• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERCAK DAUN PHYTOPHTHORA SEBAGAI SUMBER INOKULUM PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG LADA (Piper nigrum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERCAK DAUN PHYTOPHTHORA SEBAGAI SUMBER INOKULUM PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG LADA (Piper nigrum L.)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BERCAK DAUN PHYTOPHTHORA SEBAGAI SUMBER

INOKULUM PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG LADA

(Piper nigrum L.)

Dyah Manohara

Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK

Penyakit busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman lada di sebabkan oleh jamur

Phytophthora capsici. Kerugian akibat

serang-an patogen tersebut pada awal tahun 2006 di-perkirakan Rp 4,9 milyar. Seluruh bagian tanaman lada dapat diserang Jamur P. capsici, serangan pada daun menyebabkan bercak daun sedang serangan pada akar atau pangkal batang menyebabkan kematian tanaman secara cepat. Penelitian yang telah dilakukan terdiri dari penelitian laboratorium dan rumah kaca dengan tujuan mengamati (1) perkembangan bercak daun P. capsici pada tanaman lada sampai terjadinya gugur daun sakit, (2) kemampuan bertahan hidup P. capsici pada bercak daun serta penelitian lapang dengan tujuan meng -amati (3) perkembangan intensitas bercak daun

Phytophthora menjadi penyakit BPB. Inokulasi

daun-daun lada dilakukan dengan menempel-kan potongan biamenempel-kan P. capsici berdiameter ± 0,5 cm di tengah-tengah permukaan bawah daun. Gejala bercak daun akan nampak 24 jam setelah inokulasi. Bentuk bercak agak bulat dan berkembang terus sampai tepi daun, walaupun daun telah gugur. Daun sakit mulai gugur pada hari ketiga setelah inokulasi dan pada hari ke-enam semua daun sakit telah gugur. Pada pagi hari terdapat lapisan air di permukaan bawah bercak yang mengandung sporangia dan zoos-pora. Jamur P. capsici dapat bertahan hidup di dalam tanah sebagai saprob pada bercak daun selama 14 minggu dengan kelengasan tanah 60% sedang pada kelengasan tanah 80 sampai 100%, jamur dapat bertahan lebih dari 14 minggu, selanjuntnya propagul jamur ditemu -kan pada tanah di sekitar daun sakit yang telah mulai hancur. Di lapang, propagul P. capsici dijumpai pada tanah dan di sekitar daun sakit yang gugur. Gejala bercak Phytophthora di lapang dengan intensitas awal 10 % dapat ber-kembang menjadi penyakit busuk pangkal batang (BPB) dan mengakibatkan kematian

pertanaman lada dengan laju peningkatan se-besar 2,99%/bulan. Adanya gejala bercak da-un pada tanaman lada di lapang merupakan peringatan dini untuk segera melakukan tin -dakan pengendalian secara terpadu.

Kata kunci : Lada, Phytophthora capsici, bercak daun,

penyakit busuk pangkal batang ABSTRACT

Phytophthora leave spots as the source of inoculums of foot rot disease on black pepper (Piper

nigrum L.)

The causal agent of foot rot disease on black pepper is Phytophthora capsici. Yield losses due to the disease in the first year of 2006 was estimated about 4.9 billion rupiah. All parts of pepper plant can be infec-ted by the fungus. Infecinfec-ted leaves produce le-sions with the characteristic fimbriation edge. Infection on the ground parts such as collar or feeder roots causes the sudden death plants. This research conducted in the labora-tory, green house and field in Bangk a Island. The purposed of the research are (1) to exa -mine the development of leaves spot caused by

P. capsici and leaves defoliation, (2) to

obser-ve the survival ability of P. capsici as a sap-robe on disease leaves, (3) to examine the de-velopment of Phytophthora leaves spot to foot rot disease in the field. Leaves inoculation we-re conducted by pasting the agar inoculum’s 0.5 cm diam.) of P. capsici on the centre of lower leaves. The leaf spot symptom appeared as a minute spot, 24 hours after inoculation. Leaves defoliation occurred during 3-6 days after inoculation. The spot enlarge until to the leaf edge even though the leaf defoliated. A thin layer of water which contained sporangia and zoospores was observed on the lower part of spots in the morning. The fungus is able to survive for 14 week s as a saprobe on the

(2)

leaves spot which buried in the soil with 60% field capacity. Whereas in the field capacity more than 80%, the survival is more than 14 week s, and the fungus is found in the soil nearby the smashed of disease leaves. In the field condition, leaves disease intensity about 10% in the early observation, would be deve-loped to foot rot disease and causes the sudden death of pepper plants with the rate 2.99%/ month. The incidence of Phytophthora leaves spot in the field is warning to carry out integrated disease control.

