• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Sumatera Utara"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI KABUPATEN LABUHANBATU 2.1 Sejarah Kabupaten Labuhanbatu

2.1.1. Sebelum Zaman Penjajahan Belanda

Sistem pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Labuhanbatu sebelum penjajahan Belanda adalah bersifat monarkhi. Kepala pemerintahan disebut Sultan dan Raja yang dibantu oleh seorang yang bergelar Bendahara Paduka Sri Maharaja dan bertugas sebagai Kepala Pemerintahan sehari-hari (semacam Perdana Menteri).

Selanjutnya di bawah Bendahara Sri Paduka Maharaja ada Tumenggung yang menjadi Jaksa merangkap Kepala Polisi. Kemudian ada Laksamana yaitu Panglima Angkatan Laut / Panglima Perang. Di bawah Laksamana ada Hulu Balang atau Panglima Angkatan Darat kemudian ada pula Bantara kanan bertugas sebagai Ajudan Sultan dan Bantara kiri yang menjadi Penghulu Istana dan Penghulu Para Bangsawan.

Kesultanan / kerajaan yang terdapat di wilayah Kabupaten Labuhanbatu pada waktu itu terdiri dari 4 kesultanan, yaitu:

1. Kesultanan Kota Pinang berkedudukan di Kota Pinang 2. Kesultanan Kualah berkedudukan di Tanjung Pasir 3. Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama 4. Kesultanan Panai berkedudukan di Labuhan Bilik

Ditambah 1 Half-bestuur, yaitu Kerajaan Kampung Raja berkedudukan di Tanjung Medan.

2.1.2. Zaman Penjajahan Belanda

Tidak diketahui secara pasti kapan Belanda masuk ke Labuhanbatu, dari berbagai keterangan yang dihimpun diperoleh keterangan bahwa Belanda masuk ke Labuhanbatu berkisar Tahun 1825. Namun, pendapat lain ada pula yang mengatakan bahwa kedatangan Belanda ke Labuhanbatu setelah selesai Perang Paderi (berkisar tahun 1831).

(2)

Pada tahun 1862 kesatuan Angkatan Laut Belanda di bawah Pimpinan “Bevel Hebee” datang ke Kampung Labuhanbatu (di Hulu Kota Labuhan Bilik sekarang) melalui Sungai Barumun. Di Kampung Labuhanbatu tersebut Belanda membuat tempat pendaratan dari batu beton. Lama kelamaan tempat pendaratan tersebut berkembang menjadi tempat pendaratan/persinggahan kapal - kapal yang kemudian menjadi sebuah Kampung (desa) yang lebih besar, namanya menjadi “Pelabuhan Batu”, akhimya nama Pelabuhan Batu ini dipersingkat sebutannya menjadi “Labuhanbatu”.

Kemudian nama itu melekat dan ditetapkan menjadi nama Wilayah Kabupaten Labuhanbatu. Dalam perkembangan selanjutnya Pemerintah Kolonial Belanda secara juridis formal menetapkan Gouverment Bisluit Nomor 2 Tahun 1867 tertanggal 30 September 1867 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang meliputi 3 OnderAfdeling yaitu:

1. Onder Afdeling Batu Bara dengan Ibu Kota Labuhan Ruku. 2. Onder Afdeling Asahan dengan Ibu Kota Tanjung Balai.

3. Onder Afdeling Labuhanbatu dengan Ibu Kota Kampung Labuhanbatu.

Dengan demikian secara administratif pada mulanya Pemerintahan Wilayah Labuhanbatu adalah merupakan bagian dari Wilayah Afdeling Asahan. Pada masa itu, Afdeling dipimpin oleh seorang Asisten Residen (Bupati), sedangkan Onder Afdeling dipimpin oleh seorang Controleur (Wedana). Controleur Labuhanbatu pertama kali berkedudukan di Kampung Labuhanbatu kemudian pada tahun 1895 dipindahkan ke Labuhan Bilik. Tahun 1924 dipindahkan ke Marbau, tahun 1928 dipindahkan ke Aek Kota Batu dan pada tahun 1932 dipindahkan ke Rantauprapat sampai Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 kedudukan Controleur tetap di Rantauprapat.

2.1.3. Zaman Penjajahan Jepang

Pada tahun 1942 bala tentara Dai Nqnpon (Jepang) menduduki seluruh wilayah Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 3 Maret 1942 tentara Jepang mendarat di Perupuk (Tanjung Tiram). Dari Perupuk sebahagian tentara Jepang

(3)

melanjutkan gerakan pasukan untuk merebut Kota Tebing Tinggi dan selanjutnya Kota Medan. Dan sebagaian lagi bergerak menuju Kota Tanjung Balai yang pada saat itu sebagai Pusat Pemerintahan Afdeling Asahan. Dari Asahan (Tanjung Balai) selanjutrmya ke Wilayah Labuhanbatu untuk merebut Kota Rantauprapat.

Pada masa penjajahan Jepang sistem Pemerintahan Hindia Belanda dilanjutkan dengan Sistem Pemerintahan ZeHBestuur dan kekuasaan Sultan/Raja berlangsung. Untuk memonitoring kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Sultan/Raja, Pemerintah Jepang membentuk F uku Bumyuco. Di samping itu istilah - istilah Pimpinan Tingkatan Pemerintahan diganti dari Bahasa Belanda ke Bahasa Jepang, antara lain:

1. Keresidenan diganti dengan Syuu dan Kepalanya disebut dengan Syuu-cookan.

2. Regenschap (Kabupaten) diganti dengan Ken dan kepalanya disebut Ken-coo.

3. Stadgementhe (Pemerintah Kota) diganti dengan Si dan kepalanya disebut

Si-coo.

4. Kampung/desa disebut dengan Ku dan Kepalanya disebut Ku-coo.

2.1.4. Setelah Proklamasi

Kekalahan Jepang pada Perang Asia Timur Raya, yaitu Jepang menyerah pada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945 telah memberikan kesempatan kepada Bangsa Indonesia untuk merdeka sebagai bangsa yang berdaulat. Kemudian dalam sidangnya tanggal 19 Agustus 1945 oleh PPKI dicapai kesepakatan pembagian Wilayah Republik Indonesia dalam 8 Provinsi masing - masing, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Bomeo, Sulawesi, Sunda Kecil, dan Maluku.

Provinsi dibagi dalam Keresidenan yang dikepalai oleh Residen. Gubemur dan Residen dibantu oleh Komite Nasional Daerah, sedanngkan kedudukan Kota (Gemeente) diteruskan. Pada tanggal 2 Oktober 1945, Mr. Teuku Muhammad

(4)

Hasan diangkat menjadi Gubemur Sumatera, kemudian pada tanggal 3 Oktober 1945 Gubemur Sumatera mengabarkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang pada saat itu dihadiri oleh utusan / wakil-wakil daerah.

