• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu faktor yang menentukan besarnya harga dari satuan pekerjaan adalah indeks satuan kerja dimana harga satuan pekerjaan diperoleh dari perkalian nilai indeks satuan pekerjaan dengan harga standar dari suatu pekerjaan, misalnya upah seorang tukang pasang batu diperoleh dari perkalian indeks satuan kerja untuk tukang pasang batu dikali dengan harga standard tukang perhari untuk saat itu. Untuk saat ini nilai dari indeks satuan kerja telah ditetapkan nilainya dalam Standard Nasional Indonesia.

Untuk mendapatkan nilai dari harga satuan kerja, maka harus diketahui dahulu pengertian dari indeks satuan kerja tersebut dan metode yang digunakan untuk meneliti dimana dalam pembuatan tugas akhir ini metode yang digunakan adalah metode Time and Motion Study.

Selain itu juga hal-hal yang perlu dijelaskan adalah penjabaran dari jenis pekerjaan yang akan diteliti pada proyek rehab berat gedung induk I inspektorat provinsi sumatera utara, yaitu :

1. Pekerjaan pasangan dinding. 2. Pekerjaan plesteran.

2.1 Indeks Satuan Kerja

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan disusun sebagai acuan dasar yang seragam para pelaksana pembangunan gedung dan perumahan dalam menghitung besarnya harga satuan berbagai pekerjaan untuk bangunan gedung dan perumahan. Pelaksana pembangunan gedung dan perumahan yang

(2)

dimaksudkan adalah pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan Gedung dan Perumahan yaitu para perencana, konsultan, kontraktor maupun perseorangan dalarn memperkirakan biaya bangunan.

Tata cara perhitungan ini memuat indeks satuan kerja yang terdiri dari indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan yang bersangkutan. Indeks satuan kerja adalah faktor pengali atau koefisien sebagai dasar perhitungan

biaya bahan dan upah kerja. Seperti yang tersebut pada pengertiannya, maka indeks satuan kerja terdiri atas 2 bagian yaitu :

1. Indeks bahan.

Yaitu indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan jenis pekerjaan. Dalam hal ini, indeks bahan memiliki ketetapan tersendiri sesuai dengan jenis bahan bangunannya.

2. Indeks tenaga kerja.

Yaitu indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan waktu untuk mengerjakan setiap satuan jenis pekerjaan oleh seorang pekerja proyek bangunan. Maksudnya adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja untuk dapat menyelesaikan satu jenis pekerjaan tidaklah selalu penuh dalam satu hari kerja.

Adapun perhitungan untuk mendapatkan nilai dari indeks satuan kerja untuk seorang pekerja dalam mengerjakan satuan pekerjaan yaitu dengan membagikan lamanya pekerja tersebut menyelesaikan pekerjaanya ( c ) dengan lamanya jam kerja dalam sehari yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar 7

(3)

𝑎 = 𝑐

7 𝑗𝑎𝑚 ( OH )

Keterangan :

𝑎 = Indeks satuan kerja ( Orang Hari / OH )

c = lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).

2.2 Metode “Time and Motion Study”

Pada awalnya time dan motion study digunakan hanya untuk hal-hal yang sangat spesifik dan dalam ruang lingkup yang sangat sempit. Kedua bidang studi tersebut pertama kali ditemukan dan dikembangkan masing-masing oleh Frederick Taylor untuk Time study dan Gilbreths untuk Motion Study yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja perusahaannya. Walaupun dikembangkan dan ditemukan dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, pada awalnya hanya time study dan penurunan insentif upah buruh yang lebih berkembang dibandingkan dengan motion study. Keinginan untuk mendapatkan metode kerja yang lebih baik menggema pada kurun waktu 1930an yang kemudian mengakibatkan perkembangan keilmuan teknik industri untuk menglombinasikan time study dengan motion study yang dapat menghasilkan metode kerja yang lebih baik dan lebih dekat dengan kata ideal. ( Dewiagustiyani, 2013 )

Wignjosoebroto (1995) Motion study and time study adalah suatu pembelajaran sistematis dari sistem kerja dengan tujuan mengembangkan sistem dan metode yang lebih baik. Dalam perkembangannya kemudian keduanya dipandang sebagai suatu kesatuan yang dikenal dengan nama Time and Motion

(4)

digunakan untuk hal ini adalah Methods Engineering. Pada tahap awal dari Methods Engineering adalah menentukan estimasi waktu yang akan dikerjakan oleh pekerja dalam menjalankan tugas pada suatu stasiun kerja.

Buruh atau pekerja merupakan salah satu faktor utama yang menentukan besarnya biaya dalam anggaran suatu pekerjaan proyek. Produktivitas dari pekerja akan mempengaruhi biaya naik, biaya turun dan besarnya keuntungan. Karena itu dibutuhkan teknologi yang dapat memacu produktivitas kerja dan kualitas. Metode time and motion study dapat dijadikan alat untuk mengukur dan membuktikan produktivitas kerja dalam bentuk waktu standard.

