• Tidak ada hasil yang ditemukan

Outlook Perekonomian dan Respons Kebijakan Moneter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Outlook Perekonomian dan Respons Kebijakan Moneter"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Outlook Perekonomian

dan Respons Kebijakan Moneter

Juda Agung, PhD

Direktur Eksekutif

Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

(2)

2

State of the Economy

Capital inflows msh berlangsung Harga minyak dan komoditas turun Global growth masih terbatas CAD 2015 menurun Inflasi 2015 membaik, di bawah target Nilai tukar menguat, namun volatilitas meningkat Pertumbuhan masih didorong pemerintah,

swasta masih lemah Perekonomian Global Risiko Stabilitas makroekonomi mereda Pertumbuhan ekonomi masih sluggish

RESPONS BAURAN

KEBIJAKAN

Perekonomian Domestik Global Financial Risk Global Growth Risk Kenaikan FFR Dec’15 Downside Risks perlambatan ekon.China

(3)

3

PERKEMBANGAN DAN OUTLOOK

PEREKONOMIAN

(4)

4 AS tumbuh moderat didukung domestik, TK terus membaik EU tumbuh gradual krn domestik, kembali deflasi, unemployment trs turun Tiongkok msh melambat, rebalancing berlanjut, eksternal turun Jepang msh lemah

India tetap kuat krn domestik, external msh lemah US: Tightening FFR Hike (Dec 17?) EU: QE extension (Dec 3?) Tiongkok: Monetary Easing Jepang: More QE? IHEx terus turun Harga minyak masih turun Monetary Policy Divergence Kinerja Ekspor Indonesia msh lemah WTV melemah

PDB Dunia Belum Kuat dan Tidak Merata

Capital Flows Volatilities

Ekonomi dunia belum kuat, rencana kenaikan FFR menguat …

!

(5)

5

(6)

6

Harga komoditas ekspor masih dlm tren melemah...

Turunnya harga komoditas global dipengaruhi oleh rendahnya permintaan dunia, sejalan dg ekonomi yg makin bergantung pada konsumsi domestik.

Harga Minyak Brent Perkembangan Harga Bbrp Komoditas Logam

(7)

7

Outlook Harga Komoditas Ekspor

Turunnya harga komoditas global dipengaruhi oleh rendahnya permintaan dunia, sejalan dg ekonomi yg makin bergantung pada konsumsi domestik.

• Penurunan harga diperkirakan terjadi di seluruh komoditas utama, dengan penurunan terbesar pada batubara, nikel, timah, dan tembaga. Hal ini terutama karena faktor ekspektasi demand yang masih rendah, terutama dari Tiongkok.

Pertumbuhan IHKEI 2015 s.d. 2016

Q1'15 Q2'15 Q3'15 Q4'15 2015 2016 2017

Tembaga USD/Metric Ton -17.1 -10.6 -24.4 -21.2 -18.3 -15.9 0.7

Batubara USD/Metric Ton -22.9 -21.5 -25.3 -28.7 -24.6 -23.0 0.0

Palm Oil MYR/Metric Ton -15.6 -14.6 -6.3 3.6 -8.2 -1.0 2.3

Karet USD/kg -24.9 -17.2 -18.3 -8.7 -17.3 -1.9 -12.3

Nikel USD/Metric Ton -1.8 -29.4 -43.1 -36.0 -27.6 -20.2 1.0

Timah USD/Metric Ton -18.6 -32.5 -31.2 -23.2 -26.4 -18.3 0.0

Alumunium USD/Metric Ton 3.4 -2.7 -19.2 -25.5 -11.0 -13.3 3.8

Kopi USD/Pound -2.2 -27.5 -34.9 -39.2 -25.9 -10.1 0.0

Others -7.1 -6.0 -3.2 -2.4 -4.7 -1.6 -0.3

IHKEI NM 8 -18.2 -18.6 -20.3 -17.4 -18.6 -13.2 -0.6

IHKEI NM Total -15.1 -15.0 -15.5 -13.1 -14.7 -9.9 -0.5

Perkiraan Harga (Berdasarkan Futures)

Komoditas Satuan

(8)

8

Kinerja Ekspor Riil masih terkontraksi...