Key words : black pepper, Phytophthora capsici, leaf

spot, foot rot disease PENDAHULUAN

Penyakit busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman lada disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici (dulu dikenal sebagai Phytophthora

palmi-vora). Sebenarnya jamur P. capsici

da-pat menyerang seluruh bagian tanaman lada, tapi serangannya pada pangkal batang atau akar merupakan serangan yang paling membahayakan karena da-pat mengakibatkan kematian tanaman dalam waktu singkat. Serangan jamur pada daun menyebabkan bercak ber-warna hitam yang khas, yaitu adanya serat-serat hitam pada sekeliling tepi bercak yang akan nampak jelas bila da-un diarahkan ke cahaya (Manohara dan Kasim, 1996).

Saat ini jamur P. capsici telah menyebar di seluruh daerah pertanam-an lada di Indonesia. Kerugipertanam-an akibat serangan P. capsici pada awal tahun 2006 diperkirakan Rp 4,9 milyar (Ditlintanbun, 2006).

Gejala bercak daun di lapang, umumnya timbul setelah terjadinya hu-jan lebat, yaitu pada daun-daun yang letaknya dekat dengan permukaan ta-nah sampai ketinggian 50 cm (Mulya et

al., 1986). Hasil penelitian secara

in-vitro terhadap infeksi P. capsici pada

daun lada, ternyata infeksi terjadi 4 - 6 jam setelah diinokulasi dengan zoos-pora. Gejala awal berupa titik berwar-na coklat kehitaman pada permukaan daun, nampak 24 jam setelah diinoku-lasi (Manohara dan Machmud, 1986). Perkembangan bercak hingga terjadi-nya gugur daun sakit sampai memati-kan tanaman belum terungkap. Petani lada umumnya tidak pernah mela-kukan pengendalian terhadap bercak daun Phytophthora, hal ini karena pe-tani belum mengetahui adanya hu-bungan antara gejala bercak daun ter-sebut dengan penyakit BPB.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) perkembangan bercak daun P. capsici pada tanaman lada sampai gugur daun sakit, (2) ke-mampuan bertahan hidup P. capsici pada bercak daun dan (3) perkem-bangan intensitas bercak daun Phy-tophthora menjadi penyakit BPB lada di lapang.

BAHAN DAN METODE Perkembangan bercak daun Phy-tophthora

Kegiatan penelitian perkem-bangan infeksi P. capsici pada daun tanaman lada dilakukan di Rumah ka-ca menggunakan varietas Lampung Daun Lebar (LDL) berumur 1,5 ta-hun. Sebagai sumber inokulum digu-nakan dua isolat P. capsici (isolat N2 dan N4) asal tanaman lada sakit. Ke-dua jamur tersebut dibiakkan pada media agar V8 selama 7 hari dengan pencahayaan terus menerus (± 400 lux). Inokulasi pada daun lada dilaku-kan dengan cara menempeldilaku-kan po-tongan biakan berdiameter ± 0,5 cm di

(3)

tengah-tengah permukaan bawah daun yang sebelumnya didesinfektan dengan alkohol 70%, lalu ditutup dengan kapas lembab. Setiap isolat diinokulasikan pada 5 daun yang dipilih secara acak dari setiap tanaman dan diulang 5 kali (5 tanaman). Untuk menjaga kelembab-an, tanaman dikerodong plastik selama satu malam.

Pengamatan dilakukan setiap hari, dengan cara menggambar perkem-bangan luas bercak yang terjadi meng-gunakan plastik transparan, kemudian diukur luasnya menggunakan alat leaf

areameter. Pengamatan dihentikan

apabila bercak sudah meluas sampai ketepi daun.

