga, seperti yang dijelaskan Ghulayaini (1993: 560) berikut:

))

ول

((

نٌعون

:

1 .

يضم الم طرش فرح نوكت نأ

,

هنًغ عانتملا ئش عانتما ديفتف

,

فرح ىمست

افرح وا عانتملا عانتما

قيس ناك الم

ول ع

نًغعوق

.

2 .

لبقتسملل طرش فرح نوكت نأ

,

نىعبم

(

(

))نإ

:

نوكت انّإو عانتملاا ديفت لا دئنيح

طرشلاب باولجا طبر درلمج

.

Lau nau’aini:

1. An taku>na charfu syarthin lima> madhi>, fatufi>du imtina>’u syai’in li’imtina>’i gairihi, tusamma> charfa imtina>’a li’imtina>’i au charfan lima> ka>na sayaqa’u liwuqu>’igairi,

2. An taku>na charfu syarthin lilmustaqbal, bima’na ( (in): chi>naidzin la> tufi>du’l-imtina>’I, wa innama> taku>nu limujarradi rabthi’l-jawa>bi bisy-syarthi

Lau mempunyai dua macam:

1. Partikel syarat untuk sesuatu yang lalu atau masa lalu: bermanfaat untuk menghindar sesuatu yang mustahil, dinamakan partikel

imtina>’uli’imtina>’i atau partikel yang akan melakukan jika terjadi sesuatu yang lain

2. Menjadikan partikel syarat untuk sesuatu yang akan terjadi, artinya (in) yang kemudian tidak bermanfaat untuk menghindar. Dan menjadikan untuk meringkas hubungan jawab dengan syarat.

ّلعل

:

قافشلاا وأ يجاترلا نىعبم

يجترلا

:

ويف بوغرلما نكملم بلط

قافشلاا

:

هوركلما رملاا عقوت

,

وثودح نم فوختلاو

La’alla: bima’na> at-tara>ji> au al-isyfa>qi

Fa’t-tara>ji>: thalabu limumkini’l-mar’ghu>bi fi>hi

Al-isyfa>q: tawaqqa’u’l-amr’l-makru>hu, wa takhufu min chudu>tsihi La’alla: berarti at-tara>ji atau al-isyfa>qi

At-tara>ji: meminta sesuatu untuk mungkin dengan adanya rasa takut di dalamnya.

(10)

Al-isyfa>q: berjanji mengajarkan atau memerintahkan hal yang merusak, dan ketakutan dari apa yang terjadi (1993: 566)

Ditemukan 16 data tuturan menduga dalam naskah AKbg1. Penulis akan menganalisis empat sampel data tuturan berdasarkan banyaknya jenis tanda lingual tuturan menduga yang digunakan, yaitu:

اينيلشم

:

؟ىعاّرلا انثلاث نيأ ؟ىعاّرلا نيأ

شْوُ نْرَم

:

ويعارذ اطساب انى وبلك حبش ّنٌبتَأ

.

اَيِنْيِلْشِم

:

لاَأ

؟َوُى َنْيَأ ،اانَ بْرُ ق ُبانَََتَ ي ىِعاارلا اَذَى َرَ ت

شْوُ نْرَم

:

ِب ُوالَعَل

َب

عوُلُط ُبُقْرَ ي ِفْهَكْلا ِبا

ِراَها نلا

ِةاَعارلا َنْأَش ،

.

( AKbg1/1932/14/95 )

Misyli>niya >: aina’r-ra>’i>? aina tsa>litsuna>’r-ra>’i>?

Marnu>sy : atabayyanu syabcha kalbihi huna> ba>sithan dzira>’i>hi Misyli>niya >: ala> tara> hadza>’r-ra>’i yatajannabu qurbanan, aina huwa? Marnu>sy: la’allahu biba>bi’l-kahfi yarqubu thulu>’a’n-naha>ri, sya’na’r-ra’a>ti

„Misyliniya: “mana si penggembala? Mana orang ketiga di antara kita si penggembala?”

Marnusy : “aku melihat dengan jelas anjingnya di sini sedang merenggangkan kakinya. ”

Misyliniya: “tidakkah kamu mengetahui si penggembala ini menjauhi kita, dimana dia?”

Marnusy: “mungkin di pintu gua menunggu datangnya siang, kebiasaan penggembala. ” ‟

Pada penggalan tuturan di atas terdapat data yang menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan meduga. Pada data ini Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan menduga tersebut dilakukan penutur karena belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan hanya berdasarkan pengamatan penutur saja. Ditandai dengan partikel la’alla (

الَعَل

).

(11)

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bertanya kepada penutur mengenai keberadaan si penggembala, akan tetapi penutur menjawabnya dengan menunjukkan keberadaan anjing gembalanya si penggembala yang menendakan bahwa si penggembala masih berada di sekitar. Kemudian mitra tutur mengatakan “ala> tara> hadza>’r-ra>’i yatajannabu qurbanan, aina huwa?”.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada data tuturan menduga di atas, menunjukkan bahwa penutur menggunakan intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah biasa.

Data lainnya terdapat dalam naskah AKbg1 adalah sebagai berikut ini:

اينيلشم

:

(

!هآ )وتلاضع ولمؤتف ضوهنلا لوايح

شونرم

:

؟نيأ لىإ

اينيلشم

:

وتلعف حلصي ىك ناسنلإا اذى بىذيس

شونرم

:

ام !كيحو

عنصت كاسع اذ

؟

( AKbg1/1932/23/98 )

Misyli>niya >: (yucha>wilu’n-nahu>dha fatu’limuhu ‘adhla>tuhu) a>h! Marnu>sy: ila> aina?

Misyli>niya>: sayadzhabu hadza’l-insa>nu kai-yuslich fi’latahu Marnu>sy: waichaka! Ma>dza ‘asa>ka tashna’u?

„Misyliniya : (merasakan sakit pada tulangnya) “aah!” Marnusy: “mau kemana?”

Misyliniya: “orang ini akan pergi untuk memperbaiki perbuatannya. ” Marnusy : “celaka kamu! Apa yang akan kamu lakukan?”. ‟

Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan meduga. Pada data ini Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan

(12)

menduga tersebut dilakukan penutur untuk menduga apa yang akan mereka lakukan. Tuturan menduga ini ditandai dengan adanya pertikel sa (

س

) yang memiliki maksud sama seperti kata “will” dalam bahasa Inggris. Will merupakan salah satu prediction verb menurut Ba‟albaki (1990: 392).