Dalam penggunaan metode time and motion study akan diperoleh waktu standard seorang pekerja dalam menyelesaikan suatu jenis pekarjaan dalam satuan besaran tertentu misalnya waktu standard dalam menyelesaikan pekerjaan 1 m³ pasangan batu.

Menurut Marvin E. Mundel, istilah Time and motion itu sendiri dapat diartikan atas dua hal, yaitu:

a. Motion study

Aspek motion study terdiri dari deskripsi, analisis sistematis dan pengembangan metode kerja dalam menentukan bahan baku, desain output, proses, alat kerja, tempat kerja, dan perlengkapan untuk setiap langkah dalam suatu proses, aktivitas manusia yang mengerjakan setiap aktivitas itu sendiri. Tujuan metode motion study adalah untuk menentukan atau mendesain metode kerja yang sesuai untuk menyelesaikan sebuah aktivitas.

(5)

Aspek utama time study terdiri atas keragaman prosedur untuk menentukan lama waktu yang dibutuhkan dengan standar pengukuran waktu yang ditetapkan, untuk setiap aktivitas yang melibatkan manusia, mesin atau kombinasi aktivitas (Ciptani, 2008)

Menurut Yuliarto (2009) Time and Motion Study dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan tenaga kerja.Metode yang digunakan dalam penentuan kebutuhan tenaga kerja (helper) ini adalah dengan menggunakan metode pengukuran waktu jam henti. Sesuai dengan namanya, maka pengukuran waktu ini menggunakan jam henti (stopwatch) sebagai alat utamanya. Prinsip dari metode ini adalah pengukuran waktu dimana waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sebelum melakukan pengukuran waktu terlebih dahulu menguraikan pekerjaan menjadi elemen-elemen atau stasiun kerja, kemudian memilih helper untuk menghitung waktu kerjanya. Helper yang dipilih merupakan pegawai yang memiliki kemampuan rata-rata dalam pekerjaannya, yaitu tidak terlalu lambat ataupun terlalu cepat. Pengukuran waktu yang digunakan adalah dengan teknik pengukuran langsung yaitu pengukuran waktu kerja yang dilakukan oleh peneliti secara langsung ditempat objek penelitian.

Terdapat dua macam teknik pengukuran time and motion study, yaitu: a. Pengukuran waktu secara langsung.

Cara pengukurannya dilaksanakan secara langsung yaitu dengan mengamati secara langsung pekerjaan yang dilakukan oleh operator dan mencatat waktu yang diperlukan oleh operator dalam melakukan pekerjaannya dengan terlebih dahulu membagi operasi kerja menjadi elemen-elemen kerja yang sedetail

(6)

mungkin dengan syarat masih bisa diamati dan diukur. Cara pengukuran langsung ini dapat menggunakan metode jam henti (Stopwatch Time Study) dan sampling kerja (Work Sampling).

1. Stopwatch Time Study.

Stopwatch time study merupakan metode yang paling sesuai dengan pekerjaan yang berhubungan dengan penetapan waktu standard. Seorang ahli Universitas Sumatera Utara Fredrich W. Taylor mulai menggunakan stopwatch dalam pekerjaannya sejak tahun 1880 dan metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penetapan waktu standard terutama dalam dunia industri karena penggunaanya yang sangat sederhana.

Dalam pengerjaannya,metode ini menggunakan alat hitung waktu seperti stopwatch. Beberapa jenis stopwatch yang dapat digunakan adalah :

a. Snapback b. Continuous c. Three watch d. Digital

e. TMU ( time-measured unit )

Proses pengerjaan dari metode ini sangatlah sederhana. Seorang peneliti hanya perlu mengukur lamanya waktu kerja dari seorang pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan kemudian mencatatnya, begitu juga untuk pekerjaan berikutnya sampai didapat data yang akan dijadikan sebagai waktu standard.

(7)

2. Work Sampling.

Work sampling merupakan metode yang mempelajari kinerja dari pekerja berdasarkan lamanya jam kerja. Cara pengambilan datanya dengan observasi langsung terhadap pekerja kemudian membuat suatu kesimpulan dari kinerja orang tersebut. Misalnya dalam rentang waktu 2 jam seorang pekerja bekerja dengan maksimal tetapi setelah 1 jam berikutnya intensitas bekerjanya menurun mugkin dia membutuhkan istirahat dengan mengnurunkan ritme kerjanya dan setelah itu kinerjanya meningkat lagi dan begitu seterusnya sampai berakhir jam Universitas Sumatera Utara kerja. Dari sini dapat diambil kesimpulan seberapa besar produktivitas dari pekerja tersebut.

b. Pengukuran waktu secara tidak langsung.

Cara pengukurannya dengan melakukan penghitungan waktu kerja dimana pengamat tidak berada di tempat pekerjaan yang diukur. Cara pengukuran tidak langsung, ini dengan menggunakan data waktu baku (Standard Data) dan data waktu gerakan (Predetermined Time System).

1. Time Standard ( waktu standard ).

Waktu standard merupakan bagian yang sangat penting sebagai informasi dalam perencanaan suatu pekerjaan.

