• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERINEAL HYGIENE PADA SANTRIWATI REMAJA DI PONDOK PESANTREN IBNU TAIMIYAH BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERINEAL HYGIENE PADA SANTRIWATI REMAJA DI PONDOK PESANTREN IBNU TAIMIYAH BOGOR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERINEAL HYGIENE PADA SANTRIWATI REMAJA DI PONDOK

PESANTREN IBNU TAIMIYAH BOGOR

Arista Citra Rahmawati1, Nur Agustini2

Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Jawa Barat, Indonesia Email: arista.citra3@gmail.com; nur.agstn@gmail.com

Abstrak

Perineal hygiene merupakan tindakan untuk menjaga kebersihan serta kesehatan organ reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku perineal hygiene pada santriwati di Pondok Pesantren Ibnu Taimiyah Bogor. Desain penelitian yang digunakan cross sectional dengan jumlah sampel 98 responden. Teknik sampling yang digunakan cluster sampling dan simple random sampling. Hasil analisis univariat menunjukkan 41 (41,8%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 52 (53,1%) responden memiliki sikap perineal hygiene cukup dan 59 (60,2%) responden memiliki perilaku perineal hygiene cukup. Hasil analisis chi square menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap perineal hygiene (p-value = 0,001) serta hubungan antara sikap dan perilaku perineal hygiene (p-value = 0,026) namun tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku perineal hygiene (p-value = 0,346). Responden dengan tingkat pengetahuan baik dan sikap perineal hygiene baik sebanyak 11 (26,8%) responden. Responden dengan sikap baik dan perilaku perineal hygiene baik sebanyak 6 (42,9%) responden. Responden dengan tingkat pengetahuan baik dan perilaku perineal hygiene baik sebanyak 11 (26,8%) responden. Penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan penelitian selanjutnya mengenai remaja dan praktik perineal hygiene di masa yang akan datang.

Kata kunci : pengetahuan, perilaku, perineal hygiene, remaja, sikap

Abstract

Perineal hygiene is an action to maintain the cleanliness and healthyness of the reproductive organs. This research was conducted to determine the relationship between the level of knowledge, attitudes and behavior of perineal hygiene in adolescent female students at Ibn Taymiyyah boarding school in Bogor, West Java. The study design is cross sectional using 98 respondents. The sampling technique used was cluster sampling and simple random sampling. Questionnaire contains 14 questions about the level of knowledge and 8 each statement about the attitudes and behavior of perineal hygiene. The results of chi-square analysis showed there is relationships between the level of knowledge with perineal hygiene attitude (p-value =0.001; α =0.05) and relationships between attitudes and perineal hygiene behavior (p-value =0.026; α =0.05) but there’s no relationship between the level of knowledge with perineal hygiene behavior (p-value = 0.346; α = 0.05). Respondents with good level of knowledge and good attitudes of perineal hygiene are 11 (26.8%) respondents. Respondents with a good attitude and good behavior of perineal hygiene are 6 (42.9%) respondents. Respondents with a good level of knowledge and good behavior of perineal hygiene are 11 (26.8%) respondents. This research can be used to be materials to develop the research about teenagers and perineal hygiene practice in the future.

(2)

Pendahuluan

Kebersihan diri merupakan salah satu aspek penting dalam diri manusia yang dapat meningkatkan performa hidup seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Henderson (1966) dalam Kusnanto (2004) juga memasukkan pemenuhan kebersihan diri menjadi salah satu dari 14 kebutuhan dasar manusia yang wajib dipenuhi.   Kebersihan diri/ hygiene adalah hal yang penting untuk dipelihara, sebab kebersihan diri merupakan dasar bagi tercapainya kenyamanan, keamanan dan kesejahteraan seseorang (Potter & Perry, 2005). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan praktik hygiene diantaranya adalah pengetahuan, citra tubuh, praktik sosial, status sosio-ekonomi, variabel kebudayaan, pilihan pribadi, dan kondisi fisik Potter dan Perry (2005).