1. Minyak Nabati 13.7 13.5 9.2 -12.6 6.0 -24.3 -11.0 -13.3 -16.7 -28.0 11.5 11.1 36.2 -1.2 20.0 10.7 9.2 -15.8 -2.1 -21.2 -22.4 -23.4 -25.9 -21.7 -23.7 -14.5 2. Batubara 14.2 12.2 -14.5 -17.7 -24.9 -25.1 -20.0 -29.4 -24.9 -19.1 -14.3 -7.0 -12.6 -13.4 -6.7 -18.8 -13.2 -9.5 -0.3 -11.6 -14.1 -13.4 -14.2 -13.0 -13.6 -10.6 3. Tekstil dan Produk Tekstil 8.8 9.2 0.6 -2.6 -2.7 -13.5 4.1 -7.1 -5.8 -8.1 2.1 2.0 2.9 -9.5 10.7 -1.2 -0.4 -3.0 -1.5 -4.5 -5.5 -4.4 -5.9 -5.9 -5.4 -5.3 4. Alat Listrik, Ukur, Fotografi, dll 6.9 6.6 -5.7 -12.1 -11.8 -17.9 -14.4 -10.4 -14.1 -13.4 0.0 -5.9 -4.6 -11.1 -6.1 -6.5 -7.8 -8.0 -5.6 -6.5 -7.5 -7.7 -8.8 -4.1 -6.9 -5.8 5. Barang dari Logam tdk Mulia 6.2 5.8 5.5 -3.7 -16.1 -9.2 -27.1 -23.0 -20.0 -29.3 3.7 1.9 -8.5 6.2 -9.4 -4.0 -2.6 -12.2 1.7 -5.4 -8.2 -14.5 -19.5 -19.8 -17.9 -19.5 6. Makanan Olahan 4.3 4.6 17.8 3.5 -0.4 -13.4 -1.2 -6.7 -6.9 -2.9 12.1 3.4 -0.4 -6.1 10.4 7.3 4.2 7.0 5.1 0.1 -0.1 -7.8 -10.5 -13.0 -10.5 -9.3 7. Karet Olahan 4.8 4.5 -24.5 -31.7 -13.2 -5.3 1.8 -15.4 -6.6 -13.2 -16.4 -23.8 -4.0 8.9 30.2 12.2 17.2 12.0 -9.7 -10.4 -9.5 -13.0 -21.8 -24.6 -19.8 -22.5 8. Kendaraan dan Bagiannya 3.6 4.2 14.8 9.4 20.5 -3.1 6.0 6.8 3.8 -9.1 12.3 3.0 14.1 -5.5 3.1 3.9 1.1 -12.9 2.2 6.2 5.5 2.6 2.8 2.8 2.7 4.3 9. Mesin-mesin/pesawat mekanik 4.1 3.9 6.0 -15.8 -13.4 -19.6 10.8 -17.7 -9.1 -31.8 6.5 -14.8 -12.4 -19.1 11.5 -17.1 -8.5 -31.5 -0.4 -1.3 -1.1 -0.7 -0.6 -0.6 -0.6 -0.4 10. Kayu Olahan 2.7 2.9 11.3 -2.2 0.4 -13.0 9.7 -9.6 -4.7 -5.0 10.1 12.8 31.9 21.3 54.3 27.5 33.9 37.0 1.1 -13.3 -23.9 -28.3 -28.9 -29.1 -28.8 -30.7

Total 10 Komoditas 69.3 67.5 -1.8 -11.0 -8.1 -17.7 -8.2 -14.8 -13.7 -18.7 -0.6 -2.6 2.9 -5.2 8.8 0.1 1.1 -6.4 -1.2 -8.6 -10.6 -13.2 -15.7 -15.0 -14.6 -13.1 *angka sementara **angka sangat sementara