Kemampuan bertahan hidup P. cap-sici pada bercak daun lada

Daun-daun dari tanaman lada varietas Lampung Daun Lebar (LDL) dipilih secara acak, dipetik, kemudian diinokulasi dengan P. capsici. Daun-daun yang telah diinokulasi diletakkan dalam wadah yang telah dilembabkan dan diinkubasi selama 4 hari pada suhu kamar. Gejala bercak daun yang telah berkembang, digunakan sebagai bahan pengujian daya tahan hidup jamur P.

capsici sebagai saprob. Bercak daun

di-potong berukuran 2 x 0,5 cm. Potongan daun dibenamkan dalam tanah dengan perlakuan beberapa tingkat kelengasan tanah yaitu : 60, 80 dan 100% kapasitas lapang (Manohara, 1988). Setiap per-lakuan diberi 75 potongan daun sakit dan diulang 3 kali.

Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu dengan cara mengambil secara acak 5 potongan bercak daun dari se-tiap wadah, kemudian dibersihkan de-ngan air mengalir selama 5 menit, dan selanjutnya diletakkan pada permukaan

media selektif yaitu Agar jagung (Corn Meal Agar/CMA) ditambah 10 ppm pimaricin, 200 ppm vancomycin dan 100 ppm penta chloronitro ben-zene (PCNB) (Tsao dan Ocana, 1969). Media tersebut diinkubasi dalam ke-adaan gelap selama 2 hari. Pengamat-an dilakukPengamat-an dengPengamat-an bPengamat-antuPengamat-an mikros-kop untuk mendeteksi pertumbuhan miselia jamur P. capsici dari potongan daun. Kemampuan bertahan hidup saprofitik dinyatakan dalam persenta-se jumlah daun yang masih dikoloni-sasi oleh P. capsici.

Perkembangan intensitas serangan P. capsici di lapang

Penelitian dilakukan di Bangka dengan menggunakan tanaman lada milik petani, varietas LDL berumur 3 tahun. Pengamatan perkembangan se-rangan P. capsici dilakukan pada 8 pe-takan contoh yang setiap petaknya ter-diri dari 49 tanaman. Pengamatan in-tensitas serangan dilakukan setiap bu-lan dengan metoda skoring terhadap gejala penyakit yang nampak. Peng-amatan dilakukan selama dua tahun sejak Desember 2001 sampai Nopem-ber 2003. Metoda skoring Nopem-berdasarkan metoda Holliday dan Mowat (1963) yang dimodifikasi sebagai berikut :

a. Serangan pada daun (bercak daun) :

Nilai 0 : tanaman sehat, daun tampak berwarna hijau segar.

1 : bercak terjadi pada daun ≤ 10 %

2 : bercak daun berkisar antara 10 – 50%

(4)

b. Serangan pada akar dan pangkal batang (BPB):

0 : Tanaman sehat, daun-daun ber- warna hijau segar

1 : Sebagian besar daun menguning layu

2 : Daun tetap hijau tapi sebagian besar daun nampak layu 3 : Tanaman mati, pangkal batang berwarna hitam.

Intensitas serangan (IS) P.

cap-sici dihitung dengan formula sebagai

berikut :

Σ (n x v)

IS = --- x 100% (N x V)

n : Nilai skoring/score

N : Nilai skoring tertinggi (3)/the highest

score (3)

v : Jumlah tanaman yang menunjukkan nilai skoring tertentu/total infected

plants at every score

V : Jumlah tanaman pada masing-masing petak perlakuan (49)/total plants per

plot

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan bercak daun Phy-tophthora

Virulensi P. capsici isolat N2 nampaknya lebih tinggi dari pada isolat N4 (Gambar 1). Setelah inkubasi sela-ma 24 jam, ternyata jumlah daun yang telah terinfeksi isolat N2 sebanyak 56%, sedang isolat N4 hanya 40% dari total daun yang diinokulasi. Kisaran lu-as bercak akibat infeksi isolat N2 ada-lah 0,01 – 1,35 cm2, sedang isolat N4 kisaran gejalanya dari titik coklat kehi-taman (belum dapat diukur) sampai bercak khas dengan luas 1,5 cm2.

Pada hari kedua (48 jam se-telah inokulasi), semua daun (100%) yang diinokulasi dengan isolat N2 te-lah menunjukkan gejala, sedang deng-an isolat N4, baru mencapai 76% dari total daun dan pada hari ketiga semua daun telah menunjukkan gejala.