Perineal hygiene merupakan salah satu sub

bab dalam personal hygiene. Perawatan

perineal merupakan kegiatan yang dilakukan

setelah eliminasi dan sebagai bagian dari suatu rutinitas dari perawatan kebersihan diri yang menggunakan teknik bersih (O’Toole, 2009).  Santriwati di pondok pesantren Ibnu Taimiyah rata-rata berusia 11-14 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas mereka adalah remaja awal yang telah mengalami perubahan baik secara fisik, psikis maupun hormonal. Pada tahap ini mulai terjadi perubahan-perubahan pada sistem reproduksi serta terjadi peningkatan hormon esterogen dan progesteron dan juga perubahan fisik lainnya. Perubahan fisik pada anak perempuan bisa terjadi antara usia 8-13 tahun. Perubahan fisik tersebut meliputi tumbuhnya buah dada, perubahan bentuk tubuh (pinggul yang semakin melebar), tumbuhnya rambut di sekitar kemaluan dan juga menstruasi

(Raising Children Network, 2010). Remaja

harus mengetahui cara menjaga kesehatan organ reproduksi mereka dengan baik dan benar agar terhindar dari masalah kesehatan organ reproduksi. Salah satu cara yang dapat

dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan organ reproduksi melalui praktik perineal

hygiene yang baik dan benar.

Hal-hal yang meliputi perineal hygiene antara lain berupa penggantian pembalut secara teratur kurang lebih 4-5 kali saat menstruasi, bergantung pada sedikit-banyaknya cairan yang keluar (Sekartaji, 2012) dan membersihkan perineal dari arah yang benar setelah BAK (buang air kecil) ataupun BAB (buang air besar), yaitu dari depan ke belakang (Upson, 2013) serta hindari penggunaan sabun, gunakan celana dalam yang tidak ketat, hindari melakukan douching (Bijlani, 2013).

Gangguan kebersihan yang terjadi akibat kurangnya pengetahuan dalam menjaga kebersihan organ reproduksi eksterna dapat berupa lecet, bau, bahkan infeksi yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dalam beraktivitas. Masalah yang dapat terjadi akibat infeksi dari bakteri atau jamur adalah keputihan. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi jamur atau bakteri apabila tidak diobati dapat menjalarkan infeksinya sampai ke organ interna reproduksi dan menyebabkan terjadinya kemandulan (Nadesul, 2008). Oleh karena itu perlu untuk diketahui oleh santriwati mengenai cara menjaga kebersihan organ eksterna reproduksi agar tidak terkena infeksi jamur maupun bakteri.

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap, serta hubungan antara sikap terhadap praktik

perineal hygiene siswi MTs Pembangunan

sehari-hari. Penelitian lain yang dilakukan oleh Amelia (2013) di SMA YLPI Pekanbaru menunjukkan bahwa meskipun tingkat pengetahuan remaja mengenai perineal

hygiene sudah baik yaitu sekitar 69,7% bukan

berarti sikap terhadap penjagaan kebersihan organ reproduksi juga baik. Selain itu, hasil wawancara personal 13 Januari 2014 yang dilakukan oleh peneliti terhadap Ummu Fajar

(3)

(pendamping santriwati Ibnu Taimiyah, Bogor) menunjukkan bahwa santri memiliki antusias yang baik untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan organ reproduksinya. Meskipun begitu, peneliti merasa perlu untuk meneliti kembali sejauh mana pengetahuan akan kebersihan perineal/ perineal hygiene mempengaruhi sikap dan perilaku perineal

hygiene dikalangan santriwati di pondok

pesantren Ibnu Taimiyah.

Metode

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner yang digunakan oleh peneliti saat ini merupakan kuisioner yang telah dimodifikasi. Kuisioner asli (belum dimodifikasi) sebelumnya telah digunakan oleh Handayani (2011) terhadap siswi MTs Pembangunan Jakarta Selatan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku siswi terhadap kebersihan organ genitalia eksterna. Setelah dilakukan uji maka kuisioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden mengenai perineal hygiene terdiri dari pengetahuan terkait pengertian kesehatan reproduksi berjumlah 14, kuisioner yang berisikan 8 butir pernyataan untuk mengetahui sikap responden terhadap

perineal hygiene dan kuisioner yang berisikan

7 butir pernyataan untuk mengetahui status perilaku responden terhadap perineal hygiene.  