Waktu standard dapat berguna untuk :

1. Menentukan jumlah alat atau mesin yang dibutuhkan. 2. Menentukan jumlah pemakaian orang.

3. Menentukan anggaran biaya.

(8)

waktu.

5. Menentukan keseimbangan tugas dan alur kerja dari tip bidang dan peralatan. 6. Menentukan gerak kerja individu dan mengidentifikasi permasalahan dalam

suatu pekerjaan.

7. Pembayaran dapat ditetapkan berdasarkan gerak kerja.

8. Mengevaluasi pemakaian biaya dan memilih metode yang baik. 9. Mengatur pengeluaran untuk tenaga kerja.

Waktu standard adalah waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu jenis pekerjaan dengan beberapa kondisi:

1. Pekerja yang berkompeten dibidangnya.

Pekerja yang berkompeten dibidangnya sangatlah dibutuhkan. Pengalaman kerja seorang pekerja akan menentukan kualitas dari pekerja tersebut dan lamanya bekerja dibidang yang digeluti merupakan tolak ukur dalam menilai pengalaman seorang pekerja. Dibutuhkan waktu untuk menyesuiakan antara pekerja dan jenis pekerjaan, misalnya menjadi operator mesin traktor, crane, ekskavator dan banyak peralatan berteknologi tinggi yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempelajarinya dan menyesuaikan diri. Kesalahan terbesar dalam pekerjaan sering dilakukan oleh pekerja yang pengalaman kerjanya masih sedikit. Oleh karna itu, aturan yang baik dalam menerima tenaga kerja harus dimulai dengan seleksi, pelatihan teori dan pelatihan lapangan.

2. Langkah normal.

Dalam penetapan waktu standard untuk suatu jenis pekerjaan yang dikerjakan oleh seorang pekerja sebaiknya masih dalam kondisi waktu kerja yang

(9)

normal yaitu waktu kerja yang tidak pada kondisi keterlambatan jadwal pekerjaan yang menyebabkan pekerja bekerja dalam kondisi tekanan.

3. Spesifikasi tugas.

Yang dimaksud dengan spesifikasi tugas adalah penjelasan detail dari pekerjaan yang diberikan. Hal-hal yang harus dimasukkan dalam penjelasan tugas adalah :

a. Metode kerja yang digunakan. b. Spesifikasi dari material. c. Peralatan yang digunakan.

d. Letak material masuk dan material keluar.

e. Ketentuan tambahan seperti keselamatan kerja, kualitas kerja dan perawatan. Waktu standard hanya baik digunakan jika sesuai dengan kondisi yang telah ditetapkan di atas. Apabila terdapat perubahan karena factor tertentu, maka waktu standard harus berubah juga.

2. Predetermined Time Standard System ( PTSS )

PTSS merupakan teknik dalam menetapkan perencanaan waktu dengan meninjau langkah-langkah kerja yang akan dilakukan. Teknik PTSS digunakan ketika waktu standard dibutuhkan selama merencanakan program kerja yang baru. Pada tahap perencanaan program kerja yang baru, hanya data yang sederhana atau data perkiraan yang ada dan perencana harus menggambarkan kebutuhan dalam pemakaian alat, perlengkapan dan metode kerja. Seorang perencana harus dapat mendesain jaringan kerja yang menggambarkan langkah-langkah pekerjaan. Beberapa jaringan kerja harus didesain, waktu kerja dan total dari pelaksanaan

(10)

pekerjaan harus sudah diperkirakan. Perkiraan waktu kerja ini dapat digunakan untuk menentukan peralatan yang digunakan dan kebutuhan tenaga kerja.

Kriteria-kriteria yang harus terpenuhi pada aktivitas pengukuran time and motion study adalah aktivitas tersebut harus dilaksanakan secara ulang dan seragam, isis atau macam pekerjaan tersebut harus homogen, hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung dan pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya (Wignjosoebroto, 1995).

Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka dalam melaksanakan pengukuran time and motion study harus mempertimbangkan banyak faktor antara lain kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah siklus kerja yang diukur (Universitas Kristen Petra, 2009).

2.2.1 Pengamatan dan Pengukuran

Menurut Universitas Kristen Petra (2009) ada tiga metode yang digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja dengan menggunakan stopwatch, yaitu pengukuran waktu secara terus menerus (countinuos timming), pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing atau metode snap back) dan pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing).

Pada pengukuran waktu secara terus menerus (continuous timing), maka pengamat kerja akan menekan tombol stopwatch pada saat elemen kerja pertama dimulai, dan membiarkan jam henti berjalan terus menerus sampai periode atau

(11)

siklus kerja selesai. Waktu yang dipakai sebenernya merupakan waktu dari masing-masing elemen kerja yang diperoleh dari pengurangan pada saat pengukuran waktu selesai dilakukan.

Untuk pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing atau metode snap back), jarum penunjuk stopwatch akan selalu dikembalikan ke porsi nol pada setiap akhir elemen kerja yang diukur. Setelah pencatatan pengukuran untuk elemen berikutnya.