Percakapan ini terjadi ketika penutur tiba-tiba merenggangkan badannya yang terasa sakit, kemudian mitra tuturbertanya “ila> aina?” „mau kemana?‟, penutur pun langsung menjawab “sayadzhabu hadza’l-insa>nu kai-yaslich fi’latahu”. Mitra tutur langsung menanggapinya “waichaka! Ma>dza ‘asa>ka tashna’?”dengan membentak dan khawatir.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada data tuturan menegaskan di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah biasa. Melihat respon atau jawaban yang diberikan dapat diketahui bahwa mitra tutur memperhatikan dan menanggapi.

Data berupa tuturan menduga juga dapat ditemukan pada naskah AKbg1 berikut:

شونرم

( :

؟ىعاّرلا اخيليد بىذ)ةأَف

اينيلشم

:

؟ونم ديرت اذام

شونرم

:

؟تيبوأ برقبو نًبخ امهئبنيو يدلوو يجوز ري وقيرط في تييب لىإ وتهجو ّنيأ ول

اينيلشم

:

كلزنم فرعيلا ونإ

.

نأ تبىذ ول لوقت ام

ا

انانئمطا اهمؤليد دق هدحو آرم نإ ؟

.

( AKbg1/1932/31/101 )

Marnu>sy: (faj’atan) dzahaba Yimli>kha>’r-ra>’i> Misyli>niya >: ma>dza> turi>du minhu?

(13)

Marnu>sy: lau anni> wajahtuhu ila> baiti> fi> thari>qihi yara> zauji> wawaladi> wayunabbi’uhuma> bikhairi> wabiqurbi aubati>?

Misyli>niya: innahu la> ya’rifu manzilaka. Ma> taqu>lu lau dzahabtu ana>? Inna mar’a> wachdahu qad yamlu’uhuma>’thmi’na>nan.

„Marnusy : (tiba-tiba) “Yimlikha penggembala sudah pergi?” Misyliniya : “apa yang kamu inginkan darinya?”

Marnusy : “seumpama aku mengatakan kepadanya untuk ke rumahku diperjalanannya, untuk melihat istriku dan anakku dan mengabarkan kepada mereka berdua keadaan baikku dan akan segera kembali?”.

Misyliniya: “sesungguhnya dia tidak tahu rumahmu. Bagaimana pendapatmu jika aku yang pergi? Sesungguhnya itu bisa memberikan keduanya ketenangan. ” ‟

Tuturan Marnusy pada data penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan meduga. Pada data ini Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan menduga tersebut ditandai dengan adanya partikel lau (

ول

) sebagai charfu syarat yang menandakan sesuatu akan terjadi dengan syarat tertentu.

Percakapan ini terjadi ketika penutur bertanya apakah Yimlikha sudah pergi? Kemudian mitra tutur bertanya apa yang diinginkan penutur kepada si penggembala?. Penutur menjawab “lau anni> wajahtuhu ila> baiti> fi> thari>qihi yara> zauji> wawaladi> wayunabbi’uhuma> bikhairi> wabiqurbi aubati>?”.

Penggunaan tanda baca tanya (?) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada data tuturan menduga di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi sedikit naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah sedikit bertekan.

(14)

Melihat respon atau jawaban yang diberikan dapat diketahui bahwa mitra tutur memperhatikan dan menyampaikan pendapatnya.

Data berupa tuturan menduga juga dapat ditemukan pada naskahAKbg1 berikut:

م

شونر

( :

هذى انتلاح فيو )رخاس فصن

أ ؟لوقت ام

؟حيسلماو للها ةدارإ مأ ؟ليسلاو رطلما وى

اخيليد

:

في

انتلاح

هذى

كلذك

. .

.

لمأ

لقأ

نيإ

تيأر

سمشلا

ليتد

نع

فهكلا

لع

ى

ونح

سيلأ ،بيَع

كلذ

يك

لا

ذؤت

اتهرارح

إ

؟اننادب

يى

ةدارا

للها

حيسلماو

تءاش

هذى

ةبوَعلأا

يَنتل

نٌنمؤلما

شونرم

:

)

في

مكته

فيفخ

؟نٌنمؤلم

كركشأ

اخيليداي

!

نظأ

نأ

ّّ

لاول

كدوجو

انعم

تناكام

ةدارإ

للها

حيسلماو

تءاش

انل

ةيأ

ةبوَعأ

( AKbg1/1932/43/110)

!!

Marnu>sy: (nishfu sa>khar) wafi> cha>latina> hadzihi> ma> taqu>lu? Ahuwa’l-matharu wa’s-sailu? Am ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi?

Yimli>kha>: fi> cha>latina> hadzihi kadzalika … alam aqul inni> ra’aitu’syamsa tami>lu ‘an’l-kahfi ‘ala> nahwin ‘aji>b, alaisa dza>lika kai la> tu’dzi> chara>ratuha> ibda>nana>? Hiya ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi sya>’at hadzihi’l-a’jubata litunji>’l-mu’mini>n

Marnu>sy: (fi> tahki>m khafi>f) al-mu’mini>n? asykuruka ya> Yimli>kha>! Azhunnu anna laula> wuju>duka ma’ana> ma> ka>nat ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi sya>’at lana> ayyatu a’ju>bah!!

„Marnusy: (setengah mengejek) dan dengan keadaan kita ini? Apa yang akan kamu katakan? Apakah hujan dan banjir? Apa kehendak Allah dan al-Masih?

Yimlikha : “dalam keadaan seperti ini… bukankah aku katakan sesungguhnya aku melihat matahari bergeser dari gua suatu yang mengherankan, bukankah seperti itu supaya panasnya tidak merusak jasad kita? Itu adalah kehendak Allah dan al-Masih yang merupakan suatu keajaiban untuk menyelamatkan orang Mukmin. ”

Marnusy : (sedikit mengejek) “seorang Mukmin? Aku berterima kasih kepadamu wahai Yimlikha! Aku kira jika tidak ada kehadiranmu bersama kita apa yang akan terjadi dengan

(15)

kehendak Allah dan al-Masih ketika kita mencari keajaiban!!”.‟

Tuturan Marnusypada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan meduga. Pada data ini Marnusy sebagai penutur dan Yimlikha sebagai mitra tutur. Tuturan menduga ditandai dengan adanya partikel “azhunnu” artinya „aku kira‟ dan dilanjutkan dengan partikel “lau”.