Pada tanggal 16 malam 17 Oktober 1945 bertempat di rumah dinas Kepala PLN Rantauprapat diadakan rapat dan secara resmi tanggal 17 Oktober 1945 dibentuk Komite Nasional Daerah Labuhanbatu dengan susunan Pengirus sebagai berikut:

Penasehat : ABDUL HAMID Wakil Penasehat : dr. HIDAYAT Ketua : ABDUL RAHMAN Wakil Ketua : ABU TOHIR

Anggota : 1. MARDAN 2. AMINURRASYID 3. M. SARIJAN 4. DAHLAN GANAFIAH 5. SUTAN KADIAMAN HTG 6. A. MANAN MALIK 7. M. SIRAIT 8. R. SIHOMBING 9. DJALALUDDIN HATTA 10. M. HASAH 11. MUHAMMAD DIN

Dalam rapat tersebut juga ditetapkan bahwa ketua (Abdul Rahman) sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan.

Setelah terbentuknya Komite Nasional Daerah Labuhanbatu, maka Pemerintahan Swapraja di Labuhanbatu yang ada pada waktu itu menjadi berakhir. Tugas dan tanggung jawab pemerintahan diambil alih dan dikuasi oleh Komite Nasional Daerah Labuahanbatu. Dengan demikian pada tanggal 17

(5)

Oktober 1945 secara resmi telah dibentuk Pemerintahan di Kabupaten Labuhanbatu yang dijalnkan oleh Komite Nasional Daerah Labuhanbatu.

Adapun tugas pertama Komite Daerah Labuhanbatu ialah membentuk Tim Penerangan untuk memberikan penerangan dan penyuluhan kepada masyarakat di kampung - kampung bahwa kemerdekaan Negara Republik Indonesia telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam perkembangan berikutnya jalannya Pemerintahan di Kabupaten Labuhanbatu yang dilaksanakan oleh Komite Nasional Daerah sampai dengan awal tahun 1946 kurang dapat berfungsi dengan baik. Hal ini akibat fokus pemikiran pada waktu itu lebih ditujukan untuk mempersiapkan perlawanan tisik kepada penjajah Belanda yang selalu berupaya merebut kembali Negara Republik Indonesia yang telah merdeka dan berdaulat sejak tanggal 17 Agustus 1945.

Pada bulan Maret 1946 teljadi peristiwa Revolusi Sosial di Sumatera Timur (termasuk Labuhanbatu) yang mengakibatkan terganggunya roda pemerintahan, keamanan, dan ketertiban di Wilayah Labuhanbatu. Kemudian pada tanggal 19 Juni 1946, Komite Nasional Daerah Keresidenan Sumatera Timur mengadakan sidang Pleno bertempat di Jalan Sukamulia No. 13 Medan, yang antara lain menetapkan :

1. Komite Nasional Daerah berubah menjadi Dewan (Legislatif)

2. Menetapkan Sumatera Timur menjadi 6 Kabupaten masing-masing :

Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Karo, Simalungun, Asahan, dan Labuhanbatu.

Karena situasi yang semakin gawat pada waktu itu (menjelang Agresi Militer I) Ibu Kota Keresidenan Sumatera Timur pindah dari Medan ke Tabing Tinggi. Selanjutnya pada tanggal 26 Juni 1946 Dewan (Legislatif) Keresidenan Sumatera Timur yang bersidang di Pabatu menetapkan antara lain, mengangkat 6 orang Bupati untuk 6 Kabupaten di Keresidenan Sumatera Timur yang baru dibentuk sekaligus pengangkatan para Wedana di wilayah kabupaten tersebut, salah seorang di antara 6 bupati yang diangkat tersebut adalah Gause Gautama, Pimpinan Taman Siswa Kisaran diangkat menjadi Bupati Labuhanbatu.

(6)

Berdasarkan ketetapan Dewan Legislatif Keresidenan Sumatera Timur yang dikukuhkan oleh Surat Keputusan Gubemur Sumatera pada tanggal 26 Juni 1946 ditandatangani di Pematang Siantar dan diberlakukan mulai tanggal 1 Juli 1946, maka pemakaian istilah Bupati mulai digunakan di enam kabupaten di Sumatera Timur termasuk Labuhanbatu, sedangkan sekretaris pada waktu itu disebut dengan istilah Komisi Redaktur diangkat Tagor Esra.

Pada tanggal 10 Desember 1984 Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu disahkan dengan Keputusan Komisariat Pemerintahan Pusat (KOPEMSUS) Nomor : 89/KOM/U yang wilayahnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sidang Pleno Komite Nasional Daerah Keresidenan Sumatera Utara tanggal 19 Juni 1946. Serta pada tanggal 15 Januari 2009 Kabupaten Labuhanbatu dimekarkan menj adi tiga kabupaten, yakni :

1. Kabupaten Labuhanbatu 2. Kabupaten Labuhanbatu Utara 3. Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Sejak saat itu pula semua kabupaten yang baru tersebut langsung dipimpin oleh masing - masing bupati.

Adapun nama - nama bupati yang pemah memerintah Kabupaten Labuhanbatu sejak tanggal 17 Oktober 1945 sampai dengan sekarang adalah sebagai berikut :

1. ABDUL RAHMAN (Ketua KND/Kepala Pemerintahan) (17 Oktober 1945 - 30 Juni 1946) 2. GAUSE GAUTAMA (1946 - 1947) 3. SYAHBUDDIN SIREGAR (Pj) ( 1947 - 1948) 4. DJAMALUDDIN TAMBUNAN (1948 - 1951) 5. ABDUL WAHID ER (1951 - 1954) 6. IBNU SAADAN (1951 - 1956) 7. T. BAJDA PURBA (1956 - 1958) 8. FACHRUDDIN NASUTION (1958 - 1959)

(7)

9. YAHYA YAKUB (1959 - 1961) 10. H. IDRIS HASIBUAN (1961 - 1966) 11. H. IWAN MAKSUM (1966 - 1974) 12. H. ASROL ADAM (1974 - 1979) 13. H. DJALALUDDIN PANE (1979 - 1984) 14. ABDUL MANAN (1984 - 1989) 15. H. ALI HANAFIAH (1989 - 1994) 16. Drs. HB. ISPENSYAH RAMBE (1994 - 1999) 17. Drs. HR. HADISISWOYO Al Haj (1999 - 2000) 18. H.T. MILWAN (2000 _ 2005) 19. SYAPARUDDIN, SH (2005) 20. H.T MILWAN (2005 - 2010)

21. dr. H. TOGOR PANASUNAN SIREGAR, Sp.PD (2010 - sekarang). 2.2 Keadaan Geografis

Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geogratis Kabupaten Labuhanbatu berada pada 1041’ - 2°50’ Lintang Utara dan 99033, - 100°22’Bujur Timur. Daerah Kabupaten Labuhanbatu dikelilingi oleh 3 kabupaten, 1 provinsi, dan 1 selat. Adapun yang membatasi daerah ini adalah sebagai berikut:

• Sebelah Utara dibatasi oleh Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Selat Malaka,

• Sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara,

• Sebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Labuhanbatu Utara, dan • Sebelah Timur dibatasi oleh Provinsi Riau.