Selanjutnya, pengukuran secara akumulatif akan menggunakan dua atau tiga stopwatch yang akan bekerja secara bergantian. Metode ini memberikan keuntungan dalam hal pembacaan data akan lebih mudah dan lebih teliti karena jarum stopwatch tidak dalam keadaan bergerak pada kondisi tersebut.

2.3. Analisa Harga Satuan Pekerjaan

Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan, upah kerja, dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standart pengupahan pekerja dan harga sewa/beli peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi. Analisa harga satuan pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien yang menunjukkan nilai satuan bahan/material, nilai satuan alat, dan nilai satuan upah tenaga kerja ataupun satuan pekerjaan yang dapat digunakan sebagai acuan/panduan untuk merencanakan atau mengendalikan biaya suatu pekerjaan. Untuk harga bahan material didapat dipasaran, yang kemudiandikumpulkan didalam suatu daftar yang dinamakan harga satuan bahan/material, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan di lokasi setempat yang kemudian dikumpulkan dan

(12)

didata dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan upah tenaga kerja. Harga satuan yang didalam perhitungannya haruslah disesuaikan dengan kondisi lapangan, kondisi alat/efisiensi, metode pelaksanaan dan jarak angkut.

Besarnya harga satuan pekerjaan tergantung dari besarnya harga satuan bahan, harga satuan upah dan harga satuan alat dimana harga satuan bahan tergantung pada ketelitian dalam perhitungan kebutuhan bahan untuk setiap jenis pekerjaan. Penentuan harga satuan upah tergantung pada tingkat produktivitas dari pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Harga satuan alat baik sewa ataupun investasi tergantung dari kondisi lapangan, kondisi alat/efisiensi, metode pelaksanaan, jarak angkut dan pemeliharaan jenis alat itu sendiri.

2.3.1. Analisa Harga Satuan Upah

Upah merupakan suatu imbalan yang harus diberikan oleh kontraktor kepada pekerja sebagai balas jasa terhadap hasil kerja mereka. Upah juga merupakan salah satu faktor pendorong bagi manusia untuk bekerja karena mendapat upah berarti mereka akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan pemberian upah yang sesuai dengan jasa yang mereka berikan akan menimbulkan rasa puas, sehingga mereka akan berusaha atau bekerja lebih baik lagi.

Analisa upah pekerjaan ialah, menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut.(Bachtiar Ibrahim, 1993).

(13)

Kebutuhan tenaga kerja adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk suatu volume pekerjaan tertentu yang dapat dicari dengan menggunanakan rumus :

∑ Tenaga Kerja = Volume Pekerjaan x Koefisen analisa tenaga kerja

Tingkatan dan tugas tenaga kerja pada masing – masing pekerjaan dapat kami jelaskan sebagai berikut :

1) Pekerja, jenis tenaga kerja ini berada pada tingkatan tenaga kerja terendah sehingga upah dari pekerja juga termasuk yang paling rendah. Tugas dari pekerja membantu dalam persiapan bahan atau pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan khusus.

2) Tukang, adalah tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, seperti tukang kayu, tukang batu, tukang besi. Keahlian seorang tukang sangat berpengaruh besar terhadap pelaksanaan kerja suatu proyek.

3) Kepala Tukang, adalah tenaga kerja yang bertugas mengepalai tukang lainnya untuk suatu bidang pekerjaan, misalnya kepala tukang batu, kepala tukang kayu, kepala tukang besi.

4) Mandor, jenis tenaga ini adalah tenaga kerja yang mempunyai tingkatan paling tinggi dalam suatu pekerjaan yang bertugas mengawasi jalannya pekerjaan dan memantau kinerja tenaga kerja yang lain.

(14)

1) Upah Borongan

Upah Borongan adalah upah yang harus dibayarkan kepada pekerja ditentukan berdasarkan kesepakatan antar pekerja dengan yang memberikan pekerjaan pada saat belum dimulai pekerjaan (R.Soetarno, 1986 : 875).

2) Upah per potong/ upah satuan

Upah per potong atau upah satuan adalah besar upah yang akan ditentukan dengan banyaknya hasil produksi yang dicapai oleh pekerja dalam waktu tertentu. Keuntungan dari cara pembayaran upah ini bahwa pekerja akan berusaha segiat-segiatnya mengejar penghasilan yang besar sehingga perusahaan berproduksi (R.Sotarno,1986 : 875).