Percakapan ini terjadi ketika penutur bertanya kepada mitra tutur untuk mendapatkan pendapatnya mengenai keadaan apa yang sedang mereka hadapi. Kemudian mitra tutur memberikan pendapatnya mengenai keadaan apa yang sedang mereka hadapi, yaitu “fi> cha>latina> hadzihi kadzalika … alam aqul inni> ra’aitu’syamsa tami>lu ‘an’l-kahfi ‘ala> nahwin ‘aji>b, alaisa dza>lika kai la> tu’dzi> chara>ratuha> ibda>nana>? Hiya ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi sya>’at hadzihi’l-a’jubata litunji>’l-mu’mini>n”.

Pendapat mitra tutur tersebut mendapatkan respon dari penutur sebagai berikut “al-mu’mini>n? asykuruka ya> Yimli>kha>! Azhunnu an laula> wuju>duka ma’ana> ma> ka>nat ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi sya>’at lana> ayyatu a’ju>bah!!”.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca dua seru (!!) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada data tuturan menduga di atas menunjukkan penuturmenggunakan intonasi naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah keras dan bertekan.

(16)

C. Insist (mendesak),

Mendesak dapat diartikan sebagai mendorong dengan tubuh; menyesak hingga mundur; meminta (menganjurkan); memaksa; penting untuk segera dilakukan (dipenuhi, diselesaikan); sudah hampir habis waktunya (KBI, 2008: 346). Jadi tindak tutur mendesak adalah tindakan berupa tuturan yang dilakukan oleh penutur kepada mitra tuturnya untuk mendesakkan sesuatu, memaksakan agar mau menerima, menganjurkan dengan sangat atau memaksa untuk melakukan sesuatu.

Ba‟albaki menyebutkan bahwa memaksa (compellative phrase) atau

دانلما ةلجم وبش

“syibhu jumlata’l-muna>da>” „menyerupai kalimat seruan‟ dalam suatu susunan kalimat dapat ditunjukkan dengan adanya tanda seru (1990: 104). Tuturan „mendesak‟ disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur bertujuan untuk memaksa atau meminta sesuatu dengan cepat terhadap suatu hal yang diinginkan penutur.

Data yang termasuk tuturan mendesak pada naskah AKbg1 sebanyak 4 data, dan penulis akan menganalisis dua sampel, berdasarkan jumlah fi’l amr yang digunakan. Dalam naskah AKbg1 yang menunjukkan adanya tuturan mendesak terdapat dalam data berikut:

اينيلشم

:

بىذأس

لىإ

ول لوقأو اّوت كللما

( :

(

فى وسما نإو ،املظ شونرم يلع تينج ّنيإ

ائيش نيعي لا ةلاسرلا

. . .

))تيايح مّدقأ اذنأىو

شونرم

:

دعقا

. . .

كتبيبح ترل بىاذ كّنإ لق !اارذى ىفكو

.

اينيلشم

:

! هافسأ او

( AKbg1/1932/23/111 )

Misli>niya>: sa’adzhabu ila>’l-maliki tauwan wa’aqu>lu lahu: ( (inni> janaitu janaitu ‘ala> Marnu>sy zhulman, wa’in’smahu fi>’r-risa>lati la> risa>lati la> ya’ni syai’an… waha’anadza> uqaddimu chaya>ti>)).

(17)

Marnu>sy : uq’ud… wakafa> hadzran! Qul innaka dza>hibun litara> chabi>batika.

Misyli>niya>: wa> asfa>h!

„Misyliniya: “aku akan pergi kepada Raja secepatnya dan aku katakan padanya: ((sesungguhnya akumembuat kesalahan kepada Marnusy secara tidak sengaja, dan sesungguhnya namanya di dalam surat tidak memiliki maksud apapun … dan seperti itulah saya menjalani hidup saya))”

Marnusy: “duduklah! … dan sudahi ocehanmu! Katakan saja sebenarnya kamu akan pergi melihat kekasihmu”.

Misyliniya: “alangkah ruginya!” ‟

Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mendesak. Tuturan mendesak di atas dilakukan oleh Marnusy (penutur) untuk mendesak Misyliniya (mitra tutur) agar segera melakukan apa yang diinginkannya.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur merencanakan untuk keluar dari gua dan bertemu dengan raja untuk mengatakan bahwa sesungguhnya penutur tidak bersalah, penutur hanyalah korban yang tidak disengaja, dan sebenarnya nama penutur di dalam surat yang ditulisnya itu tidak memiliki maksud apapun. Namun, setelah mendengar perkataan tersebut penutur segera menghalangi mitra tutur yang akan melakukan rencananya untuk keluar dari gua. Penutur meminta mitra tutur agar tetap tinggal dengan mengatakan “uq’ud… wakafa> hadzran! Qul innaka dza>hibun litara> chabi>batika. ”.

Tanda yang menunjukkan adanya tuturan mendesak pada data di atas, yaitu berupa kata perintah (fi’l amr) “uq’ud” „duduklah‟ kemudian dilanjutkan dengan kata perintah (fi’l amr) serta tanda seru “wakafa> hadzran!” „sudahi ocehanmu!‟ dan dilanjutkan kata perintah (fi’l amr) lagi

(18)

“Qul” „katakan‟ dan ditandai dengan adanya tanda seru. Kalimat perintah merupakan salah satu bagian dari kalimat bermodus imperatif. Kalimat imperatif memiliki dua jenis, yaitu imperatif instruktif (perintah) dan imperatif rekustif (permintaan).

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca seru (!) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, pada data tuturan mendesak di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah bertekan. Melihat respon atau jawaban yang diberikan dapat diketahui bahwa mitra tutur memperhatikan dan dia dapat menyangkal.

Data lainnya terdapat dalam penggalan naskah AKbg1seperti berikut:

شونرم

( :

؟انيلإ دوعتس لىو )بابترا في

اخيليد

:

انى انًمطق كرتأ ّنيإ

.

شونرم

( :

نًشي

لىإ

)ةشىد في بلكلا

رظنا

. . .

رظنا

ضهنياذ وى اى !

.

رتأ !ابَع

اذى في مان نم ّلك نأ ّلىإ لييخ !ىّطمتي فيكو ملاّظلا في ولتي فيك وحبش

ةرّسكتم هءاضعأ ّنأكو وحصي فهكلا

.