Daun terinfeksi mulai gugur pada hari ke 3 bila diinokulasi dengan isolat N4 sedang daun dengan isolat N2 pada hari ke 4, dengan rata-rata lu-as bercak mlu-asing-mlu-asing sebesar 5,79 cm2 dan 14,89 cm2 (Tabel 1). Rata-rata luas daun yang diinokulasi isolat N4 adalah 43,18 cm2 sedang untuk isolat N2 adalah 47,16 cm2. Pada saat daun gugur, luas bercak akibat inoku-lasi N4 baru mencapai 13,40% dari luas daun sedang isolat N2 mencapai 31,57% dari luas daun. Bercak daun terus berkembang sampai ketepi daun, walaupun daun telah gugur. Daun-da-un sakit terus berguguran sampai hari ke 6 setelah inokulasi.

Pengamatan setiap pagi hari pada permukaan bawah dari gejala bercak daun, dijumpai adanya lapisan air. Pengamatan lebih lanjut dengan mempergunakan mikroskop terhadap lapisan air tersebut, ternyata dijumpai sporangia dan zoospora (spora kem-bara). Zoospora merupakan salah satu bentuk inokulum yang penting bagi penyebaran penyakit (Holliday dan Mowat, 1963; Sujkowski et al., 2000; Roberts et al., 2005). Menurut Suj-kowski et al. (2000), gejala serangan

P. capsici pada bagian tanaman cabe

di atas permukaan tanah merupakan sumber inokulum untuk bagian tanam-an lainnya seperti akar. Siklus hidup jamur tersebut bersifat multisiklik me-nyebabkan terjadinya peningkatan po-

(5)

Gambar 1. Perkembangan bercak daun lada yang diinokulasi de-ngan P. capsici isolat N2 dan N4

Figure 1. Development of black pep-per’s leaves spot, inocula-ted by N2 and N4 isolates of P. capsici

Tabel 1. Perkembangan jumlah daun gugur dan luas bercak akibat serangan dua isolat P. capsici

Table 1. The total of leaves defoliation and the devolompment of leaves spot inoculated by two isolates of P. capsici

Keterangan

Remark s

Inokulasi dengan isolat

Inoculated by

N 2 N 4

Jumlah daun gugur pada hari ke 3 (%)/

Leaves defoliation on the third days (%) 0 28 Kisaran luas bercak (cm2)/ Wide of spots

(cm2) 0 2,91 – (5,79) – 8,89

Jumlah daun gugur pada hari ke 4 (%)/Leaves defoliation on the fourth days

(%) 32 12

Kisaran luas bercak (cm2)/Wide of spots

(cm2) 11,45 – (14,89) – 17,58 11,59 – (13,89) – 15,51

Jumlah daun gugur pada hari ke 5 (%)/Leaves defoliation on the fifth days

(%) 44 16

Kisaran luas bercak (cm2)/Wide of spots

(cm2) 17,33 – (23,49) – 25,89 13,36 – (13,74) – 17,46

Jumlah daun Gugur pada hari ke 6

(%)/Leaves defoliation on the six days (%) 24 44

Kisaran luas bercak (cm2)/ Wide of spots

(cm2) 23,07 – (32,75) – 38,55 4,71 – (19,06) – 36,71

Luas bercak : Angka dalam kurung = rata-rata luas bercak

(6)

pulasi propagul disekeliling tanaman sakit yang selanjutnya merupakan sum-ber inokulum bagi tanaman lainnya.

Kemampuan bertahan hidup P.

capsici pada bercak daun lada

Daya tahan hidup jamur P.

capsici secara saprofitik pada daun

la-da yang dibenam di la-dalam tanah, sa-ngat dipengaruhi oleh kelengasan ta-nah. Pada kelengasan tanah 60%, P.

capsici dapat bertahan hidup sebagai

saprob selama 14 minggu (Gambar 2). Pada kelengasan 80 dan 100%, jamur masih dapat bertahan hidup sebagai saprob pada daun lebih dari 14 ming-gu, walaupun potongan daun sudah mulai hancur. Pada pengamatan selan-jutnya potongan daun telah hancur menjadi bentuk serpihan kecil-kecil, sehingga pengamatan pada minggu ke-16 dilakukan dengan mengambil con-toh tanah di sekitar serpihan daun, ke-

kemudian disebarkan pada medium selektif, ternyata dijumpai adanya per-tumbuhan P. capsici. Keadaan terse-but menunjukkan bahwa jamur P.