Menurut Saksono, 2001:41 yang mengatakan bahwa jenis upah yang banyak dimanfaatkan di perusahaan-perusahaan diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu :

1) Upah menurut waktu

Merupakan sistem pengupahan yang paling tua, dimana hasil pekerjaan tidak merupakan ukuran khusus yaitu pekerja di bayar menurut waktu yang dihabiskan, misalnya perjam, per hari, per bulan, per tahun, misalnya :

a. Hari orang standar (standar man day)

Satuan upah dalam 1 hari kerja dan disingkat h.o atau m.d., dimana 1 h.o. (m.d) = upah standar dalam 1 hari kerja. Pekerja standar adalah pekerja terampil yang dapat mengerjakan satu jenis pekerjaan saja misalnya pekerja gali, pekerja kayu, tukang batu, tukang kayu, mandor, kepala tukang, dan

(15)

b. Jam orang satndar ( standar man hour)

Pemberian upah tenaga kerja yang dihitung berdasarkan jam kerja efektif dan diberikan kepada tenaga yang bekerja sungguh sungguh dan tidak boleh lengah seperti pekerja pabrik, pekerja konstruksi, dan lain-lain.

c. Bulan orang standar ( standar man month)

Pemberian upah untuk bulanan seperti pelaksana lapangan, manajer prroyek, dan lain-lain.

2) Upah menurut hasil kerja

Dengan sistem ini tenaga kerja dibayar untuk jumlah unit pekerjaan yang telah diselesaikan tanpa menghiraukan jumlah waktu yang dipergunakan.

a) Upah menurut standar waktu

Dengan sistem ini upah dibayarkan berdasarkan waktu yang telah distandarisasi guna menyelesaikan suatu pekerjaan.

b) Upah menurut kerja sama pekerja dan pengusaha

Sistem ini meliputi pembagian keuntungan yang pembayarannya dilakukan kemudian sebgai tambahan atau kombinasikan dengan sistem pembayaran upah yang telah disebutkan di atas.

Menurut Heid J. Rachman dan Suad Husnan, 2002 : 139 bahwa diantara berbagai faktor penting yang mempengaruhi tingkat upah adalah :

1) Penwaran dan Permintaan Tenaga Kerja

Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan jumlah tenaga kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi sedangkan untuk jabatan-jabatan yang mempunyai penwaran melimpah cenderung turun.

(16)

Ada tidaknya organisasi buruh serta lemah kuatnya orgaanisasi buruh akan ikut mempengaruhi terbentuknya upah. Adanya serikat buruh yang kuat, yang berarti posisi “bargaining” karyawan juga kuat.

3) Kemampuan untuk membayar

Bagi perusahaan upah merupakan salah satu komponen biaya produksi. Tingginya upah akan mengakibatkan naiknya biaya produksi dan akhirnya akan mengurangi keuntungan. Walau kendala biaya produksi sampai mengakibatkan kerugian perusahaan, maka jelas perusahaan akan tidak mampu memenuhi fasilitas karyawan.

4) Produktivitas

Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi pekerjaan. Semakin tinggi prestasi karyawan seharusnya semakin besar pula upah yang akan diterima. Prestasi biaya ini dinyatakan sebagai produktivitas.

5) Biaya Hidup

Di kota – kota, dimana biaya hidup tinggi, upah juga cenderung tinggi. Bagaimnapun tampak dari biaya hidup merupakan bataspenerimaan upah dari para karyawan.

6) Pemerintah

Pemerintah dengan peraturan –peraturannya juga mempengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bahwa dari tingkat upah yang akan dibayarkan.

(17)

2.3.2. Analisa Harga Satuan Bahan

Bahan yang disebut disini jenisnya tergantung pada item pekerjaannya (material pokok) dan metodenya ( material penunjang). Bahan bangunan dapat berupa bahan dasar (raw material) yang harus diproses proyek, atau berupa bahan jadi/setengah jadi yang tinggal dipasang saja pada saat pekerjaan di laapangan. Dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu proyek, faktor waste bahan sangat penting untuk dikendalikan. Yang dimaksud dengan waste bahan dalah sejumlah bahan yang dipergunakan / telah dibeli, tetapi tidak menambah nilai jual dari produknya.

Ada beberapa waste, yaitu antara lain :

 Penolakan oleh owner karena tidak memenuhi syarat.

 Kerusakan karena kelemahan dalam handling atau penyimpanan.  Kehilangan karena kelemahan pengwasan keamanan.

 Pemborosan pemakaian di lapangan.

Analisa bahan suatu pekerjaan ialah menghitung banyaknya/volume masing-masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan. Kebutuhan bahan/material ialah besarnya jumlah bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan. Kebutuhan bahan dapat dicari dengaan rumus sebagai berikut :

∑ Bahan = Volume Pekerjaan x Koefisien Analisa Bahan

Indeks bahan merupakan indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan jenis pekerjaan. Analisa bahan dari suatu

(18)

pekerjaan merupakan kegiatan menghitung banyaknya volume masing – masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan, sedangkan indeks satuan bahan menunjukkan banyaknya bahan yang akan diperlukan untuk menghasilkan suatu volume pekerjaan yang akan dikerjakan, baik dalm volume 1 m3, 1m2, atau per m’.