Data berjumlah 98 orang santriwati dan akan diolah menggunakan program komputer. Analisis yang akan digunakan adalah analisis univariat berupa mean, standar deviasi, nilai minimal dan nilai maksimal. Selain itu juga digunakan analisis dengan kai kuadrat untuk mendapatkan nilai p yang akan digunakan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap perineal hygiene, hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku perineal hygiene dan hubungan antara sikap perineal hygiene dengan perilaku

perineal hygiene. Tingkat pengetahuan dibagi

menjadi tiga, yaitu baik, cukup dan kurang.

Tingkat pengetahuan santriwati terhadap

perineal hygiene dikategorikan baik apabila

mendapatkan persentase jawaban benar 76 – 100%; cukup apabila presentase jawaban benar 60 – 75%; dan kurang apabila persentase jawaban benar kurang dari 60% (Arikunto, 2006). Sikap dan perilaku santriwati terhadap perineal hygiene juga dibagi menjadi tiga kategorik. Sikap terhadap perineal hygiene dikatakan baik apabila skor total ≥20; cukup apabila skor total >16 dan <20; dan kurang apabila skor total ≤16. Perilaku perineal hygiene dikatakan baik apabila skor total ≥21; cukup apabila skor total >16 dan <21; dan kurang apabila skor total ≤16.

Hasil

Tabel 1 Distribusi Usia Responden (n = 98)

Variabel Mean SD Min-Maks 95%

CI

Usia 13.70 1.038 12-16

13.50-13.91

Tabel 1 menunjukan hasil analisis data univariat bahwa rata-rata usia responden adalah 13,70 tahun dengan standar deviasi 1,038 tahun. Usia responden termuda adalah berusia 12 tahun sedangkan usia tertua adalah 16 tahun. Dari hasil estimasi interval disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata usia responden adalah diantara 13,50 – 13,91 tahun.

Tabel 2 Distribusi Sumber Informasi, Latar Belakang Pendidikan Orang Tua/ Wali dan Pekerjaan Orang Tua/ Wali (n = 98)

No. Variabel Frekuensi Persentase (%) 1 Rincian Sumber Informasi Orang Tua 58 59.3 Media 3 3.1 Petugas Kesehatan 1 1.0

(4)

Lebih dari 1 sumber informasi 36 36.7 2 Latar Belakang Pendidikan Tertinggi Orang Tua Tidak Bersekolah 5 5.1 Pendidikan Dasar (TK dan SD/ Sederajat) 49 50.0 SMP/ Madrasah Tsanawiyah 1 1.0 SMA/ Madrasah Aliyah 19 19.4 Perguruan Tinggi/ Kuliah (D-I sampai S-III) 24 24.5 3 Pekerjaan Orang Tua Tidak bekerja 5 5.1 Swasta 49 50.0 Pensiunan 1 1.0 Pedagang/ Buruh 19 19.4 PNS/ Polisi/ TNI 24 24.5

Distribusi sumber informasi responden terkait dengan perineal hygiene cukup beragam. Paling banyak responden memilih orang tua Sebagai sumber informasi utama terkait

perineal hygiene yaitu sebanyak 58 (59,2%)

responden, sedangkan untuk media dan tenaga kesehatan sumber informasi masing-masing adalah 3 (3,1%) responden dan 1 (1,0%) responden. Responden yang memilih lebih dari satu sumber informasi didapatkan sebanyak 36 (36,7%) responden.