Luas daerah Kabupaten Labuhanbatu sebesar 2.56l,38 Kmz yang terdiri dari 9 Kecamatan dan 98 Desa/Kelurahan defenitii Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Kabupaten Labuhanbatu termasuk daerah yang beriklim tropis. Sehingga daerah ini memiliki dua musim

(8)

yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.

Tabel 2.1

Luas Kecamatan dan Rasio Terhadap Luas Kabupaten

NO KECAMATAN LUAS (HA) RASIO TERHADAP TOTAL% 1 Bilah Barat 20.298 7,92 2 Rantau Utara 11.247 4,39 3 Rantau Selatan 6.432 2,51 4 Bilah Hulu 29.323 1,45 5 Pangkatan 35.547 13,88 6 Bilah Hilir 43.083 16,82 7 Panai Hilir 27.631 10,79 8 Panai Tengah 48.374 18,89 9 Panai Hilir 34.203 13,35 JUMLAH 256.138 100,00

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RIQJMD) Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011-2015

Dari tabel di atas dapat dilihat, wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Panai Tengah dengan luas wilayah 48.374 Ha (18,89%) dan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Rantau Selatan dengan luas wilayah 6.432Ha (2,51%).

(9)

Tabel 2.2

Jumlah Desa /Kelurahan Per Kecamatan

NO KECAMATAN DESA KELURAHAN JUMLAH

1 Bilah Barat 10 - 10 2 Rantau Utara - 10 10 3 Rantau Selatan - 9 9 4 Bilah Hulu 24 - 24 5 Pangkatan 7 - 7 6 Bilah Hilir 11 2 13 7 Panai Hulu 7 - 7 8 Panai Tengah 9 1 10 9 Panai Hilir 7 1 8 JUMLAH 75 23 98

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Labuhanbatu T ahun 2011-2015

Dari 9 (sembilan) kecamatan diatas 4 (empat) kecamatan belum memiliki wilayah kelurahan yaitu Kecamatan Bilah Barat, Kecamatan Bilah Hulu, Kecamatan Pangkatan dan Kecamatan Panai Hulu.

(10)

Tabel 2.3

Jarak Ibukota Kecamatan Ke Ibukota Kabupaten

NO KECAMATAN IBUKOTA

KECAMATAN

JARAK IBUKOTA KABUPATEN

(Km)

1 Bilah Barat Janji 6

2 Rantau Utara Rantauprapat 0

3 Rantau Selatan Rantau Selatan 0

4 Bilah Hulu Aek Nabara 19

5 Pangkatan Pangkatan 30

6 Bilah Hilir Negeri Lama 56

7 Panai Hulu Tj.Sarang Elang 91

8 Panai Tengah Labuhanbilik 95

9 Panai Hilir Sei Berombang 101

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Labuhanbatu T ahun 201 1-2015

Kabupaten Labuhanbatu mempunyai kedudukan yang cukup strategis, yaitu berada pada jalur lintas Timur Sumatera dan berada pada persimpangan menuju Sumatera Barat dan Riau, yang menghubungkan pusat-pusat perkembangan wilayah di Sumatera dan Jawa serta mempunyai akses yang memadai ke luar negeri karena berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Kawasan Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari kawasan perkotaan, kawasan pedesaan, kawasan pesisir/pantai dan kawasan perbatasan/pedalaman.

Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari kawasan pamai dan Kawasan non pantai Kawasan pantai terdapat di wilayah 3 (tiga) kecamatan, yakni Kecamatan Panai Tengah, Kecamatan Panai Hilir, dan Kecamatan Panai Hulu. Sedangkan kawasan non pantai terdapat di wilayah 6 (enam) kecamatan lainya, yaitu

Kecamatan Bilah Barat, Kecamatan Rantau Utara, Kecamatan Rantau Selatan, Kecamatan Bilah Hulu, Kecamatan Pangkatan dan Kecamatan Bilah Hilir.

(11)

Tabel 2.4

Penggunaan Lahan Menurut Jenis Tahun 2009

NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS

(Ha) RASIO TERHADAP TOTAL(%) 1 Bangunanperumhan Perkantoran,Industri, Pendidikan, Jalan, dll 14.614 5,71 2 Pertanian: • Persawahan • PenanianLahan Kering 2 25.569 24.780 789 3 9,98 96,91 3,18 3 Perkebunan: Kelapa Sawit Karet Lainnya 129.667 88.763 37.061 3.843 50,62 68,45 28,58 2,96 4 Hutan 45.427 17,74 5 Campuran 6.740 2,63 6 Sungai 9.934 3,88 7 Lainnya 24.187 9,44 Jumlah 256.138 100,00

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Labuhanbatu Tahun 201 1-2015

Dari tabel diatas, terlihat penggunaan lahan di Kabupaten Labuhanbatu sebagian besar untuk lahan perkebunan, yaitu seluas 129.667 Ha (50,62%) yang terdiri dari perkebunan kelapa sawit seluas 88.763 Ha (68,45%), perkebunan karet seluas 37.061 Ha (28,58%) dan perkebunan lainnya seluas 3.843 Ha (2,96%).

(12)

2.3. Keadaan Demografi 2.3.1. Jumlah Penduduk

Kabupaten Labuhanbatu memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang potensial serta kondisi sosial budaya. Sosial budaya di daerah Labuhanbatu di wamai oleh corak heterogenitas penduduk yang terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama dengan pola budaya yang berbeda dan hingga saat ini terbina dalam toleransi yang cukup baik, sehingga hubungan kekearabatan berlangsung cukup baik dan harmonis.

Tabel 2.5

Penduduk Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2005 – 2009

NO KECAMATAN PENDUDUK 2005 2006 2007 2008 2009 1 Bilah Hulu 52.471 54.422 55.527 56.546 57.719 2 Pangkatan 30.152 31.273 31.908 32.504 33.178 3 Bilah Barat 30.744 31.887 32.534 33.258 33.948 4 Bilah Hilir 50.241 52.109 53.165 54.105 55.227 5 Panai Hulu 31.304 32.468 33.127 33.718 34.417 6 Panai Tengah 28.563 29.625 30.226 30.831 31.470 7 PanaiHilir 34.406 35.685 36.408 37.204 37.976 8 Rantau Selatan 47.856 49.635 50.642 51.861 52.937 9 RantauUtara 73.053 75.775 77.313 79.070 80.712 Jumlah 378.790 392.879 400.850 409.097 417.584

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Labuhanbatu Tahun 201 1-2015

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat pada tahun 2005 bahwa penyebaran jumlah penduduk terbcsar terdapat pada Kecamatan Rantau Umm dengan jumlah Penduduk sebesar 73.053 jiwa, sampai dengan tahun 2009 jumlah penduduk bertambah sebesar 7.659 jiwa. Sedangkan penyebaran jumlah penduduk terkecil

(13)

pada tahun 2005 terdapat pada Kecamatan Panai Tengah. Tetapi pada tahun 2009 penyebaran penduduk terkecil pada tahun 2009 penyebaran penduduk terkecil terdapat pada Kecamatan Panai Tengah sebesar 31.470 jiwa.