( AKbg1/1932/28/113 )

Marnu>sy : (fi>’r-tiba>bi) wahal sata’u>du ilaina>? Yimli>kha>: inni> atruku Qithmi>ran huna>

Marnu>sy: (yasyi>ru ila>’l-kalbi fi> dahsyati) unzhur… unzhur! Ha> huwa dza> yanhadhu. ‘ajban! Atara> syabchahu kaifa yatalauwa> fi>’zh-zhala>mi wa kaifa yatamaththa>! Yukhayyalu ila> anna kulla man na>ma fi> hadza>’l-kahfi yashchu> waka’anna a’dha>’ahu mutakassirah.

„Marnusy: (ragu) “apakah kamu akan kembali lagi pada kami?” Yimlikha: “sungguh aku meninggalkan Qitmir di sini”

Marnusy: (menunjuk pada seekor anjing dengan kekaguman) “lihatlah… lihat! Apakah dia sedang bangun. Ajaib! Apakah kamu melihat tubuhnya bagaimana dia meliuk-liuk dikegelapan dan bagaimana dia melebarkannya! Bayangkan bahwasanya setiap

(19)

orang yang telah tidur di dalam gua ini seperti itu dan seakan-akan anggota tubuhnya retak”. ‟

Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mendesak. Tuturan mendesak di atas dilakukan oleh Marnusy untuk meminta agar mitra tutur melakukan permintaannya. Pada data ini Marnusy sebagai penutur Yimlikha sebagai mitra tutur pertamadan Misyliniya sebagai mitra tutur kedua.

Percakapan ini terjadi ketika penutur ragu apakah mitra tutur akan kembali kepada mereka, kemudian mita tutur meyakinkan penutur dengan menjawab “inni> atruku Qithmi>ran huna>” yang menunjukkan dia akan kembali. Kemudian penutur menunjuk anjing penggembala dengan terkejut dan meminta mitra tutur pertama dan mitra tutur kedua untuk segera melihat Qitmir dengan tuturan “unzhur… unzhur!”. Tuturan tersebut merupakan tuturan mendesak, ditandai dengan adanya fi’l amr (kata perintah) “unzhur” yang diulang dua kali menandakan meminta segera untuk melakukan sesuatu. Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca seru (!) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, pada data tuturan mendesak di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi tinggi, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah menekan.

D. Announce (mengumumkan), reporting (melaporkan)

Kata mengumumkan di dalam KBI (2008: 1588) dapat diartikan sebagai memberitahukan kepada orang banyak; memaklumkan; menyebarluaskan. KBI (2008: 818) melaporkan diartikan dengan kata

(20)

memberitahukan. Memberitahukan adalah menyampaikan (kabar) supaya diketahui; mengumumkan; menyebarluaskan (KBI, 2008: 186).

Memberitahu adalah mengatakan kepada mitra tutur mengenai suatu kejadian yang sebenarnya. Tindak tutur memberitahu adalah tindakan yang dilakukan penutur berupa tuturan yang ditujukan kepada mitra tutur untuk memberitahukan sesuatu kejadian sebenarnya yang belum diketahui oleh mitra tutur (Indriastuti, 2007: 12). Ba‟albaki (1990: 247) menyebutkan tuturan yang mengandung informasi adalah tuturan yang mengandung pesan yang beraturan di dalamnya.

Tanda yang menunjukkan adanya tuturan memberitahu adalah kalimat yang mengandung unsur 5W 1H dalam suatu berita. Ditemukan 23 data tuturan memberitahu, penulis akan menganalisis tiga sampel tuturan memberitahu berdasarkan jenis unsur 5W 1H yang ditemukan. Dalam naskah AKbg1 tuturan memberitahu terdapat dalam data berikut:

(

ملاّظلا فى طّبختي حبش ودبي

. . . .

)

.

اينيلشم

:

؟اذى نم

اخيليد

:

لاوم اي ىعاّرلا انأ

.

( AKbg1/1932/15/117 )

(yabidu> syabchun yatakhabbathu fi’zh-zhula>mi…) Misyli>niya>: man hadza>?

Yimli>kha>: ana>’r-ra>’i ya>maula>

„ (Nampak bayangan terbentuk di kegelapan …) Misyliniya: “siapa ini?”

Yimlikha: “aku si penggembala, tuan”. ‟

Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan memberitahu. Pada data ini Yimlikha sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan

(21)

memberitahu di atas dilakukan penutur untuk memperkenalkan dirinya atau untuk memberitahukan kepada mitra tutur mengenai siapa penutur.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur melihat bayangan terbentuk di dalam kegelapan, kemudian mitra tutur bertanya kepada sesuatu yang membentu bayangan tersebut “man hadza>?”. Kemudian seseorang yang membentuk bayangan tersebut (penutur) menjawabnya “ana>’r-ra>’i ya>maula>” dengan maksud untuk memperkenalkan diri kepadamitra tutur.

Tuturan memberitahu ditandai oleh tuturan sebelumnya berupa pertanyaan yang merupakan salah satu dari unsur 5W 1H, yaitu who (siapa). Unsur 5W 1H merupakan unsur yang selalu digunakan untuk mencari suatu informasi. Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, pada data tuturan memberitahu di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah biasa.

Data berupa tuturan memberitahu juga ditemukan dalam penggalan naskah AKbg1 berikut:

اينيلشم

:

ةعاّسلا كاندّقفت

.

اخيليد

:

ويلإ دتىأ ملف ،بابلا لىإ قيرّطلا سّملتأ تمق

.

( AKbg1/1932/15/118 ) Misyli>niya>: tafaqqadna>ka’s-sa>’ah.

Yimli>kha>: qumtu atalammasu’th-thari>qa ila>’l-ba>bi, falam ahtadu ilaihi

Misyliniya: “kami telah mencarimu”

Yimlikha: “aku bangun meraba-raba jalan menuju pintu, tetapi aku tidak menemukannya”. ‟

(22)

Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan memberitahu. Pada data ini Yimlikha sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur pertama dan Marnusy sebagai mitra tutur kedua. Tuturan memberitahu di atas dilakukan penutur untuk memberikan informasi berupa hasil yang ditemukan penutur.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur pertama menyatakan kepada penutur bahwa mereka (mitra tutur pertama dan kedua) telah mencarinya, kemudian penutur menjawab “qumtu atalammasu’th-thari>qi ila>’l-ba>bi, falam ahtadu ilaihi” dengan maksud memberitahukan kepada mitra tutur pertama tentang apa yang telah dilakukannya dan memberitahukan hasil dari tindakannya. Dapat diketahui bahwa data tersebut merupakan tuturan memberitahu seperti yang dijelaskan Indriastuti (2007: 12) pada keterangan sebelumnya.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada data tuturan memberitahu di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah biasa.