Berdasarkan latar belakang pendidikan tertinggi orang tua/ wali, distribusi frekuensi responden adalah sebanyak 46 (46,9%) responden memiliki orang tua/ wali berlatar belakang pendidikan SMA/ Madrasah Aliyah. Selanjutnya, 40 (40,8%) responden memiliki orang tua/ wali berlatar belakang perguruan tinggi, 7 (7,1%) responden memiliki orang tua/ wali berlatar belakang SMP/ Madrasah Tsanawiyah, 4 (4,1%) responden pendidikan dasar dan terakhir 1 (1,0%) responden memiliki orang tua/ wali berlatar belakang tidak bersekolah.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan orang tua/ wali adalah 49 (50,0%) responden memiliki orang tua/ wali bekerja swasta. Sebanyak 24 (24,5%) responden memiliki orang tua/ wali bekerja sebagai PNS/ Polisi/ TNI. Selanjutnya, sebanyak 19 (19,4%) responden memiliki orang tua/ wali bekerja sebagai pedagang/ buruh, 1 (1,0%) responden memiliki orang tua/ wali sebagai pensiunan dan terakhir 5 (5,1%) responden memiliki orang tua/ wali yang tidak bekerja. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Santriwati Pondok Pesantren Ibnu Taimiyah Bogor berdasarkan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku(n = 98)

Tingkat pengetahuan santriwati mayoritas memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap

perineal hygiene yaitu 41 (41,8%) responden,

sedangkan 36 (36,7%) responden berpengetahuan cukup dan 21 (21,4%) responden berpengetahuan kurang. Sebagian responden memiliki sikap yang cukup yaitu sebanyak 52 (53,1%) responden. Sedangkan responden yang memiliki sikap baik sebanyak 14 (14,3%) responden dan 32 (32,7%) responden memiliki sikap kurang.sebanyak 59 (60,2%) responden memiliki perilaku yang cukup yaitu. Sedangkan, sebanyak 22 (22,4%) responden memiliki perilaku kurang dan 17 (17,3%) responden memiliki perilaku baik.

No. Variabel Frekuensi Persentase (%) 1. Tingkat Pengetahuan Kurang 21 21.4 Cukup 36 36.7 Baik 41 41.8 2. Sikap Kurang 32 32.7 Cukup 52 53.1 Baik 14 14.3 3. Perilaku Kurang 22 22.4 Cukup 59 60.2 Baik 17 17.3

(5)

Tabel 4 P-value Tingkat Pengetahuan berdasarkan Kategori Sikap dan Perilaku Perineal Hygiene(n = 98)

No Tingkat Pengetahuan berdasarkan P-value 1 Sikap - Kurang - Cukup - Baik 0.001 2 Perilaku - Kurang - Cukup - Baik 0.346

Tabel 4 menunjukkan bahwa hubungan tingkat pengetahuan paling signifikan terdapat pada tingkat pengetahuan berdasarkan pengkategorian sikap perineal hygiene. Tingkat pengetahuan berdasarkan pengkategorian sikap perineal hygiene memiliki hubungan yang signifikan dengan

p-value 0,001. Sedangkan tingkat pengetahuan

berdasarkan perilaku perineal hygiene memiliki p-value lebih dari 0,005 yaitu 0,346 yang menunjukkan bahwa tidak memiliki hubungan yang signifikan.

Tabel 5 P-value Sikap Perineal Hygiene berdasarkan Kategori Perilaku Perineal Hygiene (n = 98)

No Sikap Perineal Hygiene berdasarkan P-value 1. Perilaku

- Kurang - Cukup - Baik

0.026

Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa hubungan sikap perineal hygiene berdasarkan pengkategorian perilaku perineal hygiene memiliki p-value 0,026 yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara keduanya.

Pembahasan

Hasil penelitian yang dilakukan di pondok pesantren Ibnu Taimiyah Bogor menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap perineal hygiene. Hal ini dapat dilihat dari p-value sebesar 0,001. P value yang kurang dari 0,05 secara statistik dapat menunjukkan adanya hubungan

antara tingkat pengetahuan dengan sikap perineal hygiene.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan siakp perineal

hygiene. Hasil yang ditunjukkan dalam

penelitian Karuniadi, I (2013) menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 53,49% memiliki sikap negatif terkait pencegahan dan pengentasan masalah keputihan. Hal ini dilatar belakangi oleh latar belakang pendidikan responden dalam penelitian tersebut mayoritas berpendidikan SD. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011) juga menunjukkan hal yang serupa meskipun responden berlatar belakang MTs atau setara SMP, hasil yang didapatkan adalah mayoritas responden memiliki sikap yang kurang terkait perineal hygiene yaitu sebanyak 43,1% responden. Namun penelitian Jong, V (2012) menunjukkan bahwa mayoritas siswi di SMA Negeri 2 Ambon memiliki sikap yang baik terkait tindakan menjaga kebersihan alat reproduksi.