2.3.2. Pertumbuhan Penduduk

Masalah kependudukan dari tahun ke tahun selalu mendapat perhatian lebih dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah pada khususnya. Di mana masalah kependudukan ini sangat berkaitan emt dengan pembangunan fasilitas -fasilitas publlik diantaranya, pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.

Tabel 2.6

Indikator Kependudukan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2007 – 2009

INDIKATOR SATUAN 2007 2008 2009

Jumlah Rumah Tangga Kepala Keluarga 87.069 90.031 93.943

Pertumbuhan Penduduk Persen 2, 15 2,02 2,03 Rumah Tangga Miskin Kepala Keluarga 25.560 17.453 10.069

Persentase Rumah Tangga Miskin

Persentase 29,36 19,39 10,72

Angkatan Kerja ≥15 thn Jiwa 182.696 191.104 199.440 Bekerja Jiwa 163.641 172.682 181.730 Mencari Kerja Jiwa 19.055 18.422 17.710 Bukan Angkatan kerja Jiwa 105.878 103.411 101.181

Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011 -2015

Berdasarkan hasil Pendafraran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B), jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2009 sebanyak 417.584 jiwa dengan pertmnbuhan sebesar 2,03% mengakibatkan kepadatan penduduk daerah Labuhanbatu meningkat dari 159,72 jiwa /Kmz menjadi 163,03 jiwa/Kmz. Komposisi penduduk menurut gender Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari 210.358 jiwa penduduk laki - laki (50,38%) dan 207.226

(14)

jiwa penduduk perempuan (49,62%). Jumlah rumah tangga yang ada di Kabupaten Labuhanbatu sebesar 93.943, yang rata - rata 4jiwa per rumah tangga. Anngka sex rasio sebesar 101,5% yang berarti pedcembangan penduduk laki - laki lebih besar dibanding dengan penduduk perempuan.

2.4. Sosial Budaya

Penduduk Kabupaten Labuhanbatu mayoritas bersuku batak yaitu sebanyak 187.349 jiwa kemudian diikuti dengan suku jawa sebanyak 166.792 jiwa, suku melayu sebanyak 28.072 jiwa dan suku lainya 26.567 jiwa, suku minang sebanyak 4.478 jiwa, dan suku aceh sebanyak 1.159 jiwa. Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Labuhanbatu mayoritas agama islam sebanyak 345.959 jiwa, kristen protestan sebanyak 49.799 jiwa, kristen katolik sebanyak 9.860 jiwa, budha sebanyak 8.096 jiwa, dan hindu sebanyak 382 jiwa, dan lainya sebanyak 321 jiwa.

2.5. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem pendidikan yang sedang maupun yang akan dilaksanakan. Tensedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai akan sangat membantu proses penyelenggaraan pendidikan, yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah guru dan sekolah.

(15)

Tabel 2.7

Jumlah Sekolah, Kelas, Guru, dan Murid Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2009

NO Jenjang Pendidikan Sekolah Kelas Guru Murid

1 PAUD 22 - 13 1792

2 SD 304 2.055 2.559 62.728

3 SMP 107 402 1.812 25.939

4 SMU dan SMK 64 710 887 33.398

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu

Pada tabel 2.7 di atas menunjukkan bahwa distribusi guru, sekolah, kelas, dan murid pada jenjang pendidikan wajib belajar 12 tahun. Untuk tingkat pendidikan Sekolah Dasar, pada tahun 2009 sebanyak 2.559 orang guru di Kabupaten Labuhanbatu harus mengajar 62.728 murid pada 304 sekolah. Tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 1.812 guru harus mengajar 25.939 murid pada 107 sekolah. Sedangkan untuk tingkat pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 887 guru harus mengajar 33.398 murid pada 64 sekolah.

Dalam rangka mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu, peran dan partisipasi masyarakat sebagai tenaga pendidik (guru) sangat dibutuhkan. Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di sekolah yang idealnya adalah figur - iigur seorang guru yang bermutu. Kualitas guru dapat dilihat dari banyak faktor, salh satunya adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan.

Berdasarkan KepMen Diknas RI No. 034/U/2003 kualifikasi pendidikan yang dipersyaratkan untuk guru pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah guru SD minimal tamatan Diploma II, guru SLTP minimal tamatan Diploma III, dan guru SLTA minimal tamatan saxjana. Selain dari pendidikan guru, mutu pendidikan atau mutu pengajaran dapat pula dilihat dari beban guru.

(16)

Beban guru secara umum dapat diukur dengan indikator rasio murid – guru dan rasio kelas - guru.

Tabel 2.8

Rasio Murid-Sekolah, Murid-Kelas, Murid-Guru, dan Kelas-Guru Tahun Ajaran 2009 No. Jenjang Pendidikan Rasio Murid - Sekolah Rasio Murid - Kelas Rasio Murid - Guru Rasio Kelas - Guru 1. PAUD 69 ` - 14 - 2. SD 235 29 22 0,76 3. MI 132 - 16 - 4. SD & MI 225 - 22 - 5. SLTP 287 34 16 0,47 6. MTs 211 - 13 - 7. SLTP & MTs 254 - 15 - 8. SLTA 421 38 15 0,39 9. MA 113 - 8 - 10. SLTA & MA 315 - 13 -

Sumber: Dinas Pendidikan & Depag Kabupaten Labuhanbatu

Dari tabel 2.8 di atas menunjukkan bahwa, rasio muris per guru untuk tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebesar 14, artinya setiap guru melayani I4 murid. Rasioa murid per guru untuk tingkat SD/setara sebesar 22, artinya setiap guru mengajar 22 murid. Sodangkan rasio murid terhadap guru untuk tingkat SLTP/setara sebesar 15 dan untuk tingkat SLTA/setara sebesar 13. Jika dibandingkan dengan rasio murid terhadap guru yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengenai rasio yang standar atau ideal untuk tingkat pendidikan menengah ke bawah (SD) sebesar 25, untuk SLTP sebesar 16, dan SLTA sebesar 13.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa rasio murid terhadap guru untuk semua tingkat pendidikan setara SD, SLTP, dan SLTA di Kabupaten Labuhanbatu

(17)

pada tahun 2009 relatif sudah memenuhi ketentuan yang berlaku selama ini, yaitu bahwa banyaknya murid yang dihadapi oleh seorang guru tidak terlalu besar sehingga perhatian dan konsentrasi guru serta materi pelajaran dapat diberikan dengnan baik kepada setiap murid. Rasio murid guru dapat menentukan pemantauan perkembangan murid dari segi akademik dan non-akademik murid.