capsici ada dan membentuk struktur

bertahan hidup di dalam tanah. Manohara (1988) melaporkan bahwa sebagai propagul tanpa tanaman inang, P. capsici dapat bertahan hidup di dalam tanah selama lebih dari 11 minggu pada kelengasan tanah lebih dari 60% kapasitas lapang. Hasil pengamatan Anandaraj (2000), P.

capsici dapat bertahan hidup sebagai

saproba selama 19 bulan pada sisa ta-naman lada sakit di lapang. Oleh se-bab itu bila dijumpai tanaman terse-rang BPB di lapang, maka tanaman sakit tersebut harus segera dimusnah-kan/dibakar, karena dapat merupakan sumber inokulum bagi tanaman se-kitarnya.

Gambar 2. Daya tahan hidup P. capsici sebagai saprob di dalam tanah pada beberapa tingkat kelengasan tanah

(7)

Perkembangan intensitas serangan P. capsici di lapang

Pada awal pengamatan (musim hujan) dijumpai serangan P. capsici pada daun tapi tidak dijumpai gejala layu atau busuk pada pangkal batang. Kondisi kebun saat itu bersih, bebas gulma karena selalu dilakukan pe-nyiangan (siang bersih). Skoring yang dilakukan berdasarkan gejala bercak daun menunjukkan intensitas serangan

P. capsici berkisar antara 10,20 - 29,30

% dengan rata-rata sebesar 22,10 % (Gambar 3). Nampaknya bercak daun yang terjadi merupakan sumber ino-kulum untuk daun yang didekatnya maupun bagian tanaman lainnya.

Menurut Sujkowski et al.

(2000) hujan dapat membantu mele-paskan dan menyebarkan sporangia dan zoospora dari bagian tanaman sa-kit. Keadaan tersebut mengakibatkan peningkatan intensitas serangan ber-cak daun antara 13,61 - 38,65% de-ngan rata-rata 26,61% pada bulan Januari 2002.

Daun-daun sakit dibiarkan gu-gur sehingga menumpuk di dekat ta-naman lada. Hasil isolasi daun terse-but dan contoh tanah yang ada diba-wah tumpukan daun menunjukkan adanya jamur P. capsici. Kebiasaan petani melakukan penyiangan bersih pada kebun ladanya menyebabkan permukaan tanah gundul sehingga me-

0 20 40 60 80 100 Des 01 Jan 02

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan 03

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov

Bulan (2001 - 2003) Month (2001 - 2003) In te n s ita s s e r a n g a n (% ) D is e a s e I n te n s ity (% )

Gambar 3. Perkembangan intensitas serangan P. capsici pada kebun lada di Bangka

Keterangan : - - - = skoring berdasarkan bercak daun; = Skoring berdasarkan gejala BPB

Figure 3. The intensity develompment of P. capsici infection on the black pepper plantation in Bangka island.

Note : --- = Score based on leaves spots; ____ = Score based on foot rot disease symptoms

(8)

mudahkan terjadinya aliran air di per-mukaan tanah pada waktu hujan dan percikan air hujan ke tanah yang dapat menyebarkan patogen ke bagian ta-naman. Bush et al. (2003) dan Roberts

et al. (2005) membuktikan adanya

pro-pagul P. capsici dalam air yang meng-alir di permukaan tanah yang berasal dari tanaman sayuran sakit, yaitu se-banyak 3 – 19 CFU/l.

Menurut Anandaraj (2000) se-rangan P. capsici pada akar sampai me-nyebabkan kelayuan tanaman memer-lukan waktu inkubasi yang cukup lama sehingga seringkali adanya gejala ber-cak daun tidak secara langsung diikuti dengan terjadinya kelayuan tanaman. Hasil penelitian ini menunjukkan ge-jala khas penyakit BPB mulai dijumpai pada pengamatan ketiga, yaitu 3 bulan setelah awal terjadinya gejala bercak daun, dan intensitas serangan berkisar antara 22,45 – 35,37% dengan rata-rata sebesar 29,76% (Gambar 3). Keadaan ini nampaknya sejalan dengan pernya-taan Sujkowski et al. (2000) yaitu pada tanaman cabe, gejala infeksi P. capsici pada bagian tanaman di atas permuka-an tpermuka-anah merupakpermuka-an pertpermuka-anda akpermuka-an ter-jadinya serangan busuk akar.