Yang dimaksud dengan analisa bahan suatu pekerjaan, ialah yang menghitung banyaknya/volume masing-masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan. sedangkan Yang diamksud dengan analisa upah suatu pekerjaan ialah, menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. (H.bachtiar,1993)

Sebagai contoh daftar analisa upah dan bahan (SNI) . SNI merupakan pembaharuan dari analisa BOW (Burgeslijke Openbare Werken) 1921, dengan kata lain bahwa analisa SNI merupakan analisa BOW yang diperbaharui. Analisa SNI ini dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pemukiman. Sistem penyusunan biaya dengan menggunakan analisa SNI ini hampir sama dengansistem perhitungan dengan menggunakan analisa BOW. Prinsip yang mendasar pada metode SNI adalah, daftar koefisien bahan, upah dan alat sudah ditetapkan untuk menganalisa harga atau biaya yang diperlukan dalam membuat harga satu satuan pekerjaan bangunan. Dari ketiga koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan, kalkulasi upah yang mengerjakan, serta kalkulasi peralatan yang dibutuhkan. Komposisi perbandingan dan susunan material, upah tenaga dan peralatan pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan dengan harga material, upah dan peralatan

(19)

2.4 Produktivitas

Secara umum produktivitas diartikan sebagai suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan atau output : input (Umar, 1998).

Produktivitas = 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡

Pengertian output meliputi volume dan kualitas, sedangkan input meliputi bahan dan energi, tenaga kerja dan peralatan modal. Jadi dapat juga dikatakan bahwa produktivitas merupakan upaya untuk mewujudkan hasil – hasil tertentu yang diinginkan dengan mengerahkan sejumlah sumber daya (Umar, 1998).

Produktivitas = 𝑆𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖

Dalam bidang konstruksi, produktivitas dikaitkan dengan waktu pelaksanaan proyek. Untuk mengetahui seberapa produktivitas dari seorang pekerja atau unit kerja perlu dilakukan perhitungan durasi waktu. Dimana demakin pendek durasi yang diperlukan untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan maka produktivitas semakin tinggi (Umar, 1998).

Produktivitas = 𝐾𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

Dalam suatu proyek konstruksi, salah satu hal yang menjadi faktor penentu keberhasilan dalam suatu proyek konstruksi adalah kinerja tenaga kerja yang akan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Dalam dunia konstruksi, produktivitas diartikan sebgai efisiensi dikali efektivitas atau output per jam tenaga kerja. Oleh karena tenaga kerja merupakan salah satu bagian besar dari biaya konstruksi dan jumlah tenaga kerja untuk menjalankan suatu pekerjaan dalam konstruksi lebih rentan terhadap pengaruh manajemen dari material atau modal, maka ukuran

(20)

produktivitas ini sering disebut sebagai produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja berhubungan dengan unit – unit produksi, misalnya meter kubik atau meter persegi per jam tenaga kerja.

Selain faktor tenaga kerja, produktivitas berkaitan dengan investasi atas pendidikan atau pelatihan serta metode pekerjaan masing – masing tenaga kerja itu sendiri. Investasi bisa dilihat dari pendidikannya atau tingkat pengetahuan dan keterampilannya yang diperoleh sebagai konsekuensi atas investasi yang dilakukan terhadap suatu program formal untuk peningkatan pengetahuan atau keterampilan guna mendukung kinerjanya dalam bekerja, selain juga dari pengalaman kerja serta pendidikan non formal yang didapat langsung dari lapangan. Sedangkan metode pekerjaan dapat memiliki manfaat peningkatan produktivitas bila tenaga kerja memiliki kemampuan menterjemahkan gambar rencana bangunan ke kegiatan kegiatan terstruktur untuk pelaksanaan sesuai dengan metode konstruksinya. Kemampuan in sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman kerjanya. Keluaran (output) yang berbeda – beda akibat kondisi maupun belum adanya standar, kembali menjadi kendala untuk angka acuan produktivitas.

2.5 Perencanaan Biaya

Perencanaan biaya untuk suatu proyek adalah prakiraan keuangan yang merupakan dasar untuk pengendalian biaya proyek serta aliran kas proyek tersebut. Pengembangan dari hal tersebut diantaranya adalah fungsi dari estimasi biaya, anggaran, aliran kas, pengendalian biaya, dan profit proyek tersebut

(21)

Estimasi biaya konstruksi memberikan indikasi utama yang spesifik dari total biaya proyek konstruksi. Estimasi biaya (cost estimate) digunakan untuk mencapai suatu harga kontrak sesuai persetujuan antara pemilik proyek dengan kontraktor, menentukan anggaran, dan sekaligus mengendalikan biaya proyek.

Anggaran (budget) suatu proyek merupakan rangakaian biaya, atau target uang yang diperlukan untuk biaya material, pekerja, subkontraktor, dan total biaya proyek. Dari sudut keuangan anggaran ini harus realistis jika dibandingkan dengan pengeluaran biaya aktual dari proyek tersebut.

Anggaran merupakan perencanaan financial dari suatu kontrak secara keseluruhan dan digunakan untuk menghitung aliran kas (cash flow) yang cair dalam setiap periode kontrak.