Rasio kelas-guru adalah perbandingan antara jumlah ruang kelas terhadap jumlah guru. Pada tahun ajaran 2009 beban tugas guru mengajar dari masing - masing jenjang pendidikan relatif masih rendah, rata - rata hanya mengajar sebanyak 1 kelas. Salah satu syarat lain agar proses belajar - mengajar dapat dikatakan optimal adalah rasio murid dengan kelas. Jika dalam satu ruang kelas terdapat murid yang tidak sesuai dengan jumlah yang standar tertentu, maka menghambat proses belaiar - mengajar di ruang kelas tersebut, artinya guru di kelas akan lebih sulit untuk mengontrol murid - muridnya jika dalam satu kelas melebihi jumlah yang ideal.

Dari tabel 2.8 di atas, rasio murid terhadap kelas untuk SD sebesar 29, artinya setiap kelas diduduki rata - rata sebanyak 29 murid. Begitu juga dengan rasio murid terhadap kelas untuk SLTP sebesar 34, dan SLTA Umum/Kejuruan sebesar 38. Dilihat dari rasio murid dengan kelas pada masing - masing jenjang pendidikan tersebut, pada tahun 2009 di Kabupaten Labuhanbatu telah dapat dikatakan cukup ideal antara jumlah kelas dengan kapasitas murid. Akan tetapi masih terlalu banyak jumlah murid per kelas untuk jenjang pendidikan SLTA.

Disamping guru sebagi tenaga pendidikan, fasilitas pendidikan adalah suatu komponen yang tidak kalah pentingnya, yaitu sekolah. Pada tahun 2009 tercatat bahwa jumlah sekoiah yang berada di bawah Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu dan Depaxtemen Agama yakni, untuk tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebanyak 22 sekolah, untuk tingkat SD/MI sebanyak 304 sekolah, untuk tingkat SLTP/MTs sebanyak 107 sekolah, dan SLTA/MA sebanyak 64 sekolah.

(18)

Perkembangan jumlah sekolah PAUD, SLTP/MTS, dan SLTA/MA di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2008 sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jenjang pendidikan SD/MI mengalami peningkatan yang besar dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lain. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.9.

Tabel 2.9

Jumlah Sekolah Per Jenjang Pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu pada Tahun 2006-2007 dan 2009 (unit)

NO. TAHUN PAUD SD/MI SLTP/MTs SLTA/MA

1. 2000* - 773 215 109 2. ` 2001* - 777 224 114 3. 2002* - 778 226 115 4. 2003* - 776 222 116 5. 2004* - 817 235 130 6. ` 2005* 35 800 239 135 7. 2006 19 291 93 54 8. 2007 18 287 104 55 9. 2009 22 304 107 64

Sumber: Dinas Pendidikan dan Depag Kabupaten Labuhanbatu Keterangan: *) = Labuhanbatu Sebelum Pemekaran

2.5.1 Partisipasi Pendidikan

Pembangunan Nasional di bidang pendidikan antara lain diarahkan pada program - program dan upaya perluasan dan pemerataan kesempatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Arah dan kebijakan pembangunan tersebut secara eksplisit tercantum dalam Garis - garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 dan Undang - undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). Sejalan dengan itu, implementasi program pembangunan dan upaya tersebut dalam masyrakat dalam kegiatan pendidikan. Sesuai dengan undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

(19)

tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), partisipasi masyarakat dalam kegiatan pendidikan juga mencakup pendidikan anak usia dini, yaitu 0-6 tahun.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pendidikan dapat diukur melalui Indikator Angka Partisipasi Sekolah (APS). Angka Partisipasi Sekolah pada dasarnya merupakan rasio jumlah penduduk yang bersekolah terhadap seluruh penduduk. Angka Partisipasi Sekolah juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan lembaga pendidikan dalam menyerap warga belajar. Semakin tinggi nilai Angka Partisipasi Sekolah menunjukkan bahwa semakin banyak penduduk yang bersekolah. Kondisi tersebut sekaligus juga menunjukkan bahwa kemampuan lembaga pendidikan dalam menyerap warga belajar semakin meningkat.

2.5.1.1. Partisipasi Sekolah

2.5.l.1.l. Partisipasi Sekolah Berdasarkan Status Pendidikan

Status pendidikan yang dirnaksudkan adalah jenjang pendidikan yang sedang diduduki oleh penduduk Labuhanbatu yang bemmur 10 tahun ke atas. Status pendidikan seseorang adalah jenjang pendidikan formal sesorang yang bermnur 10 tahun ke atas, apakah orang tersebut tidak/belum pemah sekolah, SD/sederajat, SLTP/sederajat, SMU/sederajat, Perguruan Tinggi, dan tidak bersekolah lagi.

Partisipasi sekolah adalah aktivitas atau tingkat partisipasi pendidikan formal seseorang, apakah orang tersebut tidak/belum pemah sekolah, masih pada jenjang pendidikan atau tidak sekolah lagi. Partisipasi sekolah merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usai sekolah. Indikator ini juga dapat digunakan untuk melihat struktur kegiatan penduduk yang berkaitan dengan sekolah.

Tabel 2.10 akan memperlihatkan bagaimana presentasi penduduk usia 10 tahun ke atas menurut partisipasi sekolah tahun 2009. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa penduduk yang tidak/belum pemah sekolah sebesar 2,26 persen, penduduk yang masih sekolah sebesar 21,8 persen dan penduduk yang sudah tidak bersekolah lagi sebesar 75,94 persen. Dengan kata lain, bahwa ini

(20)

menunjukkan kesempatan memperoleh pendidikan belum dapat dinikmati semua penduduk. Kebanyakan penduduk usia tua tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena sudah merasa puas dengan pendidikan yang telah dicapainya.