Penurunan intensitas serangan terjadi pada pengamatan bulan Maret 2002, berkisar antara 12,24 – 23,12% dengan rata-rata 16,75%. Pada saat itu mulai masuk musim kemarau, akibat-nya penyebaran propagul patogen me-lalui air hujan menjadi terhambat dan siang hari yang cerah menurunkan via-bilitas jamur, sehingga intensitas gejala bercak menurun, sedangkan gejala ta-naman layu mulai meningkat. Menurut Mizubuti et al. (2000), matahari dalam kondisi yang cerah (tidak berawan)

se-lama 1 - 3 jam dapat menekan viabi-litas sporangia P. infestans sebesar 95%.

Kondisi tanaman lada yang cu-kup rimbun merupakan salah satu fak-tor penunjang untuk perkembangan P.

capsici sehingga dapat menyebabkan

terjadinya serangan jamur pada pang-kal batang, yang menimbulkan gejala khas BPB yaitu tanaman layu dengan daun tetap berwarna hijau. Peningkat-an intensitas serPeningkat-angPeningkat-an BPB sekitar 8,41% terjadi pada bulan April 2002. Pada pengamatan selanjutnya tidak pernah dijumpai adanya gejala bercak daun walaupun sudah memasuki mu-sim hujan. Hal ini disebabkan adanya tanaman penutup tanah (Arachis

pin-toi) di sekitar tanaman lada. Menurut

Ristaino et al. (1997), tanaman penu-tup tanah dapat mengurangi penyebar-an inokulum ypenyebar-ang disebarkpenyebar-an melalui percikan air hujan ke tanah.

Intensitas serangan P. capsici terus meningkat sebesar 2,99%/bulan, menyebabkan musnahnya tanaman la-da pala-da akhir pengamatan (Gambar 3). Keadaan tersebut terjadi karena propagul jamur yang berasal dari daun sakit telah ada dan berkembang di da-lam tanah. Menurut Wahid dan Supar-man (1986), suhu tanah di sekitar per-akaran tanaman lada sedalam 15 cm berkisar antara 23 – 29oC. Kisaran suhu tersebut sesuai dengan kondisi optimum untuk pertumbuhan dan per-kembangan P. capsici (Manohara, 1988). Menurut Anandaraj (2000) 63,8% akar tanaman lada tersebar pa-da kepa-dalaman 0 - 50 cm, pa-dan terkon-sentrasi pada jarak 0 - 40 cm dari tanaman lada. Selama musim hujan terjadi pertumbuhan dan

(9)

perkembang-an jamur P. capsici di dalam tperkembang-anah; disamping itu tanaman lada akan mem-bentuk daun baru dan akar rambut se-hingga terjadi peningkatan eksudat akar dan tersedianya bagian tanaman yang rentan terhadap serangan P.

capsici. Mulya et al. (2003)

meng-ungkapkan bahwa kematian tanaman lada akibat infeksi P. capsici di lapang terdiri dari dua macam yaitu kematian secara cepat (mendadak) dan lambat. Kematian cepat disebabkan terjadinya infeksi pada pangkal batang sehingga tampak gejala hitam (busuk) dan daun-daun secara serentak layu tapi tetap berwarna hijau. Sedang kematian ta-naman secara lambat akibat serangan jamur pada akar sehingga daun-daun menjadi kuning agak layu dan gugur. Selama musim hujan, gejala agak layu tersebut tidak jelas, kelayuan tanaman akan tampak jelas pada musim ke-marau, akibatnya intensitas serangan BPB meningkat.

Keadaan lingkungan yang opti-mum untuk tanaman lada ternyata juga optimum untuk perkembangan P.

cap-sici. Adanya tanaman penutup tanah,

tanpa disertai perlakuan pengendalian lainnya seperti sanitasi tanaman sakit, tidak dapat menekan laju perkembang-an serperkembang-angperkembang-an penyakit BPB.

Karakteristik Phytophthora

yang mempunyai spora aktif menye-babkan mekanisme penyebarannya menjadi sangat komplek. Ristaino and Gumpertz (2000) membagi mekanis-me penyebaran Phytohpthotora mekanis- men-jadi lima kelompok, yaitu ; (1) di da-lam tanah melalui kontak akar, (2) melalui aliran air di permukaan tanah, (3) percikan air dari tanah ke daun, buah atau batang, (4) melalui bagian atas tanaman yang terinfeksi dan

ber-sporulasi, dan (5) penyebaran dengan bantuan manusia atau binatang.