Data berupa tuturan memberitahu juga ditemukan dalam penggalan naskah AKbg1 berikut:

اينيلشم

:

؟انرمأ نم كّنًح ذّلا ام

اخيليد

:

!ناايحيسم ويريزو انأُمَلْعَ ي ناك ام ةيحيسلما ُّودع سونايقد

(23)

شونرم

:

(

ةيحيسم وتنبا انأ كلاذك ملعي لا وىو )ٍدوصقم ٍعاَفِدْنا في

. . .

ِحْبَذِب رملآا اذى

نٌيحيسلما

اخيليد

( :

؟!اكسيرب ةنًملأا ؟وتنبا )بارغتسا في

( AKbg1/1932/18/124 )

Misyli>niya> : ma>’l-ladzi> chayyaraka min amrina>?

Yimli>kha>: Diqya>nu>s ‘aduwwu’l-masi>chi>yati ma> ka>na ya’lamu anna wazi>raihi masi>chi>ya>ni!

Marnu>sy: (fi>’-ndifa>’in maqshu>din) wahuwa la> ya’lam kadzalika anna’-bnatahu masi>chi>yyah … hadza>’l-a>miri bidzabchi’l-masi>chi>yi>n

Yimli>kha> : (fi>’s-tigra>bi) ibnatuhu? Al-ami>ratu Bri>ska>?

„Misyliniya : “apa yang menjadikanmu bingung dari perkara kami?” Yimlikha: “Diqyanus adalah musuh bagi orang-orang masehi, bagaimana

dia tidak tahu bahwa menterinya adalah seorang masehi!” Marnusy: “ (menyela) dan dia juga tidak mengetahui bahwa putrinya

adalah seorang masehi”. ‟

Yimlikha: (terkejut) anaknya? Putri Priska?

Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan memberitahu. Pada data ini Marnusy sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur pertama dan Yimlikha sebagai mitra tutur kedua. Tuturan memberitahu tersebut bertujuan untuk memberikan informasi kepada mitra tutur.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur pertama melihat mitra tutur kedua yang sedang memikirkan sesuatu, lalu menanyakan “ma>’l-ladzi> chayyaraka min amrina>?” kemudian mitra tutur kedua menyatakan apa yang sedang difikirkannya. penutur menyela pembicaraan mereka “wahuwa la> ya’lam kadzalika anna’b-natahu masi>chi>yyah … hadza>’l-a>miri bidzabchi’l-masi>chi>yi>n”. Kalimat tersebut merupakan tuturan memberitahu karena kalimat tersebut mempunyai tujuan memberitahukan sesuatu yang belum diketahui oleh mitra tutur kedua.

(24)

Tuturan memberitahu pada data di atas ditandai dengan respon yang diberikan mitra tutur kedua, yaitu menanggapinya dengan melontarkan pertanyaan menunjukkan bahwa sebelumnya dia belum mengetahui berita tersebut.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, pada data tuturan memberitahu di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah biasa. Respon yang diberikan mitra tutur menunjukkan bahwa dirinya belum mengetahui berita tersebut.

E. Claiming (mengakui),

Kamus Bahasa Indonesia (2008: 32) mengartikan kata mengaku sebagai membenarkan (tuduhan dsb); menerima dan menyatakan (bahwa salah, keliru, dsb); menanggung; menyanggupi; menganggap. Mengakui dapat diartikan sebagai membenarkan dilihat dari pernyataan Indriastuti (2007: 5) membenarkan yaitu memastikan bahwa sesuatu yang diketahui atau dilihat adalah benar adanya, dan tindak tutur membenarkan adalah tindakan yang berwujud tuturan untuk membenarkan suatu pendapat, mengakui sebuah tindakan atau mengakui pendapat.

Tindak tutur mengakui atau menyetujui yakni penutur menyatakan setuju atau sepakat dengan menerima, memperkenankan tuturan mitra tutur (Handayani, 2012: 28). Mengakui dapat diartikan sebagai membenarkan, partikel bala>, na’am, ajal merupakan beberapa tanda lingual

(25)

lingual membenarkan atau mengakui, seperti yang dinyatakan Ghulayaini (1993: 558):

ىلب

:

اتابثا ولعَتف يفنلا دعب اهعوقوب صتتخ

لجأو معن

:

ويفنو وتابثا في اهلبقام عبتي امبه باولجا نأف

Bala>: takhtashshu biwuqu>’iha> ba’da’n-nafi> fataja’alahu itsba>tan

Na’am waajal: fainna’l-jawa>b bihima> yattabi’u ma> qablaha> fi> itsba>tihi wa naffi>hi.

Bala>: menghubungkan suatu peristiwa yang berada setelah an-nafi (partikel menolak) menjadi sah atau benar

Na’am dan ajal: sesungguhnya jawaban dari keduanya mengikuti kalimat sebelumnya untuk membenarkan atau menolaknya.

Ada beberapa tanda lingual yang menunjukkan tuturan mengakui, baik berupa partikel ataupun kata kerja “fi’l”. Pada naskah AKbg1 ditemukan 25 data tuturan, dalam pembahasan ini penulis akan melampirkan 5 sampel tuturan berdasarkan macam tanda lingual yang digunakan. Tuturan mengakui dalam naskah AKbg1 sebagai berikut:

اينيلشم

:

َم ْر ُ ن

ْو

َك ،ش

ْم َل

ِب ْ ث َن

َى ا

ُى ا

َن؟ا

شونرم

:

موي ضعب وأ اموي

.

اينيلشم

:

؟كاردأ نم

شونرم

:

؟ردقلا اذى نم رثكأ مانن لىو

اينيلشم

:

تقدص

(

تمص

،)

.

( AKbg1/1932/14/138 )

Misyli>niya>: … Marnu>sy, kam labitsna> ha> huna>? Marnu>sy: yauman au ba’dha yaumin

Misyli>niya>: man adraka?