Tabel 2.10

Presentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Partisipasi Sekolah di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2009 (persen)

No. Partisipasi Sekolah Persentase

1. Tidak/belum Pemah Sekolah 2,26

2. Masih Sekolah 21,8

3. Tidak Bersekolah Lagi 75,94

Sumber: BPS Kabupaten Labuhanbatu

Tahun 2009 penduduk Kabupaten Labuhanbatu berumur 10 tahun ke atas yang masih bersekolah sebesar 21,8 persen. Dari presentase tersebut, penduduk yang bersekolah pada jenjang pendidikan SD/MI/sederajat sebesar 36,47 persen, yang bersekolah SLTP/MTs/sederajat sebesar 38,12 persen, bersekolah di SMU/SMK/MA/sederajat sebesar 22,29 pcrsen, yang kuliah di perguruan tinggi sebesar 3,12 persen. Presentase Penduduk Kabupaten Labuhanbatu yang masih bersekolah dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 1

Presentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Masih Bersekolah di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009 (persen)

No. Jenjang Pendidikan Persentase

1. SD/MI/Sederajat 7,95

2. SLTP/MTs/Sederajat 8,3 1

3. SMU/SMK/MA/Sederajat 4,86

4. Diploma/Sarjana 0,68

(21)

2.5.1.1.2 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur

Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut kelompok umur merupakan salah satu inclikator yang biasa digunakan untuk melihat tingkat partisipasi penduduk pada kelompok umur tertentu. Biasanya kelompok umur tersebut pada anak usia sekolah. Indikator ini bertujuan untuk menyerap anak yang sudah berada pada kelompok usia sekolah. Selain dari pada itu, angka ini dapat juga menggambarkan peran serta masyarakat terhadap dunia pendidikan.

Tabel 2.12

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2006-2009 (persen)

No. Kelompok Usia

Sekolah (Tahun) 2006* 2007* 2000 2009 1. 7-12 98,05 98,14 98,32 98,1 2. 13-15 86,53 89,46 87,2 85,85 3. 16-18 63,31 60,7 63,56 58,2 4. 19-24 8,8 6,69 8,15 5,41 5. 7-15 94,48 95,22 94,44 94,35 6. 7-24 67,33 64,96 65,76 63,76

Sumber: BPS Kabupaten Labuhanbatu Keterangan: *)= Kabupaten Labuhanbatu Sebelum Pemekaran

Dari tabel 2.12 di atas menunjukkan angka partisipasi sekolah (APS) menurut kelompok umur dari tahun 2006-2009. Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 7-12 tahun Kabupaten Labuhanbatu sebelum pemekaran tahun 2007 sebesar 98,14 persen meningkat sedikit dibandingkan dengan tahun 2006 yang sebesar 98,05 dan kemudian setelah pemekaran Angka Partisipasi Sekolah kelompok umur 7-12 tahun Labuhanbatu tahun 2009 meningkat menjadi 98,1 persen.

(22)

Pada kelompok penduduk usia 13-I5 tahun APS tahun 2007 sebesar 89,46 persen meningkat dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu sebesar 86,53 persen dan kemudian tahun 2009 menurun dibzmdingkan dengan tahun 2008 menjadi sebesar 85,85 persen. Pada penduduk usia 16-18, APS Labuhanbatu tahun 2008 sebesar 63,56 persen lebih tinggi dibandingkan sebelum pemekaran yaitu, 63,31 persen pada tahun 2006dan 60,7 persen pada tahun 2007 dan 58,2 pada tahlm 2009. Texjadi penurun yang sangat besar pada kelompok umur 19-24 dari 8,15 persen tahun 2008 menjadi 5,41 persen pada tahun 2009. APS Labuhanbatu tersebut merupakan Angka Partisipasi Sekolah terendah selama empat tahun terakhir. Angka Partisipasi Sekolah Labuhanbatu pada kelompok umur 7-15 dan 7-24 lebih rendah dibandingkan tahun 2008. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa partisipasi sekolah Labuhanbatu tahun 2008 menurun dibandingkan tahun 2009.

Pengaturan tentang pembiayaan pendidikan dalam Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa biaya penyelenggaraan pendidikan menjadi tangglmg jawab bersama pemerintah, swasta, dan masyarakat. Tanggung jawab masyarakat khususnya warga belajar adalah berupa kewajiban untuk membayar biaya pendidikan yang diperiukan dalm rangka penyelenggaraan proses belajar - mengajar di sekolah. Bagi mayoritas warga belajar yang berasal dari kalangan kurarmg mampu, masalah ini masih merupakan kendala utama yang menghambat kesempatan mereka untuk memperoleh pendidikan.

2.5.1.l.3. Angka Partisipasi Kasar

Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan proporsi jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk usia Sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Berdasarkan konsep tersebut, Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk anak SD merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah di SD terhadap jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Angka Partisipasi Kasar bisa lebih dari 100% karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak diluar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Angka Partisipasi Kasar

(23)

digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan.

Pada tabel 2.13 akan disajikan Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut jenjang pendidikan tahun 2006-2007, dan 2009. Secara umum, Angka Partisipasi Kasar 2009 meningkat pada jenjang pendidikan SLTP/setara dan SLTA/setara. APK 2009 untuk tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebesar 84,19 persen, kemudian untuk tingkat pendidikan SLTP dan MTS meningkat menjadi 80,28 persen sedangkan APK untuk tingkat pendidikan SLTA dan MA meningkat sangat tajam juga menjadi 119,89 pezsen dan APK untuk SD dengan SLTP menurun menjadi 83 persen.

Jenjang pendidikan menengah sangat meningkat. Peningkatan yang terbesar terjadi di tingkat SLTA/sederajat. Ini disebabkan murid yang berasal dari Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Selatan banyak yang bersekolah di sekolah yang berada di wilayah Kabupaten Labuhanbatu. Dengan begitu, dapat disimpulkan program nasional wajib belajar 9 (sembilan) tahun telah terlaksana dengan hasil yang meningkat dibandingkan dengan tahun 2007.

Tabel 2.13

Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2006-2007 dan 2009 (Persen)

No. Tingkat Pendidikan 2006 2007 2009

1 . SD 87,97 90,25 84,19

2. SLTP 76,55 76,3 80,28

3. SLTA/SMK 65,68 64,76 119,89

4. SD+SLTP 84,52 86,03 83,00

Sumber: BPS Kabupaten Labuhanbatu

Secara umum APK Labuhanbatu meningkat yang artinya terjadi peningkatan daya scrap penduduk usia sekolah di masing - masing jenjanng

(24)

pendidikan. Jika dilihat menurut jenjang pendidikan texjadi peningkatan APK pada jenjang pendidikan menengah dan menunm pada jenjang pendidikan rendah. Nilai APK SMTA melebihi 100 persen yaitu mencapai 119,89 persen. Hal itu disebabkan karena populasi murid jenjang pada jenjang pendidikan mencakup anak diluar batas usia Sekolah SMTA (16-18 tahun). Sebagai contoh, masih banyak anak - anak usia di bawah 15 tahun sudah sekolah pada SMTA atau usia 18 tahun ke atas masih sekolah pada SMTA.