Sept*

Juli* Sept* Juli* Sept* Juli*

2014* TOTAL Komoditas (by HS) 2014* Pangsa(%) 2015** Tw. II* Tw. II* Tw. I* Tw. I* Tw. I* Nominal 2015 Okt** Riil 2015 Okt** Pertumbuhan (%,yoy) Indeks Harga 2015 Okt** Aug* Tw. III* Tw. III*

Aug* Aug* Tw. III*

2014* TOTAL 2014*

TOTAL Tw. II*

(9)

9 9 Barang Konsumsi Nominal 8.5 8.5 4.8 -8.8 -7.6 -10.3 -6.1 -8.8 -15.8 -2.3 -9.1 -9.3 -11.6 -6.8 -25.6 -14.9 -20.2 Riil 7.4 7.2 -2.6 -17.6 -14.5 -13.7 -13.1 -7.7 -13.1 -0.6 -6.8 -7.1 -9.4 -5.0 -23.7 -12.9 -19.2 Indeks Harga - - 7.6 10.7 8.0 3.9 8.1 -1.2 -3.2 -1.7 -2.4 -2.4 -2.5 -1.9 -2.4 -2.3 -1.3 Bahan Baku Nominal 69.4 70.1 -6.2 -4.8 -0.8 -1.7 -3.4 -1.7 -16.2 -13.1 -16.0 -15.2 -25.4 -10.2 -18.2 -17.7 -20.4 Riil 78.3 81.4 -1.7 -2.2 0.3 2.9 -0.8 5.2 -9.8 -5.2 -8.6 -8.0 -19.8 -0.9 -10.6 -10.3 -12.8 Indeks Harga - - -4.7 -2.6 -1.0 -4.5 -2.7 -6.6 -7.1 -8.4 -8.2 -7.9 -6.9 -9.3 -8.5 -8.2 -8.7 Barang Modal Nominal 21.8 20.9 -7.1 -0.8 -7.1 -4.0 -4.7 -8.7 -23.3 -25.6 -16.1 -21.7 -22.1 -17.5 -22.1 -20.5 -25.4 Riil 14.4 11.5 -17.7 -11.0 -19.8 -19.0 -15.5 -21.5 -33.7 -37.2 -27.3 -32.8 -30.9 -27.4 -29.3 -29.1 -31.1 Indeks Harga - - 12.8 11.6 15.8 18.5 12.8 16.3 15.8 18.4 15.3 16.5 12.7 13.8 10.2 12.2 8.2 Total Nominal 100.0 100.0 -5.6 -4.2 -2.9 -3.1 -3.9 -3.9 -17.8 -15.4 -15.6 -16.3 -21.7 -10.9 -19.8 -17.3 -21.5 Riil 100.0 100.0 -6.1 -6.9 -7.6 -6.3 -6.6 -4.7 -18.1 -15.8 -15.3 -16.4 -21.5 -9.7 -18.3 -16.4 -19.6 Indeks Harga - - 0.6 3.0 5.1 3.4 2.8 0.8 0.3 0.5 -0.3 0.2 -0.2 -1.3 -1.9 -1.1 -2.3

**) angka sangat sementara

*angka sementara **angka sangat sementara

Sept* Jul* Total Tw. III Tw. IV Tw. II Tw. I Rincian (by BEC) Pangsa (%) 2015** 2014* 2014*

Aug* Tw. III* Okt** Pertumbuhan (% yoy) 2015 Jun Mei Tw. II* Apr Tw. I*

Impor nonmigas Okt’15 kembali turun akibat turunnya volume impor yang terjadi pada ketiga kelompok barang dan koreksi harga yg terjadi pd brg konsumsi dan bhn baku.

(10)

10

Defisit TB Tw.III’15 lebih rendah

dibanding Tw.II’15 didukung surplus neraca barang yang terjaga dan

menurunnya defisit neraca jasa.

o Penurunan defisit terutama didorong oleh penurunan Impor sejalan dengan masih lemahnya pertumbuhan ekonomi domestik.