Marnu>sy: wa hal nana>mu aktsar min hadza>’l-qadr? Misyli>niya>: shadaqta (shumt), … .

„Misyliniya : “… Marnusy, berapa lama kita tinggal di sini?” Marnusy: “sehari atau dua hari”

Misyliniya: “siapa yang memberitahumu?”

Marnusy: “apakah kita akan tidur lebih lama dari perkiraan kita?” Misyliniya : “kamu benar” (diam) … . ‟

(26)

Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan mengakui di atas bermaksud untuk mengakui pertanyaan yang disampaikan mitra tutur itu benar.

Percakapan ini terjadi ketika penutur bertanya “Marnu>sy, kam labitsna> ha> huna>?”, kemudian mitra tutur menjawab “yauman au ba’dha yaumin”. Mendengar pernyataan mitra tutur tersebut lalu penutur bertanya “man adraka?”. Mitra tutur menjawab “wa hal nana>mu aktsar min hadza>’l-qadr?”. Mendengar pertanyaan mitra tutur tersebutpenutur menjawab “shadaqta”.

Tuturan mengakui pada data di atas ditandai dengan adanya fi’l ma>dhi “shadaqta” yang berasal dari kata “shadaqa”, yaitu kata yang digunakan untuk membenarkan sesuatu. Dan pada data di atas di tuturkan oleh penutur untuk mengakui bahwa pertanyaan mitra tutur benar dan penutur mengakui bahwa dirinya tidak tahu berapa lama mereka akan tinggal.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca koma (,) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, pada data tuturan mengakui di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah biasa.

(27)

Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada penggalan tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:

شْوُ نْرَم

:

؟اَُهمُدُبْعَأَو اَُهمُّزِعَأ ٍدَلَوَو ِةَأَرْما ُِّلىَو اَنَأَو ،اَنَأ ُعْيِطَتْسَأ َِلمَو

اينيلشم

:

اَمِهِلْجَأ ْنِم َكَتاَيَح ىَقْ بَتْسَت َتْنَأ

.

شْوُ نْرَم

:

َأ ؟َتْنَأَو

لا

ِلْجَأ ْنِم َكَتاَيَح ىَقْ بَتْسَت ْنَأ ُدْيِرُت

. . .

اينيلشم

:

ْمَعَ ن

شْوُ نْرَم اَي

ِنِاَرَ ت اَذ َتْنَأ اَى ْنِكَل ،

لا

اُدِحاَو اامْوَ ي ِدْعُ بلا ىَلَع َوْ قَأ

.

( AKbg1/1932/15/139 )

Marnu>sy: walima> astathi>’u ana>, wa’ana> waliyyu’mra’ati wawaladin a’izzu huma> wa a’buduhuma>?

Misyli>niya>: anta tastabqa> chaya>taka min ajlihima>

Marnu>sy: wa anta? Ala> turidu an tastabqa> chaya>taka min ajli …

Misyli>niya>: na’am ya>Marnusy, walakin ha> anta dza> tara>ni> la> aqwa> ‘ala> bu’di yauman wa>chidatan

„Marnusy: “dan kenapa aku bisa, dan aku adalah wakil dari istri serta seorang anak yang aku sayangi dan aku lindungi?

Misyliniya: “kamu mempertaruhkan hidupmu demi mereka berdua”

Marnusy: “dan kamu? Tidakkah kamu ingin mempertaruhkan hidupmu demi …”

Misyliniya: “benar wahai Marnusy, tetapi tidakkah kamu melihatku tidak mampu berjauhan walau hanya sehari. ” ‟

Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan mengakui di atas bermaksud untuk mengakui apa keinginannya.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bertanya kenapa dirinya (mitra tutur) sanggup adapun dirinya mempunyai tanggungan sebuah keluarga yang dicintai dan dilindunginya. Kemudian penutur mengatakan kepada mitra tutur “anta tastabqa> chaya>taka min ajlihima>”. Mitra tutur menanyakan hal yang serupa kepada penutur, dan penutur mengakui bahwa dirinya juga ingin mempertaruhkan hidupnya demi seseorang.

(28)

Tuturan mengakui pada data di atas ditandai dengan adanya partikel “na’am” „iya‟, yaitu kata yang dapat diartikan menyetujui, mengakui, atau membenarkan sesuatu hal. Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca koma (,) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, pada data tuturan menyetujui di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah biasa.

Data berupa tuturan mengakui dapat ditemukan pada penggalan tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:

شونرم

. . . :

امف

؟ٍديب اادي كلذك ةلاسرلا اهَتْيَطْعَأ كّنأ ول كيلع اذ

(

)بييج لا اينيلشم

لَع يلع ٍذِئَدْعَ ب اَهَ تْبَتَك دقلف ،عطتست لم كنأ معزت كّنكلو

. . .

يك ،معن

!ةلاّصلا فى اىركذتو حصفلا ةلاص اارس ىّلصت شونرم ةَبْحُصِب بىاذ كّنأ اىِبرُْتخ

(

!!شونرم ةبحصب )بييج لا اينيلشم

اينيلشم

:

اهُّطخأ لم ول ةملك معن

. . .

شونرم

:

دلبج تونج تنكل

اينيلشم

:

كدلبج تونج تنك لجأ

.

( AKbg1/1932/21/143 )

Marnu>sy: … fama>dza ‘alaika lau annaka a’thaitaha>’r-risa>lata kadza>lika yadan biyadin? (Misyli>niya> la> yuji>b) walakinnaka taz’am annaka lam tastathi’, falaqad katabtaha> ba’da’idzin ‘ala> ‘ajal …na’am, kai tukhbiruha> annaka dza>hibun bishuchbati Marnu<sy tushalli siran shala>ta’l-fishchi wa tadzkurha> fi>’sh-shala>ti! (Misyli>niya> la>yuji>b) bishuchbati Marnu>sy!!

Misyli>niya>: na’am kalimatun lau lam akhuththuha> … Marnu>sy : lakuntu najautu bijildi>

Misyli>niya> : ajal kunta najauta bijildika.

„Marnusy: “apa yang menghalangimu untuk memberikan surat itu secara langsung?” (Misyliniya tidak menjawab) “akan tetapi kamu merasa belum bisa, kamu telah menulis sebelumnya … ya, sebagaimana kamu mengabarkan kepadanya bahwasanya kamu pergi dengan tergesa-gesa Marnusyberdoa supaya di

(29)

setiap hari Paskah kamu mengingatnya di dalam shalat” (Misyliniya tidak menjawab) sahabat Marnusy!!