Gagasan dari pengendalian biaya dan waktu berdasarkan pada perbandingan antara kinerja yang direncanakan dengan kinerja yang aktual. Informasi biaya aktual dari suatu proyek harus layak, pembengkakan biaya harus dideteksi, kecenderungan dapat dianalisa, dan manajemen dapat mempertanyakan apabila ada biaya saat ini atau biaya penyelesaian proyek yang keluar dari kontrol. Pengendalian biaya proyek adalah sebuah proses pengendalian biaya yang dikeluarkan dalam suatu proyek, mulai dari saat gagasan pemilik untuk membuat suatu proyek sampai saat pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan saat pembayaran terakhir dilakukan (Chandra, et al., 2003).

Dalam suatu proyek konstruksi, pengendalian biaya proyek mempunyai tiga tujuan (Pilcher, 1992), yaitu:

(22)

1. Memberikan peringatan dini terhadap pelaksanaan setiap pekerjaan yang sesuai dengan kontrak, apabila terjadi hal-hal yang tidak ekonomis atau biaya di luar / melebihi anggaran.

2. Memberikan umpan balik pada estimator yang bertanggung jawab terhadap penawaran harga tender, baik pada saat ini maupun pada tender mendatang hingga dapat memberikan harga yang lebih realistis.

3. Memberikan data nilai varian yang terjadi selama proyek berlangsung.

2.6 Rencana Anggaran Biaya

Menurut Ibrahim (1993), yang dimaksud rencana anggaran biaya (begrooting) suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut.

Menurut Djojowirono (1984), rencana anggaran biaya merupakan perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek.

Adapun menurut Niron (1992), rencana anggaran biaya mempunyai pengertian sebagai berikut :

Rencana :Himpunan planning termasuk detail dan tata cara pelaksanaan pembuatan sebuah bangunan.

Angaran : Perhitungan biaya berdasarkan gambar bestek (gambar rencana) pada suatu bangunan.

(23)

Biaya : Besarnya pengeluaran yang ada hubungannya dengan borongan yang tercantum dalam persyaratan yang ada.

Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja .

Biaya (anggaran) adalah jumlah dari masing-masing hasil perkiraan volume dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan.

Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :

RAB = Σ Volume x Harga Satuan Pekerjaan

Menurut Mukomoko (1987), dalam menyusun biaya diperlukan gambar-gambar bestek serta rencana kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis, daftar susunan rencana biaya, serta daftar jumlah tiap jenis pekerjaan.

Menurut Sastraatmadja (1984), dalam bukunya ”Analisa Anggaran Pelaksanaan“,bahwa rencana anggaran biaya dibagi menjadi dua, yaitu rencana anggaran terperinci dan rencana anggaran biaya kasar.

2.7 Analisa Harga Satuan Metode SNI

Prinsip pada metode SNI yaitu perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh Indonesia, berdasarkan harga satuan bahan, harga satuan upah kerja dan harga satuan alat sesuai dengan kondisi setempat. Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis

(24)

pekerjaan yang telah dibakukan. Kemudian dalam pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan pada gambar teknis dan rencana kerja serta syarat-syarat yang berlaku (RKS). Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 15 % - 20 %, dimana didalamnya termasuk angka susut, yang besarnya tergantung dari jenis bahan dan komposisi. Jam kerja efektif untuk para pekerja diperhitungkan 5 jam per hari.

2.8 Analisa Harga Satuan Metode Lapangan

Menurut Sastraatmadja (1991), penaksiran anggaran biaya adalah proses perhitungan volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan terjadi pada suatu konstruksi. Karena taksiran dibuat sebelum dimulainya pembangunan maka jumlah ongkos yang diperoleh ialah taksiran bukan biaya 14 sebenarnya (actual cost). Tentang cocok atau tidaknya suatu taksiran biaya dengan biaya yang sebenarnya sangat tergantung dari kepandaian dan keputusan yang diambil penaksir berdasarkan pengalamannya. Sehingga analisis yang diperoleh langsung diambil dari kenyataan yang ada di lapangan berikut dengan perhitungan koefisien / indeks lapangannya.

Secara umum proses analisa harga satuan pekerjaan dengan metode Lapangan/Kontraktor adalah sebagai berikut :

1. Membuat Daftar Harga Satuan Material dan Daftar Harga Satuan Upah.

2. Menghitung harga satuan bahan dengan cara ; perkalian antara harga satuan bahan dengan nilai koefisien bahan.

(25)

4. Harga satuan pekerjaan = volume x (jumlah bahan + jumlah upah tenaga kerja).

2.9 Pekerjaan Dinding Dan Plesteran

Pekerjaan pasangan dinding bata dilaksanakan setelah pekerjaan sloff beton. Pasangan dinding berfungsi Sebagai pembagai atau penyekat antara ruangan satu dengan yang lainnya yang di rencanakan .setelah pemasangan dinding selesai di lanjutkan,pekerjaan plesteran dinding supaya Dinding terlihat rapi dan mempunyai permukaan rata.