Transaksi Berjalan

Neraca Jasa Neraca Barang

(11)

11

Apre/Depre YTD-15 NT Peers Perkembangan Nilai Tukar USD/IDR

Volatilitas Rupiah Volatilitas Mata Uang Peers Bulanan

Periode apresiasi Periode apresiasi Periode apresiasi

NT menguat, meski volatilitas meningkat …

Sejak Okt’15, Rp menguat akibat repricing level nilai tukar dan dipicu oleh perbaikan sentimen thd EM paska FOMC yg sempat dovish. Namun di sisi lain, volatilitas rupiah meningkat...

(12)

12

Apresiasi didorong oleh Capital Inflows

Investor NR kembali mengakumulasi aset rupiah sejak Oktober 2015...

 Di aset Rupiah, net beli asing di Okt 15 tercatat USD445jt setelah mengalami net jual USD538 juta pd Sep-15. Akumulasi kepemilikan terjadi di SUN dan saham masing2 USD424 juta dan USD21 juta.

 Pasokan NR mengurangi net demand di pasar spot valas domestik menjadi USD188jt, turun dr USD3,4 miliar pd Sep-15. Sejak minggu II-Okt’15 pasar mencatat net supply USD328 jt.

Q1-15 Q2-15 Jul-15 Agt-15 Sep-15 Q3-15 Oct-15 12-Nov YTD-15

Stock 433 -1,252 10 -712 -499 -1,201 21 -117 -2,117

SUN 3,203 2,260 -91 -330 -33 -453 424 210 5,645

SBI -125 181 -142 -44 -7 -193 0 49 -87

Total 3,512 1,189 -223 -1,085 -538 -1,847 445 142 3,441

Q1-15 Q2-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Q3-15 Oct-15 12-Nov YTD-15

Net S(+)/D(-) of Res -5,920 -2,686 291 -2,583 -2,950 -5,243 -1,576 -775 -16,199 Net S(+)/D(-) of NR 3,391 1,071 -368 -1,413 -475 -2,256 1,388 631 4,224

Net S(+)/D(-) Total -2,528 -1,615 -78 -3,996 -3,425 -7,499 -188 -145 -11,975

Net SDV Bulanan (Spot) Aliran Dana Nonresiden - Bulanan

(13)

13Pertumbuhan Tw III’15 naik menjadi 4,73% dibandingkan Tw II’15 4,67%.

Kenaikan PDB ditopang peningkatan belanja pemerintah, a.l. belanja infrastrukur, sedangkan peran sektor swasta dan ekspor masih lemah.

Seluruh komponen permintaan domestik Tw III’15 meningkat.

Penggunaan inventory untuk memenuhi kenaikan permintaan domestik.

o Perkembangan yang sama juga terlihat tahun 2009 saat GFC

PDB mulai membaik didorong permintaan domestik...

(14)

14

Jawa tumbuh tinggi sedangkan Sumatera masih terbatas...

KTI kembali tumbuh melambat, bahkan Kalimantan mencatat pertumbuhan negatif untuk pertamakalinya dalam 10 tahun terakhir...

(15)

15

Inflasi 2015 melambat…

(16)

16

Inflasi di Kalimantan dan beberapa daerah di KTI meningkat...

Kenaikan inflasi di KTI dipicu oleh naiknya harga komoditas sayuran terutama karena mulai berkurangnya pasokan produksi lokal dan pengiriman dari Jawa, serta kenaikan tarif angkutan udara...

(17)

17

Pertumbuhan kredit masih lemah, NPL naik…

Pertumbuhan kredit hingga triwulan III-2015 membaik menjadi 11,10% (YoY), dibandingkan 10,4% di triwulan sebelumnya. Sementara, risiko kredit meningkat meskipun masih pada batas aman. Risiko kredit hingga Sep’15 sedikit meningkat hingga mencapai 2,71%.

Pertumbuhan Kredit per Sektor (yoy)

• Berdasarkan sektoral, pertumbuhan kredit khususnya disumbang oleh sektor perdagangan dan industri. • Tingginya NPL khususnya terjadi di sektor konstruksi, perdagangan, dan pengangkutan.