Misyliniya: benar, kata itu jika saja tidak aku tulis… Marnusy : tentu aku akan selamat

Misyliniya : ya, tentu kamu akan selamat.

Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan mengakui di atas bermaksud untuk mengakui bahwa pernyataan mitra tutur, ditandai dengan adanya partikel ajal.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bercerita tentang alasan mengapa mereka berdua sampai bersembunyi di gua tersebut. Mitra tutur menyatakan bahwa itu semua kesalahan penutur yang tidak mau memberikan suratnya secara langsung dan seandainya di dalam surat tersebut penutur tidak menyantumkan nama mitra tutur. Mendengar hal itu penututr menjawab “na’am kalimatun lau lam akhuththuha> …”. Mitra tutur melanjutkan “lakuntu najautu bijildi>”. Penutur menjawab “ajal kunta najauta bijildika. ”.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, pada data tuturan mengakui di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah biasa.

Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada penggalan tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:

م

اينيلش

:

ىعارلا

.

ذلا اذى

نلآا للها لىإ انهّبن

.

!تقو لك في حيسلماو هركذي فيك يرت لاأ

(30)

شونرم

:

ىّللخ ىعارلا كبحاص ّنإ

.

ناطيشلل وأ لله ولك وبلق حنيد ّنأ هنًضي امف

.

اينيلشم

( :

ن عنقي نمك وأ لّمأت في

)وسف

تبصأ

. . .

( AKbg1/1932/31/151 )

Misyli>niya> : ar-ra>’i. hadza>’l-ladzi> nabbahna> ila>’l-La>hi’l-a>n. ala> tara> kaifa yadzkuruhu wa’l-masi>cha fi> kulli waqtin!

Marnu>sy: inna sha>chibaka’r-ra>’i lakhalli>. Fama> yudhi>ruhu anna yamnacha qalbahu kullahu’l-La>hi au lisy-syaitha>ni.

Misyli>niya> : (fi> ta’ammuli au Kaman yuqna’u nafsahu) ashabta …

„Misyliniya : “penggembala. Ini yang mengingatkan kita kepada Allah sekarang ini. Tidakkah kamu menginggat bagaimana dia mengingat al-Masih setiap waktu!”

Marnusy: “sesungguhnya temanmu penggembala tidak berfikir. Apakah dia tidak takut memberikan seluruh hatinya kepada Allah atau untuk syaitan”

Misyliniya : (introspeksi diri) “kamu benar”. ‟

Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan mengakui di atas bermaksud untuk mengakui bahwa pendapat mitra tutur benar. Tuturan mengakui ditandai dengan adanya fi’l ma>dhi“ashabta” berasal dari kata “asha>ba” „benar‟. Kata kerja tersebut digunakan penututur untuk menyetujui, mengakui, atau membenarkan pendapat.

Percakapan ini terjadi ketika penutur menyatakan pendapatnya “ar-ra>’i. hadza>’l-ladzi> nabbahna> ila>’l-La>hi’l-a>n. ala> tara> kaifa yadzkuruhu wa’l-masi>cha fi> kulli waqtin!”. Mendengar pendapat tersebut mitra tutur juga berpendapat bahwa “inna sha>chibaka’r-ra>’i lakhalli>. Fama> yudhi>ruhu anna yamnacha qalbahu kullahu’l-La>hi au lisy-syaitha>ni. ”. Setelah mendengarnya penutur berfikir sejenak lalu menjawab “ashabta”.

(31)

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, pada data tuturan mengakui di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah biasa.

Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada penggalan tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:

شونرم

:

؟تنأ نم فرعو دحأ كلمح اذإو

شم

اينيل

:

فتح لا

,

ىهجو ادحأ رأ لاو ملاظلا في للستأس

.

شونرم

:

(

قو مزع في

ةو

)

ّلاك

.

رطخ كجورخ في

.

( AKbg1/1932/32/152 )

Marnu>sy: waidza> lamachaka achadun wa ‘arafa man anta?

Misylini>ya>: la>takhaf, sa’atasallalu fi>’zh-zhula>mi wala> ara> achadan wajhi> Marnu>sy : (fi> ‘azmi wa qu>wati) kalla>. Fi> khuru>jika khathar.

„Marnusy: “bagaimana jika seseorang melihatmu dan mengenali siapa dirimu?”

Misyliniya: “jangan takut, aku akan menyelinap di dalam kegelapan dan tidak ada seorangpun yang dapat melihat wajahku”

Marnusy : (tegas) “tentu. Demi keluar dari bahaya”. ‟

Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan mengakui di atas ditandai dengan partikel “kalla>” untuk mengakui bahwa apa yang akan dilakukan mitra tutur tersebut benar.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur ingin keluar dari persembunyiannya lalu penutur bertanya kepadanya “waidza> lamachaka achadun wa ‘arafa man anta?”. Kemudian mitra tutur menjawab “la>takhaf,

(32)

sa’atasallalu fi>’zh-zhala>mi wala> ara> achadan wajhi>”. Mendengar respon mitra respon mitra tutur, penutur menjawab “kalla>. Fi> khuru>jika khathar”.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, pada data tuturan mengakui di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar, akan tetapi pada tuturan tersebut di sertai dengan keterangan keadaan yang ditunjukkan pada dalam kurung yaitu (tegas). Sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah bertekan.

F. Stating (menyatakan)

Maksud dari kata menyatakan di dalam KBI (2008: 1011) adalah menerangkan; menjadikan nyata; menjelaskan; menunjukkan; memperlihatkan; menandakan; mengatakan; mengemukakan (pikiran, isi hati). Tindak tutur menyatakan memiliki maksud bahwa penutur mengatakan atau mengemukakan pikiran atau isi hati kepada mitra tutur (Handayani, 2012: 20).

Tuturan menyatakan adalah tuturan yang mengandung pernyataan mengenai apa yang diinginkan atau apa yang dirasakan hati dan fikiran. Ditemukan 26 data tuturan pada naskah AKbg1 dan penulis akan menganalisis tiga sampel data berdasarkan tanda yang menunjukkan tuturan menyatakan: Dalam naskah AKbg1 yang menunjukkan adanya tuturan menyatakan terdapat dalam data berikut:

شونرم

:

؟ردقلا اذى نم رثكأ مانن لىو

اينيلشم

:

تقدص

(

،)تمص

(

)برصلا دفان وىو لوقي ةأَفو

ناكلما اذى نم جورلخا ديرأ

.