2.9.1 Pekerjaan Dinding 1. Pasangan dinding

Pekerjaan dinding hampir selalu ada dalam berbagai jenis bangunan, baik bangunan gedung, jalan, dan jembatan. Sebagai material pembentuk dinding dapat digunakan bata merah, batako atau material lain. Dimensi bata merah adalah panjang 22cm, lebar 11 cm dan tebal 5 cm ( Gambar 2. 1 )

Gambar 2. 1 Dimensi Batu Bata

Dalam menghitung besarnya indeks satuan kerja untuk pekerjaan dinding dapat berbasiskan setiap 1m² atau 1m³.Keduanya akan menghasilkan nilai yang sama. Salah satu letak dinding di atas pondasi seperti tampak pada gambar 2. 2.

(26)

Gambar 2. 2. Dinding Pasangan Bata

Cara pemasangan dinding bata merah dapat bermacam macam,yaitu pasangan dinding ½ bata dan pasangan dinding 1 bata. Dalam pengamatan di lapangan, pasangan dinding yang ditinjau adalah pasangan dinding ½ bata dan pasangan dinding 1 bata (Gambar 2. 3 dan gambar 2. 4 )

(27)

Gambar 2. 4. Pasangan 1 Bata

Berdasarkan analisa SNI, bahwa untuk penyusunan bata merah hanya menggunakan dua ukuran tebal bata, pertama dengan tebal 1 bata dan yang kedua dengan tebal ½ bata. Dalam pembuatan campuran adukan untuk pasangan batu bata harus sesuai standar takaran perbandingan penggunaan material agar tidak terjadi kegagalan, misalnya keruntuhan akibat kekurangan semen sebagai bahan pengikat pasangan batu bata. Perbandingan campuran adukan dengan spesi 1 PC ; 4 PP yaitu dengan perbandingan penggunaan bahan bangunan satu takaran semen dicampur dengan empat takaran pasir. Perbandingan campuran pasangan batu bata disesuaikan dengan rencana kualitas dinding serta pada posisi mana dinding dipasang apakah berhubungan langsung dengan cuaca luar atau pada lokasi yang terlindung.

2.9.2 Plesteran Dan Acian

Pekerjaan plesteran dilakukan setelah pekerjaan pasangan dindng bata merah sebagai pelapis pasangan dinding bata agar tampak lebih rapi. Ketebalan plesteran antara 1,5 sampai 2cm. sama pada pasangan dinding bata merah adukan plesteran 1 : 3 untuk trasram dan adukan 1 : 5 dipasang di atas trasram. Pekerjaan

(28)

plesteran dilakukan dengan system yang benar ,baik dan padat sehingga hasilnya terlihat lurus dan memiliki permukaan yang merata. Hal ini dilakukan agar di dalam pekerjaan pengacian (ACI) menjadi mudah.Sama halnya seperti pekerjaan pasangan dinding, dalam menghitung besarnya indeks satuan kerja untuk pekerjaan plesteran dapat berbasiskan setiap 1m² atau 1m³. ( Gambar 2. 5 )

Gambar 2. 5. Dinding Plasteran

Tujuan utama dari plesteran adalah sebagai berikut:

 Untuk membuat permukaan sebuah dinding lebih rapi, lebih bersih dan juga untuk membuat kesan penampilan lebih indah.

 Melindungi permukaan dari pengaruh cuaca dan iklim.

 Untuk menutupi cacat atau kerusakan pada dinding atau bidang yang ditutupi.

(29)

 Dengan plesteran maka penempelan debu akan lebih kecil pada dinding dibandingakan debu langsung menempel pada pasangan batu bata.

Gambar

Gambar 2. 2. Dinding Pasangan Bata
Gambar 2. 4. Pasangan 1 Bata
Gambar 2. 5. Dinding Plasteran

Referensi

Dokumen terkait

Subjek penelitian yang memiliki identitas peran gender feminin cenderung. terlihat lebih ekspresif, periang, memiliki rasa keibuan yang tinggi,

Application of Contextual Learning to Improve Critical Thinking Ability of Students in Biology Teaching and Learning Stategies, International Journal of Learning,

Dalam setiap preservasinya, Rumah Asuh memberikan empat syarat: pertama, dibangun sebagai proyek masyarakat; kedua, memprioritaskan arsitektur Indonesia yang terancam

Praanggapan dapat dimiliki anak dan mitra tuturnya jika tuturan yang diujarkan mengandung kompo- nen-komponen praanggapan pragma- tik, yang meliputi (1) pernyataan

• Ketika jenis program yang diinginkan pada stasiun pemancar yang diaktifkan atau stasiun pemancar lain yang berasal dari daftar stasiun pemancar ingin diaktifkan kembali pada

19 95% B.. Hasil kerja siswa pada tindakan siklus kedua, menunjukan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa dalam memahami materi sudah sesuai dengan yang

Skripsi dengan judul : Analisis Eksternalitas Peternakan Ayam Terhadap Pendapatan Masyarakat Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Perusahaan Peternakan Ayam

( demand ) yang ingin dicapai oleh perencanaan sekolah tinggi arsitektur dan. desain, baik secara fungsional, struktural, estetis, dsb.yang berkaitan