NPL Gross per Sektor Ekonomi

Dec-13 Dec-14 Jun-15 Sep-15

Perdagangan 2,34% 3,02% 3,57% 3,95% 0,38% Lain-lain 1,45% 1,42% 1,69% 1,71% 0,02% Industri 1,73% 1,86% 2,26% 2,62% 0,36% Pengangkutan 1,96% 3,21% 3,46% 3,81% 0,35% Konstruksi 4,09% 4,61% 5,43% 4,91% -0,53% Pertanian 1,49% 1,83% 2,12% 2,06% -0,06% Jasa Dunia Usaha 1,13% 1,49% 1,68% 1,52% -0,16% Jasa Sosial 1,76% 2,25% 2,86% 3,34% 0,48% Pertambangan 1,51% 2,52% 3,38% 3,20% -0,18% Listrik 0,74% 1,91% 1,59% 2,24% 0,64%

Total 1,77% 2,16% 2,56% 2,71% 0,15%

(18)

18

Risiko Yang Perlu Terus Diwaspadai

Pelemahan Ekonomi China

Kenaikan

FFR

Penurunan Harga Komoditas

Risiko

Kenaikan administered prices yang tidak terkelola

(19)

19

Risiko #1: Rencana kenaikan Fed Fund Rate pada Des 2015

Current Implied Probs: FFR Survey Bloomberg: FFR (per 13 Nov 2015)

Kenaikan FFR dapat memberikan gejolak pada pasar keuangan global dan dampaknya pada aliran modal asing perlu diwaspadai.

(20)

20 Barclays survei: Sebagian besar investor global (36%) memandang risiko pelemahan ekonomi Tiongkok sebagai risiko utama yang dapat terjadi di pasar…

Risiko Pasar Terbesar Satu Tahun Kedepan

Sumber: Barclays 3 November 2015

 Tingginya risiko Tiongkok berpengaruh pada: • Penurunan harga komoditas di jk pendek. • Penurunan pasar saham secara global

(21)

2121

Risiko #2: Dampak Pelemahan Ekonomi Tiongkok

Penurunan 1 pct PDB Tiongkok berpotensi menekan ekspor Indonesia ke Tiongkok

sebesar 10,2 pct..

• Dengan memperhitungkan porsi ekspor ke Tiongkok terhadap total ekspor dan porsi ekspor dalam PDB, penurunan 1 pct PDB Tiongkok berisiko menurunkan PDB Indonesia sebesar 0,6 pct

• Dg asumsi PDB Tiongkok turun 0,3 pct (deviasi dg high estimates CF), ekspor Indonesia ke Tiongkok akan turun 3,1pct. Dg asumsi share ekspor ke Tiongkok sekitar 11%, maka ekspor Indonesia akan turun 0,34pct. Dg pangsa ekspor sekitar 24%, PDB Indonesia berpotensi turun sebesar 0,08 pct

(22)

22

No

Kenaikan Administered Price 2016

Dampak Probabilitas

Waktu

1

Penyesuaian Tarif Listrik RT 1300VA dan

2200VA sesuai Harga Keekonomiannya yg

semula direncanakan 2015

0,16

High

Januari

2

Penurunan Gas Industri (dari USD 8

MMBTU menjadi USD 7 MMBTU)

-0,01

High

Januari

3

Penyesuaian harga LPG 3 kg sebesar

Rp1000,-/kg (termasuk dampak lanjutan

ke kelompok inti)

0,44

High

April

4

Pengalihan pelanggan listrik dg daya

900VA ke daya 1300VA*)

0,93

High

Juli

Risiko #3: Rencana Kenaikan Administered Prices 2016

Kenaikan inflasi kelompok barang administered dipengaruhi rencana beberapa kebijakan yg direncanakan akan diterapkan pada 2016...

(23)

23

Isu Struktural: Tingkat kecanggihan produk yg rendah

Export Composition Export Sophistication

Sumber: Bank Indonesia

Product sophistication yang rendah tidak hanya berdampak pada nilai tambah

ekspor yang rendah, namun juga berdampak pada meningkatnya impor utk

memenuhi kebutuhan kelas menengah.