2.5.2. Hasil Pembangunan Pendidikan

Tingkat pencapaian program pembanglman pendidikan dalam meningkatkan taraf pendidikan masyarakat secara umum dapat dilihat melalui perubahan dan perkembangan tingkat pendidikan masyarakat yang berhasil dicapai masyarakat pada periode tertentu. Hasil pembangunan pendidikan masyarakat dapat dilihat melalui beberapa indikator output pendidikan, antara lain angka buta hurufl rata - rata lama sekolah (Mean Years of Schooling), tingkat/jenjang pendidikan yang ditamatkan dan hasil evaluasi belajar tahap akhir nasional. '

2.5.2.1. Angka Buta Huruf

Penduduk buta huruf adalah penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin masing - masing merupakan keterampilan dasar yang diajarkan di kelas - kelas awal jenjang pendidikan dasar. Indikator yang biasa digunakan untuk melihat penduduk buta huruf adalah angka buta huruf yang merupakan propoxsi jumlah penduduk buta huruf terhadap seluruh penduduk. Angka Buta Huruf menunjukkan ketertinggalan sekelompok penduduk tertentu dalam mencapai pendidikan. Secara konsep Angka Buta Huruf dihitung dari persentase populasi dewasa yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin dan/atau huruf lainnya.

Buta huruf sangat terkait dengan kondisi kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, serta ketidakberdayaan masyarakat. Tingginya Angka Buta Huruf di Indonesia disebabkan oleh (BPS, 2010):

(25)

1. Tingginya Angka Putus Sekolah Dasar (SD) 2. Beratnya kondisi geografis di Indonesia 3. Munculnya penyandang buta huruf baru 4. Pengaruh faktor sosiologis masyarakat.

Tabel 2.14 akan disajikan persentase penduduk 10 tahun ke atas yang tidak dapat membaca dan menulis menurut jenis kelamin. Secara umum, di Kabupaten Labuhanbatu, angka buta huruf sudah cukup rendah yaitu sebesar 2,42 persen. Hal ini berarti bahwa diantara 100 penduduk yang berumur 10 tahun ke atas terdapat 2 orang yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase penduduk buta huruf perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki - laki. Perbedaan angka tersebut terlalu mencolok di mana angka buta huruf perempuan mencapai dua kali lipat angka buta huruf penduduk laki - laki yaitu 3,56 persen berbanding 1,28 persen. Hal ini rnenunjukkan bahwa ketimpangan gender dalam pendidikan masih ada di Labuhanbatu.

Jika dibandingkan dengan tahun 2008, persentase penduduk buta huruf tahun 2009 semakin meningkat yaitu sebesar 1,63 pezsen menjadi 2,42 persen. Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase penduduk buta huruf laki - laki dan perempuan juga meningkat dibandingkan dengan tahun 2008. Kenaikan persentase penduduk buta hLu'uf perempuan lebih besar dibandingkan dengan penduduk buta huruf laki - laki. Hal ini menunjukkan terjadi kemerosotan kualitas pendidikan pada penduduk laki - laki.

(26)

Tabel 2.14

Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas yang Buta Huruf Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2007-2009 (persen)

No Jenis Kelamin 2007* 2008 2009

1. Laki - laki 1,48 0,71 1,28

2. Perempuan 3,29 2,59 3,56

3. Laki - laki + Perempuan 2,4 1,63 2,42

Sumber: BPS Kabupaten Labuhanbatu

Keterangan: *)= Kabupaten Labuhanbatu Sebelum Pemekaran

2.5.2.2. Angka Melek Huruf

Kegiatan membaca merupakan proses awal dalam memasuki dunia pengetahuan yang begitu luas menuju masyarakat maju. Membaca akan mempermudah seseorang untuk memahami informasi terkait bidang kexja dan berbagai aspek yang menyangkut peningkatan kualitas kehidupan. Kemampuan baca - tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang untuk dapat mencapai tujuan hidupnya, di mana hal ini berkaitan langsung dengan bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya dan berpartisipasi dalam pembangunan.

Melek huruf dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis huruf latin/lainnya pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain atau dapat meynampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca - tulis (BPS, 2010). Angka Melek Huruf adalah tolak ukur penting dalam mempertimbangkan kualitas sumber daya manusia di suatu daerah. Angka Melek Huruf merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur keberhasilan implementasi kebijakan di bidang pendidikan.

(27)

Indikator Angka Melek Huruf dapat digunakan untuk:

1. Mengulcur keberhasilan program ~ program pemberantasan buta huruf; terutama di daerah pedesaan di Indonesia di mana jumlah penduduk yang tidak pemah bersekolah atau tidak tamat SD masih tinggi.

2. Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media.

3. Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secar lisan dan tertulis. Sehingga angka melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah.

Tabel 2.15 akan disajikan perkembangan angka melek huruf di Kabupaten Labuhanbatu. Angka melek huruf merupakan gambaran dari jumlah penduduk yang bias baca tulis. Pada tahun 2005 angka melek huruf penduduk Kabupaten Labuhanbatu 97.90%, ini berani dari jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu hanya 2,10 % yang masih buta huruf Sampai dengan tahun 2007 angka melek huruf meningkat 0,47 % yaitu sebesar 98,37 %. Kemudian pada pada tahun 2009 angka melek huruf menurun sebesar 0,43 % menjadi 97,94 %.

Tabel 2.15

Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2005-2009

No TAHUN ANGKA MELEK HURUF (%)

1 2005 97.90

2 2006 98.40

3 2007 98.37

4 2008 97.92

5 2009 97.94

(28)

2.5.2.3. Rata - Rata Lama Sekolah

Rata - rata lama Sekolah (Mean years of Schooling) merupakan indicator yang menunjukkan rata - rata jumlah tahun efektif untuk bersekolah yang dapat dicapai penduduk. Jumlah tahun efektif adalah jumlah tahun standar yang harus dijalani oleh seseorang untuk menamatkan suatu jenjang pendidikan, misahmya tamat SD/MI adalah 6 tahun, tamat SLTP/MTs adalah 9 tahun dan seterusnya. Perhitungan lama sekolahy dilakukan tanpa memperhatikan apakah seseorang menamatkan sekolah lebih cepat atau lebih lama dari waktu yang telah ditetapakn. Rata - rata lama sekolah merupakan indikator pendidikan yang diformulasikan oleh UNDP pada tahun 1990 untuk penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Tabel 2.16

Rata - rata Lama Sekolah Penduduk Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2005-2009

Tahun Rata - rata Lama Sekolah (tahun)

2005* 8,2

2006* 8,3

2007* 8,3

2008 8,3

2009 8,32

Sumber: BPS Kabupaten Labuhanbatu

Keterangan: *)= Kabupaten Labuhanbatu Sebelum Pemekaran

2.5.2.4. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Daya saing suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari kualitas Sumber Daya Manusianya (SDM) yang merupakan modal dasar pembangunan bangsa.