(33)

شونرم

:

!كيحو

لىإ

؟نيأ

( AKbg1/1932/14/164 )

Marnu>sy: wahal nana>mu aktsaru min hadza>’l-qadri?

Misyli>niya>: shadaqta (shamta), (wafaj’atan yaqu>lu wahuwa na>fadu’sh-shabri) uri>du’l-khuru>ja min hadza>’l-maka>ni.

Marnu>sy : waichaka! Ila> aina?

„Marnusy: “dan apakah kita tidur lebih lama dari perkiraan kita?”

Misyliniya: “kamu benar (diam), (tiba-tiba berkata dengan tidak sabar) aku ingin keluar dari tempat ini”

Marnusy: ” celaka kamu? Mau kemana?”. ‟

Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menyatakan. Pada data ini Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan menyatakan di atas bermaksud untuk menyatakan apa yang diinginkan.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bertanya kenapa penutur “wahal nana>mu aktsaru min hadza>’l-qadri?”, kemudian penutur menjawab “shadaqta”. Tiba-tiba penutur berkata “uri>du’l-khuru>ja min hadza>’l-maka>ni”. Tuturan penutur tersebut merupakan tuturan menyatakan, yaitu menyatakan keinginannya atau isi hatinya.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, pada data tuturan menyatakan di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar, akan tetapi pada tuturan tersebut di sertai dengan keterangan keadaan yang ditunjukkan pada dalam kurung yaitu (tiba-tiba dia berkata dengan tidak sabar). Sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah cepat.

(34)

Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada penggalan tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:

اينيلشم

:

؟ لاومايب امئاد انوعدت اذالم

اخيليد

:

هراسي بحاصو كللما نٌيد بحاص وعدأ اذابمو

.

شونرم

:

!ابَع

. . .

!؟كللما ابحاص انّنأ كأبنأ نم

( AKbg1/1932/16/168 )

Mitsli>niya>: lima>dza> tad’u>na> da>’iman biya>maula>?

Yimli>kha>: wabima>dza> ad’u> sha>chiba yami>ni’l-maliki washa>chiba yasa>rihi. Marnu>sy: ‘ajaban! … man anba’aka annana> sha>chiban’l-maliki?!

„Misyliniya: “kenapa kamu terus memanggil kami dengan sebutan tuan?” Yimlikha: “lalu dengan apa aku memanggil tangan kanan raja dan tangan

kirinya”

Marnusy: “ aku terkejut! … siapa yang mengabarkanmu bahwa kami adalah kepercayaan raja?”. ‟

Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menyatakan. Pada data ini Yimlikha sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur pertama dan Marnusy sebagai mitra tutur kedua. Tuturan menyatakan di atas bermaksud untuk menyatakan pendapat.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur pertama bertanya kenapa penutur selalu memangil mereka dengan panggilan tuan. Kemudian penutur menjawab“wabima>dza> ad’u> sha>chibu yami>ni’l-maliki washa>chibu yasa>rihi. ”. Pernyataan penutur tersebut merupakan tindak tutur asertif berupa tuturan menyatakan, yaitu menyatakan bahwa penutur berfikir bagaimana atau dengan apa dia harus memanggil mereka.

(35)

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) pada data tuturan menyatakan di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah biasa.

Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada penggalan tuturan drama AKbg1 berikut:

اينيلشم

:

؟انرمأ نم كّنًح ذّلا ام

اخيليد

:

!ناايحيسم ويريزو انأُمَلْعَ ي ناك ام ةيحيسلما ُّودع سونايقد

( AKbg1/1932/18/169 )

Mitsli>niya> : ma>’l-ladzi> chaiyaruka min amrina>?

Yimli>kha>: Diqya>nu>s ‘adu>wu’l-masi>chi>yah ma> ka>na ya’lamu anna wazi>raihi masi>chi>yan!

„Misyliniya: “apa yang menjadikanmu bingung dengan perkara kami?” Yimlikha: “Diqyanusy adalah musuh bagi orang-orang Masehi apa yang

menjadikannya tidak tahu bahwa kedua menterinya adalah orang Masehi!”. ‟

Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menyatakan. Pada data ini Yimlikha sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan menyatakan di atas bermaksud untuk menyatakan pendapat.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur menyadari kegelisahan penutur, maka mitra tutur bertanya “ma>’l-ladzi> chaiyaruka min amrina>?”. Mengetahui bahwa dirinya dipersilahkan untuk menyatakan kegelisahannya, maka penutur pun menyatakan bahwa “Diqya>nu>s ‘adu>wu’l-masi>chi>yah ma> ka>na ya’lamu anna wazi>raihi masi>chi>yan!”. Sehingga dapat diketahui bahwa pada data di atas terdapat tuturan menyatakan yang bermaksud untuk menyatakan pendapat.

(36)

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca seru (!) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, pada data tuturan menyatakan di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi tinggi, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah bertekan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada makalah ini disertakan source code dalam bahasa C yang merupakan implementasi sederhana dari genetic programming untuk memecahkan persoalan mencari rumus

communication dari Harian Pos Kota dan Harian Rakyat Merdeka dalam mengemas iklan dengan berafiliasi pada berita dalam rubrik di halaman yang sama. Jika dilihat dari

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa indeks DMF-T ibu hamil diwilayah kerja puskesmas Oesapa Kota Kupang sebagian besar berkaries dan

Analisa rugi rugi daya dari gardu induk Sragen ke Masaran pada transmisi tegangan tinggi 150kV dapat dilakukan dengan pengambilan data tegangan dan arus.. Metode

Turunnya indeks yang diterima petani lebih dipengaruhi oleh penurunan pada subkelompok palawija sebesar 2,33 persen sedangkan turunnya indeks yang dibayar dominan

Kelompok usia paling banyak menggunakan alat kontrasepsi dalam penelitian yang dilakukan Oddens et al (1994) bahwa wanita usia kurang dari 25 tahun lebih

Pada penelitian sebelumnya aplikasi pupuk mikroba telah diujikan terhadap kelompok tanaman polong-polongan yaitu kacang koro pedang (Canavalia ensiformis) dan kedelai

Judul Skripsi : Pengaruh Motivasi Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan Memilih Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Keguruan