Gejala serangan daun lada oleh

P. capsici di lapang merupakan

indi-kasi akan meningkatnya serangan pe-nyakit busuk pangkal batang. Berda-sarkan hasil penelitian di Bangka, apa-bila intensitas serangan pada daun mencapai 10% maka tindakan pengen-dalian secara hayati tidak dapat mene-kan laju serangan patogen (Manohara

et al., 2003). Untuk itu harus segera

dilakukan pengendalian dengan fungi-sida kimia/sintetik.

Pengendalian penyebaran pato-gen dari tanaman lada sakit ketanaman lainnya merupakan faktor penting yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya ledakan serangan penyakit BPB. Konsep Pengendalian Hama Terpadu yang menerapkan sistem mo-nitoring disertai pemusnahan dan pe-nanganan tanaman sakit sedini mung-kin menjadi keharusan dalam budi-daya lada saat ini.

KESIMPULAN

Gejala bercak daun

Phytoph-thora mulai nampak 24 jam setelah

diinokulasi. Sumber inokulum seperti sporangia dan zoospora dijumpai pada permukaan bawah bercak daun pada pagi hari. Daun sakit mulai gugur 3 hari setelah terinfeksi dan bercak akan terus berkembang sampai ke tepi daun.

Jamur P. capsici dapat ber-tahan hidup di dalam tanah sebagai saprob pada bercak daun selama 14 minggu dengan kelengasan tanah 60% sedangkan pada kelengasan tanah 80 sampai 100%, jamur dapat bertahan lebih dari 14 minggu. Propagul P.

(10)

dapat menyebar ke tanah di sekitarnya. Gejala bercak daun P. capsici di lapang dengan intensitas awal 10 % dapat berkembang menjadi penyakit busuk pangkal batang dan mengakibat-kan kematian pertanaman lada dengan laju peningkatan sebesar 2,99%/bulan.

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Proyek Pengendalian Ha-ma Terpadu Perkebunan Rakyat, De-partemen Pertanian yang telah mem-berikan bantuan dana penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Anandaraj, M., 2000. Disease of black pepper. In Ravindran, P.N. (2000). Black pepper (piper nigrum). Har-wood academic publisher. p. 239 - 267.

Bush, E.A., C.X. Hong, E.L. Stronberg, 2003. Fluctuation of Phytophthora and Pythium spp. in components of a recyling irrigation system. Plant Disease 87: 1500 - 1506.

Ditlintanbun (Direktorat Perlindungan Tanaman Perkebunan), 2006. Per-kembangan hama dan penyakit lada. Jakarta, Direktorat Jenderal Perke-bunan. 11 hal.

Holliday P and Mowat WP., 1963. Foot rot of Piper Nigrum L.

(Phytoph-thora palmivora). Phytopathological

paper No. 5. Commonwealth. Myco-logical Institute : 70 p.

Manohara, D. dan M. Machmud, 1986. Proses infeksi Phytophthora

palmi-vora pada tanaman lada (Piper nigrum L.). Pembr. LPTI 11 : 60 - 66.

Manohara, D., 1988. Ekobiologi

Phy-tophthora palmivora (Butler)

penye-bab penyakit busuk pangkal batang lada (Piper nigrum L.). Disertasi, Fa-kultas Pasca Sarjana, IPB. Bogor. Manohara, D dan R. Kasim, 1996.

Pe-nyakit busuk pangkal batang dan pengendaliannya. Monograf Tanam-an Lada. Monograf No. 1: 115-129. Manohara, D., K. Mulya, D. Wahyuno,

Sutrasman dan A. Sudradjat, 2003. Pengendalian patogen penyakit bu-suk pangkal batang lada dengan cara manipulasi lingkungan. Laporan Pro-yek Penelitian PHT Perkebunan Rakyat. 35 hal.

Mizubuti, E.S.G., D.E. Aylor and W.E. Fry, 2000. Survival of Phytophthora

infestans sporangia exposed to solar

radiation. Phytopathology 90 : 78 - 84.

Mulya, K., D. Manohara dan Herawati, 1986. Kemungkinan terbawanya

Phytophthora palmivora oleh setek

lada dan penyediaan bibit sehat de-ngan perlakuan fungisida. Gatra Pe-nelitian Penyakit Tumbuhan dalam Pengendalian Secara Terpadu : 121 – 122.