Latar belakang pendidikan seseorang ternyata memengaruhi bagaimana seseorang bersikap terhadap sesuatu. Akan tetapi, latar belakang pendidikan bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi sikap seseorang. Ada hal lain yang dapat memengaruhi sikap anatara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massadan faktor emosional (Rahayuningsih, 2008). Hal-hal yang terjadi di masa lalu juga dapat mempengaruhi sikap seseorang. Apabila pengalaman tersebut mendapatkan respon yang baik maka dapat menciptakan sikap yang tertanam kuat. Dengan kata lain, hasil dari pengalaman belajar dari masa lalu mempengaruhi sikap seseorang. Hal ini sesuai dengan teori behavioristic atau belajar yang diterangkan oleh para peneliti modern mengenai sikap (Littlejohn & Foss, 2009). Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Karuniadi, I (2013) menunjukkan bahwa

(6)

informasi yang didapatkan oleh responden terkait pencegahan keputihan hanya seputar pengetahuan yang diketahui oleh responden semasa SD. Akibatnya, informasi yang sedikit dan terbatas ini menciptakan sikap responden yang kurang. Sedangkan di pondok pesantren Ibnu Taimiyah Bogor didapatkan informasi dari pendamping santri/ musyrifah (2014) bahwa santriwati diberikan fasilitas berupa buku-buku terkait ilmu pengetahuan umum serta acara penyuluhan kesehatan.

Meskipun responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai perineal

hygiene, ternyata perilaku responden masih

menunjukkan hasil yang cukup yaitu 60,2%. Selain itu, dilihat dari hasil uji statistik chi

square didapatkan p-value sebesar 0,346.

P-value yang lebih besar dari 0,05 ini

menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku perineal

hygiene. Hal ini menunjukkan bahwa baik

maupun buruknya tingkat pengetahuan seseorang ternyata tidak mutlak memengaruhi baik maupun buruknya perilaku seseorang, meskipun menurut Potter dan Perry (2005) pengetahuan seseorang akan pentingnya

hygiene dan dampaknya bagi kesehatan akan

mempengaruhi perilaku hygiene. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi perilaku.

Secara teoritis, faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menurut Green (1980) antara lain ada 3 hal, yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong dan faktor penguat. Faktor predisposisi merupakan faktor yang memudahkan seseorang untuk berperilaku. Yang termasuk faktor predisposisi antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan dan keyakinan, nilai dan norma sosial, kebudayaan serta sosio-demografi. Faktor yang kedua yaitu faktor pendorong merupakan faktor yang memungkinkan seseorang untuk merealisasikan perilakunya. Hal-hal yang termasuk dalam faktor pendorong antara lain lingkungan fisik, sarana prasarana yang mendukung dan kemampuan

untuk menjangkau sarana dan prasarana tersebut. Faktor yang terakhir yaitu faktor penguat yang berarti faktor-faktor yang ada disekitar individu yang dapat menguatkan perilaku seseorang (Maulana, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan bukan merupakan satu-satunya hal yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

Hasil uji chi square terhadap sikap perineal

hygiene dengan perilaku perineal hygiene

menunjukkan p-value sebesar 0,026 dimana angka ini lebih rendah dari nilai α yaitu 0,05. Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan secara statistik antara sikap

perineal hygiene dengan perilaku perineal

hygiene.