(24)

24

Isu Struktural: Terjadi deindustrialisasi di tengah

permintaan barang yang meningkat dari kelas menengah

Share of Manufacturing in GDP

Sumber: Data BPS

(25)

25

NowcastingPertumbuhan Ekonomi

Outlook: Perbaikan PDB jk pendek diprakirakan berlanjut…

Nowcasting mengindikasikan bahwa PDB Tw.IV-2015 akan mencapai 4,8% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya…

(26)

26

Outlook:

Ekonomi pulih secara gradual

Kondisi ekonomi diperkirakan membaik pada 2016. Pertumbuhan ekonomi

diperkirakan lebih tinggi, inflasi masih berada pada kisaran target, CAD berada pada

level aman dan pertumbuhan kredit meningkat …

INDIKATOR

2015

2016

Pertumbuhan

Ekonomi

4,9%-5,1%

5,2% - 5,6%

Inflasi

4,0% ± 1,0%

4,0% ± 1,0%

Defisit Transaksi

Berjalan (% PDB)

<2,5%

< 3,0%

Pertumbuhan Kredit

11% - 13%

12% - 14%

(27)

27

(28)

28

Respons Kebijakan Bank Indonesia

Memanfaatkan ruang pelonggaran stance kebijakan moneter dengan hati-hati, memperhitungkan risiko ketidakpastian yang masih tinggi dalam jangka pendek.

Menurunkan GWM Primer Rupiah 50 bps

Menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sejalan dengan fundamentalnya.

Kebijakan stabilisasi Rupiah, penguatan struktur supply dan demand valas, penguatan cadangan devisa dan pendalaman pasar keuangan

Kebijakan makroprudensial yang akomodatif dalam mendorong pertumbuhan kredit

Pelonggaran LTV, Insentif kredit UMKM, GWM LFR

Penguatan koordinasi dengan Pemerintah terkait pengendalian inflasi dan percepatan reformasi struktural.

TPI/TPID, RTPD, Rakor Pengembangan Ekonomi Regional

1

2

3

4

(29)

29

(30)

30 PMI manufaktur masih kontraktif, terutama dipengaruhi penurunan export orders...

Risiko: Pelemahan Ekonomi Tiongkok

Rebalancing ek Tiongkok dari investment-driven menjadi consumption-driven terus berlangsung: (i)

porsi industri tersier meningkat, industri sekunder turun; (ii) penurunan investasi (FAI) mulai di-offset oleh peningkatan penjualan ritel sbg indikator konsumsi.

Ekspor tumbuh negatif akibat perlambatan ek global, meski sedikit membaik akibat devaluasi Yuan.

Impor tumbuh semakin negatif selain dipengaruhi (i) harga relatif, (ii) penurunan domestic demand,

juga akibat (iii) terdapatindikasi pergeseran preferensispending less-import-intensive components.

Penjualan Ritel, IP dan FAI Rebalancing Ek Tiongkok menuju C-driven

PMI Manufaktur Ekspor dan Impor

(31)

31

Pertumbuhan Ekonomi menurut Lapangan Usaha

Pada triwulan III-2015 terjadi perbaikan pada kinerja sejumlah lapangan usaha termasuk industri pengolahan, konstruksi dan transportasi.

Dampak countercyclical policy dari pemerintah terlihat dari pertumbuhan sektor konstruksi pada triwulan III-2015.

Sektor perdagangan masih melambat seiring dengan kegiatan ekonomi yang melambat khususnya ekspor-impor.

(32)

32

Daya saing secara global perlu ditingkatkan...

Source: WEF Global Competitiveness Report 2015-2016

(33)

33

…dengan menciptakan iklim usaha yang lebih baik...

(34)

34

Jenis GWM

Beberapa Jenis GWM di Indonesia

Saat ini Bank Indonesia menerapkan 3 jenis kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM)

sebagai instrumen kebijakan moneter maupun kebijakan makroprudensial.