Mulya K, D. Manohara dan D. Wahyuno, 2003. Status penyakit bu-suk pangkal batang lada di Bangka. Risalah Simposium Nasional Peneli-tian PHT Perkebunan Rakyat. Bogor 17 - 18 September 2002. hal. 191 - 198.

Ristaino, J.B., G. Parra and C.L. Campbell, 1997. Suppression of

Phy-tophthora blight in bell pepper

by a no-till wheat cover crop. Phytopathology. 87 : 242 - 249.

(11)

Bul. Littro. Vol. XVIII No. 2, 2007, 177 - 187

187 Ristaino, J.B. and M.L. Gumpertz, 2000.

New frontiers in the study of dispersal and spatial analysis of epidemics caused by species in the genus

Phytophthora. Ann. Rev.

Phytopa-thol. 38 : 541 - 576.

Roberts, P.D., R.R. Urs, R. D. French-Monar, M.S. Hoffine, T.E. Seijo and R.J. McGovern, 2005. Survival and recovery of Phytophhtora capsici and Oomycetes in tailwater and soil from vegetable fields in Florida. Annals of Applied Biology 146 : 351 - 359.

Sujkowski, L.S., G. R. Parra., M.L. Gumpertz, and J.B. Ristaino, 2000 Temporal dynamics of Phytophthora

blight on bell pepper in relation to mechanisms of dispersal of primary inoculum of Phytophthora capsici in soil. Phytopathology 90 : 148 – 156.

Tsao, P.H. and G. Ocana, 1969. Selec-tive isolation of species of

Phytoph-thora from natural soil on an

impro-ved antibiotic medium. Nature (London). 223 : 636 - 638.

Wahid, P. dan U Suparman, 1986. Tek-nik Budidaya untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Lada. Edisi Khusus Littro Vol II No. 1 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. hal. 1 – 11. er ke m ba n ga n ju m la h da u n g u g ur da n lu as be rc ak ak ib at se ra n ga n d ua is ol at P. ca ps ic i Table 1. T he to ta l of le av es de fo li

Gambar

Gambar  1.  Perkembangan  bercak  daun  lada  yang  diinokulasi  de-ngan  P.  capsici  isolat  N2 dan N4
Gambar  2.  Daya  tahan  hidup  P.  capsici  sebagai  saprob  di  dalam  tanah  pada  beberapa tingkat  kelengasan  tanah
Gambar  3.  Perkembangan  intensitas  serangan  P.  capsici  pada  kebun  lada  di  Bangka

Referensi

Dokumen terkait

Ini terbukti dengan ditemukannya hasil penelitian yang menyebutkan bahwa variabel kondisi fisik lahan, lokasi lahan terhadap jaringan jalan, ketersediaan fasilitas

Pada periode pertama telah membuat : Pembukaan jalan dan Pengaspalan jalan Kepenghuluan, memasukkan Listrik Desa dari Program Pemerintah Provinsi, pelaksanaan pelayanan

Oleh karena itu saya sangat menyarankan kepada siapa saja yang baru belajar bahasa Arab dan ingin cepat bisa baca kitab gundul, beri porsi lebih ilmu Shorof?.

Sebagai contoh, dalam temu kembali dengan pendekatan tradisional interaksi pemakai dan perantara dapat dikatakan hampir tidak ada; Hampir senada hal tersebut, dalam

Respon pasien terhadap nyeri akut dengan nyeri kronis biasanya berbeda, Pada pasien nyeri kronik biasanya karena nyeri yang begitu lama yang dialami membuat pasien letih untuk

Sähköverkkojen muutos perinteisistä sähköverkoista älykkäisiin sähköverkkoihin ei siis tarkoita käytännössä sitä, että verkon toimilaitteita pystyisi etäohjaamaan

Tarkastelumme tulokset koko kansantalouteen tiivistyvät kolmeen suureen muu- tokseen: työllisyyden paranemiseen ja siitä seuraavaan kansantuotteen kasvuun sekä julkisen

DAPATAN KAJIAN DAN PERBINCANGAN Pendahuluan Latar Belakang Demografi Objektif 1: Tahap Kejayaan Kerjaya Ahli Akademik di Universiti Penyelidikan Tahap Kejayaan Kerjaya Ekstrinsik