Menurut Zimbardo dan Leippe (1992) dalam Bordens dan Horowitz (2008) disebutkan bahwa ada empat komponen sikap yang saling mempengaruhi satu sama lain. Salah satu dari keempat komponen tersebut adalah tujuan perilaku dan perilaku. Komponen ini bersifat dinamis, sehingga apabila salah satu komponen berubah maka komponen lainnya juga akan ikut terpengaruh. Allport (1935) dalam Bordens dan Horowitz (2008) juga memasukkan sikap sebagai suatu hal yang dapat memengaruhi perilaku seseorang sebagaimana menurut teori dalam Santoso (2007) sikap dapat memengaruhi perilaku dan tindakan seseorang. Namun, La Piere (1934) beranggapan bahwa sikap tidak berpengaruh sepenuhnya terhadap perilaku seseorang. Perilaku bisa dipengaruhi oleh satu atau lebih sikap tertentu (Bordens dan Horowitz, 2008). Yang perlu diperhatikan adalah, sikap belum tentu terwujud dalam tindakan karena perilaku dipengaruhi oleh adanya fasilitas atau sarana prasarana (Notoatmodjo, 2005).

Kesimpulan

Penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan,sikap dan perilaku perineal

hygiene pada santriwati remaja di Pondok

(7)

bahwa santriwati di pondok pesantren Ibnu Taimiyah Bogor memiliki tingkat pengetahuan yang baik (41,8%). Sedangkan sikap santriwati di pondok pesantren Ibnu Taimiyah Bogor terkait dengan perineal

hygiene adalah cukup (53,1%). Perilaku

santriwati di pondok pesantren Ibnu Taimiyah Bogor terkait dengan perineal hygiene juga termasuk dalam kategori cukup (60,2%). Responden penelitian merupakan santriwati dengan rata-rata usia responden adalah 13,70 tahun dengan standar deviasi 1,038 tahun. Usia responden termuda adalah berusia 12 tahun sedangkan usia tertua adalah 16 tahun. Distribusi sumber informasi responden terkait dengan perineal hygiene paling banyak adalah orang tua yaitu sebanyak 58 (59,2%) responden. Berdasarkan latar belakang pendidikan tertinggi orang tua/ wali, distribusi frekuensi responden adalah sebanyak 46 (46,9%) responden memiliki orang tua/ wali berlatar belakang pendidikan SMA/ Madrasah Aliyah. Sedangkan untuk pekerjaan orang tua/ wali mayoritas didapatkan 49 (50,0%) responden memiliki orang tua/ wali bekerja swasta.

Hasil analisis chi square menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap perineal hygiene dan adanya hubungan antara sikap perineal hygiene dengan perilaku perineal hygiene. Namun, tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku perineal

hygiene. Perilaku santriwati terhadap perineal

hygiene ini sudah cukup, namun hal ini masih

kurang memuaskan mengingat pentingnya manfaat dari tindakan perineal hygiene bagi masa depan santriwati sebagai calon ibu. Kurangnya kesadaran terhadap pentingnya membiasakan perineal hygiene yang baik dan benar dapat menyebabkan terjadinya berbagai macam masalah kesehatan organ reproduksi yang dapat mengarah kepada infertilitas. Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dijadikan acuan bagi pihak perawat, pondok

pesantren dan santriwati untuk senantiasa peduli terhadap kesehatan terutama kesehatan organ reproduksi pada remaja. Peneliti ingin memberikan saran bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan metode yang lebih baik serta menggunakan data yang lebih variatif agar mendapatkan hasil yang lebih repreentatif untuk menggambarkan hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap serta perilaku remaja terhadap tindakan perineal

hygiene.

Ucapan Terima Kasih

Jurnal berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Perineal

Hygiene pada Santriwati Remaja di Pondok

Pesantren Ibnu Taimiyah Bogor” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Riset Keperawatan. Peneliti dalam menyelesaikan jurnal ini, banyak dibantu oleh orang-orang di sekitar peneliti yang memiliki andil yang berarti bagi peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Junaiti Sahar, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

2. Nur Agustini, S.Kp, M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama ini dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan jurnal.