Simpanan minimum (rupiah/valas) yang wajib dipelihara oleh bank dalam rekening giro di BI yang besarannya ditetapkan dalam rasio terhadap DPK.

GWM

Primer

Cadangan minimum (rupiah) yang wajib dipelihara oleh bank berupa surat berharga (SBI, SDBI, SBN) dan excess reserve yang besarannya ditetapkan dalam rasio terhadap DPK.

GWM

Sekunder

Simpanan minimum (rupiah) yang wajib

dipelihara oleh bank dalam rekening giro di BI sebesar persentase tertentu thd DPK yang dihitung berdasarkan selisih antara realisasi LFR bank dan LFR target yang ditetapkan BI.

GWM-LFR

Definisi Besaran pada Nov’15

 Rupiah: 8,0%

 Valas : 8,0%

 Rupiah: 4,0%

 Valas : tidak ada Target LFR

 Rupiah: 78% - 92%

 Valas : tidak ada

Masing-masing jenis GWM diterapkan untuk tujuan yang berbeda-beda sehingga

besaran maupun arah perubahannya dapat berbeda-beda pula

(35)

35

Dampak Ketentuan Kewajiban Hedging ULN Korporasi

Kepatuhan terhadap ketentuan kewajiban hedging bagi ULN korporasi terus membaik terutama pada industri pengolahan.

Nilai Hedging Per Sektor Tw-II 2015 (triliun Rp)

• Nilai hedging responden industri pengolahan jauh melampaui kewajiban hedgingnya (117,0% dari 74 perusahaan).

(36)

36 Transaksi valas antar penduduk melalui bank devisa dalam negeri mengalami penurunan pasca-implementasi PBI Kewajiban Rupiah, yang tercermin dari penurunan yang sangat signifikan

• Transaksi valas antar penduduk melalui bank devisa pada Sep-15 turun 54% (yoy) yang diantaranya dipengaruhi oleh implementasi PBI Kewajiban Rupiah mulai 1 Juli 2015.

• Transaksi valas antar residen turun menjadi sebesar USD 3,4 miliar jauh di bawah rata-rata ytd sebelum implementasi kewajiban penggunaan Rupiah yang mencapai USD 6,9 miliar (Jan 14-Jun 15).

Note: Pembayaran transaksi dilakukan melalui perbankan di dalam negeri. Tidak termasuk transaksi dengan bank sentral, perdagangan valas, simpanan,

transaksi yang penyelesaiannya dilakukan melalui overbooking, transaksi di bawah threshold (USD10.000) & transaksi yang penerimaan dananya dari OCA *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Transaksi Valas Antar Penduduk

Sumber data : DSta & DPKL

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa defisit pada kesenjangan tabungan tetap dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sepanjang terjadinya peningkatan investasi

Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa defisit pada kesenjangan tabungan tetap dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sepanjang terjadinya peningkatan investasi

Dari sisi domestik, sentimen positif berupa kesesuaian ekspektasi pelaku pasar atas penurunan BI Rate, pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2006 yang cukup baik, dan

Sumber pertumbuhan ekonomi yang mulai seimbang juga berdampak pada menurunnya defisit transaksi berjalan pada triwulan IV 2013 sehingga menjadi 2,0% dari PDB, dibandingkan

• Surplus Transaksi Modal dan Finansial (TMF) pada periode ini yang sebesar US$4,0 Miliar, sedangkan defisit Transaksi Berjalan (TB) sebesar US$8,0 Miliar (3,0% thd

Surplus NPI ini ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial sebesar 9,5 miliar dolar AS yang melampaui defisit transaksi berjalan sebesar 5,1 miliar dolar AS (2,39% PDB)

 Dengan prospek inflasi yang semakin menurun ditambah dengan kecenderungan defisit neraca transaksi berjalan yang semakin terjaga serta perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam

Kondisi ini tercermin dari defisit transaksi berjalan yang menurun, inflasi yang terjaga dan permintaan domestik yang tetap terkelola dengan baik, meskipun pertumbuhan ekonomi domestik