(29)

Pendidikan yang ditamatkan seseorang secara langsung menunjukkan tingkat pendidikan yang dicapainya. Sejalan dengan itu, pola dan distribusi pendidikan menurut tingkat pendidikan dapat menggambarkan taraf pendidikan penduduk secara keseluruhan. Semakin tinggi persentase penduduk yang menamatkan pendidikan jenjang yang lebih tinggi menunjukkan kondisi pendidikan yang semakin membaik.

Pada tabel 2.17 nanti akan menyajikan persentase penduduk I0 tahun ke atas menurut jenjang pendidikan yang ditamatkan. Dari tabel itu nantinya akan menunjukkan bahwa persentase penduduk yang menamtakan suatu jenjang pendidikan cenderung semakin kecil dengan semakin meningkatnya jenjang pendidikan. Dalam tabel itu juga akan menunjukkan persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2009 yang berhsil menamatkan pendidikan SD/sederajat sampai dengan perguruan tinggi sebesar 72,42 persen, selebihnya sekitar 27,58 persen adalah yang berpendidikan belum/tidak tamat SD dan bahkan tidak sekolah. Dilihat perkembangannya dalam dua tahun pada saat sebelum pemekaran, bahwa tingkat pendidikan yang ditamatkan dari SD s/d perguruan tinggi pada tahun 2008 sebesar 72,38 persen lebih tinggi daripada tahun 2007 yang sebesar 72,13 persen.

Tabel 2.17

Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Labuhanbatu Pada Tahun 2006-2009

(Persen) Ijazah/STTB Tertinggi

yang Dimiliki

2006* 2007* 2008 2009

Tidak Punya Ijazah/STTB 23,05 27,87 27,62 27,58

SD 30,81 30,68 30,65 30,64

SLTP 22,36 20,85 20,83 20,76

SLTA 22,23 18,65 18,79 18,19

(30)

Diploma IV/S-1, S-2, S-3 0,65 1,03 1,08 1,39

Sumber: BPS Kabupaten Labuhanbatu

Keterangan: *)= Kabupaten Labuhanbatu Sebelum Pemekaran

Pada tahun 2007 Sebelum pemekaran, dari sejumlah penduduk yang menamatkan pendidikan paling tidak tamatan SD/sederajat ada sekitar 30,68 persen dan yang menamatkan pendidikan tingkat menengah ada sekitar 39,5 persen dan hanya sekitar 1,95 persen tamatan pendidikan perguruan tinggi (D-1 s/d S2). Hal ini dapat diartikan bahwa dari setiap 100 orang penduduk berumur 10 tahun ke atas, hanya sekitar 2 orang diantaranya yang berpendidikan D-1 atau lebih. Sedangkan pada tahun 2009 penduduk Labuhanbatu yang berumur 10 tahun ke atas yang menamatkan pendidikan pada tingkat SD sebesar 30,64 persen dan yang menamatkan pendidikan tingkat menengah sebesar 38,95 persen dan hanya sekitar 2,84 persen tamatan pendidikan tingkat perguruan Secara umum bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi penurunan persentase penduduk 10 tahun ke atas yang menamatkan pada jenjang pendidikan SD, SLTP, dan SLTA. Akan tetapi pada jenjang pendidikan tinggi (Diploma I/II/'III dan Diploma IV/S-1, S-2, S-3) semakin meningkat.

2.5.2.5. Hasil Evaluasi Tahap Akhir Nasional

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Berdasarkan Undang - undang No. 20 Tahun 2004, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki pesena didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara.

Tabel 2.18 menunjukkan hasil evaluasi belajar di sekolah yang ada di Labuhanbatu menurut jenjang pendidikan. Persentase kelulusan siswa pada ujian akhir nasional paling tinggi pada jenjang pendidikan SD/MI/sederajat yaitu sebesar 97,92 persen, artinya dari 100 orang siswa yang ingin menamatkan

(31)

jenjang SD/MI/sederajat yang lulus ujian akhir nasional sebanyak 98 siswa. Tingkat kelulusan siswa pada jenjang pendidikan SLTP/MTs/sederajat adalah sebesar 96,9 persen. Tingkat kelulusan siswa pada jenjang pendidikan SMU/SMK/MA/sederajat sebesar 96,53 persen.

Jika dilihat parbandingan tingkat kelulusan antara tahun 2007 dengan tahun 2009, secara umum ada peningkatan tingkat kelulusan lijian akhir nasional. Tingkat kelulusan SD/MI/sederajat meningkat dari 97,34 persen tahun 2007 menjadi 97,92 persen tahun 2009. Tingkat kelulusan SLTP/MTs/sederajat menurun dari 98,1 persen menjadi 96,9 persen tahun 2009. Tingkat kelulusan SMU/SMK/MA/sederajat meningkat dari 9374 persen tahun 2007 menjadi 96 53 persen tahun 2009.

Tabel 2.18

Persentase Tingkat Kelulusan Siswa Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu pada Tahun 2007 dan 2009 (persen)

No Jenjang Pendidikan 2007 2009

1. SD/MI/Sederajat 97,34 97,92

2. SLTP/MTs/Sederajat 98,1 96,90

3. SMU/SMK/MA/Sederajat 93,74 96,53

Gambar

Tabel 2.15 akan  disajikan perkembangan angka melek huruf di Kabupaten  Labuhanbatu. Angka melek huruf merupakan gambaran dari jumlah penduduk  yang bias baca tulis

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu manfaat jahe merah adalah untuk mengatasi rematik karena jahe memiliki kandungan enzim siklo- oksigenase yang dapat mengurangi peradangan

Hasil dari pengumpulan data nantinya akan dipergunakan sebagai acuan untuk membangun sistem media pembelajaran interaktif berbasis web dan basis data yang akan

Sementara, dinamika respons optik SQD (kebergantungan populasi terhadap waktu) menunjukkan bahwa frekuensi osilasi populasi meningkat seiring dengan meningkatnya

Tanah dari sudut pandang geomorfologi merupakan akumulasi tubuh alam yang memiliki sifat lepas-lepas yang menempati hampir seluruh bagian bumi, hasil lapukan bahan

di Tsanawiyah Piraya Nawin Klonghin Wittaya Patani Selatan Thailand. Bab VI Penutup terdiri dari a) Kesimpilan tentang Upaya guru PAI. dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan siswa

Realisasi Belanja Bantuan Sosial Menjadi realisasi tertinggi yaitu sebesar Rp 12,74 T atau 49,95%.. PAGU DAN REALISASI KEMENKES MENURUT

ALOKASI WAKTU ALAT/SUMBER BAHAN PBKB 4.Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah 4.7 Menyelesaikan masalah yang

Perbe- daan tingkat keanekaragaman di tiga lo- kasi berbeda tersebut rendah dapat terjadi karena lokasi yang diambil tidak menca- kup seluruh wilayah Taman Nasional