3. Ibu Kuntarti. SKp., M. Biomed sebagai koordinator mata kuliah Riset Keperawatan.

4. FIK UI dan UI yang telah menjadi tempat peneliti untuk menggali ilmu dan menyelesaikan penelitian ini.

5. Pihak pesantren Ibnu Taimiyah Bogor yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian

6. Semua pihak yang telah berjasa terhadap peneliti baik secara langsung maupun tidak yang tak bisa peneliti sebutkan satu per satu namanya. Terima Kasih Banyak. Demikian yang dapat peneliti sampaikan. Peneliti memahami bahwa apa yang telah

(8)

penleiti susun masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun terhadap penelitian ini. Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi diri peneliti sendiri dan bermanfaat juga bagi agama, nusa dan bangsa.

Referensi

Amelia, M. (2013). Gambaran perilaku remaja putri menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah

keputihan. Artikel Penelitian

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian

suatu pendekatan praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Bordens, K dan Horowitz, I. (2008). Social

physchology 3rd edition. USA:

Freeload Press

Handayani, H. (2011). Hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja putri tentang kebersihan organ genitalia eksterna di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Tahun 2011. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.

Karuniadi, I. (2013). Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang cara mencegah dan mengatasi keputihan di klinik remaja Kisara PKBI Bali. Jurnal

Dunia Kesehatan Vol. 2 No.2 Diakses

pada 16 Mei 2014 dari

http://www.triatma-mapindo.ac.id/ojsstikes/index.php/JD K2/article/viewFile/20/20

Kusnanto. (2004). Pengantar profesi dan

praktik keperawatan profesional.

Jakarta: EGC

Littlejohn, S dan Foss, K.. (2009).

Encyclopedia of communication

theory vol 1.California: SAGE

Publication

Maulana, H. (2009). Promosi kesehatan. Jakarta: EGC

Nadesul, H. (2008). Cara sehat menjadi

perempuan. Jakarta: Kompas Media

Nusantara

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan

perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

(2010). Metodologi

penelitian kesehatan edisi revisi.

Jakarta: Rineka Cipta

O’Toole, M. (2009). Mosby’s medical

dictionary. St. Louise: Elsevier Inc.

Perry, A.G., dan Potter, P.A. (2005). Fundamental keperawatan: konsep,

proses dan praktik edisi 4 alih bahasa

Renata Komalasari … [et al]. . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Rahayuningsih, S. (2008). Psikologi umum 2

– BAB 1: sikap (attitude) diakses pada

16 November 2013 dari http://nurul_q.staff.gunadarma.ac.id/D ownloads/folder/0.1

Santoso, E. (2007). The art of life revolution. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Gambar

Tabel  3  Distribusi  Frekuensi  Santriwati  Pondok  Pesantren  Ibnu  Taimiyah  Bogor  berdasarkan  Tingkat  Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (n = 98)

Referensi

Dokumen terkait

Set elah proses klarifikasi it u dilakukan dan pihak keluarga belum dapat menerima at au t idak puas dengan alasan dan penjelasan at au argument asi yang disampaikan

Board dengan ketebalan___ mm yang terdiri dari inti insulasi termoset yang kuat bebas CFC/HCFC dan memiliki nilai Potensi Perusak Lapisan Ozon (ODP) nol dengan komposit foil pada

Secara metodologis wawancara mendalam dilakukan melalui kontak atau hubungan pribadi (individu) dalam bentuk tatap muka (face to face relationship) antara peneliti dengan

Dari kurva yang terbentuk menunjukan bahwa seiring berjalannya waktu, terjadi pertambahan tinggi dan luas daun. Pertambahan tinggi atau pertumbuhan ini  berkaitan erat

Dalam penelitian ini, pemaknaan atau decoding yang dilakukan oleh. khalayak pembaca berita dapat dilihat dalam komunitas yang

Pengetahuan deklaratif berkaitan dengan topik kesetimbangan kimia merupakan pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang ada dalam materi terse- but dan bagaimana

Panelis memberikan peringkat kesukaan yang baik untuk produk minuman air kelapa hasil proses ultrafiltrasi dan ultraviolet dan tidak berbeda dengan air kelapa

Perintah SBB akan mengurangkan nilai Tujuan dengan Asal dengan cara yang sama seperti perintah SUB, kemudian hasil yang didapat dikurangi lagi dengan Carry